laporan pendahuluan svt pvc

35
LAPORAN PENDAHULUAN SVT DAN PVC Penugasan ini disusun untuk memenuhi tugas individu profesi Ners Oleh : Maya Rachmah Sari 0910723033 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

Upload: maya-rachmah

Post on 28-Nov-2015

2.298 views

Category:

Documents


266 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI DAN PREMATURE VENTRICULAR CONTRACTION

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

LAPORAN PENDAHULUAN

SVT DAN PVC

Penugasan ini disusun untuk memenuhi tugas individu profesi Ners

Oleh :

Maya Rachmah Sari

0910723033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2013

Page 2: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

KONSEP SVT

1. Definisi

Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang cepat dan reguler

berkisar antara 150-250 denyut per menit. SVT sering juga disebut Paroxysmal

Supraventrikular Takikardi (PSVT). Paroksismal disini artinya adalah gangguan tiba-tiba dari

denyut jantung yang menjadi cepat. Kelainan pada TSV mencakup komponen sistem

konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan TSV mempunyai

kompleks QRS normal. Kelainan ini sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan

gagal jantung.

2. Etiologi

a. Idiopatik, ditemukan pada hampir setengah jumlah pasien. Tipe idiopatik ini biasanya

terjadi lebih sering pada bayi daripada anak.

b. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) terdapat pada 10-20% kasus dan terjadi

hanya setelah konversi menjadi sinus aritmia. Sindrom WPW adalah suatu sindrom

dengan interval PR yang pendek daninterval QRS yang lebar; yang disebabkan oleh

hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras tambahan

c. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali Ebstein’s, single ventricle,L-TGA)

Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh gangguan

pembentukan rangsang, gangguan konduksi rangsang dan gangguan pembentukan serta

penghantaran rangsang.

a. Gangguan pembentukan rangsang

Gangguan ini dapat terjadi secara pasif atau aktif. Bila gangguanrangsang terbentuk

secara aktif di luar urutan jaras hantaran normal, seringkali menimbulkan gangguan irama

ektopik dan bila terbentuk secara pasif sering menimbulkan escape rhytm (irama pengganti).

- Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsang ektopik secara aktif dan fenomena

reentry

- Escape beat (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang normal tidak atau belum sampai

pada waktu tertentu dari irama normal, sehingga bagian jantung yang belum atau tidak

mendapat rangsang itu bekerja secara otomatis untuk mengeluarkan rangsangan instrinsik

yang memacu jantung berkontraksi.

Page 3: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

- Active ectopic firing terjadi pada keadaan dimana terdapat kenaikan kecepatan automasi

pembentukan rangsang pada sebagian otot jantung yang melebihi keadaan normal.

- Reentry terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blokade unidirectional (blokade

terhadap rangsang dalam arah antegrad) dimana rangsang dari arah lain masuk kembali

secara retrograd melalui bagian yang mengalami blokade tadi setelah masa refrakternya

dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang baru secara ektopik. Bila reentry terjadi

secara cepat dan berulang-ulang, atau tidak teratur (pada beberapa tempat), maka dapat

menimbulkan keadaan takikardi ektopik atau fibrilasi.

b. Gangguan konduksi

Kelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran (konduksi)

aliran rangsang yang disebut blokade. Hambatan tersebut mengakibatkan tidak adanya

aliran rangsang yang sampai ke bagian miokard yang seharusnya menerima rangsang

untuk dimulainya kontraksi. Blokade ini dapat terjadi pada tiap bagian sistem hantaran

rangsang mulai dari nodus SA atrium, nodus AV, jaras HIS, dan cabangcabang jaras kanan

kiri sampai pada percabangan purkinye dalam miokard.

c. Gangguan pembentukan dan konduksi rangsangan

Gangguan irama jantung dapat terjadi sebagai akibat gangguan pembentukan

rangsang bersama gangguan hantaran rangsang.

Patofisiologi

(1). Otomatisasi (automaticity)

Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi sebagai akibat adanya sel yang

engalami percepatan (akselerasi) pada fase 4 dan sel ini dapat terjadi di atrium, A-V

junction, bundel HIS, dan ventrikel. Struktur lain yang dapat menjadi sumber/fokus

otomatisasi adalah vena pulmonalis dan vena kava superior. Contoh takikardi otomatis

adalah sinus takikardi. Ciri peningkatan laju nadi secara perlahan sebelum akhirnya

takiaritmia berhenti. Takiaritmia karena otomatisasi sering berkaitan dengan gangguan

metabolik seperti hipoksia, hipokalemia, hipomagnesemia, dan asidosis.

Page 4: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

(2). Reentry

Ini adalah mekanisme yang terbanyak sebagai penyebab takiaritmia dan paling

mudah dibuktikan pada pemeriksaan elektrofisiologi. Syarat mutlak untuk timbulnya reentry

adalah:

a. Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan baik pada bagian distal maupun

proksimal hingga membentuk suatu rangkaian konduksi tertutup.

b. Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah.

c. Aliran listrik antegrad secara lambat pada jalur konduksi yang tidak mengalami blok

memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur konduksi yang mengalami blok searah

untuk kemudian menimbulkan aliran listrik secara retrograd secara cepat pada jalur

konduksi tersebut.

Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar pasien terdapat disfungsi miokard akibat TSV

pada saat serangan atau pada TSV sebelumnya. Gejala klinis lain TSV dapat berupa

palpitasi, lightheadness, mudah lelah, hoyong, nyeri dada, nafas pendek dan bahkan

penurunan kesadaran. Pasien juga mengeluh lemah, nyeri kepala dan rasa tidak enak di

Page 5: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

tenggorokan. Risiko terjadinya gagal jantung sangat rendah pada anak dan remaja dengan

TSV tapi risikonya meningkat pada neonatus dengan TSV, neonatus dengan WPW dan

pada anak dengan penyakit jantung.6 Bila takikardi terjadi saat fetus, dapat menyebabkan

timbulnya gagal jantung berat dan hidrops fetalis.

a. Pada bentuk akut: pucat, gelisah, takipneu dan sukar minum

b. Denyut jantung; 180-300 kali/menit (mungkin sulit dihitung)

c. Dapat terjadi gagal jantung (bila dalam 24 jam tidak membaik)

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada sistem kardiovaskular dan respirasi.

Pasien sering tampak terganggu dan mungkin takikardi satu satunya yang dijumpai pada

pasien yang sehat dan memiliki hemodinamik yang baik. Sedangkan pada pasien dengan

gangguan hemodinamik dapat dijumpai takipnu dan hipotensi, crackles dapat dijumpai pada

auskultasi sekunder terhadap gagal jantung, S3 dapat djumpai dan pulsasi vena jugularis

juga dapat terlihat. 4Pada pemeriksaaan fisik pada saat episode dapat menunjukkan frog

sign – penonjolan vena jugularis , gelombang yang timbul akibat kontraksi atrium terhadap

katup trikuspid yang tertutup.

Persentasi EKG pada pasien dengan supraventrikular takikardi biasanya terdapat

QRS kompleks yang sempit ( QRS interval kurang dari 120msec), tetapi beberapa kasus

( kurang dari 10 %), dapat dijumpai QRS kompleks yang lebar jika berhubungan dengan pre

existing or rate related bundle branch block. Pada QRS kompleks yang lebar, lebih baik kita

mengasumsikan takikardi berasal dari ventrikel sampai dapat dibuktikan. Setelah kembali ke

irama sinus rhythm, ke 12 lead EKG harus diperhatikan ada apa tidaknya gelombang delta

(slurred upstroke at the onset of QRS complex), yang mengindikasikan adanya jalur

tambahan ( accessory pathway). Adapun bukti adanya preexcitation dapat minimal ataupun

absen jika jalur tambahan terletak jauh dari nodus sinus atau jika jalur tambahan

“concealed”. Pada pasien ambulatori dengan episode SVT sering ( dua atau lebih per

bulan), rekaman EKG dan lanjutan sampai 7 hari dapat berguna untuk dokumentasi

aritmia.2

Gambaran EKG sesuai dengan tipe SVT

a. Atrioventricular nodal re- entrant tachycardia(AVNRT)3

Bentuk yang paling sering

Sirkuit re- entrant melibatkan nodus AV

Page 6: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

Gelombang p retrograd dapat terlihat tertanam (buried within) atau hanya setelah

kompleks QRS pada takikardia (lihat gambar 1)

b. Atrioventricular re- entrant tachycardia (AVRT)

Bentuk kedua yang paling sering

Sirkuit re- entrant melibatkan jalur tambahan

Beberapa jalur disebut concealed pathway, hanya berkonduksi dengan arah retrograd.

(lihat gambar 1)

Jalur yang berkonduksi dengan arah anterograd menunjukkan preexcitation pada EKG

(Wolf-Parkinson-White Syndrome)

Page 7: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

Penatalaksanaan

Penting untuk membedakan aritmia reentry SVT berdasarkan miokard atrium ( cth: A

Fib) versus aritmia pada sirkuit reentry. Karena setiap bentuk aritmia tersebut memiliki

respon ayng berbeda pada terafi yang ditujukan untuk menghalangi konduksi melalui nodus

AV. Denyut ventricular dari aritmia reentry beasal dari miokard atrium dapat diperlambat,

Page 8: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

tapi tidak dapat dihentikan oleh obat-obatan yang memperlambat konduksi melalui AV node.

Aritmia yang salah satu tungkai sirkuit berada pada nodus AV (AVNRT atau AVRT)  dapat

diterminasi oleh obat-obat seperti ini.

a.       Manuver vagal

Manuver vagal dan adenosine merupakan pilihan terapi awal untuk SVT stabil. Maneuver

vagal saja akan menghentikan 25% SVT. Sedangkan untuk jenis SVT lainnya maneuver

vagal dan adenosine dapat memperlambat denyut ventrikel secara transien dan mebantu

diagnosis irama, tetapi tidak selalu m,enghentikan irama ini.

Pemijatan karotis harus dilakukan dengan sangat hati-hati

1.       Auskultasi adanya bising karotis (bruit), jika ada penyakit karotis. JANGAN

MELAKUKAN PIJAT KAROTIS !!!!

2.       Pasien berbaring datar, kepala ekstensi (leher), rotasi menjauhi anda.

3.        Palapasi artesi karotis pada mandibula, tekanlah dengan lembut selam 10-15 detik.

4.       Jangan menekan kedua arteri karotis secara bersamaan, dahulukan arteri komunis

dekstra karena tingkat keberhasilannya sedikit lebih baik.

5.       Buat strip irama selama prosedur, siapkan alat-alat resusitasi karena pada kasus yang

jarang dapat menyebabkan henti sinus.

b.      Adenosine, 6 mg adenosine IV cepat pada vena besar (cth: antecubital) diikuti flush 20

ml saline. Bila tidak berubah dal 1-2 menit berikan 12 mg adenosine dengan cara seperti di

atas.

c.       Penghambat kanal kalsium

1.       verapamil 2,5-5mg IV bolus selama 2-3 menit. Bila tidak berespon dan tidak ada efek

samping obat, ulang 5-10mg dosis setiap 10-30 menit sampai total dosis 20 mg. atau dosis

alternative 5 mg setiap 15 menit sampai total 30 mg.

2.       diltiazem 15-20 mg ( 0,25mg/kgBB ) IV selama 2 menit, bila diperlukan dapat

diberikan dosis tambahan 20-25 mg (0,35mg/kgBB) selama 15 menit. Dosis maintenans

5mg/jam sampai 15mg/jam, titrasi sesuai heart rate.

d.      Penghambat beta (metoprolol, bisoprolol, atenolol, esmolol, labetolol)

e.      Obat-obat antiaritmia (amiodarone, prokainamide, sotalol)

Page 9: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

f.        Digoxin

g.       Kardioversi : 50-100 joule

Page 10: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

KONSEP PVC

1. Definisi

Premature Ventricular Contraction ( Extrasistole ventrikel / Ventrikel Premature

Beats) adalah gangguan irama jantung dimana timbul denyut jantung prematur yang berasal

dari fokus yang terletak di ventrikel. Premature ventricular contractions adalah terutama

umum diantara pasien-pasien yang lebih tua, pasien-pasien dengan tekanan darah tinggi,

pasien-pasien dengan penyakit-penyakit jantung, dan diantara orang-orang Amerika

keturunan Afrika yang lebih tua. Premature ventricular contractions dapat juga terjadi pada

individu-individu muda yang sehat tanpa penyakit-penyakit jantung atau tekanan darah

tinggi.

Fisiologi Jantung

Jantung mempunyai empat ruang-ruang. Dua ruang diatas adalah atria (serambi-

serambi), dan dua ruang yang lebih bawah adalah ventricles (bilik-bilik). Atria mengirim

darah ke ventricles, dan ventricles mengirim darah ke paru-paru dan keseluruh tubuh.

Ventricle kanan mengirim darah ke paru-paru sementara ventricle kiri mengirim darah

keseluruh tubuh. Denyut jantung (pulse) yang kita rasakan disebabkan oleh kontraksi-

kontraksi dari ventricles.

Denyut jantung normalnya dikontrol oleh sistim elektrik jantung. Sistim elektrik

jantung terdiri dari SA node (sino-atrial node), AV node (atrio-ventricular node)dan

jaringan-jaringan khusus dalam ventricles yang dapat mengantar listrik.

SA node adalah pemacu listrik jantung. Ia adalah potongan kecil dari sel-sel yang

berlokasi dalam dinding atrium (serambi) kanan; frekwensi yang dengannya SA node

melepaskan listrik menentukan kecepatan/angka dimana jantung normalnya berdenyut. SA

node mempertahankan jantung berdenyut dalam cara yang teratur. Pada saat istirahat,

frekwensi dari pelepasan listrik yang berasal dari SA node adalah rendah, dan jantung

berdenyut pada batasan yang lebih rendah dari normal (60-80 denyutan/menit). Selama

latihan atau kegembiraan, frekwensi dari pelepasan dari SA node meningkat, meningkatkan

kecepatan/angka jantung berdenyut.

Pelepsan-pelepasan elektrik lewat dari SA node, melalui jaringan-jaringan khusus dari atria

kedalam AV node, dan melalui AV node ke jaringan-jaringan pengantar khusus dari

ventricles dan menyebabkan ventricles untuk berkontraksi.

Yang Terjadi Selama Premature Ventricular Contraction

Page 11: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

Selama premature ventricular contraction (kontraksi bilik prematur), ventricle secara

elektrik melepaskan (dan berkontraksi) prematur sebelum pelepasan elektrik normal tiba dari

SA node. Pelepasan-pelepasan prematur ini disebabkan oleh "keiritasian" elektrik otot

jantung dari ventricles, dan dapat disebabkan oleh serangan-serangan jantung,

ketidakseimbangan-ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan oksigen, atau obat-obat.

Segera setelah premature ventricular contraction, sistim elektrik jantung reset (memasang

kembali). Pemasangan kembali ini menyebabkan selaan (istirahat) singkat pada denyut

jantung, dan beberapa pasien-pasien melaporkan perasaan jantungnya berhenti singkat

setelah premature ventricular contraction.

2. Etiologi

Serangan jantung

Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Cardiomyopathy, termasuk gagal jantung congestive

Penyakit klep-klep jantung seperti mitral valve prolapse

Hypokalemia (tingkat-tingkat darah yang rendah dari potassium),

danhypomagnesemia (tingkat-tingkat darah yang rendah dari magnesium).

Hypokalemia dan hypomagnesemia dapat terjadi, contohnya, pada pasien-pasien

yang meminum diuretics (pil-pil air)

Hypoxia (jumlah-jumlah oksigen yang rendah dalam darah). Hypoxia, contohnya,

terjadi dengan penyakit paru seperti emphysema atau chronic obstructive pulmonary

disease (COPD)

Obat-obat seperti digoxin, aminophylline, tricyclic antidepressants, dan

decongestants (obat atau barang yang menghilangkan rasa sesak atau kemampatan

hidung) yang mengandung ephedrine. Meminum alkohol yang berlebihan

Meminum kafein yang berlebihan

Penggunaan obat stimulan seperti cocaine, dan amphetamines

Myocarditis (peradangan otot jantung) dan cardiac contusion (luka otot jantung)

PVCs juga terjadi pada individu-individu yang sehat tanpa penyakit-penyakit jantung

Page 12: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

3. Faktor Resiko

Usia

Jenis kelamin

Kebiasaan minum kopi, merokok , alkohol

Stres

Adanya penyakit jantung organik

4. Klasifikasi

a. Berdasarkan hubungan dengan irama jantung yang normal

Bigemini à kompleks yang berpasangan ,VPCs setiap 1 irama normal

Trigemini à setelah 2 irama normal

Quadrigeminià setelah 3 irama normal

Couplet à 2 VPC yang berurutan

Nonsustained à 3 atau lebih VPC yang berurutan( kurang dari 30 detik)

b. Berdasarkan fokus

Banyaknya fokus

Unifokal/ unimorfik – irama berasal dari satu focus, semua VPCs punya morfologi

yang sama

Multifokal/ multimorfik – VPCs memiliki lebih dari 1 morfologi dan mungkin berasal

dari lebih dari satu sisi

Tempat asal fokus

Ventrikel kiri

Ventrikel kanan

Berhubungan dengan penyakit jantung

Tidak ada (idiopathic)

Adanya penyakit jantung structural

5. Patofisiologi

Secara umum ada 3 mekanisme terjadinya aritmia , termasuk aritmia ventrikel ,

yaitu :

a. Automaticity

Terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial aksi jantung.

Aritmia ventrikel karena automaticity biasanya terjadi pada keadaan akut dan kritis

seperti infark miokard akut , gangguan elektrolit , gangguan keseimbangan asam basa

dan juga tonus simpatis yang meningkat

Page 13: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

b. Reentry

Mekanisme aritmia ventrikel yang paling sering. Biasanya disebabkan oleh kelainan

kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dilatasi , pada keadaan ini dapat

terjadi kematian mendadak. Kondisi – kondisi yang dapat menyebabkan reentry :

Panjang jarak yang harus ditempuh impuls mengelilingi lingkaran re-entry

Kecepatan konduksi impuls yang berkurang

Periode refrakter otot berkurang banyak

c. Triggered activity

Adanya kebocoran ion positif ke dalam sel sehingga terjadi lonjakan potensial pada

akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi potensial jantung. Bila lonjakan cukup bermakna ,

maka dapat terjadi aksi potensial baru. Keadaan ini disebut juga after depolarization.

Triggered activity terjadi jika keadaan depolarisasi sebelumnya belum mengalami

repolarisasi sempurna sebelum terjadi depolarisasi lagi.

6. Manifestasi Klinik

Pasien-pasien dengan premature ventricular contractions yang ringan dan

jarang seringkali melaporkan tidak ada gejala-gejala (asymptomatic) dan tidak sadar

atas PVCs mereka. Premature ventricular contractions mereka mungkin ditemukan

ketika EKG dilaukan untuk evaluasi-evaluasi fisik rutin, fisik asuransi, atau sebelum

operasi.

Pasien-pasien dengan PVC's adakalanya melaporkan palpitasi-palpitasi

(jantung yang berdebar-debar) dalam dada dan di leher. Palpitasi-palpitasi adalah

perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh denyut-denyut

jantung yang kuat. Denyut jantung segera setelah premature ventricular contraction

biasanya adalah lebih kuat (bilik jantung berkontraksi lebih kuat) daripada normal.

Pasien-pasien dengan premature ventricular contractions mungkin melaporkan

perasaan-perasaan bahwa jantungnya telah berhenti singkat. Ini karena biasanya

ada selaan (intirahat) singkat pada denyut jantung setelah premature ventricular

contraction ketika sistim elektrik jantung reset (memasang kembali).

Page 14: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

Pasien-pasien dengan premature ventricular contractions yang seringkali

sepertibigeminy (setiap denyut jantung lainnya adalah PVC), couplets (dua PVCs

berurutan), atau triplets (tiga PVCs berurutan) seringkali melaporkan tidak ada

gejala-gejala. Namun pada kejadian-kejadian yang jarang mereka mungkin

melaporkan kelemahan, kepeningan, atau syncope (pingsan). Ini karena premature

ventricular contractions yang seringkali dapat mengurangi kemampuan jantung

memompa darah ke organ-organ lain (mengurangi cardiac output), berakibat

padatekanan darah rendah (hipotensi).

Pasien-pasien dengan lebih dari tiga PVCs yang berurutan berturut-turut

mempunyai ventricular tachycardia. Ventricular tachycardia yang berkepanjangan

dapat berakibat pada cardiac output yang rendah, tekanan darah rendah, dan

syncope (pingsan). Ventricular tachycardia dapat juga berkembang

kedalamventricular fibrillation, yang adalah irama jantung yang fatal

7. Pemeriksaan Penunjang

a. EKG (Electrocardiogram)

Electrocardiogram (EKG) adalah perekaman singkat dari pelepasan-

pelepasan elektrik jantung. EKG-EKG dapat dilakukan di tempat-tempat praktek

dokter, klinik-klinik, dan ruang-ruang darurat rumah sakit. Dokter-dokter seringkali

meminta rhythm strip (perekaman EKG yang berkepanjangan) untuk dilakukan pada

waktu yang sama seperti EKG untuk meningkatkan kesempatan-kesempatan

menemukan PVCs dan irama-irama abnormal lainnya. Premature ventricular

contractions adalah mudah untuk dikenali pada EKG dan rhythms strips, dengan

syarat PVCs terjadi selama perekaman. EKG mungkin juga menunjukan persoalan-

persoalan lain seperti serangan-serangan jantung, hypokalemia, keracunan digoxin,

penebalan otot jantung (hypertrophy) yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi

jangka panjang.

Page 15: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

b. Monitor Holter

EKG standar dan rhythm strip yang dilaksanakan pada saat kunjungan ke

tempat praktek dokter mungkin tidak menemukan premature ventricular contractions

karena mereka mungkin tidak terjadi pada saat itu. Pemonitoran Holter kemudian

diperlukan untuk mendeteksi PVCs pada pasien-pasien dengan palpitasi-palpitasi

jantung. Monitor Holter adalah perekaman yang terus menerus dari irma jantung

selama 24 jam. Pemonitoran Holter dapat digunakan untuk mendiagnosa PVCs serta

kelainan-kelainan irama jantung lainnya seperti atrial fibrillation, atrial flutter,

dan ventricular tachycardias.

Karena lebih dari 50% dari laki-laki paruh baya dapat mempunyai PVCs

selama pemonitoran Holter, tidak semua PVCs yang ditemukan selama pemonitoran

Holter adalah penting secara klinis. Dokter-dokter yang menginterpretasikan studi-

studi pemonitoran Holter harus memperhitungkan sejarah medis pasien dalam

menentukan kepentingan dari penemuan-penemuan monitor Holter.

c. Echocardiography

Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk

menghasilkan gambar-gambar dari kamar-kamar dan klep-klep jantung dan lapisan

sekitar jantung (pericardium). Echocardiography bermanfaat dalam mengukur ukuran

dari kamar-kamar jantung, kekuatan dari kontraksi-kontraksi ventricle jantung,

ketebalan dari otot-otot jantung, dan berfungsinya dari klep-klep jantung.

Echocardiography oleh karenanya bermanfaat dalam mendiagnosa kondisi-kondisi

yang dapat menyebabkan PVCs:

d. Echocardiography dapat mendeteksi dan mengukur keparahan dari mitral valve

prolapse. Echocardiography dapat mendeteksi hipertrophik otot jantung (penebalan

otot jantung) sebagai akibat dari tekanan darah tinggi yang berlangsung lama,

Echocardiography dapat mengukur luasnya kerusakan otot jantung dari serangan-

serangan jantung atau cardiomyopathy. Echocardiography dapat digunakan untuk

menghitung fraksi ejeksi ventrikel kiri (ejection fraction of the left ventricle). Fraksi

Page 16: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

ejeksi (Ejection fraction) adalah ukuran (perkiraan) dari junmlah darah yang dipompa

selama setiap kontraksi dari ventricle (bilik). Ventricles (bilik-bilik) jantung yang

secara ekstensif dilemahkan oleh serangan-serangan jantung atau cardiomyopathy

akan mempunyai fraksi-fraksi ejeksi yang rendah. Pasien-pasien dengan fraksi-fraksi

ejeksi yang rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi mengembangkan ventricular

tachycardias dan fibrillations yang mengancam nyawa daripada pasien-pasien

dengan frkasi-fraksi ejeksi yang normal

e. Exercise Cardiac Stress Test (Treadmill Stress Test)

` Exercise cardiac stress testing (ECST) adalah tes stres jantung yang paling

luas digunakan. Pasien latihan/berjalan diatas treadmill menurut protokol yang

distandarkan, dengan peningkatan yang progresif pada kecepatan dan kemiringan

(elevasi) dari treadmill (secara khas berubah setiap interval-interval tiga menit).

Selama ECST, electrocardiogram (EKG), denyut jantung, irama jantung, dan tekanan

darah dimonitor terus menerus. Jika sumbatan arteri koroner berakibat pada

pengurangan aliran darah ke bagian dari jantung selama latihan, perubahan-

perubahan tertentu mungkin diamati pada EKG, termasuk peningkatan pada

premature ventricular contractions dan perkembangan dari ventricular tachycardias.

f. Stress Echocardiography

Suplemen lain pada ECST rutin adalah stress echocardiography. Selama

stress echocardiography, gelombang-gelombang suara dari ultrasound digunakan

untuk menghasilkan gambar-gambar dari jantung pada saat istirahat dan pada

puncak dari latihan. Pada jantung dengan suplai darah yang normal, semua segmen-

segmen dari ventricle kiri (kamar pompa utama dari jantung) memperlihatkan

kontraksi-kontraksi yang meningkat dari otot jantung selama puncak latihan.

Sebaliknya, pada setting dari penyakit cardiovascular, jika segmen dari ventricle kiri

tidak menerima aliran darah yang optimal selama latihan, segmen itu akan

menunjukan kontraksi-kontraksi yang berkurang dari otot jantung relatif pada sisa

jantung pada echocardiogram latihan. Stress echocardiography adalah sangat

Page 17: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

berguna dalam meningkatkan interpretasi dari ECST, dan dapat digunakan untuk

menyampingkan kehadiran dari penyakit cardiovascular yang signifikan pada pasien-

pasien yang dicurigai mempunyai "false-positive" ECST.

g. Tes-Tes Darah Dalam Mendiagnosa Penyebab-Penyebab Dari Premature

Ventricular Contractions

Tes -tes darah untuk mendiagnosa kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan

PVCs:

Tingkat-tingkat elektrolit darah dapat dilaksanakan untuk mendeteksi tingkat-

tingkat potassium atau magnesium yang rendah (hypokalemia dan

hypomagnesemia)

Tingkat-tingkat obat darah dapat dilakukan untuk mendeteksi keracunan obat

digoxin dan aminophylline

Oksigen darah dapat diukur untuk mendeteksi hypoxia

Tes-tes darah dapat dilakukan untuk mendeteksi obat-obat terlarang, seperti

penyalahgunaan amphetamine

Tingkat-tingkat darah dari enzim-enzim jantung (CPK, Troponins) dapat

dilakukan untuk mencari kerusakan otot jantung sebagai akibat dari serangan-

serangan jantung

8. Penatalaksanaan PVC

Sebab-sebab untuk merawat premature ventricular contractions adalah 1) untuk

membebaskan gejala-gejala palpitasi, 2) untuk merawat kondisi-kondisi yang menyebabka

PVCs larena banyaki kondisi-kondisi yang menyebabkan PVCs adalah berpotensi

mengancam nyawa, dan 3) untuk mencegah ventricular tachycardia dan kematian

mendadak.

Pada individu-individu yang sehat tanpa penyakit-penyakit jantung, premature

ventricular contractions tidak memerlukan perawatan. Untuk menghilangkan palpitasi-

palpitasi, seseorang mungkin mempertimbangkan tindakan-tindakan berikut:

1. Menghentikan meminum alkohol dan kafein

2. Menghentikan decongestant-decongestant hidung bebas resep yang mungkin

mengandung adrenaline seperti obat-obat pseudoephedrine

Page 18: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

3. Menghentikan penyalahgunaan obat seperti amphetamines, cocaine

4. Menghentikan merokok sigaret

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan premature ventricular contractions dapat

juga berpotensi mengancam nyawa. Kondisi-kondisi ini seringkali dirawat di ranjang-ranjang

rumah sakit yang dimonitor. Ranjang-ranjang yang dimonitor adalah ranjang-ranjang (atau

kamar-kamar) yang dilengkapi untu merekam irama jantung scara terus menerus. Pasien-

pasien juga diberikan obat-obat secara intravena. Kondisi-kondisi ini adalah:

1. Tingkat-tingkat potassium atau magnesium yang rendah (hypokalemia dan

hypomagnesemia) - potassium dan magnesium dapat diberikan secara intravena

2. Keracunan digoxin dan aminophylline - obat-obat dapat diberikan untuk menetralkan

keracunan obat

3. Serangan jantung akut - obat-obat dan prosedur-prosedur (coronary angiogram dan

PTCA) dilakukan segera untuk membuka arteri-arteri koroner yang tersumbat untuk

memulihkan suplai darah ke otot jantung.

4. Tingkat-tingkat oksigen yang rendah (hypoxia) - oksigen dapat diberikan melalui

hidung, dan obat-obat dapat diberikan untuk merawat penyakit-penyakit paru yang

mendasarinya

Pengobatan pada Aritmia

Obat-obat anti-aritmia digunakan untuk mengontrol PVCs dengan tujuan mencegah

ventricular tachycardias dan ventricular fibrillations dan kematian mendadak. Contoh-contoh

dari obat-obat anti-aritmia termasuk beta-blockers, lidocaine,procainamide, dan amiodarone.

Sayangnya, ada sedikit bukti ilmiah bahwa menekan PVCs dengan obat-obat anti-aritmia

mencegah ventricular tachycardias dan ventricular fibrillations dan kematian mendadak.

Beberapa obat-obat anti-aritmia sebenarnya dapat menyebabkan irama-irama jantung yang

abnormal. Jadi obat-obat anti-aritmia hanya diresepkan secara hati-hati pada pasien-pasien

yang berisiko tinggi mengembangkan ventricular tachycardia dan ventricular fibrillation.

Beta blockers seperti propranolol (Inderal), metoprolol (Lopressor, Toprol XL),

dan atenolol (Tenormin) biasanya diberikan dini selama serangan jantung dan diteruskan

untuk waktu yang lama. Beta blockers menentang (antagonis) aksi dari adrenaline dan

membebaskan stres pada otot-otot jantung. Beta blockers mengurangi beban kerja jantung

dengan memperlambat detak jantung dan mengurangi kekuatan kontraksi otot jantung.

Page 19: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

Mengurangi beban kerja mengurangi permintaan untuk oksigen oleh jantung dan membatasi

jumlah kerusakan pada otot jantung. Pemasukan beta blockers untuk waktu yang lama

setelah serangan telah ditunjukan memperbaiki kelangsungan hidup dan mengurangi risiko

dari serangan-serangan jantung masa depan. Beta blockers juga memperbaiki

kelangsungan hidup diantara pasien-pasien dengan serangan-serangan jantung dengan

mengurangi kejadian dari irama-irama jantung abnormal yang mengancam nyawa,

contohnya, ventricular fibrillation. Beta blockers dapat diberikan secara intravena di rumah

sakit dan kemudian dimakan secara oral untuk perawatan dalam jangka waktu yang lama.

Efek-efek sampingan dari beta blockers adalah mencuit-cuit (perburukan dari

pernapasan pada pasien-pasien dengan asma), denyut jantung yang perlahannya secara

abnormal, dan perburukan dari gagal jantung (terutama pada pasien-pasien dengan

kerusakan yang signifikan pada otot jantung mereka). Meskipun demikian, pada pasien-

pasien dengan gagal jantung kronis, beta blockers baru-baru ini telah ditunjukan bermanfaat

dalam mengurangi gejala-gejala dan memprerpanjang kehidupan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

A.     Pengkajian

Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti

pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya

dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.

1.        Aktivitas/istirahat

a.        Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,    insomnia, nyeri dada

dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.

b.       Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,  tanda vital berubah pad

aktivitas.

2.        Sirkulasi

a.        Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung ,

bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki,

abdomen.

Page 20: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

b.       Tanda :

1)       TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).

2)       Tekanan Nadi ; mungkin sempit.

3)       Irama Jantung ; Disritmia.

4)       Frekuensi jantung ; Takikardia.

5)       Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah

6)       posisi secara inferior ke kiri.

7)       Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat

8)       terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.

9)       Murmur sistolik dan diastolic.

10)   Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.

11)   Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian

12)   kapiler lambat.

13)   Hepar ; pembesaran/dapat teraba.

14)   Bunyi napas ; krekels, ronkhi.

15)   Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting 

16)   khususnya pada ekstremitas.

3.        Integritas ego

a.        Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan

penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)

b.       Tanda      : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan

mudah tersinggung.

4.        Eliminasi

Gejala            : Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

5.        Makanan/cairan

Page 21: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

a.        Gejala      : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan

signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi

garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.

b.       Tanda      : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta

edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).

6.        Higiene

a.        Gejala      : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.

b.       Tanda      : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

7.        Neurosensori

a.        Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

b.       Tanda : Letargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.

8.        Nyeri/Kenyamanan

a.        Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit

pada otot.

b.       Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus  menyempit danperilaku melindungi diri.

9.        Pernapasan

a.        Gejala      : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,

batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan

pernapasan.

b.       Tanda      :

1)       Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.

2)       Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa

pemebentukan sputum.

3)       Sputum :Merah muda/berbuih (edema pulmonal)

4)       Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.

5)       Fungsi mental: Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.

6)       Warna kulit : Pucat dan sianosis.

Page 22: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

10.    Keamanan

Gejala  : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot.

11.    Interaksi sosial          

Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

12.    Pembelajaran/pengajaran

a.        Gejala      : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat

saluran kalsium.

b.       Tanda      : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

DX 1 Penurunan curah jantung

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan curah

jantung klien efektif

Indikator:

Indikator Severe Deviation

(1)

Substantial Deviation

(2)

Moderate Deviation

(3)

Mild Deviation

(4)

No Deviation

(5)

1. Tekanan sistol

2. Tekanan diastol

3. MAP

4. HR

5. Fatigue

6. Nadi perifer

7. Akral

Page 23: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

Intervensi

Intervensi

 Evaluasi adanya nyeri dada

 Catat adanya disritmia jantung

 Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

 Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

 Monitor balance cairan

 Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

 Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

 Monitor toleransi aktivitas pasien

 Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

 Anjurkan untuk menurunkan stress

 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

 Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung

 Monitor frekuensi dan irama pernapasan

 Monitor pola pernapasan abnormal

 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer

 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

 Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen

 Sediakan informasi untuk mengurangi stress

 Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator

untuk mempertahankan kontraktilitas jantung

Page 24: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

lDx2 : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pola nafas

klien efektif.

Indikator: “ Respiratory Status”

Indikator Severe Deviation

(1)

Substantial Deviation

(2)

Moderate Deviation

(3)

Mild Deviation

(4)

No Deviation

(5)

8. RR (16-24 x/menit)

9. Irama respirasi

10.Kedalaman inspirasi

11. Wheezing

12. Pursed- Lips breathing

13. Menggunakan otot bantu pernapasan

14. Dyspnea pada saat aktivitas ringan

15. Banyak mengeluarkan Sputum

16. Batuk

Intervensi

Intervensi

“ Respiratory Monitoring”

1. Monitor RR, irama, kedalaman dan usaha bernafas.

2. Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan, menggunakan otot bantu pernafasan dan

retraksi otot intercostae dan supracalavicular.

3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan seperti wheezing

4. Catat serangan , karakteristik dan batuk.

5. Monitor dyspnea dan aktivitas yang meningkatkan terjadinya dyspnea.

“ Airway Management”

6. Dorong mengeluarkan sputum/skret pada saat batuk.

7. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dyspnea dan usaha pernafasannya

Page 25: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

dengan menaikkan tempat tidur dengan posisi semi fowler.

“ Ventilation Assistence”

8. Ajarkan teknik bernapas dengan bibir yang benar yaitu bernapas dengan bibir yang

dirapatkan (pursed-lips breathing).

9. Monitor adanya kelelahan penggunaan otot bantu napas

10. Jaga pemberian terapi oksigen sesuai dengan yang diresepkan.

DX 3 Nyeri akut berhubungan dengan agen cegera biologis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pola nafas

klien efektif.

Kriteria Hasil:

Indikator tingkat nyeri

Severe Substantial

Moderate Mild None

Melaporkan nyeri

Lama episode nyeriEkspresi wajah karena nyeri

Indikator mengontrol

nyeri

Never demonstrated

Rarely Sometimes Often Consistently

Mengenali serangan nyeri

Menggambarkan faktor penyebabMenggunakan analgesik yang dianjurkan

Melaporkan perubahan gejala nyeri kepada tenaga kesehatan

Melaporkan pengontrolan nyeri

Indikator respon

Severe Substantial

Moderate mild None

Page 26: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

psikologis nyeriTakut nyeri tidak dapat ditahan

Intervensi

Intervensi

1. Kaji nyeri meliputi lokasi, karakteristik, serangan, durasi, kualitas, frekuensi.

2. Catat penyebab yang memungkinkan menimbulkan nyeri (inflamasi, trauma jaringan dll).

3. Kaji persepsi klien mengenai nyeri terutama kebiasaan dan budaya terkait nyeri.

4. Monitor tanda-tanda vital selama nyeri.

5. Kaji pengetahuan klien mengenai manajemen nyeri.

6. Observasi isyarat nonverbal adanya ketidaknyaman terutama yang tidak dapat

diungkapkan.

7. Berikan analgesik jika kualitas nyeri intens sesuai indikasi (ex: asam mefenamat oral 3x

500 mg/hari)

8. Observasi efek samping dari analgesik yang diberikan.

9. Hilangkan faktor-faktor presipitasi penyebab nyeri (kelelahan, kurang pengetahuan)

10. Ajarkan teknik nonfarmakologi (Ex: kompres hangat, pijat ringan pada payudara (pijat

pelan-pelan kearah tengah), Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah

payudara), Olesi puting dengan ASI terakhir, istirahatkan payudara 1x24 jam, Keluarkan

ASI dengan tangan, Cuci payudara sekali/hari jangan disabun, distraksi saat/sebelum

nyeri muncul).

11. Ajarkan dan jelaskan pada klien tentang teknik nafas dalam dan fungsinya saat sedang

melakukan aktivitas yang memicu nyeri.

12. Anjurkan untuk tidur/istirahat untuk meredakan nyeri.

13. Kaji perubahan tingkat nyeri pada klien sesudah dan sebelum intervensi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: Laporan Pendahuluan Svt Pvc

Wang, Paul J dan N.A. Mark Estes III. Supravertricular Tachycardia. Website

http://circ.ahajournals.org/content/106/25/e206 Accessed November 4, 2013.

Delacretaz, Etienne. Supravertricular Tachycardia. Website

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp051145 Accessed November 4, 2013.

Medi, Carolin, Jonathan M Kalman dan Saul B Freedman. Supravertricular

Tachycardia.Website

http://www.mja.com.au/public/issues/190_05_020309/med10727_fm.html Accessed

November 4, 2013.

Gugneja, Monika. Paroxysmal Supraventricular Tachycardia. Website

http://emedicine.medscape.com/article/156670-overview Accessed November 4, 2013.

University of Utah Spencer S. Eccles. Atrial Tachycardia dan Sinus Tachycardia. Website

http://library.med.utah.edu/kw/ecg/mml/ecg_tachy.html Accessed November 4, 2013.

Herdman H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification

2012-2014. Oxford. Wiley-Blackwell.

Morrhead S., Johnson M., Maas ML., Swanson E. 2008. Nursing Outcomes Classification

(NOC) Edition 4. St Louis. Mosby Elsevier.

Bulechek GM., Butcher HW., Dochterman JM. 2008. Nursing Intervention Classification

(NIC) Edition 5. St Louis. Mosby Elsevier