chf dengan nyha iii svt & ves

30
Tugas Stase Ilmu Penyakit Dalam CASE REPORT III CHF KRITERIA NYHA III et causa IHD DENGAN SVT, AFNVR, ISKEMIK ANTEROEKSTENSIF DAN INFERIOR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Pembimbing : dr. Ardyasih, Sp.PD Diajukan Oleh : Avysia Tri Marga Wulan FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA 1

Upload: avysia-marga-w

Post on 02-Jul-2015

1.393 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Tugas Stase Ilmu Penyakit Dalam

CASE REPORT III

CHF KRITERIA NYHA III et causa IHD DENGAN SVT,

AFNVR, ISKEMIK ANTEROEKSTENSIF DAN INFERIOR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter

Pembimbing : dr. Ardyasih, Sp.PD

Diajukan Oleh :

Avysia Tri Marga Wulan

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA

2010

1

Page 2: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

BAB I

PENDAHULUAN

CHF KRITERIA NYHA III et causa IHD DENGAN SVT,

AFNVR, ISKEMIK ANTEROEKSTENSIF DAN INFERIOR

Gagal jantung kongestif ( CHF/ Congestive Heart Failure ) telah muncul

sebagai salah satu gangguan kardiovaskular di negara berkembang, seperti yang

ditunjukkan oleh prevalensi yang tinggi di rumah sakit, baik angka kesakitan,

kematian, dan beban ekonomi global. Selain itu, diperkirakan bahwa gagal

jantung dan gangguan kardiovaskular lainnya akan menjadi beban penyakit utama

di negara-negara berkembang pada tahun 2020. Farmakologi terapi CHF,

meskipun masih belum optimal, dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan

mengurangi morbiditas dan kematian. Namun, CHF tetap merupakan penyakit

progresif tanpa henti (Giora F., & Robert R.R., 1997).

Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4 % – 2 % dan meningkat pada

usia yang lebih lanjut, dengan rata – rata umur 74 tahun. Ramalan dari gagal

jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Seperdua

dari pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak diagnose

ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50 % akan meninggal

dalam tahun pertama (Ghani A., 2006).

Ventrikel ekstrasistole adalah jenis aritmia yang paling banyak dijumpai.

Pada orang dewasa makin tua umur makin sering frekuensi terkena ventrikel

ekstrasistole. Penyebab lain adalah stres emosi, bahan-bahan seperti alkohol, kopi,

tembakau, obat-obatan simpatomimetik, hipoksia, gangguan elektrolit

(hipokaliemi, hipomagnesemia), iskemia, infark miokard akut, kardiomiopati, dan

lain sebagainya (Munawar M., & Sutandar H.,1999).

Takikardi berarti nadi yang cepat. Supraventrikuler berarti berasal dari atas

ventrikel. Pada episode SVT, irama jantung tidak diatur oleh nodus SA, pencetus

impuls pada SVT berada diatas ventrikel. Tapi impulsnya menyebar ke ventrikel.

Jantung kemudian berkontraksi lebih cepat dari biasanya

(Arrhythmia Alliance., 2006).

2

Page 3: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

BAB II

KASUS

Nama : Ny. Suharmi

Umur : 59 Tahun

Alamat : Banaran 3/4 Nguter, Sukoharjo

No.RM : 112175

Tanggal Masuk: 24 Februari 2010 jam 21.00

Riwayat Penyakit Sekarang

S: Keluhan Utama: sesak nafas kurang lebih tiga hari yang lalu,

mual (- ), muntah ( - ), sesak saat beraktifitas (+), saat malam tiba-tiba terbangun

karena sesak nafas ( + ). batuk (-), BAB: dbn.BAK: dbn.

Riwayat penyakit Dahulu:

Pada bulan Desember 2009 pernah mondok dengan keluhan sama, dengan

diagnosis dekompensasio kordis dengan AFRVR. O: KU: Compos mentis, terlihat

sesak. Vital Sign: Tekanan Darah: 110/70. N: 80 x/m, R: 16x/m, t: 36,5º C,

Kepala : CA (-/-), SI ( - / - ) . Leher: JVP tidak meningkat, Thoraks: Cor: BJ 1-2

Interval irreguler, Pulmo: Suara Dasar Vesikuler (+/+),ST (- /-). Abdomen : Supel,

peristaltik:(+), NT: (-) ekstremitas oedem: - - A: Dekompensasio Kordis

+ +

P: Oksigen 3-4 liter/ menit, Infus RL 12 tpm, Ranitidin 1A/12 j, Furosemide 1

A/12 j, Antasida Syr 3xCI, DC, EKG, Cek Darah Lengkap, ureum, creatinin,

GDS, HBsAg, OT/PT.

3

Page 4: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Follow Up

Tanggal 25 Februari 2010

S: Dada sesak sejak 4 hari yang lalu, sesak saat malam hari (+), sesak saat

aktifitas, sering menggeh - menggeh, kadang disertai batuk, perut mbesesek.

O. Vital Sign: TD: 125/79, Nadi: 88 x/m, Suhu: 36,4, KU: Lemah, CM. Kepala:

CA (- / - ), SI ( - / - ), Leher: JVP: tidak meningkat, Thoraks: Cor: BJ I-II: interval

↑ irregular, bising sistolik (+), Pulmo: SDV (+/+), Rh (-), Wh (-),

Ekstremitas :edema (+ / +) Laboratorium: Na:132, K:2.8, Cl:94 , Hb: 10.5,

Eritrosit: 3.95, Hematokrit: 32%, Lekosit: 6000, Trombosit: 135.000, Gol.Darah:

AB, HbSAg (-), Cr: 0.97, SgOT :312.80, SgPT: 230.30, Glukosa: 112.90, Ur:

54.35,

( Gambar 1: Hasil EKG tanggal 25 Februari 2010 )

4

Page 5: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Pembacaan EKG :SVT, A: Congesife Heart Failure kriteria NYHA III et causa

Iscemic Heart Disease dengan SupraVentrikular Takikardi, hipokalemi P: Rawat

ICU, Diet Jantung, O2 3 liter/ menit, D5% 12 tpm mikro, Drip Diltiazem HCL

dosis titrasi, Inj. Digoksin 1/2 diencerkan 1:5 iv pelan ekstra, Furosemide 1A/12

J, Aspilet 1x 80 mg, Amiodaron hidroklorida 3x 200 mg, Digoksin 0.25 1-0-1

Tanggal 26 Februari 2010

S: Sesek ( + ) , perut ampeg ( + ), O: TD: 111/72, HR: 102, RR: 24 x/m, S:

36 ºC, KU: CM, lemah, Kepala: CA (- / -), SI (- / -), Leher: JVP tidak meningkat,

Thoraks: Cor: BJ 1-2 interval ↑ irregular, Bising ( - ), Pulmo: SDV (+/+), ST ( - ),

Abdomen: Supel, Peristaltik:(+), NT (-) ,Ekstremitas: Edema ( - ) Laboratorium:

Uric Acid:10.99, HDL:12.7, Cholesterol:95.11, Trigliseride:75.19. LDL: 67.7.

A: Congesife Heart Failure kriteria NYHA III et causa Iscemic Heart Disease

dengan Supra Ventrikular Takikardi, hipokalemi P: Terapi Lanjut

Tanggal 27 dan 28 Februari 2010

S: Sesek ( + ), ampeg berkurang, sekarang batuk ( + ), dahak ( - ), O: Vital

Sign : TD: 114/81, Suhu: 36.5º C, Kepala: CA (- / -), SI (- / -), Leher: JVP tidak

meningkat, Thoraks: Cor: BJ 1-2 interval ↑ irregular, Bising ( - ), Pulmo: SDV

(+/+), ST ( - ), Abdomen: Supel, Peristaltik:(+), NT (-) ,Ekstremitas: Edema ( - )

A: Congesife Heart Failure kriteria NYHA III et causa Iscemic Heart Disease

dengan SupraVentrikular Takikardi, hipokalemi P: Terapi Lanjut, Codein 3X1 tab

10 mg

Tanggal 01 Maret 2010

S: lemes, sesek, ampeg, mual (-), muntah ( - ) pusing ( - ), BAB: dbn, BAK: dbn,

O: Vital Sign: TD: 116x/m, N: 78 x/m, Kepala: CA: (-/-), SI (+/+), Thoraks. Cor:

BJ 1-2 interval irregular menurun, ST (-), Pulmo: SDV (+/+), ST ( -), Abdomen:

supel, peristaltik menurun. NT : seluruh kwadaran atas, Ekstremitas : dbn.

5

Page 6: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

( Gambar 2: EKG Tanggal 01 Maret

2010 )

Pembacaan EKG : SVT dan AFRVR , iskemia antero ekstensif dan inferior

A:CHF criteria NYHA III e.c IHD dengan SVT, AFNVR, iskemik anteroseptal

dan inferior, P: KSR 3xI O2 3 l/m, Ranitidine 1A/12J, Furosemide Stop, Tyarit 3x

200 mg, Digoksin 2x 0.5, Alprazolam 0.5 0-0-1, Miniaspi 1x80 mg, Codein 3xI

02 dan 03 Maret 2010

S: Ampeg berkurang, batuk saat bicara, perut kembung , Vital Sign: N:

55x/m. O: Kepala: CA(-/-), SI(+/+), Leher : JVP tidak meningkat, Thoraks:

Cor: BJ 1-2 interval irreguler, ST:(–) ,Pulmo: SDV (+/+), ST:(-),

Abdomen: supel, peristaltik menurun. NT: seluruh kwadran abdomen.,

Ekstremitas: Oedem (–),

6

Page 7: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Pembacaan EKG : SVT dan AFRVR ,

iskemia antero ekstensif dan inferior VES multifokal, Laboratorium : SgOT:

84.32, SgPT: 96.30, Na: 140, K: 3.2, Cl: 94

A: CHF criteria NYHA III e.c IHD dengan SVT, AFNVR, iskemik antero

ekstensif dan inferior, P: Codein Stop, Digoksin 1x ½ tab, Lidokain: bolus 30 mg

iv pelan, drip 2 mg/ menit, Lain-lain lanjut.

04 maret 2010

S: Muntah (+), sulit BAB, batuk berkurang, ampeg. O: KU: CM, lemas,

Kepala: CA (-/-), SI (+/+), Thoraks: Cor: BJ 1-2 interval ireguler, ST( – ), Pulmo:

SDV (+/+), ST ( -), Abdomen: supel, peristaltik (+),

7

Page 8: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Pembacaan EKG :AFNVR, iskemik anterior dan anteroseptal, A: CHF kriteria

NYHA III e.c IHD dengan SVT, AFNVR, iskemik antero ekstensif dan inferior

P: terapi lanjut, Lidokain off, Inj. metoklopramid 1A/8J, Dulcolaks Sup 0-0-1

Tanggal 04 maret 2010 pukul 02.10

Serangan apnoe, EKG: VT

02.15: henti jantung, nafas apnoe, dilakukan RJP selama 10 menit dan inj.sulfas

atropine 1A IV. evaluasi = Tidak ada perubahan, dilakukan RJP lagi selam 25

menit, evaluasi = RR ( - ), TD: ( - )

Dinyatakan meninggal pada pukul 02.50 WIB.dengan sebab kematian cardiac

arrest

BAB III

PEMBAHASAN

I. Congestive Heart Failure / CHF

A. Definisi

Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure = CHF) adalah

keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu

memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan

(Carleton.,& O’Donnell., 1995)

B. Etiologi

Mekanisme Fisiologis yang menyebabkan gagal jantung

mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal (preload),

8

Page 9: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

beban akhir (afterload), menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan

yang meyebabkan meningkatnya beban awal antara lain regurgitasi aorta

dan cacat septum ventrikel; dan bebab akhir akan meningkat pada

keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.

Kontraktilitas aorta dapat menurun pada infark miokardium dan

kardiomiopati (Carleton.,& O’Donnell., 1995).

Sebab-sebab gagal pompa jantung secara menyeluruh, antara lain :

Kelainan mekanis

a. Peningkatan beban tekanan sentral (stenosis aorta) dan perifer

(hipertensi sistemik).

b. Peningkatan beban volume (regurgitasi katub, peningkatan

beban awal)

c. Obstruksi terhadap pengisian ventikel (stenosis mitralis dan

trikuspidalis)

d. Tamponade pericardium

e. Restriksi endokardium atau miokardium

f. Aneurisma ventrikel dan dis-sinergi ventrikel

Kelainan Miokardium

a. Primer : kardiomiopati, miokarditis kelainan metabolik,

toksisitas, dan lain-lain)

b. Kelainan dis-dimanik sekunder (sekunder terhadap kelainan

mekanis) : kekurangan oksigen (penyakit jantung koroner),

kelainan metabolik, inflamasi, kelainan sistemik, PPOK.

Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi

a. Henti jantung

b. Fibrilasi

c. Takikardi atau bradikardi yang berat

d. Asinkronik listrik, gangguan konduksi

(Carleton., & O’Donnell., 1995).

C. Tanda dan Gejala Klinis

9

Page 10: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan

pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung

kanan, dan gagal jantung kongestif. Gejala dan tanda yang timbul pun

berbeda sesuai dengan pembagian tersebut.

Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatigue, ortopnea,

dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap,

ventricular heaving, bunyi derap S3, dan S4, pernapasan Cheyne Strokes,

takikardi, pulsus alternans, ronki dan kongesti vena pulmonalis.

Pada gagal jantung kanan timbul fatigue, edema, liver

engorgement, anoreksia, dan kembung. Pada pemeriksaan fisik bisa

didapatkan hipertropi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama

derap atrium kanan, murmur, tanda – tanda penyakit paru kronik, tekanan

vena jugularis meningkat, bunyi P2 mengeras, asites, hidrotorak,

peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan edema pitting. Sedang pada

gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri

dan kanan.

New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional

dalam 4 kelas :

i. Klas I berupa penyakit ringan dan tidak ada gejalanya pada

aktivitas biasa.

ii. Klas II dalam aktivitas normal menimbulkan lelah dan aktivitas

fisik sedikit terbatas.

iii. Klas III ditandai dengan lelah, palpitasi atau angina, dan

keterbatasan melakukan aktivitas.

iv. Klas IV dimana keluhan gagal jantung sudah timbul waktu istirahat

dan semakin berat pada aktivitas ringan (Arif M., dkk., 2001).

Kriteria Gagal Jantung menurut Framingham :

• Kriteria Mayor

• Paroxysmal nocturnal dispnea

• Distensi vena – vena leher

10

Page 11: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

• Peningkatan vena jugularis

• Ronki

• Kardiomegali

• Edema paru akut

• Gallop bunyi jantung III

• Refluks hepatojugular positif

•Kriteria Minor

• Edema ekstremitas

• Batuk malam hari

• Sesak pada aktivitas

• Hepatomegali

• Efusi pleura

• Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal

• Takikardi ( > 120 denyut per menit ).

Diagnosis ditegakkan bila terdapat paling sedikit 1 kriteria mayor dan 2

kriteria minor (Panggabean M.M., 2006).

D. Diferensial Diagnosis

Penyakit paru : pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi

paru berat misalnya ARDS, emboli paru

Penyakit ginjal : gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik

Penyakit hati : serosis hepatis (Rani A.A., dkk., 2006).

E. Pemeriksaan Penunjang

o Foto rontgen dada : pembesaran jantung, distensi vena pulmonalis

dan redistribusinya keapeks paru, peningkatan tekanan vaskuler

pulmonary, kadang – kadang ditemukan efusi pleura.

o Elektrokardiografi : Tetapi bentuk abnormal EKG tidak

menunjukkan spesifik terhadap gagal jantung kronis. Bentuk

abnormal EKG :

- Q patologis

11

Page 12: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

- Blokade cabang berkas

- Hipertrofi ventrikel

- Fibrilasi atrium

- Non specifik ST atau perubahan gelombang T

F. Laboratorium : kimia darah (ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit),

hemoglobin, tes fungsi tiroid, tes fungsi hati, lipid darah, urinalisa untuk

mendeteksi proteinuria atau glukosuria

G. Pendekatan terapi pada gagal jantung adalah

a. Non farmakologi

Memberikan edukasi terhadap pasien tentang penyakit gagal jantung

mengenai penyebab, faktor resiko, pengobatan.

- Edukasi pola diet, kontrol asupan garam dan air.

- Istirahat, membatasi aktivitas berat, olah raga.

- Edukasi penggunaan obat-obat, baik efek samping atau

menghindari penggunaan obat-obat tertentu.

b. Farmakologi.

Pada dasarnya penggunaan obat-obat pada gagal jantung ditujukan

untuk :

i. Mengurangi beban awal.

Dapat dikurangi dengan pembatasan cairan, pemberian

diuretik, nitrat atau vasodilator.

ii. Memperkuat kontraktilitas

Kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obat-obat inotropik

(+) seperti digitalis, dopamin, dan dobutamin.

iii. Mengurangi beban akhir.

Dapat dikurangi dengan penghambat ACE (kaptropil,

enalapril).

Berdasarkan klasifikasi dari NYHA, untuk survival/mordibiditas

pada gejala dengan:

12

Page 13: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

NYHA I ACE Inhibitor/ARB jika intoleran lanjutkan

antagonis aldosteron, beta bloker. Pengurangan/ hentikan

diuretic

NYHA II ACE Inhibitor/ARB jika intoleran lanjutkan

antagonis aldosteron, beta bloker. +/- diuretic tergantung pada

retensi cairan

NYHA III ACEI/ARB, Beta bloker, Antagonis aldosteron +

diuretik, + digitalis jika masih simtomatik

NYHA IV ACEI/ ARB Beta bloker, Antagonis aldosteron +

diuretik, + digitalis, suport inotropis (Carleton & O’Donnell,

1995)

II. VES ( Ventrikel Ekstra Sistole )

Ventrikel ekstrasistole adalah jenis aritmia yang paling banyak

dijumpai. Rekaman EKG berupa GRS sangat lebar, mungkin lebih dari 0,14

detik.ekstrasistole ventrikel dikatakan bigemini bila ventrikel ekstrasistole

tersebut selalu terjadi setelah kompleks QRS sinus,dengan kata lain timbul

berganti-ganti dengan QRS irama sinus (Munawar M.,& Sutandar H.,1999)

Etiologi dari VES ini biasanya terjadi akibat cetusan dini dari suatu

fokus yang otomatis atau melalui mekanisme reentri.Penatalaksanaan VES

ini adalah mengoreksi gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam

basa, dan hipoksia. Pada pasien yang tanpa/ tidak dicurigai mempunyai

kelainan jantung organic tidak perlu diobati.perlu pengobatan bila terjadi

iskemia miokard akut, bigemini, trigemini, atau multifocal alvo

ventrikel.Obat yangdigunakan adalahL xilokain intravena, dengan dosis 1-2

mg/KgBB dilanjutkan infuse 2-4 menit.obat alternative: prokainamid,

13

Page 14: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

disopiramid, amiodaron, meksiletin. Komplikasi dari VES ini dapat terjadi

Ventrikel Takikardi/ Ventrikel Fibrilasi, kematian mendadak.prognosisnya

tergantungpenyebab, beratnya gejala dan respon terapi

(Rani A.A.,dkk., 2006).

III. Supraventrikuler Takikardi

A. Definisi

Takikardi berarti nadi yang cepat. Supraventrikuler berarti berasal dari

atas ventrikel. Pada episode SVT, irama jantung tidak diatur oleh nodus SA,

pencetus impuls pada SVT berada diatas ventrikel. Tapi impulsnya menyebar

ke ventrikel. Jantung kemudian berkontraksi lebih cepat dari biasanya.

Penggunaan SVT hanya digunakan jika irama jantung cepat dan reguler.

Kondisi lain yang menyebabkan irama jantung cepat tetapi tidak teratur yang

disebabkan oleh impuls yang abnormal dari atrium disebut atrial fibrilasi

(Arrhythmia Alliance., 2006).

B. Etiologi

Episode SVT biasanya terjadi secara tiba-tiba dan dengan penyebab

yang kurang jelas, dapat berlangsung selama beberapa menit atau bahkan

beberapa jam, dapat pula berhenti secara tiba-tiba. Jarang ditemukan episode

yang berlangsung lebih dari beberapa jam. Waktu episode SVT sangat

bervariasi. Pada beberapa kasus, serangan SVT dapat muncul beberapa kali

sehari. Pada kejadian yang ekstrim dapat muncul sekali atau dua kali dalam

setahun pada kebanyakan kasus.

Pada kebanyakan kasus, episode serangan pertama SVT dimulai saat

kanak-kanak atau dewasa muda. Tetapi, pada kondisi yang tidak umum dapat

muncul saat usia kapan saja.

Etiolologi SVT juga dapat berkaitan dengan:

a. Pengerasan arteri (atherosklerosis)

14

Page 15: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

b. Gagal jantung

c. Penyakit tiroid

d. Penyakit paru kronis

e. pneumonia

f. emboli paru, atau bekuan darah yang bermigrasi ke arteri paru dari

tempat lain di tubuh.

g. Perikarditis

h. Obat-obatan dan gaya hidup/ kebiasaan

i. Narkoba, alkohol, rokok, kafein, minuman bersoda/ soft drink

j. Stress

k. Dapat juga sebagai efek samping dari pengobatan seperti digitalis,

pengobatan asma.

l. Pada beberapa kasus penyebab VT tidak diketahui dengan pasti

(Arrhythmia Alliance., 2010 )

C. Gejala

Simptom dapat muncul pada detik, menit, jam atau lebih lama tetapi

jarang.

Simptom yang mungkin terjadi:

a. Nadi rata-rata menjadi 140 - 200 permenit. Kadangkala lebih cepat.

b. Palpitasi (dapat merasa detak jantung sendiri)

c. Sesak nafas.

d. Jika mempunyai angina, gejala angina dapat muncul dipicu oleh

episode SVT.

Dapat pula tidak terjadi gejala, kadangkala tekanan darah menjadi

rendah dengan nadi yang sangat cepat, terutama jika hal ini berlangsung

dalam beberapa jam. Pada beberapa kasus hal ini dapat menyebabkan kolaps.

Terutama jika pada usia tua dan mempunyai masalah paru-paru maupun

jantung lain.

15

Page 16: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

D. Klasifikasi Supraventrikuler Takikardi

SVT dikelompokkan berdasarkan tempat sinyal elektrik dari atrium.

Tipe pertama SVT adalah AVNRT / AV Nodal Reentrant Takikardia yang

terjadi karena impuls elektrik berjalan pada lingkaran ekstra fiber pada dan

sekeliling AV nodal.

Gambar 4 : AV Nodal Reentrant Takikardia

Sumber: (Wang P.J., & Estes A.M., 2002)

Tipe yang lain terjadi karena konduksi elektrikal via ekstra fiber antara

atrium dengan ventrikel. Impuls elektrik berjalan turun ke ventrikel dari nodus

AV dan kembali ke atrium via ekstra fiber, menghasilkan SVT yang disebut

Reentrant Takikardi atau AVRT.

16

Page 17: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Gambar 5: AV Reentrant Takikardi

Sumber: (Wang P.J., & Estes A.M., 2002)

E. Terapi:

Terapi yang biasa digunakan adalah:

a. ß-blocker, biasa digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan

masalah jantung lain seperti angina. Pada SVT digunakan terutama untuk

mengurangi konduksi melalui nodus AV, untuk menghentikan konduksi

selama takikardi

b. CCB, mereka juga digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan

masalah jantung. Seperti ß-blocker, mereka digunakan juga untuk

menurunkan konduksi melalui nodus AV. misalnya verapamil atau

diltiazem.

c. Agen anti aritmia, agen ini digunakan untuk memgobati bermacam-macam

aritmia dan berakibat langsung ke jaringan atrium atau ventrikel. Mereka

sangat berguna pada SVT yang terjadi atrial takikardi

d. Radio Frequency ablation (RFA) sudah berkembang menjadi terapi

alternative untuk mengobati beberapa pasien SVT. Pada prosedur ini

kateter khusus dimasukkan pada vena diatas lengan menuju jantung

dengan fluoroskop. Kateter tersebut digunakan untuk merekam sinyal

elektrik dari dalam jantung.dan dapat mendeteksi lokasi SVT

(Wang P.J., & Estes A.M., 2002).

F. Pencegahan:

1. Mengurangi stres

2. Olahraga dengan teratur, dan menghindari faktor penyebab.

17

Page 18: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dibahas kasus tentang CHF kriteria NYHA III e.c IHD dengan SVT,

AFNVR, iskemik antero ekstensif dan inferior.

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan didapatkan keluhan-keluhan

yang mengarah ke 2 kriteria mayor dan 4 kriteria minor dari kriteria menurut

Framingham. Pada pemeriksaan fisik didapatkan edema perifer Sedangkan dari

anamnesa didapatkan sesak saat beraktifitas dan sesak tiba-tiba saat malam hari.

Menurut NYHA, pasien ini termasuk gagal jantung (CHF) dengan NYHA III

karena adanya perasaaan lelah, palpitasi atau angina, dan keterbatasan melakukan

aktivitas. Pada pemeriksaan EKG, didapatkan hasil adanya SVT, AFNVR,

iskemik antero ekstensif dan inferior. Hal ini mendukung diagnosis CHF criteria

NYHA III et causa iskemikc Heart Disease pada pasien ini.

18

Page 19: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Penatalaksanaan untuk pasien ini kurang lebih sudah sesuai dengan teori

antara lain :

- posisi ½ berbaring meringankan keluhan sesak pasien dengan ortopneu

- O2 3-4 liter/menit untuk membantu oksigenasi pasien karena keluhan

sesaknya

Pemberian diltiazem untuk mendepresi fungsi nodus SA dan AV juga

vasodilatasi arteri dan arteriol koroner serta perifer sehingga akan menurunkan

denyut jantung, digoksin untuk menurunkan konduksi dari impuls elektrik yang

melewati SA node sehingga dapat mengontrol denyut jantung, KSR untuk

mengganti kalium yang hilang, ISDN digunakan untuk mencegah serangan

angina, aspilet digunakan untuk agen anti platelet, amiodaron digunakan sebagai

anti aritmia dan sebagai penenang diberikan alprazolam.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Arif M., Kuspuji T., Wahyu I.W., Wiwiek S.,(Eds), 2001. Kapita Selekta

Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Media Ausculapius.Jakarta.

Arrhythmia Alliance., 2010. Supraventricular Tachycardia (SVT). DocID: 4616

Version: 38. www.Arrhythmia Alliance.org.uk.

Carleton.,&O’Donnell.,1995.Paroxysmal Supraventricular Tachycardia.

www. eMedicine.com

Ghanie A.,2006. Gagal Jantung Kronik. Dalam Aru W., Bambang S., Idrus A.,

Marcellus S., Siti S., (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi

IV. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta.1511 -

514.

Giora F.,& Robert R.R.,1997. Congestive Heart Failure dan Genomic medicine: A

L.ook into the 21st Century. Cardiovascular Drugs and Therapy.

November .713-717.

19

Page 20: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Munawar M.,& Sutandar H.,1999. Elektrokardiografi. Dalam Lily I.R., Faisal B.,

Santoso K., Poppy S.R.,(ed). Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta. 53-65.

Panggabean M.M., 2006. Gagal Jantung. dalam Aru W.S., Bambang S., Idrus A.,

Marcellius S.K., Siti S. (Ed).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi

IV. Jakarta, Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal.

Rani A.A., Soegondo S., Uyainah A.,Wijaya I.P., Nafrialdi., Manjoer A., 2006.

Gagal Jantung Kronik dalam Panduan Pelayanan Medik. Perhimpunan

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Hal: 54.

Rani A.A., Soegondo S, Uyainah A,Wijaya IP, Nafrialdi, Manjoer A, 2006.

Ekstrasistole ventrikular dalam Panduan Pelayanan Medik. Perhimpunan

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Hal: 74

Wang P.J.,& Estes A.M., 2002, Supraventricular Tachycardia. American Heart

Association, Inc. 106:e206-e208.

Tugas Stase Ilmu Penyakit Dalam

CASE REPORT III

CHF KRITERIA NYHA III et causa IHD DENGAN SVT,

AFNVR, ISKEMIK ANTEROEKSTENSIF DAN INFERIOR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter

Pembimbing : dr. Ardyasih, Sp.PD

20

Page 21: Chf Dengan Nyha III Svt & Ves

Diajukan Oleh :

Avysia Tri Marga Wulan

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA

2010

21