sturn gangguan reproduksi sapi perah dengan ......bangsa hewan (11. dalam hal ini berarti ternak...

7
Risalah Seminar Umiah Pene/itian dan Pengembangan Ap/ikasi lsotop dan Radiasi, 2004 STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN TEKNIK RADIO IMMUNOASSAY (RIA) PROGESTERON. Boky Jeanne Tuasikal'l, Totti Tjiptosumirat'l, dan Ratnawati Kukuh21 IIPuslitbang Teknologi IsotopdanRa"diasi -Bfi::TAN, Jakarta 21Puslitbang Teknik Nuklir, BATAN. ABSTRAK STUDI GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN TEKNIK RADIOIMMUNOASSAY (RIA) PROGESTERON. Lima ekor sari perah, yaitu sari A (laktasi ke-6), sari B (laktasi ke-7), sari C (laktasi ke-2), sari D (laktasi ke-3), clan sari F (laktasi ke-3), yang menurut anamnese petugas Inseminasi Buatan (IB) atau Kesehatan Ternak lapangan clan menurut pemilik ternak mengalami gangguan reproduksi, dipelajari kelainan tersebut dengan teknik Radioimmunoassay. Untuk tujuan itu dilakukan pengambilan sampel susu selama lima minggu dengan dua kali pengambilan sampel setiap minggu, untuk dianalisis konsentrasi progesteron dalam susunya guna mengetahui status faali reproduksi ternak. Hasil analisis menunjukkan bahwa sari A (yang telah mengalami laktasi enam kali) clan sari B (yang telah mengalami laktasi tujuh kali) , berada dalam kondisi asiklik, yaitu tidak mengalami siklus reproduksi; sari C (yang telah mengalami laktasi dua kali) , mengalami perpanjangan periode siklus biram setelah melahirkan (prolonged oestruscycle post partum); sedangkan sari D clan F (yang keduanya telah mengalami laktasi tiga kali), mengalami tahap pemulihan siklus estrus setelah melahirkan (recovery oestrus cycle post partum). Dengan kelengkapan pencatatan sejarah clan keadaan ternak serta basil konfirmasi yang dilakukan oleh tenaga medis ternak di lapangan, diagnosis gangguan reproduksi yang mengakibatkan kegagalan IB dapat dilakukan dengan menggunakan teknik RIA Progesteron. ABSTRACT REPRODUCTIVE DISORDER STUDIES USING RADIOIMMUNOASSAY (RIA) PROGESTERONE TECHNIQUE. Five dairy cattle, cattle A: 6th parity; cattle B: 7'h parity; cattle C: 2nd parity; cattle D and F: 3rdparity, were used in this study. According to Health Extension and Artificial Insemination Technicians anamneses and according to farmers who own the animals, these cattle were showing reproductive failure, and RIA technique was used to study the symptoms. For this purpose, milk progesterone sample were collected twice a week for five weeks to follow the biological reproductive status of every animal. Result from the analysis were plotted for each individual animal and shows that cattle A and B were acyclic, which indicated that no reproductive activity post partum have occurred in both animals; cattle C in the status of prolonged oestrus cycle post partum; and cattle D and F were in the status of recovery of oestrus cycle post partum. With the availability of historical record of the cattle and confirmation of biological status by Health Technicians, the reproductive disorder, which leads to the failure of AI in dairy cattle, can be monitored by RIA Progesteronetechnique. PENDAHULUAN Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual, tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternak harus memperoleh pakan yang baik clan gizi yang cukup agar fungsi fisiologi reproduksinya dapat bekerja dengan baik clan optimal. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah hewan mencapai pubertas atau dewasa kelamin. Proses ini diatur oleh sistem syaraf serta kelenjar-kelenjar endokrin clan hormon- barman yang dihasilkannya. Reproduksi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks, clan mudah mendapat gangguan pada berbagai stadium siklus reproduksi. Kegagalan reproduksi sapi perah dapat diakibatkan oleh interaksi daTi berbagai faktor, seperti pakan, lingkungan, keterampilan manusia clan manajemen pemeliharaan, gangguan fungsional (hormonal) clan penyakit (2, 3). Teknik Radio Immunoassay (RIA), khususnya RIA untuk mendeteksi barman progesteron, merupakan suatu aplikasi teknologi nuklir untuk memberi dukungan sebagai upaya peningkatan efisiensi reproduksi ternak,

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN ......bangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternak harus memperoleh pakan yang baik clan gizi yang cukup agar fungsi fisiologi reproduksinya

Risalah Seminar Umiah Pene/itian dan Pengembangan Ap/ikasi lsotop dan Radiasi, 2004

STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGANTEKNIK RADIO IMMUNOASSAY (RIA) PROGESTERON.

Boky Jeanne Tuasikal'l, Totti Tjiptosumirat'l, dan Ratnawati Kukuh21

IIPuslitbang Teknologi IsotopdanRa"diasi -Bfi::TAN, Jakarta21Puslitbang Teknik Nuklir, BATAN.

ABSTRAK

STUDI GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN TEKNIKRADIOIMMUNOASSAY (RIA) PROGESTERON. Lima ekor sari perah, yaitu sari A (laktasike-6), sari B (laktasi ke-7), sari C (laktasi ke-2), sari D (laktasi ke-3), clan sari F (laktasi ke-3),yang menurut anamnese petugas Inseminasi Buatan (IB) atau Kesehatan Ternak lapangan clanmenurut pemilik ternak mengalami gangguan reproduksi, dipelajari kelainan tersebut denganteknik Radioimmunoassay. Untuk tujuan itu dilakukan pengambilan sampel susu selama limaminggu dengan dua kali pengambilan sampel setiap minggu, untuk dianalisis konsentrasiprogesteron dalam susunya guna mengetahui status faali reproduksi ternak. Hasil analisismenunjukkan bahwa sari A (yang telah mengalami laktasi enam kali) clan sari B (yang telahmengalami laktasi tujuh kali) , berada dalam kondisi asiklik, yaitu tidak mengalami siklusreproduksi; sari C (yang telah mengalami laktasi dua kali) , mengalami perpanjangan periodesiklus biram setelah melahirkan (prolonged oestrus cycle post partum); sedangkan sari D clan F(yang keduanya telah mengalami laktasi tiga kali), mengalami tahap pemulihan siklus estrussetelah melahirkan (recovery oestrus cycle post partum). Dengan kelengkapan pencatatan sejarahclan keadaan ternak serta basil konfirmasi yang dilakukan oleh tenaga medis ternak di lapangan,diagnosis gangguan reproduksi yang mengakibatkan kegagalan IB dapat dilakukan denganmenggunakan teknik RIA Progesteron.

ABSTRACT

REPRODUCTIVE DISORDER STUDIES USING RADIOIMMUNOASSAY (RIA)PROGESTERONE TECHNIQUE. Five dairy cattle, cattle A: 6th parity; cattle B: 7'h parity; cattleC: 2nd parity; cattle D and F: 3rd parity, were used in this study. According to Health Extensionand Artificial Insemination Technicians anamneses and according to farmers who own theanimals, these cattle were showing reproductive failure, and RIA technique was used to study thesymptoms. For this purpose, milk progesterone sample were collected twice a week for fiveweeks to follow the biological reproductive status of every animal. Result from the analysis wereplotted for each individual animal and shows that cattle A and B were acyclic, which indicatedthat no reproductive activity post partum have occurred in both animals; cattle C in the status ofprolonged oestrus cycle post partum; and cattle D and F were in the status of recovery of oestruscycle post partum. With the availability of historical record of the cattle and confirmation ofbiological status by Health Technicians, the reproductive disorder, which leads to the failure ofAI in dairy cattle, can be monitored by RIA Progesterone technique.

PENDAHULUAN

Reproduksi adalah suatu kemewahanfungsi tubuh yang secara fisiologik tidak vitalbagi kehidupan individual, tetapi sangat pentingbagi kelanjutan keturunan suatu jenis ataubangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternakharus memperoleh pakan yang baik clan gizi yangcukup agar fungsi fisiologi reproduksinya dapatbekerja dengan baik clan optimal. Padaumumnya reproduksi baru dapat berlangsungsetelah hewan mencapai pubertas atau dewasakelamin. Proses ini diatur oleh sistem syarafserta kelenjar-kelenjar endokrin clan hormon-

barman yang dihasilkannya. Reproduksi padahewan betina merupakan suatu proses yangkompleks, clan mudah mendapat gangguan padaberbagai stadium siklus reproduksi. Kegagalanreproduksi sapi perah dapat diakibatkan olehinteraksi daTi berbagai faktor, seperti pakan,lingkungan, keterampilan manusia clan

manajemen pemeliharaan, gangguan fungsional(hormonal) clan penyakit (2, 3).

Teknik Radio Immunoassay (RIA),khususnya RIA untuk mendeteksi barmanprogesteron, merupakan suatu aplikasi teknologinuklir untuk memberi dukungan sebagai upayapeningkatan efisiensi reproduksi ternak,

Page 2: STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN ......bangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternak harus memperoleh pakan yang baik clan gizi yang cukup agar fungsi fisiologi reproduksinya

Risalah Seminar Ilmiah Peneli/ian daD Pengembangan ApJikasi Iso/OF daD Radiasi, 2004

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari sampel susu yang telah dikoleksi clandianalisis kadar progesteronnya dengan teknikRIA, diperoleh basil yang disajikan dalam Tabel 1

Hasil analisis menunjukkan bahwa padasapi A clan B tidak ditemukan nilai progesterondaTi sampel susunya. Hal ini menunjukkanbahwa kedua sapi terse but dalam kondisi acyclic(yaitu: tidak mengalami siklus reproduksi).Status biologis sapi-sapi tersebut dapat dipastikandalam kondisi anoestrus, yaitu tidak mengalamibirahi clan tidak ditemukannya aktivitas yangnyata pada ovariumnya (4), sehingga mempunyaikemungkinan yang kecil untuk berhasildikawinkan. Keadaan lain, seperti diungkapkanoleh jAENUDDIN DAN HAFESZ (71, bahwarendahnya konsentrasi barman progesterondalam susu menunjukkan ternak sapi tersebutmengalami disfungsi ovari um (16, 17). Gangguanreproduksi berupa tidak berfungsinya ovarium,paling sering disebabkan oleh karena pergantianmusim, defisiensi nutrisi, stress akibat laktasi,clan ketuaan (7, 16, 17). Keadaan ini ditunjangdengan anamnese daTi lapangan bahwa sapi telahmengalami 6 kali clan 7 kali laktasi yangmenunjukkan bahwa sapi dalam keadaan yangtelah tua clan sulit untuk mempunyai siklusreproduksi yang normal. Sebagaimana telahdinyatakan terdahulu, bahwa berlangsungnyasiklus reproduksi memerlukan gizi yang cukupclan dapat dideteksi melalui skaT kondisi tubuh(Body Condition Score / BCSj. Namun, keterangantentang BCS ternak sapi yang diamati tidaktersedia. Untuk perbaikan penampilan sapi Aclan B, daTi basil analisis yang didapat, makaperlu dilakukan antisipasi yaitu dengan cara:perbaikan pakan, termasuk penambahan vitaminclan mineral, sehingga tercapai BCS minimal 2,75(8: Komunikasi pribadi dengan LENG, 1995).Dengan kondisi biologis seperti dikemukakantersebut, maka untuk konfirmasi status biologis,perlu dilakukan palpasi per rektal oleh tenagamedis guna pemeriksaan kondisi ovarium.Apabila perbaikan BCS telah dilakukan, namuntetap menunjukkan disfungsi ovarium, maka sapidapat dinyatakan sebagai sapi yang tidakproduktif lagi clan sapi tersebut dapat diafkir.Dari ribuan jumlah gel telur yang diketemukanpada ovarium sapi normal, hanya 5 sampai 10oocytes saja yang akan berhasil menjadi individusapi baru (9). Dengan kala lain, sapi normalhanya dapat melahirkan 5 sampai 10 kali dalamhidupnya, yang berarti mengalami 5 sampai 10kali laktasi (9). Dalam kasus sapi A clan B, yangtelah mempunyai masa laktasi 6 hingga 7 kali,memungkinkan bahwa kondisi sapi tidak dapatbereproduksi lagi, sehingga tidak layak untuk

dipelihara.

terutama yang berkaitan dengan adanya kelainanfungsi organ reproduksi. Efisiensi reproduksiseekor sapi perah dapat dilakukan melaluideteksi konsentrasi barman progesteron dalamserum atau susu.

Progesteron merupakan salah satu jenisbarman reproduksi yang dihasilkan oleh Corpusluteum clan berfungsi untuk memeliharakebuntingan pada hew an normal (4, 5). Padasapi perah normal, lama siklus birahi adalah rata-rata 21 hari. Dari beberapa kasus diketahuibahwa gangguan reproduksi pada ternak, seringmenyebabkan Corpus luteum persisten (CLP} yaituprogesteron tetap diproduksi sehingga siklusbirahi akan diperpanjang, oleh karena itu dalamkasus CLP siklus birahi dapat menjadi lebih lama13, 5)

Studi ini bertujuan untuk mengetahuistatus faali reproduksi sapi perah melaluipemeriksaan gambaran barman progesterondalam susu dengan memanfaatan teknik RIA.

BAHAN DAN METODE

Lima ekor sapi perah daTi peternakanrakyat di daerah Garut, yang menurut pemilikternak clan Petugas Inseminasi Buatan (IBIlapangan mengalami gangguan reproduksi -umumnya yang tidak bunting setelah di IB -digunakan dalam studi ini. Hasil anamnesepetugas kesehatan hewan di lapanganmenunjukkan kondisi biologis sapi berturut-turutsebagai berikut: sapi A telah mengalami laktasi 6kali, baru melahirkan, clan terlalu tua; sapi Btelah mengalami laktasi 7 kali, baru melahirkanclan terlalu tua; sapi C telah mengalami 2 kalilaktasi, gagal IB clan terlalu gemuk; sapi D telahmengalami 3 kali laktasi, gagal IB clan terlalugemuk; sapi F telah mengalami 3 kali laktasi,tidak birahi clan kurus. Untuk analisiskonsentrasi progesteron pada kelima sapitersebut, dilakukan pengambilan sampel susu 2kali seminggu, selama 5 minggu, sejak tanggal16Juni sampai dengan 24 Juli 2003.

Tata kerja analisis barman progesteron,dalam cuplikan susu, dilakukan denganmenggunakan teknik RIA menurut IAEA (6!.Kandungan progesteron dianalisis dengan "fasepadat kit RIA" yang menggunakan tabungberselaput antibodi progesteron, 1251, clan standarprogesteron (0; 1,25; 2,50; 5,0; 10,0; 20,0; clan40,01 dipersiapkan dalam susu skim, dengankoefisien varian untuk intra clan inter-assay,masing-masing 5,6% clan 8,9%. Hasil analisiskonsentrasi barman progesteron diplotkan kedalam grafik clan digunakan untuk interpretasistatus faali reproduksi tiap individu ternak sapiperah.

Page 3: STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN ......bangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternak harus memperoleh pakan yang baik clan gizi yang cukup agar fungsi fisiologi reproduksinya

Risalah Seminar 111rJiah Penelilian daD Pengembangan Aplikasi [salop daD Radia~ 2004

Tabel 1. Konsentrasi hormon Progesteron (P4) sampel susu dengan teknik RIA daTi sapi yangmengalami gangguan reproduksi berbeda.

Haripengamatan

ke

--Konsentrasi P4 Inmol/LI dalam susu

Sapi A Sapi B Sapi C Sapi D Sapi FTanggal

pengambilansampel16-6-0319-6-0323-6-0326-6-0330-6-033-7-037-7-0310-7-0314-7-0317-7-0321-7-0324-7-03

tdtdtdtdtdtdtdtdtdtdtdtd

tdtdtdtdtdtdtdtdtdtdtdtd

037101417212428313538

Keterangan: td = tidak terdeteksiSapi A = laktasi ke-6Sapi B= laktasi ke-7Sapi C = laktasi ke-2Sapi D = laktasi ke-3Sapi F = laktasi ke-3

Hasil analisis konsentrasi progesteron jP41dalam susu sapi C, disajikan dalam Gambar 1berikut ini.

sedangkan pads sapi C, selang waktu dari birahike birahi berikutnya adalah 28-30 hari.

Siklus reproduksi dengan kondisi prolongedcycle, seperti pads sapi C dapat disebabkan olehberbagai macam hal, salah satunya adalahendometritis ringan (3, 7, 111. Peradangan uterusdapat menghambat pelepasan barmanprostaglandin (PGF2rJ I dati dinding rahim, yangberfungsi sebagai barman uterus utama yangbersifat luteolitik dan dapat menyebabkanregresinya corpus luteum (101. Hambatanpelepasan prostaglandin karena kasusendometritis, menyebabkan corpus luteum tetapbertahan dan mensekresikan progesteron,sehingga sapi C mengalami perpanjangan siklusbirahi.

12

-0

8

6

4

2

0

~~

t "

0 -X) 3) .C)

, , ,

3)...~Konsentrasi progesteron (P4) daTi susu sapi C (telah2 kali laktasi, gagal IB dan terlalu gemuk), dengansampling mulai tanggal16 Juni-24 Juli 2003.

GambarEndometritis merupakan penyebab

gangguan reproduksi ketiga setelah kawinberulang (Repeat breeder) clan keterlambatanpelepasan plasenta (Retensio secundinae) (111.Ketidaksuburan yang bersifat sementara padasapi perah yang diakibatkan oleh ketiga penyakittersebut dapat menimbulkan kerugian, yangberdampak pada penurunan produksi susu clanmempengaruhi nisbah efisiensi reproduksi yaitujumlah kawin per kebuntingan (Service/Conception; S/C), laju kebuntingan (ConceptionRate; CR), clan jarak beranak (Calving Interval; CI)(11). Banyak data yang dibutuhkan untukmendukung interpretasi basil analisis RIAProgesteron yang belum diinformasikan olehpeternak, sehubungan dengan belum adanya

Dari grafik nilai progesteron pada Gambar1 dapat diinterpretasikan bahwa sapi Ckemungkinan dalam kondisi siklus setelahmelahirkan (post calving cyclicityl, namunmengalami perpanjangan siklus reproduksi(prolonged cyclel. Diketahui bahwa waktu yangdibutuhkan pada sapi normal daTi birahi kebirahi berikutnya membutuhkan waktu 21 -22hari (5, 71. Konsentrasi hormon progesteron yangdi atas 3 nmol/L dalam Gambar 1, menunjukkanbahwa adanya aktivitas ovarium yangmenyebabkan timbulnya gejala birahi (7, 171,

Page 4: STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN ......bangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternak harus memperoleh pakan yang baik clan gizi yang cukup agar fungsi fisiologi reproduksinya

RisaJab Seminar Umiab Peneliti8l1 d8l1 Penlemb8l118l1 Aplikasi lsofop d8l1 Radi,si, 2tKJ4

pencatatan sejarah (historical recordl ternakberupa data tanggal melahirkan clan tanggal IBterakhir, BCS, pakan yang diberikan, produksisusu (liter/haril, cara melahirkan sebelumnya(normal, ada bantuan tenaga medis ataumengalami retensio plasenta/ retensio secundinael,sehingga interpretasi yang dilakukan hanyaberdasarkan pada tingkat konsentrasi barmanprogesteron dalam susu.

Pada Gambar 1 terlihat bahwa siklusreproduksi baru setelah prolonged cycle dimulaipada tanggal 21 Juli 2003, clan bila kondisi sapinormal, maka 21 hari setelah tanggal tersebut,merupakan prediksi untuk munculnya birahiberikutnya, yaitu pada tanggal 9-10 Agustus2003. Bila kondisi sapi tidak normal, makakemungkinan lain munculnya birahi berikutnyaadalah pada tanggal 18-19 Agustus 2003, yaitusetelah 30 hari, karena memperhitungkan kasusprolonged cycle-nya sebagaimana masaperpanjangan siklus birahi yang dial ami sapi C.Anjuran untuk penanganan, oleh Petugas MedisLapangan, sesegera mungkin kasus endometritispada sapi C telah dilakukan, clan kemudianmengawin-suntikkan (IBI sapi ini jika padatanggal perkiraan tersebut di atas terlihat gejalabirahi. Terjadinya kebuntingan pada sapi Cmenunjukkan konfirmasi basil IB yang tepatwaktu dengan status siklus reproduksi sapi yangnormal, yaitu 21.22 hari pada tanggal, 9 Agustus2003.

Grafik analisis RIA Progesteron datisampel susu sapi D disajikan pada Gambar 2.Interpretasi dati nilai P 4 susu pada grafikmenunjukkan bahwa sapi D dalam kondisipenyembuhan setelah melahirkan (recoverycyclicity post calving!. Hal terse but dapat dilihatdengan waktu siklus yang lebih kurang hanya 12-13 hari. Sapi ini cenderung mengalamiketerlambatan birahi setelah melahirkan atau lateonset of oestrus post partum, namum, konfirmasistatus biologis terse but tidak dapat dilakukansehubungan dengan tidak tersedianya datatanggal melahirkan clan sa at IB terakhir.

Secara umum, penampakan siklusreproduksi atau birahi pertama setelahmelahirkan pada sapi perah di Indonesia adalah90 -120 hari setelah melahirkan (12). Namun,sapi-sapi di Eropa dapat di IB lebih kurang pada60 hari setelah melahirkan, bahkan bisa lebihsingkat lagi yaitu 40 hari setelah melahirkansetelah dilakukan terapi hormonal (3, 13, 17).Untuk konfirmasi daTi hasil interpretasi padasapi D ini, diperlukan data lain tentang cara ataukondisi saat melahirkan sebelumnya. Hal inidisebabkan, karena kondisi melahirkan yangtidak normal (membutuhkan bantuan tenagamedis atau timbulnya retensi plasenta padaternak sapi yang melahirkan), maka ternak dapatmengalami infeksi uterus sehingga lendir yangdiduga berasal daTi kondisi oestrus ternyatakarena rahim yang terinfeksi (15, 17). Kesalahandalam deteksi birahi oleh para peternak di Asiaclan Amerika Latin mencapai 17 % daTikeseluruhan problem yang menyebabkankegagalan IB (14). Infeksi pada rahim sapi yangbaru melahirkan dapat menghambat involusiuterus ke bentuk semula clan menggangguaktifitas ovarium, sehingga akan mempengaruhikestabilan kebuntingan berikutnya, yangberdampak sebagai penyebab kegagalan IB (15).

Gambar 2 menunjukkan pola siklusbirahi yang lamanya lebih pendek daTi siklusbirahi yang normal. Untuk menentukan saatbirahi berikutnya, maka berdasarkan Gambar 2,ditentukan tanggal14 Juli 2003 (Hari pengamatanke 28) sebagai hari pertama sebagai siklus birahiberikutnya, sehingga birahi berikutnya diperkirakan akan muncul pada tanggal 2 -3Agustus 2003 clan dikonfirmasikan kepadaPetugas Teknis/IB clan petani ternak pemiliknya.Sapi dinyatakan positif bunting setelah IBdilakukan pada tanggal 3 Agustus 2003.

Hasil analisis progesteron daTi sampel sususapi F dapat dilihat pada Gambar 3. Dari grafiknilai P4 terse but dapat diinterpretasikan bahwasapi F dalam kondisi Recovery cyclicity postcalving. Hal ini nampak bahwa siklus birahibelum normal, bahkan dapat dikatakan hampirtidak ada. Gambaran nilai P4 seperti iniumumnya terjadi pada sapi-sapi yang barumelahirkan clan belum mencapai pemulihansiklus reproduksinya. Pada sapi F inipun tidakdilengkapi dengan data tanggal melahirkan clanIB terakhir, sehingga sulit mendiagnosa apakahsapi ini tidak menunjukkan gejala birahi karenadalam masa pemulihan siklus reproduksi setelahmelahirkan, at au disebabkan oleh malnutrisi(kondisi sapi kurus clan anestrus menurutanamnese). Ternak harus mendapat pakan yangcukup dengan kualitas yang baik clan seimbangantara mineral dengan campuran konsentratlainnya agar fungsi reproduksi dapat berjalan

12

10

8.4

2

0

-0- Sapi-D~~.:.

i.~:.

Gambar 2. Konsentrasi progesteron (P41 daTi susu sapi D (telah 3kali laktasi, gagal lB, din terlalu gemuk) dengansampling mulai tanggal16 Juni-24 Juli 2003.

Page 5: STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN ......bangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternak harus memperoleh pakan yang baik clan gizi yang cukup agar fungsi fisiologi reproduksinya

Risalah Seminar Umjah Peneli/ian don Pengembangan Aplikasi Is%p don RadiaS£ 2004

dengan baik (1,2). Data lain yang amatdiperlukan untuk membantu interpretasigambaran P4 adalah BCS, pakan, produksi susu(L/hari), dan cara melahirkan.

analisisnya. Tak lupa terimakasih kami pactaNuniel.{ Lelananingtyas daTi P3TIR-BATANsehing;ga "Studi Gangguan Reproduksi denganPemanfaatan Teknologi RIA" ini dapat terlaksanadenganbaik.

o. Sapi-FDAFT.I\R PUSTAKA

[~~~J[J, ,

" , IJp

0

" ',lJ. ., , ,. d9--0-;-0--9 I ,0' I "[J-rD."~ I

_I 10 20 30 40

Hari Pengamatan

Gambar 3. Konsentrasi progesteron (P4) daTi susu sapi F(telah 3 kali laktasi, tidak birahi, daD kurus)dengan sampling mulai tanggal 16 Juni-24 Juli2003.

Telah dianjurkan pacta peternak untukmemperbaiki BCS sapi F dengan pemberianpakan yang lebih baik agar fungsi reproduksinyamenjadi pulih kembali, sehingga gejala birahinyadapat tampak jelas. Dari Gambar 3 dapatdiperkirakan bahwa awal peri ode siklusreproduksi dimulai pacta tanggal 17 Juli 2003,maka sapi F diperkirakan mengalami birahi pad atanggal 6-7 Agustus 2003. Peternakmengawinkan lIB) sapi ini pacta tanggal perkiraantersebut ketika estrus tampak dan ternyata dapat

mengalami kebuntingan.

KESIMPULAN

Teknik RIA progesteron dapat digunakansebagai alat deteksi gangguan reproduksi,terutama pada ternak sapi perah. Namun, dalampelaksanaannya, teknik RIA progesteron dapatdiaplikasikan dengan dukungan data rekordingclan hasil konfirmasi yang dilakukan oleh tenagamedis ternak di lapangan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih banyak kami sampaikankepada Dinas Peternakan Garut clan Bapak Syarifyang telah mengizinkan ternak sapinya untukdigunakan dalam program aplikasi RIA.Demikian pula kepada Tim IPTEKDA BAT ANBandung yang dikoordinasikan oleh M. Faruq,serta anggota Timnya: Darsono, Rukmini Ilyas,Natalia Adventini, clan Iswahyudi, yang telahmembantu dalam proses pengadaan sampel clan

1. TOELIHERE M. R., "Fisiologi Reproduksipada Ternak", (1981),21.

2. ALEXANDER,P.A.B.D., ABEYGUNAWAR-DENA, H., PERERA, B.M.A.O., andABEYGUNAWARDENA, I.S.Reproductive performance and factorsaffecting the success rate of artificialinsemination of Cattle in Up-countrymultiplier farms of Sri Lanka Trop.Agric. Res. (1998) 10: 356-371.

3. ABEYRATNE A.S., Infertility Investigation inFemale Animals., University ofPeradeniya, Srilanka, (1995),2-25.

4. GEISERT R. D. and J. R. MALAYER.,"Implantation", Reproduction in FarmAnimals, E.S.E. Hafez and B.Hafez,Chapt. 9, rb Ed., (2000), 126-139.

5. JAINUDEEN M.R. and E.S.E. HAFEZ,"Pregnancy diagnosis", Reproduction inFarm Animals, E.S.E. Hafez and B. Hafez,Chapt. 17, rb Ed., (2000), 261-278.

6. IAEA. "Laboratory Training Manual onRadioimmunoassays in AnimalReproduction". Tech. Rep. Series. IAEA.Vienna, Austria (1984).

7. JAINUDEEN M.R. and E.S.E. HAFEZ,"Reproductive Failure in Females",Reproduction in Farm Animals, E.S.E.Hafez and B. Hafez, Chapt. 17, rb Ed.,(2000), 261-278.

8. LENG R., Komunikasi pribadi., University ofNew England, Armidale, Australia.(1995).

9. ANONIM, "Reproductive cycle, fertilisationand embryo development", Reproductionin cattle, Cattle Breeding Technologies,(19951,5-9.

10. HAFEZ E.S.E., M.R. JAINUDEEN, andY.ROSNINA, "Hormones, GrowthFactors, and Reproduction",Reproduction in Farm Animals, E.S.E.Hafez and B. Hafez, Chapt. 3, rb Ed.,2000: 33-54.

11. ACHJADI R.K., "Penyakit (Gangguan)Reproduksi, Dasar Pendekatan danPenanggulangannya serta Kaitannya

12

10

8

6

4

2

0

Page 6: STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN ......bangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternak harus memperoleh pakan yang baik clan gizi yang cukup agar fungsi fisiologi reproduksinya

Risalah Seminar Umiah Penelitian dIn Pengembangan Aplikasi lsotop dIn Radiasi, 2~t

15. MATEUS I., L. LOPES DA COSTA, F.BERNARDO, and J. ROBALO SILVA,Influence of Puerperal Uterine Infectionon Uterine Involution and PostpartumOvarian Activity in Dairy Cow, Reprod.Dom. Anim., (2002), (37) 31-35.

16. GARCIA, M., PERERA, 0., GOODGER,W.J., EISELE, C., FISCHER, A.,KREUTZMAN, C., and PELLETIER, J.,User Manual for Artificial InseminationDatabase Application (AIDA), Version3.3, Animal Production and HealthSection, Joint FAO/IAEA Division,Vienna, Austria (1996).

17. PETERS, A.R. and BALL. P.J.H.Reproduction in Cattle, 2nd Edition,Blackwell Press, Oxford, U.K. (19951.

dengan Upaya Swasembada DagingTahun 2005", Disampaikan pada RapatTeknis dan Pertemuan Ilmiah (Ratekpil)Kesehatan Hewan, Dirkeswan, DirjenProduksi Peternakan, Bogor 5-6Oktober (2000): 1-12.

12. TJIPTOSUMIRAT, T., HENDRATNO, C.,SUHARYONO, SARTIKA, D.,SUPANDI, P., and SURYADARMA, L.Supplementation strategies on theproduction system for milkingproducing animal in West Java. Paperpresented on the CRP Co-ordinatedMeeting (19971, Malang, Indonesia.

13. MATEUS I., LOPES DA COSTA, JJ ALFAROCARDOS, and J.ROBALO SILVA,Treatment of Unobserved Oestrus in aDairy Cattle Herd with Low OestrousDetection Rate up to 60 Days Post-partum, Reprod. Dom. Anim., (2002)(371 57-60.

14. PERERA 0., Application of RIA forImproving Livestock Production, JointFAO/IAEA Workshop, Bangladesh,(2002).

Page 7: STurn GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PERAH DENGAN ......bangsa hewan (11. Dalam hal ini berarti ternak harus memperoleh pakan yang baik clan gizi yang cukup agar fungsi fisiologi reproduksinya

Risalah Seminar I/mJah Peneli/ian daD Pengembangan Aplikasi Iso/OF daD Radi8s~ 2004

DISKUSI

SUHARYONO.Gangguan reproduksi akibat lingkungan

umumnya disebabkan oleh heat stressjterutama ternak yang hidup di daerahtropis seperti Indonesial sehingga terjadiganguan siklus barman reproduksi.Pemaparan heat stress pada ternak bersifatantagonis dengan efek inhibisi barmanPGF2cx: daTi uterus yang dapatmenyebabkan keguguran.

.Gangguan reproduksi akibat genetik padadasarnya karena kelainan gel sperma clanovum yang dapat mengakibatkan tidakterjadinya pembuahan atau lahir cacat.Untuk pemeriksaan defek pada kedua gelreproduksi yang paling penting tersebutdiperlukan teknik khusus. Bila kelainangenetik terjadi pada induk sapi maka akanterdapat kelainan pada organ reproduksimulai daTi hypoplasia ovarii (tidak adaovulasi clan ovarium kecillicin saat palpasirektal, serta tidak ada siklus birahil, atresiah~ba fallopii, sampai dengan kelainanuterus.

1. Bagaimana anda menunjukkan bahwa sapi-sapi tersebut terjadi gangguan reproduksinyaterutama kalau infeksi uterus, lingkungan dangenetik, terutama terkait dengan RIA KITyang pada dasarnya diukur 3 titik (0; 10-12;dan 22-23 hariJ?

2. Teknik RIA adalah teknik nuklir, bagaimanaupaya anda jika alat deteksi/gama countertelah dimiliki oleh Dinas Peternakan,terutama limbah radioaktif?

3. Bagaimana upaya anda jika di DinasPeternakan tidak mempunyai detektor, untukdeteksi umumnya 3 x dalam satu siklus,sehingga kalau jarak tempuh jauh info untukpeternak terlalu lama, sehingga peternakdapat info juga terlalu lama, belum kalausampel-sampel yang terkumpul terlalubanyak.

BOKY]. TUASIKAL

1

2 & 3. Memang sebaiknya pada laboratorium didaerah (Dinas Peternakan) mempunyailaboratorium mini untuk RIAprogesteron, sehingga basil analisisdapat disampaikan kepada peternakdengan cepat clan dapat segeradilakukan penanganan tindak lanjut olehpetugas kesehatan ternak lapangan.Namun harus diadakan pengaturan olehBAT AN karena menyangkutpemanfaatan teknik nuklir, misalnyaperlu dilakukan pelatihan oleh BAT ANdengan peserta dari petugaslaboratorium Dinas Peternakan sebelumlab mini RIA didirikan di daerah.

Pengukuran barman progesteron (P4) tidakharus selalu daTi 3 kali sampling, tetapidisesuaikan dengan tujuannya. Analisissampel susu dengan teknik RIA pada 3 titik(0; 10-12; 20-21 hari setelah IB) sebagaimanayang anda maksud adalah untuk mendeteksikegagalan lB. Sedangkan pada studi yangkami lakukan, dengan analisis P4 susu daTi 2kali sampling per minggu (selama 5 minggu!adalah untuk melihat status faali temak sapiperah sehingga diperoleh gambaran siklusreproduksinya, yang kemudian dapat kitadeteksi saat birahi clan interpretasi daTi

kemungkinan gangguan reproduksi yangdialami sapi perah tersebut..Gangguan reproduksi akibat infeksi uterus

menunjukkan gejala klinis berupakeluamya cairan kental (dari mucussampai nanah! clan berbau akibat infeksibakteri. Peradangan uterus akibat infeksi(endometritis! dapat menghambatpelepasan barman prostaglandin (PGF2oc)daTi dinding rahim sehingga corpus luteumtetap bertahan clan mensekresikanprogesteron, akibatnya sapi akanmengalami perpanjangan siklus birahi

(prolonged cycle!.