laporan lengkap ternak perah

38
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebenarnya merupakan tempat yang potensial untuk pengembangan ternak sapi potong dan perah. Upaya pengembangan ini perlu didukung berbagai faktor penunjang, terutama bakalan, pakan yang cukup, lingkungan iklim sosial, dan peluang pasar. Adapun asal-usul ternak sapi sampai saat ini para ahli belum bisa menentukan secara pasti dimana dan kapan sapi mulai dijinakkan. Banyak ahli yang memperkirakan bahwa bangsa sapi berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, ke seluruh kawasan Asia, dan Afrika. Sedangkan Amerika, Australia, dan Selandia Baru yang saat ini merupakan gudang bangsa sapi potong dan sapi perah jenis unggul tidak terdapat turunan sapi asli, melainkan hanya mendatangkannya dari Eropa. Namun, perlu diketahui bahwa bangsa sapi sebagai salah satu hewan piaraan, disetiap daerah atau Negara sejarah penjinakkannya berbeda. Misalnya di

Upload: acher-acher

Post on 15-Apr-2016

60 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Indonesia sebenarnya merupakan tempat yang potensial untuk pengembangan ternak sapi potong dan perah. Upaya pengembangan ini perlu didukung berbagai faktor penunjang, terutama bakalan, pakan yang cukup, lingkungan iklim sosial, dan peluang pasar.Adapun asal-usul ternak sapi sampai saat ini para ahli belum bisa menentukan secara pasti dimana dan kapan sapi mulai dijinakkan. Banyak ahli yang memperkirakan bahwa bangsa sapi berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, ke seluruh kawasan Asia, dan Afrika. Sedangkan Amerika, Australia, dan Selandia Baru yang saat ini

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Lengkap Ternak Perah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebenarnya merupakan tempat yang potensial untuk

pengembangan ternak sapi potong dan perah. Upaya pengembangan ini

perlu didukung berbagai faktor penunjang, terutama bakalan, pakan yang

cukup, lingkungan iklim sosial, dan peluang pasar.

Adapun asal-usul ternak sapi sampai saat ini para ahli belum bisa

menentukan secara pasti dimana dan kapan sapi mulai dijinakkan.

Banyak ahli yang memperkirakan bahwa bangsa sapi berasal dari Asia

Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, ke seluruh kawasan Asia, dan

Afrika. Sedangkan Amerika, Australia, dan Selandia Baru yang saat ini

merupakan gudang bangsa sapi potong dan sapi perah jenis unggul tidak

terdapat turunan sapi asli, melainkan hanya mendatangkannya dari Eropa.

Namun, perlu diketahui bahwa bangsa sapi sebagai salah satu hewan

piaraan, disetiap daerah atau Negara sejarah penjinakkannya berbeda.

Misalnya di Mesir, India, dan Mesopotamia 8000 tahun SM telah

mengenal sapi piaraan. Akan tetapi, di daratan Eropa dan Cina baru

dikenal pada sekitar 6000 tahun SM. Hal ini disebabkan oleh di masing-

masing daerah atau Negara perkembangannya berbeda-beda.

Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapii

Madura dengan jalan menyilangkan dengan sapi red deen persilangan

lain yaitu antara sapi local (peranakan Onggole) dengan sapi perah

Friesian Holstein di Grati.guna di peroleh sapi perah jenis baru yang

Page 2: Laporan Lengkap Ternak Perah

2

sesuai dengan kondisi di Indonesia. Telah bertahun-tahun sapi digunakan

sebagai ternak beban dan sebagai sumber makanan, untuk upacara

agama, upacara korban. Susu sapi dan produknya telah digunakan

sebagai makanan, bahan upacara-upacara korban, kosmetik, dan obat-

obatan.

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di

dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos

indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di

daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di

daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Di Indonesia,

manajemen pemeliharaan biasanya terbagi atas pemeliharaan sapi perah

dan sapi potong. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak

dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari

Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown

Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster

(dari Australia). Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang

paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia

adalah Frisien Holstein. Masalah yang kebanyakan sering atau biasa

terjadi di lapangan dalam hal pemeliharan ternak sapi perah di indonesia

yaitu Suhu, Makanan, Manajemen, Pengetahuan atau skill peternak masih

minim.

Jenis sapi yang dipelihara saat ini sesuai dengan data yang diambil

adalah jenis sapi FH (Friesian Holstein). Sapi Friesian Holstein juga

Page 3: Laporan Lengkap Ternak Perah

3

dikenal dengan nama Fries Holland atau sering disingkat FH. Di Amerika

bagsa sapi ini disebut Holstein, dan di negara-negara lain ada pula yang

menyebut Friesien, akan tetapi di Indonesia disebut FH. Sapi FH

menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh dunia, baik di

Negara-negara subtropis maupun tropis. Bangsa sapi ini mudah

beradaptasi di tempat baru. Di Indonesia populasi bangsa sapi FH ini juga

terbesar di antara bangsa sapi-sapi perah yang lain (Girisonta, 1995).

Ciri-ciri jenis sapi FH diantaranya warna belang hitam putih, pada

kaki bagian bawah dan juga ekornya berwarna putih, tanduknya pendek

dan menghadap ke depan, pada dahinya terdapat warna putih yang

berbentuk segitiga. Sapi FH mempunyai tubuh tegap dan sifat jinak

sehingga mudah dikuasai, tidak tahan panas, lambat dewasa, berat badan

sapi jantan 850 kg dan sapi betina 625 kg, produksi susunya 4.500-5.000

liter per laktasi (Muljana, 1987).

Adapun Ciri-ciri sapi perah FH yang dinyatakan Sutardi (1980)

adalah (1) warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih, (2) bulu pada

ujung ekor dan ujung kaki berwarna putih, (3) bulu dada, perut bawah,

kaki dan ekor berwarna putih, (4) berambing besar, (5) tanduk kecil,

pendek, menjurus ke depan, (6) pada dahi terdapat tanda segitiga

berwarna putih, (7) kepala besar dan sempit, (8) lambat dewasa kelamin,

(9) temperamen sapi betina tenang dan jinak sedangkan sapi jantan agak

liar, (10) bobot tubuh betina dewasa mencapai 625 kg, sedangkan sapi

jantan dewasa 800 kg dan (11) produksi susu dapat mencapai 4500 –

Page 4: Laporan Lengkap Ternak Perah

4

5000 liter/ekor/laktasi. Kemampuam sapi perah Friesian Holstein dalam

menghasilkan susu lebih banyak dari pada bangsa sapi perah lainnya,

yaitu mencapai 5982 liter per laktasi dengan kadar lemak 3,7 %. Daya

merumput baik apabila digembalakan pada padang rumput yang baik

saja, sedangkan pada padang rumput yang kurang baik sapi sukar

beradaptasi (Syarief ,1985).

Bangsa sapi perah memiliki sifat-sifat tersendiri dalam menghasilkan

susu, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang

ada diantaranya Fries Holland, Jersey, Guarnsey, Ayrshire dan Shorthorn.

Bangsa sapi perah yang dikemabangkan di Indonesia adalah Fries

Holland (FH). Menurut Sudono (1999) bangsa sapi FH merupakan

penghasil susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi yang lain baik

di daerah sub-tropis maupun di daerah tropis.

Populasi sapi perah di Indonesia semakin meningkat, karena sudah

mulai dikembangkan di daerah luar pulau Jawa seperti di Sumatra Utara,

Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan. Populasi nasional dari tahun 2002-

2006 berturut-turut yaitu 358.386, 373.753, 364.062, 361.351, dan

382.313 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Populasi sapi perah

diperkirakan akan terus meningkat jika berhasil dikembangkan di luar

pulau Jawa karena masih banyak lahan yang cocok dan mendukung

untuk peternakan sapi perah.

Page 5: Laporan Lengkap Ternak Perah

5

B. Tujuan Praktek

Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui proses atau cara

beternak sapi perah yang baik sehingga menghasilkan kualitas ternak dan

susu yang baik pula. Serta mencari pengalaman atau wawasan dalam

berinteraksi serta berkomunikasi dengan Petani-peternak dan Memacu

para Peserta dalam pengembangkan ide-ide yang lebih kreatif lagi dalam

berwirausaha serta dapat melatih praktikan dalam memecahkan

permasalahan yang timbul dalam petani-peternak.

Mengetahui jenis kandang yang sesuai untuk jenis ternak yang

berbeda-beda dan melakukan cara pemerahan yang baik dan benar serta

mengamati pemberian pakan kepada ternak sapi perah.

C. Manfaat Praktek

Praktek ini sangat bermanfaat bagi saya dalam pemeliharaan sapi

perah dan dapat mengetahui cara-cara beternak sapi perah yang baik.

Page 6: Laporan Lengkap Ternak Perah

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Perah

Sapi perah adalah jenis sapi yang dapat menghasilkan air susu

melebihi dari kebutuhan anaknya dan merupakan salah-satu dari ternak

perah yang mampu merubah makanan menjadi air susu yang sangat

bermanfaat bagi anak-anaknya maupun bagi manusia. Sapi perah yang

banyak dipelihara adalah sapi jenis Fries Holland (FH), sedangkan di

Indonesia lebih banyak ditemukan sapi Peranakan Friesien Holstein

(PFH), yang merupakan hasil persilangan antara sapi Friesien Holstein

(FH) dengan sapi lokal yang ada di Indonesia (Siregar, 1998).

Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan

untuk menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu

Ayrshire, Guernsey, Jersey dan Friesian Holstein. (Blakely dan Bade,

1995).

Sapi-sapi perah di Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah

sapi perah bangsa FH import dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu

warna tubuhnya hitam belang putih dengan pembatas yang jelas, terdapat

warna putih berbentuk segitiga di dahi dengan kepala panjang, dan

sebagian kecil tubuhnya berwarna putih atau hitam seluruhnya (Syarief

dan Sumoprastowo, 1990).

Kemampuan produksi susu sapi FH dan peranakan adalah 1800-

2000 kg/laktasi. Secara normal makin sering sapi melahirkan maka

Page 7: Laporan Lengkap Ternak Perah

7

produksi susunya semakin meningkat sampai batas maksimum tertinggi

pada periode laktasi saat melahirkan yang ke 4-5 kali, sesudah itu

produksi akan cenderung menurun. (Malaka, 2010).

Turunan sapi FH dikenal dengan sebutan sapi perah Friesian lokal

(PFH). Bangsa sapi FH adalah bangsa sapi perah yang paling menonjol di

Amerika serikat, jumlahnya cukup banyak sekitar         80 - 90% dari

seluruh jumlah sapi yang ada. Di antara jenis sapi perah yang ada, FH

mempunyai kemampuan produksi susu yang tinggi (Siregar, 1993).

Sapi PFH sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu

namun kadar lemaknya rendah, kapasitas perut besar sehingga mampu

menampung pakan banyak, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam

mengubah pakan menjadi susu (Blakely dan Bade, 1994).

Page 8: Laporan Lengkap Ternak Perah

8

B. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Dara

Sapi dara adalah sapi pada masa antara lepas sapih sampai laktasi

pertama kali yaitu berkisar antara umur 12 minggu sampai dengan 2 tahun

(Ensminger, 1992).

Pada masa lepas sapih, berarti sapi sudah tidak mendapatkan susu

lagi dari induk sehingga untuk memenuhi kebutuhannya dibutuhkan pakan

yang dapat menggantikan kebutuhan akan susu tersebut. Jadi, pada

perawatan sapi dara dan bunting lebih diutamakan pemberian pakan yang

tepat yang nantinya dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

yang optimal (Siregar, 1998).

Pakan mempunyai peranan yang penting, baik diperlukan bagi

ternak-ternak muda untuk mempertahankan hidupnya dan

menghasilkan suatu produksi serta tenaga, bagi ternak dewasa berfungsi

untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan

pada seekor ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam

arti bahwa pakan yang diberikan pada ternak tersebut harus

mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas

yang baik (Sugeng, 2005).

Pakan merupakan salah satu faktor penting di alam usaha

peternakan, lebih-lebih terhadap tinggi rendahnya produksi. Hal ini baru

dapat dibuktikan pada sebagian kelompok sapi perah. Sapi perah akan

menjadi penghasil susu yang tinggi apabila cara pemberian pakan yang

baik dilaksanakan. Hal ini bukan berarti jumlah dan kualitas pakan ini akan

Page 9: Laporan Lengkap Ternak Perah

9

mengakibatkan ternak yang berproduksi tinggi tidak bisa memproduksi

susu sesuai dengan kemampuannya bahkan mengganggu kesehatan.

Pemberian zat makanan yang tidak cukup dan membatasi sekresi susu

sapi karena laju sintesisi dan difusi dari berbagai komposisi susu yang

berasal dari makanan yang sifatnya sementara (Murti, 2007).

Ketersedian air perlu diperhitungkan terlebih dahulu sebelum suatu

usaha pemeliharaan sapi dimulai karena air merupakan suatu kebutuhan

mutlak. Ketersediaan air diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air

minum, pembersihan kandang atau halaman serta untuk memandikan

sapi. Kebutuhan air minum dapat berasal dari air minum khusus yang

sengaja disediakan pada bak-bak air, baik di padang penggembalaan

maupun di kandang ataupun di halaman pengelolaan. Oleh karena itu

cara penyediaan maupun cara pembeian memerlukan peralatan yang

bagus (Santosa, 2001).

Pemeliharaan sapi dara yang baik serta pemberian ransum yang

berkualitas baik pula sapi dara akan terus tumbuh sampai umur 4-5 tahun,

bila sapi tidak cukup diberi ransum ditinjau dari kualitas dan kuantitasnya

akan terjadi sebagai berikut: 1). Pada waktu sapi dara beranak pertama

kali besar badannya tidak akan mencapai ukuran normal, 2). Kelahiran

pertama kali pada umur 3 tahun adalah termasuk terlambat, 3). Produksi

cenderung rendah tidak sesuai dengan yang diharapkan (Sudono, 1984).

Sapi perah dara dapat dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan

(Williamsom dan Payne, 1993). Sapi dara mampu mencerna serat kasar

Page 10: Laporan Lengkap Ternak Perah

10

tinggi, sedangkan penambahan pakan penguat hanya sebagai pelengkap

zat-zat gizi yang terkandung dalam hijauan. Pakan sebaiknya diberikan 2-

3 kali sehari. Sapi perah dara dikawinkan tergantung dari umur dan besar

tubuhnya (Siregar, 1993).

Sapi-sapi harus selalu bersih setiap kali akan diperah, terutama

bagian daerah lipatan paha sampai bagian belakang tubuh sapi perah dan

sebaiknya dimandikan sekurangnya satu kali sehari (Syarief dan

Sumoprastowo, 1985). Hal ini diperkuat dengan pendapat Muljana (1985)

yang menyatakan bahwa sapi sebaiknya dimandikan setiap hari dan

pembersihan kotoran yang menempel dikulit.Sanitasi dilakukan setiap 2

kali sehari setiap pagi dan sore dengan tujuan menjaga kebersihan

kandang karena berhubungan dengan kesehatan ternak.

Page 11: Laporan Lengkap Ternak Perah

11

BAB III

METODE PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat

Praktek Ilmu Produksi Ternak Perah ini dilaksanakan pada tanggal

28-29 Desember 2015, yang bertempat di Desa Bonto Lojong, Kecamatan

Uluere, Kabupaten Bantaeng.

B. Materi Praktek

Adapun materi yang dilakukan saat praktek yaitu:

1. Alat

Alat yang digunakan dilokasi praktek yaitu

- Milk cant

- Penggayung

- Slang air

- Sikat

- Skop

- Sapu lidi

- Baskom

2. Bahan

- Pakan

- Kandang

C. METODE PRAKTEK

Ada beberapa metode yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah

praktek yaitu:

Page 12: Laporan Lengkap Ternak Perah

12

1. Pengarahan dari asisten praktek

2. Berangkat dari kampus universitas Bosowa Makassar pukul 09.00

WITA

3. Makan siang di Kabupaten Jeneponto

4. Tiba di lokasi praktek pukul 16.00 wita

5. Berkumpul di masjid dan pembagian posko penginaapan

6. Observasi kandang

7. Pemeriksaan keesehatan dan vaksinasi

8. Proses pemberian pakan, pemandian, dan pemerahaan

9. Pembagian kelompok untuk pembuatan laporan

10.Kembali ke makassar

Page 13: Laporan Lengkap Ternak Perah

13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Keadaan Lokasi Praktek

1. Letak Geografis dan Tofografis

Desa Bonto Lojong adalah salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Ulu Ere yang berada di bagian Utara Kabupaten

Bantaeng. Jarak dari ibu kota kecamatan + 2,5 km dan jarak dari ibu

kota Kabupaten + 23 km. Jarak tempuh wilayah Desa Bonto Lojong

dari Ibu kota Kabupaten Bantaeng + 35 menit. Desa Bonto Lojong

memiliki luas wilayah 4.039,21 km2, dengan potensi alam yang

sangat produktif seperti lahan pertanian, perkebunan dan hutan.

Batas Wilayah, Letak Geografis Desa Bonto lojong Adalah

Sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : kabupaten Gowa, kabupaten Sinjai

2. Sebelah Selatan : Desa Bonto Tannga, Desa Bonto Bulaeng

3. Sebelah Timur :Kab. Bulukumba, desa kayu loe, desa

pa’bumbungan

4. Sebelah Barat : Kab. Jeneponto, Desa Bonto Marannu

Letak tofografis Desa Bonto Lojong merupakan daerah

pegunungan dengan ketinggian + 2.200-1500 meter diatas

permukaan laut (mdpl).

Page 14: Laporan Lengkap Ternak Perah

14

2. Kependudukan

Desa Bonto Lojong terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Bangkeng

Bonto, Dusun lannying, Dusun Buakang Paliang dan Dusun Cipar

dan terdiri dari RT/RW. Konsdisi penduduknya dapat terlihat bahwa

Dusun Lannying memiliki penduduk paling banyak di Desa Bonto

Lojong dan diikuti oleh Dusun Bangkeng Bonto, Dusun Buakang

Paliang dan Dusun Cipar kondisi penduduk Desa Bonto Lojong tidak

merata khususnya Dusun Buakang Paliang dan Dusun Cipar,

masyarakat Desa Bonto Lojong yang mayoritas petani.

tabel 1. Jumlah penduduk Desa Bonto Lojong berdasarkan peng-

Klasifikasi-an dapat dilihat pada sebagai berikut:

JENIS

KELAMIN

DUSUN JUMLAH

BANGKEN

G BONTO

LANNYING BUAKAN

G

PALIANG

CIPAR

Laki-Laki 339 522 195 366 1419

Perempuan 318 708 194 323 1547

Jumlah 657 1228 389 689 2966

Page 15: Laporan Lengkap Ternak Perah

15

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Pada Empat

Dusun Di Desa Bonto Lojong Pada Tahun 2014.

N

oUmur

Dusun

Bangkeng

Bonto

Dusun

Lannying

Dusun

Buakang

Paliang

Dusun

Cipar Jumlh %

L P L P L P L P

1 0 s/d 12 Bln 2,6

2 1 s/d 6 Thn 5,8

3 7 s/d 15 Thn 3,5

4 16 s/d 25

Thn

16,0

5 26 s/d 45

Thn

5,6

6 46 s/d 59

Thn

2,8

7 60 Thn

Keatas

18,7

Grand Total 289 265 515 524 190 166 256 256 2461

0 %

Total Keseluruhan 554 1039 356 512

Sumber data : Masyarakat Desa Bonto Lojong (Hasil DDK)

Oleh : Tim 11

Page 16: Laporan Lengkap Ternak Perah

16

Salah satu aspek penilaian Peringkat Kesejahteraan Masyarakat

yang disepakati di Desa Bonto Lojong adalah jenis dan bentuk rumah

penduduk. Untuk mengetahui tentang perumahan penduduk.

Tingkat kesejahteraan masyarkat Desa Bonto Lojong berdasarkan

hasil sensus menunjukkan bahwa yang berada di peringkat pertama

tingkat kesejahtraannya adalah petani di mana Desa Bonto Lojong

merupakan sentra pertanian di Kabupaten Bantaeng sehingga mata

pencaharian utamanya adalah pertanian dan masyarakatnya didominasi

oleh petani, disusul oleh PNS, Buruh tani, Pedagang dan sopir.

Tabel 3. Tingkat Kesejahteraan Kepala Keluarga

Nama Dusun

Jumlah KK Sesuai Tingkat Kesejahteraan

Kaya Sedang MiskinSangat

Miskin

Dusun Bangkeng

Bonto

10 61 49 3

Dusun Lannying 53 148 75 14

Dusun Buakang

Paliang

2 62 20 1

Dusun Cipar 12 50 51 11

Jumlah Total 77 321 195 29

Persentase

Sumber data : Masyarakat Desa Bonto Lojong. (DDK)

Oleh : Tim 11, 2014

Keadaan masyarakat Desa Bonto Lojong sebagai berikut : 195 KK

masuk pada kategori miskin.

Page 17: Laporan Lengkap Ternak Perah

17

Tabel 4. Data Kepala Keluarga Desa Bonto Lojong

No Nama Dusun Jumlah KK Jumlah

1. Dusun Cipar 183 183

2. Buakang paliang 95 95

3. Bangkeng Bonto 167 167

4. Lannying 355 355

Jumlah 800 800

3. Sosial Budaya Masyarakat

Berdasarkan hasil penjajakan, secara umum masyarakat Desa

Bonto Lojong bermata pencaharian sebagai petani dan daerah ini

merupakan penghasil hortikultura di Kabupaten Bantaeng yang

dapat memenuhii kebutuhan pasar baik di dalam maupun di luar

kabupaten usaha pertanian ini digeluti sekitar 569 KK, yang

berstatus PNS, 10 KK yang berstatus buruh tani, 24 KK yang

berstatus pedagang, 6 KK yang tukang kayu 2 KK dan yang

berstatus sopir 13 KK.

Khusus untuk potensi Sumber Daya Alam ada beberapa hal

yang sangat mendukung pendapatan masyarakat yakni :

Tabel 5. Pekerjaan Pokok Kepala Keluarga (KK) empat dusun di Desa

Bonto Lojong Tahun 2014

Page 18: Laporan Lengkap Ternak Perah

18

N

o

Jenis

Pekerjan

Pokok

DUSUN

Jumlah %Bangkeng

BontoLannying

Buakang

PaliangCipar

L P L P L P L P

1. Petani 205 398 354 391 209 311 218 130 2.207 74,6

2 PNS 4 2 1 - 3 - 1 - 10 0,3

3Buruh

Tani2 - - 2 - - 4 - 7 0.2

4Pedaga

ng5 2 1 11 2 1 1 - 23 0,7

5.Belum

bekerja102 92

11

1119 87 101 30 77 719 24,2

Jumlah 431 512 467 523 301 413 254 207 2966 100%

Sumber data : Masyarakat Desa Bonto Lojong (Data Dasar Keluarga)

Oleh : Tim 11

Tabel tersebut Menggambarkan tentang pekerjaan pokok serta

keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan tersebut. dari

Tabell tersebut dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan pokok yang

paling banyak di Desa Bonto Lojong adalah petani.

4. Sejarah Singkat Usaha Sapi Perah

Awal mula Usaha Sapi yang di pelihara oleh kelompok tani

Sinar Bonto Lojong adalah sapi biasa, sesuai berjalannya waktu

pada tanggal 10 januari 2012 usaha sapi perah dengan jenis sapi

FH yang tidak bertanduk dan bertanduk mulai dipelihara oleh

kelompok tani dengan bantuan dari pihak Dirjen sebesar 300 juta.

Page 19: Laporan Lengkap Ternak Perah

19

225 juta untuk pembelian bibit sapi perah dan sisanya untuk

pembuatan kandang. Jumlah sapi awal yang dipelihara adalah 10

ekor betina yang sekarang sudah menjadi 25 ekor dengan hasil IB

yaitu 18 ekor betina dan 6 ekor pejantan.

B. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Perah Dara

1. Pakan

Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil

hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat

meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan

tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan

memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak

muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan

produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa.

Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh

dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan,

jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam

jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara

lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).

Dalam pemberian pakan dikandang yang harus diperhatikan adalah

berapa jumlah pakan dan bagaimana keadaan ransum yang akan

diberikan kepada ternak pada berbagai tingkat dalam keadaan sapi

yang bersangkutan. Hal yang harus diperhatikan adalah ternak sapi

termasuk ternak yang selektif yaitu sering memilih bahan pakan yang

Page 20: Laporan Lengkap Ternak Perah

20

paling disukai. Pemberian pakan pada sapi perlu memperhatikan zat-

zat gizi sapi untuk pertambahan berat badan yang diinginkan dan jenis

pakan yang tersedia.

Jenis pakan yang diberikan pada Sapi perah Dara dengan

perbandingan masing-msing yaitu berupa dedak padi 70Kg, dedak

Jagung 10Kg, jerami 5Kg, batang jagung 5Kg, rumput gajah 10Kg,

serta memanfaatkan limbah dari sayur-sayuran seperti batang wortel

karena batang wortel dominan dapat meningkatkan produksi susu.

Pemberian pakan dilakukan setiap hari: Masing- masing 2 kali

sehari pada pagi dan sore hari. Oleh karena itu agar pemberian pakan

baik dan efesien didalam pemenuhan biologis maka peternak harus

memahami tentang kebutuhan zat-zat pakan, bahan pakan ternak

sapi, cara memperbaiki mutu zat pakan dari berbagai jenis bahan

pakan.

2. Kandang

Kandang yang ditempati sapi dara yaitu kandang ganda yang

dimana kandang yang berhadapan dengan kandang induk.

Kandang dapat berfungsi sebagai tempat melindungi ternak dari

terik matahari dan air hujan.

3. Penanganan penyakit

Page 21: Laporan Lengkap Ternak Perah

21

Dalam proses pemeliharaan sering ditemui jenis penyakit

diantaranya Lumpuh, Cacing dan penyakit-penyakit parasit lainnya.

Sesuai Hasil Data yang diambil di Lokasi Praktek, jenis penyakit

yang ditemui pada ternak sapi yaitu penyakit extoparasit dan cacingan

Pencegahannya dapat berupa vaksinasi dengan pengobatan obat

anti parasit dan BenZena 10 dan ditangani langsung oleh dokter

hewan setempat biasanya dokter datang 2 hari sekali untuk mengecek

apabila terdapat ternak yang sakit di lokasi praktek dan dokter hewan

dari dinas peternakan setempat rutin untuk mengontrol keadaan

ternak tersebut.

Page 22: Laporan Lengkap Ternak Perah

22

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dari lokasi praktek yang telah

dilakukan di Desa Bonto Lojong, Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten

Bantaeng. dapat kami simpulkan bahwa dengan melaksanakan kegiatan

usaha di bidang peternakan sapi perah yang terfokus pada

pengembangbiakan ternak dengan pemberian pakan secara teratur

sehingga dapat menciptakan produk ternak yang mampu bersaing di

pasaran.

B. Saran

Jangka waktu pelaksanaan praktek terlalu singkat sehingga data

yang diperoleh tidak terlalu lengkap sehingga perlu penambahan waktu,

agar data yang diperoleh lebih tepat dan akurat.

Usaha sapi perah oleh sinar Bonto Lojong harus perlu

memperhatikan tatalaksana pemberian pakan sehingga tersebut bisa

berproduksi susu yang lebih baik lagi.

Page 23: Laporan Lengkap Ternak Perah

23

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Anonimus. 1995. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius. Yogyakarta.

Anonimus. 1996. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Anonimus . 2002. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta

Malaka, Ratmawati. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar

Muljana, B.A. 1987. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Perah. CV. Aneka. Ilmu. Semarang.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutardi, T. dan M. Djohari. 1979. Hubungan kondisi faali sapi laktasi dengan kebutuhan makanannya. Buletin Makanan Ternak S (4) : 189-207. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syarief, M.Z. dan Sumoprastowo, C.D.A. 1985. Ternak Perah. CV.Yasaguna. Jakarta.

Page 24: Laporan Lengkap Ternak Perah

LAMPIRAN

1. Pakan

2. Pemberian makan

Page 25: Laporan Lengkap Ternak Perah

25

3. Pemerahan

4. Perkandangan

Page 26: Laporan Lengkap Ternak Perah

RIWAYAT HIDUP

Herlina Heni, lahir di sandakan- sabah 11 februari 1993 dari pasangan Bapak Rofinus Kara dan Ibu Marta Tuto Merupakan anak kedua dari enam bersaudara

Menyelesaikan SDK Buriwutung, SMPN 1 Buyasuri dan SMK Negeri 1

Buyasuri.Herlina Heni masuk di Universitas Bosowa dan masuk di

Universitas Bosowa dan terdaftar di program SI peternakan pada tahun 2013.