teori belajar humanistik (fix) (2).docx

24
TEORI BELAJAR KOGNITIF Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran Dosen Pembimbing : Reduk Nilawarni Kelompok 6 Aulia Rachma(3415133059) Rivka Septiani(3415133054) Sohibatul Aslamiah(3415133057) Wahyu Nugroho (3415133062)

Upload: rivkaseptiani3676

Post on 13-Nov-2015

237 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Teori Belajar KognitifMata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pembimbing : Reduk Nilawarni

Kelompok 6Aulia Rachma(3415133059)Rivka Septiani(3415133054)Sohibatul Aslamiah(3415133057)Wahyu Nugroho (3415133062)

Pendidikan Biologi BilingualJurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kata PengantarPuji Syukur Penulis Panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq ,Serta hidayahnya sehingga Penulis mampu menyelesaikan Makalah yang berjudulTeoriPembelajaran Humanistik untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. Penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena kami menyadari bahwamakalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, bagi pihak yang membaca makalah ini bisa memberikan kritik serta sarannya untuk dijadikan bahan evaluasi danintropeksi bagikami, guna menjadikan kami untuk jadi lebih baikkedepannya. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Jakarta, 12 Oktober 2014

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman JuduliKata PengantariiDaftar Isiiii

Bab 1. PendahuluanA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah1C. Tujuan2

Bab 2.PembahasanA. Pengertian Teori Belajar Humanistik3B. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik41. Arthur Combs42. Abraham Maslow53. Carl Ransam Rogers64. Kolb85. Honey dan Mumford96. Habermas10C. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Humanistik11

Bab 3.Penutup3.1Kesimpulan123.2Saran12

Daftar Pustaka13

iii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAliran humanismemuncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dati sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang prosesbelajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya. Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan membahas mengenaiTeori Belajar Humanistik

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah diantaranya adalah sebagai berikut :1. Bagaimana pengertian teori belajar humanitik ?2. Siapakah tokoh tokoh dalam teori humanistik ?3. Apa Saja Prinsip Dalam Teori Belajar Humanistik?4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori humanistik?

C. Tujuan penulisan makalahAdapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain adalah :1. Mengetahui teori belajar humanistik2. Mengetahui tokoh tokohyang berperandalam teori humanistik3. Mengetahui prinsip-prinsip teori humanistik4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori humanistik

BAB 2PEMBAHASANA. Pengertian Teori Belajar HumanismeDalam teori belajar humanistme proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teri ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bias kita amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia pun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang dad dalam diri mereka.Dalam pelaksanaannya, teori humanisme ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau Meaningful Lerningyang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna.materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dankeinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif yang telah dimilikinya teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memenusiakan manusia yaitu mencapai aktualisai diari, pemahama diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan teori humanisntic bersifat sangan eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendiriian atau pendekatan belajar tertentu akan ada kebaikan dan ada pula klemahannya. Dalam arti ini elektisisme suatu system dengan membiarkan unsure-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme akan memanfaatkan teori-teori apapunasal tujuanya tercapai yaitu memanusiakan manusia.Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan pertimbangan pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai pandangan masing masing.

B.Tokoh Tokoh Teori HumanismeTokoh penting dalam teori belajar humanitik secara teoritik antara lain adalah : Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers.1. Arthur CombsPerasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Sesungguhnya para ahli psikologi humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut.a. Pemerolehan informasi baruPeserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar jika apa yang dipelajari akan menjadi suatu informasi baru yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya.b. Personalisasi informasi baruInformasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan hasil transfer langsung dari guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah yang mecerna dan mengolah apa yang disampaikan oleh guru menjadi sesuai dan bermakna. Atrinya informasi itu diperolehnya sendiri dan peserta didik menjadi pemilik informasi tersebut. Peran guru disini adalah sebagai pembimbing yang mengarahkan.

Keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar jika bahan pelajaran disusun dengan rapi an disampaikan dengan baik, tetapi arti dan maknanya tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana pelajaran itu disampaikan,tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah berhasil.Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnya terhadap seseoarang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi jelaslah maka semakinbanyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena tidak ada kaitanya sama sekali dengan dirinya.

2. Abraham MaslowAbraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanisme. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasrkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan.Maslow, berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi. Kebutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan yaitu:a. Kebutuhan jasmaniah atau dasar (basic needs), seperti makan, minum, tidur, dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan.b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan kesehatan, keamanan lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan terhindar dari bencana.c. Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingnees needs), butuh cinta, persahabatan, dan keluarga,kebutuhan menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri, harga diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), moralitas, kreativitas, dan ekspresi diri.Maslow membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan satu kebutuhan yang berikutnya (kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang pertama disebutdeficiency neds(kebutuhan yang timbul karena kekurangan) pemenuhan kebutuhan ini pada umumnyabergantung pada orng lain. Sedangkan satu kebutuhan yang lain dinamakangrowth needs(kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinyankebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil,tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bias menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, smalaman tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.

3. Carl R. RogersCarl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna: bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik(2) belajar yang tidak bermakna: terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.

Calr R. Rogers merupakan ahli psikologi humanisme yang gagasan-gagasnnya berpebgaruh terhadap pukiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pedidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan , Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsis-prinsip belajar humanisme. Dalam buku Freedom to Learn, Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanisme yang penting adalah sebagia berikut : Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil. Apabila ancaman terhadap diri peserta didik rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar. Belajar yang bermakna diperoleh peserta didik dengan melakukannya. Belajar diperlancar jika peserta didiknya dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika peserta didiknya dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting. Belajar yang paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuan kedalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar, (3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.

4. KolbKolb seorang ahli penganut aliran humanistik membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu :a. Tahap pengalaman kongkretSeseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritrakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.b. Tahap pengalaman aktif dan reflektifSeseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap ke dua dalam proses belajar.c. Tahap konseptualisasiSeseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya. Berfikir induktif banyak dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.d. Tahap eksperimentasi aktifMelakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Berfikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak lagi mempertanyakan asal usul teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.Tahap-tahap belajar demikian dilakukan oleh Kolb sebagai suatu siklus yang berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran orang yang belajar. Secara teoritis tahap-tahap belajar tersebut memang dapat dipisahkan, namun dalam kenyataannya proses peralihan dari suatu tahap ke tahap belajar di atasnya sering kali terjadi begitu saja sulit untuk ditentukan kapan terjadinya.

5. Honey Dan MumfordHoney dan Mumford menggolong-golongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau golongan, yaitu kelompok aktivis, golongan reflektor, kelompok teoritis dan golongan pragmatis. Masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok lainnya. Karakteristik yang dimaksud adalah :a. Kelompok aktivisOrang-orang yang termasuk ke dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Orang-orang tipe ini mudah diajak berdialog, memiliki pikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain, dan mudah percaya pada orang lain. Namun dalam melakukan suatu tindakan sering kali kurang pertimbangan secara matang, dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya untukmelibatkan diri. Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal-hal yang sifatnya penemuan-penemuan baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru dan sebagainya, sehingga metode yang cocok adalahproblem solving, barin storming.Namun mereka akan cepat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.b. Kelompok reflektorMereka yang termasuk dalam kelompok reflektor mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis. Dalam dalam melakukan suatu tindakan, orang-orang tipe rflektor sangant berhati-hati dan penuh pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan baik - buruk dan untung - rugi, selalu memperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang orang demikian tidak mudah dipengaruhi, sehingga mereka cenderung bersifat konservatif.c. Kelompok teoritisMereka memiliki kecenderugan yang sangat krritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu sering dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum. Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif. Dalam melakukan atau memutuskan sesuatu, kelompok teoritis penuh dengan pertimbangan, sangat skeptis da tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif. Mereka tampak lebih tegas dan mempunyai pendirian yang kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.d. Kelompok pragmatisBerbeda dengan orang-orang tipe pragmatis, mereka memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya. Bagi mereka yang penting adalah aspek-aspek praktis, sesuatu yang nyata dan dapat dilaksanakan. Sesuatu hanya bermanfaat jika dapat dipraktekkan. Teori, konsep, dalil, memang penting, tetapi jika itu semua tidak dapat dipraktekkan maka teori, konsep, dalil, dan lain-lain itu tidak ada gunanya. Bagi mereka, sesuatu lebih baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

6. HabermasMenurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun lingkkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu belajar teknis (technicallearning), belajar praktis (practicallearning), dan belajar emansipatoris (emancypatorylearning). Masing-masing tipe memiliki ciri-ciri sebagai berikut :a. Belajar teknis (technical learning)Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat beinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar dapat mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu alam atau sain amat dipentingkan dalam belajar teknis.b. Belajar praktis (practical learning)Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia. Untuk itu bidang-bidang ilmu yang berhubungan sosiologi, komunikasi, psikologi, antropologi, dan semacamnya, amat diperlukan. Sungguhpun demikian, mereka percaya bahwa pemahaman dan keterampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.c. Belajar emansipatoris (emancypatory learning)Belajar emansipatoris menekanan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut. Untuk itu, ilmu-ilmu yang berhubungan dengan budaya dan bahasa amat diperlukan. Pemahaman dan kesadaran terhadap trasformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan tujuan pendidikan paling tinggi.

C.Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme1. Kekurangana. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam prosesbelajar.b. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam prosesbelajar.2. Kelebihana. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.b. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

BAB 3PENUTUP

A. KesimpulanMenurut Teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tokoh penting dalam teori belajar humanisme secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow, Carl Rogers, Kolb, Honey dan Mumford, dan Habermas.B. SaranPerlu adanya kajian yang lebih mendalam dan lebih luas tentang teori ini dan aplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008.Teori Belajar Humanisme(online). (trimanjuniarso.files.wordpress.com)./2014/10/teori belajar humanism.Budiningsih, Asri. 2005.Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta:PT Rineka Cipta.Hadis, Abdul.Psikologi Dalam Pendidikan.Bandung: Alfabeta, 2006 .Karwono.2010. Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.Ciputat:Cerdas Jaya.Rahmahana, Ratna Syifaa. 2008.Psikologi Humanisme dan Aplikasinya dalamPendidikan.Jurnal Pendididkan Islam,1-1-2008 : 99 114.Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar & Pembelajaran: PengembanganWacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: ArRuzzUno, Hamzah.Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan.Jakarta: Bumi aksara, 2006.

4

1