svt referat(2)

27
1

Upload: achmad-mauludy-noor

Post on 20-Oct-2015

462 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

svt

TRANSCRIPT

REFERATSUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI

Disusun Oleh :Ade Putri Asiah1102009005

Pembimbing dr. Bondan H. Putranto, Sp. JP (K), FIHA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RSUD Kabupaten BEKASI2013

BAB IPENDAHULUAN

Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang sering dijumpai. Aritmia adalah irama jantung di luar irama sinus normal. Istilah aritmia sebenarnya tidak tepat karena aritmia berarti tidak ada irama. Oleh karena itu saat ini digunakan istilah disritmia yang berarti irama yang tidak normal. Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit.1

Insiden SVT sekitar 1-3 per 1000 orang . Dalam sebuah studi berbasis populasi, prevalensi SVT adalah 2,25 kasus per 1000 orang dengan kejadian 35 kasus per 100.000 orang/tahun. AVNRT (Atrioventricular nodal re-entry tachycardia) lebih sering terjadi pada pasien yang berusia menengah atau lebih tua, sementara remaja lebih cenderung memiliki SVT dimediasi oleh jalur aksesori.2

SVT dapat dipicu oleh mekanisme reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh denyut atrium prematur atau denyut ektopik ventrikel. Pemicu lainnya termasuk hipertiroidisme dan stimulan, termasuk kafein, obat-obatan, dan alkohol. SVT dapat terjadi pada pasien dengan infark miokard sebelumnya, prolaps katup mitral, penyakit jantung rematik, perikarditis, pneumonia, penyakit paru-paru kronis. Toksisitas digoxin juga dapat dikaitkan dengan SVT.2

Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh gangguan pembentukan rangsang, gangguan konduksi rangsang dan gangguan pembentukan serta penghantaran rangsang.3

Pengobatan pada SVT terbagi menjadi short term therapy dan long term therapy. Pemberian adenosin, Ca channel blocker, dan beta blocker dapat menjadi terapi untuk pasien SVT. 1Prognosis SVT tergantung pada penyakit jantung struktural yang mendasari. Pasien dengan struktural jantung yang normal memiliki prognosis yang sangat baik.4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi dibagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal.1

II.2. EpidemiologiInsiden SVT sekitar 1-3 per 1000 orang . Dalam sebuah studi berbasis populasi, prevalensi SVT adalah 2,25 kasus per 1000 orang dengan kejadian 35 kasus per 100.000 orang/tahun. AVNRT (Atrioventricular nodal re-entry tachycardia) lebih sering terjadi pada pasien yang berusia menengah atau lebih tua, sementara remaja lebih cenderung memiliki SVT dimediasi oleh jalur aksesori.2 Dalam sebuah studi berbasis populasi, resiko SVT dua kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.

Prevalensi SVT meningkat dengan usia. AVNRT terlihat lebih sering pada orang yang tengah baya atau lebih tua, sementara remaja biasanya memiliki SVT dari jalur aksesori.2 II.3. Etiologi SVT dipicu oleh mekanisme reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh denyut atrium prematur atau denyut ektopik ventrikel. Pemicu lainnya termasuk hipertiroidisme dan stimulan, termasuk kafein, obat-obatan, dan alkohol.

SVT diamati tidak hanya pada orang sehat, melainkan juga terjadi pada pasien dengan infark miokard sebelumnya, prolaps katup mitral, penyakit jantung rematik, perikarditis, pneumonia, penyakit paru-paru kronis, dan keracunan alkohol saat ini. Toksisitas digoxin juga dapat dikaitkan dengan SVT.3II.4. Elektrofisiologi Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh gangguan pembentukan rangsang, gangguan konduksi rangsang dan gangguan pembentukan serta penghantaran rangsang.1,2,31. Gangguan pembentukan rangsangGangguan ini dapat terjadi secara aktif atau pasif. Bila gangguan rangsang terbentuk secara aktif diluar urutan jaras hantaran normal, seringkali menimbulkan gangguan irama ektopik dan bila dibentuk secara pasif sering menimbulkan escape rhytm (irama pengganti).a. Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsangan ektopik secara aktif dan fenomena reentry.b. Escape beat (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang normal tidak atau belum sampai waktu tertentu dari irama normal, sehingga bagian jantung yang belum atau tidak mendapat rangsang itu bekerja secara otomatis untuk mengeluarkan rangsangan intrinsik yang memacu jantung berkontraksi.c. Active ectopic firing terjadi pada keadaan dimana terdapat kenaikan kecepatan automasi pembentukan rangsang pada sebagian otot jantung yang melebihi keadaan normal.d. Reentry terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blokade unidirectional (blokade terhadap rangsang dalam arah antegrad) dimana rangsang dari arah lain masuk kembali secara retrograd melalui bagian yang mengalami blokade tadi setelah masa refrakternya dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang baru secara ektopik. Bila reentry terjadi secara cepat dan berulang-ulang, atau tidak teratur (pada beberapa tempat), maka dapat menimbulkan keadaan takikardi ektopik atau fibrilasi. 2. Gangguan konduksiKelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran (konduksi) aliran yang disebut blokade. Hambatan tersebut mengakibatkan tidak adanya aliran rangsang yang sampai ke bagian miokard yang seharusnya menerima rangsang untuk dimulainya kontraksi. Blokade ini dapat terjadi pada tiap bagian sistem hantaran rangsang mulai dari nodus SA atrium, nodus AV, jaras HIS, dan cabang-cabang jaras kanan kiri sampai pada percabangan purkinje dalam miokard.3. Gangguan pembentukan dan konduksi rangsangGangguan irama jantung dapat terjadi sebagai akibat gangguan pembentukan rangsang bersama gangguan hantaran rangsang.

II.5. Klasifikasi Terdapat 3 jenis SVT yang sering ditemukan :2,3a. Takikardi atrium primer (takikardi atrial ektopik)Terdapat sekitar 10% dari semua kasus SVT, tetapi SVT jenis ini sukar untuk diobati. Takikardi ini jarang menimbulkan gejala akut. Biasanya ditemukan jika pasien melakukan pemeriksaan rutin atau karena ada gagal jantung akibat aritmia yang lama. Pada takikardi atrium primer tampak adanya gelombang p yang agak berbeda dengan gelombang p pada waktu irama sinus tanpa disertai pemanjangan interval PR. Pada pemeriksaan elektrofisiologi intrakardiak tidak didapatkan jaras abnormal.b. Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT)Pada AVRT pada sindrom Wolf Parkinson White (WPW) jenis orthodromic, konduksi antegrad terjadi pada jaras his purkinje (slow conduction) sedangkan konduksi retrograd terjadi pada jaras tambahan (fast conduction). Kelainan yang tampak pada EKG adalah takikardi dengan kompleks QRS yang sempit dengan gelombang p yang timbul segera setelah kompleks QRS dan terbalik. Pada jenis yang antidromic, konduksi antegrad terjadi pada jaras tambahan sedangkan retrograd terjadi pada jaras his-purkinje. Kelainan pada EKG tampak adalah takikardi dengan kompleks QRS yang lebar dengan gelombang p yang terbalik dan timbul pada jarak yang lebih jauh setelah kompleks QRS.c. Atrioventricular nodal re-entry tachycardia (AVNRT)Pada jenis AVNRT, reentry terjadi di dalam nodus AV. Sirkuit tertutup pada jenis ini merupakan sirkuit fungsional. Jika konduksi antegrad terjadi pada sisi lambat (slow limb) dan konduksi retrograd terjadi pada sisi yang cepat (fast limb), jenis ini disebut juga jenis typical (slow-fast) atau orthodromic. Kelainan pada EKG yang tampak adalah takikardi dengan kompleks QRS sempit dengan gelombang P yang timbul segera setelah kompleks QRS tersebut dan terbalik atau terkadang tidak tampak karena gelombang p tersebut terbenam di dalam kompleks QRS. Jika konduksi antegrad terjadi pada sisi cepat dan konduksi retrograd terjadi pada sisi lambat, jenis ini disebut dengan atypical (fast-slow) atau antidromic. Kelainan yang tampak pada ekg adalah kelainan dengan kompleks QRS sempit dan gelombang p terbalik dan timbul pada jarak yang cukup jauh setelah kompleks QRS.

II.6. Manifestasi klinis 3,4Karena keparahan gejala tergantung pada adanya penyakit jantung struktural dan cadangan hemodinamik pasien, individu dengan SVT mungkin hadir dengan gejala ringan atau keluhan cardiopulmonary yang parah. Gejala yang muncul SVT dan tingkat frekuensi sebagai berikut : Palpitasi Dizziness Sesak napas Sinkop Nyeri dada Kelelahan Diaforesis Mual

Palpitasi dan dizziness adalah gejala yang paling umum dilaporkan oleh pasien dengan SVT. Sesak nafas mungkin menjadi sekunder untuk detak jantung yang cepat, dan sering menghilang dengan penghentian takikardia. SVT Persistent dapat menyebabkan tachycardia-induced cardiomyopathy.

Pasien yang hemodinamik tidak stabil harus segera disadarkan dengan kardioversi. Elektrokardiogram ( EKG ) harus dilakukan sesegera mungkin. Banyak pasien dengan episode sering SVT cenderung menghindari kegiatan seperti berolahraga dan mengemudi karena episode masa lalu syncope.

II.7. Diagnosis41. AnamnesisDalam menganamesis pasien dengan SVT, klinisi harus mengetahui durasi dan frekuensi episode SVT, onset, penyakit jantung sebelumnya, dan hal-hal yang dapat memicu terjadinya SVT (alkohol, kafein, pergerakan yang tiba-tiba, stress emosional, kelelahan, dan pengobatan). Gambaran ini dapat membedakan SVT dengan takiaritmia lainnya. SVT memiliki onset dan terminasi palpitasi yang tiba-tiba, sedangkan sinus takikardi memiliki onset yang mengalami percepatan ataupun perlambatan secara bertahap. Dengan adanya gejala yang khas pada anamnesis yaitu onset yang tiba-tiba, cepat, palpitasi yang reguler, dapat ditegakkan diagnosis SVT tanpa dibutuhkannya pemeriksaan EKG berulang. Adapun pasien yang mengalami onset SVT yang tidak tiba-tiba sering kali mengalami misdiagnosis dengan gangguan panik. Karena keparahan gejala SVT tergantung pada adanya gangguan pada struktur janung atau hemodinamik dari pasien, pasien dengan SVT dapat memiliki gejala kardiopulmoner ringan atau berat. Palpitasi dengan dizziness merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada pasien SVT. Nyeri dada dapat dijumpai sekunder terhadap nadi yang cepat dan biasanya berkurang setelah terminasi dari takikardi.

2. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik umumnya terbatas pada kardiovaskular dan respirasi. Pasien sering merasa terganggu dan mungkin takikardi satu-satunya yang dijumpai pada pasien sehat dan memiliki hemodinamik yang baik. Sedangkan pada pasien yang memiliki gangguan hemodinamik dapat dijumpai takipneu dan hipotensi, crackles dapat dijumpai pada auskultasi sekunder terhadap gagal jantung, S3 dapat dijumpai dan pulsasi vena jugularis dapat terlihat. Pada pemeriksaan fisik pada saat episode dapat menunjukkan frog sign (penonjolan vena jugularis, gelombang yang timbul akibat kontraksi atrium terhadap katup trikuspid yang tertutup).

3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laboratoriumPada pasien dengan nyeri dada, pasien dengan faktor risiko untuk infark miokard, dan pasien yang dinyatakan tidak stabil dan hadir dengan gagal jantung, hipotensi, atau edema paru harus dilakukan evaluasi enzim jantung. Pasien muda tanpa cacat jantung struktural memiliki risiko yang sangat rendah infark miokard .

Tes laboratorium lainnya adalah sebagai berikut : Kadar elektrolitHarus diperiksa karena kelainan elektrolit dapat berkontribusi SVT( SVT paroxysmal ) Hitung darah lengkap Untuk membantu menilai apakah anemia berkontribusi terhadap takikardi atau iskemia Tingkat Digoxin Untuk pasien yang mengkonsumsi digoxin, karena SVT adalah salah satu dari banyak disritmia yang dapat disebabkan oleh tingkat supratherapeutic obat ini

b. Elektrokardiografi (EKG)Presentasi EKG pada pasien dengan SVT biasanya terdapat QRS kompleks yang sempit (QRS interval kurang daru 120msec), tetapi beberapa kasus dapat dijumpa QRS kompleks yang lebar jika berhubungan dengan pre existing or rate related bundle branch block. Pada kompleks QRS yang lebar lebih baik kita mengasumsikan takikardi berasal dari ventrikel sampai dapat dibuktikan. Setelah kembali keirama sinus rhytm ke 12 lead EKG harus diperhatikal ada atau tidaknya gelombang delta (slurred upstroke at the onset of QRS complex), yang mengindikasi adanya jalur tambahan (accessory pathway). Adapun bukti adanya preexcitation dapat minimal jika jalur tambahan terletak jauh dari nodus sinus atau jika jalur tambahan concealed. Pada pasien ambulatori dengan SVT sering (dua atau lebih perbulan), rekaman EKG lanjutan sampai 7 hari dapat berguna untuk dokumentasi aritmia.

Gambaran EKG sesuai dengan tipe SVT : Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT) Bentuk yang paling sering Sirkuit reentry melibatkan nodus AV Gelombang p retrogard dapat melibatkan tertanam (burried within) atau hanya setelah kompleks QRS pada takikardi Atrioventricular nodal re-entry tachycardia (AVRT) Bentuk kedua yang paling sering Sirkuit reentry melibatkan jalur tambahan Beberapa jalur disebut concealed pathway, hanya berkonduksi dengan arah retrogard. Jalur yang berkonduksi dengan arah antegrad menunjukkan preexcitation pada EKG (Wolf-Parkinson White Syndrome).

The P wave of the atrial ectopic beat is visible as a distortion of the T wave of theprecedingbeat(solidarrow).RetrogradePwavesarevisibleimmediatelyaftertheQRScomplex (dotted arrows). This tachycardia may be due to atrioventricular re-entranttachycardia with a concealed pathway, or atrioventricular node re-entry. This patient did notelect to undergo an electrophysiology study and ablation therapy, and is not on maintenancemedical therapy.

c. Rontgen thoraxRontgen thorax untuk menilai adanya edema paru dan kardiomegali. Infeksi seperti pneumonia, yang dalam kasus-kasus tertentu yang terkait dengan SVT, juga dapat dikonfirmasi dengan temuan dari metode ini pencitraan.

d. Ekokardiografi Dipertimbangkan pada pasien untuk memeriksa adanya gangguan struktural jantung walaupun hal ini jarang ditemukan. Kebanyakan pasien normal.

e. Electrophysiological testingUntuk mengidentifikasi mekanisme aritmia, tetapi pemeriksaan ini dilakukan apabila ablasi kateter dipertimbangkan.

II.8. Diagnosis banding3,5

II.9. Penatalaksanaan 1,3,4

Pasien dengan atrial fibrilasi preexcited tidak boleh diberikan secara intravena AV nodal agent blocker, seperti adenosin, beta - blocker, calcium channel blockers, dan digoxin. Sebaliknya, jika pasien hemodinamik stabil, procainamide intravena harus diberikan. Jika pasien tidak stabil, kardioversi arus searah harus dilakukan.

Sebagian besar pasien yang datang dengan SVT yang memiliki AVNRT atau AVRT. Aritmia bergantung pada AV nodal konduksi dan karena itu dapat diakhiri oleh transiently memblokir konduksi ini.

Kardioversi listrikKardioversi listrik adalah metode yang paling efektif untuk memulihkan irama sinus. Kardioversi Synchronized mulai 50J dapat digunakan segera pada pasien yang hipotensi, memiliki edema paru, mengalami nyeri dada dengan iskemia, atau sebaliknya tidak stabil. Jika fibrilasi atrium ada selama lebih dari 24-48 jam, menunda kardioversi sampai pasien telah cukup antikoagulan untuk mencegah komplikasi tromboemboli.

Short term pharmacologicalKetika SVT tidak diakhiri oleh manuver vagal, manajemen jangka pendek melibatkan adenosine dan Ca channel blocker. Adenosine adalah obat short-acting yang berhasil menterminasi takikardi pada 90 % kasus takikardia karena AVNRT atau AVRT. Dosis adenosine yang diberikan 6-12 mg secara IV. Efek samping khas adenosin termasuk pembilasan, nyeri dada, dan dizziness. Efek ini bersifat sementara karena adenosin memiliki waktu paruh yang sangat pendek 10-20 detik .

Alternatif lain untuk pengobatan akut SVT adalah Ca channel blocker, seperti verapamil dan diltiazem, serta beta blocker seperti metoprolol atau esmolol. Verapamil adalah Ca channel blocker yang juga memiliki sifat memblokir AV. Ia memiliki waktu paruh lebih panjang dari adenosin dan dapat membantu untuk mempertahankan irama sinus setelah penghentian SVT. Hal ini juga menguntungkan untuk mengendalikan laju ventrikel pada pasien dengan takiaritmia atrial. Dosis Verapamil yang diberikan 5-10 mg IV atau diltiazem 0,25 0,35 mg/kgbb IV. Keduanya diberikan saat adenosine dan manufer vagal gagal.

Long term pharmacologicalPilihan terapi jangka panjang untuk pasien dengan SVT tergantung pada jenis takiaritmia yang terjadi dan frekuensi dan durasi episode, serta gejala dan risiko yang terkait dengan aritmia (misalnya, gagal jantung, kematian mendadak). Mengevaluasi pasien secara individual, dan pengobatan menyesuaikan terapi terbaik untuk takiaritmia tertentu.

Pasien dengan SVT awalnya mungkin diobati dengan Ca channel blocker, digoxin, serta beta-blocker. Kelas IA, IC, atau agen antiarrhythmic III jarang digunakan karena keberhasilan Radiofrequency ablation

Radiofrequency ablationDefinisi Ablasi kateter adalah suatu tindakan untuk mengatasi aritmia dengan menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam ruang dalam jantung. Kateter dihubungkan dengan mesin khusus untuk memberikan energi listrik untuk memutus jalur konduksi tambahan atau fokus-fokus aritmia yang menyebabkan ketidaknormalan irama jantung.

Indikasi Dilakukan pada pasien dengan aritmia jantung.Syarat kesuksesan ablasi kateter Pemahaman yang cermat tentang penanganan aritmia . Pemahaman tentang anatomi jantung yang terkait dengan jalur tersebut. Membutuhkan teknologi untuk memungkinkan posisi yang tepat dari kateter dan juga menciptakan lesi yang tepat pada lokasi kritis di antara jalur tersebut.

Klasifikasi Direct current (DC) shocks : kateter elektroda standar terhubung dengan defibrilator konvensional. Potensi menyebabkan kerusakannya tinggi. Radiofrequency (RF) energy : Merupakan prosedur nonsurgical yang digunakan untuk terapi beberapa tipe aritmia (terutama SVT). Ablasi RF dilakukan dengan cara memasukkan sebuah kateter elektroda melalui pembuluh darah untuk melakukan elektrokauter yang ditargetkan di dalam jantung. RFA menggunakan panas yang dihasilkan dari frekuensi tinggi arus bolak-balik (dalam kisaran 100kHz 1,5 MHz). Sel otot jantung di daerah yang sangat kecil (sekitar 1/5 inci) mati dan berhenti melakukan dorongan ekstra yang menyebabkan takikardi.

Kelebihan RFA dibandingkan DC shock : RFA tidak menyebabkan explosion. Sehingga tidak terjadi ruptur dari vena-vena jantung. RFA hanya memberikan sedikit stimulasi ke otot dan nervus. Jadi tidak membutuhkan anestesi umum. Menyebabkan kerusakan jaringan yang parsial. Lesi yang ditimbulkan kecil, homogen, dan sedikit arrhythmogenic.

Kekurangan RFA : Lesi yang dibentuk kecil (d = 4-5mm dan kedalaman = 3mm). Pada target yang luas dan dalam tidak tepat bila digunakan teknik RFA. RFA tidak instan. Kontak yang stabil antara ujung kateter dan jaringan harus dipertahankan selama 5-12 detik selama RFA diterapkan.

Komplikasi RFA :Komplikasi yang paling sering terjadi : Complete heart block : Saat ablasi dilakukan berdekatan dengan sistem konduksi yang normal. Perforasi jantung Komplikasi RFA lainnnya : Arrhythmogenic foci Regurgitasi mitral Emboli sistemik Stenosis vena pulmonal

II.11. Komplikasi4,5 SVT dapat menyebabkan gagal jantung, edema paru, iskemia miokard, infark miokard sekunder untuk detak jantung meningkat pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri yang buruk. Bahkan, satu studi menemukan bahwa sepertiga dari pasien dengan SVT mengalami sinkop atau dibutuhkan kardioversi.

II.12. Prognosis3,5Pasien dengan sindrom WPW gejala memiliki risiko kecil kematian mendadak . Jika tidak, prognosis pada SVT tergantung pada penyakit jantung struktural yang mendasari. Pasien dengan struktural jantung yang normal memiliki prognosis yang sangat baik .

Morbiditas dan mortalitasSVT dapat tiba-tiba dan berakhir di mana saja dari detik ke hari. Pasien mungkin asimptomatik, tergantung pada cadangan hemodinamik dan denyut jantung, durasi dari SVT, dan penyakit penyerta.

Tingkat ventrikel yang sangat cepat selama fibrilasi atrium atau atrial flutter dapat menyebabkan kerusakan fibrilasi ventrikel . Komplikasi dan terjadi terutama pada pasien yang memiliki gejala sebelumnya karena WPW syndrome. Kematian mendadak mungkin presentasi awal sindrom WPW, tapi seberapa sering hal ini terjadi tidak jelas .

BAB IIIKESIMPULAN

Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit.Insiden SVT sekitar 1-3 per 1000 orang . Dalam sebuah studi berbasis populasi, prevalensi SVT adalah 2,25 kasus per 1000 orang dengan kejadian 35 kasus per 100.000 orang/tahun. SVT dapat dipicu oleh mekanisme reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh denyut atrium prematur atau denyut ektopik ventrikel. Pemicu lainnya termasuk hipertiroidisme dan stimulan, termasuk kafein, obat-obatan, dan alkohol. SVT dapat terjadi pada pasien dengan infark miokard sebelumnya, prolaps katup mitral, penyakit jantung rematik, perikarditis, pneumonia, penyakit paru-paru kronis. Toksisitas digoxin juga dapat dikaitkan dengan SVT.Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh gangguan pembentukan rangsang, gangguan konduksi rangsang dan gangguan pembentukan serta penghantaran rangsang.Gejala yang timbul pada SVT biasanya berupa palpitasi, dizziness, sesak napas, sinkop, nyeri dada, kelelahan, diaforesis, dan mual.Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan hematologi, elektrokardiografi, rontgen toraks, dan electrophysiological testing.Penatalaksanaan pada SVT terbagi menjadi short term therapy dan long term therapy. Pemberian adenosin, Ca channel blocker, dan beta blocker dapat menjadi terapi untuk pasien SVT.Prognosis SVT tergantung pada penyakit jantung struktural yang mendasari. Pasien dengan struktural jantung yang normal memiliki prognosis yang sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Olgin, Jeffrey E.,Douglas P.Zipes. Tachyarrhythmias. Braunwalds Heart Disease. A Texbook of Cardiovascular Medicine Ninth Edition. Page: 863-99.2. Wang, Paul J dan N.A. Mark Estes II. Supraventricular Tachycardia. Website http://circ.ahajournals.org/content/106/25/206 Accessed October 16, 20133. Delacretaz, Etienne. Supraventricular Tachycardia. Website http://www/nejm.org/doi/full/10/1056/NEJMep051145 Accessed October 16, 20134. Medi, Carolin. Jonathan M Kalman, dan Saul B Freedman. Supraventricular Tachycardia. Website http://www.mia.com.au/public/issue/190_05_020309/med107_27_fm.html Accessed October 16, 2013 5. Gugneja, Monika. Paroxysmal Supraventricular Tachycardia. Website http://emedicine.medscape.com/article/156670-overview Accessed October 16, 2013

4