hand out sapi perah lengkap
TRANSCRIPT
PRODUKSI TERNAK PERAH
Program Hibah Penulisan Buku Ajar Tahun 2011
Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc.
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
PRODUKSI TERNAK PERAH
Program Hibah Penulisan Buku Ajar Tahun 2011
Penyusun
Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc.
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
i
PRODUKSI TERNAK PERAH
Program Hibah Penulisan Buku Ajar Tahun 2011
ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar, 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar)
Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : [email protected]
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2011
Judul Buku Ajar : Produksi Ternak Perah Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc N I P : 19641231 198903 1 026 Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda/ IV.c Jurusan/Bagian/Program Studi : Produksi Ternak Fakultas/Universitas : Peternakan/Univesitas Hasanuddin Alamat e-mail : [email protected] Biaya : Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas
Hasanuddin tahun 2011 Sesuai SK Rektor Unhas Nomor: ......../H4.2.KU.10/ 2011 Tanggal.................
Makassar, November 2011 Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Penulis,
Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc. NIP. 19520923 197903 1 002
Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc. NIP. 19641231 198903 1 026
Mengetahui:
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Universitas Hasanuddin,
Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc NIP. 19630501 198803 1 004
iii
KATA PENGANTAR
Setiap perguruan tinggi termasuk Universitas Hasanuddin, diperhadapkan pada
tantangan untuk melakukan transformasi, baik dalam metode maupun substansi
pembelajaran demi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan, yaitu memiliki sistem
pendidikan yang handal melalui penyelenggaraan proses pembelajaran berbasis pada
pendekatan learning.
Dalam upaya meningkatkan kapasitas belajar mahasiswa sangat ditentukan oleh
keaktifan dan kemampuan untuk memanfaatkan literaratur dari berbagai sumber,
termasuk literatur yang mudah diperoleh berupa buku ajar setiap mata ajaran. Pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin masih menunjukkan proses pembelajaran
(mahasiswa dituntut aktif) belum optimal karena salah satunya adalah belum maksimal
terlaksananya penyusunan buku ajar sebagai salah satu bentuk proses pendekatan
metode pembelajaran learning.
Mata Kuliah Produksi Ternak Perah merupakan mata kuliah wajib pada Fakultas
Peternakan yang menjelaskan tentang menganalisis dan mengaplikasikan proses
produksi pada ternak perah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penanganan
dan pemasaran hasil produksi. Dalam penyajian mata kuliah ini memerlukan penjelasan
yang lebih atraktif, detail, jelas dan mudah dimengerti. Oleh karena itu, sistem
pembelajaran matakuliah Produksi Ternak Perah dengan pendekatan SCL ini
memungkinkan mahasiswa lebih aktif berdiskusi, lebih atraktif dan reflektif dalam
penyajian, cepat dan jelas dalam mengakses materi dan literatur perkuliahan, sehingga
proses pembelajaran dengan metode learning dapat tercapai.
Penyediaan buku ajar pada mata kuliah Produksi Ternak Perah bagi mahasiswa
mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran yang
optimal. Perubahan dan pembaruan materi pembelajaran akan menjamin keberlanjutan
minat dan motivasi mahasiswa Fakultas Peternakan untuk terus memperluas
wawasannya dengan cara yang lebih aktif.
Penyusun,
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL ………………..………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. vi
BAB. 1 PENDAHULUAN ……….…….……………………………… Viii
BAB. 2 PENDIRIAN USAHA TERNAK PERAH ………..…………… 1
BAB.3 BANGSA-BANGSA TERNAK PERAH .................................
BAB. 4 KOMPONEN DAN NILAI GIZI SERTA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU ……….....……………………...
9 31
BAB. 5 KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA TERNAK PERAH ………………………………………………………….
BAB. 6 BAHAN MAKANAN (PAKAN) PADA TERNAK PERAH … BAB. 7 SISTEM PENCERNAAN PADA TERNAK PERAH .............. BAB. 8 BANGUNAN KANDANG DAN PERLENGKAPAN PADA TERNAK PERAH ……....……………………………..
44 51 65 71
BAB. 9 METODE PEMERAHAN .....................................................
85
BAB. 10 PENYAKIT PADA TERNAK PERAH DAN PENGENDALIANNYA …………………..............………...…
92
BAB. 11 PENANGANAN DAN PEMASARAN AIR SUSU ………….
108
BAB. 12 BETERNAK KERBAU PERAH ….………………………….. 115
v
DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1. Efisiensi Berbagai Jenis Ternak dalam Merubah Makanan
Ternak Menjadi Protein Hewani dan Kalori ……………….. 3 Tabel 2. Komposisi Susu Berbagai Spesies ……………………….. 33
Tabel 3. Komposisi Susu Berbagai Bangsa Sapi ……………………. 37
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1. Sapi Friesian Holstein/Fries Holland (FH) …………………… 10
Gambar 2. Sapi Yersey ….…………………………………………………. 11
Gambar 3. Sapi Guernsey .………………………………………………… 11
Gambar 4. Sapi Ayrshire ……………………………………………………. 12
Gambar 5. Sapi Brown Swiss ……………………………………………… 13
Gambar 6. Sapi Red Sindhi ……………………………………………….. 13
Gambar 7. Sapi Sahiwal ……………………………………………………. 14
Gambar 8. Kambing Nubian ……………………………………………….. 15
Gambar 9. Kambing Maradi ……………………………………………….. 16
Gambar 10. Kambing Somali Arab …………………………………………. 16
Gambar 11. Kambing Damascus …………………………………………… 17
Gambar 12. Kambing Mamber ……………………………………………… 18
Gambar 13. Kambing Jamnapari (Kambing Ettawa) ……………………… 18
Gambar 14. Kambing Beetal ………………………………………………… 19
Gambar 15. Kambing Osmenabad …………………………………………. 20
Gambar 16. Kambing Barbari ………………………………………………. 20
Gambar 17. Kambing Malabar ………………………………………………. 21
Gambar 18. Kambing Kamori ……………………………………………….. 21
Gambar 19. Kambing Ma Tou ……………………………………………….. 22
Gambar 20. Kambing Saanen ……………………………………………….. 22
Gambar 21. Kambing Alpen …………………………………………………. 23
Gambar 22. Kambing Tuggenburg ………………………………………….. 24
Gambar 23. Kerbau Murrah …………………………………………………… 24
Gambar 24. Kerbau Nili – Ravi ………………………………………………. 25
Gambar 25. Kerbau Mehsana ………………………………………………. 26
Gambar 26. Kerbau Surti …………………………………………………….. 27
Gambar 27. Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi …………………………. 28
Gambar 28. Pasture untuk Ternak Perah ………………………………….. 53
Gambar 29. Pemotongan Rumput untuk Soilage ………………………….. 55
Gambar 30. Poses Pembuatan Silase ……………………………………… 56
Gambar 31. Budidaya Jagung untuk Pakan Ternak ………………………. 56
Gambar 32. Budidaya Sorgum untuk Pakan Ternak ………………………. 57
Gambar 33. Penyimpanan Hay ………………………………………………. 58
vii
Gambar 34. Kandang yang Ideal untuk Sapi Perah ……………………….. 73
Gambar 35. Kandang Sapi Dewasa …………………………………………. 77
Gambar 36. Kandang Pedet Sapi Perah ……………………………………. 78
Gambar 37. Tipe Kandang Sapi Perah ……………………………………… 79
Gambar 38. Peralatan Susu ………………………………………………….. 81
Gambar 39. Metode Pemerahan dengan Menggunakan Mesin ………….. 86
Gambar 40. Bentuk Air Susu untuk Dipasarkan ………………………........ 111
viii
BAB 1 PENDAHULUAN
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI
1. Knowledgeable and skilful graduate (lulusan berpengetahuan dan trampil) 2. Manager 3. Enterpreneur
KOMPETENSI LULUSAN
Profil Utama Pendukung Lainnya
Knowledgeable and skillful worker (lulusan berpengetahuan dan trampil)
1. Menguasai dan mampu menerapkan IPTEKS peternakan
2. Mampu menganalisis, menginterpretasi dan memecahkan masalah di bidang peternakan
3. Mampu mengikuti perkembangan IPTEKS
4. Mampu bekerjasama dan beradaptasi dalam lingkungan kerja
1. Berkarakter dan memiliki wawasan kebangsaan
2. Mampu memanfaatkan dan menggunakan Teknologi Informasi dan komunikasi
1. Memiliki kemampuan berbahasa asing
Manager
1. Mampu berkomunikasi secara efektif
2. Mampu mengelola dan memimpin usaha peternakan
3. Mampu memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam pengembangan peternakan
1. Memahami dan toleransi terhadap budaya lokal
1. Mampu mengorganisasi dan mengembangkan kelembagaan peternakan
ix
Enterprenuer
1. Mampu memulai dan mengembangkan bisnis berbasis teknologi
2. Mampu membangun jaringan usaha/ interkoneksitas
1. Mampu mengevaluasi usaha bisnis
2. Mampu memasarkan hasil usaha
1. Memiliki moralitas, etika, akhlak.
2. Mampu mencari pendanaan usaha
x
RANCANGAN PEMBELAJA
RAN BERBASIS SCL
MATAKULIAH : PRODUKSI T
ERNAK PERAH
Kompetensi Utama
: Menguasai dan mampu menerapkan IPTEKS peternakan.
Kompetensi Pendukung
: Mampu memanfaatkan dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Kompetensi Lainnya (Institusial) : Mampu mengorganisasi dan mengembangkan kelembagaan peternakan.
Sasaran Belajar
: Mampu menganalisis dan mengaplikasikan proses produksi pada ternak perah dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya serta penanganan dan pemasaran hasil produksi.
xi
(1)
Minggu
ke:
(2)
Sas
aran
Pem
belajaran
(3)
Materi
Pem
belajaran
(4)
Strateg
i Pem
belajaran
(5)
Kriteria
Pen
ilaian
(6)
Bobot
Nila
i (%)
1 Menjelaskan kontak belajar dan bentuk
pembelajaran yang diterapkan dalam
proses pembelajaran, serta kriteria
penilaian
Menjelaskan syarat-syarat seorang
peternak Sapi perah.
Menjelaskan faktor-faktor yang
menguntungkan pada peternakan sapi
perah.
Menjelaskan bagaimana merencanakan
suatu usaha peternakan sapi perah.
Kontrak Pembelajaran
Pendirian usaha ternak perah
- Syarat-syarat seorang
peternak sapi perah.
- Faktor-faktor yang
menguntungkan pada
peternakan sapi perah
- Perencanaan usaha
peternakan sapi perah
- Kuliah
- Diskusi
- Kuliah
- Diskusi
2
Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa
bangsa-bangsa sapi perah
Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa
bangsa-bangsa kambing perah
Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa
bangsa-bangsa kerbau perah.
B Bangsa-bangsa sapi perah
Bangsa-bangsa kambing
perah
Bangsa-bangsa kerbau perah
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
5
xii
3 s/d 4
Menjelaskan komponen-komponen dan
nilai gizi yang terkandung pada air susu
Menjelaskan faktor-faktor internal yang
mempengaruhi produksi dan kualitas air
susu.
Menjelaskan faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi produksi dan kualitas air
susu.
Komponen dan nilai gizi air
susu
Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi produksi dan
kualitas air susu
Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi produksi dan
kualitas air susu
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
10
5 Menjelaskan kebutuhan zat-zat makanan
pada ternak ternak perah.
Menjelaskan kegunaan zat-zat makanan
pada ternak ternak perah.
Kebutuhan zat-zat makan
pada ternak perah
Kegunaan zat-zat makanan
pada ternak perah
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
- Praktikum
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
5
6 Menjelaskan fungsi bahan pakan ternak
perah.
Menjelaskan sumber bahan pakan
utama pada ternak perah.
Menjelaskan sumber bahan pakan
tambahan (konsentrat) pada ternak
perah.
Bahan makanan (pakan) pada
ternak perah
Sumber bahan pakan utama
pada ternak perah
Sumber bahan pakan
tambahan (konsentrat) pada
ternak perah
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
- Praktikum
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
5
xiii
Menjelaskan jenis-jenis ransum pada
ternak perah.
Jenis-jenis ransum pada
ternak perah.
7
Menjelaskan tentang perkembangan
lambung ternak ruminansia.
Menjelaskan susunan alat pencernaan
dan pengaturan kebutuhan zat makanan
dalam tubuh hewan.
Menjelaskan proses fermentasi bahan
makanan dalam rumen.
Perkembangan lambung
ternak ruminansia.
Susunan alat pencernaan dan
pengaturan kebutuhan zat
makanan dalam tubuh hewan
Proses fermentasi bahan
makanan dalam rumen
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
5
8 s/d 9
Menjelaskan fungsi kandang pada
peternakan sapi perah.
Menjelaskan bagaimana menentukan
lokasi dan syarat-syarat kandang pada
peternakan sapi perah.
Menjelaskan bagian-bagian kandang
dan peralatannya.
Menjelaskan jenis dan tipe kandang
pada peternakan sapi perah.
Fungsi Kandang
Penentuan lokasi dan syarat-
syarat kandang
Bagian-bagian kandang dan
peralatannya
Tipe-tipe kandang
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
- Praktikum
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
10
xiv
Menjelaskan kegunaan dan manfaat
kamar susu dan peralatan - peralatan
yang berkaitan dengan pengelolaan air
susu.
Kamar susu dan peralatannya.
10
Menjelaskan syarat-syarat dalam
melaksanakan pemerahan.
Menjelaskan persiapan-persiapan dalam
melaksakan pemerahan.
Menjelaskan bagaimana teknik
pemerahan yang baik.
Syarat-syarat pemerahan.
Persiapan dalam pemerahan.
Teknik pemerahan
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
5
11 s/d
12
Menjelaskan; penyebab, cara penularan,
gejalah-gejalah, cara pencegahan dan
cara pengobatan terhadap beberapa
penyakit menular pada ternak sapi
perah.
Menjelaskan; penyebab, cara penularan,
gejalah-gejalah, cara pencegahan dan
cara pengobatan terhadap beberapa
penyakit kelamin pada ternak sapi perah.
Menyebutkan beberapa jenis parasit luar
dan parasit dalam yang biasa
menyerang pada ternak perah serta
tindakan-tindakan pengendalian
penyakit.
Jenis-jenis penyakit menular
pada sapi perah yang
diakibatkan oleh bakteri dan
virus.
Jenis-jenis penyakit pada sapi
perah yang diakibatkan oleh
parasit.
Model perawatan dan
pengendalian penyakit pada
ternak perah.
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
10
xv
13
Menjelaskan cara penanganan dan cara
mempertahankan kesehatan air susu.
Menjelaskan berbagai jenis/bentuk air
susu untuk dipasarkan.
Penanganan / kesehatan air
susu
Bentuk pemasaran air susu
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
- Praktikum
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
5
14 s/d
15
Menjelaskan asal usul kerbau dan
komposisi susunya.
Menjelaskan sistem pemeliharaan pada
anak kerbau, kerbau dara, kerbau
bunting, kerbau beranak (laktasi), kerbau
kering, kerbau pejantan, anak kerbau
jantan dan pemeliharaan kerbau secara
umum.
Asal usul kerbau dan
komposisi air susunya
Sistem pemeliharaan kerbau
- Kuliah
- Tugas
mandiri
- Presentase
- Diskusi
Ketepatan waktu
penyetoran
tugas,
Kemutahiran isi
paper (tugas),
Keaktifan dalam
diskusi,
Kehadiran
10
16
Uji Kompetensi
Semua materi pembelajaran di
atas.
Ujian Test
(Ujian tertulis)
Ketepatan dan
kejelasan uraian,
deskripsi dan
contoh
30
xvi
KONTRAK PEMBELAJARAN
Nama Mata Kuliah : Produksi Ternak Perah
Kode Mata Kuliah : 382I113
Pembelajar : Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc.
Semester : V dan VI
1. Manfaat Mata Kuliah
2. Deskripsi Mata Kuliah
3. Sasaran Pembelajaran
4. Strategi Pembelajaran
5. Materi/Bahan Bacaan
6. Tugas-tugas
7. Kriteria Penilaian
8. Norma Akademik
9. Jadwal Pembelajaran
xvii
KONTRAK PEMBELAJARAN
Nama Mata Kuliah : Produksi Ternak Perah
Kode Mata Kuliah : 382I113
Pembelajar : Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc. (Koordinator)
Semester : V dan VI
1. MANFAAT MATA KULIAH
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah inti program studi Produksi Ternak
berdasarkan kurikulum kompentensi tahun 2011 yang berlaku pada Jurusan Produksi
Ternak Fakultas Peternakan, dan wajib bagi semua mahasiswa Fakultas Peternakan.
Matakuliah ini juga merupakan kelanjutan dari beberapa kelompok mata kuliah Ilmu
dan Keterampilan, yang mengintegrasikan pengetahuan tentang Anatomi Ternak,
Fisiologi Ternak, Manajemen Ternak Perah. Manfaat mata kuliah ini menjadi solusi
untuk menganalisis dan mengaplikasikan proses produksi pada ternak perah dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penanganan dan pemasaran hasil produksi
2. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini membahas tentang pentingnya ternak perah sebagai penghasil susu,
bangsa-bangsa sapi perah, kambing perah dan kerbau perah, produksi dan nilasi gizi
air susu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, kebutuhan zat-zat makanan,
bahan pakan, sistem pencernaan, perkandangan, metode pemerahan, penyakit,
penanganan dan pemasaran air susu, serta beternak kerbau perah.
3. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan kontak belajar dan bentuk pembelajaran serta metode penilaian
yang diterapkan dalam proses pembelajaran
2. Menjelaskan syarat-syarat seorang peternak sapi perah.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang menguntungkan pada Peternakan sapi perah
4. Menjelaskan bagaimana merencanakan suatu usaha Peternakan sapi perah.
5. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa sapi perah
xviii
6. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kambing perah.
7. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kerbau perah.
8. Menjelaskan komponen-komponen dan nilai gizi yang terkandung pada air susu.
9. Menjelaskan faktor-faktor internal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air
susu.
10. Menjelaskan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air
susu.
11. Menjelaskan kebutuhan zat-zat makanan pada ternak ternak perah.
12. Menjelaskan kegunaan zat-zat makanan pada ternak ternak perah.
13. Menjelaskan fungsi bahan pakan ternak perah.
14. Menjelaskan sumber bahan pakan utama pada ternak perah.
15. Menjelaskan sumber bahan pakan tambahan (konsentrat) pada ternak perah.
16. Menjelaskan jenis-jenis ransum pada ternak perah.
17. Menjelaskan tentang perkembangan lambung ternak ruminansia.
18. Menjelaskan susunan alat pencernaan dan pengaturan kebutuhan zat makanan
dalam tubuh hewan.
19. Menjelaskan proses fermentasi bahan makanan dalam rumen.
20. Menjelaskan fungsi kandang pada Peternakan sapi perah.
21. Menjelaskan bagaimana menentukan lokasi kandang dan syarat-syarat kandang
pada Peternakan sapi perah.
22. Menjelaskan bagian-bagian kandang dan peralatannya.
23. Menjelaskan jenis dan tipe kandang pada Peternakan sapi perah.
24. Menjelaskan kegunaan dan manfaat dari pada kamar susu dan peralatan-
peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan air susu.
25. Menjelaskan; penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan
cara pengobatan terhadap beberapa penyakit menular pada ternak sapi perah.
26. Menjelaskan penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan
cara pengobatan terhadap beberapa penyakit kelamin pada ternak sapi perah.
27. Menyebutkan beberapa jenis parasit luar dan parasit dalam yang biasa
menyerang pada ternak perah.
28. Menjelaskan cara penanganan dan cara mempertahankan kesehatan air susu.
29. Menjelaskan berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan.
30. Menjelaskan asal usul kerbau dan komposisi susunya.
xix
31. Menjelaskan sistem pemeliharaan pada anak kerbau, kerbau dara, kerbau
bunting dan beranak (laktasi), kerbau kering, kerbau pejantan, anak kerbau
jantan, dan pemeliharaan kerbau secara umum.
32. Menjelaskan aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam mendirikan usaha ternak
perah.
4. STRATEGI PEMBELAJARAN Mata kuliah ini menggunakan metode Kuliah interaktif yang dipadu dengan metode
Cooperative/Collaborative Learning pada topik yang menuntut keterampilan bekerja
secara Tim seperti pada penyelesaian tugas kajian pustaka dan penyusunan
Portfolio/laporan praktikum. Sedang, pada tugas-tugas yang bersifat kerja individu
digunakan metode kombinasi kuliah interaktif, dan atau Studi Kasus. Perkembangan
kemajuan peserta dipantau melalui aktivitas Tutorial dan presentasi di depan kelas.
5. ANALISIS KEBUTUHAN
PENDAHULUAN
BANGSA-BANGSA TERNAK PERAH
KOMPONEN DAN NILAI GIZI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN
KUALITAS AIR SUSU
PENDIRIAN USAHA TERNAK PERAH
KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA TERNAK PERAH
xx
BAHAN MAKANAN (PAKAN) PADA TERNAK PERAH
SISTEM PENCERNAAN TERNAK PERAH
PENYAKIT PADA TERNAK PERAH DAN PENGENDALIANNYA
PENANGANAN DAN PEMASARAN AIR SUSU
ILMU PRODUKSI KERBAU PERAH
BANGUNAN KANDANG DAN PERLENGKAPAN PADA TERNAK PERAH
METODE PEMERAHAN
1
BAB 2 PENDIRIAN USAHA TERNAK PERAH
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk menjadi peternak sapi perah yang baik dan berhasil dalam usahanya,
maka peternak harus mengetahui sifaf-sifat yang harus dimiliki oleh seseorang
peternak.
Berusaha dibidang ternak perah mempunyai keunggulan-keunggulan dan
keuntungan-keuntungan dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya atau usaha
dibidang pertanian lainnya.
Faktor yang terpenting untuk sukses dalam peternakan sapi perah adalah
peternaknya sendiri. Mereka harus tahu bagaimana dalam menanam modal untuk
usaha peternakannya serta dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang yang
didapat untuk tiap-tiap investment.
Peternak harus dapat mengetahui tatalaksana yang baik dan menentukan lokasi
peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapi-sapi yang dapat berproduksi
tinggi, pamakaian peralatan yang tepat, lahan yang subur/sesuai untuk tanaman hijauan
pakan serta pemasaran yang baik.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Syarat-syarat seorang peternak sapi perah.
- Faktor-faktor yang menguntungkan pada peternakan sapi perah.
- Perencanaan usaha peternakan sapi perah
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab kedua sebagai pengantar bab-bab berikutnya. Dalam bab
ini akan membahas syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang peternak sapi perah,
beberapa factor yang menguntungkan dalam beternak sapi perah, serta faktor-faktor
yang penting diketahui dalam perencanaa usaha Peternakan sapi perah.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan syarat-syarat seorang peternak sapi perah.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang menguntungkan pada peternakan sapi perah
3. Menjelaskan bagaimana merencanakan suatu usaha peternakan sapi perah.
2
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. SYARAT-SYARAT SEORANG PETERNAK SAPI PERAH
Untuk menjadi peternak sapi perah yang baik dan berhasil dalam usahanya,
maka peternak harus memiliki sifaf-sifat sebagai berikut:
1. Mempunyai rasa sayang pada hewan. Hewan yang disayangi akan menjadi jinak
dan mudah pemeliharaannya, demikian pula bila hewan sakit secepatnya diobati.
2. Mempunyai ketekunan bekerja dari hari ke hari dalam waktu yang lama. Ketekunan
bekerja adalah syarat yang sangat perlu dalam beternak sapi perah.
3. Mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar pemuliaan sapi perah(system
perkawinan dan seleksi), pemberian makanan dan tatalaksana pemeliharaan sapi
perah yang baik. Seorang peternak harus mengetahui sapi mana yang baik
dijadikan bibit, dan mana yang harus diafkir. Demikian pula halnya sapi mana yang
harus diberi makanan secara ekonomis, dan menghasilkan susu yang maksimal.
4. Mengetahui hal-hal mengenai rumput atau hijauan pakan lainnya, cara-cara
menanam rumput dan tanaman pakan lainnya. Disamping itu memperhatikan hasil-
hasil pertanian yang dibutuhkan oleh sapi perah, misalnya dedak, jagung, bungkil
kelapa, bungkil kedelei dan lain-lain, sehingga dapat mengetahui bahan makanan
ternak mana yang ekonomis dipakai dalam ransum sapi perah.
5. Mempunyai jiwa atau semangat kerja sama serta hubungan yang baik dengan
peternak-peternak sapi perah lainnya. Dengan adanya sifat ini maka peternak akan
mudah bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam beternak sapi perah.
Disamping itu, kerja sama akan memudahkan dalam pemasaran susu, pembelian
bahan-bahan pakan dan lainnya.
6. Dapat mengatasi kekecewaan. Suatu usaha peternakan tidak selalu berhasil dan
kegagalan merupakan pelajaran pada usaha yang akan datang. Seorang peternak
sapi perah yang baik akan cepat bangun dari kegagalan dan mencoba
mendapatkan keuntungan dari pengalamannya dan bila perlu berusaha untuk
mendapatkan kesuksesan dalam peternakannya.
7. Dapat mengambil keputusan –keputusan yang baik.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGUNTUNGKAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH Dibandingkan usaha peternakan lainnya, maka keuntungan-keuntungan
peternakan sapi perah adalah:
1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap. Produksi susu dalam suatu
peternakan sapi perah tidak banyak bervariasi dari tahun ke tahun dibandingkan hasil
3
pertanian lainnya dan biasanya tidak lebih dari 2 %. Konsumsi susu tidak banyak
berubah tiap harinya, tidak ada musiman dan harga susu dari tahun ke tahun tidak
banyak perubahan.
2. Sapi perah tidak ada bandingannya dalam efisiensi merubah makanan ternak
menjadi protein hewani dan kalori sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Efisiensi Berbagai Jenis Ternak dalam Merubah Makanan Ternak Menjadi Protein Hewani dan Kalori.
No Jenis Ternak Persentase Efisiensi
Protein Kalori
1
2
3
4
5
6
7
Sapi Perah
Ayam Broiler
Ayam Petelur
Babi
Kalkun
Sapi Daging
Biri-biri
33,6
16,7
15,6
12,7
12,3
8,5
5,4
25,8
5,8
10,4
4,6
5,6
2,6
2,1
Sumber: Ensminger, M. E. Dairy Cattle Science (1980).
Parameter lain bahwa sapi perah lebih efisien dari sapi daging adalah dapat
menghasilkan susu 4.500 liter per tahun, dimana dapat menyediakan zat-zat
makanan bagi manusia setara dengan dua ekor sapi jantan kebiri yang beratnya
masing 500 kg.
3. Jaminan pendapatan (income) yang tetap. Petani penghasil palawija, sayur-sayuran
mendapatkan hasil secara musiman, peternak sapi daging hasilnya sekali setahun,
sedangkan peternak sapi perah memperoleh pendapatan 2 minggu sekali atau
sebulan sekali secara tetap sepanjang tahun.
4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap. Usaha ternak sapi perah menggunakan tenaga
kerja secara terus menerus sepanjang tahun, tidak ada waktu menganggur, sehingga
dapat memilih pekerja yang baik dan mengurangi pengangguran serta menambah
pendapatan seseorang, sedangkan pertanian menggunakan tenaga kerja musiman
dimana tergantung pada kegiatannya (pengolahan lahan, penanaman dan panen).
5. Sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa
hasil pertanian misalnya jerami jagung, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah,
ampas tahu, ampas bir, ampas kecap dan lain-lain.
4
6. Kesuburan tanah dapat dipertahankan. Dengan memanfaatkan kotoran sapisebagai
pupuk maka fertilitas dan kondisi fisik tanah dapat diperhankan/ditingkatkan. Pupuk
kandang asal sapi perah lebih baik nilainya dari pada pupuk kandang sapi potong,
karena sapi perah banyak menggunakan biji-bijian.
C. PERECANAAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH Faktor yang terpenting untuk sukses dalam peternakan sapi perah adalah
peternaknya sendiri. Mereka harus tahu bagaimana dalam menanam modal untuk
usaha peternakannya serta dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang yang
didapat untuk tiap-tiap investment.
Peternak harus dapat mengetahui tatalaksana yang baik dan menentukan lokasi
peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapi-sapi yang dapat berproduksi
tinggi, pamakaian peralatan yang tepat, lahan yang subur/sesuai untuk tanaman hijauan
pakan serta pemasaran yang baik.
Faktor-faktor yang penting dalam perencanaan usaha peternakan sapi perah
antara lain:
1. Mencari Pemasaran yang Baik
Untuk mendapatkan keuntungan yang baik dari penjualan susu, maka peternak
harus mencari tempat dimana pengangkutan/transport yang mudah atau mudah
memasarkan susu yang dihasilkan secara ekonomis dan cepat, karena susu merupakan
produk yang mudah/cepat busuk. Peternak harus dapat menyalurkan susu ke
konsumen atau membentuk koperasi distribusi penjualan susu. Dalam hal lain mereka
harus mencari pasaran pada tingkat harga yang lebih tinggi serta mempunyai reputasi
menjual hasil yang berkualitas tinggi.
Di suatu daerah, dimana permintaan akan susu segar sedikit, maka sebagian
produksi susu harus diolah menjadi suatu produk olahan seperti mentega, keju,
condensed milk, ice cream dan lain-lain. Usaha peternakan sapi perah harus dikerjakan
secara efisien dan efektif atau dapat dikombinasikan dengan jenis peternakan lain
seperti unggas, dan umumnya dapat dikombinasikan dengan komudi pertanian seperti
palawija.
2. Lahan dan Ketersediaan Air
Tipe lahan dimana peternakan akan didirikan merupakan hal yang penting dan
harus diselidiki tingkat kesuburan lahan tersebut. Dimana lahan yang subur dapat
menghasilkan produksi hijauan pakan yang melimpah untuk ketersediaan pakan sapi
perah tersebut secara kontinyu. Pada dasarnya lahan harus cocok untuk ditanami
5
jagung, rumput-rumputan dan leguminosa. Disamping itu tipologi iklim (curah hujan dan
temperatur) perlu diperhatikan.
Hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah tersedianya air bersih dalam
jumlah yang banyak, karena peternakan sapi perah selalu membutuhkan air untuk
minum, pembersihan kandang, sapi dan kamar susu serta pengairan tanaman pakan di
musim kemarau. Untuk setiap liter susu yang dihasilkan sapi membutuhkan air minum
sebanyak 3,5 – 4 liter.
3. Besarnya Usaha Peternakan
Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung pada luasnya lahan yang
tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Di Indonesia, pada sekitar
kota-kota besarrata-rata sapi perah yang dipelihara 25 ekor, sedangkan pada daerah
pegunungan rata-rata sapi perah yang dipelihara 75 ekor per peternakan.
Di negara yang telah maju peternakannya dimana telah banyak memanfaatkan
peralatan mesin, seorang peternak dapat memelihara 40 – 50 ekor sapi perah tanpa
bantuan tenaga orang lain. Dengan system pemeliharaan yang baik, penambahan
jumlah sapi perah yang dipelihara dalam suatu peternakan pada umumnya akan
meningkatkan efisiensi perusahaan.
4. Tenaga Kerja
Usaha peternakan sapi perah modern harus mempunyai tenaga yang terampil dan
berpengalaman, karena itu diperlukan fasilitas perumahan untuk dapat menarik tenaga
tersebut dan bekerja dengan baik di perusahaan peternakan.
Guna mengukur efisiensi perusahaan peternakan, beberapa tahun yang lalu
dipakai ukuran produksi rata-rata per ekor sapi, tetapi akhir-akhir ini karena ongkos
produksi untuk tenaga kerjaberkisar 20 – 30 %, maka ukuran efisiensi dikaitkan dengan
produksi susu per hrktar tanah per tahun atau per orang pertahun. Di suatu negara
bagian di A.S., suatu peternakan sapi perah dengan 10 ekor sapi perah maka maka
seorang tenaga kerja yang produktif membutuhkan waktu 21 menit sehari per sapi,
tetapi suatu peternakan dengan 330 ekor sapi yang diperah dibutuhkan hanya 13 menit
per ekor per hari. Di Indonesia menurut Adisulistijo (1970) di Kotamadya Semarang dan
Kecamatan Ungaran seorang tenaga kerja menggunakan waktu untuk memelihara
seekor sapi 22,2 menit per hari pada golongan peternak kecil; 18,6 menit pada golongan
peternak sedang, dan pada golongan peternak besar 20,1 menit. Menurut Yapp dan
Nevans (1955) dengan sistem pemberian rumput “cut and carry”, maka seorang tenaga
kerja harus mampu melayani 10 – 12 ekor sapi perah dewasa.
6
5. Sapi yang Berproduksi Tinggi
Walaupun perhatian banyak dicurahkan pada efisiensi penggunaan lahan dan
tenaga kerja, tetapi rata-rata produksi susu yang tinggi setiap sapi masih merupakan
faktor yang amat penting. Hendaknya sapi-sapi berproduksi tinggi yang seragam,
jangan sangat bervariasi, sebab usaha peternakan dengan produksi tinggi merata dan
menggunakan pejantan unggul yang baik, maka produksi susu dapat ditingkatkan dan
dipertahankan dari generasi ke generasi. Sebaliknya dengan produksi susu yang
bervariasi, maka sulit diharapkan produksi tinggi pada generasi yang akan datang. Pada
umumnya keuntungan yang diperoleh akan meningkat dengan meningkatnya produksi
susu, walaupun kebutuhan pakan untuk sapi-sapi yang berproduksi tinggi akan
bertambah.
6. Penggunaan Tanaman Pakan
Penggunaan tanaman pakan yang diproduksi sendiri perlu dimaksimumkan,
karena itu usaha peternakan sapi perah sangat memerlukan lahan untuk ditanami
tanaman pakan. Efisiensi produksi tergantung pada cara pemberian pakan yang
ekonomis, dan pakan hijauan, hay dan silase harus berasal dari tanaman sendiri,
sedangkan pakan konsentrat dapat dibeli dari luar. Grassland Farming dalam hal ini
penting dengan menggunakan pasture, hay dan silase secara maksimum sebagai
pakan sapi perah, sedangkan penggunaan pakan konsentrat secara minimum. Program
ini secara umum akan menurunkan biaya pakan, mempertahankan produksi susu
secara optimum dan mempertahankan kesuburan lahan. Rencana kerja ini sangat
menguntungkan untuk daerah atau tempat dimana iklim dan topografinya tidak
memungkinkan biji-bijian dapat ditanam di daerah tersebut. Bila biji-bijian dapat
ditanam/diproduksi sendiri secara ekonomis, maka pertama-tama hijauan yang
dibutuhkan harus ditanam/diproduksi trlebih dahulu. Sesudah itu sebagian dari biji-bijian
yang dibutuhkan ditanam, sebab pada umumnya lebih baik sebagian pakan konsentrat
yang dibeli dari pada hijauan. Kerena harga zat-zat makanan dari hijauan pada
umumnya mahal, sulit dan biaya angkut besar serta kualitasnya rendah, sedangkan zat-
zat makanan dari hijauan pakan yang ditanam sendiri akan jauh lebih murah dari pada
yang berasal dari lain tempat.
7
PENUTUP
Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha beternak sapi perah maka seorang
peternak minimal memiliki sifaf-sifat seperti; sayang terhadap hewan, tekun bekerja,
mempunyai pengetahuan beternak, bersemangat, dapat mengatasi kekecewaan dan
dapat mengambil keputusan.
Berusaha dibidang ternak perah mempunyai keunggulan-keunggulan dan
keuntungan-keuntungan dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya atau usaha
dibidang pertanian lainnya.
Kesuksesan dalam usaha peternakan sapi perah sangat tergantung pada
peternaknya sendiri. Mereka harus tahu bagaimana dalam menanam modal untuk
usaha peternakannya serta dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang yang
didapat untuk tiap-tiap investment. Peternak harus dapat mengetahui tatalaksana yang
baik dan menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapi-
sapi yang dapat berproduksi tinggi, pamakaian peralatan yang tepat, lahan yang
subur/sesuai untuk tanaman hijauan pakan serta pemasaran yang baik.
Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Kemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang peternak sapi perah.
2. Kemukakan faktor-faktor yang menguntungkan pada peternakan sapi perah
dibandingkan dengan usaha lain di bidang peternakan maupun di bidang
pertanian.
3. Kemukakan faktor-faktor yang penting diperhatikan dalam perencanaan usaha
pendirian peternakan perah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alim, A. F. dan T. Hidaka. 2002. Teknologi Sapi Perah di Indonesia: Pakan dan
Tatalansana Sapi Perah. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project. Bandung.
8
2. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
3. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 20; 490 – 515).
4. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle:
Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part I; 3 – 90).
5. Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder
Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press. Australia.
6. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
7. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab I; 1 – 6, Bab II; 7 – 12).
9
BAB 3 BANGSA-BANGSA TERNAK PERAH
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk menjadi peternak ternak perah yang baik dan berhasil dalam usahanya,
maka peternak harus mengenal ciri dan watak terhadap jenis dan bangsa ternak yang
akan dipelihara sesuai dengan lingkungan setempat untuk memperoleh produksi yang
maksimal dan efisien.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Bangsa-bangsa sapi perah
- Bangsa-bangsa kambing perah.
- Bangsa-bangsa kerbau perah.
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke tiga setelah mahasiswa memahami bab kedua dan
sebagai pengantar bab-bab berikutnya. Dalam bab ini akan membahas ciri-ciri dan asal
dari beberapa bangsa-bangsa sapi perah, kambing perah dan kerbau perah.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa sapi perah.
2. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kambing perah.
3. Menjelaskan cirri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kerbau perah.
10
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. BANGSA-BANGSA SAPI PERAH SUBTROPIS Beberapa jenis sapi perah subtropis antara lain:
1. Sapi Friesian Holstein/Fries Holland (FH)
Gambar 1. Sapi Friesian Holstein/Fries Holland (FH)
Asal : Belanda
Ciri-ciri Umum :
- Warna belang hitam putih.
- Pada dahi terdapat warna putih segi tiga.
- Dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih.
- Tanduk kecil pendek, menjurus ke depan.
- Tenang, jinak.
- Tidak tahan panas, namun mudah beradaptasi
- Produksi susu 4500 – 5500 liter per satu masa laktasi
- Berat badan jantan mencapai 1000 kg, betina 650 kg.
11
2. Sapi Yersey
Gambar 2. Sapi Yersey (Anonim, 2011a)
Asal; Pulau Yersey, Inggeris Selatan.
Ciri-ciri Umum :
- Warna bervariasi; mulai kelabu-keputihan, coklat muda, coklat kekuningan, coklat
kemerahan sampai merah gelap dan pada bagian tertentu ada warna putih.
- Warna mulut hitam
- Ukuran tanduk sedang, lebih panjang dari pada FH menjurus ke atas.
- Produksi susu 2500 liter per satu masa laktasi.
- Berat badan jantan 625 kg, betina 425 kg.
3. Sapi Guernsey
Gambar 3. Sapi Guernsey (Anonim, 2011a)
Asal; Pulau Guernsey, Inggeris Selatan.
Ciri-ciri Umum :
- Warna kuning tua dengan belang-belang hitam putih.
12
- Warna putih pada umumnya terdapat pada muka dan sisi perut serta pada
keempat kaki.
- Tanduk menjurus ke atas, agak condong ke depan dengan ukuran sedang.
- Produksi susu 2750 liter per satu masa laktasi.
- Berat badan jantan mencapai 700 kg, betina 475 kg.
4. Sapi Ayrshire
Gambar 4. Sapi Ayrshire (Anonim, 2011a)
Asal; Scotlandia Selatan.
Ciri-ciri Umum :
- Warna belang merah atau belang coklat dan putih.
- Tanduk agak panjang, menjurus ke atas.
- Produksi susu 3500 liter per satu masa laktasi
- Berat Badan jantan mencapai 725 kg, betina 550 kg.
13
5. Sapi Brown Swiss
Gambar 5. Sapi Brown Swiss (Anonim, 2011a)
Asal: Switzerland
Ciri-ciri Umum:
- Warna bervariasi, coklat muda keabuan, coklat hitam dan pada umumnya coklat
sawo matang.
- Hidung dan kaki warna hitam.
- Ukuran badan besar mendekati FH.
- Jinak, mudah dipelihara
- Produksi Susu mendekati FH
- Berat Badan jantan 970 kg, betina 630 kg.
B. BANGSA-BANGSA SAPI SUBTROPIS Beberapa jenis sapi perah tropis antara lain:
1. Sapi Red Sindhi
Gambar 6. Sapi Red Sindhi (Anonim, 2011a)
14
Asal : India.
Ciri-ciri Umum :
- Tubuh kuat, kokoh, kaki pendek.
- Warna merah-coklat, bulu lembut.
- Ambing besar, produksi susu 2000 liter per masa laktasi.
- Berat badan jantan 500 kg, betina 350 kg.
2. Sapi Sahiwal
Gambar 7. Sapi Sahiwal (Anonim, 2011a)
Asal : India
Ciri-ciri Umum :
- Tubuh besar.
- Bulu halus, warna coklat kemerahan.
- Ambing besar bergantung, produksi susu 2500 – 3000 liter per masa laktasi.
15
C. BANGSA-BANGSA KAMBING PERAH
1. Kambing Nubian
Gambar 8. Kambing Nubian (Anonim, 2011b)
Asal; Afrika Timur Laut, sepanjang jalur pantai Laut Tengah.
Ciri-ciri Umum :
- Kakinya besar, telinga panjang dan menggantung.
- Produksi susu; 1 – 1,5 kg/hari, kadang-kadang 2 kg/hari.
- Produksi susu per tahun + 120 – 140 kg dalam 2 masa laktasi.
- Jantan dan betina tidak bertanduk.
- Jantan berjenggot
- Warna bulu; hitam, merah, dan putih.
- Berat badan; 27 – 60 kg
- Tinggi bahu; 70 – 80 cm.
- Betina mempunyai ambing yang sangat besar.
16
2. Kambing Maradi
Gambar 9. Kambing Maradi (Anonim, 2011b)
Asal; Sokoto, Nigeria Utara.
Ciri-ciri Umum :
- Kambing padang pasir, tahan panas dan lingkungan kering.
- Produksi susu; 0,5 kg/hari di musim kemaraudan 1,5 kg/hari di musim hujan.
- Jantan dan betina bertanduk pendek.
- Bulu berwarna merah atau coklat tua dan sangat halus.
- Berat badan; 20 – 30 kg
- Masa laktasi 100 hari.
- Kelahiran anak 3 – 4 kali dalam 2 tahun.
3. Kambing Somali Arab
Gambar 10. Kambing Somali Arab (Anonim, 2011b)
17
Asal; Arab.
Ciri-ciri Umum :
- Produksi susu; 1 – 2 kg/hari.
- Ukuran tubuh kecil.
- Berambut panjang, berbulu coklat.
4. Kambing Damascus
Gambar 11. Kambing Damascus (Anonim, 2011b)
Asal; India, banyak dipelihara di Libanon, Syria dan pulau Cyprus.
Ciri-ciri Umum :
- Cocok untuk dataran rendah dengan penggembalaan yang subur, tidak cocok
untuk dataran tinggi (pegunungan).
- Produksi susu; 2 – 6 liter/ekor/hari.
- Satu kali masa laktasi (8 bulan) bisa menghasilkan susu antara 300 – 800
liter/ekor.
- Warna bulu; merah atau merah putih.
- Berat dewasa; 40 – 60 kg
- Tinggi badan; 70 – 75 cm.
- Telinga menggantung
18
5. Kambing Mamber
Gambar 12. Kambing Mamber (Anonim, 2011b)
Asal; Syria (kambing pegunungan).
Ciri-ciri Umum :
- Bulunya hitam dan panjang.
- Telinga menggantung.
- Berat badan; 20 – 40 kg
- Produksi susu 1,5 kg/ekor/hari, satu kali laktasi sekitar 500 kg/ekor.
- Melahirkan satu kali per tahun dan jarang kembar.
6. Kambing Jamnapari (Kambing Ettawa)
Gambar 13. Kambing Jamnapari (Kambing Ettawa) (Anonim, 2011b)
Asal; India.
Ciri-ciri Umum :
- Telinga panjang (+ 30 cm) dan menggantung berbulu lebat.
19
- Hidung melengkung cembung.
- Jantan berjenggot dan rahang bawah menonjol.
- Kaki panjang dan berambut panjang pada garis belakang kaki.
- Warna bulu; putih, coklat dan hitam.
- Berat jantan; 68 - 91 kg. Tinggi badan; 91 - 127 cm.
- Induk melahirkan sekali setahun dan umumnya satu anak.
- Produksi susu 3,8 kg/ekor/hari maximum 568 kg/ekor/laktasi, rata-rata 235
kg/ekor/laktasi selama 261 hari/laktasi.
- Berat karkas 44 – 45 % dari berat badan.
- Di Indonesia disilangkan dengan kambing kacang atau Jawa Randu.
7. Kambing Beetal
Gambar 14. Kambing Beetal (Anonim, 2011b)
Banyak di India dan Pakistan.
Ciri-ciri Umum :
- Hampir sama dengan Kambing Jamnapari, hanya telinganya lebih pendek dan
hidungnya lebih melengkung.
- Warna bulu merah dengan bercak-bercak putih.
- Jantan berjenggot sedang betina tidak.
- Produksi susu maksimum 4,5 kg/ekor/hari rata-rata 195 kg/ekor/laktasi selama
224 hari/laktasi.
- Melahirkan sekali setahun dan sering kembar.
20
8. Kambing Osmenabad
Gambar 15. Kambing Osmenabad (Anonim, 2011b)
Asal; India.
Ciri-ciri Umum :
- Berat badan jantan 40 kg
- Produksi susu 2 kg/ekor/hari.
- Induk sering melahirkan kembar.
9. Kambing Barbari
Gambar 16. Kambing Barbari (Anonim, 2011b)
Asal; India Utara dan Pakistan Barat.
Ciri-ciri Umum :
- Warna bulu bercak-bercak putih dan coklat muda.
- Tinggi bahu pada jantan 66 – 76 cm, pada betina 60 – 71 cm.
- Berat dewasa; 27 – 36 kg
- Betina melahirkan kembar 2 dan 3, dan dalam 2 tahun bisa melahirkan 3 kali.
- Produksi susu 144 kg/ekor/laktasi selama 235 hari/laktasi.
21
10. Kambing Malabar
Gambar 17. Kambing Malabar (Anonim, 2011b)
Asal; Malabar Utara dan India Barat bagian Selatan.
Ciri-ciri Umum :
- Warna bulu; hitam, coklat, putih atau campuran dari warna tersebut.
- Berat dewasa; 36 – 40 kg
- Produksi susu rata-rata 105 kg/ekor/laktasi selama 185 hari/laktasi.
11. Kambing Kamori
Gambar 18. Kambing Kamori (Anonim, 2011b)
Asal; Pakistan.
Ciri-ciri Umum :
- Telinga menggantung.
- Warna bulu; coklat dan hitam bercak-bercak abu-abu.
- Ambingnya bagus bisa menghasilkan susu 2 – 4 kg/ekor/hari.
- Sering melahirkan kembar.
22
12. Kambing Ma Tou
Gambar 19. Kambing Ma Tou (Anonim, 2011b)
Asal; Cina Tengah.
Ciri-ciri Umum :
- Berat badan jantan + 37 kg, betina antara 20 – 45 kg.
- Produksi susu 1,5 kg/ekor/hari.
- Jantan dan betina bertanduk.
- Warna bulu putih.
- Bisa melahirkan 2 kali setahun.
- Sering melahirkan kembar 2 atau 3.
13. Kambing Saanen
Gambar 20. Kambing Saanen (Anonim, 2011b)
23
Asal; Swiss.
Ciri-ciri Umum :
- Produksi susu + 800 kg/ekor/laktasi selama 250 hari/laktasi.
- Di Indonesia produksi susu mencapai 3 – 5 liter/ekor/hari.
- Kepala kecil lancip, leher panjang dan halus.
- Warna bulu; putih, krem pucat dan bercak-bercak hitam pada hidung, telinga dan
ambing, dan bulunya pendek.
- Kaki lurus dan kuat.
- Telinga kecil dan pendek, tegak ke arah depan dan samping.
- Sering tidak bertanduk. Ambing dan putting besar.
- Sering melahirkan kembar.
- Di Indonesia baik dipelihara di daerah pegunungan yang hawanya dingin karena
cukup peka terhadap matahari.
14. Kambing Alpen
Gambar 21. Kambing Alpen (Anonim, 2011b)
Asal; Alpen di Australia, dikembangkan di Inggeris.
Ciri-ciri Umum :.
- Produksi susu rata-rata 4,5 kg/ekor/hari.
15. Kambing Toggenburg
Gambar
Asal; Swiss.
Ciri-ciri Umum :
- Jantan dan betina tidak bertanduk.
- Warna bulu; coklat atau coklat kelabu kuning dengan bercak
krem.
- Leher tegak, tipis dan panjang.
- Telinga berujung ke muka.
- Berjenggot
- Ambing besar, bentuknya simetris.
- Produksi susu rata-rata 3 liter/ekor/hari.
D. BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH
1. Kerbau Murrah
Gambar
Kambing Toggenburg
Gambar 22. Kambing Tuggenburg (Anonim, 2011b)
Jantan dan betina tidak bertanduk.
Warna bulu; coklat atau coklat kelabu kuning dengan bercak
Leher tegak, tipis dan panjang.
berujung ke muka.
Ambing besar, bentuknya simetris.
rata 3 liter/ekor/hari.
BANGSA KERBAU PERAH
Gambar 23. Kerbau Murrah (Anonim, 2011c)
24
(Anonim, 2011b)
Warna bulu; coklat atau coklat kelabu kuning dengan bercak-bercak putih atau
(Anonim, 2011c)
Bangsa kerbau ini termasuk paling penting di India dan beberapa negara,
terdapat pula di Indonesia yang dipelihara di Sumatra Utara oleh orang
keturunan Sikh, India. Terdapat pula peranakan kerbau Murrah di Jawa Tengah
hasil persilangan dengan kerbau
Asal; India di negara bagian Haryana, Punyab dan Delhi.
Ciri-ciri Umum :
- Efisien menghasilkan susu yaitu 1400
dengan kadar lemak 7
- Kepalanya relatif kecil dibandingkan dengan badannya yang relatif
- Bentuk badan pada betina kecil dibandingkan dengan jantan yang besar dan
kasar.
- Bobot badan pada jantan dewasa 450
- Tinggi pundak pada jantan dewasa 142 cm dan betina 133 cm.
- Telinga kecil, tipis dan tergantung.
- Tanduk pendek melingkar ke arah atas dan ke belakang.
- Leher pada jantan panjang sedangkan pada betina ramping.
- Dada lebar, kaki pendek, lurus dan kuat dengan kuku besar dan hitam.
- Ambing pada betina besar, dan bertuknya baik serta mempunyai pembuluh darah
balik (vena) yang menonjol.
- Puting ambing bentuknya simetris dan panjang serta jaraknya baik.
- Ekor panjang dan ramping sampai mencapai persendian tarsus (pergelangan
kaki) dan biasanya ujung rambut ekornya berwarna putih.
- Kulit umumnya berwarna hitam, tipi
rambut/bulu sedikit pada saat kerbau dewasa.
2. Kerbau Nili – Ravi
Gam
Bangsa kerbau ini termasuk paling penting di India dan beberapa negara,
terdapat pula di Indonesia yang dipelihara di Sumatra Utara oleh orang
keturunan Sikh, India. Terdapat pula peranakan kerbau Murrah di Jawa Tengah
hasil persilangan dengan kerbau rawa.
Asal; India di negara bagian Haryana, Punyab dan Delhi.
Efisien menghasilkan susu yaitu 1400 – 2000 kg/ekor/laktasi selama 9
dengan kadar lemak 7 – 8 %.
Kepalanya relatif kecil dibandingkan dengan badannya yang relatif
Bentuk badan pada betina kecil dibandingkan dengan jantan yang besar dan
Bobot badan pada jantan dewasa 450 – 800 kg dan betina 350
Tinggi pundak pada jantan dewasa 142 cm dan betina 133 cm.
Telinga kecil, tipis dan tergantung.
duk pendek melingkar ke arah atas dan ke belakang.
Leher pada jantan panjang sedangkan pada betina ramping.
Dada lebar, kaki pendek, lurus dan kuat dengan kuku besar dan hitam.
Ambing pada betina besar, dan bertuknya baik serta mempunyai pembuluh darah
lik (vena) yang menonjol.
Puting ambing bentuknya simetris dan panjang serta jaraknya baik.
Ekor panjang dan ramping sampai mencapai persendian tarsus (pergelangan
kaki) dan biasanya ujung rambut ekornya berwarna putih.
Kulit umumnya berwarna hitam, tipis, lunak dan mudah dilipat dengan
rambut/bulu sedikit pada saat kerbau dewasa.
Gambar 24. Kerbau Nili - Ravi (Anonim, 2011
25
Bangsa kerbau ini termasuk paling penting di India dan beberapa negara,
terdapat pula di Indonesia yang dipelihara di Sumatra Utara oleh orang-orang
keturunan Sikh, India. Terdapat pula peranakan kerbau Murrah di Jawa Tengah
2000 kg/ekor/laktasi selama 9 – 10 bulan
Kepalanya relatif kecil dibandingkan dengan badannya yang relatif besar.
Bentuk badan pada betina kecil dibandingkan dengan jantan yang besar dan
800 kg dan betina 350 – 700 kg.
Tinggi pundak pada jantan dewasa 142 cm dan betina 133 cm.
Dada lebar, kaki pendek, lurus dan kuat dengan kuku besar dan hitam.
Ambing pada betina besar, dan bertuknya baik serta mempunyai pembuluh darah
Puting ambing bentuknya simetris dan panjang serta jaraknya baik.
Ekor panjang dan ramping sampai mencapai persendian tarsus (pergelangan
s, lunak dan mudah dilipat dengan
, 2011c)
26
Sebelum tahun 1938 Nili dan Ravi dianggap sebagai bangsa yang berbeda
serta merupakan varietas bangsa kerbau Murrah, tetapi sejak tahun 1960 dua
bangsa kerbau tersebut karena memiliki ciri-ciri yang sama dianggap satu bangsa
yaitu Nili-Ravi. Bangsa kerbau ini merupakan salah satu kerbau yang terbaik
produksi susunya setelah kerbau Murrah. Produksi susu kebau Nili-Ravi hampir
sama dengan produksi susu kerbau Murrah.
Asal; .
Ciri-ciri Umum :
- Kepala panjang, cungur yang baik dan lubang hidung yang lebar.
- Kepala bulat dan cembung bagian atasnya, berlekuk diantara kedua matanya,
dengan tulang hidungnya yang menonjol.
- Tanduk kecil tetapi lebar, tebal dan melingkar lebih rapat dari kerbau Murrah.
- Pada kepala dan mukanya terdapat rambut yang lebih kasar dari rambut bagian
badan lainnya dan dagunya menonjol.
- Leher pada jantan padat dan kuat, sedang pada betina panjang, ramping dan
baik.
- Ekornya panjang sampai rambut ekornya mencapai tanah.
- Warna kulit hitam tetapi didapatkan pula yang berwarna coklat.
- Terdapat warna putih pada dahi, muka, cungur, kaki dan rambut ekor.
- Bobot badan jantan dewasa rata-rata 600 kg dan pada betina 450 kg.
- Ambing besar dan bentuknya simetris, putting panjang dan berjarak sama.
- Pembuluh darah ambing panjang berkelok-kelok dan menjolok.
- Produksi susu + 1600 kg/laktasi selama 250 hari/laktasi.
3. Kerbau Mehsana
Gambar 25. Kerbau Mehsana (Anonim, 2011c)
Kerbau Mehsana adalah hasil perkawinan silang antara kerbau Surti dan
Murrah, karena ciri-cirinya sama seperti kedua bangsa kerbau tersebut.
Asal; Daerah Gujarat dan bagian dari Maharashtra, India.
Ciri-ciri Umum :
- Bobot badan dewasa berkisar 350
pendek. Jantan lebih berat dari pada betina.
- Tanduk melengkung bervariasi dari bentuk sabit sampai melingkar.
- Leher panjang dan ramping.
- Ambing pada betina bentuknya simetris, putting sedikit tebal, panjang.
- Produksi susu bervariasi dari 1300
- Kulit tipis, lunak dan mudah dilipat serta warna umumnya hitam.
- Jinak mudah diprlihara dalam kanadang maupun di padang penggembalaan.
4. Kerbau Surti
Kerbau Surti dikrnal pula dengan nama Desi, Nadiadi, Deccani atau Gujarati.
Asal; Di Daerah Negara bagian Gujarat yang terletak antara sungai Sabarmati dan
sungai Mahi di India.
Ciri-ciri Umum :
- Bentuk badannya baik dan besarnya medium.
- Tanduk berbentuk sabit, pada betina lebih kecil sedang pada jantan besar dan
kuat. Didapat pula tanduk yang memanjang ke belakang sejajar dengan leher
atau tanduknya mengarah ke bawah dank e belakang dengan ujung membelok
ke atas membentuk ka
Kerbau Mehsana adalah hasil perkawinan silang antara kerbau Surti dan
cirinya sama seperti kedua bangsa kerbau tersebut.
Asal; Daerah Gujarat dan bagian dari Maharashtra, India.
Bobot badan dewasa berkisar 350 – 550 kg, badannya dalam dan kaki relatif
pendek. Jantan lebih berat dari pada betina.
Tanduk melengkung bervariasi dari bentuk sabit sampai melingkar.
Leher panjang dan ramping.
Ambing pada betina bentuknya simetris, putting sedikit tebal, panjang.
Produksi susu bervariasi dari 1300 – 1800 kg/laktasi selama 300 hari/laktasi.
Kulit tipis, lunak dan mudah dilipat serta warna umumnya hitam.
Jinak mudah diprlihara dalam kanadang maupun di padang penggembalaan.
Gambar 26. Kerbau Surti (Anonim, 2011c)
Kerbau Surti dikrnal pula dengan nama Desi, Nadiadi, Deccani atau Gujarati.
Asal; Di Daerah Negara bagian Gujarat yang terletak antara sungai Sabarmati dan
Bentuk badannya baik dan besarnya medium.
Tanduk berbentuk sabit, pada betina lebih kecil sedang pada jantan besar dan
kuat. Didapat pula tanduk yang memanjang ke belakang sejajar dengan leher
atau tanduknya mengarah ke bawah dank e belakang dengan ujung membelok
tuk kait.
27
Kerbau Mehsana adalah hasil perkawinan silang antara kerbau Surti dan
cirinya sama seperti kedua bangsa kerbau tersebut.
g, badannya dalam dan kaki relatif
Tanduk melengkung bervariasi dari bentuk sabit sampai melingkar.
Ambing pada betina bentuknya simetris, putting sedikit tebal, panjang.
1800 kg/laktasi selama 300 hari/laktasi.
Kulit tipis, lunak dan mudah dilipat serta warna umumnya hitam.
Jinak mudah diprlihara dalam kanadang maupun di padang penggembalaan.
(Anonim, 2011c)
Kerbau Surti dikrnal pula dengan nama Desi, Nadiadi, Deccani atau Gujarati.
Asal; Di Daerah Negara bagian Gujarat yang terletak antara sungai Sabarmati dan
Tanduk berbentuk sabit, pada betina lebih kecil sedang pada jantan besar dan
kuat. Didapat pula tanduk yang memanjang ke belakang sejajar dengan leher
atau tanduknya mengarah ke bawah dank e belakang dengan ujung membelok
- Kepala panjang sedikit lebar dan bulat di antara ke dua tanduk.
- Ekor agak panjang, ramping dan lentur, kerapkali rambut ekornya berwarna putih.
- Ambing bentuknya baik, puting medium dan terletak dalam segi empat, pembuluh
darah ambing banyak dan menjolok.
- Kulit agak tebal, tetapi masih dapat dilipat, lunak dan licin dengan rambut yang
jarang.
- Kulit ambing lebih lunak dan berwarna merah muda.
- Warna kulit badan hitam atau cokat tembaga.
- Produksi susu bervariasi antara 1590
- Kadar lemak susu tinggi 7,8
5. Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi
Gambar 27
Kerbau ini merupakan hewan yang kuatdan padat.
Asal; Pada mulanya didapatkan dihutan Gir daerah negarabagian Gujarat sekitar
kotaZaffarabad.
Ciri-ciri Umum :
- Dahi cembung.
- Tanduknya panjang dan berat, berkerut serta tergantung, ujung melengkung ke
atas. Bentuk tanduk ini merupakan cirri khas kerbau
- Telinga besar dan tergantung.
- Leher tebal dan lebar.
- Badan panjang, lebar dan gemuk.
- Bergelambir dan dada padat.
- Bobot badan dewasa pada jantan rata
- Badan umumnya berwarna hitam, tetapi kadang
putih pada muka dan kaki di bawah lutut.
- Ambing bentuknya baik dan lebar, produksi susu bervariasi antara 1800
kg/laktasi.
panjang sedikit lebar dan bulat di antara ke dua tanduk.
Ekor agak panjang, ramping dan lentur, kerapkali rambut ekornya berwarna putih.
Ambing bentuknya baik, puting medium dan terletak dalam segi empat, pembuluh
darah ambing banyak dan menjolok.
agak tebal, tetapi masih dapat dilipat, lunak dan licin dengan rambut yang
Kulit ambing lebih lunak dan berwarna merah muda.
Warna kulit badan hitam atau cokat tembaga.
Produksi susu bervariasi antara 1590 – 1730 kg/laktasi selama 10 bulan.
emak susu tinggi 7,8 – 10,5 % dengan rata-rata 8,9 %.
Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi
27. Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi (Anonim, 2011c)
Kerbau ini merupakan hewan yang kuatdan padat.
Asal; Pada mulanya didapatkan dihutan Gir daerah negarabagian Gujarat sekitar
Tanduknya panjang dan berat, berkerut serta tergantung, ujung melengkung ke
atas. Bentuk tanduk ini merupakan cirri khas kerbau Jafarabadi.
Telinga besar dan tergantung.
Leher tebal dan lebar.
Badan panjang, lebar dan gemuk.
Bergelambir dan dada padat.
Bobot badan dewasa pada jantan rata-rata 590 kg, dan betina 454 kg.
Badan umumnya berwarna hitam, tetapi kadang-kadang didapatkan t
putih pada muka dan kaki di bawah lutut.
Ambing bentuknya baik dan lebar, produksi susu bervariasi antara 1800
28
panjang sedikit lebar dan bulat di antara ke dua tanduk.
Ekor agak panjang, ramping dan lentur, kerapkali rambut ekornya berwarna putih.
Ambing bentuknya baik, puting medium dan terletak dalam segi empat, pembuluh
agak tebal, tetapi masih dapat dilipat, lunak dan licin dengan rambut yang
1730 kg/laktasi selama 10 bulan.
rata 8,9 %.
(Anonim, 2011c)
Asal; Pada mulanya didapatkan dihutan Gir daerah negarabagian Gujarat sekitar
Tanduknya panjang dan berat, berkerut serta tergantung, ujung melengkung ke
Jafarabadi.
rata 590 kg, dan betina 454 kg.
kadang didapatkan tanda-tanda
Ambing bentuknya baik dan lebar, produksi susu bervariasi antara 1800 – 2700
29
PENUTUP
Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha beternak perah maka seorang
peternak harus mengenal ciri dan watak terhadap jenis dan bangsa ternak yang akan
dipelihara agar sesuai dengan lingkungan setempat untuk memperoleh produksi yang
maksimal dan efisien.
Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Sebutkan bangsa-bangsa sapi perah tropis dan sub-tropis.
2. Jelaskan ciri-ciri bangsa sapi perah Fries Holland (FH).
3. Sebutkan bangsa-bangsa kambing perah.
4. Jelaskan ciri-ciri bangsa kambing perah Ettawa.
5. Sebutkan bangsa-bangsa kerbau perah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
2. Anonim. 2011a. Bangsa-bangsa Sapi Perah Tropis dan Subtropis. http://www.google.co.id/search?q=gambar+sapi+sahiwal&oq=gambar+sapi+sahiwal&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=41364l45050l7l45325l19l14l1l7l0l2l222l1153l0.4.2l6l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=ae28467fb8b6472e&biw=1024&bih=649. Akses 17 November 2011.
3. Anonim. 2011b. Bangsa-bangsa Kambing Perah. http://www.google.co.id/search?q=gambar+kerbau+murrah&hl=id&biw=1024&bih=649&prmd=imvns&source=lnms&tbm=isch&ei=Qi3DTpTDA-uWiQe4huHyAQ&sa=X&oi=mode_link&ct=mode&cd=2&ved=0CA8Q_AUoAQ#hl=id&tbm=isch&sa=1&q=gambar+kambing+perah&oq=gambar+kambing+perah&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=2559l2559l2l3047l1l1l0l0l0l0l183l183l0.1l1l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=ae28467fb8b6472e&biw=1024&bih=649. Akses 17 November 2011.
30
4. Anonim. 2011c. Bangsa-bangsa Kerbau Perah. http://www.google.co.id/search?q=gambar+kerbau+murrah&hl=id&biw=1024&bih=649&prmd=imvns&source=lnms&tbm=isch&ei=Qi3DTpTDA-uWiQe4huHyAQ&sa=X&oi=mode_link&ct=mode&cd=2&ved=0CA8Q_AUoAQ. Akses 17 November 2011.
5. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
6. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab X; 72 – 73).
31
BAB 4 KOMPONEN DAN NILAI GIZI SERTA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air susu merupakan jenis makanan yang paling mendekati kesempurnaan,
karena semua zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia maupun anak sapi semua
terkandung pada air susu.
Untuk memperoleh produksi dan kualitas air susu yang optimal maka perlu
seorang peternak atau pengusaha dibidang ternak perah mengetahui faktor-foktor yang
mempengaruhi produksi dan kualitas air susu.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Komponen dan nilai gizi air susu.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke empat yang membahas tentang komponen dan nilai
gizi air susu serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu. Bab
ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan komponen-komponen dan nilai gizi yang terkandung pada air
susu.
2. Menjelaskan faktor-faktor internal yang mempengaruhi produksi dan kualitas
air susu.
3. Menjelaskan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produksi dan kualitas
air susu
32
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. KOMPONEN DAN NILAI GIZI AIR SUSU
Pada perinsipnya komponen dari pada air susu terdiri dari:
1. Air
2. Lemak
-Trigliserida
- Vitamin yang larut dalam lemak
- Carotein
3. Zat padat tanpa lemak (solids non fat) yang terdiri dari:
- Protein:
- Kasein
- Protein Whey
- Lactose
- Mineral
- Vitamin yang larut dalam air
4. Beberapa tipe sel antara lain:
- Bactericid
- Leoucosit
- Sel-sel yang dikeluarkan oleh kelanjar susu
Belahan-belahan sel dari pada sel-sel yang dikeluarkan oleh kelenjar air susu
adalah :
- Nucleus
- Endoplasmic Reticulum
- Mitochondria
- Lysosome
- Cellular membran
- Cytoplasma.
33
Tabel 2. Komposisi Susu Berbagai Spesies
Spesies Air
(%)
Lemak
(%)
Protein
(%)
Laktosa
(%)
Abu
(%)
Manusia
Sapi
Kambing
Domba
Kuda
Kerbau
Rusa
Unta
88,30
87,25
87,88
80,82
90,70
76,89
67,20
87,61
3,11
3,80
3,82
6,86
1,20
12,48
17,09
5,38
1,19
3,50
3,20
6,52
2,00
6,03
9,89
2,98
7,18
4,80
4,54
4,91
5,70
3,74
2,82
3,26
0,21
0,65
0,55
0,89
0,40
0,89
1,49
0,70
Air
Sebagian besar air susu terdiri dari air yaitu sekitar 87 %. Air tersebut mempunyai
fungsi penting yaitu untuk melarutkan semua zat-zat makanan yang ada dalam susu.
Lemak
Seringkali lemak susu disebut dengan lemak mentega (butter fat). Lemak susu
mempunyai peranan penting dalam menentukan aroma susu dan produk-produk lain
yang berasal dari susu. Kandungan lemak air susu adalah sangat penting, karena
merupakan faktor penentu harga dari pada air susu tersebut.
Karakteristik dari pada susu sapi yaitu mempunyai porsi asam lemak yang tinggi.
Asam lemak pada ransum ternak sapi merupakan penentu langsung dari pada
kandungan asam lemak pada air susu. Asam lemak ini hampir semuanya berbentuk
rantai panjang, karena kandungan asam lemak tanaman yang dikonsumsi oleh ternak
sapi berasal dari asam lemak berantai panjang yang tak jenuh.
Kadar lemak susu rata-rata 3,45 %. Keadaan ini tergantung dari bangsa sapi,
waktu laktasi dan jenis pakan yang diberikan. Dalam susu, lemak berbentuk globula-
globula yang menyebar secara emulsi. Titik cair pada lemak susu berkisar antara 29o C
– 36o C dengan rata-rata 33o C. Lemak susu banyak mengandung Vitamin A, Vitamin D
dan Carotein. Sifat lain dari lemak susu yaitu mudah menyerap bau.
34
Protein
Protein susu mengandung lebih banyak amino acid dari pada zat-zat makanan
lainnya. Jadi kandungan dari pada air susu pada umumnya terdiri dari protein, sehingga
bisa dikatakan bahwa susu adalah makanan alami yang paling mendekati
kesempurnaan.
Susu mengandung protein yang terdiri dari 85 % kasein dan 15 % protein whey.
Kasein merupakan protein istimewa yang terdapat pada susu. Pada susu yang normal
molekul-molekul kasein dilapisi oleh mantel air, merupakan larutan koloid, sehingga
tidak mungkin saling melekat ataupun mengendap. Kasein murni tidak akan mengendap
dengan pemanasan, tetapi bila susu segar dipanaskan pada suhu 100o selama 12 jam
akan terjadi pengendapan kasein. Kasein akan mengendap bila di dalam susu
ditambahkan alkohol dengan konsentrasi tinggi, asam atau enzim renet.
Albumin dalam susu terdapat dalam keadaan larut berbeda dengan kasein,
albumin akan mengendap dengan pemanasan. Pada penambahan renet, albumin tidak
turut mengendap bersama kasein tetapi memisah di dalam whey. Kadar albumin dalam
kolostrum dapat meningkat sampai 20 %. Hal inilah yang menyebabkan kolostrum
mudah pecah bila dipanaskan.
Laktosa
Laktosa adalah gula yang hanya terdapat pada susu, karena itu sering juga
disebut gula susu dimana kadarnya di dalam susu + 4,6 %. Suatu hal yang penting dari
laktosa ini adalah mudah difermentasikan oleh sejenis bakteri tertentu menjadi asam
laktat. Asam laktat ini dapat memberikan aroma yang khas pada hasil olahan susu.
Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan beberapa bakteri yang berbentuk lactic
acid pada usus kecil anak sapi. Lactic acid ini berfungsi untuk meningkatkan proses
penyerapan/absorpsi Ca da P untuk pembentukan tulang dan gigi pada anak sapi.
Mineral
Semua mineral yang diperlukan oleh tubuh terdapat dalam susu dengan
komposisi yang sempurna. Mineral tersebut antara lain K, Na, Ca, Mg, Cl, P dan S.
Selain mineral-mineral tersebut terdapat juga mineral-mineral lain dalam jumlah kecil
(trace mineral) yaitu Fe, Cu, Zn, Al, Mn, Co dan J. Kandungan mineral dalam susu yang
normal + 0,8 %, sedangkan dalam kolostrum dapat mencapai 1,5 %.
35
Vitamin
Vitamin-vitamin yang terdapat dalam air susu antara lain: vitamin A, vitamin B
(thiamin), vitamin B2 (niacin), vitamin B6 (pirydoxin), asam phanthotenat, vitamin C
(asam askorbat), vitamin D, vitamin E (alphatocopherol) dan vitamin K. Sebagian dari
vitamin-vitamin ini larut dalam lemak misalnya vitamin A dan D dan sebagian lainnya
larut dalam air. Kandungan vitamin dalam kolostrum lebih tinggi dari susu yang normal.
Enzim
Beberapa enzim yang terdapat pada air susu diantaranya amylase, peroxidase,
lipase dan phosphatase. Enzim yang terdapat dalam air susu berasal dari darah induk,
dari sel-sel kelenjar susu dan dari kuman-kuman yang terdapat dalam susu. Susu yang
tidak mendapat perlakuan yang baik dan susu yang sudah disimpan lama akan
mengandung banyak enzim.
Komponen lain
Selain dari bahan-bahan tersebut di atas ada beberapa komponen yang dapat
ditemukan di dalam air susu, misalnya pigmen, sell antibody, bactericid (bahan
pembunuh kuman). Di dalam kolostrum banyak ditemukan bactericid dibandingkan susu
biasa.
Nucleus
Sel nucleus yang dihasilkan oleh kelenjar susu berfungsi untuk membawa gen-
gen untuk mensintesa protein susu dan enzim-enzim tertentu yang mengkatalisa
beberapa reaksi biokimia pada sel kelenjar air susu.
Endoplasmic Reticulum
RNA dari nucleus bergerak menuju ke endoplasmic reticulum menggabung
bersama dengan amino acid untuk membentuk protein susu dan enzim pada sel
kelenjar air susu.
Mitochondria
Mitochondria banyak terdapat pada jaringan metabolisme yang aktif. Jadi sel-sel
kelenjar susu pada sapi yang sedang laktasi mengandung banyak mitochondria, dimana
kurang terdapat pada kelenjar susu sapi yang tidak laktasi. Mitochondria sering terpusat
pada sel, karena itu dapat menghasilkan energi untuk mensintesa berbagai sel dalam
memproduksi lemak dan protein susu.
36
Lysosome
Lysosome adalah partikel membran pembatas yang dapat membentuk enzim.
Lysosom merupakan partikel yang aktif selama jaringan kelenjar susu berfungsi dengan
baik dimana dapat menjadikan sapi lebih cepat masa berproduksinya.
Cellular membran
Membran ini dapat memperlancar penyaluran reaksi kimia be berbagai bagian
sel-sel.
Cytoplasma
Cytoplasma atau sel cair merupakan bagian yang panjang pada sel kelenjar
susu. Cytoplasma memproduksi beberapa enzim, zat-zat makanan dan makromolekular
yang dapat larut.
B. FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU
1. Bangsa/Rumpun/Breed
Umum diketahui bahwa tiap-tiap bangsa sapi mempunyai sifat-sifat sendiri dalam
menghasilkan susu yang berbeda dalam jumlah yang dihasilkan, kadar lemak susu
dan warna susu. Perbedaan komposisi dan produksi air susu bervariasi sesuai
dengan breed ternak itu sendiri. Breed yang mempunyai produksi susu tertinggi yaitu
Fries Holland (FH) kemudian Shorthorn, Ayrshire, Guernsey, Shorthorn, Jersey.
Lemak sangat menentukan unsur pokok pada air susu sedangkan mineral dan
lactose hanya sedikit menentukan dari unsure pokok air susu tersebut. Kadar lemak
susu menurut breed berturut-turut dari tertinggi sebagai berikut: Jersey, Guernsey,
Ayrshire, Shorthorn, Fries Holland (FH). Telah diketahui pula bahwa susu yang
banyak mengandung lemak akan banyak mengandung vitamin A dan D per volume
susu, karena vitamin-vitamin tersebut berhubungan dengan lemak susu.
Bangsa sapi menentukan kualitas susu seperti tertera di bawah ini;
37
Tabel 3. Komposisi Susu Berbagai Bangsa Sapi
Bangsa
Sapi
Air
(%)
Lemak
(%)
Protein
(%)
Laktosa
(%)
Abu
(%)
BK
(%)
Jersey
Guernsey
Ayrshire
Shorthorn
Friesh Holland
85,27
85,45
87,10
87,43
88,01
5,14
4,98
3,85
3,63
3,45
3,80
3,84
3,34
3,32
3,15
5,04
4,98
5,02
4,89
4,65
0,75
0,75
0,69
0,73
0,68
14,73
14,55
12,90
12,57
11,93
Telah diketahui pula bahwa susu yang banyak mengandung lemak akan banyak
mengandung vitamin A dan D per volume susu, karena vitamin-vitamin tersebut
berhubungan dengan lemak susu.
2. Keturunan
Bangsa sapi yang telah mengalami seleksi dengan baik mampu menghasilkan
produksi susu yang lebih tinggi. Sifat-sifat yang diturunkan yaitu kesanggupan untuk
mengubah sejumlah zat-zat makanan yang diperoleh dari bahan maknan menjadi air
susu.
3. Masa Laktasi
Masa laktasi yaitu masa sapi berproduksi susu (antara waktu beranak sampai
masa kering). Masa laktasi itu berlangsung selama 10 bulan atau sekitar 305 hari,
sedangkan masa kering itu biasanya berlangsung selama 2 bulan atau 60 hari.
Dengan pemeliharaan yang layak produksi maksimum tercapai pada minggu ke 3
sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Setelah itu beransur-ansur turun sampai
bulan ke 10. Kadar lemak susu mulai menurun setelah 1 – 2 bulan masa laktasi, dan
setelah 2 – 3 bulan masa laktasi maka kadar lemak susu mulai konstan dan naik
sedikit.
4. Umur
Sapi yang beranak pada umur yang tua (3 tahun) akan menghasilkan susu yang
lebih banyak dari pada sapi yang beranak umur muda (2 tahun). Produksi susu akan
terus meningkat dengan bertambahnya umur sampai sapi berumur 7 atau 8 tahun,
walaupun ini sangat ditentukan oleh breed ternak dan kemudian setelah umur
38
tersebut produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11
atau 12 tahun produksi susunya akan rendah sekali. Meningkatnya produksi susu tiap
laktasi dari umur 2 tahun sampai 7 tahun itu disebabkan bertambah besarnya sapi
karena pertumbuhan, jumlah tenunan-tenunan dalam ambing juga bertambah.
Turunnya produksi susu pada sapi yang tua disebabkan aktivitas-aktivitas kelenjar-
kelenjar ambing sudah berkurang. Kemampuan sapi untuk berproduksi susu tidak
hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan badannya, tetapi juga pertumbuhan ambingnya
yang mencapai maksimum pada laktasi ke 3 atau ke 4.
Pada saat sapi mencapai kematangan berproduksi susu (pada saat dewasa
tubuh) produksi susunya lebih tinggi sekitar 25 % dibandingkan dengan sapi yang
masih berumur 2 tahun.
Kandungan lemak susu menurun sekitar 0,2 % antara tahun pertama sampai
tahun ke lima periode laktasinya.
5. Kondisi/Besarnya Ternak
Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa sapi yang badannya besar
mempunyai produksi susu yang lebih tinggi dibandingkan sapi yang berbadan kecil
dalam bangsa dan umur yang sama. Hal ini disebabkan karena sapi yang badanya
besar akan makan lebih banyak, sehingga menghasilkan susu yang lebih banyak,
karena metabolismenya tinggi. Akan tetapi produksi susu tersebut komposisinya (nilai
gizinya) tidak dipengaruhi oleh besarnya sapi.
6. Siklus Estrus (Berahi)
Estrus biasanya menurunkan produksi susu, tetapi dari beberapa hasil penelitian
mengemukakan bahwa itu tidak selanya terjadi. Pada waktu sapi berahi terdapat
perubahan-perubahan faali yang mempengaruhi volume dan kualitas air susu yang
dihasilkan. Beberapa sapi menunjukkan gejalah nervous (gelisah) dan mudah terkejut
sehingga tidak mau makan atau makannya sedikit sehingga mengakibatkan produksi
susu turun. Terdapat juga sapi yang tidak banyak dipengaruhi oleh masa berahi. Bila
produksi susu menurun banyak, maka kadar lemak dan kualitas susu akan berubah.
Selama berahi berlangsung produksi susu dan kadar lemak susu mengalami
penurunan yang cukup berarti.
39
7. Kebuntingan
Peternak telah mengetahui bahwa sapi yang telah dikawinkan dan bunting akan
menghasilkan susu lebih sedikit dari pada sapi yang tidak bunting. Pengaruh
kebuntingan terhadap produksi susu hanya sedikit sampai bulan ke 5, tetapi dari
bulan ke 5 produksi susu menurun lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak
bunting. Ini mungkin disebabkan karena keseimbangan hormon yang berubah.
Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang diperuntukkan untuk
foetus dan selaputnya adalah equivalent dengan 55 – 85 kg susu pada sapi Jersey
atau 100 – 135 kg susu pada sapi FH. Sedangkan penelitian lain pada sapi FH
menunjukkan angka yang lebih besar yaitu 240 – 400 kg susu. Dalam hal ini
kebuntingan mempunyai pengaruh terhadap produksi susu.
C. FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU
1. Musim
Sapi yang melahirkan di musim dingin atau musim gugur umumnya produksi
susunya lebih tinggi dibandingkan yang melahirkan di musim panas. Jadi pada cuaca
yang panas produksi susu sapi umumnya menurun.
Pada sapi yang digembalakan, umumnya produksi susunya menurun pada
musim kemarau dibandingkan pada musim hujan, ini hubungannya dengan
ketersediaan hijauan makanan ternak.
2. Frekuensi Pemerahan
Pada umumnya sapi diperah 2 kali sehari ialah pagi dan sore hari. Pemerahan
yang dilakukan lebih dari 2 kali sehari hanya dilakukan pada sapi yang dapat
berproduksi susu tinggi, misalnya pada sapi yang produksi susunya 20 liter per hari
dapat diperah 3 kali sehari; sedangkan sapi yang berproduksi susu 25 liter atau lebih
per hari dapat diperah 3 kali sehari.
Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari produksi susunya
lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari. Pemerahan 3
kali sehari akan meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 % dibandingkan
dengan pemerahan 2 kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena
pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2
kali sehari.
Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara
pemerehan tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Bila sapi
40
diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tiggi pada besok paginya pada pemerahan
pertama. Makin sering sapi diperah, produksi susu akan naik seperti yang ditunjukkan
oleh penelitian dari Kendrik (1953).
Umur Sapi 3 kali sehari diperah 4 kali sehari diperah
2 tahun 20 % > dari 2 kali diperah 35 % > dari 2 kali diperah
3 tahun 17 % > dari 2 kali diperah 30 % > dari 2 kali diperah
4 tahun 15 % > dari 2 kali diperah 26 % > dari 2 kali diperah
Kenaikan hasil susu itu tergantung pada kemampuan sapi itu untuk berproduksi,
makanan dan manajemen.
3. Pergantian Pemerah
Sapi perah lebih suka diperah secara teratur oleh pemerah yang sama. Dengan
sistem pemerahan tangan (manual), pergantian pemerah dapat menyebabkan stress,
dimana sapi perah sangat peka terhadap perubahan-perubahan pada dirinya
termasuk pergantian pemerah.
4. Masa Kering
Produksi susu pada laktasi ke 2 dan berikutnya dipengaruhi oleh lamanya masa
kering yang lalu. Untuk tiap individu sapi betina produksi susu akan naik dengan
bertambahnya masa kering sampai 7 atau 8 minggu, tetapi dengan masa kering yang
lebih lama lagi produksi susu tidak akan bertambah.
5. Calving Interval
Calving interval yang optimal adalah 12 dan 13 bulan. Bila calving interval
diperpendek akan menurunkan produksi susu 3,7 – 9 % pada laktasi yang sedang
berjalan atau yang berikutnya. Sedangkan bila calving interval diperpanjang sampai
450 hari, maka laktasi yang sedang berjalan dan laktasi yang akan datang akan
meningkatkan produksi susu 3,5 %, tetapi bila ditinjau dari segi ekonomis akan rugi,
karena tidak sesuai susu yang dihasilkan dibandingkan dengan makanan yang
diberikan kepada sapi.
6. Obat-obatan
Dalam usaha meningkatkan produksi dan kadar lemak susu biasa dilakukan
dengan pemberian obat dalam dosis tertentu pada ransum selama periode laktasi.
41
Jenis obat yang biasa digunakan adalah Thyroprotein, tetapi dalam penggunaan obat
ini harus dibarengi dengan pemberian ransum yang baik. Pemberian Thyroprotein ini
dapat meningkatkan produksi susu sampai 20 %. Kekurangan dari pada obat ini yaitu
apabila tidak dilanjutkan pada periode laktasi berikutnya maka produksi susu
menurun secara derastis.
7. Hormonal
Hormon lactogen, prolactin dan luteotropin yang disekresi oleh kelenjar pituitary
anterior mempunyai peranan penting dalam produksi susu. Sapi yang sedang laktasi
disuntikkan lactogen ternyata dapat meningkatkan produksi susu, begitu juga hormon
lainnya seperti thyroxin.
8. Penyakit
Penyakit ternak memiliki pengaruh yang sangat merugikan. Pada sapi perah,
penyakit sangat mempengaruhi produksi susu seperti misalnya penyakit mastitis dan
lain-lain.
9. Makanan/Nutrisi
Pada umumnya variasi dalam produksi susu dan lemak pada beberapa
peternakan sapi perah disebabkan oleh perbedaan dalam makanan dan
tatalaksananya. Makanan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar
lemak susu rendah.
Ternak sapi yang kekurangan makanan menyebabkan menurunnya produksi
susu dan persentase lactose susu, tetapi meningkatkan kandungan lemak air susu,
sebaliknya bila mendapat makanan yang secukupnya dapat meningkatkan produksi
susu dan umumnya persentase lemak susu menurun.
Pemberian makanan yang banyak pada seekor sapi yang kondisinya jelek pada
waktu sapi itu sedang dikeringkan dapat menaikkan produksi susu sebesar 10 – 30
%.
Perubahan tipe lemak dalam ransum ternak sapi perah tidak konsisten merubah
kandungan lemak air susu. Akan tetapi tingginya minyak ikan dan minyak tak jenuh
lainnya dalam ransum nyata menurunkan persentase lemak susu dengan tanpa
mempengaruhi produksi susu. Kandungan lemak susu yang normal adalah sekitar 3
– 4 %.
Ada beberapa cara pemberian makanan untuk menekan peningkatan kandungan
lemak susu dan merangsang peningkatan produksi susu seperti:
42
1. Membatasi bahan makanan yang banyak mengandung serat kasar. Apabila
serat kasar ransum dikurangi sampai 30 % dari bahan kering dapat menurunkan
persentase lemak susu sekitar 2 %. Pemberian hay pada batas 1,5 pon per 100
pon berat badan masih dapat mencegah peningkatan kandungan lemak air
susu.
2. Meningkatkan ransum biji-bijian.
3. Mencincang hijauan makanan ternak dengan halus (+ 0,125 inch).
4. Meningkatkan komposisi jagung dalam ransum.
5. Sapi digembalakan pada padang rumput yang baik.
Vitamin A dan D tidak disintesa dalam tubuh ternak sapi, oleh karena itu level
vitamin A dalam susu dipengaruhi oleh kandungan bahan makanan. Untuk vitamin D
dipengaruhi oleh seringnya ternak dikena sinar matahari.
Pemberian air adalah penting untuk produksi susu, karena susu terdiri atas 87 %
air dan 50 % dari badan sapi terdiri atas air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung
pada produksi susu yang dihasilkan sapi, suhu sekelilingnya dan jenis makanan yang
diberikan. Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah
1 : 3,6. Air yang dibutuhkan setiap hari bagi sapi minimal untuk setiap satu liter susu
yang dihasilkan dibutuhkan air minum sebanyak 4 liter. Sebaiknya sapi diberi air
minum secara ad libitum.
PENUTUP
Komponen dan zat gizi pada air susu antara lain; Air, Lemak (Trigliserida, Vitamin
yang larut dalam lemak, carotein), Protein (Kasein, Protein whey), Lactose, Mineral,
Vitamin yang larut dalam air.
Faktor internal yang mempengaruhi produksi dan kualitas`air susu antara lain;
Breed, Keturunan, Masa laktasi, Umur, Kondisi ternak, Siklus estrus dan Kebuntingan,
sedangkan faktor eksternal antara lain; Musim, Frekuensi pemerahan, Pergantian
pemerah, Masa kering, Calving interval, Obat-obatan, Hormon, Penyakit dan
Makanan.Nutrisi.
Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
43
.
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Kemukakan komponen-komponen nilai gizi yang terkandung pada air susu.
2. Kemukakan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi produksi dan
kualitas air susu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 1; 2 – 19).
2. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part IV; 372 – 389, Part VI; 510 - 550).
3. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 5; 63 – 73).
4. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab V; 28 – 35).
44
BAB 5 KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA
TERNAK PERAH
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan zat-zat makanan bagi ternak perah merupakan salah satu faktor
yang penting dan turut menentukan berhasil tidaknya usaha ternak perah, dimana
kebutuhan zat-zat makanan merupakan asupan gizi untuk meningkatkan produksi susu.
Zat-zat makanan dibutuhkan ternak perah untuk proses, pertumbuhan,
kebuntingan atau reproduksi, dan produksi daging/susu. Sedangkan kebutuhan zat-zat
nutrisi pada ternak perah antara lain energi, protein, mineral, vitamin dan air. Apabila
zat-zat makanan tersebut tidak terpenuhi pada ternak perah maka akan mengakibatkan
penurunan tingkat produktivitas dan juga akan berdampak pada kesehatan ternak.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Kebutuhan zat-zat makanan pada ternak perah
- Nutrisi zat-zat makanan pada ternak perah
- Kegunaan zat-zat makanan pada ternaka perah.
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke lima dan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang
membahas tentang kebutuhan zat-zat makanan pada ternak perah dan nutrisi zat-zat
makanan serta kegunaan zat-zat makanan tersebut. Bab ini merupakan pengantar
menuju bab-bab berikutnya.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan kebutuhan zat-zat makanan pada ternak ternak perah.
2. Menjelaskan nilai nutrisi zat-zat makanan pada ternak ternak perah.
3. Menjelaskan kegunaan zat-zat makanan pada ternak ternak perah.
45
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Zat-zat makanan dibutuhkan ternak sapi untuk:
- Maitenance
- Pertumbuhan
- Kebuntingan atau reproduksi
- Produksi daging/susu
Kebutuhan zat-zat nutrisi pada sapi al:
- Energi
- Protein
- Mineral
- Vitamin
- Air
1. Energi
Sumber energi yang paling utama :
- Karbohidrat
- Lemak
Karbohidrat mempunyai kelebihan dibanding lemak sebagai sumber energi yaitu:
- Mudah dicerna
- Mudah diserap
- Mudah ditransformasi untuk produksi susu/daging dan lemak tubuh
Tujuan energi untuk proses kehidupan seperti :
- Aktivitas jantung
- Peredaran darah
- Aktivitas otot
- Aktivitas system saraf
- Sintesa protein dan lemak
- Sekresi air susu
- Pertumbuhan foetus
- Pertumbuhan pada anak sapi
Akibat kekurangan energi :
- Pertumbuhan terhambat
46
- Terlambat pubertas
- Menurunkan berat badan
- Produksi susu menurun
Sistem pengeluaran energi pada ternak:
- Gross Energi (GE): Feces (30 %) + Urine (5 %) + Gas (5 %) + Temp. tubuh (20 %) +
Maintenace (20 %) + Prod. susu dan pertumbuhan (20 %).
- Digestible Energi (DE): Urine + Gas + Temp. tubuh + Maintenace + Prod. susu dan
pertumbuhan.
- Metabolisme Energi (ME): Gas + Temp. tubuh + Maintenace + Prod. susu dan
pertumbuhan.
- Net Energi (NE): Maintenace + Prod. Susu/daging dan pertumbuhan.
2. Protein
Protein kasar adalah semua komponen nitrogen (N) pada makanan. Kandungan N
makanan x 6,25 itulah protein kasar (Kandungan N pada protein rata-rata 16 %).
Protein dibutuhkan oleh ternak untuk:
- Pertumbuhan
- Memperbaiki jaringan yang sudah tua
- Produksi susu/daging
- Perkembangan ternak terutama yang baru lahir
- Keseimbangan protein protein dalam tubuh
Protein penting pada ternak yang sedang laktasi, karena zat padat pada susu
mengandung sekitar 27 % protein. Dan juga dapat mengaktifkan mikroorganisme di
dalam rumen.
Akibat kekurangan protein :
- Pertumbuhan terhambat
- Pertahanan tubuh menurun
- Menurunkan berat lahir
- Produksi susu/daging menurun
- Kandungan solid non fat pada susu menurun
Sumber protein yang paling utama :
- Tanaman
- Hewan
47
Pada umumnya hewan mengandung lebih banyak protein dibandingkan denga
tanaman . Kadar protein secara keseluruhan pada hewan (10 – 20 %), sedang pada
tanaman (6 – 8 %).
Pada bagian tanaman umumnya mengandung protein lebih tinggi pada biji,
kemudian daun baru batang.
3. Mineral
Fungsi Mineral secara umum :
1. Menguatkan dan mengeraska struktur tulang
2. Mengaktifkan system enzim
3. Mengontrol keseimbangan pengeluaran air dan gas dalam tubuh ternak
4. Mengatur keseimbangan asam yang dibutuhkan
5. Meransang aktivitas otot dan urat saraf.
Kebutuhan makro mineral pada ternak perah :
- NaCl (garam dapur)
- Calsium
- Phosphor
- Magnesium
- Sulfur
Kebutuhan mikro mineral pada ternak perah :
- Besi - Tembaga
- Mangan - Cobalt
- Yodium dll.
-
Ca dan P merupakan susunan mineral yang terbesar dalam tulang, gigi dan air
susu. Kekurangan Ca dan P akan mengakibatkan produksi susu/daging menurun,
tulang dan gigi lemah, serta pertumbuhan terganggu. Kebutuhan Ca pada ternak perah
sekitar : 0,30 – 0,45 %, sedang P: 0,25 – 0,35 %.
Sapi yang kekurangan NaCl mengakibatkan :
- Bulu kusam
- Produksi menurun.
Ternak perah yang sedang laktasi membutuhkan 20 – 25 g NaCl/hari. Unsur
mikro mineral apabila kadarnya berlebihan bisa menimbulkan keracunan, sehingga tidak
48
perlu ditambahkan secara khusus pada ransum. Sedang Ca, P dan NaCl memang
dibutuhkan tambahan khusus pada ransum.
4. Vitamin
Vitamin yang dibutuhkan pada ternak perah adalah; Vitamin, A, B, C, D, E dan K.
Di dalam tubuh hewan vitamin dibutuhkan untuk kesehatan dan kekuatan tubuh. Di
dalam makanan biasanya unsur-unsur vitamin tersedia asalkan ternak memperoleh
pakan yang terjamin. Mikroorganisme di dalam perut hewan ruminansia dapat
mensintesa banyak vitamin terutama vitamin B kompleks, yang penting rumen berfungsi
normal. Sedangkan vitamin C dapat dibentuk dalam jaringan tubuh hewan.
Vitamin-vitamin yang diperlukan oleh hewan ruminansia hanya yang larut dalam
lemak seperti Vitamin A, D, E dan K.
Vitamin A
Hijauan banyak mengandung Carotein, jadi dalam hijauan cukup tersedia pro-
vitamin A dalam bentuk carotein dan dapat dirubah menjadi vitamin A dalam tubuh
hewan. Apabila hijauan yang diberikan tidak cukup maka perlu diberikan vitamin A
suplemen.
Gejalah kekurangan Vitamin A
- Rabun mata - Bulu kusam
- Mata berair - Kulit bersisik
- Diare - Keguguran
- Infeksi cepat menjadi parah
- Anak yang lahir lemah atau mati
Vitamin B
Vitamin B complex kesemuanya dapat dibentuk di dalam tubuh ruminansia. Oleh
karena itu kemungkinan terjadinya kekurangan vitamin B sangat kecil, kecuali ternak
kekurangan pakan.
Vitamin D
Vitamin D dibentuk (disintesa) dalam jaringan tubuh dengan bantuan sinar
matahari, karena jaringan di bawah kulit terdapat pro-vitamin D yang apabila dikena
sinar matahari maka akan terbentuk vitamin D.
49
Ternak-ternak di daerah tropis jarang terjadi kekurangan vitamin D. Ternak yang
kekurangan vitamin D akan kerdil. Sumber vitamin D juga terdapat pada hijauan yang
selalu kena sinar matahari.
Vitamin E
Semua makanan hijauan dan padi-padian mengandung vitamin E. Ternak yang
diberi hijauan segar tidak akan terjadi kekurangan vitamin E. ternak yang kekurangan
hijauan segar sebaiknya diberikan sumber vitamin E seperti padi-padian.
5. Air
Ternak lebih menderita terhadap kekurangan air dibandingkan dengan kekurangan
zat-zat makanan lainnya. Ternak yang sedang laktasi sangat membutuhkan air, karena
di dalam susu terdapat 85 – 87 % air, begitu pula di dalam tubuh ternak terdiri dari 60 –
70 % air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air pada ternak:
- Umur
- Berat badan
- Tingkat produksi
- Cuaca
- Jenis ransum
Di dalam tubuh air berfungsi :
- Mengatur suhu dalam tubuh
- Membantu proses pencernaan
- Membantu proses metabolisme
- Membantu proses pelepasan kotoran
- Pelumas pada persendian.
PENUTUP
Zat-zat makanan dibutuhkan oleh ternak perahi untuk: (1) maintenance, (2)
pertumbuhan, (3) kebuntingan atau reproduksi, dan (4) produksi daging/susu.
Kebutuhan zat-zat nutrisi pada ternak perah antara lain: (1) energy, (2) protein, (3)
mineral, (4) vitamin dan (5) air.
Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
50
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
.
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Kemukakan zat-zat makan yang dibutuhkan pada ternak perah agar dapat
berproduksi secara maksimal.
2. Jelaskan fungsi mineral pada tubuh ternak perah.
3. Kemukakan akibat yang ditimbulkan apabila ternak perah terjadi kekurangan
protein.
4. Kemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi air pada ternak
perah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 1; 2 –
19).
3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part IV; 372 – 389, Part VI; 510 - 550).
4. Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press. Australia.
5. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
6. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 5; 63 – 73).
7. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab V; 28 – 35).
51
BAB 6 BAHAN MAKANAN (PAKAN)
PADA TERNAK PERAH PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahan makanan (pakan) merupakan salah satu hal pokok penting dan turut
menentukan berhasil tidaknya usaha ternak perah, dimana bahan makanan merupakan
sumber nutrisi bagi ternak dan apabila bila tidak tercukupi baik kualitas maupun
kuantitas maka tidak akan berproduksi secara maksimal.
Bahan pakan pada ternak perah digolongkan atas 2 kategori utama yaitu (1)
bahan pakan yg berserat kasar (makanan utama), (2) konsentrat (makanan tambahan).
B. RUANG LINGKUP ISI
- Bahan makanan (pakan) pada ternak perah
- Sumber bahan pakan utama pada ternak perah
- Sumber bahan pakan tambahan (konsentrat) pada ternak perah
- Jenis-jenis ransum pada ternak perah.
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke enam dan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang
membahas tentang bahan pakan dan sumber-sumber bahan pakan (pakan utama dan
pakan tambahan) pada ternak perah. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab
berikutnya.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan fungsi bahan pakan ternak perah.
2. Menjelaskan sumber bahan pakan utama pada ternak perah.
3. Menjelaskan sumber bahan pakan tambahan (konsentrat) pada ternak perah.
4. Menjelaskan jenis-jenis ransum pada ternak perah.
52
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Pakan merupakan faktor penentu dalam keberhasilan peternakan sapi. Ternak sapi
yang dapat berproduksi tinggi, bila tidak mendapat pakan yang cukup, baik kualitas
maupun kuantitas, maka tidak akan menghasilkan secara optimal. Untuk menghindari
kerugian, pemberian pakan harus diperhitungkan dengan cermat dan harus dilakukan
secara efisien.
Bahan pakan pada ternak sapi digolongkan atas 2 kategori utama yaitu:
1. Bahan pakan yg berserat kasar (makanan utama).
2. Konsentrat (makanan tambahan)
Komposisi dalam ransum dari 2 kategori tersebut berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan, bahan yang tersedia, musim dan lain-lain.
Bahan yang berserat kasar ini umumnya:
1. Porsinya dalam ransum lebih banyak
2. Berserat kasar tinggi
3. Rendah kandungan energinya.
Contoh: 1. Hijauan pasture,
2. Rumput potong (Soilage),
3. Hay
4. Silase
5. Jenis hijauan lainnya
6. Jenis bahan pakan yang berserat kasar tinggi lainnya
Bahan yang berserat kasar dibedakan atas 2 yaitu:
1. Bahan pakan yang mempunyai kadar air tinggi seperti:
- Hijauan pasture
- Rumput potong (soilage)
- Silase dan lain-lain.
2. Bahan pakan dalam bentuk kering seperti:
- Hay
- Jerami dan lain-lain
Konsentrat adalah:
- Pakan tambahan bila zat-zat gizi dari makanan utama kurang terpenuhi
- Merupakan sumber energi dan protein
- Mengandung serat kasar yang rendah
- Mudah dicerna
53
Konsentrat ini umumnya berasal dari :
- Biji-bijian
- Sisa bahan pangan
- Limbah industri
- Tambahan vitamin
- Tambahan mineral
- Bahan makanan tambahan lainnya
A. BAHAN PAKAN YANG BERSERAT KASAR (PAKAN UTAMA)
Sumber bahan pakan yang berserat kasar pada ternak perah antara lain:
I. Pasture
Gambar 28. Pasture untuk Ternak Perah
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pasture antara lain:
1. Tipe Pasture
Tipe pasture umumnya digolongkan atas 3 yaitu:
a. Rumput
b. Legum
c. Kombinasi rumput dan legum
Legum mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi dibanding rumput pada
tingkat pertumbuhan yang sama. Bakteri pada bintil akar legum dengan fiksasi N dari
udara akan meningkatkan protein tanaman. Ternak yang digembalakan pada pasture
legum dapat menyebabkan kembung perut (bloat). Pasture kombinasi rumput dan
legum sangat baik karena dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pasture dan
juga dapat dihindari terjadinya bloat pada ternak.
54
2. Sistem Grazing pada Pasture
Pengaturan sistem grazing bertujuan antara lain:
- Dapat diatur umur rumput/legum yang tepat untuk digembalakan
- Rumput/legum tdk terlalu tua atau muda pada saat digembalakan
- Tingkat produktivitas pasture tetap tinggi tetapi nilai gizi dan palatabilitasnya tetap
dipertahankan.
Rumput/legum yang terlalu tua memang produktivitasnya tinggi tetapi nilai gizi dan
palatabilitasnya menurun. Sebaliknya rumput/legum yang terlalu muda gizi dan
palatabilitasnya tinggi tetapi produktivitasnya menurun dan perakatannya belum kuat
serta batang bagian bawah belum matang sehingga kemampuan untuk tumbuh kembali
menurun.
Rotational grazing merupakan sistem yang tepat karena dapat diatur umur
rumput/legum untuk digembalakan.
Kontinue grazing mengakibatkan ternak memilih-milih rumput/legum yang
disukainya, sehingga ada rumput/legum yang tidik termakan (terlalu tua) pada saat
under grazing dan sebaliknya rumput/legum secara beransur-ansur berkurang pada
saat over grazing.
3. Stocking Rate
Stocking rate yang tinggi dapat meningkatkan produktivitas ternak per satuan luas
pasture, tetapi menurunkan produksi ternak per ekor, sebagitu juga sebaliknya. Stocking
rate yang tepat adalah memaksimalkan produksi ternak per satuan luas pasture dan
produksi per ekor sapi.
55
II. Soilage (Rumput Potong)
Gambar 29. Sistem Pemotongan Rumput untuk Soilage
Soilage merupakan rumput tambahan atau pengganti dari grazing seperti: Jagung,
Sorgum, Rumput gajah dan lain-lain. Soilage harus diatur sistem pemotongannya agar
rumput tersedia sepanjang waktu dan mengatur umur pemotongan yang tepat sehingga
tingkat produktivitas dan kualitasnya dapat dipertahankan.
Rumput potong membutuhkan biaya dan tenaga untuk memotong dan
mengangkutnya dibandingkan dengan rumput grazing. Apabila soilage dipotong saat
terlalu tua maka dapat menurunkan produktivitas ternak sapi.
Rumput potong yang terlalu tua masih lebih baik dibandingkan dengan rumput
grazing, karena lebih selektif pada sistem grazing dibandingkan dengan pada rumput
potong, karena dapat tercampur antara bagian rumput yang mudah dan tua pada saat
dicincang atau dicopper.
III. Silase.
Gambar 30. Poses Pembuatan Silase
Silase adalah hijauan pakan yang difermentasikan pada kondisi anaerob dan bisa
disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Hijauan pakan yang umum dibuat silase:
1. Jagung
Gambar 31. Budidaya Jagung untuk Pakan Ternak
- Sumber energi yang tinggi
- Kandungan protein dan mineralnya dari legum
- Kadar proteinnya 7
- Pada pembuatan silase dapat ditambahkan urea 10 lb per ton berat basa (30 %
BK) sehingga proteinnya bisa mencapai 12 %.
- Namun disarankan tidak menggunakan urea karena dapat menurunkan
palatabilitas dan produksi ternak.
- Jagung ditambah legum dalam pembuatan silase dapat meningkatkan kadar
protein menjadi 14 %
Gambar 30. Poses Pembuatan Silase
adalah hijauan pakan yang difermentasikan pada kondisi anaerob dan bisa
disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Hijauan pakan yang umum dibuat silase:
Gambar 31. Budidaya Jagung untuk Pakan Ternak
Sumber energi yang tinggi
n protein dan mineralnya dari legum
Kadar proteinnya 7 – 8 %
Pada pembuatan silase dapat ditambahkan urea 10 lb per ton berat basa (30 %
BK) sehingga proteinnya bisa mencapai 12 %.
Namun disarankan tidak menggunakan urea karena dapat menurunkan
palatabilitas dan produksi ternak.
Jagung ditambah legum dalam pembuatan silase dapat meningkatkan kadar
di 14 %.
56
adalah hijauan pakan yang difermentasikan pada kondisi anaerob dan bisa
Gambar 31. Budidaya Jagung untuk Pakan Ternak
Pada pembuatan silase dapat ditambahkan urea 10 lb per ton berat basa (30 %
Namun disarankan tidak menggunakan urea karena dapat menurunkan
Jagung ditambah legum dalam pembuatan silase dapat meningkatkan kadar
2. Sorgum
Gambar 32. Budidaya Sorgum untuk Pakan Ternak
Kelebihannya dibandingkan dengan jangung dimana sorgum dapat
kembali setelah didefoliasi. Nilai gizinya lebih rendah dari pada jagung terutama kadar
energinya.
3. Gandum
Silase gandum mengandung kadar protein, energi dan calcium serta palatabilitas
yg rendah dibanding silase jagung. Sebaiknya dicampur dengan
penanaman dikombinasi dengan legum sehingga dapat meningkatkan produksi dan
kualitas.
4. Legum
Pembuatan silase legum sebaiknya dicampur dengan rumput, dimana merupakan
silase yang baik karena kandungan protein dan mineralnya tinggi
menghindari terjadinya bloat pada ternak.
5. Bahan Silase lainnya
- Pucuk tebu
- Ampas jeruk
6. Haylage
Haylage adalah rumput atau legum yang bahan keringnya sekitar 50 % untuk
dibuat silase.
Gambar 32. Budidaya Sorgum untuk Pakan Ternak
Kelebihannya dibandingkan dengan jangung dimana sorgum dapat
kembali setelah didefoliasi. Nilai gizinya lebih rendah dari pada jagung terutama kadar
Silase gandum mengandung kadar protein, energi dan calcium serta palatabilitas
yg rendah dibanding silase jagung. Sebaiknya dicampur dengan legum atau pada waktu
penanaman dikombinasi dengan legum sehingga dapat meningkatkan produksi dan
Pembuatan silase legum sebaiknya dicampur dengan rumput, dimana merupakan
silase yang baik karena kandungan protein dan mineralnya tinggi
menghindari terjadinya bloat pada ternak.
- Ampas tebu
- Ampas kentang dan lain-lain.
adalah rumput atau legum yang bahan keringnya sekitar 50 % untuk
57
Gambar 32. Budidaya Sorgum untuk Pakan Ternak
Kelebihannya dibandingkan dengan jangung dimana sorgum dapat tumbuh
kembali setelah didefoliasi. Nilai gizinya lebih rendah dari pada jagung terutama kadar
Silase gandum mengandung kadar protein, energi dan calcium serta palatabilitas
legum atau pada waktu
penanaman dikombinasi dengan legum sehingga dapat meningkatkan produksi dan
Pembuatan silase legum sebaiknya dicampur dengan rumput, dimana merupakan
silase yang baik karena kandungan protein dan mineralnya tinggi dan juga dapat
adalah rumput atau legum yang bahan keringnya sekitar 50 % untuk
IV. Hay
Hay adalah bahan pakan yang dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10
%. Cara pengeringannya yaitu: dengan sinar matahari atau pengering buatan.
sebaiknya disimpan dalam bentuk packing.
Jenis bahan pakan untuk Hay:
- Rumput-
- Padi-padian
- Leguminosa
Cara meningkatkan kualitas Hay
1. Jumlah daun lebih banyak dari pada batang, karena kandunga protein, mineral
(calcium, dan phospor) dan vitamin (carotein) lebih tinggi pada daun diban
batang
2. Tanaman dipotong sebelum matang, karena tanaman yang matang kandungan
protein, mineral, vitamin dan palatabilitasnya menurun sedang serat kasar
meningkat.
3. Jenis bahan pakan yang dibuat hay
4. Waktu dan sistem pengeringan
V. Jenis Hijauan Lainnya
1. Daun-daunan (daun nangka, mangga, kelapa, waru dan lain
2. Pucuk tebu dan lain
Gambar 33. Penyimpanan Hay
adalah bahan pakan yang dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10
Cara pengeringannya yaitu: dengan sinar matahari atau pengering buatan.
sebaiknya disimpan dalam bentuk packing.
bahan pakan untuk Hay:
-rumputan
padian
Leguminosa
Cara meningkatkan kualitas Hay
1. Jumlah daun lebih banyak dari pada batang, karena kandunga protein, mineral
(calcium, dan phospor) dan vitamin (carotein) lebih tinggi pada daun diban
2. Tanaman dipotong sebelum matang, karena tanaman yang matang kandungan
protein, mineral, vitamin dan palatabilitasnya menurun sedang serat kasar
3. Jenis bahan pakan yang dibuat hay
4. Waktu dan sistem pengeringan
daunan (daun nangka, mangga, kelapa, waru dan lain
2. Pucuk tebu dan lain-lain.
58
adalah bahan pakan yang dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10 – 15
Cara pengeringannya yaitu: dengan sinar matahari atau pengering buatan. Hay
1. Jumlah daun lebih banyak dari pada batang, karena kandunga protein, mineral
(calcium, dan phospor) dan vitamin (carotein) lebih tinggi pada daun dibanding
2. Tanaman dipotong sebelum matang, karena tanaman yang matang kandungan
protein, mineral, vitamin dan palatabilitasnya menurun sedang serat kasar
daunan (daun nangka, mangga, kelapa, waru dan lain-lain)
59
VI. Bahan pakan yg berserat kasar tinggi lainnya
1. Jerami
2. Batang pisang
3. Tongkol jagung
4. Dedak
5. Biji kapok dan lain-lain
6. Bahan pakan ini kandungan protein dan energinya sangat rendah, sehingga
tidak dapat meningkatkan produksi ternak.
B. KONSENTRAT (PAKAN TAMBAHAN)
Konsentrat adalah jenis pakan yang mengandung energi dan protein yang tinggi
dan serat kasarnya rendah. Sumber bahan konsentrat dapat berupa :
1. Biji-bijian seperti :
a. Biji jagung
b. Biji kedelei
c. Biji Gandum
d. Padi-padian dan lain-lain
2. Limbah Pangan dan Industri seperti :
a. Kulit padi (bekatul)
b. Limbah pabrik gula (molases)
c. Limbah pabrik jus
d. Limbah pengolahan biji-bijian (bungkil kelapa, bungkil kacang tanah,
bungkil kedelei dan lain-lain).
e. Limbah pembuatan alcohol
f. Limbah pabrik roti
g. Limbah pembuatan keju
h. Limbah pembuatan tahu dan lain-lain.
3. Tambahan Mineral
Poses pembuatan konsentrat dibutuhkan tambahan mirenal yang cukup.
Bahan mineral pada umumnya tidak mengandung energy dan protein. Tambahan
mineral yang dibutuhkan seperti:
a. NaCl (garam dapur)
b. Calcium
c. Phospor
60
Dimana porsinya dalam ransum sekitar 0,5 – 1 %, calcium dan phosphor
biasanya bersumber dari tepung tulang dan kerang.
4. Tambahan Vitamin
Biasanya vitamin yang ditambahkan pada pembuatan konsentrat seperi
vitamin A, B, D dan E.
Perlakuan terhadap pembuatan konsentrat umumnya seperti :
a. Penggilingan
b. Pellet
c. Butiran
d. Pemasakan
e. Kandungan air sekitar 10 – 15 %.
C. RANSUM PADA TERNAK PERAH
1. Ransum Pedet
Makanan utama pada pedet adalah air susu. Pedet yang sehat dibiarkan
menyusui pada induknya selama 2 – 3 hari. Pedet yang menyusui pada induknya
secara terus menerus kurang menguntungkan karena:
- Susu yang diberikan susah dikontrol.
- Dapat mengakibatkan induk sapi terlambat birahi.
Setelah pedet disapih perlu diajari minum sendiri. Pemberian air susu
pada pedet yaitu 10 -15 % dari berat badannya per ekor per hari selama 3,5
bulan. Pada umur 2 minggu pedet bisa diajari makan rumput segar yang masih
mudah sedikit demi sedikit. Sebelum pedet mencapai umur 6 bulan pemberian
rumput tidak lebih dari 5 kg/ekor/hari. Setelah anak sapi berumur 6 bulan sudah
bisa diberikan hijauan sebanyak yang bisa dihabiskan.
Pada umur 1 bulan pedet mulai diberikan makanan penguat untuk
pengganti air susu seperti:
– Umur 1 bulan 0,25 kg/ekor/hari
– Umur 2 bulan 0,50 kg/ekor/hari
– Umur 6 bulan 1,50 kg/ekor/hari
61
2. Ransum Pengganti Air Susu
Sapi yang belum berumur 4 bulan alat pencernaannya belum sempurna,
karena pencernaan makanan oleh bakteri dan protozoa dalam rumen belum
berarti. Bahan makanan pengganti air susu harus yang mudah dicerna dan
kandungan proteinnya tinggi. Air susu mengandung protein dapat dicerna (Prdd):
3,5 % dan martabak pati (MP): 15%, berarti imbangan protein (IP) = 3,5 : 15 (IP =
+ 1 : 4). Jadi ransum pengganti air susu IP-nya sekitar 1 : 4.
Ransum pengganti air susu biasanya berupa:
1. - Bungkil kelapa : 67 %
- Bungkil kacang tanah : 33 %
2. - Jagung : 72 %
- Bungkil kacang tanah : 28 %
3. - Bekatul : 25 %
- Bungkil kacang tanah : 75 %
Ransum pengganti air susu harus ditambahkan bahan mineral berupa:
– Garam (NaCl) : 2 %
– Tepung tulang/kerang : 1 %
– Tepung karang (kapur) : 1 %
3. Ransum Anak Sapi (4 – 8 bulan)
Pada umur 4 – 8 bulan biasanya anak sapi tidak diberikan lagi air susu.
Anak sapi pada umur seperti ini kemampuannya mencerna serat kasar (SK)
belum sempurna. Jumlah hijauan yang diberikan pada anak sapi masih terbatas
yaitu kurang dari 10 kg/ekor/hari, selebihnya diberikan dari makanan penguat
(konsentrat).
Pada umur 4 – 8 bulan ini kebutuhan akan energi relatif lebih tinggi dari
pada umur sebelum 4 bulan. Ransum yang diberikan adalah: IP = 1 : 6, yaitu
berupa:
– Hijauan 10 kg/ekor/hari
– Makanan penguat 2 – 2,5 kg/ekor/hari
– Ditambah: NaCl 2%, tepung tulang 1%, dan kapur 1%.
62
4. Ransum Sapi Dara (8 bulan – dewasa)
Sapi yang telah berumur 8 bulan ke atas daya cernanya sudah sempurna,
sehingga mampu mencerna bahan makanan yang SK-nya tinngi. Pada umur ini
sapi banyak membutuhkan makanan kasar, sedangkan makanan penguat hanya
pelengkap dari kekurangan zat-zat makanan pada hijauan (pakan utama). Sapi
yang diberikan makanan kasar berupa jerami (yang kandungan nutrisinya lebih
rendah), maka kebutuhan makanan penguat/konsentrat akan lebih banyak untuk
menutupi kekurangan akan nilai nutrisi tersebut.
Makanan penguat yang diberikan pada umur ini tidak perlu terlalu baik
seperti ransum pedet, karena mikroba rumennya dapat merubah Non Protein
Nitrogen (NPN) menjadi protein. Biasanya kebutuhan protein diberikan bahan
berupa NPN seperti Urea. Ransum yang diberikan pada periode ini adalah IP-nya
1 : 8 yaitu dapat berupa:
– Hijauan 20 kg/ekor/hari
– Makanan penguat 2 – 3 kg/ekor/hari
5. . Ransum Sapi Dewasa Laktasi
Ransum sapi dewasa laktasi terdiri dari 2 yaitu
– Makanan yang berserat kasar
– Makanan penguat
Makanan yang berserat kasar ini berupa hijauan (rumput, leguminosa,
daun-daunan dan lain-lain), dimana bisa dalam bentuk segar, silase atau hay.
Makanan yang berserat kasar ini merupakan pakan utama bagi sapi perah.
Sedangkan makanan penguat, berupa konsentrat yang serat kasarnya rendah
dan mudah dicerna, hanya merupakan pakan tambahan untuk menutupi
kekurangan zat makanan pada makanan utama.
Pada sapi dewasa alat pencernaannya sudah sempurna, sehingga
dengan bantuan mikiroorganisme rumen maka:
– Mampu membentuk asam amino esensial dan beberapa vitamin dari
makanan yang berserat kasar.
– Mampu membentuk protein dari NPN seperti Urea
63
Protein terdiri dari 16 % N, Kadar N Urea = 45 %. Jadi 1 kg urea dapat
dirubah menjadi 45/100 x 100/16 kg protein.
Beberapa alternatif dosis pemakaian urea:
1. Tidak lebih dari 30 % dari kebutuhan protein
2. Tidak lebih dari 3 % dari kebutuhan makan penguat
3. Tidak lebih dari 1 % dari seluruh ransum
4. Sekitar 20 gr/100kg Berat Badan.
Pemberian urea pada ransum ternak perah harus disertai dengan
pemberian karbohidrat yg mudah dicerna, untuk mencegah terjadinya keracunan.
Bahan yang banyak mengandung karbohidrat yang mudah dicerna seperti;
tepung tapioka, tepung onggok dan lain-lain.
PENUTUP
Bahan makanan merupakan kebutuhan nutrisi bila tidak tercukupi baik kualitas
maupun kuantitas tidak akan menghasilkan secara optimal karena bahan pakan
merupakan salah satu hal pokok penting dan turut menentukan berhasil tidaknya usaha
ternak perah. Bahan pakan pada ternak perah digolongkan atas 2 kategori utama yaitu
(1) bahan pakan yg berserat kasar (makanan utama), (2) konsentrat (makanan
tambahan).
Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%).
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Bahan pakan pada ternak perah digolongkan atas 2 gategori utama, jelaskan ketua
kategori tersebut.
2. Kemukakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hay sebagai
pakan ternak perah.
64
3. Kemukakan bahan-bahan yang dapat dibuat dalam penyusunan konsentrat (pakan
tambahan) untuk ternak perah.
4. Kemukakan beberapa alternative dosis penggunaan urea pada ransum ternak perah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 1; 2 – 19).
3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle:
Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part IV; 372 – 389, Part VI; 510 - 550).
4. Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder
Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press. Australia.
5. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
6. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 5; 63 – 73).
7. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab V; 28 – 35).
65
BAB 7 SISTEM PENCERNAAN PADA TERNAK PERAH
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pencernaan pada ternak perah sebagai ternak ruminansia berbeda
dengan ternak non ruminansia khususnya pada lambung, dimana lambung pada ternak
ruminansia ganda yang terdiri atas bagian-bagian sepeti; Rumen, reticulum, omasum
dan abomasum.
Pada rumen ternak ruminansia terjadi proses penghancuran dan fermentasi
bahan pakan sehingga pada ternak ruminansia mampu mencerna bakam pakan yang
berserat kasar tinggi.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Perkembangan lambung ternak perah sebagai ternak ruminansia
- Susunan alat pencernaan serta pengaturan kebutuhan zat gizi makanan dalam
tubuh hewan.
- Proses fermentasi bahan makanan dalam rumen.
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke tujuh yang membahas tentang perkembangan
lambung ternak ruminansia, susunan alat pencernaan dan pengaturan kebutuhan zat
makanan dalam tubuh hewan, dan proses fermentasi bahan makanan dalam rumen.
Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang perkembangan lambung ternak ruminansia.
2. Menjelaskan susunan alat pencernaan serta pengaturan kebutuhan zat makanan
dalam tubuh hewan.
3. Menjelaskan proses fermentasi bahan makanan dalam rumen
66
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. PERKEMBANGAN LAMBUNG RUMINANSIA
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia berbeda dengan ternak non
ruminansia. Seperti misalnya unggas, kuda, babi dan lain- lain sistem
pencernaannya tunggal (sederhana), tetapi pada ternak ruminansia seperti sapi,
kerbau, kambing, domba dan lain-lain system pencernaannya cukup panjang dan
sempurna. Sapi mempunyai lambung ganda yang terdiri atas bagian-bagian sebagai
berikut:
1. Rumen, bagian yang tonjolannya seperti bulu (handuk).
2. Reticulum, bagian yang berbentuk seperti sarang laba-laba.
3. Omasum, bagian yang berbentuk seperti lembaran buku.
4. Abomasum, bagian yang terdiri dari lipatan-lipatan.
Perkembangan dan fungsi keempat komponen lambung ruminansia
berlangsung sejalan dengan umur ternak. Pada ternak ruminansia yang baru lahir
hanya abomasum yang sudah berfungsi. Ransum berupa air susu disalurkan
langsung ke abomasum melalui oesophagus. Sebelum umur satu bulan hanya
ransum yang berbentuk cairan yang dapat dimanfaatkan. Perkembangan dan fungsi
komponen lambung ruminansia menjadi sempurna setelah sapi berumur satu tahun.
B. SUSUNAN ALAT PENCERNAAN SERTA PENGATURAN KEBUTUHAN ZAT MAKANAN DALAM TUBUH HEWAN
Sistem pencernaan pada sapi mulai dari saluran saluran mulut sampai anus
sebagai berikut:
1. Mulut (Gerakan Mekanis)
Proses penghancuran makanan dengan gerakan mekanis yang diawali pada
bagian mulut, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi di dalam perut. Mula-
mula makanan masuk ke dalam mulut dan dikunya dengan gigi geraham belakang.
2. Rumen dan Reticulum
Dari mulut makanan masuk ke rumen melalui oesophagus. Rumen salah satu
bagian dari ke empat bagian perut yang paling besar. Kemudian dari rumen masuk
ke reticulum yang merupakan bagian perut yang terkecil.
Rumen dan reticulum sama sebagai tempat utama berlangsungnya proses
fermentasi. Kedua bagian ini berisi jutaan mikroba yang terdiri dari bakteri dan
protozoa yang kegiatannya melakukan fermentasi terhadap makanan. Makanan
67
yang berupa sekat kasar seperti cellulose dan hemicellulosa dicerna atau
dihancurkan menjadi bagian-bagian yang halus sampai berwujud cairan dan
mensintesa beberapa vitamin seperti vitamin B compleks, vitamin K dan membentuk
protein. Di dalam tubuh sapi dapat dibentuk vitamin-vitamin dan protein, tetapi
unsur-unsur mineral tidak dapat disintesa oleh tubuh. Oleh karena itu dalam
penyusunan ransum sapi perlu penambahan mineral.
Makanan yang telah dicerna disalurkan melalui dinding alat pencernaan masuk
ke dalam aliran darah langsung ke bagian-bagian tubuh seperti; masuk ke dalam
ambing untuk pembentukan air susu. Sedangkan bagian-bagian makanan yang
masih kasar dikembalikan ke mulut dalam bentuk bolus-bolus untuk proses
memamah biak. Oleh karena itu, pada saat sapi telah merumput biasanya berbaring
dan mengunyah-ngunyah rumput/hijauan yang dikeluarkan kembali dalam bentuk
bolus-bolus dari rumen ke mulut. Setelah itu masuk kembali ke rumen dan
mengalami proses fermentasi. Di dalam rumen ini juga non protein nitrogen (NPN)
yang terdapat dalam ransum dirubah menjadi asam-asam amino esensial.
Dengan adanya rumen dan mikroorganisme di dalamnya sehingga ternak
ruminansia mampu mencerna sejumlah besar hijauan atau serat kasar dan bahkan
merupakan makanan pokoknya.
Di dalam rumen senyawa-senyawa NPN dapat dirubah menjadi protein
microbial. Oleh karena itu, kandunga protein pada ransum ternak ruminansia tidak
perlu setinggi atau selengkap kandungan protein pada ternak non ruminansia.
Sebagian dari vitamin dan protein yang telah diperoses di dalam rumen
digunakan sendiri oleh microba rumen, namun microba tersebut akan mati dan
dicerna menjadi zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia.
3. Omasum
Omasum adalah bagian perut sapi yang memiliki jaringan yang mirip dengan
lembaran buku. Bagian ini berfungsi melepaskan dan membuang kelebihan air
sebelum behan-bahan tersebut dikirim ke abomasum. Pada bagian ini bahan
makanan terjadi proses awal biokimia yang utama.
4. Abomasum
Di dalam abomasum dikeluarkan sebagian besar asam gastric-juice yang
dapat membunuh mikroba dan memulai proses pencernaan protein. Dinding
abomasum mengeluarkan getah lambung yang mengandung asam hidroklarik serta
enzim pepsin dan renin. Pepsin berfungsi memecah protein menjadi pepton dan
68
protease. Sedangkan renin yang berfungsi mengentalkan susu dan mempunyai
peranan penting pada ternak ruminansia yang sedang menyusui. Tanpa renin air
susu tidak tercerna dan akan berlalu saja di dalam saluran pencernaan anak sapi.
Proses pencernaan ransum di dalam abomasum sama dengan proses
pencernaan di dalam perut ternak non ruminansia. Selanjutnya bahan makanan
masuk ke deudenum yang berbentuk U dan pada bagian ini bahan makanan
menerima enzim dari pancreas dan empedu untuk menetralkan keasaman sisa
gastrice-juice.
5. Usus Halus
Usus halus ukurannya cukup panjang dan merupakan daerah utama protein
diabsorpsi serta tempat untuk memproduksi glukosa dari hasil pencernaan
karbohidrat. Di dalam usus halus, ransum yang semula bereaksi asam dirubah
menjadi alkalis. Ransum yang telah mengalami proses pencernaan yang sempurna
akan diserap oleh pembuluh darah di dalam usus dan didistribusikan berupa zat-zat
makanan ke seluruh bagian-bagian tubuh yeng membutuhkan.
Sebenarnya yang dibutuhkan ternak ruminansia dari protein adalah asam-
asam amino. Asam amino ini sebagian diperoleh dari protein mikroba di dalam
rumen dan sebagian lagi dari protein ransum yang lolos dari fermentasi di dalam
rumen yang dikenal dengan protein by-pass.
6. Colon (Usus Besar)
Usus besar tidak sepanjang dengan usus halus, akan tetapi memiliki diameter
yang lebih besar. Pada bagian ini air yang berlebihan dikeluarkan dari isi perut dan
pada bagian ini pula bahan makanan yang tidak tercerna terkumpul berupa kotoran
(foeses). Pada usus besar ini ada beberapa micro-organisme yang bekerja dimana
dapat melanjutkan dan menyempurnakan proses fermentasi serat kasar.
7. Organ Lain yang Berfungsi sebagai Alat Pencernaan
Hati, berfungsi menyimpan energi, sejumlah ammonia dalam darah dan
mengubah berbagai bahan kimia menjadi bahan yang lebih sederhana yang
kemudian dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
Ginjal, berfungsi mengambil sisa bahan makanan dari dalam darah yang
kemudian dilepas dalam bentuk air kencing.
69
C. PROSES FERMENTASI DALAM RUMEN
Fermentasi adalah suatu proses penghancuran makanan yang berlangsung
secara terus menerus di dalam rumen. Proses ini memerlukan air luda (saliva) yang
jumlahnya cukup besar. Saliva diproduksi oleh suatu kelenjar di dalam mulut sapi.
Selama proses fermentasi berlangsung, diproduksi pula gas carbon dioksida
dan methan. Bagi sapi yang sehat gas tersebut dapat keluar dengan sendirinya atau
terbuang pada saat sapi memamah biak. Jika gas tersebut tidak dapat keluar maka
menimbulkan gangguan yakni kembung perut (bloat). Tetapi dengan pemberian
makanan yang berserat kasar tinggi akan dapat mencegah terjadinya bloat.
Keuntungan dengan terjadinya fermentasi sebelum ransum sebelum sampai
ke usus antara lain:
- Produk fermentasi mudah diserap oleh usus.
- Dapat mencerna sellulosa
- Dapat menggunakan NPN seperti urea pada ransum
- Dapat memperbaiki kualitas protein pakan yang nilai hayatinya rendah.
PENUTUP
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan ternak non ruminansia khususnya pada lambung, dimana lambung pada ternak
ruminansia ganda yang terdiri atas bagian-bagian sepeti; Rumen, reticulum, omasum
dan abomasum.
Dengan adanya rumen pada ternak ruminansia dan di dalam rumen tersebut
terjadi proses penghancuran dan fermentasi bahan pakan sehingga pada ternak
ruminansia mampu mencerna bakam pakan yang berserat kasar tinggi.
Indikator penilaian pada materi ini adalah:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
70
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Jelaskan susunan alat percernaan pada ternak perah sebagai ternak ruminansia.
2. Kemukakan keuntungan dengan terjadinya proses fermentasi ransum di dalam
rumen ternak perah sebelum sampai ke usus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 11; 206 - 249).
3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle:
Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part III; 189 - 203).
4. Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder
Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press. Australia.
5. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 17; 271 - 280).
71
BAB 8 BANGUNAN KANDANG DAN
PERLENGKAPAN PADA TERNAK PERAH PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kandang merupakan salah satu sarana pokok penting dan turut menentukan
berhasil tidaknya usaha ternak sapi perah, dimana kandang merupakan tempat tinggal
sapi, tempat perlindungan ternak, tempat pengawasan kesehatan dan memudahkan
tatalaksana.
Pembuatan kandang membutuhkan bebepapa pertimbangan antara lain; Lokasi
kandang, Tipe kandang, syarat-syarat kandang, bagian-bagian kandang dan peralatan
kandang.
Untuk memperoleh produksi susu yang baik dan sehat maka perusahaan
peternakan sapi perah membutuhkan kamar susu sebagai tempat mengelolah dan
menyimpan air susu yang diproduksinya.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Fungsi kandang
- Penentuan lokasi dan syarat-syarat kandang
- Bagian-bagian kandang dan peralatannya
- Tipe kandang
- Kamar susu dan peralatannya.
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke delapan dan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang
membahas tentang fungsi kandang, penentuan lokasi kandang dan syarat-syarat
kandang pada Peternakan sapi perah, bagian-bagian kandang dan peralatannya, jenis
dan tipe kandang pada ternak perah serta kegunaan dan manfaat dari pada kamar susu
dan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan air susu. Bab ini
merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan fungsi kandang pada ternak perah.
72
2. Menjelaskan bagaimana menentukan lokasi kandang dan syarat-syarat
kandang pada ternak perah.
3. Menjelaskan bagian-bagian kandang dan peralatannya.
4. Menjelaskan jenis dan tipe kandang pada ternak perah.
5. Menjelaskan kegunaan dan manfaat dari pada kamar susu dan peralatan-
peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan air susu.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. FUNGSI KANDANG
1. Kandang merupakan tempat tinggal ternak dan tempat bekerja bagi
pemelihara/peternak yang mengurus ternak setiap hari.
2. Kandang merupakan salah satu sarana pokok penting, yang langsung maupun
tidak langsung setiap saat turut menentukan berhasil tidaknya usaha ternak perah.
3. Kandang merupakan tempat perlindungan ternak yang memberikan keamanan dari
gangguan binatang buas dan pencuri maupun gangguan alam, misalnya angin
kencang, terik matahari, air hujan suhu dingin di malam hari dan lain-lain.
4. Kandang merupakan tempat pengawasan kesehatan bagi ternak perah.
5. Untuk memudahkan tatalaksana seperti; kontrol, pemberian pakan, pengawasan,
pemerahan, memandikan sapi, penanganan kotoran, pengobatan dan lain-lain.
Kadang-kadang fungsi kandang disesuaikan dengan tatalaksana dan cara
pemeliharaan yaitu:
1. Ternak tinggal di dalam kandang siang dan malam dan segala kebutuhannya
dipenuhi ddi dalam kandang. Ternak tidak perlu berjalan dari kandang ke padang
rumput dan sebaliknya. Cekaman sinar matahari dapat dihindari sehingga ternak
tidak banyak kehilangan energi. Kelemahannya yaitu membutuhkan waktu, modal
investasi, biaya pemeliharaan yang tinggi. Birahi kadang-kadang tidak nyata,
sehingga perkembang biakan kurang dan angka kelahiran rendah.
2. Ternak tinggal di dalam kandang pada siang hari, kemudian pada malam hari
berada di luar kandang. Untuk daerah tropis yang suhu di malam hari rendah,
cara ini cocok untuk bangsa sapi FH. Dengan cara ini sapi terhindar dari
cekaman sinar matahari, sehingga kehilangan banyak energi dapat terhindar dan
ternak dapat berkembang biak dengan baik. Kelemahannya adalah modal
investasi kandang dan biaya pemeliharaan yang tinggi.
3. Siang malam ternak berada di luar kandang, kandang untuk tempat tinggal ternak
tidak diperlukan, selain dari bangunan kecil tempat pemerahan, yang sekaligus
dilengkapi dengan tempat pemberian ransum berupa makanan penguat.
73
Kemudian di padang penggembalaan/ kebun rumput ditanamai pohon-pohonan
sebagai pelindung ternak dari terik matahari pada siang hari. Pengaruh jelek dari
iklim bagi sapi yang selalu hidup bebas dapat diabaikan karena kemampuannya
beradaptasi terhadap lingkungan. Biaya investasi dan perawatan rendah. Cara ini
membutuhkan tanah untuk padang penggembalaan yang cukup luas.
B. LOKASI DAN SYARAT-SYARAT KANDANG
Gambar 34. Kandang yang Ideal untuk Sapi Perah
1. Lokasi Kandang
Lokasi kandang harus memberikan keuntungan ekonomis bagi peternak dan
menjamin kesehatan bagi ternaknya. Dalam mendirikan usaha ternak perah, perlu
diperhatikan lokasi/tempat/daerah di mana usaha itu akan dilaksanakan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi kandang antara
lain:
a. Sumber air. Air bagi peternakan sapi perah sangat vital untuk kebutuhan air
minum, memandikan ternak, satitasi kandang, pengairan pada tanaman pakan dan
lain-lain.
b. Mudah transportasi ke pemasaran. Lokasi usaha ternak perah hendaknya tidak
jauh dari daerah konsumen dengan transportasi yang mudah dan murah, sehingga
tidak memperbesar biaya.
c. Sumber pakan. Sumber pakan penguat/konsentrat mudah didapat dan murah,
sebab 70 – 80 % biaya produksi merupakan biaya pakan. Bahan pakan yang
mudah dan murah dapat menekan biaya produksi.
74
d. Tidak berdekatan perumahan rakyat. Lokasi yang dekat dengan perumahan
akan menimbulkan masalah social yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat, seperti kesehatan masyarakat sekelilingnya dan kesehatan air susu.
e. Tidak terkena kemungkinan adanya perluasan kota, sebab kalau hal ini terjadi
akan timbul berbagai masalah sosial.
f. Keadaan iklim dan jenis tanah. Iklim yang kering merugikan bagi sumber air dan
hijauan pakan. Tanah harus subur bagi pertumbuhan hijauan pakan, sebab tanah
yang tidak dapat ditanami hijauan akan mempersulit penyediaan hijauan pakan.
2. Syarat-syarat Kandang
Bangunan kandang hendaknya didasarkan pada keperluan usaha peternakan
sapi perah dengan tujuan mengurangi penggunaan waktu dalam pemeliharaan serta
efisiensi kerja dan tenaga kerja. Besarnya bangunan kandang harus disesuaikan
dengan rencana jumlah ternak yang akan dipelihara dan keadaan iklim setempat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembengunan kandang antara lain:
a. Cahaya matahari. Kandang harus dapat diterangi secara langsung maupun tidak
langsung oleh sinar matahari. Jadi kandang harus selalu terang guna mencegah
berkembangnya mikroorganisme yang akan mengganggu ternak di dalam
kandang serta memudahkan pembersihan.
b. Ventilasi. Ventilasi berfungsi untuk memperlancar keluar masuknya udara dari
dalam dan luar kandang. Jika ventilasi sempurna, maka ruangan kandang tidak
akan pengap, lembeb, kotor, berdebu, berbau dan panas. Jadi pengaturan
ventilasi yang baik merupakan kunci dalam menciptakan ruangan kandang yang
sehat. Konstruksi kandang diusahakan sedapat mungkin memudahkan
pertukaran udara segar. Di Indonesia, ventilasi kandang dapat dengan mudah
diatur sepanjang waktu, karena kandang dapat dibuat dengan dinding setengah
terbuka sehingga memungkinkan pertukaran udara yang lancar.
c. Tidak terlindung oleh pepohonan. Kandang yang terlindung oleh banyak
pepohonan yang rimbun akan menghalangi sirkulasi udara dan sinar matahari.
d. Letak kandang. Tidak tergenang air dan kandang harus berdekatan dengan
tempat/rumah petugas supaya dapat mempermudah pengawasan terhadap
kesehatan, keamanan, tatalaksana dan lain-lain. Kandang harus ditempatkan
lebih tinggi dari pada lokasi padang rumput, sehingga kotoran-kotoran dari
kandang dapat dengan mudah dialirkan ke kebun rumput.
75
C. BAGIAN-BAGIAN KANDANG DAN PERALATANNYA
1. Bagian-Bagian Kandang
a. Dinding kandang. Dinding kandang dibedakan atas 2 yaitu:
- Dinding pembatas sekeliling kandang.
- Dinding penyekat.
Dinding pembatas tergantung dari keadaan setempat yaitu
- Terbuka, hanya terdiri dari sekat-sekat kayu (tanpa dinding).
- Semi terbuka, tertutup setinggi 1,5 m.
- Tertutup.
Semi terbuka dan terbuka mempunyai keuntungan antara lain:
- Terjamin keluar masuknya (pertukaran) udara.
- Terjamin masuknya sinar matahari terutama sinar matahari pagi.
Tujuan sinar matahari pagi yaitu:
- Sinar ultraviolet sangat menunjang pembasmian kuman.
- Membantu proses pembentukan vitamin d pada ternak.
- Mempercepat proses pengeringan lantai kandang.
Dinding penyekat untuk per ekor sapi bias terbuat dari tembok, pipa besi
atau kayu. Seekor sapi membutuhkan tempat seluas 1,2 x 1,75 m. Guna dinding
penyekat ini adalah supaya sapi tidak saling terganggu antara satu dengan yang
lainnya. Ukuran dinding penyekat; pada bagian depan dekat tempat makan
setinggi 1,25 m sedang bagian belakang setinggi 0,75 m.
b. Atap kandang. Atap berfungsi untuk:
- Melindungi ternak dari terik matahari dan dari air hujan.
- Menjaga kehangatan ternak pada malam hari serta menahan panas yang
dihasilkan oleh tubuh hewan.
Sudut kemiringan atap diusahakan sekitar 30 % untuk memperlancar jalannya air
hujan.
Bahan atap bias terbuat dari; asbes, genteng, seng dan bahan lain yang tersedia.
Namun yang paling baik adalah dari genteng, karena tidak terlalu panas,
sedangkan seng dapat mengakibatkan kepanasan di siang hari dan pada malam
hari menjadi sangat dingin. Bahan lain seperti daun kelapa atau daun rumbia
memang harganya relatif murah tetapi banyak resiko yaitu; mudah terbakar, tidak
tahan lama dan mudah menjadi sarang tikus.
76
c. Lantai kandang. Syarat-syarat lantai kandang antara lain:
- Keras (tahan terhadap injakan)
- Mempunyai kemiringan, kemiringan lantai kandang 2 – 3 cm ke arah selokan.
- Tidak licin, lantai yang licin memudahkan ternak tergelincir/jatuh.
- Tidak mudah lembab, lantai yang lembab dan becek dapat menjadi saran
kuman.
- Tidak kasar, lantai yang kasar dapat mengakibatkan kulit ternak menjadi lecet.
d. Tempat makan dan tempat air minum. Tempat makan dan tempat air minum
bias terbuat dari beton, ember atau papan yang berbentuk kotak. Kandang yang
disekat-sekat dengan pembatas tempat makan dan tempat air minum disediakan
secara individu. Ukuran tempat makan 80 x 50 cm dan tempat minum 40 x 50 cm
dengan tinggi sebelah dalam 40 cm, sebelah luar 80 cm dan dasarnya cekung,
permukaannya halus.
e. Parit/selokan/drainase. Air pembersih kandang dan air mandi ternak agar
mudah mengalir ke lubang pembuangan maka bagian belakang lantai kandang
dan sekeliling kandang harus dilengkapi selokan dengan ukuran 20 cm dengan
kedalaman 15 cm. Dengan adanya selokan maka air pembersih kandang, air
mandi ternak, air kencing dan kotoran sapi mudah mengalir untuk dikumpulkan di
dalam bak pembuangan kotoran.
f. Gang. Gang tengah lebarnya antara 2 – 3 m, rata-rata 2,5 m. Untuk deretan
ternak yang bertolak belakang, gang tengah lebarnya 3 m sedang yang
berhadapan lebarnya 2 m. Permukaan gang dibuat kasar dan miring sedikit ke
arah selokan. Gang pinggir lebarnya antara 1 – 1,5 m. Gang ini gigunakan untuk
tempat persediaan hijauan pakan. Di sepanjang gang pinggir dibuat parit kecil
selebar 10 cm untuk keperluan drainase.
g. Lubang pembuangan kotoran. Lubang pembuangan ini sekurang-kurangnya
sejauh 10 m dari kandang. Lubang ini jika penuh harus segera dikeluarkan isinya
untuk diperoses sebagai pupuk organik.
2. Peralatan Kandang
Peralatan kandang yang selalu dipakai antara lain:
a. Skop. Untuk mengambil/membuang kotoran, ada juga yang dipakai untuk
mengaduk/mencampur makanan penguat.
77
b. Sapu. Untuk membersihkan kandang, sebaiknya yang dibuat dari lidi daun pohon
kelapa.
c. Ember. Untuk mengangkat air, makanan penguat, memandikan ternak. Ember
yang digunakan sebaiknya anti karat, seperti ember plastik.
d. Sikat. Untuk menggosok badan ternak waktu dimandikan, juga untuk menggosok
lantai waktu membersihkan kandang. Sikat yang baik terbuat dari ijuk.
e. Gerobak dorong. Untuk mengangkut kotoran, sampah, sisa-sisa rumput ke
tempat pembuangan.
f. Tali. Untuk mengikat dan keperluan lain; tali pengikat hendaknya jangan terlalu
kecil, karena mudah putus, juga dapat melukai kulit ternak.
g. Parang. Untuk memotong dan mencincang hijauan makanan ternak
h. Bangku kecil. Diperkunakan pemerah waktu pelakukan pemerahan.
D. JENIS DAN TIPE KANDANG
3. Jenis-jenis Kandang
a. Kandang sapi dewasa (sapi laktasi)
Gambar 35. Kandang Sapi Dewasa
Ukuran kandang 1,75 x 1,2 m, masing-masing dilengkapi tempat makan dan
tempat air minum dengan ukuran masing-masing 80 x 50 cm dan 50 x 40 cm.
Kandang sapi dewasa dapat juga dipakai untuk sapi dara.
b. Kandang pedet
78
Gambar 36. Kandang Pedet Sapi Perah
Kandang pedet ada 2 macam yaitu individual dan kelompok. Untuk kandang
individual sekat kandang sebaiknya tidak terbuat dari tembok supaya sirkulasi
udara lancar, tinggi sekat + 1 m. Ukuran kandang untuk 0 – 4 minggu 0,75 x 1,5 m
dan untuk 4 – 8 minggu 1 x 1,8 m. Pada kandang kelompok adalah untuk anak
sapi yang telah berumur 4 – 8 minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan pada umur 8
– 12 minggu 1,5 m2/ekor dengan dinding setinggi 1 m. Dalam satu kelompok
sebaiknya tidak dari 4 ekor. Tiap individu harus dilengkapi tempat makan dan
tempat air minum.
c. Kandang pejantan. Sapi pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus.
Ukuran lebih besar dari pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat. Bentuk
yang paling baik untuk kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau
Loose Box. Lebar dan panjang untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan
ukuran halaman 4 x 6 m. Tinggi atap hendaknya tidak dijangkau sapi yaitu 2,5 m,
tinggi dinding kandang dan pagar halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm.
Lebar pintu 150 cm dilengkapi dengan beberapa kayu penghalang. Pagar halaman
terbuat dari tembok setinggi 1 m, di atasnya dipasang besi pipa dengan diameter 7
cm, disusun dengan jarak 20 cm. Lantai kandang dibuat miring ke arah pintu,
perbedaan tinggi paling tidak 5 cm. Lantai halaman lebih baik dari beton.
Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti pada kandang yang lain.
Pemberian ransum harus dilakukan dari luar kandang/dinding demi untuk
keamanan.
d. Kandang kawin. Tempat kawin dibuat pada pada bagian yang berhubungan
dengan pagar halaman kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar
perkawinan dapat berlangsung dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin;
79
panjang 110 cm, lebar bagian depan 55 cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi
bagian depan 140 cm dan tinggi bagian belakang 35 cm. Bahan kandang kawin
sebaiknya digunakan balok berukuran 20 x 20 cm. Tiang balok ditanam ke dalam
tanah sedalam 50 – 60 cm dan dibeton supaya kokoh.
e. Kandang isolasi/Kandang darurat. Kandang ini dibangun sebagai tempat
pengobatan sapi yang sakit. Pada tempat ini sapi yang sakit dapat diobati dengan
mudah dan sapi tidak sukar ditangani. Ukuran kandang yaitu; panjang 150 cm,
lebar 55 cm dan tinggi 150 cm. Letaknya terpisah dengan kandang sapi yang sehat
dengan tujuan penyakit tidak mudah menular.
f. Kandang melahirkan. Ukurannya 6 x 6 m, perlengkapannya sama dengan
kandang sapi dewasa. Lantainya miring ke arah pintu tiap 1 m turun 1 cm dan
dibuat kasar. Sebaiknya kandang melahirkan ini tidak dekat dengan kandang
pedet. Selokan pembuangan terpisah dari selokan kandang dewasa. Sudut-sudut
dinding dibuat melengkung agar mudah dibersihkan.
4. Tipe Kandang
Gambar 37. Tipe Kandang Sapi Perah
a. Kandang tipe tunggal. Tipe kandang ini terdiri dari satu baris sapi dengan
kepala satu arah. Bentuk ini tepat untuk jumlah ternak tidak lebih dari 10 ekor.
80
b. Kandang tipe ganda. Tipe kandang ini terdiri dari dua baris yang sejajar yang
terdiri dari 3 model yaitu:
1. Gang di tengah, kepala sapi berlawanan arah. Model ini pandangan sapi
luas dan terbuka serta mudah dalam pengawasan. Ternak tenang di dalam,
tidak mudah terganggu oleh ternak yang lain dalam sekandang. Model ini
digemari oleh peternak dan cocok untuk pemeliharaan sapi lebih dari 20
ekor.
2. Gang di tengah, kepala sapi saling berhadapan. Gang di tengah agak lebar.
Model ini kurang disenangi karena pengawasan membutuhkan waktu dan
tenaga yang banyak.
3. Gang di tengah, kepala sapi saling berhadapan dengan gang ditengah
sempit. Model ini sangat padat, lebih banyak menimbulkan gangguan pada
sapi, susah melakukan pengawasan.
c. Kandang berhalaman. Tipe kandang ini adalah kandang beratap yang
dilengkapi dengan halaman untuk gerak badan. Dengan sistem ini ternak tidak
diikat. Tempat makan dan tempat air minum berada di halaman kandang.
Perbandingan luas kandang antara beratap dengan halaman adalah 1 : 2.
Kandang berhalaman cocok untuk pemeliharaan sapi yang masih muda, sapi
bunting, sapi kering dan pejantan yang memerlukan banyak gerak dan
membutuhkan sinar matahari yang cukup. Cara ini dapat pula diterapkan untuk
pemeliharaan sapi yang sedang laktasi.
Keuntungan tipe ini antara lain:
1. Pemakaian tenaga kerja sedikit
2. Ternak hidup dengan nyaman
3. Kebutuhan penerangan lebih sedikit
4. Gangguan terhadap kekakuan kaki, kebengkakan lutut , lecet pada paha, luka
pada pundah dapat dikurangi.
5. Kelemahan tipe ini antara lain:
6. Pekerja kandang lebih banyak terkena panas matahari.
7. Ternak saling terganggu terutama kalau ada yang nakal, sehingga untuk
mencegah hal ini harus dilakukan pemotongan tanduk atau ternak yang nakal
dipisahkan.
8. Lahan yang dibutuhkan untuk kandang lebih luas.
81
5. Kamar Susu dan Kegunaannya
Pada usaha Peternakan sapi perah harus mempunyai kamar susu, yang
digunakan untuk menyimpan dan membagi air susu untuk keperluan pemasaran.
Untuk itu diperlukan kamar susu kamar susu yang bersih. Kamar susu harus
memenuhi beberapa pensyaratan antara lain:
1. Kamar susu tidak berhubungan langsung dengan kandang, untuk mencegah
kontaminasi kotoran dan bau dari kandang.
2. Bagian dalam pada kamar susu harus berdinding ubin porselin, berlantai beton
dan mudah dibersihkan.
3. Ventilasi kamar susu harus baik, sehingga udara segar selalu terjamin, dan cukup
terang.
6. Peralatan Susu
Semua peralatan susu yang digunakan dalam perawatan susu harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Halus
b. Rata
c. Mudah dibersihkan
d. Tidak berkarat
e. Tidak mengisap air
f. Tidak merusak susu
Gambar 38. Peralatan Susu
82
Peralatan yang banyak dipakai antara lain:
1. Botol susu, mulut dan leher botol sebaiknya lebar supaya mudah dibersihkan.
Botol susu mempunyai bermacam-macam ukuran yaitu; 0,25 liter, 0,5 liter dan 1
liter. Sebagai pengganti botol susu, sekarang ini banyak dipakai kertas yang
dilapisi dengan zat yang tidak tembus air, yang hanya dipakai sekali saja. Botol
bekas minuman lain seperti botol limon, bir atau kecap tidak diperkenankan
dipakai untuk melayani langganan.
2. Takaran susu/literan dan corong, harus terbuat dari aluminium atau logam
yang dilapisi dengan email atau timah untuk mencegah karatan. Alat ini dipakai
untuk memasukkan susu ke dalam botol susu. Pada perusahaan susu yang
telah maju memakai alat mekanis untuk memindahkan susu ke dalam botol
susu, sehingga tidak diperlukan lagi corong.
3. Ember susu, sebaiknya terbuat dari aluminium karena yang terbuat dari seng
mudah berkarat. Ember susu untuk pemerahan hendaknya mempunyai mulut
yang bulat lonjong dan mempunyai telinga pada tempat yang gepeng. Telinga
ember dimaksudkan untuk menempatkan ember di atas lutut si pemerah agar
tidak merosot ke bawah. Ukuran ember dari 8 sampai 10 liter. Ember plastik
dapat juga dipakai, akan tetapi tidak tahan lama.
4. Kaleng susu atau drum susu, juga harus terbuat dari aluminium. Apabila
terbuat dari logam tembaga/besi harus dilapisi dengan email. Kaleng susu ini
bermulut lebar dan bertutup rapat dengan ukuran 5 – 40 liter. Kaleng susu ini
banyak dipakai untuk menyimpan dan mengangkut susu.
5. Alat penyaring,
6. Perlengkapan lain, yaitu alat pasteurisasi dan sterilisasi.
PENUTUP
Kandang mempunyai tujuan yang sangat penting dalam usaha ternak perah,
dimana kandang merupakan tempat tinggal ternak, tempat perlindungan ternak, tempat
pengawasan kesehatan dan memudahkan tatalaksana.
Bebepapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penempatan dan pembuatan
kandang perah perah antara lain; Lokasi kandang, tipe kandang, syarat-syarat kandang,
bagian-bagian kandang dan peralatan kandang.
83
Kamar air susu dan peralatannya merupakan sarana penting dalam pengelolaan
perusahaan peternakan sapi perah dalam upaya menghasilkan air susu yang baik dan
sehat.
Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Kemukakan fungsi-fungsi kandang seara umum.
2. Jelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi kandang
untuk peternakan sapi perah.
3. Sebutkan jenis-jenis kandang untuk ternak perah.
4. Kemukakan jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam pengolahan air susu.
5. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada kamar susu sebagai tempat
pengolahan air susu.
84
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
2. Alim, A. F. dan T. Hidaka. 2002. Teknologi Sapi Perah di Indonesia: Pakan dan
Tatalansana Sapi Perah. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project. Bandung.
3. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 16; 410 – 428).
4. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle:
Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part V; 411 – 425).
5. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy
Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 27; 428 – 444).
6. Maton, A., J. Daelemans and J. Lambrecht. 1985. Housing of Animals. Elsevier, Amsterdam-Oxford-New York- Tokyo.
85
BAB 9 METODE PEMERAHAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk menjadi peternak sapi perah yang baik dan berhasil dalam usahanya,
maka peternak harus mengetahui metode pemerahan yang baik dan benar, dimana
sistem pemerahan merupakan pekerjaan yang memerlukan keterampilan dan
kelembutan dalam menangani ternak.
Salah satu faktor yang terpenting untuk sukses dalam peternakan sapi perah
adalah bagaimana melaksanakan pemerahan yang baik sehingga memperoleh susu
yang bersih dan sehat.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Syarat-syarat pemerahan.
- Persiapan dalam pemerahan.
- Teknik pemerahan
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke sembilan dan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang
membahas tentang syarat-syarat pemerahan, persiapan dalam pemerahan dan teknik
pemerahan. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan syarat-syarat dalam melaksanakan pemerahan.
2. Menjelaskan persiapan-persiapan dalam melaksakan pemerahan.
3. Menjelaskan bagaimana teknik pemerahan yang baik.
86
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Proses pemerahan bukanlah pekerjaan yang sederhana, akan tetapi pemerahan
adalah pekerjaan yang memerlukan keterampilan dan kelembutan dalam menghadapi
ternak.
Teknik pemerahan turut mempengaruhi kelangsungan produksi susu. Teknik
pemerahan terdiri dari dua cara yaitu :
a. Menggunakan mesin pemerah
b. Secara manual dengan menggunakan tangan
Gambar 39. Metode Pemerahan dengan Menggunakan Mesin
A. SYARAT-SYARAT PEMERAHAN
Untuk mendapatkan susu yang bersih dan sehat pemerah harus memperhatikan
hal-hal sebagai:
1. Kesehatan Sapi
Sapi yang akan diperah harus diperiksa dan bebas penyakit menular (terutama
yang zoonosis) seperti:
- Tuberculosis
- Brucellosis
- Mastitis, dan lain-lain.
2. Kesehatan Petugas
Petugas pemerah harus dalam kondisi sehat dan bersih. Sebelum melakukan
pemerahan yang perlu diperhatikan antara lain:
87
- Mencuci tangan dengan bersih, kemudian dilap sampai kering
- Kuku tidak boleh panjang, sehingga tangan terjaga kebersihannya dan tidak
melukai puting susu.
3. Kebersihan Tempat dan Peralatan
• Tempat dan peralatan yang kotor dan berbau busuk akan mencemari air susu
• Mempercepat proses pembusukan
• Air susu menjadi asam atau rusak
• Tempat dan peralatan yang akan dipakai harus bersih dan higienes
4. Kebersihan Sapi
• Sapi yang akan diperah harus dimandikan terlebih dahulu atau dibersihkan
terlebih dahulu pada bagian-bagian tertentu seperti: lipatan paha, ambing,
putting, ekor, dan lain-lain.
• Kotoran yang melekat pada tubuh sapi akan mencemari air susu
• Air susu yang tercemar akan mudah rusak.
5. Kebersihan Kamar Susu
Kamar susu harus selalu mendapat perhatian agar:
- Selalu dalam keadaan bersih
- Terhindar dari lalat
- Jauh dari timbunan sampah
- Mendapatkan ventilasi yang sempurna
- Mempunyai drainase yang baik di sekitarnya
- Sebaiknya terpisah dengan kandang
6. Pemerahan yang Teratur
Sebaiknya pemerahan mempunyai jadwal yang teratur, sehingga tidak
menimbulkan stress pd sapi yang diperah. Sapi memiliki kebiasaan kapan diperah,
dimandikan dan diberi makan.
B. PERSIAPAN DALAM PEMERAHAN
Persiapan yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum melakukan proses
pemerahan antara lain:
88
1. Menenangkan Sapi
Cara yg dilakukan untuk menenangkan sapi antara lain:
- Memberikan makanan konsentrat terlebih dahulu
- Memegang-megang tubuh sapi secara perlahan-lahan
- Menghindari terjadinya kegaduhan pada sapi
2. Membersihkan Kandang dan Sapi
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Memcuci lantai kandang dan membersihkan kandang dari bau-bauan (dari
kotoran sapi, silase, dan lain-lain), karena air susu mudah menyerap bau
yang dapat mempengaruhi kualitas air susu.
- Memandikan sapi
- Mencuci lipatan paha dan bagian belakang sapi, ambing dan puting susu
dibersihkan dengan air hangat lalu dikeringkan dengan lap halus.
- Satu atau dua pancaran pada pemerahan awal (stripping) dari setiap puting
dibuang.
3. Mengikat Sapi
Sapi diikat dengan tali pada tempat tertentu seperti pada kaki belakang dan
begitu juga ekor.
4. Mencuci Tangan
• Sebelum melakukan pemerahan, tangan pemerah dicuci bersih dengan
menggunakan sabun dan air hangat.
• Tangan dilap sampai kering lalu diolesi dengan minyak kelapa agar
pemerahan lebih lembut dan tidak terasa sakit
5. Melicinkan puting
• Puting yang akan diperah diolesi dengan minyak kelapa atau vaselin agar
licin, sehingga memudahkan proses pemerahan dan tidak terasa sakit.
• Air susu tidak boleh tercemar dengan pelicin puting (minyak kelapa atau
vaselin).
6. Meransang Keluarnya Air Susu
Sapi yang pertama kali diperah kadang-kadang sulit keluar air susunya. Hal
yang perlu dilakukan antara lain:
89
- Menyusukan pedet pada induknya sebagai langkah awal, sehingga proses
pemerahan selanjutnya bisa lebih lancar
- Melakukan pemerahan bertahap, sapi diperah sedikit demi sedikit, dan
lama kelamaan sapi sudah terbiasa diperah.
- Bagian belakang dan depan pada ambing dan puting perlu dipijat-pijat
untuk melancarkan turunnya air susu.
7. Perlengkapan dan Peralatan
Perlengkapan dan peralatan tersebut antara lain: ember, milk can,
(penampungan air susu), kain penyaring dan lain-lain. Semua perlengkapan dan
peralatan sebelum dan sesudah dipakai harus dalam keadaan steril, yaitu dicuci
dengan sabun dan dibilas dengan air panas kemudian dijemur.
C. TEKNIK PEMERAHAN
Di negara maju pemerahan telah dilakukan dengan mesin pemerah. Di
negara berkembang seperti Indonesia, petani peternak pada umumnya dilakukan
secara alami (menggunakan tangan).
Teknik pemerahan dengan tangan ada 2 cara yaitu:
1. Menggunakan 2 jari
Teknik pemerahan dengan menggunakan 2 jari adalah sebagai berikut :
- Memegang pangkal puting susu antara ibu jari dengan jari tengah.
- Kedua jari ditekan dan sedikit ditarik ke bawah sampai air susu terpencar
keluar.
- Teknik ini dilakukan pada sapi yang memiliki puting susu yang pendek.
2. Menggunakan 5 jari
Teknik pemerahan dengan menggunakan 5 jari adalah sebagai berikut :
- Putting dipegang antara ibu jari dengan ke 4 jari lainnya.
- Ke 4 jari tersebut ditekan dan diawali pada jari yang paling atas kemudian
diikuti oleh jari lain yang ada di bawahnya sampai air susu terpencar keluar.
Pada awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut dan pelan-pelan,
kemudian dilanjutkan bisa lebih cepat, sehingga sapi yang diperah tidak terkejut atau
takut.
90
PENUTUP
Proses pemerahan memerlukan keterampilan dan kelembutan dalam
menghadapi ternak karena menentukan produksi susu yang dihasilkan.
Teknik pemerahan turut mempengaruhi kelangsungan produksi susu. Teknik
pemerahan terdiri dari dua cara yaitu (1) menggunakan mesin pemerah, (2) secara
manual dengan menggunakan tangan.
Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Kemukakan sayarat-sayarat pemerahan yang harus diperhatikan untuk
meperoleh susu yang bersih dan sehat
2. Jelaskan persiapan-persiapan yang perlu diperhatikan dalam persiapan proses
pemerahan.
3. Jelaskan 2 teknik pemerahan secara manual.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 16; 410
– 428).
3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle:
Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part V; 411 – 425).
4. Hidayat, A., P. Effendi, A. A. Fuad, Y. Patyadi, K. Tagucghi dan T. Sugiwaka.
2002. Teknologi Sapi Perah di Indonesia: Kesehatan Pemerahan. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project. Bandung.
91
5. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 27; 428 – 444).
6. Maton, A., J. Daelemans and J. Lambrecht. 1985. Housing of Animals. Elsevier,
Amsterdam-Oxford-New York- Tokyo.
92
BAB 10 PENYAKIT PADA TERNAK PERAH
DAN PENGENDALIANNYA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beberapa penyakit menular yang acute dan chronic yang biasa menyerang pada
sapi perah yang pada umumnya diakibatkan oleh bakteri, virus dan beberapa jenis
parasit. Jenis-jenis penyakit ini perlu diketahui penyebabnya, proses penularannya,
faktor-faktor kepekaannya, gejalah-gejalahnya, cara pencegahan dan pengobatannya,
sehingga peternak sapi perah dapat menlakukan pencegahan terhadap penyakit
tersebut dan melakukan tindakan pengobatan apabila ternak terserang penyakit.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Jenis-jenis penyakit menular pada sapi perah yang diakibatkan oleh bakteri dan
virus
- Jenis-jenis penyakit pada sapi perah yang diakibatkan oleh parasit
- Metode perawatan dan pengendalian penyakit pada ternak perah.
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke sepuluh dan lanjutan dari beberapa bab sebelumnya
yang membahas tentang cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan cara
pengobatan terhadap beberapa penyakit menular dan penyakit kelamin pada ternak
sapi perah. Membahas juga tentang beberapa jenis parasit luar dan parasit dalam yang
biasa menyerang pada ternak perah, serta tindakan-tidakan pengendalian penyakit
pada ternak perah. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan; penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan
cara pengobatan terhadap beberapa penyakit menular pada ternak sapi perah.
2. Menjelaskan penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan
cara pengobatan terhadap beberapa penyakit kelamin pada ternak sapi perah.
3. Menyebutkan beberapa jenis parasit luar dan parasit dalam yang biasa menyerang
pada ternak perah.
93
PEMBAHASAN
A. PENYAKIT MENULAR
Beberapa penyakit menular yang acute dan chronic pada sapi perah yang pada
umumnya diakibatkan oleh bakteri dan virus.
1. Mastitis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri :
- Steptococcus agalactiae
- Steptococcus dysgalactiae
- Steptococcus cocci
- Steptococcus uberi
- Staphylococcus cocci
- Staphylococcus aureus
- Escherechia coli
Penularan / Transmisi:
- Dengan perantaraan kontak puting
- Dengan perantaraan lalat
- Proses pemerahan yang tidak hygienis
Proses penularannya yaitu bakteri masuk melalui putting kemudian
berkembang biak di dalam kelenjar susu. Ini terjadi karena puting yang habis
diperah terbuka kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah yang
terkontaminasi bakteri.
Faktor Kepekaan:
- Sapi yang sudah tua lebih peka.
Gejalah-gejalah:
- Nafsu makan menurun, buluh kusam dan kasar.
- Suhu badan tinggi dan ambing terasa panas.
- Terjadi pembekuan fibrin dan leukosit dalam susu.
- Sewaktu pemerahan merasa tidak senang dan ambing membengkak.
- Air susu encer dan bergumpal kadang bercampur darah atau nanah.
Pencegahan:
- Sebelum dan sesudah pemerahan puting harus dihapus hamakan.
- Tangan pemerah harus dihapus hamakan.
94
- Lantai kandang harus selalu dibersihkan.
- Pedet betina jangan diberi air susu yang terserang mastitis.
- Menghindari ambing dan puting terhadap luka-luka.
- Setiap pemerahan diusahakan tidak ada air susu yang tertinggal dalam
puting.
- Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.
Pengobatan:
- Disuntikkan antibiotik seperti penicillin
- Diberikan Sulfamethazine melalui oral (mulut)
- Diberikan penicillin mastitis ointment atau oxytetracylin mastitis ointment.
2. Brucellosis (Keguguran)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri :
- Brucella abortus
- Brucella melitensis
- Brucella suis
Bakteri tersebut merusak alat reproduksi terutama pada dinding uterus,
selaput lendir, foetus dan ambing, sehingga kandungan menjadi tidak sehat,
akhirnya mengakibatkan abortus (biasanya abortus pada umur kandungaan 6 – 9
bulan).
Penularan / Transmisi:
- Melalui makanan dan air minnum yang tercemar dengan getah radang vagina.
- Melalui luka pada kulit dan selaput lendir pernapasan.
- Melalui kelenjar mamae dan coitus.
- Dari hewan ke hewan dengan perantaraan serangga, caplak dan kutu.
Faktor Kepekaan:
- Sapi yang baru melahirkan dan sapi yang sudah tua lebih peka.
Gejalah-gejalah:
- Kondisi badan berkurang dan laktasi menurun.
- Kelenjar supra mammair membesar.
- Abortus, biasanya terjadi pada triwulan ke tiga masa kebuntingan dan diikuti
infertilitas, anak yang lahir biasanya mati atau sangat lemah.
95
Pencegahan:
- Vaksinasi Strain 19.
- Penghapus hamaan pada kandang.
- Penyediaan kandang untuk beranak.
- Sebaiknya lebih banyak kawin IB.
- Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.
Pengobatan:
- Belum ada yang berhasil.
3. Tuberculosis (TBC)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri :
- Mycobacterium tuberculosis
Penularan / Transmisi:
- Melalui alat pernapasan dan pencernaan.
- Melalui makanan dan air minum yang tercemar tuberculose.
- Pada pedet melalui susu induk yang menderita tuberculose.
Faktor Kepekaan:
- Sapi yang masih muda lebih peka.
Gejalah-gejalah:
- Alat pernapasan dan pencernaan tersangkut.
- Suhu badan tetap normal.
- Frekuensi pernapasan bertambah.
- Batuk.
- Bulu kusam dan kering.
Pencegahan:
- Vaksinasi BCG.
- Menghindari pemberian susu dari induk yang terinfeksi TBC.
- Petugas harus bebas penyakit TBC, penyakit ini dapat menular dari manusia
ke sapi dan sebaliknya (Zoonosis).
- Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.
96
Pengobatan:
- Diberikan Streptomycin, Penstrep, INH.
4. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) / Apthae epizootica
Penyakit ini disebabkan oleh Virus :
Penularan / Transmisi:
- Melalui makanan, air minum dan peralatan yang terkontaminasi.
- Melalui hubungan langsung antara sapi yang sehat dengan sapi yang
menderita atas kena infeksi.
Gejalah-gejalah:
- Suhu badan meningkat, lesuh dan nafsu makan hilang.
- Peradangan kulit di sekitar kuku.
- Sapi pincang sehingga lebih banyak berbaring.
- Peradangan pada selaput lendir mulut, bibir dan gusi dan pada bagian
tersebut nampak lepuh-lepuh berwarna merah, kuning dan terasa panas.
- Keluar lendir dari mulut.
Pencegahan:
- Vaksinasi.
- Sanitasi kandang, tempat minum dan tempat makan secara kontinyu.
- Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.
Pengobatan:
- Diinjeksi antibiotik, sulfa dan pemberian vitamin A untuk memulihkan jaringan-
jaringan kulit yang rusak.
5. Anthrax (Radang Limpa)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri :
- Bacillus anthracis
Bakteri ini hidup di dalam tanah dan membentuk spora dan bertahan sampai
puluhan tahunn. Apabila spora tersebut masuk ke dalam tubuh sapi maka
dapat berkembang biak. Jadi untuk memusnahkan bekteri tersebut, sapi yang
mati terserang anthrax harus dibakar.
97
Penularan / Transmisi:
- Melalui makanan dan air minum
- Dengan perantaraan debu yang mengandung spora masuk melalui
pernapasan.
Gejalah-gejalah:
- Suhu badan meningkat, lemah dan gemetar.
- Selaput lendir merah.
- Pernapasan terganggu.
- Terjadi bisul-bisul.
- Mulut, telinga, anus dan vagina mengeluarkan darah.
- Pertama beraknya tertahan, kemudian encer dan kadang-kadang bercampur
darah.
- Limpah membengkak/membesar.
Pencegahan:
- Sanitasi kandang dan lingkungan.
- Vaksinasi.
- Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.
Pengobatan:
- Diberikan Streptomycin, Oxytetracylin dan Penicillin
B. PENYAKIT KELAMIN
Penyakit kelamin yang sering menyerang pada ternak sapi perah yaitu :
1. Vibriosis
- Vibriosis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh Vibrio foetus
dan menyebabkan sapi menjadi infertilitas, abortus atau kematian foetus.
Penularan / Transmisi:
- Melalui coitus
- Pejantan bersaama.
Faktor Kepekaan:
Sapi dara dan dewasa lebih peka.
98
Gejalah-gejalah:
- Tidak ada kelainan yang nampak pada jantan dan sperma tetap normal.
- Akut pada sapi betina.
- Siklus cetrus tidak teratur dan kadang lebih lama.
- Abortus dapat terjadi setiap waktu dan biasanya sekitar bulan ke 5.
- Fertlitas rendah.
Pencegahan:
- Vaksinasi.
- Suntikkan vibrio foetus hidup pada subkutan.
2. Vaginitis
- Penyakit ini terdapat pada kulit vulva dan penis sapi.
Gejalah-gejalah:
- Jaringan pada vagina kemerah-merahan, keras dan kelihatan berbintik-bintik.
- Pertumbuhan dan produksi susu menurun.
Pencegahan:
- Vaksinasi.
C. PENYAKIT PARASIT
Parasit terdiri dari :
a. Parasit Luar
Parasit luar ini menyebabkan penyakit kulit. Parasit luar yang biasa
menyerang pada ternak perah antara lain:
1. Kutu, Caplak, Tuma (Lice)
Ada 3 jenis caplak yang sering menyerang pada ternak perah yaitu:
- Bovicola bovis
- Haematopinus eurysternus
- Lignognathus vituli.
2. Kudis (Mange)
Ada 4 macam yang sering menyerang pada ternak perah yaitu:
- Chorioptic mange (Chorioptes bovis)
- Sarcoptic mange (Sarcoptes scabiei)
99
- Psoroptic mange (Psoroptes communis)
- Demodectic mange (Demodex Sp.)
3. Kurap (Ring worm)
Yang sering menyerang pada ternak perah yaitu:
- Trychophyton verrucosum
b. Parasit dalam
Parasit dalam yang umum menyerang pada ternak perah yaitu cacing. Pada
umumnya ternak perah terserang cacing diakibatkan karena faktor manajemen
yang kurang baik.
Cacing pada umumnya menyerang pada alat pencernaan seperti: hati, usus
lambung dan lain-lain. Jenis species cacing yang biasa menyerang pada ternak
perah antara lain:
1. Cacing Pita (Tape worm atau Plat worm)
- Bentuknya panjang dan agak besar
- Cacing ini menyerang pada usus ternak.
2. Cacing Gelang (Round worm) / Nematodes
- Bentuknya selinder dan kedua ujungnya meruncing, ukurannya kecil seperti
rambut, panjang + 12 –22 mm.
- Cacing ini menyerang pada usus ternak.
- Umumnya menyerang pada sapi muda.
- Menyebabkan ternak diare.
- Nafsu makan menurun, berat badan menurun.
- Apabila menyerang pada sapi dewasa, cacing tersebut mengisap darah pada
jaringan pencernaan dan akhirnya menyebabkan anemia.
- Siklus Hidup :
Kedua spesies tersebut di atas mempunyai sistem penyebaran yang
sama. Bila telur sudah matang/dewasa, dia meninggalkan tubuh sapi
kemudian keluar melalui saluran pembuangan. Apabila ternak digembalakan
di padang rumput, telur tesebut menetas menjadi larva kemudian melekatkan
dirinya pada helai rumput dan termakan oleh ternak yang sedang
digembalakan.
100
- Pembasmian :
Pemberian obat cacing secara teratur.
Jangan digembalakan ternak pada saat rumput masih basa.
3. Cacing Hati (Fasciola hepatica)
- Cacing ini berbentuk pipih.
- Menyerang pada saluran empedu dan juga menyerang pada jaringan hati.
- Penularan yaitu melalui makanan berupa rumput yang terkontaminasi larva
yang keluar dari induk semangnya.
- Gejalah-gejalahnya :
a. Berat badan menurun, pertumbuhan terhambat.
b. Anemia, lesuh dan pucat.
c. Produksi susu menurun
d. Kadang-kadang sapi menceret.
- Pencegahan/Pengobatan
a. Pembasmian siput dan bekicot yang menjadi induk semangnya.
b. Melakukan pemberian obat cacing secara teratur.
c. Menggunakan obat pembasmi fasciola berupa Bilevon,
Hexachlorphene.
- Siklus Hidup:
Telur cacing keluar dari tubuh ternak bersama kotoran dan
menempel pada helai rumput yang basah. Kemudian menetaas menjadi larva
lalu pindah ke tubuh siput yang hidup di tempat basah. Dalam tubuh siput
cacing berkembang dengan pembelahan, setelah perkembangannya
sempurna dia keluar dari tubuh siput dan menempel pada rumput atau daun-
daunan lalu termakan oleh ternak. Di dalam pencernaan (usus) muncullah
cacing, kemudian menembus dinding usus pindah ke hati bersama aliran
darah, setelah dewasa pindah ke saluran empedu dan di situ bertelur. Telur-
telur tersebut menuju ke saluran pencernaan melalui saluran darah dan
akhirnya keluar bersama foeces.
101
4. Cacing Perut (Stomach worm)
- Cacing ini dapat menyebabkan anemia, radang alat pencernaan dan
gangguan pencernaan.
- Sasaran utama cacing ini adalah pedet. Sapi dewasa yang lebih dari 2 tahun
tahan terhadap serangan cacing ini.
- Penularan yaitu melalui makanan dan air minum yang tercemar dengan larva
cacing.
- Gejalah-gejalahnya :
a. Berat badan menurun, pertumbuhan terhambat.
b. Anemia, lesuh dan pucat.
c. Kurus dan bulu kusam
d. Menceret.
- Pencegahan/Pengobatan
a. Pedet dan sapi dewasa tidak digembalakan secara bersama-sama.
b. Mutu makanan harus terjamin, sehingga sapi tahan terhadap infeksi
cacing.
c. Pengobatan dengan pemberian Anthelimintic.
- Siklus Hidup:
Telur cacing keluar dari tubuh ternak bersama foeces dan jatuh ke
tanah. Lima hari kemudian telur menetaas menjadi larva dan menempel pada
rumput. Jika cuaca panas larva yang menetas setelah beberapa hari
kemudian dia akan mati.
5. Cacing Paru-paru
- Cacing ini bersarang dan bertelur di dalam paru-paru dan telurnya per hari
mencapai ribuan.
- Penularan yaitu melalui makanan dan air minum yang tercemar larva.
- Gejalah-gejalahnya :
a. Paru-paru membengkak karena kerusakan jaringan pada paru-paru.
b. Sapi batuk.
c. Frekuensi pernapasan cepat dan sulit bernapas.
d. Kondisi menurun dan kurus.
102
- Pencegahan/Pengobatan
a. Sapi digembelakan pada padang rumput yang drainasenya baik,
tidak berair.
b. Hindari pemupukan pada padang rumput dengan pupuk kandang
yang berasal dari sapi yang terserang cacing.
c. Pemberian makanan yang baik.
d. Pengobatan dengan pemberian Anthelmintic.
- Siklus Hidup:
Telur cacing masuk ke saluran pencernaan pada saat sapi batuk,
dimana telur-telur tersebut terlempar keluar dan masuk ke dalam mulut,
bersama makanan masuk ke alat pencernaan. Kemudian telur menetaas
menjadi larva lalu keluar bersama kotoran sapi jatuh ke tanah. Larva tersebut
dapat bertahan pada tanah selama 1 bulan. Larva masuk ke tubuh pedet
bersama makanan dan tinggal dalam usus halus lalu menembus dinding usus
kemudian masuk ke paru-paru melalui aliran darah. Setelah 28 hari larva
menjadi cacing dewasa dan bertelur di dalam paru-paru.
D. TINDAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Usaha pencegahan terhadap penyakit dilakukan dengan tujuan agar
peternak selalu menjaga ternaknya tetap dalam keadaan sehat, sebagaimana
pepatah yang mengatakan bahwa sediakan payung sebelum hujan, lebih baik
melakukan pencegahan dari pada mengobati penyajit.
Kelihatannya dalam melaksanakan pencegahan penyakit cukup
menghabiskan biaya, tetapi peternak harus mengetahui bahwa ada penyakit kalau
menyerang ternak dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dapat
mengakibatkan usaha Peternakan bangkrut.
Berjangkitnya penyakit dalam suatu perusahaan biasanya disebabkan
karena pengelolaan yang kurang baik. Parasit dan kuman-kuman penyakit selalu
hidup subur di tempat-tempat yang kotor.
Untuk menjaga ternak supaya selalu sehat perlu dilakukan usaha-usaha
sebagai berikut:
1. Perawatan Kuku
Perawatan kuku dititik beratkan pada pemotongan kuku, agar kuku tidak
terlalu panjang. Sapi yang hidupnya lebih banyak di luar kandang kukunya cepat aus
103
sehingga bertambah panjangnya kuku kelihatan lebih lambat. Rata-rata pertambahan
panjang pada kuku 1 cm per bulannya. Kuku yang terlalu panjang dapat
mengakibatkan:
- Kuku mudah retak dan pecah-pecah, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit kuku pada ternak.
- Otot-otot pada kaki menjadi tegang terus menerus, hal ini dapat menimbulkan
rasa sakit dan ternak tidak tahan berdiri lama, ternak menjadi pincang
jalannya, bahkan kadang-kadang menjadi lumpuh.
- Ternak betina yang sedang bunting mudah jatuh, hal ini dapat menyebabkan
keguguran.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan kuku antara lain:
a. Pemotongan kuku.
Alat yang dapat dipergunakan untuk memotong kuku pada ternak yaitu
- Kakatua yang berukuran besar
- Gergaji besi
- Pahat atau pisau pemotong
- Renet sepasang kanan kiri
- Kikir kuku
Pemotongan kuku bisa dilakukan pada sapi yang sedang berdiri atau
berbaring. Jika memakai alat pemotong kakatua sebaiknya sapi pada posisi
berbaring. Jika memakai pisau atau gergaji besi pemotongan kuku dilakukan
pada posisi sapi sedang berdiri. Pemotongan dengan menggunakan pisau
biasanya menakutkan sapi, sehingga susah melakukannya. Pemotongan dengan
gergaji besi dapat mengurangi rasa tahut pada sapi.
Pelaksanaan pemotongan kuku:
- Pemotongan pada tempat yang berlantai tanah atau kayu
- Kuku dibersihkan terlebih dahulu agar terlihat jelas jika ada perubahan-
perubahan pada kuku.
- Tentukan bagian kuku yang akan dipotong.
- Bagian kuku yang dipotong adalah pada bagian muka dan samping muka dan
bagian belakang sama sekali tidak dipotong.
- Setelah pemotongan dihaluskan dengan menggunakan kikir.
104
b. Pencegahan penyakit kuku
Bakteri penyebab kerusakan atau penyakit kuku berasal dari Lumpur di
lapangan atau di padang rumput dan dari sekeliling tempat makan tempat air
minumdi dalam kandang.
Untuk mencegah gangguan bakteri ini perlu dibuat bak yang dangkal dari
beton yang berukuran 200 x 100 x 15 cm. Bak tersebut ditempatkan di muka pintu
masuk kandang agar sapi yang keluar masuk melewati bak tersebut. Bak ini diisi
dengan cairan pembasmi bakteri.
2. Perawatan Kulit
Salah satu fungsi kulit adalah mengatur panas badan. Kulit yang sehat
bebas dari penyakit parasit, mengkilat lentur atau elastis. Rambut yang tumbuh pada
kulit yang sehat adalah halus, tidah mudah rontok dan mengkilat. Ada 4 cara merawat
kulit yaitu:
a. Perawatan basah.
Yang dimaksud dengan perawatan basah adalah memandikan sapi sambil
menggosok kulitnya dengan sikat secara merata di seluruh tubuh. Gerakan
menyikat hendaknya berputar-putar, bolak-balik dengan menggunakan sikat yang
tidak terlalu kasar. Disamping kebersihan, kulit yang tergerak dengan gerakan
sikat akan meransang aliran darah di permukaan kulit sehingga menyehatkan
kulit. Sapi dimandikan setiap hari sebelum diperah.
b. Perawatan kering.
Yang dimaksud dengan perawatan kering adalah menggosok seluruh
permukaan kulit dengan sikat kering. Perinsip penyikatan sama dengan perawatan
basah, hanya tidak memakai air. Dengan penyikatan banyak debu dan kotoran
terlepas bertaburan, juga beberapa helai rambut ikut rontok. Penggosokan
dihentikan setelah tidak ada lagi debu yang keluar dari sela-sela rambut. Setelah
itu badan ternak dilap dengan kain pel yang kering. Dengan perawatan ini rambut
mengkilat, perawatan kering ini cukup dilakukan 2 kali seminggu.
c. Pemotongan rambut.
Ada tempat-tempat tertentu banyak ditumbuhi rambut seperti pada ujung
leher, diantara paha, ambing, bagian dalam daun telinga dan lain-lain. Rambut ini
perlu dipotong menjadi agak tipis, supaya tidak menjadi tempat bersarangnya
kutu.
105
d. Memberantas dan mencegah parasit.
Untuk menghindari kulit dari serangan caplak, lalat dan kutu digunakan
Asuntol atau Neguvon. Perawatan kulit yang baik akan menjadikan ternak tenang,
tidak banyak gerakan ekor, nafsu makan baik, proses produksi tidak terganggu.
3. Gerak Badan
Gerak badan pada sapi perah perlu dilakukan, terutama pada sapi yang
dikandangkan secara pull yaitu sapi dilepaskan setiap hari dilapangan eksesais yang
sudah disiapkan. Sapi yang tiap hari digembalakan tidak ada lagi istilah gerak badan,
karena dengan merumput sapi sudah cukup gerak badannya.
Luas tempat yang dibutuhkan untuk gerak badan yaitu + 50 m2 per ekor,
semakin luas semakin baik, karena kecil kemungkinan terjadinya becek. Waktu yang
dibutuhkan gerak badan sapi per hari + 2 jam yaitu pada pagi hari.
Manfaat gerak badan antara lain:
1. Peredaran darah menjadi lancar, metabolisme lebih baik, sapi segar dan
sehat.
2. Nafsu makan baik, birahi bisa lebih teratur.
3. Pembentukan lemak susu tidak terganggu.
4. Sapi bunting bisa lebih lancar melahirkan.
5. Bentuk/posisi kaki dan kuku menjadi lebih baik.
6. Pedet dan sapi darah pertumbuhannya lebih baik.
7. Pejantan nafsu kawinnya lebih baik, karena badan sehat otot-ototnya
padat.
4. Pengendalian Penyakit Mastitis secara Sederhana
Strategi pengendalian penyakit mastitis secara sederhana antara lain:
1. Pengaturan kelembaban dan ventilasi kandang
2. Mencegah diare yang diakibatkan oleh pakan yang berkualitas rendah.
3. Merawat luka sapi secara teratur.
4. Alas kandang senantiasa kering dan setiap hari dibersihkan.
5. Terapi antibiotika sewaktu kering kandang.
6. Puting senantiasa dibersihkan sebelum pemerahan dan puting dicelupkan ke
dalam larutan desinfektan setelah pemerahan.
7. Pemberian pakan hijauan yang segar dan pemberian konsentrat setelah
pemerahan.
8. Pemerahan yang baik dan benar.
106
9. Mencuci tangan sebelum memerah, sebaiknya dalam larutan desinfektan.
10. Tidak ada air susu yang tersisa dalam pting pada waktu pemerahan.
11. Melakukan pemeriksaan rutin secara teratur.
PENUTUP
Penyakit menular yang acute dan chronic yang biasa menyerang pada sapi perah
diakibatkan oleh bakteri dan virus seperti; Mastitis, Brucellosis, Tuberculosis, penyakit
Mulut dan Kuku, Anthrax, Vibriosis dan Vaginitis dan jenis penyakit yang diakibatkan
oleh parasit seperti; Kutu, caplak, tuma, kudis, kurapdan cacing.
Tindakan yang dilakukan dalam pengendalian penyakit pada ternak perah
seperti; Vaksinasi, kebersihan kandang, pemisahan ternak yang sakit, Perawatan kuku,
perawatan kulit, gerak badan dan pengendalian penyakit mastitis secara sederhana.
Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Jelaskan uapaya pencegahan penyakit mastitis pada ternak perah.
2. Kemukakan jenis-jenis penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan virus.
3. Kemukakaan jenis-jenis penyakit yang diakibatkan oleh parasit luar dan parasit
dalam.
4. Jelaskan silkus hidup pada cacing pita.
5. Kemukakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar ternak perah selalu
kondisinya sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 15; 357
- 384).
107
3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part V; 478 - 495).
4. Hidayat, A., P. Effendi, A. A. Fuad, Y. Patyadi, K. Tagucghi dan T. Sugiwaka.
2002. Teknologi Sapi Perah di Indonesia: Kesehatan Pemerahan. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project. Bandung.
5. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 8; 115 – 132, Chapter 22; 350 - 363).
108
MODUL 11 PENANGANAN DAN PEMASARAN
AIR SUSU
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air susu sapi mengandung semua zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan anak sapi. Susu juga sebagai bahan minuman manusia yang sempurna,
karena mengandung zat gizi dengan perbandingan yang optimal dan mudah dicerna.
Air susu adalah salah satu sumber protein hewani yang sangat baik untuk
kesehatan. Disamping itu air susu juga sangat baik sebagai media pertumbuhan bakteri.
Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas air susu perlu pencegahan terhadap
kerusakan dan juga bergabai bentuk produk olahan untuk dipasarkan.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Penanganan/kesehatan air susu
- Bentuk pemasaran air susu.
C. KAITAN BAB
Bab ini merupakan bab ke sebelas dan lanjutan dari beberapa bab sebelumnya
yang membahas tentang tata cara penanganan dan tata cara mempertahankan
kesehatan air susu, serta berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan cara penanganan dan cara mempertahankan kesehatan air susu.
2. Menjelaskan berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan.
PEMBAHASAN
A. PENANGAN/KESEHATAN AIR SUSU
Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
anak sapi. Susu juga sebagai bahan minuman manusia yang sempurna, karena
mengandung zat gizi dengan perbandingan yang optimal dan mudah dicerna.
Air susu adalah salah satu sumber protein hewani yang sangat baik untuk
kesehatan. Disamping itu air susu juga sangat baik sebagai media pertumbuhan
109
bakteri. Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas air susu perlu pencegahan
terhadap kerusakan.
Air susu sapi perah yang baik harus memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Bebas dari bakteri patogen.
2. Bebas dari zat-zat yang berbahaya ataupun toxin seperti insektisida.
3. Tidak tercemar oleh debu, foeces dan kotoran lainnya.
4. Memiliki rasa yang normal; khas rasa susu, manis dan segar.
Air susu yang normal dan sehat memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat
diamati seperti:
1. Warna air susu
Warna air susu yang sehat adalah putih kekuning-kuningan dan tidak tembus
cahaya. Kekuning-kuningan berarti memiliki kandungan vitamin A yang tinggi.
Air susu yang warnanya agak merah atau biru, dan encer seperti air, berarti
air susu tersebut tidak normal.
1. Air susu yang kemerah-merahan mungkin berasal dari sapi yang terserang
penyakit mastitis dan tidak boleh dikonsumsi.
2. Air susu yang kebiru-biruan menunjukkan bahwa air susu tersebut telah
dicampur air yang banyak.
3. Air susu yang berlendir dan bergumpal menunjukkan air susu tersebut telah
rusak atau asam.
2. Bau dan rasa
1. Air susu yang berbau asam menunjukkan bahwa susu tersebut telah basi.
2. Air susu yang busuk berarti rusak sama sekali.
3. Air susu yang rasanya agak asin atau asam dan pahit susu tersebut sudah
mulai rusak.
4. Air susu yang hambar memberi tanda bahwa susu tersebut telah dicampur
dengan air yang banyak.
5. Air susu yang masih murni/segar rasanya enak, gurih, sedikit manis dan agak
berlemak .
6. Berat jenis air susu yang normal adalah 1,027 – 1,031 pada suhu kamar.
110
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan
kesehatan air susu antara lain:
1. Kesehatan sapi
Air susu sapi yang akan dijual ke konsumer harus benar-benar bebas dari
penyakit menular terutama penyakit Tuberculosis (TBC), Brucellosis, Mastitis dan
sapi harus dalam keadaan bersih.
2. Pegawai atau petugas harus bersih dan sehat
Sebelum petugas melakukan pemerahan, tangan harus dicuci hamakan
dengan sabun atau desinfektan lalu dikeringkan dengan lap yang bersih. Disamping
itu, petugas harus dalam kondisi sehat tidak terserang suatu penyakit menular dan
penyakit infeksi.
3. Lingkungan Peternakan yang bersih
Kebersihan kandang harus senantiasa diperhatikan untuk mencegah
pencemaran kotoran pada air susu di waktu pemerahan. Karena susu merupakan
bahan yang sangat peka terhadap bau yang ada disekitarnya.
4. Peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih
Semua peralatan seperti alat penampungan, tempat penyimpanan air susu dan
lain-lainnya harus terbuat dari bahan dan bentuk yang mudah dibersihkan dan tidak
dilapisi cat. Sisa-sisa air susu yang masih melekat pada peralatan harus dibersihkan,
karena dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kuman-kuman. Peralatan harus
dicuci dengan air biasa kemudian air panas, setelah itu dijemur di bawah sinar
matahari.
5. Ruangan air susu harus terpisah
Tempat pengolahan dan penanganan air susu harus dilakukan dalam ruangan
khusus yang terpisah dengan ruangan lainnya. Seperti terpisah dengan kandang sapi
dan kamar petugas, untuk mencegah pencemaran terhadap air susu.
Sebaiknya ruang air susu ini harus berdinding dan berlantai dari bahan yang
berlapiskan porselin sehingga tahan air, mudah dibersihkan dan tidak berdebu.
6. Tersedia alat pendingin dan cara pengolahan yang tepat
Air susu merupakan media pertumbuhan kuman, dan dalam waktu yang
singkat akan berkembangbiak dengan cepat. Perkembangbiakan kuman akan
terhenti pada suhu 10o C dan pada suhu kamar akan berkembangbiak dengan baik.
111
Untuk itu harus menggunakan alat pendingin. Kalau tidak ada alat pendingin air susu
harus secepatnya diantar ke konsumen dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 jam.
7. Pasturisasi air susu
Pasturisasi adalah proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih
terdapat di dalam air susu. Pasturisasi dapat dilakukan dengan cara memasak air
susu pada suhu tertentu. Psturisasi ada 2 macam yang bisa dilakukan yaitu:
1. Temperatur rendah (72o C) selama 30 menit.
2. Temperatur tinggi (80o C) selama 3 detik.
B. Bentuk Pemasaran Air Susu
Berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan sebagai berikut:
Gambar 40. Bentuk Air Susu untuk Dipasarkan
1. Susu segar
Susu segar adalah air susu dari hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau
ditambah apapun. Air susu yang sudah direbus, dicampur gula, dicampur dengan
susu hasil pemerahan sebelumnya sudah tidak bias lagi dikategorikan sebagai susu
segar. Begitu pula susu sapi yang berasal dari sapi yang tidak sehat seperti sapi
yang terserang penyakit mastitis.
2. Whole milk
Whole milk sebenarnya adalah susu segar yang memiliki kandungan lemak
+ 3,25 %, bahan kering tanpa lemak (solid non fat) 8,25 %. Whole milk ini kemudian
112
dipasturisasi dengan maksud untuk membasmi bakteri yang dapat mendatangkan
penyakit.
3. Susu skim
Susu skim adalah susu segar yang sudah dikurangi lemaknya menjadi 0,1 %.
Sehingga susu skim ini cocok untuk bayi.
4. Fortified milk
Fortified milk adalah susu segar yang ditambah dengan vitamin-vitamin dan
mineral. Vitamin yang ditambahkan biasanya vitamin D, vitamin ini sangat penting
untuk pembentukan tulang pada bayi. Sedangkan air susu sudah kaya akan unsur
Ca dan P maka tidak perlu lagi ditambahkan unsur tersebut.
5. Susu konsentrat
Susu konsentrat adalah susu segar yang dipanaskan dengan maksud untuk
mengurangi kadar airnya sehingga menjadi susu yang kental. Susu konsentrat ini
dapat dibedakan atas 2 yaitu:
a. Susu kental tanpa gula, adalah air susu segar yang separuh airnya telah
diuapkan di dalam ruang hampa pada suhu 125o – 130o F. Kemudian susu
tersebut dimasukkan ke dalam kaleng tertutup dan disterilkan pada suhu 140o F
selama 15 menit.
b. Susu kental manis, adalah susu segar yang langsung ditambah gula terlebih
dahulu lalu diuapkan seperti pada susu kental tanpa gula. Kadar gula yang
ditambahkan adalah sebagai bahan pengawet sebanyak 40 – 44 % sedangkan
kadar lemaknya minimal 8,5 % dan bahan kering tanpa lemak 28 %. Susu
kental ini tidak baik untuk bayi karena kandungan lemaknya tinggi.
Kedua jenis susu ini banyak didapatkan di pasaran lebih-lebih susu kental
manis. Susu kental untuk menjadikan susu siap dikonsumsi diperlukan tambahan air
2 kali lipat dari susu kental (perbandingan susu kental dengan air yaitu 1:2), dengan
ini agar diperoleh susu cair yang sama nilainya dengan susu segar.
6. Susu kering (susu tepung)
Susu tepung ini terdiri dari 2 yaitu:
a. Susu tepung whole, adalah susu segar yang kandungan airnya diuapkan
sehingga menjadi tepung (dengan kadar air tinggal 2 %).
113
b. Susu tepung skim, adalah susu segar yang kadar lemaknya telah dikurangi
sehingga tinggal 0,1 % dan kadar airnya diuapkan hingga tinggal 3 %. Susu
tepung skim ini kandungan proteinnya tinggi dan kadar lemaknya rendah
sehingga cocok untuk bayi atau anak-anak yang sedang bertumbuh.
Air susu dapat diproses atau dipabrik dalam berbagai jenis untuk dipasarkan
seprti :
1. Cream (es cream)
Kadar lemaknya tinggi yaitu 40 %. Biasa dicampur dengan Coklat sebanyak
18 – 20 % dan titambahkan gula sebanyak 12 %.
2. Butter (mentega)
Kadar lemaknya sekitar 80 – 82 %, kadar air sekitar 14 – 16 %, Kadar
garam sekitar 1 – 4 %.
3. Cheese (keju)
4. Yogurt
PENUTUP
Air susu adalah salah satu sumber protein hewani yang sangat baik untuk
kesehatan. Disamping itu air susu juga sangat baik sebagai media pertumbuhan bakteri.
Oleh karena itu ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
mempertahankan kesehatan air susu antara lain: Kesehatan sapi, peternak harus bersih
dan sehat, lingkungan peternakan yang bersih, peralatan yang digunakan dalam
keadaan bersih, ruangan air susu harus bersih, tersedia alat pendingin dan cara
pengolahan yang tepat serta pasteurisasi air susu.
Ada berbagai jenis dan bentuk air susu untuk dipasarkan, seperti; susu segar,
whole milk, susu skim, fortified milk, susu konsentrat, susu kental susu kering dan juga
bergabai bentuk produk olahan seperti; es cream, mentega, keju, yogurt dan lain-lain.
Indikator penilaian pada materi adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
114
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Kemukakan faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan
kesehatan air susu.
2. Kemukakan berbagai jenis dan bentuk air susu untuk dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta.
2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 19; 464
- 487).
3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle:
Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part VI; 551 - 570).
115
BAB 12 BETERNAK KERBAU PERAH
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kerbau merupakan ternak ruminansia penghasil air susu yang penting setelah
sapi perah di daerah tropis, karena menghasilkan susu, daging, sebagai tenaga
kerja, disamping cara pemeliharaannya lebih sederhana dari pada sapi.
B. RUANG LINGKUP ISI
- Asal usul kerbau dan komposisi air susunya.
- Sistem pemeliharaan kerbau
C. KAITAN BAB
Modul ini merupakan modul ke delapan dan lanjutan dari modul ke dua yang
membahas tentang asal usul kerbau dan komposisi susunya, sistem pemeliharaan
pada anak kerbau, kerbau dara, kerbau bunting dan beranak (laktasi), kerbau kering,
kerbau pejantan, anak kerbau jantan, dan pemeliharaan kerbau secara umum.
D. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan asal usul kerbau dan komposisi susunya.
2. Menjelaskan sistem pemeliharaan pada anak kerbau, kerbau dara, kerbau
bunting dan beranak (laktasi), kerbau kering, kerbau pejantan, anak kerbau
jantan, dan pemeliharaan kerbau secara umum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Kerbau merupakan ternak ruminansia yang penting setelah sapi perah di
daerah tropis, karena menghasilkan susu, daging, sebagai tenaga kerja, disamping cara
pemeliharaannya lebih sederhana dari pada sapi. Kerbau terdapat di daerah tropis dan
sub tropis antara garis 30o Lintang Utara dan garis 30o Lintang selatan yaitu di Asia,
Afrika (Mesir, Tunisia), Eropah (Yunani, Italia, Hongaria, Rumania, Bulgaria, Yugoslavia,
Albania, Azerbayan), Amerika Latin (Trinidad, Brazilia, Peru, Equador) dan Australia
bagian Utara.
116
A. Asal Usul Kerbau
Domestikasi kerbau di India dimulai 5000 tahun yang lalu di lembah sungai
Indus dan di Cina kira-kira 1000 tahun selah di India. Kerbau yang telah dijinakkan
termasuk anggota sub-famili Bovinae di dalam genus Bubalus yang dibagi dalam 4
sub genus yaitu:
a. Bubalus caffer (Kerbau Afrika)
b. Bubalus bubalis (Kerbau Asia)
c. Bubalus mindonensis (Kerbau Mindora)
d. Bubalus depressicornis (Kerbau mini Sulawesi = Anoa)
Bangsa-bangsa kerbau yang terdapat sekarang berasal dari kerbau liar
(Bubalus arni) yang terdapat di bagian timur laut India dan Cina Selatan. Kerbau
yang ada sekarang dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu: Kerbau Sungai (River
buffalo) dan Kerbau Rawah (Swamp buffalo).
Kerbau Sungai (tipe perah) didapatkan di tanah-tanah kering terutama di
India, misalmya; Murrah, Surti, Nili/Ravi, Mehsana, Nagpuri, Jafarabadi dan lain-
lain. Kerbau sungai mempunyai jumlah kromosom50, sedangkan sapi jumlah
kromosomnya 60. Kerbau sungai terdapat juga di Mesir dan Eropah. Warna kulit
umumnya hitam atau kelabu kehitam-hitaman, tanduk sedikit melingkar atau
tergantung lurus, Kerbau Mediterranea (Yunani dan Italia) termasuk tipe sungai
berbentuk gemuk pendek dan dapat berproduksi susu yang tinggi. Kerbau tipe
sungai disebut pula tipe perah, karena berproduksi susu yang tinggi dibandingkan
dengan tipe rawa.
Kerbau Rawa, terdapat di daerah yang berawa-rawa atau di daerah yang
banyak terdapat rawa-rawa, misalnya; Muangthai, Malaysia, Indonesia dan Filipina.
Warna kerbau rawa umumnya kelabu, hitam belang putih dan mirip bulai (albinoid),
jumlah kromosom 48. Bentuk badan seperti sapi, tanduk panjang dan berat, di
Sumba kerbau bertanduk besar dan panjang, di Sulawesi Tenggara terdapat kerbau
rawa yang berwarna totol-totol/belang hitam putih.
B. Susu Kerbau
Susu kerbau lebih banyak mengandung lemak dan protein dari susu sapi.
Rasa susu kerbau lebih pekat karena mengandung lebih 16 % bahan kering (total
solid) dibandingkan susu sapi hanya 12 – 14 %. Kadar lemak susu kerbau 50 – 60
% lebih banyak dari susu sapi (6 – 8 % vs 3 – 5 %). Protein susu kerbau lebih
banyak mengandung casein dan sedikit lebih albumin dan globulin dari susu sapi.
117
Susu kerbau kurang mengandung carotene (pro-vitamin A) dan warna susu
kerbau lebih putih dari susu sapi. Kandungan vitamin A dalam susu kerbau hampir
sama dengan susu sapi. Tampaknya kerbau telah merubah carotene makanan
menjadi vitamin A di dalam susu. Susu kerbau mengandung vitamin B kompleks
dan vitamin C sama dengan pada susu sapi, hanya kadar riboflavin susu kerbau
lebih sedikit dari susu sapi.
Susu kerbau sama halnya dengan susu sapi dapat diolah menjadi
bermacam-macam makanan, yaitu: Mentega (butter), minyak mentega (butter oil),
ghee, keju lunak dan keras, susu kental manis, es krim, yoghurt dan krim. Di India,
susu kerbau dicampur dengan susu skim menjadi susu tone (toned milk). Susu
kerbau lebih ekonomis jika diolah menjadi keju dan mentega dari susu sapi, yaitu:
1. Untuk membuat 1 kg keju dibutuhkan 5 kg susu kerbau, sedangkan dengan susu
sapi dibutuhkan 8 kg.
2. Untuk membuat 1 kg mentega dibutuhkan 10 kg susu kerbau, sedangkan
dengan susu sapi dibutuhkan 14 kg.
3. Keju yang berasal dari susu kerbau berwarna putih sangat digemari masyarakat
di beberapa negara, misalnya: Italia, Irak, Mesir, Bulgaria dan Venezuella.
C. Pemeliharaan Anak Kerbau
Pemeliharaan anak kerbau jantan harus dilakukan untuk kelak menjadi
pejantan, sedangkan pemeliharaan anak kerbau betina untuk dibesarkan guna
kelak menjadi pengganti induk. Mortalitas kerbau pada umur muda tinggi dan untuk
mengurangi kematian anak, perlu dilakukan pemeliharaan anak yang baik.
Tatalaksana anak kerbau untuk mengurangi mortalitas adalah sebagai
berikut:
1. Segera setelah anak kerbau lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari lendir
untuk memudahkan anak kerbau bernapas.
2. Setelah hidung dan mulut dibersihkan, dibiarkan bersama dengan induknya
agar dijilat sehingga badannya menjadi kering.
3. Tinctura yodium dioleskan pada tali pusarnya untuk mencegah terjadinya
infeksi. Pada tali pusar yang belum putus, perlu dipotong dengan gunting yang
steril dengan jarak sekitar 6 – 8 cm dari pusar. Sebelum tali pusar digunting
perlu diberi yodium terlebih dahulu. Tetapi pada umumnya tali pusar sudah
putus.
4. Anak kerbau yang baru lahir biasanya sulit bernapas, maka perlu ditolong
dengan pernapasan buatan yaitu ditiupkan udara ke mulut anak kerbau atau
118
dengan mangangkat kedua kaki belakang anak kerbau tersebut secara
sekonyong-konyong.
5. Kandang induk dan anak sebelum dipakai harus dibersihkan dan dibebas
hamakan dan diberi alas kandang (jerami kering, rumput kering, serutan kayu
dan lain-lain).
6. Anak kerbau yang berumur beberapa minggu sering didapatkan menderita
ascariasis, oleh karena itu pada minggu pertama perlu diberi obat cacing secara
oral 10 gr piperazin dosis tunggal.
7. Anak kerbau yang baru lahir mengeluarkan meconium (feces pertama) dalam
waktu 4 – 6 jam sesudah pemberian colostrums yang pertama. Feces yang
pertama warna dan kepekatannya seperti ter, yang kemudian diikuti dengan
feces yang berwarna kuning selang 6 – 8 jam.
8. Sampai pada umur 3 – 4 minggu harus dipelihara terpisah secara individual,
sehingga mendapat perhatian secara individual dan untuk menghindari peluang
saling menghisap pusar. Pada umur satu bulan anak kerbau dapat dipelihara
secara kelompok 20 – 30 ekor.
9. Pada Peternakan kerbau yang jumlahnya banyak perlu diberi tanda pada anak
kerbau sedini mungkin, karena warna kulitnya sama-sama hitam sehingga sulit
dibedakan. Pemberian tanda tato dilakukan pada bagian dalam daun telinga
atau bagian ventral pangkal ekor, karena pada tempat-tempat tersebut kurang
pigmentnya.
10. Bobot badan anak kerbau ditimbang pada waktu lahir, kemudian setiap minggu
untuk menghitung kebutuhan susu yang harus diberikan dan guna mengetahui
pertumbuhan anak kerbau tersebut.
11. Vaksinasi terhadap penyakit menular, misalnya; Penyakit mulut dan kuku,
penyakit ngorok, radang limpa, radang paha, Brucellosis dan lain-lain.
12. Antibiotik sebagai penjaya makanan (feed additive) baik sekali diberikan pada
anak kerbau pada minggu pertama melalui air susu/makanannya.
Beberapa perinsip penting pada pemberian pakan anak kerbau adalah
sebagai berikut:
1. Pemberian makanan disesuaikan dengan berat badan.
2. Pemberian makanan dengan waktu yang teratur.
3. Yang berhubungan dengan peralatan makanan harus dalam keadaan higinies.
4. Susu yang diberikan harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 39o C.
119
5. Pemberian susu dilakukan 3 – 4 kali sehari sampai umur satu minggu, kemudian
menjadi 2 kali perhari pada akhir umur 2 minggu, dan dilanjutkan sampai umur
60 atau 90 hari.
6. Pemberian susu/makanan harus sesuai dengan kebutuhan untuk mencegah
kelebihan makanan selama umur satu bulan.
7. Air minum disediakan secara ad libitum dan alas kandang harus senantiasa
dalam keadaan kering untuk mencegah terserang radang paru-paru
(pneumonia).
8. Anak kerbau diberi makanan hijauan kering (hay) yang berkualitas tinggi
misalnya dari leguminosa.
9. Pemberian feed additive yang mengandung antibiotika dalam susu atau
campuran konsentrat.
10. Anak kerbau disapih pada umur 60 – 90 hari dengan cara pemberian susu
sedikit demi sedikit sebelum umur tersebut. Pada umur 3 bulan anak kerbau
diberi calf starter 1,5 – 2 kg per hari.
D. Pemelihataan Kerbau Dara
Kerbau dara perlu mendapat perhatian karena sangat mempengaruhi
penampilan produksi. Kerbau dara yang mendapat pemeliharaan yang baik dapat
dikawinkan pada umur sekitar 30 – 36 bulan dengan bobot badan 300 – 350 kg.
Akan tetapi pada kondisi pemeliharaan dan makanan yang tidak baik perkawinan
pertama baru bisa dilakukan pada umur di atas 44 bulan.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara
antara lain :
1. Sumber Hijauan
Dengan pemberian pakan hijauan yang ditambahkan legum,
pertumbuhan kerbau dara bisa mencapai + 370 gram per hari. Jika ditambahkan
sedikit pakan konsentrat yang kaya energi dapat memperbaiki laju
pertumbuhannya yaitu + 465 gram per hari.
2. Penyemperotan Air
Sebaiknya kerbau diberi banyak kesempatan untuk berkubang atau
semprotan air pada badannya. Pada peternakan kerbau yang memelihara
sampai 5 ekor tidaklah ekonomis untuk membuat suatu tempat kubangan.
120
Sebagai gantinya kerbau dimandikan sekali atau dua kali sehari tergantung pada
kondisi lingkungan atau badan kerbau disemprot dengan air. Penyemprotan
dengan air dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan kerbau dara yang
berumur 6 – 12 bulan yaitu lebih dari 15 %.
3. Faktor lain
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara / jatan muda
yaitu; bangsa, jenis kelamin, keadaan iklim, susunan ransum dan jumlah
pemberian pakan dan lain-lain.
E. Pemeliharaan Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi)
Perhatian khusus dalam pemeliharaan kerbau bunting adalah penting, begitu
juga pada waktu beranak supaya kerbau dalam keadaan menyenangkan. Pada
Peternakan kerbau perah yang mendapat pemeliharaan yang baik, berahi pertama
dicapai pada umur 30 – 36 bulan dan lama bunting 310 + 5 hari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan pada kerbau yang sedang
bunting, menyelang beranal antara lain:
1. Hitung perkiraan tanggal melahirkan dan pindahkan kerbau tersebut ke
kandang beranak kira-kira 3 – 5 hari sebelum melahirkan.
2. Kandang beranak harus dalam keadaan steril dan diberi alas berupa jemi
kering.
3. Kerbau yang beranak ke dua ke atas harus dikeringkan (tidak diperah) selama
6 – 8 minggu sebelum melahirkan. Selama 4 – 5 hari sebelum pemerahan
dihentikan, kerbau tidak diberikan konsentrat dan diberi hijauan yang
berkualitas rendah. Pada waktu tersebut kerbau hanya diperah satu kali sehari
yang sebelumnya diperah dua kali sehari dan kemudian tidak diperah sama
sekali pada hari ke 7 – ke 10. Hal ini dilakukan pada kerbau yang produksi
susunya tinggi.
4. Pada kerbau yang kering kandang selama 6 – 8 minggu harus diberi makanan
yang berkualitas baik, supaya pada waktu melahirkan kondisi badannya tetap
baik. Makanan yang diberikan adalah hijauan yang berkualitas baik secara ad
libitum dan konsentrat sebanyak 2 – 3 kg per hari.
5. Pada 10 – 15 hari sebelum melahirkan, kerbau diberi makanan yang bersifat
laksatif yaitu hijauan segar bukan silase. Jika diberi pakan hijauan yang kering
maka perlu diberi konsentrat (campuran dedak padi dan bungkil kacang tanah
dengan perbandingan 2 : 1) sebanyak 1 kg per ekor per hari.
121
Kerbau yang baru melahirkan umumnya merasa haus maka perlu disediakan
air minum. Dalam keadaan dingin air minum perlu dihangatkan pada suhu 39oC.
Makanan yang bersifat laksatif yang diberikan sebelum beranak harus diteruskan
beberapa hari setelah melahirkan dan makanan tersebut secara perlahan-lahan
diganti makanan untuk berproduksi susu dalam masa 7 – 10 hari.
Biasanya placenta keluar dalam waktu 6 jam setelah melahirkan, tetapi
kadang agak lama. Jika 20 – 24 jam setelah melahirkan placenta tidak keluar, maka
perlu dipanggilkan dokter hewan atau mantri hewan. Jika placenta dibiarkan dalam
uterus lebih dari waktu tersebut di atas maka dapat menyebabkan pembusukan dan
keracunan, dan produksi susu menurun secara drastis serta menyebabkan
gangguan reproduksi (infertilitas). Anak yang baru lahir harus diusahakan agar
mendapat kolostrum dari induknya. Anak kerbau yang lemah dan sukar untuk
menyusu pada induknya harus dibantu.
Biasanya pemerahan kerbau yang baru pertama kali melahirkan
membutuhkan suatu perhatian khusus dalam penanganan dan pendekatannya dari
tukang perah. Sebenarnya kerbau lebih mudah dilatih dari pada sapi, dan kerbau
perah dapat diperah di kandang atau dimana saja di tempat yang bersih. Hal-hal
yang perlu dilakukan pada kerbau yang bunting pertama kali antara lain:
1. Kerbau harus diajar masuk kandang pemerahan secara berderet, dimana kerbau
tersebut digiring bersama-sama 3 – 4 ekor kerbau yang telah berpengalaman.
2. Sekitar 15 – 20 hari sebelum melahirhan, tukang perah tiap hari mendekati
secara pelan-pelan dengan menepuk-nepuk punggung dan pinggang kerbau
bunting tersebut. Selanjutnya ambingnya digosok-gosok dan putingnya ditarik
pelan-pelan.
3. Ambing pada kerbau yang pertama melahirkan sangat peka, karena itu harus
ditangani secara perlahan-lahan agar tidak merasa sakit pada waktu pemerahan.
4. Sesudah pemerahan kerbau dikeluarkan dari kandang pemerahan dengan hati-
hati.
5. Puting yang pendek dapat diperbaiki dengan menarik secara teratur tiap hari
selama beberapa menit. Hal ini dilakukan pada 3 – 4 bulan sebelum melahirkan
dan dihentikan 2 – 3 minggu sebelum melahirkan untuk mencegah pembentukan
air susu secara dini pada ambing.
Kerbau bunting (8 – 8,5 bulan) perlu dipisahkan dari kelompok kerbau kering
lainnya dan perlu mendapat makanan berdasarkan produksi yang lalu atau produksi
susu yang diharapkan. Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan produksi susu
yang tinggi.
122
F. Pemeliharaan Kerbau Kering
Lama laktasi kerbau perah bervariasi dari 8 – 10 bulan dan selang beranak
12 – 18 bulan. Jadi kerbau kering harus dipelihara dengan baik selama 2 – 8 bulan
atau rata-rata 5 bulan sebelum melahirkan. Dengan pastura yang baik, kerbau yang
mengalami masa kering tidak perlu diberikan makanan konsentrat. Pada pastura
yang baik lama kerbau merumput setiap hari cukup 6 – 8 jam dimana kerbau
bunting (masa kering) tersebut telah terpenuhi kebutuhannya, tetapi pada keadaan
pemberian rumput yang berkualitas rendah, maka perlu diberi pakan tambahan
(konsentrat) sebanyak 2 – 3 kg per ekor per hari.
Kerbau kering yang tidak bunting dan kerbau dara yang hendak dikawinkan
perlu mendapat tempat untuk berteduh dari terik matahari dan disemprot air atau
kalau ada tempat untuk berkubang. Keadaan ini untuk menjaga fertilitas dan
perkembangbiakan kerbau tersebut terutama pada musim panas, dan mencegah
terjadinya kelambatan kebuntingan.
G. Pemeliharaan Kerbau Pejantan
Pejantan harus dipelihara dalam kondisi tatalaksana yang optimum sejak dari
lahir agar pejantan tersebut jinak dan baik pertumbuhannya. Setelah berumur 9 – 10
bulan pejantan yang terpilih dikandangkan secara individual pada kandang
pejantan.
Secara alamiah kerbau jantan itu jinak, tetapi ada beberapa yang bersifat
ganas. Pejantan yang ganas perlu mendapat perhatian khusus. Kandang pejantan
dewasa yang beratap ukurannya 10 – 12 m2 per ekor. Kandang tersebut harus
berhubungan langsung dengan lapangan terbuka dan berpagar yang terbuat dari
pipa besi, balok kayu, kawar berduri atau tembok dengan tinggi 2 – 2,5 m.
Ukuran lapangan (pedok) per ekor kerbau pejantan sekitar 15 – 20 m2 dan
kandang kerbau pejantan dilengkapi dengan rantai pengikat atau pasung kepala
(tasnchion) guna mengikat pejantan selama kandang dibersihkan dan kerbau
dimandikan. Kerbau pejantan dilepas di kandang kecuali kandang dibersihkan atau
kerbau dimandikan. Jadi kerbau bebas keluar masuk dari kandang beratap ke
lapangan (pedok) dan kalau bisa setiap pejantan dipasangi pengikat leher.
Lantai kandang terbuat dari beton yang agak kasar dan miring agar drainase
lebih mudah, lantai tetap kering dan tidak tergenang air.
Pejantan harus dilepas pada pasture agar mendapat sinar matahari dan
latihan gerak selama 50 – 60 menit per hari, agar pejantan aktif dan sehat. Kerbau
123
pejantan dewasa harus diberi makanan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
bobot badannya. Jika merumput pada pasture yang berkualitas baik selama 6 – 8
jam per hari cukup untuk mempertahankan ketegaran (vigor) dan kesehatannya.
Kerbau pejantan yang diberi makanan di kandang perlu mendapat hijauan
atau silase sebanyak 20 – 30 kg, 6 – 8 kg jerami padi dan 2 – 2,5 kg konsentrat. Air
minum diberikan secara ad libitum dan tempat minum harus dibersihkan tiap hari.
Kerbau pejantan dapat dipakai untuk perkawinan alam atau diambil
semennya setelah berumur lebih dari 2 tahun dan bobot badannya 300 – 350 kg.
Penggunaan pada pejantan yang masih muda harus dibatasi 2 kali seminggu baik
kawin alam maupun pengambilan sperma, tetapi pada pejantan yang telah dewasa
tubuh (umurnya lebih dari 3 tahun) dapat dipakai kawin alam sekali sehari atau
pengambilan sperma sekali 2 hari, tetapi sebaiknya kawin alampun sekali 2 hari.
Pejantan yang terlalu sering dipakai untuk kawin dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan aspermia atau spermanya tidak bergerak dimana tidak
dapat membuahi sel telur pada betina. Selama musim kawin pejantan harus dijaga
ketat pemakaiannya. Perkawinan dengan cara melepaskan pejantan dalam
kelompok betina akan mengurangi ketegarannya, sulit dicatat tanggal perkawinan
dan identitas kerbau betina yang dikawini pejantan tersebut. Jika akan
memproduksikan anak kerbau bibit maka perlu diadakan pencatatan perkawinan
dan pejantan tidak dilepas bersama-sama kerbau betina di padang penggembalaan.
H. Pemeliharaan Anak Kerbau Jantan
Dalam kedaan normal anak kerbau jantan dibiarkan bebes menyusui pada
induknya selama 3 – 5 hari setelah lahir, selanjutnya anak kerbau diberi
kesempatan menyususi pada induknya hanya 2 – 3 menit pada saat sebelum
diperah untuk merangsang keluarnya air susu. Bobot lahir pada anak kerbau jantan
rata-rata 30 kg, dengan pemeliharaan yang kurang baik bobot badan pada umur 1
tahun hanya mencapai 100kg. Tetapi pada anak kerbau jantan yang akan dipakai
sebagai bibit dipelihara dan diberi makanan yang baik sesuai dengan kebutuhannya
sehingga dapat mencapai bobot badan 250 – 300 kg pada umur 24 bulan, dan
dapat diambil semennya untuk I.B. Pada umumnya pengambilan semen kerbau
jantan dimulai pada umur 30 bulan.
Tujuan pembesaran anak kerbau jantan adalah :
1. Anak kerbau jantan yang terseleksi (terpilih) unggul yang hendak dipakai untuk
pejantan baik digunakan untuk kawin alam ataupun untuk inseminasi buatan.
124
2. Anak kerbau jantan dipelihara untuk kelak dipakai sebagai hewan penarik bajak
atau gerobak.
3. Untuk digemukkan sebagai penghasil daging.
Anak kerbau jantan bibit maupun untuk yang lainnya perlu mendapat
pemeliharaan dan makanan yang baik. Pada umur 5 – 6 bulan anak kerbau jantan
dipisahkan dari anak kerbau betina dan tidak boleh disatukan dengan kerbau dara
dan kerbau betina dewasa yang tidak bunting. Pada umur tersebut anak kerbau
jantan perlu dilatih untuk dibawah ke tempat pengambilan semen dengan tali kepala
(halter).
Anak kerbau jantan dapat dipelihara dalam kelompok 10 – 15 ekor sampai
umur 2 tahun dalam kandang lepas dengan tempat terbuka yang cukup luas. Anak
kerbau jantan harus diberi ransum konsentrat dan hijauan yang berkualitas baik
agar mendapatkan pertambahan bobot badan per hari 500 – 700 gram dengan
demikian diharapkan akan mencapai bobot badan 300 – 350 kg pada umur 2 tahun
untuk dipakai sebagai pejantan.
Untuk memudahkan pengawasan dan penanganan pejantan, maka kerbau
jantan perlu dipasangi cincin hidung dengan cara memasukkan metal atau tali pada
hidung. Cincin hidung mulai dipasang pada anak kerbau jantan yang telah berumur
8 – 12 bulan. Cincin hidung dibuat dari metal yang tidak dapat berkarat seperti:
tembaga, kuningan atau stainless steel. Diameter cincin hidung untuk pejantan
muda umur 8 – 12 bulan adalah 5 – 6 cm dan pada umur 2 tahun cincin hidung
diganti dengan diameter 6 – 8 cm.
Pembuatan lubang pada sekat hidung dapat dilakukan dengan mudah yaitu
menggunakan jarum besar yang sebelumnya disterilkan dulu. Bagian dari sekat
hidung yang ditusuk letaknya sedikit di atas bagian bawah lubang hidung. Setelah
jarum tusuk dilepas, cincin hidung dimasukkan dan diperkuat dengan skrup. Setelah
pemasangan cincin hidung tersebut, lukanya akan sembuh dalam waktu 8 – 10 hari,
karena itu anak kerbau harus diikat di kandang sampai luka tersebut sembuh.
I. Manajemen Pemeliharaan Secara Umum
1. Pembersihan
Kebersihan badan pada hewan perlu untuk menjaga kesehatannya. Pada
pagi hari, muka, mata dan lubang hidung semua dibersihkan dengan kain lap,
sedangkan badannya dibersihkan dengan sikat atau jerami padi. Sudut-sudut
badan, daerah inguinal, paha, ambing dan celah-celah antar kuku harus
dibersihkan secara menyeluruh.
125
2. Pekerjaan Rutin
Pekerjaan rutin sehari-hari yang perlu dikerjakan secara teratur yaitu;
pembersihan badan, pemberian makanan, air minum, latihan gerak dan lain-lain.
Pekerjan-pekerjaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan jadwal masing-
masing secara teratur.
3. Penanganan yang Baik
Ternak adalah hasil penjinakan hewan liar, dan telah menjadi jinak, maka
penanganan hewan tersebut tidak boleh kasar. Tindakan penanganan yang
kasar, teriakan, pemukulan pada kerbau yang sedang laktasi dapat menurunkan
produksi susu, sehingga merugikan peternak.
4. Berkubang/Pemandian
Kerbau suka berkubang dalam air segar, kerbau berkubang dalam sungai
secara berkelompok 5 – 10 ekor. Di musim panas (udara panas) dimana air
tebatas, kerbau suka berguling-guling dalam air yang berlumpur untuk menjaga
agar badannya tetap dingin. Pada usaha Peternakan kerbau yang besar perlu
dibuatkan tangki atau kolam tempat kerbau berkubang, sedangkan bagi
Peternakan kerbau dengan jumlah ternak sedikit, kerbau dimandikan sekali atau
dua kali per hari.
5. Atap Peneduh
Kerbau tidak tahan terhadap terik panas matahari dan udara yang dingin
sekali. Kerbau perah lebih cepat menyesuaikan diri pada suhu lingkungan
tersebut dari pada kerbau rawa. Walaupun demikian tempat berteduh untuk
menahan sinar matahari langsung kepada kerbau sangat penting untuk
meningkatkan daya reproduksi kerbau betina dan seks libido kerbau jantan.
6. Penyingkiran (Culling)
Kerbau-kerbau yang tidak ekonomis (produksi susunya rendah), kerbau
jantan yang bukan bibit dan betina yang steril perlu ditandai dan dikeluarkan
untuk dijual atau dipotong.
126
7. Pengawasan Terhadap Lalat
Banyak lalat di kandang akan mengganggu kerbau, karena itu kandang
harus dijaga supaya tetap bersih untuk menghindarkan adanya banyak lalat.
8. Penentuan Berahi
Penentuan berahi pada kerbau agak sulit, karena itu diperlukan bantuan
pejantan untuk mendeteksi kerbau betina yang berahi. Cara untuk menentukan
kerbau berahi yaitu dengan melepaskan pejantan pada kelompok betina dewasa
yang tidak bunting selama kurang lebih satu jam dalam kandang atau di padang
penggembalaan.
Biasanya kerbau betina berahi pada malam hari, lebih dari 60 % kerbau
berahi pada waktu malam hari. Siklus berahi kerbau sama dengan sapi yaitu 21
hari, tetapi sering didapatkan bervariasi. Kerbau perah berahi kembali sekitar 40
hari sesudah melahirkan, sedangkan kerbau rawa lebih lambat yaitu 65 – 98 hari
sesudah melahirkan. Gejalah berahi pada kerbau lebih lemah dibandingkan pada
sapi, dan akan lebih lemah lagi pada musim panas. Lama berahi pada kerbau
sekitar 48 jam.
Untuk kerbau betina yang dikawinkan secara I.B. hendaknya diketahui betul
saat kerbau betina itu menunjukkan tanda-tanda berahi, karena saat itulah yang
paling tepat untuk inseminasi.
9. Pengguntingan Rambut
Pengguntingan rambut yang panjang pada kerbau perlu dilakukan guna
menjaga gangguan kutu dan caplak. Pengguntingan rambut memudahkan
pengamanan gangguan segala macam ekto parasit yang terdapat pada badan
kerbau.
10. Pengawasan Terhadap Kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk yang perlu diawasi pada kerbau adalah :
a. Menyepak. Kadang-kadang kerbau yang pertama kali beranak tidak mau
dipegang atau diperah, dan kerbau akan menyepak tukang perah. Tukang
perah yang berpengalaman diperlukan untuk melatih kerbau diperah.
Supaya kerbau tidak menyepak, maka kedua kaki belakang perlu diikat
dengan tali berbentuk angka delapan.
127
b. Mengisap puting. Kadang-kadang kerbau mengisap putingnya sendiri atau
putting kerbau lain untuk mendapatkan air susu. Keadaan ini akan
mengurangi produksi susu dan merugikan. Ini dapat dicegah dengan
menggunakan alat anti hisap yang dipakaikan secara terus-menerus pada
hewan yang bersangkutan.
c. Menjilat. Menjilat-jilat adalah normal dari induk yang menjilat-jilat anaknya
yang baru lahir atau pada saat anak sedang menyusu pada induknya.
Terdapat pula hewan (baik jantan maupun betina) yang mempunyai
kebiasaan menjilat-jilat temannya. Hal ini dapat menyebabkan rambut
tertelan dan terkumpul dalam perut membentuk bola rambut dan
mengganggu pencernaan dan lambung yang terganggu. Kebiasaan
menjilat-jilat dapat dicegah dengan memberi garam dapur yang ditempatkan
pada lidah untuk beberapa hari atau garam jilat yang digantung di kandang.
d. Menghisap pusar. Kejadian ini sering didapatkan pada anak-anak kerbau
yang disapih pada umur muda dan ditempatkan dalam satu kandang yang
dilepas dalam kelompok. Kebiasaan menghisap pusar dapat dicegah
dengan mengandangkan anak kerbau secara individual atau mengoleskan
pasta pada pusar anak kerbau.
e. Mengunyah tali. Dipedesaan tali digunakan untuk menambat kerbau.
Kadang-kadang didapatkan kerbau yang mempunyai kebiasaan
mengunyah-ngunyah tali. Hal ini dapat dicegah dengan mengganti tali
tersebut dengan sebuah rantai pengikat kerbau.
11. Penyemprotan
Seringkali didapatkan banyak kutu pada kerbau yang selalu dikandangkan,
tetapi jarang pada kerbau yang dilepas di padang penggembalaan. Untuk
memberantas kutu kerbau dapat disemprotkan 0,1 % AZUNTOL atau 0,1 %
LINDANE dengan hasil memuaskan. Kubangan atau tempat berkubang
mengurangi infestasi ektoparasit pada badan kerbau.
12. Penanpungan, Penyimpanan dan Penggunaan Feces
Kualitas dan komposisi feces (kotoran) kerbau tergantung pada umur,
status faali dan jenis makanan yang dimakan. Kerbau dewasa mengeluarkan
feces 3 – 5 kg bahan kering tiap hari dan mengandung 50 – 100 gram nitrogen
disamping kalium dan zat-zat mineral lainnya yang bernilai untuk pupuk.
128
Kotoran kerbau dikumpulkan sekali atau dua kali sehari tergantung pada
kondisi cuaca. Selama musim kemarau sebagian besar kotoran tercampur
dengan sisa-sisa jerami atau batang rumput dan sering digunakan sebagai bahan
bakar setelah dikeringkat dengan panas matahari untuk memasak di pedesaan.
Selain kotoran kerbau dipakai untuk kompos (pupuk kandang), dapat pula untuk
menghasilkan gas bio.
PENUTUP
Kerbau merupakan ternak ruminansia penghasil air susu yang penting setelah
sapi perah di daerah tropis, karena menghasilkan susu, daging, dan juga sebagai
tenaga kerja, dimana tatacara pemeliharaannya mencakup sebagai berikut :
Pemeliharaan anak kerbau, pemeliharaan kerbau dara, pemeliharaan kerbau bunting
dan laktasi, pemeliharaan kerbau kering kandang dan pemeliharaan kerbau jantan.
Indikator penilaian pada materi adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai
sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta
penampilan (30%)
SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI
1. Kemukakan sistem pemeliharaan pada kerbau yang sedang bunting dan yang
telah beranak(Laktasi).
2. Jelaskan keunggulan-keunggulan pada susu kerbau dibandingkan dengan susu
sapi.
3. Kemukakan perinsip-perinsip pemberian pakan pada anak kerbau.
4. Kemukakan manajemen pemeliharaan secara umum pada ternak kerbau perah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab X; 72 – 73).