tekniss pengembangan sarana alat mesin pasca panen
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN SARANA PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
Petunjuk Tekniss Pengembangan Sarana Alat Mesin Pasca Panen
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I. PENDAHULUAN
Pengembangan agroindustri dan agribisnis khususnya penanganan pasca panen hasil pertanian saat ini tidak akan lepas dari upaya meningkatkan daya saing produk unggulan pertanian yang potensinya cukup besar untuk menjadikan kekuatan ekonomi rakyat di pedesaan. Kunci utama dalam meningkatkan daya saing adalah peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Peningkatan efisiensi dan produktivitas serta standar mutu produk pertanian disamping sangat ditentukan oleh modal dan kualitas sumberdaya manusia, sentuhan sarana dan teknologi juga merupakan bagian yang sangat penting.
Salah satu masalah mendasar yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri dan agribisnis adalah rendahnya penguasaan sarana dan teknologi pasca panen. Penguasaan sarana dan teknologi pasca panen mencakup tiga hal penting. Pertama, penyerapan sarana dan teknologi; pada umumnya petani tidak memiliki data dan informasi yang memadahi tentang jenis sarana dan teknologi pasca panen yang dapat mereka serap sesuai dengan kebutuhan. Kedua, penyesuaian sarana dan teknologi; dimana rendahnya kemampuan petani (pengusaha agroindustri dan agribisnis) dalam melakukan penyesuaian sarana dan teknologi pasca panen yang ada dengan kebutuhan produksinya. Ketiga, penciptaan sarana dan teknologi; dimana rendahnya kemampuan dan ketrampilan bengkel/ pengrajin dalam hal rekayasa/penciptaan sarana dan teknologi pasca panen dan penerapan yang cocok dengan kebutuhan. Rendahnya penguasaan sarana dan teknologi pasca panen ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani untuk melakukan pilihan sarana dan teknologi pasca panen. Pilihan sarana dan teknologi pasca panen merupakan bagian yang sangat penting mengingat pilihan sarana dan teknologi pasca panen inilah yang nantinya akan sangat menentukan apakah proses produksi semakin efisien, pengelolaan produksi semakin efektif dan produktivitasnya akan meningkat.
Pengembangan sarana alat mesin pasca panen ini merupakan tahapan awal dari proses industrialisasi pertanian di pedesaan, dan merupakan langkah strategis yang diharapkan tidak saja memacu pertumbuhan ekonomi rakyat, melainkan juga meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani serta pengembangan wilayah/ daerah.
Dari uraian tersebut di atas, maka pedoman umum pengembangan sarana pasca panen hasil pertanian ini disusun dan diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman serta petunjuk bagi petugas pembina, penyuluh dan pelaku usaha dalam pengembangan sarana alat mesin pasca panen di daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
II. MODEL PENGEMBANGAN SARANA ALAT MESIN PASCA PANEN.Model pengembangan sarana alat mesin pasca panen di suatu wilayah/ daerah di Indonesia adalah relevan kalau dipakai pedoman bahwa penggunaan sarana alat mesin pasca panen tersebut minimum dapat membayar harganya sendiri dan dapat menekan biaya produksi serta tidak menimbulkan pengaruh sampingan yang tidak dikehendaki.
Pedoman ini menuntun kepada penjabaran dan analisis yang merangkum segi-segi teknis enjiniring, ekonomis, dan sosial dimana sarana alat mesin pasca panen tersebut akan dikembangkan. Disamping itu perlu kiranya diperhitungkan kepentingan pembangunan yaitu antara lain dalam pengembangan sarana alat mesin pasca panen ini dapat meningkatkan pendapatan petani, mengurangi kejerihan kerja, memperbaiki mutu hasil, dan sekaligus mempertinggi produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Dalam usaha pengembangan sarana alat mesin pasca panen ini perlu kiranya didukung oleh adanya pusat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia (petani), dan penambahan sarana pendukung untuk pengadaan atau penyediaan peralatan mesin (hardware).
Dalam pengembangan sarana alat mesin pasca panen di suatu wilayah/ daerah di Indonesia, dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori wilayah/ daerah, yaitu :
Wilayah Lancar.Di wilayah/ daerah ini, penggunaan sarana alat mesin pasca panen adalah layak dipertimbangkan dari segi ekonomi, sosial dan teknis. Wilayah/ daerah ini disebut Wilayah Lancar
Ciri-ciri wilayah/ daerah lancar adalah :
a. Keadaan wilayah sesuai dengan persyaratan teknis operasi penggunaan sarana alat mesin pasca panen.b. Sering dipakai untuk percobaan/ penelitian, atau mudah menerima introduksi/ inovasi sarana dan teknologi maju di bidang penanganan pasca panen.c. Tempat untuk mendapatkan spare part (suku cadang), bengkel dan pandai besi relatif dekat atau dapat dicapai dalam satu hari pulang pergi.
d. Mudah mendapatkan bahan bakar dan pelumas.e. Ada kesediaan petani untuk membayar ongkos/ sewa operasi sarana alat mesin pasca panen setara dengan biaya pokoknya.
f. Sudah ada beberapa orang petani yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan menggunakan dan mengatasi gangguan kerja sarana alat mesin pasca panen.g. Adanya semangat dari petani untuk menggunakan sarana alat mesin pasca panen untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
h. Adanya beberapa bengkel atau pengrajin yang mampu mendukung beroperasinya sarana alat masin pasca panen secara tetap.
Wilayah Siap.Di wilayah/ daerah ini sama dengan Wilayah Lancar, tetapi masih diperlukan waktu untuk melakukan bimbingan teknis dan manajemen secara intensif mengenai fungsi dan cara operasi dari penggunaan sarana alat mesin pasca panen, manajemen usaha sarana alat mesin pasca panen serta pemantapan infrastruktur. Daerah ini layak secara teknis, ekonomis dan sosial tetapi banyak petani yang kekurangan modal sehingga diperlukan adanya kredit (pinjaman lunak) dari lembaga keuangan/ bank. Wilayah/ daerah ini disebut Wilayah Siap
Wilayah Siap.Wilayah/ daerah yang dicirikan dengan kelayakan aspek teknis dan sosial tetapi aspek ekonomisnya tidak layak. Wilayah/ daerah semacam ini kalau pengembangan sarana alat mesin pasca panen merupakan keharusan maka diperlukan adanya subsidi/ bantuan modal dari Pemerintah baik Pusat atau Kabupaten/Kota. Wilayah/ daerah ini disamping memerlukan bimbingan teknis dan manajemen yang intensif, juga infrastruktur (misalnya tingkat intensifikasi, kemudahan transportasi dan lain-lain). Wilayah/ daerah ini disebut Wilayah Setengah Siap
Wilayah Terbatas.Wilayah/ daerah dimana pengembangan sarana alat mesin pasca panen sangat dibatasi karena kendala teknis, ekonomis dan sosial yang tidak layak. Wilayah/ daerah ini disebut Wilayah TerbatasPendekatan matematik untuk menentukan jumlah kebutuhan potensial sarana alat mesin pasca panen di suatu wilayah/ daerah menggunakan formula sebagai berikut :
Ls - Lg
UT = ------------------- x cf
KAP
Dimana :
UT =Jumlah unit sarana alat mesin pasca panen yang dibutuhkan di suatu wilayah/ daerah
Ls =Luas panen/ produksi pertanian yang tersedia untuk digarap
Lg =Luas panen/ produksi pertanian yang dapat digarap oleh sumber tenaga yang ada (manusia, hewan dan alsin yang ada)
KAP =Kapasitas kerja sarana alat mesin pasca panen.
Cf =Coefisien faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial
Formula di atas merupakan pendekatan untuk menghindari pergeseran tenaga kerja di perdesaan dan didasari oleh kepentingan socio-engineering.
III.MODEL PENGADAAN SARANA ALAT MESIN PASCA PANENDalam pengadaan sarana alat mesin pasca panen, ada empat (4) model/ cara yang dikembangkan, yaitu : (1). Kontrak kerja (consignment), dimana perusahaan mempunyai perencanaan peluang usaha sarana alat mesin pasca panen, tetapi realisasinya disesuaikan dengan permintaan pasar (hanya pada waktu-waktu tertentu), jadi tidak fixed. (2). Sarana alat mesin pasca panen dapat diperoleh dengan kerjasama kredit/ permodalan dari pemasok dengan risk and profit sharing. (3). Hibah dalam rangka kerjasama bilateral dimana revolving fund (dana bergulir) menjadi penyertaan modal Pemerintah atau melalui kerjasama operasional (KSO), dan (4). Bekerjasama dengan pihak Bank / Lembaga Keuangan Daerah dalam perkreditan/ permodalan.
Dalam penyaluran sarana alat mesin pasca panen, ada empat (4) model/ cara yang dikembangkan, yaitu : (1). Pejualan langsung, dimana perusahaan alat mesin pasca panen menjual langsung kepada petani. (2). Sewa beli; alat mesin pasca panen dapat diperoleh dengan kerjasama antara perusahaan pemasok dengan petani pengguna alat mesin pasca panen dengan sistem setoran (sewa beli). (3). Unit manajemen bisnis; perusahaan alat mesin pasca panen membantu petani pengguna dalam bidang manajemen bisnis penggunaan alat mesin pasca panen mulai dari perencanaan, orgasisasi, operasi dan pengendaliannya, serta (4). Operasional langsung; perusahaan mempunyai unit usaha yang menyewakan alat mesin pasca panen kepada petani.
Sistem dan mekanisme penyaluran atau usaha sarana alat mesin pasca panen ini tidak akan banyak berbeda dengan yang sudah dilakukan untuk input teknologi yang lain. Tambahan investasi yang diperlukan terutama di bidang human resource yang dapat berupa seminar, workshop, pelatihan dan magang. Tambahan hardware invesment berupa alat-alat perbengkelan ringan dan mobilitasnya untuk usaha model 3 (unit manajemen bisnis) dan model 4 (operasi langsung di lapangan).
Dalam jangka panjang perusahaan alat mesin pasca panen mulai dapat mengamati kemungkinan perluasan pengembangannya ke daerah/ wilayah lain dan yang penting lagi produksi sarana alat mesin pasca panen tepat guna sesuai dengan kebutuhan.
KONTRAK
PENJUALAN
KERJA
LANGSUNG
PEMASOK
KREDIT
PABRIKAN
SEWA-BELI
ALAT MESIN
PASCA PANEN
UNIT
HIBAH
MANAJEMEN
BISNIS
BANK
OPERASIONAL
LAPANG
Sistem pengadaan
Sistem Penyaluran
Gambar 2 : Alternatif Sistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana
Alat Mesin Pasca PanenIV.PENDUKUNG PENGEMBANGAN SARANA ALAT MESIN PASCA PANENDalam rangka pengembangan sarana alat mesin pasca panen, langkah-langkah yang perlu dipersiapkan untuk dapat melakukan model pengembangan yang berhasil harus melakukan kegiatan-kegiatan, yang meliputi :1. Apraisal.
Pengkajian ulang untuk pembenaran analisis dengan memproyeksikan pengembangan usaha sarana alat mesin pasca panen di suatu wilayah/ daerah. Dari pengalaman pengkajian ini kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan pada musim/ tahun berikutnya untuk wilayah atau daerah-daerah lain.
2.Target Group.
Di daerah yang telah dikaji perlu diinventarisir lebih dahulu petani/ kelompok tani potensial yang ingin mendapatkan jasa usaha penggunaan sarana alat mesin pasca panen. Teknik pelaksanaan dan segala persyaratan yang diperlukan haruslah sudah dipolakan/ diformatkan termasuk cara pembelian maupun pengembalian kreditnya.
3.Pengadaan
Sarana alat mesin pasca panen yang akan dikembangkan (baik jasa maupun fisik penyaluran) mulai dibicarakan dengan para pemasok atas dasar model 1 (consignment) atau model 2 (kredit). Dalam hal ini yang penting ditekankan adalah risk-profit sharing sebelum mengadakan negosiasi spesifikasi sarana alat mesin pasca panen.
4.Lingkungan
Instansi pemerintah yang terkait dapat memfasilitasi dan memberi informasi dan bantuan untuk terciptanya iklim usaha sarana alat mesin pasca panen yang baik dan kondusif di daerahnya.
5.Human Resource
Paralel dengan ketiga kegiatan di atas maka mulai perlu dilakukan kegiatan sepert pelatihan, magang, incubator, studi banding dan lain-lain untuk persiapan human resource. Untuk efisiensi maka kegiatan ini dapat diadakan kerjasama dengan calon perusahaan pemasok tanpa ikatan.
6.Investasi
Pengadaan atau penyediaan peralatan penunjang untuk mobilitas dan perbengkelan ringan perlu dilakukan.
7.Peragaan
Untuk memulai memperkenalkan usaha sarana alat mesin pasca panen di daerah diperlukan kegiatan peragaan atau demontrasi penggunaan sarana alat mesin pasca panen yang intensif. V.PEMILIHAN SARANA ALAT MESIN PASCA PANENManusia dengan bantuan sarana alat mesin pasca panen akan mampu merubah suatu sistem. Dengan perubahan sistem diharapkan akan mampu menghasilkan sesuatu yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Persoalan pengembangan sarana alat dan mesin pasca panen di antaranya adalah :
a. Dasar-dasar pemilihan sarana alat mesin pasca panen.
Penerapan sarana alat mesin pasca panen pada suatu usaha agribisnis dapat berpengaruh terhadap petani/ kelompok tani, desa dan masyarakat. Ada beberapa cara penentuan sarana alat mesin pasca panen apa, dan bagaimana yang tepat dapat digunakan pada suatu usaha agribisnis di suatu wilayah ?. Pemilihan sarana alat mesin pasca panen didasarkan pada :
1).Kreteria Penanganan Pasca Panen
Kriteria penanganan pasca panen ini diukur dalam bentuk fisik dari input dan output. Kriteria ini menyangkut jenis/ tipe operasi, metoda operasi, kualitas operasi dan waktu operasi. Sebagai contoh, kriteria yang dibutuhkan dalam pelaksanaan operasi penggilingan padi adalah jumlah gabah, kualitas gabah, kapasitas operasi, pola pembelian gabah, waktu panen, dan lain-lain.
2).Kriteria Teknis
Kriteria teknis mencakup sifat-sifat fisik dan mekanis dari bahan dan produksi, kebutuhan daya/ tenaga, kekuatan bahan dan kontruksi, keruwetan kontruksi, kemudahan perawatan dan perbaikan serta efisiensi penanganan. Kecuali kriteria teknis terdapat kriteria teknoekonomi yang mencakup kapasitas produksi yang tergantung pada beberapa faktor antara lain tipe dan besarnya sarana alat mesin pengolahan hasil pertanian, keterampilan operator, sumber tenaga tersedia dan keadaan kerja.
3).Kriteria Ekonomi
Kriteria ekonomi ditunjukan oleh rasio biaya input dan output, tingkat pendapatan dan jangka waktu pengembalian modal. Pada keadaan dimana sarana alat mesin pasca panen lebih banyak dipakai, maka biaya yang dikeluarkan juga meningkat sehingga pengelolaan sarana alat mesin pasca panen menjadi kunci keberhasilan usaha agribisnis yang bersangkutan.
4).Kriteria Ergonomi
Kriteria ergonomi ini sering dijadikan kriteria terakhir dalam pemilihan sarana alat mesin pasca panen. Tercakup di dalam kriteria ergonomi adalah kenyamanan kerja dalam pelaksanaan operasi dengan menggunakan sarana alat mesin pasca panen. Pada pelaksanaan operasi penanganan pasca panen, kriteria ergonomi perlu mendapat tempat yang penting karena dapat meningkatkan produktivitas kerja.
5).Kriteria Sosial
Penggunaan sarana alat mesin pasca panen diharapkan tidak menggeser tenaga kerja tetapi mengisi kekurangan tenaga kerja di suatu wilayah/ daerah, sehingga tidak menimbulkan masalah sosial. Pemilihan sarana alat mesin pasca panen yang tepat dapat memperluas kegiatan ekonomi masyarakat dan mengembangkan lapangan kerja.
II. ESTIMASI KELAYAKAN USAHA SARANA ALAT MESIN PASCA PANEN
Analisa kelayakan usaha sarana alat mesin pasca panen, dapat dibagi dalam beberapa tahap seperti :
1. Biaya pokok
Biaya pokok penggunaan sarana alat mesin pasca panen sangat ditentukan oleh empat faktor biaya yaitu : (a) biaya tetap (fixed cost), (b) biaya operasional (variable cost), (c) jam penggunaan per tahun, dan (d) kapasitas atau kemampuan kerja alat dan mesin pasca panen.
Disamping komponen biaya tetap ini maka biaya resiko, margin dan over head perlu pula ditambah dalam struktur biaya pokok penggunaan sarana alat dan mesin pasca panen. Umur ekonomis sarana alat mesin pasca panen sangat penting dalam perhitungan biaya pokok dimana mutu dan desain sarana alat mesin pasca panen, perbaikan dan pemeliharaan yang teratur, operator yang baik dan terampil sangat diperlukan untuk efisiensi operasi sarana alat mesin pasca panen.
Besarnya nilai biaya pokok penggunaan sarana alat mesin pasca panen dapat dihitung dengan rumus matematika sederhana sebagai berikut :
BP = ( AN / X + B ) x KAP
Dimana :
BP = biaya pokok penggunaan alsin pasca panen per unit
AN=biaya tetap per tahun (Rp/th)
X=jumlah jam kerja per tahun (jam/th)
B=biaya operasional per jam (Rp/jam)
KAP=kapasitas kerja (jam/unit)2. Biaya Tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung dari sistem pemakaian sarana alat mesin pasca panen. Dengan kata lain bahwa biaya tetap perjam tidak berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari pemakaian sarana alat mesin pasca panen tersebut. Ini berarti bahwa biaya ini tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun sarana alat mesin pasca panen itu tidak dipergunakan.
Unsur biaya tetap yang termasuk ke dalam komponen ini adalah :
Biaya penyusutan
Biaya bunga modal investasi
Biaya pajak dan asuransi
Biaya (beban) garasi atau gudang
Biaya dan sosial, sumbangan dan lain-lain
a).Biaya Penyusutan Biaya penyusutan dihitung berdasarkan nilai bunga berbunga hingga diperoleh rumus sebagai berikut :
DP = Crf x (Harga beli Nilai akhir)
n n
Crf = IN x ( 1 + IN) / (( 1 + IN ) - 1)
Dimana :
DP = biaya penyusutan pertahun (Rp/thn)
Crf =faktor konversi pengembalian modal atau capital recovery factor
IN =
bunga modal pertahun (%/th)
n =umur ekonomis sarana alat mesin pasca panen (tahun)
b).Biaya Bunga Modal
Biaya bunga modal dan asuransi dapat dihitung dengan persamaan berikut :
i x P ( N + 1)
I = ------------------------
2 N
Dimana :
I = biaya bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)
i = tingkat bunga modal dan persen asuransi (%)
P = harga awal alat (Rp)
N = umur ekonomis alat mesin pasca panen (tahun)
c). Biaya PajakBiaya pajak yang dikenakan adalah sebesar dua persen (2%) dari harga awal alat (pajak ini selalu berubah sesuai dengan peraturan dari pemerintah).
BP = Pp x P
Dimana :
Bp = biaya untuk pajak (Rp/th)
Pp =persen biaya pajak (2% atau 0.02)
P =harga awal alat mesin pasca panen (Rp)
d). Biaya Garasi/ GudangBiaya garasi atau bangunan untuk alat mesin pasca panen dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Bg = Pg x P
Dimana :
Bg = biaya garasi/ gudang (Rp/tahun)
Pg = persen biaya garasi/ gudang (1% atau 0.01)
P =harga awal alat mesin pasca panen (Rp)
Biaya Tetap (AN) = Biaya Penyusutan + Biaya Bunga Modal + Biaya Pajak + Biaya Garasi
3. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang berhubungan erat dengan penggunaan sarana alat mesin pasca panen. Dengan kata lain biaya tidak tetap adalah biaya operasi yang dikeluarkan untuk berbagai keperluan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi sarana alat mesin pasca panen. Biaya operasi ini baru ada apabila sarana alat mesin pasca panen dioperasikan dan besarnyapun berbeda-beda tergantung pada jam operasi, jenis pekerjaan serta usia penggunaan sarana alat mesin pasca panen tersebut. Biaya operasi atau biaya tidak tetap terdiri dari :
Biaya bahan bakar
Biaya pelumas
Biaya perawatan
Biaya reparasi/ perbaikan
Biaya operator
Biaya pihak ke tiga (calo)
a).Biaya bahan Bakar
Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian bahan bakar pada waktu operasi dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Bb = Kb x Hb
Dimana :
Bb =biaya bahan bakar (Rp/jam)
Kb =konsumsi bahan bakar (liter/jam)
Hb =harga bahan bakar (Rp/liter)
b).Biaya Pelumas
Biaya pelumasan (oli dan gemuk) dari sarana alat mesin pasca panen dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Bp = Kp x Hp
Dimana :
Bp =biaya pelumasan (Rp/jam)
Kp =konsumsi pelumas (liter/jam)
Hp =harga pelumas (Rp/liter)
c). Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah biaya perbaikan dan perawatan sarana alat mesin pasca panen selama operasi, biaya perawatan dapat dihitung dengan persamaan berikut :
1,2 %
Br = --------------- x ( P 0,1 P)
100 jam
Dimana :
Br = biaya pemeliharaan ( Rp/jam)
V = harga awal alat mesin pasca panen ( Rp/unit)
d).Biaya Operator
Biaya operator dihitung berdasarkan pada penerimaan operator per hari dibandingkan dengan jumlah jam kerja alat mesin pasca panen per hari, dan dihitung dengan persamaan berikut :
1 hari
Bo = U x ---------------- x Jo
Jk
Dimana :
Bo =biaya operator alat mesin pasca panen (Rp/jam)
U =upah orang per hari (Rp/ hari)
Jk =jam kerja (jam/hari)
Jo =jumlah operator (orang)
Biaya Tidak Tetap = Biaya Bahan Bakar + Biaya Pelumas + Biaya Pemeliharaan + Biaya Operator + Biaya Pihak ketiga (calo)4.Indikator Kelayakan Finansial.a.Titik Impas (Break Even Point = BEP)Analisis titik impas (BEP) merupakan suatu indikator di dalam perencanaan operasi suatu sarana alat mesin pasca panen. Hal ini penting untuk dapat menilai apakah biaya investasi yang akan dilakukan memang dapat diandalkan atau layak diusahakan.
Dengan perencanaan operasi suatu sarana alat mesin pasca panen berdasarkan hasil dari biaya investasi dapat menutupi biaya tetap dan biaya tidak tetapnya. Jika hanya memiliki biaya tidak tetap saja maka analisis titik impas ini tidak ada manfaatnya sama sekali. Selanjutnya perlu di tekankan disini dalam menganalisis titik impas haruslah secara jelas dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Untuk menentukan titik impas suatu kegiatan dapat digunakan beberapa pendekatan sebagai berikut :
1).Pendekatan persamaan
Pendekatan pertama untuk menghitung titik impas adalah metode persamaan. Setiap pendapatan dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Penjualan (Btt Bt) = Pendapatan bersih
Penjualan = Btt + Bt + Pendapatan bersih
Dimana :
Btt = biaya tidak tetap
Bt = biaya tetap
2).Pendekatan Marginal (Metode Contribution Margin)
CM = Contribution Margin
CM = Penjualan Btt
CM per unit = Harga jual per unit Btt per unit
Bt + Pendapatan bersih yang diinginkan
X = -------------------------------------------------------
CM per unit
Dimana :
CM =pendekatan marginal
Btt =biaya tidak tetap
Bt =biaya tetap
X =BEP (dalam unit yang dijual)
BEP = Break Even Point
3).Pendekatan grafis
Dengan asumsi bahwa fungsi dari penjualan dan fungsi dari biaya-biaya adalah linier, maka fungsi-fungsi tersebut dapat digambarkan seperti pada terlihat pada gambar 3. Rumus titik impas (BEP) adalah :
Dalam unit kuantitas
Bt
BEP = -----------------------------------------------
Harga jual per unit Btt per unit
Dalam nilai (Rupiah)
Bt
BEP = -----------------------------------------------
1 Btt / Hasil penjualan
Rp
Pendapatan
Biaya pokok
H
BEP
Biaya operasi
Bt
Biaya tetap
0
Q
Unit
Gambar 3. : Analisis grafis titik impas
b.Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value = NPV)
NPV adalah nilai sekarang dari sejumlah uang dimasa yang akan datang dan dikonversikan kemasa sekarang dengan menggunakan tingkat bunga yang terpilih, persamaannya adalah :
n Xn
NPV = ( -----------
0 (1 + i)n
Dimana :
Xn =Jumlah pendapatan dengan pengeluaran setiap tahun
n =Umur ekonomis alat mesin pasca panen (tahun operasi)
i = Bunga uang pertahun (discount rate)
Dengan metode Nilai Bersih Sekarang ini maka produk yang memberikan nilai yang positif merupakan investasi yang dapat dilaksanakan dan yang memberikan nilai negatif harus ditolak. Persamaan Nilai Bersih Sekarang (NPV) dapat juga ditulis seperti berikut ini :
CF1 CF2 CFn Vn
NPV = -C + ------- + ------- + + --------- + ---------
(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n
Dimana :
C =biaya pengeluaran
CF =pendapatan
n = umur ekonomis (tahun operasi)
Vn = nilai akhir alat mesin
K =bunga bank
Untuk menghitung besarnya nilai bersih kini dapat digunakan rumus sebagai berikut :
n Bt - Ct
NPV = ( -----------------
t=0 (1 + i)n
Dimana :
Bt =pendapatan pada tahun ke t
Ct =biaya pengeluaran pada tahun ke t
i =bunga bank (%) pertahun (discount rate)
n =Umur ekonomis (tahun)
a. Tingkat Laba Internal (Internal Rate of Return = IRR)
Tingkat laba internal dihitung dengan mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari sistem pembukuan yang akan datang dengan biaya investasi. Metode ini mencari suatu tingkat bunga yang membuat nilai sekarang (present value) dari pemasukan akan sama dengan nilai pengeluaran saat sekarang. Persamaan IRR, adalah sebagai berikut :
CF1 CF2 CFn Vn
IRR ; C = -------- + -------- + .... + ------- + -------
(1 + r) (1 + r)2 (1 + r)n (1 + r)n
Dimana :
C =biaya pengeluaran (Rp)
CF =pendapatan (Rp)
n =umur ekonomis (tahun)
Vn =nilai akhir alat mesin pasca panen (Rp)
r =tingkat bunga (%) yang dicari, yaitu IRR yang membuat present value dari pendapatan sama dengan pengeluaran (= C)
Untuk menghitung besarnya tingkat laba internal (IRR) dapat digunakan rumus berikut :
n Bt - Ct
(----------------- = 0 = NPV
t = 0 (1 + IRR)n
Dimana :
Bt =pendapatan pada tahun ke t
Ct =biaya pengeluaran pada tahun ke t
Dengan mencoba-coba nilai bunga (r) sehingga diperoleh nilai NPN positif dan nilai NPV negatif, maka untuk mencari nilai IRR yang membuat nilai NPV sama dengan nol (0), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
NPV1
IRR = i1 + (i2 i1) x ------------------------
(NPV1 NPV2)
Dimana :
i1 =bunga dimana nilai NPV1 (positif)
i2 =bunga dimana nilai NPV2 (negatif)
Usulan hasil yang memiliki tingkat bunga pengembalian (IRR) yang lebih tinggi dari pada bunga modal yang diminta merupakan hasil-hasil yang dapat dipilih, sedangkan hasil dengan internal rate of return (IRR) yang lebih rendah dari pada bunga modal harus ditolak. Sebab jika hasil usaha yang disebutkan tadi diterima maka untuk memaksimalisasi nilai tambah bagi pemiliknya tidak akan tercapai.
d.Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio = BCR)
Perbandingan untung dan biaya dapat ditentukan sebagai perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen. Nilai-nilai ekuivalen biasanya adalah annual worths atau nilai tahunan (A.W.s) atau Present Worths atau nilai sekarang (P.W.s), tetapi bisa juga Future Worths atau nilai yang akan datang (F.W.s). Persamaan dari perbandingan untung dan biaya adalah :
A.W. (pendapatan)
B/C = --------------------------------------
A.W. (biaya bersih total)
B
B/C = ---------------------------------------
C.R. + ( O + M )
Dimana :
A.W. = nilai tahunan
B =nilai tahunan keuntungan bersih (keuntungan kotor dikurangi biaya-biaya) untuk pemakai
C.R. =biaya pemulihan modal atau biaya tahunan ekuivalen dari nilai investasi permulaan, termasuk setiap nilai jual lagi.
O + M =biaya operasional bersih tahunan seragam dan pembayaran pemeliharaan.
Metode Cost Benefit Ratio Index ini mencari hasil dalam bentuk ratio dengan cara membagi nilai sekarang dari seluruh pendapatan, dan dari suatu usaha secara membungakannya dengan bunga dibagi dengan biaya usaha.
Hasil-hasil yang segera didapat kemudian dipertimbangkan untuk dipilih adalah yang cost benefit ratio atau probability indexnya sama atau lebih besar dari satu ( >1 ), sebab cost benefit ratio yang kuang dari satu ( < 1 ) menggambarkan nilai sekarang dari pendapatan adalah lebih rendah dari pengeluarannya, dan hasil-hasil yang seperti itu harus di tolak.
CF1 CF2 CFn Vn
--------- + --------- + .. + ---------- + ---------
(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n
CBR = ----------------------------------------------------------------
C
Dimana :
CBR =cost benefit ratio
C =biaya pengeluaran
CF =pendapatan pada tahun ke n
n =masa hidup ekonomis dari pada usaha
Vn =nilai akhir dari pada hasil pada akhir masa ekonomisnya
k =bunga bank (discount rate)
Perhitungan perbandingan untung dan biaya bersih dapat dipergunakan rumus berikut :
X
Net B/C Ratio = -------
Y
Dimana :
X =nilai kini dari semua pendapatan
Y =nilai kini dari semua biaya
Persamaan-persamaan tersebut dapat digunakan dan mendapatkan hasil perhitungan yang besar, jika data-data yang didapat cukup layak untuk dapat dipergunakan. Sehingga salah satu pendukung untuk mendapatkan data yang baik dimana dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data sesuai dengan prosedur yang telah ada.
III. PENUTUP
Pedoman umum pengembangan sarana alat mesin pasca panen ini dimaksudkan sebagai acuan bagi petugas, penyuluh di pusat maupun di daerah baik propinsi dan kabupaten/ kota serta petani/ kelompok tani dalam pengembangan sarana alat dan mesin pasca panen.
Pedoman umum ini disusun sedemikian rupa agar mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan lapangan. Namun demikian penulis menyadari bahwa buku pedoman umum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran, koreksi dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan kami terima dengan senang hati.
Informasi lebih lanjut hubungi :
Sub Direktorat Pasca PanenTanaman Pangan, Direktorat Penanganan Pasca PanenDirektorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen PertanianJl. Harsono RM No. 3, Gedung D, Lantai III, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Telpon : (021) 7816382, 7815380 Ekt 5106, Fax : 7816382.
LAMPIRAN :
Lampiran 1.
CONTOH ANALISIS FINANSIAL
PENGGUNAAN ALAT MESIN PERONTOK (POWER THRESHER)DIASUMSIKAN BAHWA :
1.Harga Thresher dan Motor Penggerak= Rp.30.000.000,-
2.Nilai akhir Thresher = 10% x harga awal= Rp.3.000.000,-
3.Kapasitas Thresher =800kg/jam
4.Daya Motor Penggerak=6HP
4.Umur Penggunaan Thresher=5tahun
5.Jam kerja per hari=8Jam/hari
6.Hari kerja per tahun=90Hari/tahun
7.Upah tenaga kerja per hari= Rp.30.000per orang
8.Jumlah tenaga kerja=2orang
9.Harga bahan bakar per liter= Rp.4.300,-
10.Harga oli/ pelumas per liter= Rp.25.000,-
11.Bunga modal pertahun=14%
12.Ongkos/ sewa thresher per hektar= Rp300.000,-
13.Hasil produksi per hektar = Rp.5.000Kg
I.Biaya Tetap
a. Penyusutan per tahun= Rp.7.864.656
b. Bunga Modal per tahun= Rp.2.700.000
Biaya Tetap per tahun= Rp10.564.656,-
Biaya Tetap per jam= Rp.14.673,-
II.Biaya Tidak Tetap
a. Biaya bahan bakar per jam= Rp.5.160
b. Biaya Pelumas/ oli per jam= Rp.1.200
c. Biaya pemeliharaan dan perawatan= Rp.3.240
d. Upah operator per jam= Rp.7.500
Biaya Tidak Tetap per jam= Rp.17.100,-
Biaya Pokok per jam= Rp.31.773,-
Biaya Pokok per kg= Rp.40,-
III.Benefit Cost Ratio
B/C Ratio=1,511
IV.Break Even Point
BEP ( Ton/ Tahun )=273,5Ton/ Tahun
BEP ( Hektar/ Tahun)=54,7Hektar/ Tahun
27,4Hektar/ Musim
V.Pay Back Period
PBP=2,6Tahun
NET PRESENT VALUE (NPV)
BUNGA :20%
NBIAYAPENDAPATANBENEFIT DFNILAI KINI
TAHUN(Rp.)(Rp.)(Rp.)20%(Rp.)
030.000.0000-30.000.0001-30.000.000
112.312.00034.560.00022.248.0000,833318.540.000
212.312.00034.560.00022.248.0000,694415.450.000
312.312.00034.560.00022.248.0000,578712.875.000
412.312.00034.560.00022.248.0000,482310.729.167
512.312.00034.560.00022.248.0000,40198.940.972
N P V =36.535.139
NET PRESENT VALUE (NPV)
BUNGA :80%
NBIAYAPENDAPATANBENEFIT DFNILAI KINI
TAHUN(Rp.)(Rp.)(Rp.)80%(Rp.)
030.000.0000-30.000.0001-30.000..00
112.312.00034.560.00022.248.0000,555612.360,000
212.312.00034.560.00022.248.0000,30866.866.667
312.312.00034.560.00022.248.0000,17153.814.815
412.312.00034.560.00022.248.0000,09532.119.342
512.312.00034.560.00022.248.0000,05291.177.412
N P V =-3.661.765
IRR =74,534%
Lampiran 2.
CONTOH ANALISIS FINANSIAL
PENGGUNAAN ALAT MESIN PENGERING DATAR (BED DRYER)
DIASUMSIKAN BAHWA :
1.Harga Dryer dan Motor Penggerak= Rp.40.000.000,-
2.Nilai akhir Dryer = 10% x harga awal= Rp.4.000.000,-
3.Kapasitas Alat Pengering =1.000kg/jam (5 ton/5 jam)
4.Daya Motor Penggerak=6HP
4.Umur Penggunaan Dryer=5tahun
5.Jam kerja per hari=10jam/hari
6.Hari kerja per tahun=80hari/tahun
7.Upah tenaga kerja per hari= Rp.30.000per orang
8.Jumlah tenaga kerja=2orang
9.Harga bahan bakar per liter= Rp.4.000,-
10.Harga oli/ pelumas per liter= Rp.25.000,-
11.Bunga modal pertahun=14%
12.Ongkos/ sewa dryer per hektar= Rp250.000,-
13.Hasil produksi per hektar = Rp.5.000kg
I.Biaya Tetap
a. Penyusutan per tahun= Rp.10.486.208
b. Bunga Modal per tahun= Rp.3.600.000
Biaya Tetap per tahun= Rp14.086.208,-
Biaya Tetap per jam= Rp.17.608,-
II.Biaya Tidak Tetap
a. Biaya bahan bakar per jam= Rp.4.800
b. Biaya Pelumas/ oli per jam= Rp.1.200
c. Biaya pemeliharaan dan perawatan= Rp.4.320
d. Upah operator per jam= Rp.6.000
Biaya Tidak Tetap per jam= Rp.16.320,-
Biaya Pokok per jam= Rp.33.928,-
Biaya Pokok per kg=Rp.34,-
III.Benefit Cost Ratio
B/C Ratio=1,474
IV.Break Even Point
BEP ( Ton/ Tahun )=418,2Ton/ Tahun
BEP ( Hektar/ Tahun)=83,6Hektar/ Tahun
41,8Hektar/ Musim
V.Pay Back Period
PBP=3,1Tahun
NET PRESENT VALUE (NPV)
BUNGA :20%
NBIAYAPENDAPATANBENEFIT DFNILAI KINI
TAHUN(Rp.)(Rp.)(Rp.)20%(Rp.)
040.000.0000-40.000.0001-40.000.000
113.056.00040.000.00026.944.0000,833322.453.333
213.056.00040.000.00026.944.0000,694418.711.111
313.056.00040.000.00026.944.0000,578715.592.593
413.056.00040.000.00026.944.0000,482312.993.827
513.056.00040.000.00026.944.0000,401910.828.189
N P V =40.579.053
NET PRESENT VALUE (NPV)
BUNGA :90%
NBIAYAPENDAPATANBENEFIT DFNILAI KINI
TAHUN(Rp.)(Rp.)(Rp.)90%(Rp.)
040.000.0000-40.000.0001-40.000.000
113.056.00040.000.00026.944.0000,526314.181.053
213.056.00040.000.00026.944.0000,27707.463.712
313.056.00040.000.00026.944.0000,14583.928.269
413.056.00040.000.00026.944.0000,07672.067.510
513.056.00040.000.00026.944.0000,04041.088.163
N P V =-11.271.293
IRR =74,783%
PAGE 31Direktorat Penanganan Pasca Panen ------------------------------------------------------------------------