referat 2 leukoplakia
TRANSCRIPT
LEUKOPLAKIA
A. DEFINISI
World Health Organization (WHO) mendefinisikan leukoplakia sebagai
bercak-bercak putih atau plak-plak yang terdapat pada lapisan mukosa dimana
lapisan ini tidak bisa ditanggalkan dengan mudah dan tidak dapat digolongkan
secara klinis atau histologi sebagai penyakit-penyakit spesifik lainnya (contoh:
liken planus, lupus eritematosus, kandidiasis, white sponge naevus). (1)
Leukoplakia sering terjadi dikalangan orang dewasa; sekitar 1% dari orang
dewasa terkena penyakit ini, meskipun setengah populasi didapati mempunyai
prevalensi yang lebih tinggi. Kebanyakan kasus dijumpai pada kelompok usia 50-
70 tahun. (1)
Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini sering
meluas sehingga menjadi suatu lesi pre-kanker. Leukoplakia merupakan suatu
istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau
plak yang tidak normal yang terdapat pada membran mukosa. Pendapat lain
mengatakan bahwa leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang
terdapat pada membran mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. (2)
Leukoplakia dalam perkembangannya sering menjadi ganas dan untuk
menyingkirkan diagnosis banding, maka sangat diperlukan biopsi dari leukoplakia
tersebut. Gambaran histologinya dapat bermacam-macam dan tergantung dari
umur lesi pada saat biopsi dilakukan. Kendala dalam menegakkan diagnosis
leukoplakia masih sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan
seperti etiologi leukoplakia yang belum jelas serta perkembangan yang agresif
dari leukoplakia yang mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan tetapi pada
akhirnya menjadi karsinoma sel skuamosa dengan angka kematian yang tinggi. (1, 3)
B. ETIOLOGI
Sampai sekarang belum diketahui etiologi Leukoplakia dengan pasti,
tetapi predisposisi terdiri dari berbagai faktor yaitu faktor lokal, faktor sistemik
dan malnutrisi vitamin. Faktor lokal yang diduga sebagai predisposisi terjadinya
leukoplakia diantaranya adalah trauma yang menyebabkan iritasi kronis misalnya
trauma akibat gigitan tepi atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang
malposisi, kebiasaan jelek menggigit-gigit jaringan mulut, pipi, maupun lidah.
Faktor lokal yang lain adalah kimiawi atau termal, misalnya pada penggunaan
bahan-bahan yang kaustik mungkin diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan
perubahan keganasan. (1,2)
Defisiensi vitamin A diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia dan
keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa
respiratorius. Beberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia di uvula merupakan
manifestasi dari intake vitamin A yang tidak cukup. Apabila kelainan tersebut
parah, gambarannya mirip dengan leukoplakia. Selain itu, pada percobaan dengan
menggunakan binatang tikus, dapat diketahui bahwa kekurangan vitamin B
kompleks akan menimbulkan perubahan hiperkeratotik.(2, 4)
Selain faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan, ada beberapa faktor
yang menjadi penyebab terjadinya leukoplakia antara lain tembakau, alkohol dan
bakteri. Dalam proses terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut oleh
tembakau tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas yang terjadi pada
waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di dalam
tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa pipa
rokok juga merupakan benda yang berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi yang
spesifik pada palatum yang disebut stomatitis nicotine. Pada lesi ini, dijumpai
adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada palatum. Selanjutnya,
palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi penebalan yang sifatnya
merata. Ditemukan pula adanya multinoduler dengan bintik-bintik kemerahan
pada pusat nodul. Kelenjar ludah akan membengkak dan terjadi perubahan di
daerah sekitarnya. Banyak peneliti yang kemudian berpendapat bahwa lesi ini
merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia.(1, 4, 5)
Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor yang
memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat
menimbulkan iritasi pada mukosa. Leukoplakia juga dapat terjadi karena adanya
infeksi bakteri, penyakit periodontal yang disertai higiene mulut yang buruk. (1)
C. PATOGENESIS
Pasien dengan leukoplakia idiopathik memiliki resiko tinggi untuk
berkembang menjadi kanker. Penelitian yang dilakukan, 4%-17% lesi
bertransformasi menjadi tumor maligna pada kurun waktu 20 tahun. Dasar
perubahan molekuler pada leukoplakia sampai saat ini masih belum diketahui.
Namun, beberapa data dari hasil penelitian pada pre-maligna leukoplakia
membuktikan bahwa perubahan epitel pada penyakit ini disebabkan oleh
transformasi displastik. Perubahan patologi yang utama pada leukoplakia
diperlihatkan oleh penipisan epitel yang abnormal dengan peningkatan permukaan
keratinisasi menghasilkan penampakan mukosa yang putih . hal ini dikuti pula
oleh penebalan pada epitel, bahkan epitel bisa menjadi atrofi atau akantosis
(perubahan lapisan tanduk).(2, 5)
Banyak penilitian memperlihatkan adanya perubahan genetika akan
mempengaruhi perubahan pada ekspresi gen keratin, perubahan siklus sel, dan
peningkatan ekspresi sel yang kehilangan sifat heterozigotnya. Stres oksidatif dan
kerusakan DNA akibat produk nitrogen reaktif, seperti induksi nitrit oksida dan
mekanisme inflamasi, juga memiliki implikasi pada leukoplakia dan
transformasinya dari dysplasia menjadi karsinoma. Penilitian pada penanda
molecular memperlihatkan bahwa lesi jinak meningkat pada sel yang telah
mengalami cacat pada sel p53 dan pada antigen proliferation marker proliferating
cell nuclear.(2,5)
D. DIAGNOSIS
Penderita leukoplakia tidak mengeluhkan rasa nyeri, tetapi lesi pada mulut
tersebut sensitif terhadap rangsangan sentuh, makanan panas dan makanan yang
pedas.(2) Dari pemeriksaan klinis, ternyata oral leukoplakia mempunyai bermacam-
macam bentuk. Secara klinis lesi ini sukar dibedakan dan dikenal pasti karena
banyak lesi lain yang memberikan gambaran yang serupa serta tanda-tanda yang
hampir sama. Pada umumnya, lesi ini lebih banyak ditemukan pada penderita
dengan usia di atas 40 tahun dan lebih banyak pria daripada wanita. Hal ini terjadi
karena sebagian besar pria merupakan perokok berat. Lesi ini sering ditemukan
pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum lunak dan keras, daerah dasar
mulut, gingival, mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge.
Bermacam-macam bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi tergantung dari awal
terjadinya lesi tersebut, dan setiap individu akan berbeda. (2,5)
Gambar 1. Speckled Leukoplakia(1)
Secara klinis, lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, berbatas jelas,
dan permukaannya tampak melipat. Bila dilakukan palpasi akan terasa keras,
tebal, berfisure, halus, datar atau agak menonjol. Kadang-kadang lesi ini dapat
berwarna seperti mutiara putih atau kekuningan. Pada perokok berat, warna
jaringan yang terkena berwarna putih kecoklatan. Ketiga gambaran tersebut di
atas lebih dikenal dengan sebutan speckled leukoplakia. (1,2)
Leukoplakia dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu homogenous
leukoplakia, erosive leukoplakia, speckled atau verocuos leukoplakia.
Homogenous leukoplakia merupakan bercak putih yang kadang-kadang berwarna
kebiruan, permukaannya licin, rata, dan berbatas jelas. Pada tahap ini, tidak
dijumpai adanya indurasi. (1,2)
Gambar 2. Homogenus Leukoplakia(1)
Erosif leukoplakia berwarna putih dan mengkilat seperti perak dan pada
umumnya sudah disertai dengan indurasi. Pada palpasi, permukaan lesi mulai
terasa kasar dan dijumpai juga permukaan lesi yang erosif. (2)
Speckled atau verocuos leukoplakia merupakan stadium leukoplakia
dimana permukaan lesi tampak sudah menonjol, berwarna putih, tetapi tidak
mengkilat. Timbulnya indurasi menyebabkan permukaan menjadi kasar dan
berlekuk-lekuk. Saat ini, lesi telah dianggap berubah menjadi ganas. Karena
biasanya dalam waktu yang relatif singkat akan berubah menjadi tumor ganas
seperti squamus sel karsinoma, terutama bila lesi ini terdapat di lidah dan dasar
mulut. (1,2)
Gambar 3. Leukoplakia Benigna (courtesy of James Fitzpatrik,MD)(3)
Untuk menetapkan diagnosis oral leukoplakia, perlu pemeriksaan dan
gambaran histopatologis. Hal ini untuk mengetahui adanya proses diskeratosis.
Meskipun pada pemeriksaan histopatologis tampak adanya proses diskeratosis,
masih sulit dibedakan dengan karsinoma in situ, karena di antara keduanya tidak
memiliki batasan yang jelas. (2,4)
Gambar 4. Sublingual Leukoplakia[1]
Pemeriksaan histopatologis juga diperlukan untuk mengetahui ada
tidaknya sel-sel atypia dan infiltrasi sel ganas yang masuk ke jaringan yang lebih
dalam. Keadaan ini biasanya ditemukan pada karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
sel skuamosa merupakan kasus tumor ganas rongga mulut yang terbanyak dan
lokasinya pada umumnya di lidah. Penyebab yang pasti dari karsinoma sel
skuamosa belum diketahui, tetapi banyak lesi yang merupakan permulaan
keganasan dan faktor-faktor yang mempermudah terjadinya karsinoma tersebut.
Lesi pra-ganas dan factor-faktor predisposisi itu adalah leukoplakia, perokok,
pecandu alkohol, adanya iritasi setempat, defisiensi vitamin A,B, B12,
kekurangan gizi, dan lain-lain. Seperti halnya lesi pra-ganas rongga mulut lainnya,
dalam stadium dini karsinoma ini tidak memberikan rasa sakit. Rasa sakit baru
terasa apabila terjadi infeksi sekunder. Oleh karena itu, apabila ditemukan adanya
lesi pra-kanker dalam rongga mulut, terutama leukoplakia, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologi. (2,5)
Gambar 5. Pembentukan kanker oral pada pasien leukoplakia. Proses malignan A)
pada homogeneous leukoplakia dan B) pada non-homogenous verrukosus
leukoplakia (5)
E. DIAGNOSIS BANDING
Leukoplakia memiliki gambaran klinis yang mirip dengan beberapa
kelainan. Oleh karena itu, diperlukan adanya diagnosis banding untuk
membedakan apakah kelainan tersebut adalah lesi leukoplakia atau bukan. Pada
beberapa kasus, leukoplakia tidak dapat dibedakan dengan lesi yang berwarna
putih di dalam rongga mulut tanpa dilakukan biopsy. Jadi, cara membedakannya
dengan leukoplakia adalah dengan pengambilan biopsi. Ada beberapa lesi
berwarna putih yang juga terdapat dalam rongga mulut, yang memerlukan
diagnosis banding dengan leukoplakia. Lesi tersebut antara lain: syphilitic mucous
patches; lupus erythematous dan white sponge nevus; infeksi mikotik, terutama
kandidiasis; white folded gingivo stomatitis; serta terbakarnya mukosa mulut
karena bahan-bahan kimia tertentu. (1,2,3)
Gambar 3. Liken Planus(3)
Untuk menentukan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan
yang teliti baik secara klinis maupun histopatologis, karena lesi ini secara klinis
mempunyai gambaran yang serupa dengan liken planus dan “white sponge
naevus”. (1,2,3)
F. PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan leukoplakia yang terpenting adalah mengeliminir
faktor predisposisi yang meliputi penggunaan tembakau (rokok), alkohol,
memperbaiki higiene mulut, memperbaiki maloklusi, dan memperbaiki gigi tiruan
yang letaknya kurang baik. Penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan eksisi secara chirurgis atau pembedahan terhadap lesi yang
mempunyai ukuran kecil atau agak besar. Bila lesi telah mengenai dasar mulut
dan meluas, maka pada daerah yang terkena perlu dilakukan stripping. (1,4)
Pemberian vitamin B kompleks dan vitamin C dapat dilakukan sebagai
tindakan penunjang umum, terutama bila pada pasien tersebut ditemukan adanya
faktor malnutrisi vitamin. Peranan vitamin C dalam nutrisi erat kaitannya dengan
pembentukan substansi semen intersellular yang penting untuk membangun
jaringan penyangga. Karena, fungsi vitamin C menyangkut berbagai aspek
metabolisme, antara lain sebagai transport electron. Pemberian vitamin C dalam
hubungannya dengan lesi yang sering ditemukan dalam rongga mulut adalah
untuk perawatan suportif melalui regenerasi jaringan, sehingga mempercepat
waktu penyembuhan. Perawatan yang lebih spesifik sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan histopatologi. (1,4)
Operasi (scalpel atau laser excision) adalah pilihan yang utama untuk
tatalaksana leukoplakia yang cenderung berubah menjadi maligna seperti speckled
leukoplakia, leukoplakia pada area beresiko tinggi (contoh: dasar mulut, lidah,
palate durum, pada pasien dengan riwayat kanker di traktus pernafasan-
pencernaan, dysplasia dan lain-lain.(1)
DAFTAR PUSTAKA
1. The Oral Cavity and Lips. In: Tony Burns SB, Neil Cox, Christopher G, editor. Rook’s Textbook Of Dermatology. 7 ed. Australia: Blackwell Publishing; 2004. p. 66.14-66.87.2. Disorders of the Mucous Membranes. In: James W.D BTG, Elston D.M, editor. Andrews Diseases of The Skin Clinical Dermatology. 100 ed. UK: Saunders Elsevier; 2006. p. 804-8.3. Skin Sign of Hair, nail, mucosal Disorders and Eye. In: Wolff Klaus RAJ, editor. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6 ed. United States: McGraw Hill Medical; 2009. p. 1036-9.4. Adriana Spinola Ribeiro PRS, Tarcília Aparecida da Silva, Ricardo Alves Mesquita. A Review of the Nonsurgical Treatment of Oral Leukoplakia Hindawi Publishing Corporation; 2010 [cited 2013 Juni]; Available from: http://www.hindawi.com/journals/ijd/2010/186018/.5. Wei Liu L-JS, Lan Wu, Jin-Qiu Feng, Xi Yang, Jiang Li, Zeng- Tong Zhoul, Chen-Ping Oral Cancer Development in Patients with Leukoplakia. Germany: PLoS ONE; 2012 [cited 2013 April 12]; Available from: http://www.plosone.org/article/info:doi/10.1371/journal.pone.0034773.