bab i-bab iii referat atelektasis
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Traktus Respiratorius atau yang sering kita sebut sebagai saluran pernafasan terdiri dari
dua bagian, yaitu :
a. Saluran pernafasan bagian atas (Upper respiratory tract)
Meliputi rongga hidung sampai laring.
b. Saluran Pernafasan bagian bawah (Lower repiratory tract)
Meliputi bronkus dan paru-paru.
Dalam susunan pernafasan termasuk : Rongga hidung dan sinus paranasalis, Faring,
Laring, Bronkus, Paru-paru, otot-otot Pleura dan Mediastinum. Susunan anatomi dan
histologi saluran pernafasan bagian atas yang beraneka ragam mempengaruhi patologi klinik
serta kelainan pada tempat tersebut. 3,12
Fungsi dari sistem respirasi selain untuk bernafas antara lain menyediakan permukaan
untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah dan sebagai jalur untuk keluar
masuknya udara dari luar ke paru-paru, melindungi permukaan organ respirasi dari dehidrasi,
perubahan temperatur dan berbagai keadaan yang dapat merugikan sistem respirasi. Sistem
respirasi juga berfungsi sebagai sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, bernyanyi
dan bentuk komunikasi lainnya. Selain itu, sistem respirasi juga berfungsi untuk
memfasilitasi deteksi stimulus olfactory di superior portion pada rongga hidung.3
Pemeriksaan radiologi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rangka menunjang
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis dan menghindari kesalahan yang mungkin saja
terjadi dalam menangani suatu kondisi penyakit.5
Dengan perkembangan teknologi yang kian pesat, penggunaan pemeriksaan radiologipun
kian meningkat tiap waktunya. Karena penggunaan pemeriksaan radiologi ini sangat
membantu dokter dalam penegakan diagnosis. Pada kelainan sistem respirasi, pemeriksaan
radiologi dapat membantu membedakan kelainan dari setiap gangguan yang ada, sehingga
dokter dapat menegakkan diagnosis dengan cermat dan spesifik. Dokter sangat perlu
memahami prosedur dari pemeriksaan radiologi. Ini bertujuan agar indikasi dari pemeriksaan
yang dilakukan tepat sasaran.
1
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai anatomi, fisiologi traktus respiratorius serta mengenal
Atelektasis sebagai satu bentuk kelainan pada sistem ini. Dan pemeriksaan radiologi yang
dilakukan pada Atelektasis dan gambaran radiologinya.
1.3 Tujuan Penulisan
Referat ini disusun untuk mengetahui dan memberi pemahaman tentang anatomi, fisiologi
traktus respiratorius serta memberi pengetahuan tentang Atelektasis, pemeriksaan radiologi
pada Atelektasis dan bagaimana gambaran radiologi pada kondisi Atelektasis.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan berbagai literatur sebagai sumber kepustakaan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respiratorius 3,7
A. Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer
ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang
dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ – organ respiratorik juga
berfungsi dalam produksi wicara, keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh
dan pengaturan hormonal tekanan darah.
B. Respirasi melibatkan proses seperti berikut:
i. Ventilasi pulmonary:
- Udara lingkungan masuk ke paru-paru dari saluran pernafasan.
ii. Respirasi eksterna:
- Difusi O2 dan CO2 di paru-paru dengan kapilar pulmonary.
iii. Respirasi interna:
- Difusi O2 dan CO2 antara sel darah dengan sel jaringan.
iv. Respirasi selular:
- Penggunaan O2 oleh sel dan penglepasan CO2 dan air oleh sel.
C. Saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian yaitu, saluran nafas atas dan
saluran nafas bawah.
Gambar 1. Tractus respiratorius3
3
II. Anatomi fungsional pernafasan:
A. Traktus pernafasan atas:
i. Rongga hidung dan nasal
- Hidung eksternal: berbentuk piramin dan tersusun dari
kerangka kerja tulang, kartilago hialin dan jaringan
fibroareolar.
a. Septum nasal: membahagi sisi kiri dan kanan.
b. Naris( nostril ) eksternal
c. Tulang hidung terdiri daripada:
i. Tulang nasal
ii. Vomer dan lempeng perpendicular tulang
etmoid
iii. Lantai rongga nasal adalah palatum keras yang
terbentuk dari tulang maksila dan palatina.
iv. Langit-langit nasal sisi medial dari lempeng
kribiform tulang etmoid dan sisi anterior dari
tulang frontal dan nasal, sisi posterior dari tulang
sfenoid.
v. Konka (turbinatum) nasalis superior, tengah dan
inferior.
vi. Meatus superior, medial dan inferior yang
merupakan jalan udara dibawah konka
d. Empat pasang sinus paranasalis (frontal, etmoid,
maksilar dan sfenoid) yang berfungsi untuk:
i. Meringankan tulang kranial, menghangat dan
melembabkan udara yang masuk, produksi
mukus dan memberikan efek resonansi dalam
produksi wicara
ii. Mengalirkan cairan ke meatus rongga nasal
melalui duktus kecil yang terletak pada area
tubuh yang tinggi dari area lantai sinus.
iii. Duktus lakrimal dari kelenjar air mata membuka
kea rah meatus inferior.
- Membran mukosa nasal:
4
a. Fungsi:
i. Penyaringan partikel kecil.
ii. Penghangat dan pelembab udara yang masuk.
iii. Resepsi odor.
Gambar 2. Cavum nasal3
ii. Faring dibagi menjadi:
- Nasofaring: posterior nasal yang membuka kearah nasal
melalui koana. Di nasofaring terdapat:
a. Dua tuba eustachius menhubung nasofaring dengan
telinga tengah.
b. Amandel (adenoid) faring: penumpukan jaringan
limfatik terletak dekat naris internal.
- Orofaring: dipisah dari nasofaring oleh palatum lunak
muskular. Di orofaring terdapat:
a. Uvula (“anggur kecil”): prosesus kerucut kecil yang
menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah
palatum lunak.
b. Amandel palatinum pada kedua sisi orofaring posterior.
- Laringofaring: mengelilingi mulut esophagus dan laring.
Merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.
5
Gambar 3. Anatomi saluran pernafasan.16
B. Saluran pernafasan bawah 3:
i. Laring ( kotak suara) : menghubungkan faring dengan trakea. Bentuk
seperti kotak triangular dan ditopang Sembilan kartilago; tiga
berpasangan, tidga tidak berpasangan
- Kartilago tidak berpasangan:
a. Kartilago tiroid
b. Kartilago krikoid
c. Epiglottis
- Kartilago berpasangan:
a. Kartilago aritenoid
b. Kartilago kornikulata
c. Kartilago kuneiform
- Dua pasang lipatan lateral membahagi rongga laring.
a. Lipatan ventrikularis (pita suara palsu)
b. Pasangan di bawah adalah pita suara sejati (plika
vokalis) yang melekat pada kartilago tiroid, aritenoid
dan krikoid. Pembukaan antara kedua pita adalah glotis.
ii. Trakea: tuba dengan panjang 10cm sampai 20 cm dan diameter 2,5cm.
dari vertebrae serviks keenam sampai vertebra thoraks kelima.
- Ada 16 sampai 20 cincin kartilago bentuk – C
- Dilapisi epithelium respiratorik yang mempunyai banyak sel
goblet.
6
iii. Percabangan bronkus:
- Bronkus primer (utama) kanan dan kiri.
- Bronkus sekunder dan tertier adalah percabangan 9 sampai 12
kali dari bronkus primer. Ukuran lebih kecil.
- Bronki disebut ekstrapulmonar sampai masuk paru-paru dan
setelah itu disebut intrapulmonary.
- Struktur yang mendasar kedua paru-paru adaah percabangan
bronkial yang selanjutnya : bronki, bronkiolus, bronkiolus
terminal, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar dan alveoli.
Gambar 4. Trakea dan percabangan bronkus sampai alveoli.3,7,15
iv. Paru-paru:
- Berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara terletak
dalam rongga toraks.
a. Paru-paru kanan ada tiga lobus, kiri ada 2 lobus.
b. Setiap paru mempunyai apek, permukaan diafragmatik
(basal) permukaan mediastinal (medial) dan permukaan
kostal.
c. Permukaan mediastinal mempunyai hilus (akar) yaitu
tempat keluar masuk pembuluh darah, bronki, pulmonar
dan bronchial dari paru.
7
- Pleural: membran yang membungkus paru-paru.
a. Pleural parietal
i. Melapisi rongga toraks
b. Pleural visceral
i. Melapisi paru dan bersambungan dengan pleural
parietal bagian bawah paru-paru.
c. Rongga pleural
i. Ruangan yg terisi cairan yang disekresi sel-sel
pleural.
d. Resesus pleural: rongga yang tidak terisi jaringan paru.
Muncul saat pleural parietal bersilang dari satu
permukaan ke permukaan lain. Paru –paru bergerak
keluar masuk tempat ini saat bernafas.
i. Kostomediastinal
ii. Kostodiafragmatik
A B
Gambar 5. Anatomi paru-paru.3,7
III. Mekanisme pernafasan (ventilasi pulmonar)3
A. Prinsip dasar:
i. Toraks adalah rongga tertutup kedap udara di sekeliling paru-paru
yang terbuka ke atmosfer hanya melalui jalur sistem pernafasan.
ii. Pernafasan adalah proses inspirasi udara ke dalam paru-paru dan
ekspirasi udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh.
8
iii. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760
mmHg) sama dengan tekanan udara dalam alveoli yang disebut dengan
tekanan intra-alveolar (intrapulmonar).
iv. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura adalah tekanan sub-atmosfer
atau kurang dari tekanan intra-alveolar.
v. Peningkatan atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan
intrapleura dan intra-alveolar yang secara mekanik menyebabkan
pengembangan dan pengempisan paru-paru.
vi. Otot-otot inspirasi memperbesarkan rongga toraks dan meningkatkan
volumenya. Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga toraks.
- Otot yang kontraksi semasa inspirasi:
a. Diafragma
b. Interkostal eksternal
c. Pada inspirasi aktif atau dalam:
i. Otot sternokleidomastoideus
ii. Pektoralis mayor
iii. Serratus anterior
iv. Otot skalena
- Otot yang berperan semasa ekspirasi:
a. Relaksasi otot inspirasi
b. Ekspirasi dalam:
i. Kontraksi otot abdomen
ii. Penarikan kerangka iga ke bawah oleh otot
interkostal .
9
Gambar 6. Mekanisme pernafasan.14
2.2. Definisi Atelektasis
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebahagian paru yang mengalami
hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi berkurang atau sama sekali tidak
berisi udara.2 Atelektasis juga dikenali sebagai kolaps dan adalah kehilangan volume paru-
paru yang disebabkan oleh kurangnya pengembangan airspace. Ini menyebabkan terjadinya
kekurangan darah teroksigenasi dari arteri pulmonary ke vena sehingga menyebabkan
ketidakseimbangnya perfusi ventilasi dan hipoksia.4
2.3. Etiologi dan Patofisiologi Atelektasis:
Penyebab utama atelektasis adalah penyumbatan pada bronkus. Bisa juga terjadi
karena adanya lendir, tumor atau benda asing yang terhisap kedalam bronkus. Atau tersumbat
karena penekanan dari luar oleh sesuatu seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah
bening.8
Atelektasis absorpsi terjadi apabila suatu obstruksi mencegah udara memasuki
bahagian distal saluran udara. Udara yang sudah ada di dalam paru-paru diabsorbsi secara
perlahan-lahan dan diikuti dengan kolapsnya alveolar. Tergantung pada derajat obstruksi
saluran udara,kolaps boleh melibatkan seluruh paru-paru, satu lobus, satu atau lebih segment.
Penyebab paling sering kolaps absorbsi adalah obstruksi bronkus oleh mucus atau plak
10
mukopurulent. Ini sering terjadi sesudah operasi tetapi boleh juga komplikasi dari bronchial,
bronkitis kronis, atau aspirasi benda asing terutama pada anak-anak.2,4
Atelektasis kompresi ( juga disebut sebagai atelektasis pasif atau relaksasi) sering
disertai dengan penumpukan cairan, darah atau udara dalam kavitas pleural yang secara
mekanik mengkolapskan paru-paru yang sebelah. Ini sering muncul bersama efusi pleural,
sering disebabkan oleh congestive heart failure (CHF). Bocornya udara ke kavitas pleural
(pnuemothorax) juga menyebabkan atelektasi kompresi. Atelectasis basal disebabkan oleh
terangkatnya diafragma yang sering terjadi pada pasien bedridden, pasien dengan asites dan
pada pasien semasa dan sesudah operasi.1,4,6
Atelektasis kontraksi ( atau cicatrization) muncul apabila paru-paru terjadi perubahan
fibrotik secara lokal atau menyeluruh atau ekspansi pleural hamper dan peningkatan elastik
recoil semasa ekspirasi. 4,6
2.4 Klasifikasi Atelektasis Paru
a) Atelektasis Obstruktif (Absorbsi)
Tidak adanya udara di dalam paru terjadi karena saluran pernapasan
tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk ke dalam alveolus,
sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus di serap habis oleh
dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler darah. Sumbatan di lumen
bronkus dan bronkiolus dapat disebabkan oleh mukus yang kental, tumor
endobronkial, granuloma atau juga benda asing, striktur atau tertekuk
(kingking). Himpitan saluran pernapasan dari luar biasanya disebabkan oleh
pembesaran nodus limfa, tumor, dan juga aneurisma.1,2,6
b) Atelektasis Nonobstruktif (Passive atelectasis)
Atelektasis yang disebabkan oleh tidak tercukupinya surfaktan (adhesive
atelectasis), selain itu juga dapat disebabkan oleh kompresi paru dari luar,
seperti pada pneumothorak dan efusi pleura.1,2,6
c) Atelektasis Sikatrikal
Terjadi karena hilangnya volum jaringan paru karena terbentuknya skar pada
parenkim paru, sering terjadi pada keadaan setelah infeksi, seperti setelah
menderita tuberkulosis atau necrotizing pneumonia.4,6
11
Atelektasis paru juga dapat digolongkan berdasarkan waktu terjadinya menjadi
atelektasis akut dan atelektasis kronik. Atelektasis akut yang masif tidak jarang terjadi pada
kasus pasca bedah thorak maupun bedah rongga abdomen bagian atas. Pemberian obat
narkotik dan sedatif dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan atelektasis akut masif.
Contoh atelektasis kronik adalah sindrom lobus tengah (middle lobe syndrome) yang
disebabkan oleh terhimpitnya bronkus oleh nodus limfa yang membesar atau tumor. Pada
penerbang tempur dapat terjadi atelektasis yang disebut acceleration atelectasis karena
peningkatan kecepatan terbang dalam waktu singkat, dan dapat terjadi pada kedua paru.1
2.5 Manifestasi Klinis Atelektasis Paru
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas ringan.
Gejalanya bisa berupa 2,9:
Dispneu dengan pola nafas cepat dan dangkal
Takikardi
Sianosis
Penurunan kesadaran atau syok
Bunyi perkusi redup
Pada atelektasis yang luas bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar
Terdapat perbedaan gerak dinding thorak
Pada penderita sindrom lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali,
walaupun banyak penderita yang batuk-batuk pendek
Jika disertai infeksi bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung.
2.6 Diagnosis
A. Pemeriksaan Fisik 9
o Inspeksi : Tampak hemithorak mengecil dan ada bagian yang tertinggal saat
bernafas pada daerah yang sakit
o Palpasi : Penurunan fremitus, trakea, dan jantung mengalami shift ke daerah
yang sakit
o Perkusi : Suara lebih redup
o Auskultasi : Menghilangnya bunyi nafas
12
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis yang sering dilakukan adalah foto thorak dan CT Scan
Foto thorak dilakukan dengan posisi PA/ Lateral. Foto thorak posisi lateral bertujuan
untuk melihat letak atelektasis, apakah anterior atau posterior agar mempermudah
mengetahui lobus paru mana yang mengalami kolaps. 2,5,6
C. Pengobatan
Pengobatan atelektasis didasarkan atas etiologi yang mendasari. Beberapa
diantaranya seperti pernapasan dalam, pengeluaran batuk, dan penggunaan spironometry
pada pasien yang kooperatif. Nebulizer dan suction nasotracheal digunakan untuk
menginduksi batuk, atau masker tekanan positif dapat bermanfaat. Pada kasus dengan
kolaps lobaris, langkah yang sedikit agresif seperti bronchoscopy untuk mengeliminasi
penyebab obstruksi dan ventilasi tekanan positif mungkin dibutuhkan.1,8
D. Prognosis
Kematian pasien bergantung pada penyebab yang mendasari atelektasis.
Atelektasis pascaoperasi umumnya membaik, tetapi pada atelektasis lobaris sekunder
terkait obstruksi endobrachial, prognosis bergantung pada pengobatan keganasan atau
penyebab obstruksi yang lain.8
2.7 Pemeriksaan Radiologi Pada Thoraks
2.7.1.Definisi Radiologi
Radiologi adalah suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar pengion dan
bukan pengion, gelombang suara dan magnet untuk imaging diagnostik dan terapi.2
2.7.2.Teknik Radiografi Thoraks
Foto rontgen thoraks adalah pemeriksaan radiologi yang paling sering
dilakukan. Untuk pemeriksaan rutin biasa dilakukan foto PA, dan bila perlu dapat
ditambahkan foto lateral (biasanya foto lateral kiri).2
Foto PA
13
Jika yang diambil foto AP, bayangan jantung akan termagnifikasi (besar) dan
menutupi sebagian paru karena letak jantung jauh dari film. Itulah sebabnya dipilih
foto PA. Biasanya foto AP diambil jika pasien tidak bisa turun dari tempat tidur
sehingga pasien difoto di tempat tidur sambil berbaring telentang. Karena pasien
berbaring, pada foto Ap costa bagian posterior tampak lebih mendatar, diafragma
tampak lebih tinggi dan volume paru tampak lebih kecil jika dibandingkan dengan
gambaran jika pasien difoto berdiri. Pada foto PA jarak antara tabung dan film (FFD/
Film Focus Distance) sekitar 1,8 m, biasanya digunakan tegangan 60-90 kV.
Tegangan yang tinggi (120-150 kV) dapat digunakan untuk memperjelas tanda-tanda
yang ada di jaringan paru.
Gambar 7.Standard postero-anterior chest radiograph. The heart (asterisk) is of normal
size; the ratio of the transverse diameter of the heart to the maximal transverse
diameter of the thorax (also called the cardiothoracic ratio) is less than 50%.7
Foto Lateral Kiri
Foto lateral kiri dipilih karena dengan posisi ini jantung jadi terletak lebih
dekat pada film, sehingga bayangan jantung tak sebesar jika dilakukan foto lateral
kanan (bayangan jantung tidak mengganggu). Struktur-struktur yang tidak terlihat
pada foto PA bisa ditampakkan dengan foto lateral, seperti retrosternal space dan
retrocardial space, juga massa di anterior mediastinum (sternum, subcutis, cutis),
cairan pleura, atau konsolidasi posterior basal paru. Pada foto lateral kiri, magnifikasi
sisi kanan yang lebih besar dari sisi kiri akan membantu memisahkan struktur yang
tampak.
14
Gambar 8. Foto lateral kiri 1
Posisi-posisi lain
Posisi-posisi lainbiasanya digunakan sebagai pelengkap kalau dari foto PA
tidak terlihat. Bisa juga dilakukan untuk melihat struktur tertentu yang sulit dilihat
dengan posisi standar, contohnya :
1. Top lordotic (apical lordotic)
Arah sinar dari AP tapi bersudut 50-600 dari arah bawah untuk melihat sarang-
sarang di apeks yang pada foto PA tersembunyi dibawah clavicula dan costa 1.
Dilakukan untuk memeriksa TB, biasanya jenis minimal lesion.
2. Foto posisi berbaring (recumbency)
Untuk melihat letak dan sifat cairan dalam kavitas, rongga pleura atau sela pleura
interlobaris. Sinar diarahkan dari samping, bisa dari kiri dan bisa dari kanan. Jadi
seperti foto lateral, hanya saja pasien dalam posisi tidur.
3. Foto posisi oblique
Dapat menunjukkan area retrocardia, sudut posterior ruang costophrenica, dan
dinding dada.
4. Foto Lateral Decubitus
Dapat menunjukkan adanya cairan dalam pleura, misalnya untuk membedakan
gambaran efusi subpulmoner (efusi yang hanya mengisi ruang costophrenicus)
dengan gambaran diafragma yang terlalu tinggi).
15
5. Foto Ekspirasi Maksimal
Selain inspirasi dapat digunakan foto ekspirasi maksimal untuk menunjukkan air atau
fluid trapping pada emfisema obstruktif yang mengenai seluruh paru, lobus atas
segmen, serta untuk melihat pergerakan diafragma pada kelainan diafragma, misalnya
paralisis nervus phrenicus.
Pemeriksaan thorak lain yang biasa digunakan untuk kasus tertentu antara lain
Fluoroskopi, Tomografi, Bronkografi, Angiokardiografi, dll.
2.7.3.Kriteria Kelayakan Foto
Foto thorak harus memenuhi beberapa kriteria tertentu sebelum layak dibaca.
Kriteria- kriteria tersebut adalah :
1. Faktor Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X selama di kamar rontgen. Faktor
kondisi meliputi hal-hal berikut, yang biasa dinyatakan dengan menyebut
satuannya:
- Waktu/ lama exposure milisecond (ms)
- Arus listrik tabung miliAmpere (mA)
- Tegangan tabung kiloVolt (kV)
Ketiga hal diatas menentukan kondisi foto apakah :
- Cukup : Normal
- Kurang : Bila foto thorak terlihat putih (samar-samar)
- Lebih (kondisi keras): Bila foto thorak sangat hitam
Dalam membuat foto thorak ada dua kondisi yang sengaja dapat dibuat, tergantung
bagian mana yang ingin diperiksa, yaitu :
A. Kondisi Pulmo (kondisi cukup)/ Foto dengan kV rendah
Inilah kondisi standar pada foto thorak sehingga gambaran parenkim dan corakan
vaskuler paru bisa terlihat. Cara mengetahui apakah suatu foto rontgen pulmo
kondisinya cukup atau tidak :
- Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat diluar tubuh.
- Memperhatikan vertebrae torakalis:
16
Pada proyeksi PA kondisi cukup : Tampak VTh I-IV
Pada kondisi PA kondisi kurang : hanya tampak VTh I
B. Kondisi kosta (kondisi keras/ tulang)/ Foto dengan kV tinggi
Cara mengetahui suatu pulmo apakah keras atau tidak :
- Pada foto kondisi keras, infiltrat pada paru tak terlihat lagi. Cara mengetahuinya
adalah membandingkan densitas pulmo dengan jaringan lunak. Pada kondisi keras
densitas keduanya tampak sama.
- Memperhatikan vertebrae torakalis :
Proyeksi PA kondisi keras : Tampak sampai VTh V-VI
Proyeksi PA kondisi kurang : Yang tampak VTh I-XII. Selain itu densitas
jaringan lunak dengan kosta terlihat mirip
2. Inspirasi Cukup
Foto thorak harus dibuat dalam keadaan inspirasi yang cukup. Cara mengetahui cukup
tidaknya inspirasi adalah :
A. Foto dengan inspirasi cukup :
Diafragma setinggi VTh X
Kosta 6 anterior memotong diafragma
B. Foto dengan inspirasi kurang :
Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat
menyebabkan salah interpretasi
Corakan bronkovaskuler meningkat sehingga dapat terjadi salah
interpretasi.
Gambar 9.This inspiratory image demonstrates a normal cardiothoracic ratio (the heart occupies less than 50% of the width of the thorax),
and the pulmonary vessels are sharp. The lungs appear “tall”.6
17
Gambar 10. On the expiratory view, the heart appears short and wide,the pulmonary vessels are crowded, and the lungs appear short.”6
3. Posisi Sesuai
Posisi yang paling banyak digunakan untuk foto thorak adalah posisi PA dan Lateral.
Foto thorak biasanya juga diambil dalam keadaan erect (berdiri).
4. Simetris
Cara mengetahui kesimetrisan foto dengan melihat jarak sendi sternoklavikularis
dekstra dan sinistra terhadap garis median adalah sama. Jika jarak antara kiri dan
kanan berbeda berarti foto tidak simetris.
5. Foto thorax tidak terpotong
Cara membedakan foto thorak posisi PA dan AP adalah sebagai berikut :
Pada foto AP skapula terletak di dalam bayangan thorak, sementara pada foto
PA skapula terletak diluar bayangan thorak
Pada foto AP klavikula terlihat lebih tegak dibandingkan foto PA
Pada foto PA jantung terlihat lebih jelas
Pada foto AP gambaran vertebrae terlihat lebih jelas
Untuk tips gampang, foto AP labelnya biasanya terletak di sebelah kiri foto,
sementara pada foto PA label biasanya terletak di sebelah kanan foto.
18
Gambar 11.Standard postero-anterior chestradiograph. The heart (asterisk) is of normal size; the ratio of the transverse diameter of the heart to the maximal transverse
diameter of the thorax (also called the cardiothoracic ratio)is less than 50%.7
Gambar 12.This anteroposterior (AP) radiograph exaggerates the cardiac shadow due to magnification and underinflation of the lungs because the patient is supine.7
2.7.4.Cara Membedakan Foto Posisi Erect dengan Supine :
A. Erek (Berdiri)
Dibawah hemidifragma sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus gaster
akibat aerofagia. Udara ini samar- samar karena bercampur makanan. Jarak antara
udara gaster dengan permukaan diafragma adalah 1 cm atau kurang. Udara di
fundus gaster ini dinamakan magenblase.
B. Supine
19
Udara magenblase bergerak ke bawah (corpus gaster), sehingga jarak udara
magenblase dengan diafragma 3 cm. Jadi biasanya pada posisi supine, udara
meganblase tidak terlihat.
2.7.5.Cara Membaca Foto Thorak
Foto thorak bisa dibaca dari luar ke dalam, atas ke bawah, cor ke pulmo, dan
lainnya. Urutan pembacaan dari luar ke dalam :
a. Soft tissue, nilai ketebalannya, ada swelling atau tidak.
b. Tulang, cari ada tidaknya diskontinuitas, lesi litik dan sklerotik.
c. Pleura, ada tidaknya cairan atau udara di cavum pleura, nilai sinus costophrenicus,
sinus cardiophrenicus.
d. Pulmo (Parenkim paru, corakan bronkovaskuler, keadaan hilus).
e. Jantung, hitung CTR normalnya pada posisi PA adalah <0,5
f. Diafragma
2.7.6.Cardio Thoracic Ratio (CTR)
Foto rontgen adalah indikator penting untuk menentukan ukuran jantung dan
mendeteksi pembesaran. Yang paling umum digunakan adalah CTR (CardioThoracic
Ratio). Selain itu juga digunakan diameter transversal jantung. CTR adalah
perbandingan diameter transversal jantung dengan diameter transversal rongga thorak.
Rasio normalnya 50%. Rasio ini meningkat pada orangtua, dan pada neonatus kadang
mencapai 60%. Metode ini tidak bisa dipakai pada orang yang letak jantungnya
mendatar atau vertikal, dan orang dengan pericardium penuh lemak.
Gambar 13. Cardiothoracic Ratio
CTR = (A+B)/C
20
Keterangan :
Garis A: Jarak dari penonjolan yang dibetuk oleh atrium kordis dekstra sampai ke
tengah sternum
Garis B: Jarak dari penonjolan yang dibentuk oleh ventrikel kordis sinister sampai ke
tengah sternum
Garis C : Jarak dinding kanan- dinding kiri melalui sinus kardiofrenik
Nilai normal : 50%
2.7.7. Gambaran Radiologi pada Foto Thorax Paru
Suatu lobus kanan yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah opak pada
puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf dibawahnya di dekat klavikula yaitu
yang diakibatkan oleh fisurra horizontal yang terangkat.
Gambar 14.(A) This frontal chest radiograph demonstrates right upper lobe collapse, with rightward shift of the trachea. However, the right hilum is bulging laterally, indicating a mass.(B) Atelektasis lobus atas kanan. (C) Foto Lateral 6,1
Gambar 15.Atelektasis lobus kanan tengah tampak foto PA dan Lateral
21
Gambar 16.This frontal chest radiograph demonstrates “platelike”subsegmental atelectasis in both midlungs.6
Dibawah ini memperlihatkan gambaran satu bagian paru yang mengalami kolaps.:
Gambar 17.(A)This chest radiograph demonstrates complete collapse of the left lung due to a very large left pneumothorax. Note the absence of lung markings in most of the left hemithorax. The left lung has collapseddue to the accumulation of air in the left pleural space following a failed attempt at placement of a central venous catheter in the left subclavian vein.6(B) Tampak perselubungan di seluruh paru kiri dengan penarikan mediastinum (jantung dan trakea) kekiri dan sela iga menyempit.
Gambar 18.Atelektasis lobularis berupa garis densitas tinggi di lapangan perrihiler kiri.5
22
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk segitiga, dengan
batas lateral yang tegas membujur ke bawah dan keluar dari daerah hillus ke diafragma. Oleh
karena itu biasanya terletak di belakang bayangan jantung, hanya dapat dilihat bila radiograf
baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, tetapi biasanya memberikan tiga
gambar vertebrae torakalis di sebelah bawah akan kelihatan lebih bewarna abu-abu, vertebrae
di tengah lebih hitam; bagian posterior dari diafragma kiri tidak akan dapat dilihat; dan
akhirnya daerah vertebrae di belakang bayangan jantung akan kurang hitam daripada daerah
translusen di belakang sternum.
Gambar 19.Perselubungan paru kiri bawah berupa atelektasis segmental.5
2.7.8.Pemeriksaan CT Scan Thorak
2.7.8.1.Definisi
Teknik pemeriksaan CT Scan thorak adalah teknik pemeriksaan
secara radiologi ntuk mendapatkan informasi anatomis irisan
crossectional atau penampang aksial thorak.
2.7.8.2.Indikasi Pemeriksaan
Tumor, massa
Aneurisma
Abses
Lesi pada hilus atau mediastinal
23
2.7.8.3.Persiapan Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja
instruksi-instruksi yang menyangkut posisipenderita dan
prosedurpemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas. Penderita
melepaskan aksesoris seperti kalung, bra dan mengganti baju dengan
baju khusus pasien supaya tidak menimbulkan artefak
2. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT Scan thorak diantaranya :
-Pesawat CT Scan
-Tabung oksigen
-Media kontras
-Alat-alat suntik
-Spuit
-Kassa dan kapas
-Alkohol
3. Persiapan Media Kontras
Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT Scan
diperlukan untuk menampakkan struktur-struktur anatomi tubuh seperti
pembuluh darah dan organ- organ lainnya dapat dibedakan dengan
jelas.
Teknik Injeksi Intravena :
Jenis media kontras : Media kontras dengan osmolaritas rendah
Volume media kontras : 80-100 ml
Injeksi rata-rata (kecepatan) : 2ml/ detik
Waktu Scan : Melakukan scanning pada saat 25 detik setelah
pemasukan awal media kontras.
2.7.8.4.Teknik Pemeriksaan
a. Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat
dengan gantry
24
b. Posisi objek : Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plan (MSP) tubuh
sejajar dengan lampu indicator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas
kepala. Kemudian fiksasi lutut dengan menggunakan body
clem.Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas
saat pemeriksaan berlangsung
c. Scan parameter scan pemeriksaan thorak seperti tercantum dalam table
berikut :
1 Scanogram Thorak AP
2 Range Apeks paru sampai
diafragma
3 Slice
Thickness
5-10 mm
4 FoV 30-50 cm
5 Gantry tilt Gantry idak perlu
dimiringkan
6 kV 137
7 mAs 180
Tabel 1. CT Scan
Foto sebelum dan sesudah memasukkan media kontras kasus seperti tumor dibuat
sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan sesudah ini
untuk melihat apakah ada jaringan yang menyerap kontras banyak, sedikit atau tidak sama
sekali.
Gambar 20.Scanogram thorak dan garis-garis program scanBontrager, KL ,2001
Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT Scan Thorak dapat mewakili beberapa
criteria :
Potongan axial 1
25
Merupakan bagian yang superior dari thorak yang disebu apeks paru. Kriteria gambar
yang tampak adalah (a) Vena jugularis interna kanan, (B) arteri karois komunis kanan,
(C) Trakea, (D) Sternum, (E) Sternoklavikula joint, (F) Klavikula, (G)Vena jugularis
interna kiri, (H)Arteri subklavikula kiri, (I) Arteri karotis komunis kiri, (J) Vertebra
thorakal II-III, (K) Arteri subklavia kanan, (L) Procesus acromion dari scapula, dan
(M) Kaput humerus.
Gambar 21.Posisi irisan thorak dan gambar CT Scan potongan axial 1 (Bontrager, KL, 2001)
Potongan axial 3
Kriteria yang tampak antara lain (A) Vena brachiosepalic kanan, (B) Arteri inominata,
(C) Manubrium sterni, (D) Vena brachiosepalic kiri, (E)Arteri komunis caarotis kiri,
(F)Arteri subklavia kiri, (G) Oesofagus, (H)Vertebra thorakal III-IV, dan (I) Trakea
Gambar 22. Posisi irisan thorak dan CT scan potongan axial 3 (Bontrager, KL,2001)
Potongan axial 5
Kriteria gambar yang tampak adalah (A) Vena kava superior,(B)Aorta ascenden,
(C)Corpus sternum, (D)Window aortapulmonary, (E) Oesofagus, (F) Aorta
descenden, (G) Vertebrae thorakal IV-V, (H) Trakea
26
Gambar 23. Posisi irisan thorak dan CT Scan poongan axial 5
Potongan axial 7
Kriteria gambar yang tampak antara lain (A) Vena kava superior, (B) Aorta ascenden,
(C) Arteri pulmonary utama, (D) Vena pulmonary kiri, (E)Arteri pulmonary kiri,
(F)Aorta descenden, (G)Vertebrae horakal VI-VII, (H) Vena azygos,(I) Oesofasus, (J)
Arteri pulmonary kanan.
Gambar 24. posisi irisan thorak dan CT Scan axial potongan 7. 7
Potongan axial 10
Kriteria gambar yang tampak adalah (A) Vena kava inferior, (B) atrium kanan,
(C)Katup trikuspidalis, (D)Perikardium, (E)Ventrikel kanan, (F) Septum
interventrikuler, (G) Ventrikel kiri, (H)Atrium kiri, (I) Aorta descenden, (J) Vertebrae
thorakal IX-X, (K) Oesofagus, (L) Hemidiafargma kanan.
2.7.8.5.Gambaran CT Scan Pada Atelektasis
Tidak adanya ventilasi di segmen paru atau di lobus paru karena oklusi
bronkus memberikan gambaran berbatas tajam pada gambaran CT Scan. Tergantung
dari derajat volume udara yang berkurang dapat menyebabkan pergeseran
mediastinum dan elevasi diafragma. Daerah paru yang tidak ada udara atau kolaps
digambarkan seperti struktur jaringan lunak pda gambaran CT Scan yang setelah
27
pemberian kontras lebih jelas terlihat dengan adanya pembuluh darah yang
terkompresi. Tanda ini bisa tidak ditemukan jika saluran bronkus berisi dengan
sekresi cairan (eksudat).Dalam kasus seperti itu, tergantung dari efektifitas aliran
pembuluh darah paru yang kolaps tampak seperti gambaran marmar (marble like
appearance).
Tampilan atelektasis boleh dibedakan pada gambaran CT Scan. Pada
atelektasis lobus kiri atas, batas paru yang menghadap ke septum utama berpindah
secara ventral membentuk irisan sepanjang kontur mediatinum anterior, ujungnya
kearah hilus, sedangkan arteri pulmonalis kiri terdistorsi kearah superior dan anterior.
Distorsi mediastinum ke kiri yang jelas, hiperdistensi pada lobus kiri bawah dan
terjadi herniasi dari paru kanan diatas kontur mediastinum anterior terdiri dari
gambaran klinis total atelektasis dari lobus atas.
Atelektasis lobus kanan atas dapat dilihat dari gambaran crosssectional
sebagai struktur segitiga. Batas anterior memperlihatkan septum sekunder terangkat,
struktur konkaf atau konveks diperlihatkan sebagai septum utama.Bronkus primer
bergeser keaarah caudal dan hilum kanan jelas terlihat terangkat.
Gambar 25. Atelektasis lobus atas
28
Atelektasis di lobus tengah juga sering memperlihatkan gambaran triangular
atau bentuk trapezoid pada gambar CT Scan bergeser kearah depan bawah menuju
dinding thorak anterior.
Gambar 26.(a)Middle lobe atelectasis with typical wing shaped appearance. (b) The segmen bronchi are blocked by tumor which can only be indistinctly discerned against the poorly contrasting collapsed lung
Atelektasis pada lobus bawah memberikan gambaran yang sama pada kedua bagian.
Bagian lobus mendatar di sepanjang mediastinum paraverebral dorsal., septum berputar ke
tengah, dan bawah, dan menjadi batas lateral atelektasis.Oklusi sentral lobus atau bronkus
segmental biasanya ditemukan pada atelektasis obstruksi. Pada atelektasis kompresi,
kekurangan udara terjadi pada daerah perifer sehingga bagian tengah masih berisi udara dan
belum mengalami atelektasis. Penyebab kompresi paru (biasanya efusi) dapat diklasifikasikan
dengan CT Scan. Sejak kekuatan perekat dari membrane pleura dihilangkan, lobus paru yang
tidak mengandung udara merta kea rah hilus dan bagian basal lobus tetap pada ligament paru.
29
Gambar 27. Atelektasis lobus bawah
Round atelektasis, atelektasis kompresi karena efusi pleura dapat menjadi menetap
(setelah pembentukan scar) walaupun efusi berkurang dan paru-paru bebas dari efusi. Pleura
visceral mengalami invaginasi dan masuk ke dalam paru. Pada CT Scan, pembuluh darah
bronkus beruntun seperti ekor komet untuk seluruh gambaran daerah jaringan lunak atelektasi
di pleura.
Gambar 28. Round Atelektasis
Tampilan bagian paru yang mengalami atelektasis adalah sebagai berikut :
30
Gambar 29. Variasi lokasi atelektasis paru
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps dimana paru-paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna . Atelektasis dapat disebabkan oleh obstruksi, kompresi dan
sikatrik. Proses terjadinya atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan bisa juga terjadi secara
akut.Untuk menegakkan diagnosa dan memastikan sumber penyebab dari atelektasisnya
sendiri dapat dilakukan pemeriksaan radiologi baik berupa pemeriksaan foto polos maupun
pemeriksaan CT Scan. Pemeriksaan foto polos dilakukan dengan posisi-posisi tertentu dan
syarat-syarat tertentu agar dapat diperoleh hasil foto yang optimal.Pada foto polos akan
terlihat gambaran bayangan yang lebih suram (densitas meningkat), diafragma tertarik ke
atas, sela iga menyempit, dan mediatinum tertarik ke arah atelektasis. CT Scan dapat
dilakukan jika masih ditemukan keraguan dalam interpretasi hasil dari foto polos thorakal.
Tata laksana dan prognosis dari atelektasis ditentukan oleh etiologinya sendiri.
32