refarat atelektasis fix .docx

32
ATELEKTASIS Wahyudi Pratama, Nurmayanti Masdin, Achmad Dara I. PENDAHULUAN Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis dan tidak mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena saluran pernafasan tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk ke dalam alveolus, sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler darah. Penyebab tidak masuknya udara ke dalam paru disebabkan oleh sumbatan lumen saluran pernafasan maupun terhimpit dari luar yang mengakibatkan tertutupnya saluran pernafasan. 1,2 Himpitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh pembesaran limfe nodus, tumor, dan aneurisma mengakibatkan atelektasis obstruktif. Tetapi terdapat juga atelektasis nonobstruktif. Tidak tercukupinya surfaktan dan adanya kompresi paru dari luar, seperti 1

Upload: wahyudi-pratama-harli

Post on 26-Oct-2015

168 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

gambar radiologi pada penyakit paru atelektasis

TRANSCRIPT

Page 1: Refarat Atelektasis Fix .docx

ATELEKTASIS

Wahyudi Pratama, Nurmayanti Masdin, Achmad Dara

I. PENDAHULUAN

Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis

dan tidak mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena

saluran pernafasan tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk ke

dalam alveolus, sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap

habis oleh dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler darah. Penyebab

tidak masuknya udara ke dalam paru disebabkan oleh sumbatan lumen saluran

pernafasan maupun terhimpit dari luar yang mengakibatkan tertutupnya saluran

pernafasan. 1,2

Himpitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh pembesaran limfe

nodus, tumor, dan aneurisma mengakibatkan atelektasis obstruktif. Tetapi terdapat

juga atelektasis nonobstruktif. Tidak tercukupinya surfaktan dan adanya kompresi

paru dari luar, seperti pada pneumotoraks dan efusi pleura dapat menyebabkan

atelektasis. Dalam hal ini, disebut sebagai atelektasis pasif. Atelektasis juga dapat

menjadi akut dan kronik.2

Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat

meliputi sub segmen paru atau seluruh paru. Stenosis dengan penyumbatan efektif

dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (kolaps) dari suatu lobus, dan

radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda

pengempisan lobus. 4

1

Page 2: Refarat Atelektasis Fix .docx

II. INSIDENS dan EPIDEMIOLOGI

Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada

semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda dari pada

anak yang lebih tua dan remaja.

Insiden dari atelectasis pascaoperasi adalah 80%, tetapi hanya 20% yang

secara klinis signifikan. Dari hasil 200 pasien chest radiographs yang diperiksa

secara berturut-turut pada ICU, ditemukan 18 kasus dari kolaps lobaris (8,5%).

Sebagian besar kasus melibatkan lobus kiri bawah (66%), kolaps lobus kanan

bawah (22%) dan lobus kanan atas (11%) juga tercatat.3

Atelektasis pascaoperasi dan atelektasis lobar adalah atelektasis umum

yang sering terjadi. Insiden dan prevalensi gangguan ini tidak terdokumentasi

dengan baik. Mortalitas Morbiditas pasien tergantung pada penyebab yang

mendasari atelektasis. Dalam atelektasis pasca operasi, kondisi umumnya

membaik. Prognosis atelektasis lobar sekunder untuk obstruksi endobronkial

tergantung pada pengobatan keganasan.4,6

Menurut penelitian pada tahun 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 juta

penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Inggris sekitar 2,1 juta

penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis yang perlu pengobatan dan

pengawasan secara komprehensif. Di Amerika serikat diperkirakan 5,5 juta

penduduk menderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Jerman 6 juta

penduduk. Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat perhatian

2

Page 3: Refarat Atelektasis Fix .docx

dari perawat di dalam merawat klien dengan penyakit paru yang mengalami

atelektasis secara komprehensif bio psiko sosial dan spiritual.4,6

Penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis pertama kali di

Indonesia ditemukan pada tahun 1971. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke

berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia. Sejak

pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat

baik dalam jumlah maupun luas wilayah. Di Indonesia insiden terbesar terjadi

pada 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR =

2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun

berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99% (tahun 2000); 21,66% (tahun

2001); 19,24 %(tahun 2002); dan 23,87% (tahun 2003). 6

III. ANATOMI

Gambar dibawah ini menunjukkan anatomi dari system respirasi:

Gambar 1.1 Anatomi Paru-paru normal (dikutip dari

kepustakaan 5)

3

Page 4: Refarat Atelektasis Fix .docx

Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri

akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis.

Percabangan ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya

semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu

bronkiolus yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis mempunyai

diameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi

dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh

saluran udara sampai pada tingkat ini disebut saluran penghantar udara

karena fungsinya menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas terjadi. 4

Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari

paru-paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris

dan sakkus alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer

memiliki diameter 0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari

trakea sampai sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus

di dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Kohn

yang memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja,

namun jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan

akan seluas satu lapangan tennis. 4

Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi

oleh kapiler-kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk

suatu tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat

inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan

sebagai lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi

4

Page 5: Refarat Atelektasis Fix .docx

resistensi saat inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi. 4

Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh

kematangan sel-sel alveolus, enzim biosintetik utamanya alfa anti tripsin,

kecepatan regenerasi, ventilasi yang adekuat serta perfusi ke dinding

alveolus. Defisiensi surfaktan, enzim biosintesis serta mekanisme inflamasi yang

berjung pada pelepasan produk yang mempengaruhi elastisitas paru menjadi

dasar patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya.Bronkus merupakan

percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus dextra dan bronchus sinistra. 4

Bronkus Dextra mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan

letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh desakan

dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda

asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan

masuk kedalam hilus pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Vena Azygos

melengkung di sebelah cranialnya. Ateria pulmonalis pada mulanya berada di

sebelah inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya. Membentuk tiga cabang

(bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan

lobus inferior. Bronkus sekunder yang menuju ke lobus superior letaknya

disebelah cranial a.pulmonalis . Cabang bronkus yang menuju ke lobus medius

dan lobus inferior berada di sebelah caudal a.pulmonalis. Selanjutnya

bronkus sekunder tersebut mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke

segmen pulmo.4

Bronkus Sinistra mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya

lebih panjang daripada bronkus dextra.Berada disebelah caudal arcus aortae,

5

Page 6: Refarat Atelektasis Fix .docx

menyilang di sebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan aorta

thoracalis. Pada mulanya berada disebelah superior arteri pulmonalis, lalu di

sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya sebelum

bronkus bercabang menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak

bronkus hyparterialis .Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terdapat

lymphonodus tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio trachea (di sebelah

caudal) terdapat lymphonodus tracheobronchialis inferior.4

IV. PATOFISIOLOGI

Penyebab terjadinya atelektasis biasanya disebabkan akibat komplikasi

dari penyakit tertentu. Secara garis besar terjadinya atelektasis dapat dibagi

berdasarkan patomekanismenya yaitu Atelektasis obstruktif dan atelektasis

nonobstruktif, selain itu dapat pula dibagi berdasarkan waktu kejadiannya yaitu :

atelektasis akut dan atelektasis kronik, yang pembagian berdasarkan kecepatan

dari onset terjadinya atelektasis. Atelektasis akut dan massive tidak jarang terjadi

pada kasus pasca bedah toraks maupun bedah rongga abdomen bagian atas.

Pemberian obat jenis narkotik dan sedative dalam dosis tinggi juga dapat

menimbulkan atelektasis akut massive. Contoh atelektasis kronik adalah sindrom

lobus tengah yang disebabkan oleh terhimpitnya bronkus oleh nodus limfa yang

membesar atau tumor sehingga perlangsungannya perlahan-lahan memperberat

terjadinya atelektasis seiring dengan membesarnya jaringan limfe atau tumor

tersebut.

Atelektasis Obstruktif

Berhubungan dengan obstruksi bronkus, kapiler darah akan mengabsorbsi

6

Page 7: Refarat Atelektasis Fix .docx

udara di sekitar alveolus, dan menyebabkan retraksi paru dan akan terjadi kolaps

dalam beberapa jam. Pada stadium awal, darah melakukan perfusi paru tanpa

udara, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi sehingga

arterial mengalami hipoksemia. Jaringan hipoksia hasil dari transudasi cairan ke

dalam alveoli menyebabkan edema paru, yang mencegah atelektasis komplit.

Ketika paru-paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan

mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan

bronkiektasis.5,6

Atelektasis Non-Obstruktif

Penyebab utama yaitu oleh karena tidak adanya hubungan antara pleura

viseralis dan pleura parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan

atelektasis pasif. Efusi pleura yang mengenai lobus bawah lebih sering dibanding

dengan pneumothorax yang sering menyebabkan kolaps pada lobus atas.

Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan.

Surfaktan mengandung phispolipid dipalmitoy phosphatidyicholine, yang

mencegah kolaps paru dengan mengurangi tegangan permukaan alveoli. Berkurang

atau tidaknya produksi surfaktan biasanya terjadi pada ARDS, pneumonitis radiasi,

ataupun akibat trauma paru sehingga alveoli tidak stabil dan kolaps. Kerusakan

parenkim paru pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik yang membuat tarikan

tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru kolaps, sedangkan replacement

atelektasis dapat disebabkan oleh tumor seperti bronchialveolar carcinoma.5,6

Platlike atelektasis (Focal atelectasis)

7

Page 8: Refarat Atelektasis Fix .docx

Disebut juga discoid atau subsegmental atelektasis, tipe ini sering

ditemukan pada penderita obstruksi bronkus dan didapatkan pada keadaan

hipoventilasi, emboli paru, infeksi saluran pernafasan bagian bawah dengan

horizontal atau “platlike”. Atelektasis minimal dapat terjadi karena ventilasi

regional yang tidak adekuat dan abnormalitas formasi surfaktan akibat hipoksia,

iskemia, hiperoxia, dan ekspos berbagai toksin.5,6

Postoperative atelektasis

Atelektasis merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang

melakukan anastesi ataupun bedah dapat mengakibatkan atelektasis karena

disfungsi dari diafragma dan berkurangnya aktivitas surfaktan. Atelektasis ini

biasanya pada bagian basal (bawah) paru ataupun segmen tertentu.5

Sindroma Lobus Medialis

Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang, dimana

lobus media (tengah) dari paru-paru kanan mengkerut. Penyebabnya biasanya

adalah penekanan bronkus oleh suatu tumor atau pembesaran kelenjar getah

bening. Paru-paru yang tersumbat dan mengkerut, dapat berkembang menjadi

pneumonia yang tidak dapat sembuh total dan peradangan kronis, jaringan parut

dan bronkiektasis.8,9

Atelektasis Percepatan

8

Page 9: Refarat Atelektasis Fix .docx

Atelektasis percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur.

Penerbangan dengan kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan yang

kecil, menyebabkan alveoli (kantong udara kecil di paru-paru)menciut.8

Mikroatelektasis Tersebar atau Terlokalisasi

Pada keadaan ini, sistem surfaktan paru terganggu. Surfaktan adalah zat

yang melapisi alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan, sehingga

mencegah pengkerutan. Bila bayi prematur kekurangan surfaktan, mereka akan

mengalami sindroma gawat pernafasan.8

V. DIAGNOSIS

V.1. Gambaran Klinis

Manifestasi Klinis dari atelektasis, pasien biasa datang dengan keadaan

low-grade fever, leukositosis ringan dan tachypnea. Pada atelektasis ringan.

Perubahan dalam oxigenasi dan ventilasi mungkin tidak terlihat. Dalam atelektasis

yang akibat dari obstruksi bronchial dengan kehilangan yang signifikan dari

parenkim paru, pasien biasanya dating dengan tachypnea dan hypoxia. 12

Atelektasis dapat terjadi pasca operasi mengikuti prosedur perut toraks

atau atas. Meskipun atelektasis dianggap menjadi penyebab paling umum dari

demam pasca operasi awal, bukti yang ada bertentangan, dalam sebuah studi oleh

Mavros et al, mereka tidak menemukan bukti klinis yang mendukung konsep

bahwa atelektasis berhubungan dengan demam pasca operasi awal Kebanyakan

gejala dan tanda-tanda yang ditentukan oleh kecepatan dengan yang terjadi oklusi

bronkial, ukuran daerah yang terkena paru-paru, dan ada tidaknya komplikasi

9

Page 10: Refarat Atelektasis Fix .docx

infeksi. Oklusi bronkial yang cepat dengan area besar kolaps paru menyebabkan

nyeri pada sisi yang terkena, tiba-tiba mengalami dyspnea, dan sianosis.

Hipotensi, takikardia, demam, dan syok juga dapat terjadi. Perlahan-lahan

berkembang atelektasis mungkin asimtomatik atau mungkin hanya menyebabkan

gejala ringan. Sindrom lobus tengah sering asimtomatik. 3,5

Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus.

Bronkus adalah 2 cabang utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru.

Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil.

Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda

asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu

yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.

Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam

aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang

mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir dan kemudian akan

mengalami infeksi. 3,5

Faktor resiko terjadinya atelektasis:

Pembiusan (anestesia)/pembedahan

Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi

Pernafasan dangkal

Penyakit paru-paru.

Manifestasi klinis atelektasi :

   -  Berkurangnya breathing sound

10

Page 11: Refarat Atelektasis Fix .docx

   -  demam

   -  sulit bernapas (dyspneu)

   -  Peningkatan denyut jantung (tachycardia)

   -  peningkatan tekanan darah.

   -  Peningkatan frequensi pernapasan (tachypneu). 6

V.2. Pemeriksaan Radiologis

Secara dasar, Gambaran radiologik atelektasis menunjukan gambaran

pengurangan volume pada bagian paru baik lobaris, segmental, atau seluruh paru,

dengan akibat kurangnya aerasi sehingga bayangan opasifikasi dengan penarikan

mediastinum ke arah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga

menyempit. Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami

suatu emfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi

herniasi hemitoraks yang sehat ke arah hemitoraks yang atelektasis. 1,3

Pada foto thoraks dan CT-Scans menunjukkan tanda-tanda atelektasis

dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, seperti tertera di bawah ini: 12

Direct Sign :

Vascular crowding

Peningkatan densitas (opasifikasi)

Berpindahnya posisi Fisura Paru

Indirect Sign :

Pergeseran hilus

11

Page 12: Refarat Atelektasis Fix .docx

Pergeseram mediastinum ke arah paru yang kollaps.

Perubahan Volume paru

Diagfragma terangkat secara ipsilateral pada hemitoraks

Penyempitan ICS

Berikut contoh-contoh gambaran foto toraks dan CT-Scan pada atelektasis:

1. Foto Thorax

Gambaran atelektasi komplit pada paru kiri : Nampak pergeseran

mediastinum, opasifikasi, dan kehilangan volume pada hemitoraks kiri (Dikutip

dari kepustakaan 12)

12

Page 13: Refarat Atelektasis Fix .docx

Gambar 3.1. Atelectasis. (A) Postoperative. Characteristic bibasilar platelike

atelectasis (arrows).(Dikutip Dari Kepustakaan 3)

Gambar 3.2 (B) Lobar collapse. Perhatikan peningkatan densitas pada

lobus kiri atas (Dikutip dari kepustakaan 3)

2. CT- Scan

13

Page 14: Refarat Atelektasis Fix .docx

Gambar 24. Gambara Atelektasis pada paru kanan atas (RUL): Nampak

opasifikasi pada paratrakea kanan.(Dikutip dari kepustakaan 12)

Gambaran CT-Scan diatas menunjukkan gambaran apex paru sampai

carina: Nampak opasifikasi fokal pada daerah paru yang didefinisikan dengan

baik sebagai batas karakteristik dari atelektasis pada paru kanan atas (RUL).

(Dikutip dari kepustakaan 15)

VI. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

a. Efusi Pleura

Pada foto thorax yang mengalami efusi pleura dan atelektasis mempunyai

beberapa perbedaan dan persamaan, yaitu pada gambaran radiologis efusi pleura

masif dapat terjadi shift kearah yang berlawanan dari yang sakit sedangkan pada

atelektasis tertarik ke bagian yang sakit.1,3,5,7

14

Page 15: Refarat Atelektasis Fix .docx

Gambar 4.1 Foto Efusi pleura dari cairan pleural yang bermanifestasi pada

hemitoraks sinistra dan membentuk meniscus sign berupa sinus kostoprenicus

yang tumpul pada foto thorax PA diatas (Dikutip dari kepustakaan 1)

b. Tumor Paru

Perbedaan mendasar antara atelektasis dan tumor pada gambaran radiologis

tumor paru menyebabkan penekanan dan shifting ke arah pembesaran tumor dan

dapat dilihat pada gambar radiologi dibawah ini: 1,3,10

Tampak perselubungan homogen yang berbatas tegas pada daerah paru dextra

Cor : Bentuk dan ukuran dalam batas normal

Kedua sinus intake dan diagfragma baik

Tulang-tulang intak

DD : Pneumonia / Atelektasis

Usul : CT Thoraks

15

Page 16: Refarat Atelektasis Fix .docx

Gambar 4.2 Tampak bayangan radiopaque berbatas tegas pada bagian lobus

tengah dextra paru. Tumor paru yang berasal dari jaringan paru (Dikutip dari

kepustakaan 9)

c. TB Lama aktif

Gambaran Radiologi TB Lama aktif:

Tampak Bercak berawan pada lapangan paru dextra atas yang disertai cavitas,

bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus ke atas

Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

Kedua sinus dan diagfragma baik

Tulang-tulang intak

Kesan : KP dupleks lama aktif 1,3

16

Page 17: Refarat Atelektasis Fix .docx

Gambar 4.3 pada gambar radiologi diatas tampak perselubungan

homogen pada paru sinistra disertai dengan kavitas dan garis-garis fibrotik kesan

kp dextra lama aktif (Dikutip dari kepustakaan 1)

VII. PENATALAKSANAAN

Terapi Konservatif:

Secara Umum, Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas

hidup, untuk memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi,

obstruksi jalan napas untuk menghilangkan hipoksia.14

Secara Khusus, Pendekatan terapeutik mencakup:

a. Tindakan pengobatan untuk memperbaiki ventilasi dan menurunkan upaya

bernapas

b. Pencegahan dan pengobatan cepat terhadap infeksi

c. Teknik terapi fisik untuk memelihara dan meningkatkan ventilasi pulmonari

d. Pemeliharaan kondisi lingkungan yang sesuai untuk memudahkan pernapasan

17

Page 18: Refarat Atelektasis Fix .docx

e. Dukungan psikologis

f. Penyuluhan pasien dan rehabilitasi yang berkesinambungan

g. Bronkodilator 7,9,11,14

Terapi Simptomatik:

a. Bronkodilator

Bronkodilator berfungsi untuk mendilatasi jalan nafas karena sediaan ini

melawan edema mukosa maupun spasme muskular dan membantu mengurangi

obstruksi jalan nafas serta memperbaiki pertukaran gas. Medikasi ini mencakup

antagonis β-adrenergik (metoproterenol, isoproterenol) dan metilxantin (teofilin,

aminofilin), yang menghasilkan dilatasi bronkial. Bronkodilator mungkin

diresepkan per oral, subkutan, intravena, per rektal atau inhalasi. Medikasi

inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan, nebuliser.Bronkodilator

mungkin menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan termasuk takikardia,

disritmia jantung, dan perangsangan sisten saraf pusat. Metilxantin dapat juga

menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah.9,11

b. Pengobatan Infeksi

Pasien dengan atelektasis rentan dengan infeksi paru dan harus diobati

pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi seperti sputum purulen, batuk

meningkat dan demam. Organisme yang paling sering adalah S. pneumonia, H.

influenzae, dan Branhamella catarrhalis. Terapi antimikroba dengan tetrasiklin,

ampisilin, amoksisilin atau trimetoprim-sulfametoxazol (Bactrim) mungkin

diresepkan.7,9,11

18

Page 19: Refarat Atelektasis Fix .docx

c. Oksigenasi

Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan

emfisema berat. Hipoksemia berat diatasi dengan konsentrasi oksigen rendah

untuk meningkatkan tekanan oksigen hingga antara 65 dan 80 mmHg.7,9,11

VIII. PROGNOSIS

Kelangsungan Hidup

Prognosis pasien atelektasis tergantung pada berat-ringannya serta

luasnya penyakit sewaktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan

pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki

prognosis penyakit. Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya

jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien tersebut

biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung, hemoptisis, dan lain-

lain.12,13

Kelainan Organ

Kelainan organ pada atelektasis biasanya terjadi akibat shift dari organ

mediastinum serta trakea ke arah yang sakit, kelainan yang biasa mengikutinya

kausa dari Post TB Lama, Efusi pleura massive, serta tumor paru yang menjadi

faktor pencetus dari atelektasis tersebut. 13

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, S. “Efusi Pleura, Atelektasis, dan Tumor Paru”. Dalam Radiologi

diagnostik Edisi Kedua. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.2010. Hal 108-16.

19

Page 20: Refarat Atelektasis Fix .docx

2. Djojodibroto, D.”Penyakit yang sering melibatkan paru-paru”. Dalam

Respiratory Medicine. Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC.2005. Hal 231-

233

3. Tsuei, J. Betty. “Athelectasis”. In Chest radiography.2008.

Lexington:University of Kentucky. Page 1-5

4. Price, Sylvia A. “Gangguan Sistem pernapasan : Penyakit paru restriktif”

dalam Patofisologi dan konsep klinis penyakit Edisi 6 vol.2. Jakarta:

EGC.2006. Hal 802-804

5. Ali, J, et.al. “Disease of pleura”. In Pulmonary pathophysiologi. New York:

McGraw Gill Lange.2008. Page 189-207

6. Ahuja, Anil T. “Pleural Effusion”. In Case study in Medical Imaging.United

Kingdom:University of Cambrigde. 2006. Page 35.

7. Patel, Pradip R. “Efusi Pada foto saluran pernapasan”. Dalam Lecture Notes

Radiologi Edisi kedua. Jakarta:Erlangga. 2007.Hal. 43,60-3.

8. Maria M. “Atelectasis”. Free Medical and health journal.2011.

http://liburanrame.blogspot.com/2010/02/atelektasis-atelectasis.html

9. Anonymous, Blog Gambaran tumor dan kanker paru-paru.2012.

http://rsudcurup.blogspot.com/2011/10/tumor-paru.html

10. Sudoyo, Aru W. “Pulmonologi : Tumor Paru”. Dalam Buku Ajar Ilmu

Penyakit dalam FKUI Edisi V Jilid III. Jakarta:Interna Publishing. Hal. 2254

11.Gunawan, S. “Saluran Napas:Bronkodilator”. Dalam Farmakologi dan terapi

FKUI Edisi V. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.2009.hal 92

20

Page 21: Refarat Atelektasis Fix .docx

12.Maddapa, T.”Journal of Atelectasis Clinical Presentation”.2012..

http://emedicine.medscape.com/article/296468-clinical#a0218

13.Anonymous.” Medical Surgical and emergency”. 2012.

http://webhome.broward.edu/~jlarson/EmergencyNursing/04MedSurg/02_Re

spiratory/25ClinicalManifestationsofAtelectasis.htm

14.Miller, Wallace T.”Acute Focal Opacities and Atelectasis”. Dalam Diagnostic

Thoracic Imaging. United Stated of America: Penerbit The McGraw-Hill

Companies. Hal.217

21