makalah perah ambing fix

46
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri peternakan sapi perah atau industri persusuan sangat tergantung pada ambing atau mammary gland untuk menghasilkan susu sebanyak mungkin sehingga dapat melebihi kebutuhan anaknya. Banyak sedikitnya susu yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu, kondisi genetik sapi, struktur anatomi, struktur fisiologis sapi, makanan dan lingkungan. Kualitas air susu tergantung dari faktor bangsa, jenis, umur, pakan dan interval laktasi. Ambing adalah salah satu organ tubuh yang biasa dijadikan acuan dalam “Judging” menilai karakteristik ternak khususnya ternak perah. Ambing merupakan karakteristik utama pada semua Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan dikelompokkan sebagi kelenjar eksokrin yang berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu setelah beranak. Ambing sapi perah terdiri atas 4 kelenjar susu (mammary gland) yang terletak di daerah inguinal dan terbagi menjadi 2 belahan yaitu, belahan kiri dengan belahan kanan yang dibatasi oleh ligamentum suspensory medialis. Masing-masing kuartir ambing mempunyai system duktus yang terpisa. Umumnya ambing bagian berlakang 1

Upload: firman-tan

Post on 18-Dec-2015

416 views

Category:

Documents


118 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri peternakan sapi perah atau industri persusuan sangat tergantung pada ambing atau mammary gland untuk menghasilkan susu sebanyak mungkin sehingga dapat melebihi kebutuhan anaknya. Banyak sedikitnya susu yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu, kondisi genetik sapi, struktur anatomi, struktur fisiologis sapi, makanan dan lingkungan. Kualitas air susu tergantung dari faktor bangsa, jenis, umur, pakan dan interval laktasi.

Ambing adalah salah satu organ tubuh yang biasa dijadikan acuan dalam Judging menilai karakteristik ternak khususnya ternak perah. Ambing merupakan karakteristik utama pada semua Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan dikelompokkan sebagi kelenjar eksokrin yang berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu setelah beranak.

Ambing sapi perah terdiri atas 4 kelenjar susu (mammary gland) yang terletak di daerah inguinal dan terbagi menjadi 2 belahan yaitu, belahan kiri dengan belahan kanan yang dibatasi oleh ligamentum suspensory medialis. Masing-masing kuartir ambing mempunyai system duktus yang terpisa. Umumnya ambing bagian berlakang dapat menghasilkan susus sebanyak 60% dari total produksi sedangkan sisanya 40% dihasilkan oleh ambing bagian depan.1.2 Tujuan dan Manfaat

a. Mengetahui dan memahami pengertian dan fungsi ambing

b. Mengetahui dan memahami anatomi internal dan eksternal ambing

c. Mengetahui dan memahami fungsi dari bagian-bagian ambing

d. Mengetahui dan memahami proses pengeluaran susu

e. Mengetahui dan memahami proses milk let down

f. Mengetahui dan memahami kelainan pada ambing

II. PEMBAHASAN

2.1Pengertian dan Fungsi Ambing

Sapi mempunyai empat kelenjar mammae yang menyatu dalam sebuah struktur, disebut ambing. Kelenjar mammae tersebut terletak di daerah inguinal, setiap kelenjar memiliki sebuah puting. Sapi secara zoology termasuk hewan mamalia berdarah panas, berbulu dan melahirkan anak yang menyusu pada periode tertentu. Cairan sekresi yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae disebut susu.

Ambing merupakan kelenjar eksokrin dan menempel pada kulit. Ambing merupakan karakteristik utama pada mammalia yang berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu setelah beranak. Berbagai hormon yang menentukan reproduksi juga mengatur ambing. Karena itu, perkembangan ambing dan laktasi adalah bagian integral dari reproduksi. Bentuk ambing pada sapi perah dapat menentukan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Soedono, (1990) menyatakan bahwa ambing yang baik adalah ambing yang besar, pertautan antarotot kuat dan memanjang sedikit ke depan, serta puting tidak lebih dari empat.

Ambing merupakan salah satu organ tubuh yang biasa dijadikan acuan dalam Judging (menilai karakteristik ternak). Masing-masing ternak memiliki sifat khas kelenjar ambing, misal sapi dan kerbau memiliki 4 puting dengan masing-masing satu streak canal, kambing dan domba memiliki dua buah puting pada ambingnya. Bentuk ambing domba dan kambing pada umumnya berbentuk seperti gelas anggur (bulat memanjang), kisaran panjang ambing sekitar 10-20 cm, sedang panjang puting 5-10 cm. Bobot ambing bergantung pada umur, faktor genetis, masa laktasi dan jumlah susu di dalamnya (Mukhtar, 2006).

Ambing berisi sekumpulan alveolus yang merupakan organ terkecil yang berperan dalam produksi susu. Beberapa alveolus bergabung membentuk suatu lobulus dan di bungkus oleh satu jaringan ikat yang disebut lobus. Setiap bagian ambing memiliki suatu sistem ductus (saluran) yang berfungsi untuk menyalurkan susu yang diproduksi oleh alveolus ke tempat pengeluaran (puting). Susu yang dihasilkan oleh alveolus akan disalurkan oleh sistem ductus ke sinus lacriferus dan gland cystern sebagai tempat pengumpulan susu sebelum di sekresikan melalui puting. Semakin banyak susu di hasilkan maka semakin besar volume ambing, sehingga prosuksi susu yang diperah akan semakin banyak (Mukhtar, 2006).

2.2 Anatomi Internal dan Eksternal Ambing2.2.1 Anatomi Internal AmbingAmbing bagian dalam terdiri dari beberapa alveoli yang bergabung membentuk alveolus. Beberapa alveolus bersatu membentuk lobus dan beberapa lobus membentuk lobulus. Saluran dalam ambing terdiri dari milk ductus, gland cistern, streak canal dan otot spencher, teat cistern dan teat meatus. Anatomi internal ambing terdapat glandular parenchyme, gland sinus, dan sinus pada puting (Pabana, 2010). Lowe (1981) menyatakan bahwa, didalam ambing susu disekresikan oleh unit-unit. Sekretoris individual yang bentuknya menyerupai buah anggur dan disebut alveolus. Unit - unit kecil ini berukuran diameter 0,1 sampai 0,3 milimeter dan terdiri dari suatu lapisan dalam sel-sel epitel yang menyelubungi suatu rongga yang disebut lumen. Sel-sel epitel tersebut mensekresikan susu dengan cara menyerap zat-zat dari dalam darah dan mensintesisnya menjadi susu. Susu hasil sintensis kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus yang apabila dalam keadaan penuh berisi sekitar 1/5 tetes. Sekelompok alveolus yang berbentuk seperti setangkai buah anggur disebut lobus.Kinerja dan fungsi dari puting ini diawali dari sisterna kelenjar dimana sisternakelenjar ini merupakan titik pengumpulan dari semua saluran dan mampu menampung 1 kilogram susu. Sistem kelenjar kemudian mengalirkan susu ke cincin anular puting bagian atas, menuju kesisterna puting atau rongga yang ada di dalam puting. Bocornya susu dari rongga puting dapat dicegah dan dihalangi oleh adanya otot otot sfingter yang melingkar dan menutup saluran. Saluran inilah merupakan pintu pembuka dan sistem puting sebelum muncul keruang bebas di luar puting (Campbell and Marshall, 1975).Wikantadi, (1978) menyatakan bahwa, internal ambing terdiri dari rangkaian sistem berbagai struktur penunjang. Struktur penunjang ini adalah darah, limfe dan pasokan syaraf, sistem saluran untuk menyimpan dan mengangkut susu, serta unit epitel sekretori bakal alveoli. Tiap komponen ini berperan langsung atau tidak langsung terhadap sintesis susu.2.2.2 Anatomi Eksternal Ambing

Ambing bagian luar terdiri dari bulu, kulit, puting dan ligamentum. Ligamentum pada ambing terbagi menjadi 7 bagian yaitu, ligamentum suspensory lateralis, ligamentum suspensori transversalin, ligamentum suspensory medialis, cord like tissue, subpelvic tendon, facia supervicialis dan kulit. Ambing merupakan kelenjar kulit yang ditumbuhi bulu kecuali puting (Schmidt, 1971). Blakely dan Bade (1995) anatomi ambing seekor sapi perah dibagi menjadi empat kuartir terpisah. Dua kuartir depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang lainnya.

Tiap-tiap kuartir mempunyai satu putting. Bentuk putting bulat, seragam, terletak pada masing-masing kuartir seperti pada sudut bujur sangkar. Kuartir ambing terdapat saluran tempat air susu keluar yang disebut saluran putting Pemisahan ambing menjadi dua bagian ke arah ventral ditandai dengan adanya kerutan longitudinal pada lekukan intermamae (Frandson, 1992). Masing-masing terdiri dari 2 kuartir, kuartir depan dan belakang dipisahkan oleh lapisan tipis (fine membrane). Lapisan pemisah ini menyebabkan setiap kuartir ambing berdiri sendiri terutama pada kenampakan secara eksterior. Perbedaannya terletak pada ukuran ambing dan struktur atau anatomi bagian dalamnya, yaitu belum sempurnanya kerja sel-sel penghasil susu (Soebronto,1985).

2.2.3 Perbandingan Anatomi Ambing Sapi Dara dan Sapi Laktasi

a. Ambing Sapi Dara

Sapi dara mempunyai ambing dengan ukuran yang lebih kecil dan struktur alveoli yang masih halus. Saluran pada ambing sapi dara belum berkembang dan hanya berupa jaringan adiposa. Puting sapi dara masih sederhana dan belum banyak saluran untuk proses laktasi. Hal ini dikarenakan pada ambing sapi dara masih berupa bantalan lemak sehingga saluran untuk proses laktasi belum terbentuk (Frandson, 1992). Sapi betina yang telah mencapai dewasa kelamin, maka estrogen (dihasilkan oleh folikel pada ovarium) merangsang perkembangan sistema duktus yang besar. Siklus yang berulang, jaringan kelenjar susu dirangsang untuk berkembang lebih cepat. Setelah sapi dara mengalami beberapa kali siklus estrus, maka folikel berkembang menjadi korpus luteum dan memproduksi progesteron, yang menyebabkan perkembangan sistema lobul-alveolar (Williamson dan Payne, 1993).b. Ambing Sapi Laktasi

Puting ambing sapi laktasi terbentuk sempurna dan berkembang baik seiring dengan perkembangan ambing dan sudah menampakkan saluran yang lengkap seperti, muara puting yang berfungsi tempat berkumpulnya susu, teat canal merupakan saluran puting tempat keluarnya susu, membran mukosa merupakan saluran tipis yang menutupi atau melapisi dinding puting bagian dalam, otot spinter merupakan otot yang mengatur pembukaan dan penutupan puting dan teat meatus (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Pada ambing sapi laktasi, ligamentum lateralis dan ligamentum medialis terlihat jelas. Struktur alveoli lebih banyak dan besar yang membentuk rongga. Vena mammaria pada ambing sapi laktasi tampak jelas karena sapi laktasi sudah dapat memproduksi susu (Frandson, 1992).

Suplai darah ke ambing sebagian besar melalui arteri pudendal (pundik) eksternal yang merupakan cabang dari pudendoepigastrik. Arteri pudendal eksternal bergerak ke arah bawah melalui kanalis inguinalis yang berliku-liku dan terbagi menjadi cabang-cabang kranial dan kaudal yang mensuplai bagian depan dan belakang kuarter ambing pada sisi yang sama dari arteri tersebut. Arteri perineal mensuplai sejumlah kecil darah ke bagian kaudal dari kedua bagian (masing-masing separuh bagian) ambing. Aliran vena dari ambing melalui lingkaran vena pada dasar ambing, yang melekat pada dinding abdominal. Vena pada bagian ambing terdiri atas vena pudendal dan vena epigastrik superfisial kaudal. Vena tersebut berjalan ke arah depan di dalam bidang sagital dari lateral sampai garis tengah dinding abdominal sebelah ventral (Frandson, 1992).

Pembagian ambing menjadi empat bagian meliputi jaringan kelenjar dan sistem saluran, yang lebih kurang mirip dua buah pohon yang saling berdekatan di mana ranting serta dahannya saling bertaut, namun masing-masing mempunyai ciri sendiri. Parenkimia (jaringan epitel) dari kelenjar mamae dalam beberapa hal mirip dengan jaringan paru-paru, atau dengan kata lain mirip dengan setandan anggur, dengan alveoli sebagai buah anggurnya, dengan berbagai tingkat duktus digambarkan sebagai batangnya. Alveoli merupakan struktur utama untuk produksi susu (Frandson, 1992). Pada masa kebuntingan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang oleh estrogen. Pelepasan oksitosin pada tiap-tiap pemerahan merangsang sekresi prolaktin. Hormon tersebut masuk lewat darah ke dalam kelenjar susu, merangsang sel-sel epitel untuk mengeluarkan susu diantara waktu pemerahan (Anggorodi, 1994).

Laktasi normal pada sapi perah lamanya berkisar antara 305 hari dengan 60 hari masa kering, sedangkan produksi susu tertinggi terjadi pada 6 sampai 12 minggu pertama masa laktasi (Blakely dan Bade, 1995). Semakin lama masa kering yang didapat semakin besar presistensi pada laktasi berikutnya, karena masa kering merupakan masa untuk membangun persediaan zat-zat cadangan makanan (Anggorodi, 1994).2.3Fungsi Bagian-Bagian Ambing2.3.1 Jaringan Penunjang

Ligamentum atau jaringan penunjang pada ambing ada tujuh buah diantaranya, ligamentum suspensory lateralis, ligamentum suspensori transversalin, ligamentum suspensory medialis, cord like tissue, subpelvic tendon, facia supervicialis dan kulit. Ligamen suspensori lateral merupakan salah satu jaringan penunjang utama ambing. Jaringan ikat ini sangat berserabut, tidak lentur (non-elastis), dan berasal dari perluasan otot atas dan belakang ke ambing. Ligamentum suspensori lateralismerupakan pemisah antara kuartir ambing depan dan belakang. Mukhtar (2006) menyatakan bahwa,ligamentum suspensori lateralismembagi ambing menjadi bagian depan dan belakang. ligamentum suspensori lateralismerupakan jaringan penunjang fibrosa yang nonelastis (Wikantadi, 1977). Ligamen suspensori median merupakan jaringan penunjang utama ambing. Jaringan disusun dari jaringan lentur (elastik) yang timbul dari tengah dinding perut dan membesar ditengah ambing yang menyatukan ligamen suspensori lateral di dasar ambing. Wikantadi (1977) menyatakan bahwaligamentumini terdiri dari dua lapisan jaringan ikat padat yang membagi ambing menjadi bagian kanan dan kiri. ligamentum suspensori medialis merupakan pemisah antara kuartir ambing bagian kanan dan kiri (Mukhtar, 2006). Ligamen transfersalis merupakan jaringan yang menyokong ambing secara keseluruhan. Cord like tissue merupakan ligamen yang melekat pada bagian perut. Facia supervicialis merupakan ligamen yang menempel di kulit. Subpelvic tendon merupakan ligamen yang melekat pada bagian kelamin. Kulit mempunyai perananan kecil sebagai jaringan penunjang dan stabilisator ambing, namun kulit ini sangat besar peranan sebagai jaringan pelindung bagian dalam ambing dari luka dan bakteri.2.3.2 Sistem Pembuluh Darah

Darah yang mengandung O2 meninggalkan jantung melalui aorta dan kemudian melalui cabang-cabang arteri yang lebih kecil darah dibawa ke ambing melalui dua buah arteri : arteri pudenda externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut melalui canalis inguinalis masing-masing kanan dan kiri masuk ke dalam ambing. Pada saat masuk ke dalam ambing keduanya berubah menjadi arteria mammaria yang segera bercabang menjadi arteria mammaria cranialis dan caudalis. Kedua cabang ini bercabang-cabang lagi menjadi arteria yang lebih kecil, kemudian membentuk kapiler yang memberi darah ke sel-sel ambing.Venula yang berasal dari kapiler-kapiler dan saling beranastomosa membentuk vena yang menampung darah dari ambing. Pada bagian atas/puncak ambing vena membentuk lingkaran vena (Morrow, 1971).2.3.3 Sistem Limfatik

Limfe (getah bening) adalah cairan kelenjar tanpa warna yang dialirkan dari rongga jaringan oleh pembuluh limfe berdinding tipis (Astutu, 2002). Nodula limfe ambing dan nodula limfe lainnya yang tersebar di seluruh tubuh penting untuk pertahanan sapi terhadap penyakit. Nodula limfe membentuk limfosit, sejenis sel darah putih yang berperan pada imunitas (menghilangkan bakteri dan benda asing lainnya), respon terhadap infeksi mastitis, memerangi infeksi.

2.3.4 Sistem Syaraf

Lapisan dalam ambing terdiri atas dua tipe syaraf, yaitu serabut syaraf afferent (sensoris) dan serabut syaraf efferent (para simphatis). Fungsi utama dari serabut syaraf simpatis pada ambing adalah untuk mengontrol penyediaan darah pada ambing dan mendinnervasi otot-otot polos yang mengelilingi saluran-saluran susu dan otot-otot spinkter dari puting susu.

2.3.5. Sistem Saluran Ambing

Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran alir yang berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar.

a. Puting

Puting tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak memiliki kelenjar keringat. Keadaan kulit dan bulu yang tumbuh pada kulit ambing harus halus, kulit mudah dilipat dengan jari, dan tampak pembuluh-pembuluh darah yang menonjol dan berkelok-kelok (AAK, 1974). Dasar puting terdapat saluran pengeluaran tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran pengeluaran biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian lipatan serta akan menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.Puting berjumlah empat buah yang mempunyai bentuk dan ukuran sama serta letaknya simetris. Susu dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui puting, puting susu berbentuk silindris atau kerucut yang berujung tumpul. Puting susu belakang biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan mesin perah putting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan yang panjang, karena milk-flow rate-nya lebih cepat, dengan perkataan lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari pada puting pendek. Sifat terpenting puting untuk pemerahan efisien adalah (1), ukuran sedang, penempatan baik, dan cukup tegangan pada otot spinkter sekitar lubang puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes (AAK, 1974).b. Teat cistern

Teat cistern merupakan suatu rongga didalam puting susu terletak tepat dibawahgland cistern, tempat mengalirnya susu ketika akan dikeluarkan.Gland danteat cisterndihubungkan olehannular foldyang terletak di bawah gland cistern. Wikantadi (1977) menyatakan bahwaannular foldini mencegah mengalirnya air susu, yang dikenal sebagai blind quarter.Sreak canalterdiri atas 5-7 epitel yang konveks yang membentuk seperti bintang. Tonjolan-tonjolan yang seperti bintang itu dapat ditutup rapat oleh karena aktivitas ototspincher.Streak canalmempertahankan air susu didalam ambing terhadap tekanan yang timbul akibat akumulasi air susu dan menjaga masuknya kotoran-kotoran dan bakteri-bakteri pada saat pemerahan. Mukhtar (2006) mengemukakan bahwa di dalamannular foldterdapat ototspincheryang berfungsi sebagai penahan susu di dalam ambing terhadap tekanan yang muncul akibat akumulasi susu di dalamgland cisternselain itu berfungsi mencegah masuknya bakteri pada saat pemerahan.

c. Gland cistern

Gland cisternmerupakan tempat menampung susu sementara setelah susu disintesis. Mukhtar (2006) menyatakan bahwagland cisternadalah tempat pengumpulan dari semua saluran ambing dan tempat penampung susu sementara. gland cisternmemiliki ukuran dan terbentuk darisinus lactoferusuntuk tiap-tiap kwartir sangat bervariasi. Pada beberapa hal, sistern ini siskuler, pada kejadian lain nampak tidak lebih hanya berupa saku-saku dari berbagai ukuran sebagai akhir dari saluran induk. Kapasitas darisinus lactoferusadalah 100-400 gram air susu (Wikantadi, 1977).

2.3.6 Saluran Ambing

Percabangan sisterne ambing ada 12 sampai 50 atau lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirnya membentuk duktus terminal yang mengalir ke tiap alveolus.2.3.7 Alveoli

Alveoli dan duktus terminal terdiri dari lapisan tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi lobuli, dan beberapa lobuli bersatu menjadi lobus.2.3.8 Sitologi Kelenjar Susu

Sel ambing adalah pabrik yang sangat teratur dan memiliki tingkat metabolisme tinggi. Ambing menggunakan kira-kira 80 persen dari total glukosa, asam asetat, dan asam amino darah

a.Nukleus (inti)

Fungsi nucleus sel ambing adalah untuk menyebarkan informasi genetik yang terdapat dalam gen untuk sintesis protein susu dan enzim tertentu. Keadaan ini bertentangan dengan fungsi sperma dan nuklsi ovum yang menyebarkan informasi genetik ke seluruh bagian ternak.

b.Retikulum Endoplasmik

Organel ini terdiri atas sistem saluran yang terletak di dasar dua per tiga sitoplasma sel ambing. mRNA bergerak dari nucleus ke retikulum endoplasmik dan mengerjakan gabungan asam amino menjadi proteinsusu dan enzim dalam sel ambing. Permukaan beberapa saluran retikulum endoplasmic bertaburkan protein-RNA yang disebut ribosom. Ribosom merupakan bagian sintestis protein.

c.Aparatus Golgi

Aparatus Golgi berfungsi sebagai tempat membungkus protein. Sabagai contoh, Ca dan P ditambahkan ke molekul kasein dan partikel kasein (misel) dibentuk dalam aparatus Golgi. Sintesis laktosa juga terjadi di dalam aparatus Golgi. Vakuola sekretori yang mengandung protein susu, laktosa, dan air berasal dari apparatus Golgi dan muncul ke puncak sel tempat membran vakuola bertemu dengan membran plasma. Karena itu, membran sekretori menggembung terisi membran plasma yang berkurang dengan sekresi butiran lemak. Kandungan sekretori Golgi dilepaskan ke dalam rongga alveolus oleh salah cerna membalik.

d. MitokhondriaMitokhondria sangat banyak terdapat dalam jaringan yang aktif secara metabolis. Karena itu, sel ambing dari sapi laktasi mengandung banyak mitokhondria, walaupun juga ada di sel ambing sapi non laktasi. Mitokhondria sering disebut "sumber tenaga sel" karena mitokhondria menghasilkan energi yang diperlukan untuk sintesis lemak susu, laktosa, dan protein.

e. Lisosom

Partikel ikat membran ini mengandung enzim pemecah yang jika dikeluarkan menyebabkan pemecahan dan kematian sel. Salah satu mekanismenya adalah karena hormon memelihara sel ambing selagi laktasi. Pemeliharaan ini menstabilkan membran lisosom yang mencegah kebocoran enzim ke dalam sitopalsma. Bila sel mati, enzim ini dilepaskan dan membantu mencerrna dan menghilangkan sel dari tubuh. Lisosom terutama aktif saat involusi jaringan ambing seperti yang terjadi pada awal perriode kering atau selagi mastitis.

f. Membran Seluler

Membran membungkus seluruh organel. Membran yang disebut membran plasma membentuk batas luar seluruh sel ambing. Membran menampakkan kekhasan penting seperti perlakuan bahan kimia ke dalam berbagai bagian sel. Sebagai contoh, zat gizi dari kapiler memasuki sel melalui membran plasma dengan mudah. Kenyataannya, zat gizi dapat dikonsentrasikan berkali-kali.Zat gizi lain yang ada dalam darah tak dapat masuk. Saat susu berisotonik dengan darah, susunan individual dalam susu dan darah dalam keadaan tidak berimbang. Contoh, susu mengandung lemak 9 kali lebih banyak, gula 90 kali lebih banyak, kalium 5 kali lebih banyak, fosfor 10 kali lebih banyak, kalsium 13 kali lebih banyak, natrium 1/7 bagian, dan protein 1/2 bagian darah.

g. Mikrotubula

Mikrotubula penting untuk pembelahan sel, membentuk sel ambing, dan membantu gerakan vakuola sekretori ke puncak sel.h. Sitoplasma

Sitoplasma adalah matriks cairan yang mengandung banyak sel ambing. Sebagian besar material fraksi ini dapat larut; seperti enzim, zat gizi, dan produk makro molekuler. Pemecahan anaerobik glukosa, sintesis asam lemak, dan pengaktivan asam amino untuk sintesis protein terjadi dalam sitoplasma terlarut. Pemecahan anaerobik glukosa penting terjadi sebelum glukosa dapat dipecah di dalam mitokhondria untuk menghasilkan energi.2.4Proses Sekresi Air Susu

Proses pembentukan susu di dalam tubuh sapi, air susu dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing. Ambing sapi terbagi dua yaitu ambing kiri dan ambing kanan,selanjutnya masing-masing ambing terbagi dua yaitu kuartir depan dankuartir belakang. Tiap-tiap kuartir mempunyai satu puting susu.

a. Kuartir kanan depan

b. Kuartir kanan belakang

c. Kuartir kiri depan

d. Kuartir kiri belakang

Gambar 1.

Kelenjar susu tersusun dari gelembung-gelembung susu sehingga berbentuk seperti setandan buah anggur. Dinding gelembung merupakan sel-sel yang menghasilkan air susu. Bahan pembentuk air susu berasal dari darah.

Gambar 2.

Gambar 3.a. Pembuluh darah

e. Saluran susu

b. Sel epitel

f. Ruang kisterna

c. Alveole (gelembung susu)

g. Ruang puting

d. Ruang alveole

h. Lubang putingAir susu mengalir melalui saluran saluran halus dari gelembung susu ke ruang kisterna dan ruang puting susu. Dalam keadaan normal, lubang puting susu akan tertutup. Lubang puting menjadi terbuka akibat rangsangan syaraf atau tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna dapat mengalir keluar.

Gambar 4.Gerakan menyusui dari pedet, usapan atau basuhan air hangat pada ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf. Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam darah. Hormon oksitosin menyebabkan otot-otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang puting membuka sehingga susu mengalir keluar.

Gambar 5.Kejutan atau perubahan yang mendadak menyebabkan sapi menderita stress. Akibatnya pengeluaran hormon oksitosin terhambat sehingga hanya sedikit air susu yang keluar. Hormon oksitosin hanya bekerja selama 6 8 menit. Oleh karena itu pemerahan pada seekor sapi harus dilakukan dengan cepat dan selesai dalam waktu 7 menit.

2.4.1 Sintesa protein susu

Terdapat 3 sumber utama bahan pembentuk protein susu yang berasal dari darah, yaitu peptida-peptida, plasma protein, dan asam-asam amino yang bebas. Kasein, beta laktoglobulin, dan alphalaktalbumin merupakan 90% sampai 95% dari protein susu. Ketiga macam protein tersebut disintesa didalam kelejar susu. Serum albumin darah, imunoglobulin dan gamma kasein tidak disintesa didalam kelenjar susu, tetapi langsung diserap dari darah dalam bentuk yang sama tanpa mengalami perubahan. Plasma protein merupakan sumber bahan pembentuk susu sebanyak 10% dari yang diperlukan. Asam-asam amino yang bebas yang diserap oleh kelenjar susu dari darah merupakan sumber nitrogen utama untuk sintesa protein susu. Hampir semua asam amino yang diserap dari darah diubah menjadi protein susu.

Sintesa protein terjadi di ribosome, sedangkan besar dari ribosome terikat pada membran rangkap dari endoplasmic reticulum, tetapi sebagian lainnya terletak bebas di dalam sitoplasma. Sintesa protein dari susu terjadi didalam sel epitel dikontrol oleh gene yang mengandung bahan genetik yaitu Deoxyribo nucleic acid (DNA). Urut-urutan pembentukan protein susu yaitu replikasi dari DNA, transkripsi dari Ribonulec acid (RNA) dari DNA, dan translasi terbentuknya protein menurut informasi RNA.

Hormon yang berperan dalam sintesa protein yaitu hormon laktogen menimbulkan dan menjaga berlangsungnya laktasi. Hormon ini terdapat lebih banyak setelah mekahirkan, kemudian berangsur angsur berkurang dengan berlanjutnya periode laktasi. Stimulus yang menyenangkan pada ambing menyebabkan hormon ini dikeluarkan dalam peredaran darah. Kecepatan sekresi air susu sebagian disebabkan oleh kecepatan produksi dari hormon ini. Oleh karena itu apabila hormon ini disuntikan kepada ternak yang sedang laktasi, maka bertambah banyak hasil air susu dari hewan itu.

Hormon Tyroxin yang dihasilkan oleh kelenjar gondok (tyroid) mempercepat sekresi air susu, bila hormon ini disuntikan pada ternak yang sedang laktasi, maka sekresi air susu pada ternak tersebut akan dipercepat pula. Thyroprotein adalah Tyroxin sintesa yang mengalami banyak percobaan-percobaan praktis dan ekonomisuntuk memperbanyak hasil air susu. Fungsi lain tyroxin (tetraiodotironin dan triiodotironin) sangat vital dalam penyediaan energi ATP dalam proses perakitan glucosa, asam amino, asam lemak dan gliserol menjadi glicogen, protein dan lemak. Hormon tyroxin mampu mempengaruhi aktivitas metabolisme pada kelenjar susu. Salah satu obat pengganti hormon ini telah diketahui mempengruhi aktivitas metabolisme pada kelenjar susu yaitu kasein beryodium (iodinated casein) yang diberikan bersama makanan. Karena pengaruh bahan sintesa ini produksi air susu meningkat, kadar lemak pun demikian. Proses metabolisme dipercepat dan berat badan mengalami penurunan karena pengaruh bahan ini. Karena itu kalau memakai bahan ini hendaknya diikuti pemberian ransum yang lebih baik, baikkualitas maupun kuantitasnya, sedangkan pemberian bahan sintesa yang berlebih-lebihan mempengaryhi tidak baik pada tubuh dan kesehatan.

Kortison berfungsi dalam memobilisasi glucosa, asam amino, dan asam lemak untuk tujuan sintesis pada jaringan dan menghambat penggunaan zat-zat makanan untuk tujuan oksidasi dalam sel, dengan merombak cadangan energi tubuh yang akan dibebaskan ke sistem sirkulasi untuk proses sintesis di kelenjar susu. Insulin berperan untuk membantu transport glucosa, asam amino, dan asam lemak ke dalam sel. Namun insulin tidak mempunyai reseptor pada sel-sel kelenjar susu, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap transport subtrat ke dalam sel-sel sekretoris kelenjar susu.

Prolaktin telah lama dikaitkan dengan produksi susu. Ternak ruminansia, berbeda dengan mamalia lainnya, bahwa penekanan prolaktin serum sampai 1 ng/ml dengan pemberian ergocryptin selama laktasi, tidak menurunkan produksi susu pada ternak. Keadaan ini tidak berarti bahwa prolaktin tidak diperlukan pada laktasi, namun hanya berfungsi mengaktifkan (menginisiasi) bukan memelihara atau mempertahankan sintesis air susu. Somatrotopin telah terbukti meningkatkan produksi susu pada sapi, domba, dan kambing. Masalah yang dihadapi saat ini adalah hormon tersebut harus ditambahkan secara eksogen dan mengandalakan persediaan dari luar negeri.

2.4.2 Replikasi

Replikasi termasuk di dalamnya pemisahan dari 2 pita (strand) DNA dan duplikasi dari kedua strand tersebut. Replikasi terjadi sebelum pembelahan sel, oleh karena itu ia tidak mempunyai pengaruh yang langsung terhadap sintesa protein. Molekul-molekul RNA bergerak ke sitoplasma dan memegang peranan aktif dan penting di dalam sintesa protein. Translasi termasuk proses yang terjadi di ribosome.

2.4.3 Transkripsi

Transkripsi merupakan proses yang kompleks dimana pertama terjadi perlekatan dari asam-asam amino pada molekul RNA. Tiap-tiap asam amino mempunyai enzim pengaktif tersendiri. Transkripsi termasuk didalamnya pembentukan RNA pada saat strand DNA. ATP digunakan untuk menaikan tingkat energi dari asam amino sehingga asam amino dapat digunakan berpartisipasi dalam reaksi tersebut.

2.4.4 Sintesa lemak susu

Lemak susu merupakan komponen susu yang paling bervariasi. Sebagian lemak susu terdiri atas trigliserida. Bahan-bahan pembentuk lemak susu yang terutama adalah :

(1) Glukosa, asetat, asam beta hidroksibutirat, trigliserida dari chylomicra, dan low density lipoprotein dari darah.

(2) Asam-asam lemak yang berantai pendek.

(3) Beberapa asam palmitat yang disekresi didalam kelenjar susu.

Kelenjar susu ruminansia tidak dapat menggunakan acetyl CoA yang berasal dari glukose dalam mitokondria. Betahidrosibutirat juga digunakan untuk sintesa asam-asam lemak. Sebagian dari padanya digunakan untuk rantai karbon permulaan untuk tambahan unit-unit C2 dan sebagian lagi untuk pembentukan unit-unit C2 dan digunakan sebagai unit Acetyl CoA untuk sintesa asam lemak.

2.4.5 Sintesa laktosa

Sebagian besar glukosa dan galaktosa dalam sintesa laktosa berasal dari substansi-substansi yang mudah dapat diubah menjadi glukosa. Dari perbedaan dari arteri-vena dapat diketahui bahwa glukosa merupakan bahan utama pembentuk laktosa pada kambing dan sapi. Beberapa atom karbon dari laktosa terutama residu galaktosa, berasal dari senyawa lain misalnya asetat dan gliserol.

Perbedaan antara arteri-vena untuk glukosa 2 kali yang diperlukan untuk sintesa laktosa, oleh karena itu kelebihan glukosa akan digunakan untuk energi membentuk gliserol karena glukosa adalah bahan utama pembentuk laktosa dan susu harus dipertahankan takenan laktosanya agar supaya isotonis dengan darah, maka bila terjadi kekurangan laktosa akan mengalami kekurangan kandungan air dalam susu. Oleh karena itu dikatakan glukosa adalah sebagai faktor pembatas untuk sekresi susu.

Proses sintesa laktosa adalah 2 molekul glukosa masuk saluran ambimg kemudian 1 molekul glikosa diubah menjadi galaktosa. Terjadi kondensasi galaktosa dengan glukosa kemudian terbentuklah laktosa dengan bantuan enzym lactose syntetase. Lactose dalam susu akan memberi rasa manis serta merangsang bakteri tertentu di dalam usus pedet untuk membentuk asam laktat, sehingga akan merangsang penyerapan Ca dan pospor pada tulang.

2.4.6 Sintesa mineral, vitamin, dan air

Vitamin, mineral, air tidak disinsesa oleh sel-sel sekresi ambing melainkan berasal dari tanah. Mineral yang penting adalah Ca, P, Cl, Na dan Mg. Mekanisme absorbsi mineral dari darah ke dalam lumen alveoli belum jelas, kemungkinan terdapat bentuk mekanisme transport mineral yang aktif, dalam sel sekresi ambing. Kadar laktose, Na dan K dalam susu biasanya relatif konstan. Ketiga komponen ini bersama dengan clorida berperan menjaga keseimbangan osmose dalam susu.

Kandungan vitamin dan mineral susu diatur dalam proses filtrasi, dimana sel-sel jaringan sekresi ambing bertindak sebagai membran barier atau carrier terhadap partikel vitamin dan mineral yang berasal dari darah yang akan masuk ke lumen alveoli. Sel epitil menggabungkan mineral dengan sel organik, dimana 75% Ca terikat dalam kasein, pospor, dan sitrat, dan dari 75% tersebut 50% terikat dengan kasein.

Molekul-molekul vitamin ditransfer langsung dari darah ke dalam sel-sel sekresi ambing, tanpa mengalami perubahan, sehingga langsung masuk menjadi komponen susu. Konsentrasi vitamin dalam susu (terutama yang terlarut dalam lemak) dapat ditingkatkan dengan meningkatkan vitamin dalam plasma darah atau dengan meningkatkan kandungan vitamin dalam pakan.2.5 Milk Let Down

Susu diproduksi oleh glandula mammae dari kumpulan sel-sel epithelial sekretori yang spesifik. Sel-sel ini membentuk struktur yang disebut alveoli. Sel-sel alveoli dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebutt sel-sel myoepithelial. Sel-sel berkontraksi sebagai respon dari hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary yaitu oxytocin. Kelenjar mammae adalah kelenjar eksokrin dimana sekresi eksternal dari alveoli dialirkan melalui system pembuluh ke puting yang dapat dihisap oleh anaknya. Kelenjar mammae ini adalah perkembangan dari kelenjar keringat. Kelenjar mammae ini tumbuh dan berkembang selama terjadinya kebuntingan. Banyak hormone yang mempengaruhi hal ini namun estrogen dan progesterone adalah hormone yang paling berpengaruh. Kedua hormone itu diproduksi oleh ovarium dibawah pengaruh follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).

Suplai darah yang cukup kepada kelenjar mammae adalah sangat diperlukan untuk produksi susu. Nutrient yang dimanfaatkan dalam sintesa susu, berasal dari darah. Kira-kira 400 volume darah harus mengalir ke dalam kelenjar mammae untuk mensintesa 1 volume susu ( Akers and Capuco, 2002). Suplai darah yang utama untuk kelenjar mammae pada sapi, kuda, domba dan kambing adalah dari arteri pudic eksterna. Pada babi, kelenjar mammaenya disuplay oleh arteri pudic eksterna dan arteri thoracisekstern. Arter-arteri yang mempenetrasi cabang-cabang kelenjar mammae dan mengikuti jaringan konektif inilah yang membentuk lobus dan lobulus. Alveoli dikelilingi oleh sebuah network dari kapiler- kapiler arteri yang mentransfer nutrient yang digunakan dalam sintesa susu.

Pengeluaran susu merupakan suatu refleks sistematik dimana sisi averen terdiri dari saraf-saraf sensoris dari kelenjar mammae terutama nipel atau putting. Saraf-saraf ini menghantarkan impuls yang mencapai hipotalamus dan memulai pelepasan hormon nurofypoviseal melalui tractus hipotalamicopiyuitary. Penghisapan puting oleh pedet merupakan stimulus yang umum untuk refleks pengeluaran susu. Selain gerakan menyusui dari pedet, usapan atau basuhan air hangat pada ambing juga merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf. Respons tersebut relatif lambat dibandingkan dengan refleks saraf yang biasa karena waktu yang diperlukan bagi hormon untuk bergerak dari neurohipofisis ke kelenjar mammae, adalah melalu aliran darah (Frandson,1992).

Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam darah. Hormon oksitosin menyebabkan otot-otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang puting membuka sehingga susu mengalir keluar. Kejutan atau perubahan yang mendadak menyebabkan sapi menderita stress. Akibatnya pengeluaran hormon oksitosin terhambat sehingga hanya sedikit air susu yang keluar. Oksitosin mencapai ambing dalam beberapa detik dan menyebabakan timbulnya kontraksi jaringan alveolus dalam saluran-saluran kecil, sehingga mendorong susu memasuki sistem saluran yang lebih besar.

Setelah terjadinya pelepasan air susu tekanan mamae meningkat lebih dari 25% oleh karena sentakan tersebut. Karena pelepasan tersebut hanya berlangsung selama 6-8 menit, maka pemerahan harus selesai dalam masa pelepasan tersebut agar diperoleh hasil yang maksimum. Selain hormon oksitosin kelenjar pituitary juga menghasilkan hormone vasopressin, tetapi hormon vasopresin ini aktifitasnya hanya 5 atau 6 kali lebih rendah daripada oksitosin, sehingga selama proses pelepasan yang dominan adalah hormon oksitosin (Astuti,2002).

Organ-organ yang berperan dalam proses penurunan susu adalah alveoli, milk ductus, gland cistern, teat cistern, dan streak canal. Selama proses milk let down tidak terjadi perombakan komposisi susu. Susu pertma kali di dapatkan dari lumen pada alveoli dan saluran pengeluaran yang mengalir ke saluran yang lebih luas yaitu gland chistern. Gland chistern terhubung dengan teat chistern sebagai penampung sementara air susu. Setelah di tampung, menuju ke spincher dan berakhir di streak canal.

Dua proses dalam sekresi air susu, yaitu:

a. Filtaras, yaitu proses perembasan komponen dari darah tanpamengalamiperubahan langsung menyatu dengan komponen susu yang lain(terjadi di lumen alvoeoli/ rongga susu).

b. Sintesa pada komponen tertentu ( kasein, laktosa, dan lemak susu ) disintesaatau dibentuk didalam sel-sel sekresi.

Komponen air dalam susu terjadi melalui proses filtrasi dari kapiler darah ke sel sekresi kemudian ke lumen alvoeli. Di dalam susu sering ditemukan fragmen sel dan cytoplasma susu, karena terjadi kerusakan atau degenerasi sel-sel eptithel yang terbawa susu. Sel epithel yang rusak akan diremajakan dan diganti denga sel-sel yang baru pada periode laktasi, tetapi pada periode akhir laktasi proses pergantian tidak dapat mengimbangi sel yang rusak. Akibatnya jumlah sel sekresi menirun dan selanjutnya produksi susu akan menurun.

Hambatan pada proses pelepasan susu terjadi karena dilepaskannya hormon epineprin (adrenalin) dari kelenjar adrenal yang berfungsi untuk menghadang kerja oksitosin dan peristiwa itu berlangusung selama 20-30 menit. Adrenalin juga menyebakan vasokontraksi dari pembuluh-pembuluh darah darah yang menuju ambing, sehingga akan mencegah oksitosin mencapai myoepithel. Selain itu dapat bertindak sebagai suatu antagonis dari oksitosin yang kemungkinan karena pengaruh dari betareseptor yang nampaknya banyak terdapat di dalm sel-sel myoepithel. 2.6 Kelainan Pada Ambing 2.6.1 Mastitis (Radang Kelenjar Susu)Radang ambing merupakan penyakit yang banyak sekali menimbulkan kerugian pada peternakan sapi perah. Diperkirakan 50% sapi menderita radang yang mengenai rata- rata 2 perempatan ambing. Radang ambing hampir selalu merupakan radang infeksi, berlangsung secara akut, subakut maupun kronik, ditandai dengan kenaikan sel didalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu, dan disertai atau tanpa disertai dengan perubahan patologis atas kelenjarnya sendiri.

Penyebab utama radang ambing pada sapi adalah kuman kuman Streptococcus aglactiae, Str.dysgalactive, Str. uberis dan Staphylococcus aureus. Streptococcus zooepidemicus kadang kadang juga menjadi penyebab utama radang ambing. Kuman kuman yang jarang menyebabkan radang ambing meliputi Actinomyces bovis, Bacillus cereus, Bac. Subtilis, Cl. Perfringens, Corynebacterium spp, Pasteurella multocida, Nocardia spp,Pneumococcus sp, Psudomonas sp, dan Mycoplasma sp (Blood et al., 1983). Faktor lingkungan dan pengelolaan peternakan yang banyak mempengaruhi terjadinya radang ambing meliputi pakan, perkandangan banyaknya sapi dalam suatu kandang, sanitasi kandang, dan cara pemerahan air susu.Perubahan fisis atas air susu meliputi warna, bau, rasa, dan konsistensi. Warna yang biasanya putih kekuningan akan berubah menjadi putih pucat atau agak kebiruan. Rasa yang agak manis akan menjadi getir atau agak asin. Bau yang harum dari air susu dalam keadaan radang ambing akan menjadi asam. Konsistensi yang biasanya cair dengan emulsi yang merata akan berubah menjadi pecah, lebih cair, dan kadang disertai dengan jonjot atau endapan fibrin dan gumpalan protein yang lain. Apabila dipanasi air susu dapat segera menggumpal atau pecah. Perubahan secara kimiawi meliputi penurunan jumlah kasein, hingga apabila dibuat keju akan jelek kualitasnya. Protein total air susu juga menurun dengan jumlah albumin dan globulin yang meningkat. Gula susu (laktosa) juga mengalami penurunan dalam jumlahnya hingga nilai kalori yang dikandung air susu juga menurun(Subronto,1985).Kelainan yang terjadi atas ambing yang bersifat kongenital dapat berbentuk sebagai putting yang terlalu pendek atau panjang,jarak antara putting terlalu dekat, bentuk puting yang runcing, letak ambing yang tersembunyi di selangkangan, adanya puting tambahan dan sebagainya. Banyak kelainan kelainan tersebut diketahui setelah menjelang dewasa, hingga tidak dapat dilakukan tindakan untuk memperbaikinya. Kelainan faali dapat berbentuk sebagai tidak turunnya air susu setelah kelahiran, busung ambing ataupun penghentian air susu secara total.

2.6.2 Puting tambahan (Supernumerary teats,extra,abortive teats)

Puting tambahan sering ditemukan, yang kadang frekuensi kejadiannya sangat tinggi (69%). Dari survey terhadap hamper 5.000 ekor sapi diketahui 25% mempunyai puting tambahan. Tergantung pada letaknya, puting tambahan disebut kaudal bila terletak dibelakang kedua putting normal belakang, disebut interkaler (intercalery) bila terletak diantara puting puting muka dan belakang, dan disebut ramal, bila terletak berimpitan atau merupakan cabang dari puting normal. Yang terbanyak adalah yang berposisi kaudal (Turner,1939). Supernumerary teats ini biasanya dihilangkan untuk menghindari terjadinya kerugian karena bias menjadi sarang kuman penyebab radang ambing. Putting tambahan ini dihilangkan mulai umur 1 minggu sampai 1 tahun. Penghilangan putting yang terbaik adalah pada umur antara 3 8 bulan,dengan jalan ditarik ke bawah dan dipotong dengan gunting tajam pada pangkalnya. Sesudah itu diobati dengan preparat antiseptika (Jasper,1980).2.6.3 Air susu tidak turun (Failure Of Milk Letdown)

Sehabis melahirkan,sapi yang masih muda kadang kadang tidak langsung dapat menghasilkan air susu yang sangat diperlukan oleh anaknya. Mungkin kegagalan terbentuknya air susu baru diketahui setelah pedet yang dilahirkan Nampak kelaparan dan mulai lemah. Kegagalan tersebut mungkin disebabkan oleh rasa sakit dan perasaan tidak enak karena mengembangnya kelenjar susu atau karena terjadinya busung ambing. Apabila pertolongan dengan jalan masase berulang ulang tidak membawa hasil, preparat hormone pituitary atau oxytocin (prolaktin) dengan dosis 40 100 I.U. harus segera disuntikkan. Sering dijumpai bahwa pemberian preparat tersebut harus diulangi satu jam setelah penyuntikkan yang pertama. Perlu ditambahkan bahwa waktu paro obat (t1/2) prolactin hanya 4 6 menit (Subronto,1985).2.6.4 Busung ambing (Udder Edema)

Di dalam busung ambing, cairan interseluler yang berlebihan jumlahnya terkumpul didalam rongga antar sel dalam jaringan ambing. Karena beratnya, cairan akhirnya terkumpul di bagian bawah ambing,biasanya pada keempat perempatan, dan dapat meluas ke depan sampai di gelambir,dan ke belakang kadang kadang sampai di bawah vulva.

Perubahan yang tampak dari luar adalah pembengkakan daerah sekitar ambing, ambing mengalami pembesaran dengan konsistensi keras serta putingnya jadi lebih pendek karena pembengkakan tersebut sapi nampak merasa tidak enak, kadang disertai kegelisahan. Ada kecenderungan ambing menjadi lebih mudah mengalami radang traumatik atau infeksi. Pada busung yang berat, pemerahan air susu jadi sulit atau malah terhenti sama sekali.

Busung ambing dapat dibedakan ke dalam busung faali dan busung patologis. Pertama,biasanya timbul beeberapa hari sampai 2 3 minggu sebelum kelahiran dan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu setelah kelahiran. Kebanyakan busung ambing ditemukan pada sapi yang melahirkan pertama kali, sapi yang sedang mengalami masa laktasi dan pada sapi yang ambingnya kendor (Schmidt,1971).Cairan busung terjadi karena adanya gangguan penyerapan cairan interseluler oleh kapiler darah. Cairan limfe yang merupakan bagian dari cairan interseluler, pada saat saat kelahiran alirannya di dalam kelenjar susu meningkat lebih dari sepuluh kali, dari normalnya sebesar 24 240 ml/jam. Apabila tekanan osmose dari plasma dan cairan jaringan serta tekanan hidrostatik tidak cukup kuat menarik cairan interseluler ke dalam saluran limfe dan kapiler darah maka akan terjadi busung. Cairan limfe dan cairan interseluler mengandung ion ion Na dan K yang lebih tinggi daripada di dalam plasma. Gangguan tekanan osmose plasma antara lain dapat disebabkan oleh rendahnya protein atau oleh rusaknya pembuluh darah. Busung juga dipercepat timbulnya bila kadar garam di dalam makanan terdapat berlebihan. Selanjutnya, pengambilan cairan yang berlebihan,keadaan keliling yang hangat yang mengakibatkan vasodilatasi,serta gangguan system syaraf setempat juga akan memudahkan terjadinya busung ambing. Sifat air susu yang dihasilkan kelenjar yang mengalami busung biasanya tidak mengalami perubahan. Apabila kongesti di dalam kapiler berlebihan, tidak mustahil akan terjadi perdarahan hingga air susu yang keluar juga bercampur dengan darah.

Pengobatan terhadap busung ambing ditujukan untuk mengurangi cairan. Preparat diuretika seperti furosemide (Lasix) dengan dosis 2,2 4,4 mg/kg, IV, tiap 12 jam, clorothiazide 25 55 mg/kg, IM atau IV,1 2 kali sehari dan Trichloronethiazide 200 mg, 2 kali sehari dapat digunakan dengan hasil baik. Preparat tersebut berfungsi untuk menurunkan resorpsi ion Na dan K oleh tubuli ginjal, hingga banyak yang diekskresikan bersama kemih, paling sering digunakan didalam praktek. Pemberian preparat hormone glukokortikoid bersama diuretika terbukti memberika hasil lebih baik daripada bila hanya dengan diuretika saja (Blood et al 1983;Morrow dan Schmidt,1964).2.6.4 Akne puting (Dermatitis pustulosa)Radang bernanah dalam bentuk akne (kukul) yang terdapat pada kulit putting, terutama pada pangkalnya,pada mulanya terjadi oleh adanya lesi traumatik, yang kemudian diikuti dengan infeksi kuman pembentuk nanah. Kuman yang paling banyak diisolasi adalah kuman kuman Staphylococcus sp. Lesi traumatik terjadi karena gesekan teat cup waktu pemerahan. Istilah crawling sering dipakai untuk menggambarkan teat cup yang kurang stabil memegang puting, hingga mengakibatkan lecet ringan. Bisa juga lecet lecet terjadi karena isapan oleh pedet yang berlebihan (Subronto,1985).2.6.6 Radang ambing ulseratif (Mammilitis ulcerative)

Infeksi virus herpes tertentu dapat menyebabkan radang ulseratif yang berat dan berakibat penurunan produksi yang cukup tinggi. Infeksi dapat terjadi setiap saat dan penyakit timbul terutama pada hewan hewan yang menderita stres, misalnya sehabis melahirkan (Jasper,1980). Radang mulanya hanya dimulai dengan penebalan kulit pada puting,kemudian diikuti dengan pembentukan vesikulae yang pada suatu saat akan pecah dengan meninggalkan luka luka (ulserasi). Permukaan luka akan ditutupi oleh keropeng yang berwarna hitam coklat. Luka radang tersebut cenderung mudah mengalami perdarahan, terutama bila dilakukan pemerahan (Subronto,1985).2.6.7 Lubang puting buntu (mati)Puting yang tidak memiliki lubang (mati, blind) biasanya terjadi karena infeksi yang berat dalam waktu laktasi atau kering. Dengan membuka sumbatan (bila ada) dan infuse antibiotika secukupnya mungkin produksi air susu dapat dipulihkan pada laktasi berikutnya. Hal tersebut hanya mungkin bila pembentukan jaringan ikat belum cukup luas. Dalam keadaan kelenjar mengandung nanah yang tidak dapat dikeluarkan,ada kalanya jaringan kelenjar terpakasa dimatikan dengan preparat perak nitrat (Schalm et al,1971). III.PENUTUP

Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Ambing adalah kelenjar eksokrin dan menempel pada kulit yang merupakan karakteristik utama pada mammalia, berfungsi mengeluarkan susu.2. Ambing terdiri dari bagian dalam (internal) dan bagian luar (eksternal). Internal ambing terdiri dari alveoli, alveolus, lobus, lobulus, milk ductus, gland cistern, streak canal dan otot spincher, serta teat meatus. Bagian eksternal ambing terdiri dari bulu, kulit, puting dan ligamen.3. Bagian-bagian yang berperan dalam ambing sebagai penghasil air susu adalah jaringan penunjang, sistem pembuluh darah, sistem limphatik, sistem syaraf, sistem saluran ambing, saluran ambing dan sel-sel kelenjar susu.4. Proses sekresi air susu atau sintesa protein terjadi di ribosome, didalam sel epitel dikontrol oleh gen yang mengandung bahan genetik yaitu Deoxyribo nucleic acid (DNA). Urutan pembentukan protein susu yaitu replikasi dari DNA, transkripsi dari Ribonulec acid (RNA) dari DNA, dan translasi terbentuknya protein menurut informasi RNA. Hormon yang berperan dalam sintesa protein yaitu hormon laktogen

5. Milk let down diawali dengan adanya rangsangan yang menyebabkan keluarnya hormon oxytocin yang mengalir melalui darah. Sampai dibagian ambing diproses perubahan darah menjadi air susu di alveoli, kemudian ditampung sementara oleh gland cictern melalui milk ductus. Air susu mengalir melalui saluran saluran halus dari gelembung susu ke ruang kisterna dan ruang puting susu. Dalam keadaan normal, lubang puting susu akan tertutup. Lubang puting menjadi terbuka akibat rangsangan syaraf atau tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna dapat mengalir keluar.6. Abnormalitas pada ambing bisa terjadi seperti mastitis, Puting tambahan (Supernumerary teats,extra,abortive teats), Air susu tidak turun (Failure Of Milk Letdown), Busung ambing (Udder Edema), Akne puting (Dermatitis pustulosa), Radang ambing ulseratif (Mammilitis ulcerative), lubang puting buntu (mati).

DAFTAR PUSTAKAAAK, 1974. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Astuti,T.A, Sri Haryati, Soemarno Mardjono.2002.Buku Ajar Dasar Ternak Perah. UniversitasJenderal Soedirman. Purwokerto.Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Blood,D.C.,Henderson,J.A.,dan Radostitis,O.M.1983. Veterinary Medicine. Leadan Febiger, Philadelphia,USA.Campbell,J.R. danR.T.Marshall.1975.The Science OfProvidingMilkForMan.McGraw-Hill Book Company, New York.

Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.Jasper,D.E.1980.Mastitis dalam Bovine Medicine and Surgery.Ed. H.E.,Amstutz.Amer.Vet.Publ. Inc., Santa Barbara,California,USA: 1047 1094.

Morrow,D.A.,dan Schmidt,G.H.1971.Udder Edema,CIBA. Veterinary Series Monograph.

Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS; Surakarta.

Pabana, T. 2010. Korelasi Antara Dimensi Ambing dan Puting Terhadap Produksi Susu Kambing Perah Peranakan Etawa (PE). Skripsi. Fakultas Peternakan Hasanudin. Makasar.

Schalm,O.W.,Carrol,E.J.,dan Jain N.C.1971. Bovine Mastitis. Lea Febiger,Philadelpia,USA.

Schimdt,G.H.1971.Biology of Lactation.W.H. Freeman and Comp. San Fransisco: USA.

Soedono, A. 1990. Pedoman Beternak Sapi Perah. Dirjen Peternakan. Jakarta.

Subronto,1985.Ilmu Penyakit Ternak I.Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.

Syarief, M.Z dan Sumoprastowo, 1990. Ternak Perah. Yasaguna. Jakarta.

Turner,C.W.1939. The Comparative Anatomy of The Mammary Glands.Univ.Cooperative Store,Columbia,Missouri,USA.

Wikantadi, B., 1977. Biologi Laktasi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

MAKALAH

ILMU REPRODUKSI TERNAK PERAH

AMBING

Disusun oleh:

Mardiyah

D1E012023

Bangun Sukron

D1E012053

Siti Rochani

D1E012077

Baetul Muarifah

D1E012156Firman Ardisukmana

D1E012181

Siti Fatimah

D1E012221

Aldila Hisyam. H

D1E012246Sigit Widyatmoko

D1E012294

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PETERNAKAN

PURWOKERTO

2014

MAKALAH ILMU REPRODUKSI TERNAK PERAH

AMBING

Kelompok 3B

Diterima dan disetujui tanggal..

Koordinator Asisten,

Asisten Pendamping,

Afduha Nurus Syamsi

Lukas Yudha. K

D1E010034

D1E011060

1