hand out pkg

Upload: melinda-rosmayanti

Post on 15-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PKG

TRANSCRIPT

ARTI KEPRIBADIAN

HAND OUT

Mata Kuliah

: PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU (PKG)

Prodi

:

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD Bandung

Semester/kls: Dosen

: Dr. Aan Hasanah, M.Ed

1.Pengertian Kepribadian

Selama berabad-abad, kepribadian selalu dianggap sebagai sebuah kekuatan dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan hidup seseorang. Pada setiap budaya dan kepercayaan tradisional terdapat "aspek misterius" dari individu ini yang telah tertanam dalam cerita rakyat dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sampai sekarang kepercayaan tradisional atau gosip dari mulut-ke mulut ini telah menjadi lingkaran keramat, sehingga hanya sedikit orang yang berani mempertanyakannya. Hal ini juga diyakini bahwa jika mereka sudah mempercayainya selama bertahun-tahun, maka hal itu dianggap benar adanya.

Banyak sekali kepercayaan tradisional berkenaan dengan kepribadian. Sebagian digunakan untuk mengilustrasikan tentang kepercayaan tradisional itu sendiri, dan sebagiannya telah mempengaruhi studi ilmiah tentang kepribadian.

Ada kepercayaan bahwa kepribadian seseorang adalah warisan, hal ini bisa dilihat dalam ungkapan "dia adalah kepingan yang lepas dari balok tua" implikasi dari kepercayaan ini jelas, Jika seseorang mempunyai karakter yang tidak menarik secara sosial, dia mewarisinya dari orangtuanya, jadi lupakan keinginan untuk merubahnya. Jika dia adalah seorang yang pelit dan cemberut, dia tidak bisa lagi berubah menjadi seorang dermawan dan periang, seperti sulitnya dia merubah warna matanya, tinggi badan atau ukuran telinganya. Maka, baik itu latihan ataupun keinginan untuk berubah tidak akan berguna. Orang itu adalah tawanan dari gen dia sendiri. Penerimaan dari kepercayaan ini telah meniadakan segala motivasi untuk usaha meningkatkan kepribadian.

Hampir sama dengan kepercayaan diatas, bahwa sifat-sifat kepribadian tertentu secara otomatis akan membawa sifat-sifat fisik tertentu. Sebagai contoh, orang yang berambut merah adalah orang yang mempunyai tempramen tinggi atau orang yang memilki jidat yang lebar maka ia orang yang pintar. Impilkasinya bahwa dikarenakan sifat-sifat fisik adalah bawaan lahir dan hal tersebut tidak akan berubah, maka sifat-sifat kepribadian yang terbawa oleh sifat fisik tersebut tidak akan berubah pula. Seperti kepercayaan "kepingan yang lepas dari balok tua", kepercayaan ini juga mengecilkan hati individu dalam usaha untuk meningkatkan kepribadiannya.

Kepercayaan ketiga, bahwa perubahan-perubahan kepribadian akan membawa pula pada perubahan tubuh. Dikarenakan perubahan tubuh merupakan suatu bagian dari rangkaian perkembangan dimana individu tersebut tidak mempunyai kontrol atasnya, maka dianggap bahwa perubahan kepribadian yang menyertainya merupakan hal yang tidak bisa dikontrol. Menurut tradisi, perubahan-perubahan fisik secara signifikan yang disertai dengan perubahan kepibadian yang signifikan terjadi dua kali selama seumur hidup. Pertama, pada masa pubertas, ketika tubuh si anak berubah menjadi dewasa, dan yang kedua ketika tua, dimana perubahan fisik secara nyata bersamaan dengan hilangnya kemampuan reproduksi.

Seorang anak dipercaya akan secara otomatis mengatasi sifat-sifat yang tidak diinginkannya. Perkembangan pada kepribadiannnya merupakan hal alamiah dari bawaan perkembangan fisik dimana menurut tradisi berubah dari kepribadian anak kecil seperti" bebek yang buruk rupa" menjadi "angsa yang cantik", ketika dia matang secara seksual. Kemunduran fisik di masa tua diyakini secara sama merupakan bawaan dari kemunduran kepribadian. Manula, sebagai sebuah grup, berubah menjadi yang terburuk. Kepercayaan tradisional ini juga meyakini bahwa perubahan dalam hal kepribadian merupakan kodrat alam dan karenanya tidak bisa dihindari. Dengan penerimaan kepercayaan ini, maka orang-orang menganggap mereka tidak bisa mengubah dirinya dan hanya menunggu perubahan terjadi. Ketika masa muda ternyata tidak bisa mengatasi sifat-sifat kepribadian yang tidak diinginkannya atau ketika tua mereka sendiri menjadi anti sosial karena orang-orang memperlakukannya seperti itu, maka mungkin sudah terlambat untuk memberikan motivasi dan menawarkan pertolongan, yang kita ketahui dan hal itu mungkin terjadi.

Menurut tradisi, hukum kompensasi alam berbagi rata untuk manusia. Musim panas yang kering akan diganti oleh musim dingin disertai hujan, hasil panen kering selama setahun akan diganti dengan hasil panen berlimpah di tahun selanjutnya. Seorang gadis yang cantik akan menjadi seorang yang bodoh, seorang laki-laki yang dianugrahi kekuatan tubuh yang atletis tidak diyakini akan memilki kepintaran ketika menjadi siswa. Sifat-sifat kepribadian yang bagus diimbangi dengan sifat-sifat yang jelek, oleh karena itu semuanya menghasilkan orang-orang yang "standar". Bahaya dari menerima kepercayaan tradisional ini sangat jelas. Jika seorang percaya bahwa alam akan memberikan dia sifat-sifat yang diinginkannya sebagai pengganti dari sifat-sifat yang tidak dia inginkan, dia hanya akan memilki sedikit motivasi untuk mengambil inisiatif tentang perkembangan kepribadiannya. Juga dia tidak akan merasa bahwa dia harus melawan "hukum-hukum" alam.

Dari pada terkukung dalam lingkaran keramat yang ada pada kepercayaan tradisional, beberapa ilmuwan sudah sangat penasaran dan berpikir untuk menyerang kepercayaan-kepercayaan tersebut, untuk melihat apakah kepercayaan tersebut bisa bertahan melalui penelitian ilmiah. Kepercayaan-kepercayaan kuno tersebut kemudian memiliki nilai didalamnya sehingga menjadi sebuah pemacu terhadap penelitian ilmiah. Nilai-nilai yang bekaitan dengan ini dibahas lebih detail pada bagian pertama. Pada bab pertama, yang membahas apa itu personalitas, arti kepribadian yang diterima secara ilmiah dibahas dan alasan-alasan yang disuguhkan untuk menerima definisi ini daripada definisi dari gagasan-gagasan tradisional, yaitu bahwa kepribadian merupakan aspek misterius dari manusia yang menentukan bagaimana dia menanggapi orang lain dan bagaimana orang lain menanggapi dia. Bab tersebut menjelaskan kenapa kepribadian dianggap sangat penting untuk kesuksesan dalam hidup dan mengapa orang-orang sekarang lebih sadar akan kepribadian daripada masa lalu. Penjelasannya terfokus pada subjek-subjek seperti orang menilai yang lainnya dan sebaliknya bagaimana dia dinilai, peran dari kesan-kesan pertama dan kesan-kesan selanjutnya, pengaruh stereotip terhadap kesan dan penilaian. Selanjutnya, "karakter", individualitas" dan "kepribadian" dibedakan supaya pembaca dari awal mengetahui penggunaan terminologi-terminologi yang disepakati secara ilmiah ini.

Apa itu kepribadian?

Pentingnya kepribadian meningkat ketika kehidupan sosial masyarakat menjadi lebih kompleks. Seseorang dengan kepribadian yang menyenangkan memilki "harga jual" dan sangat dihargai serta dicari pada masyarakat yang kompleks. Pada masyarakat yang sederhana dimana skala dari relasi sosialnya rendah dan perilaku diatur oleh budaya turun-temurun, kepribadian tidak menjadi hal yang penting.

Pada masa lalu, kehidupan di Amerika secara relatif berada di skala yang sederhana dimana seorang anak belajar di sekolah untuk mempelajari pelajaran yang berkenaan dengan budaya. Aktivitas ekstrakulikuler hampir tidak ada. Sehabis sekolah, si anak pulang untuk mengerjakan PR-nya. Rekreasinya hanya dilingkunagn rumah dan teman mainya mungkin hanya saudara kandungnya. Begitu pula dengan mahasiswa. Mereka pergi ke kampus untuk belajar, walalupun sebenarnya waktu besenang-senang tidak seutuhnya diabaikan.

Kecuali di kalangan kaum elit, kehidupan sosial kebanyakan dibatasi hanya dengan kumpalan keluarga, kegiatan-kegiatan sosial keagamaan dan hubungan dengan tetangga. Secara keseluruhan, bekerja merupakan hal individual, dimana mereka bekerja untuk dirinya sendiri, baik itu berprofesi sebagai petani, seniman, penjaga toko ataupun pekerja bayaran. Jika dia dipekerjakan oleh orang lain, biasanya yang mempekerjakan adalah kolega ataupun teman. Pilihan jodoh juga biasanya sangat dipengaruhi oleh tekanan orang tua, dimana hal itu juga terbatas pada aturan-aturan komunitas tertentu. Juga dikarenakan adanya stigma yang melekat kuat terhadap perceraian, maka pernikahan merupakan hal yang dilakukan sekali seumur hidup.

Pada zaman sekarang, semua kondisi tersebut berubah, dan peran dalam hidup pada prakteknya berubah karena kepribadian merupakan hal yang signifikan. Bahkan sebelum seorang anak lulus kelas satu, dia tahu bahwa anak yang populer adalah mereka yang mempunyai kepribadian bagus. Di SMP, baik remaja laki-laki maupun perempuan jika berpacaran lebih memlilih seseorang berkepribadian menyenangkan, penghargaan yang didapat, gaya berpakaian, ataupun uang dari pada yang pintar. Ada kesadaran bahwa peran dari kepribadian memainkan peran penting dalam menentukan apakah seseorang akan menjadi pemimpin ataupun pengikut pada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

Dengan pertumbuhan bisnis yang besar, maka membina hubungan baik dengan sesama pegawai dan membuat kesan yang baik terhadap atasan akan mendapatkan penghargaan lebih besar dari pada kualitas kerjanya. Mencapai kesuksesan dalam berbisnis lebih ditentukan oleh kepribadian daripada kemampuan intelektual, seperti fakta bahwa ketika siswa lulus SMA ataupun universitas dengan peringkat terbaik sedikit kemungkinan akan sukses dalam pekerjaannya daripada mereka-mereka yang beraktivitas di organisasi dan olah raga.

Dengan pilihan jodoh berada di tangan mereka sendiri dan dengan pertumbuhan gerakan geografis, seseorang dengan kepribadian yang menyenangkan merupakan aset besar untuk dijadikan pasangan dari pada melihat koneksi keluarga maupun status ekonominya. Dan akhirnya, stabilitas pernikahan yang terus menerus terancam oleh perpisahan, perceraian dan pernikahan kembali menjadikan kepribadian memegang peran utama dalam mempertahankan pasangan.

Mengenal Nilai Sosial dari kepribadianPerubahan pada kehidupan masyarakat Amerika yang dijelaskan diatas telah menjadikan kepribadian memiliki nilai sosial yang tinggi dan membuat orang-orang Amerika begitu sadar akan kepribadian, dimana kepribadian yang baik dipercaya sebagai jaminan dari kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup. Mengembangkan kepribadian merupakan tujuan utama dari sebagian besar orang. Pada masa "orang-orang baik" sekarang ini, seperti yang Gross tulis, "kepintaran, kompetensi, kecakapan dan kemampuan menjadi sebuah model inti perekrutan, untuk menunjukan keberanian kamu yang sebenarnya, melalui kepribadian kamu".

Anak kecil tidak sadar akan nilai sosial dari kepribadian, tapi anak yang lebih tua dan orang dewasa sadar akan pentingnya kepribadian dan sangat bersemangat untuk mengembangkan kepribadiannya. Anak yang lebih tua sadar bagaimana orang beranggapan terhadap dia dengan melihat bagaimana mereka memperlakukannnya dan apa yang mereka katakan tentang dia. Jika dia dinilai sebagai seorang yang kekanak-kanakan atau seorang yang tidak jelas maupun orang yang sembrono, dia tahu bahwa dia salah. Psikolog menyebutnya dengan kelemahan-kelemahan kepribadiandan, maka dia harus mengubah atau menghilankannya jika dia mau mendapatkan pengakuan sosial. Jika dia dianggap malas oleh guru, atau dianggap galak oleh saudara atau dianggap nakal oleh orang tua, maka dia mendapatkan pengetahuan tentang gambaran orang akan dirinya.

Remaja meyakini bahwa peningkatan diri dan mengembangkan kepribadian yang lebih baik adalah dua hal yang menjadi fokus mereka. Mereka ingin tahu bagaimana mereka bisa mengubah sifat-sifat kepribadian yang mereka percaya sebagai penghambat dari penerimaan sosial dan kesuksesan. Colement berpendapat bahwa orang dewasa sering lupa tentang bagaimana "orientasi kepribadian" pada masa muda.

Orang dewasa yang melihat seorang dengan kemampuan yang kurang tapi bisa melebihi mereka dalam hal kesuksesan dan kehidupan sosial akan sangat memotivasi mereka untuk pencapaian nilai dari kepribadian. Hasilnya, dia sangat termotivasi untuk meningkatkan kepribadiannya.

Setelah menguji kepribadian-kepribadian mereka, beberapa orang menyimpulkan bahwa kelemahan-kelemahan mereka bisa diatasi dengan semata-mata meningkatkan pola kepribadian yang mereka punyai sekarang. Yang lain yang tidak puas dengan dirinya sendiri, lebih ambisius, harapan mereka adalah mengembangkan sebuah pola kepribadian baru yang utuh dan mereka mencoba untuk menemukan jalan mudah untuk bisa melakukannnya yaitu dengan membaca buku ataupun kolom koran tentang peningkatan kepribadian atau dengan meminta saran kepada teman, atau dengan mencoba mencontoh seorang figur sukses.

Apa itu kepribadian?

Kamu mungkin bertanya, apa yang membuat orang memberikan nilai yang tinggi untuk kata yang berarti "kepribadian"? apakah ini adalah bawaan lahir dari hanya beberapa orang yang beruntung, anugrah dari tuhan? Atau hal ini bisa dicapai oleh setiap orang? Jika ini bisa dicapai, lalu kemudian kenapa orang-orang tidak membuatnya menjadi prioritas mereka untuk mengembangkan kepribadian itu, sehingga bisa membuatnya sukses, terkenal dan bahagia seperti yang orang lain inginkan? Jika ini bisa diraih, mungkin kamu bertanya-tanya mengapa banyak orang yang memilki kepribadian yang membuat mereka gagal, tidak bahagia dan kurang penerimaan sosial.

Arti kepribadian

Istilah kepribadian berasal dari bahasa Yunani Persona yang berarti "topeng". Dikalangan orang Yunani, aktor sering memakai topeng untuk menyembunyikan identitasnya di panggung. Teknik drama ini kemudian diambil oleh orang-orang romawi dimana persona berarti "sebagai sesuatu yang terlihat orang lain" bukan sesuatu yang sebenarnya.

Definisi yang populer dan non ilmiah dari kepribadian ini memiliki dua hal yang cacat. Pertama, hanya menekankan pada aspek manifest dari pola kepribadian yang rumit, yaitu ekspresi dari individu. Kedua, dalam penekanannya hanya terhadap aspek-aspek objektif dari kepribadian, hal ini tidak akan mengindikasikan kepribadian yang sebenarnya, yaitu sesuatu yang subjektif atau organisasi interior yang bertanggung jawab terhadap-aspek-aspek ekspresifnya. Seperti yang Hall dan Lindzey telah jelaskan bahwa beberapa kata dalam Bahasa Inggris memiliki daya tarik yang lebih kuat untuk kata publik luas daripada kata kepribadian.

Pada tahun1937, Allport menemukan dalam tulisan-tulisan hampir 50 definisi dari kepribadian. Sekarang ini, tidak diragukan definisi itu lebih banyak. Kebanyakan dari definisi awal psikologi menekankan pada aspek-aspek ekspresif kepribadian dan mengabaikan atau secara tidak langsung menerapkan organisasi bagian dalam yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek yang bisa diteliti. Woodworth, sebagai contoh mendefinisikan kepribadian sebagai kualitas individual sebagai keseluruhan perilaku. Menurut Dashiell, kepribadian individu adalah keseluruhan gambaran dari perilakunya yang terorganisir, terutama apabila ini digolongkan secara terus menerus oleh koleganya. Munn memberikan analisis yang lebih komprehensif bahwa kepribadian adalah integrasi yang paling khas dari struktur-struktur dan aktivitas seorang individu. Sifatnya itu memiliki dua rasa karena (1) unik, dan kemudian membedakan seorang individu dengan yang lainnya (2) hampir tetap. Menggambarkan integrasi yang biasa antara struktur-struktur individual dan aktivitas.

Untuk secara penuh mengerti apa kepribadian itu, kerumitan strukturnya, dan segala pengaruhnya terhadap kualitas keseluruhan perilaku dari individu, harus dimengerti tentang aspek-aspek yang mendorongnya.

Definisi AllportKekurangan-kekurangan yang ada pada definisi tentang kepribadian sebelumya telah banyak menimbulkan usaha untuk memberikan definisi yang memasukan aspek-aspek pendorongnya begitu pula dengan cirri-ciri menonjolnya. Definisi kepribadian yang paling banyak diterima dikemukakan oleh Gordon W. Allport dari universitas Harvard. Kebanyakan definisi yang ada sekarang merupakan pemolaan dari definisi Alport berikut ini kepribadian adalah organisasi dinamis yang ada pada individu berasal dari system fisik-kejiwaan yang menentukan ciri-ciri si individu dalam bersikap dan berpikir.

Organisasi

organisasi menekankan pemolaan dari bagian-bagian yang terpisah dari struktur kepribadian, dimana setiap bagiannya memiliki hubungan khusus dengan semuanya. ini menunjukan bahwa kepribadian bukan hanya kumpulan sifat-sifat, dimana satu sifat menambahkan yang lainnya tapi cirri-ciri yang berbeda atau aspek-aspek manifest dari pola kepribadian digabungkan bersama-sama dan dipengaruhi oleh titik pusat yang disebut dengan konsep diri

Dinamis

dinamis merujuk pada suatu perkembangan atau perubahan yang terus menerus dari sifat kepribadian. Bukan hanya kepribadian menjadi semakin kompleks dalam strukturnya seperti bagaimana fisik dan psikologis individu berkembang, tapi dari suatu waktu ke waktu lainnya dan dari situasi satu ke situasi lainnya ada perubahan dalam organisasi strukturalnya. Perubahannya tidak radikal tidak pula permanen. Perubahan tersebut tidak menggambarkan munculnya sifat-sifat yang baru. Pada efeknya, perubahan tersebut adalah fluktuasi dari intensitas sifat-sifat kepribadian yang sudah ada. Perubahan tersebut juga bersifat quantitatif bukan qualitatif. Perubahan yang radikal terutama apabila perubahan tersebut secara tiba-tiba dan tetap berlangsung, maka itu menunjukan gejala penyakit kejiwaan yang akan dibahas pada bab 5 tentang keberlangsungan dan perubahan

Sifat dinamis kepribadian menggambarkan kesulitan yang dialami ketika mencoba untuk mengukurnya. Secara kontras, intelegensia yang relative stabil bisa diukur lebih akurat.

Sistem Fisik-kejiwaan

Sistem Fisik-kejiwaan terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku, keadaan emosi, sentimen, motif, dan kepercayaan dimana semuanya bersifat psikologis tapi juga mempunyai dasar fisik dari keadaan tubuh setiap individu. Seperti yang Alport kemukakan, Istilah ini mengingatkan kita bahwa kepribadian bukan salah satu dari produk mental maupun fisik. Organisasinya memerlukan pikiran maupun tubuh pada sebagian kesatuan yang tidak mungkin melepaskan diri.

Sistem Fisik-kejiwaan bukan produk keturunan walapun hal tersebut mempunyai dasar turun temurun. Hal tersebut merupakan produk dari pembelajaran dan berasal dari pengalaman hidup individu. Hal tersebut merupakan gabungan banyak elemen dari saling interaksi. Kadang-kadang hal tersebut tersembunyi atau tidak aktif dalam organisme. Begitu juga ketika hal tesebut berkaitan dg kekuatan untuk beraktivitas. Menentukan

Kata menentukan menekankan peran pendorong dari system-sistem fisik-kejiwaan. Di dalam diri individu, system-sistem tersebut berada di belakang bentuk tingkah laku dan pengaruh tertentu yang akan mereka ambil. Ketika suatu tungkah lau, kepercayaan, kebiasaan sentiment atau elemen lainnya dari system fisik kejiwaan sudah dirangsang oleh stimulus baik itu dari lingkungan maupun dari dalam diri individu tersebut, maka ini akan menimbulkan sikap penyesuaian dan ekspresif dimana bentuk cirri ekspresinya tergantung pada individu tersebut. Seperti yang Alport pernah jelaskan: semua sistem yang terdiri atas kepribadian dianggap sebagai kecenderungan yang menentukan. Hal tersebut menggunakan pengaruh langsung terhadap segala sikap penyesuaian dan ekspresif dimana individu tersebut menjadi dikenal.

Karakteristik

Kata sifat karakteristik merujuk pada perbedaan atau keunikan dari tingkah laku seseorang sebagai pola ekspresinya dari sistem-sistem fisik-kejiwaan tertentu. Dikarenakan tidak ada dua orang bahkan kembar identik pun yang mempunyai pengalaman hidup yang sama, setiap orang belajar untuk merespon lingkungannya berdasarkan pengalaman pribadi, dorongan dan kesukaannya dan sistem fisik-kejiwaan yang berbeda yang telah terbangun sebagai hasil dari pembelajaran. Seperti yang Alport kemukakan, walaupun tingkah laku dan konsep-konsep individu bersifat individual. Sebagian tentu saja bersifat Ideosinkratis dari pada yang lainnya tapi tak ada satu pun yang kekurangan rasa sifat personalnya.

Sikap dan pemikiran

Sikap dan pemikiran bersama-sama merupakan selimut yang menandakan apapun yang individu mungkin akan lakukan. Dan apapun yang orang lakukan sebagian besar sesuai dengan lingkungannya, walaupun dia kemungkinan akan bercermin terhadapnya. Ini berarti bahwa pola sikap ditentukan oleh sistem fisik kejiwaan yang ada dalam individu tidak memilki tujuan sama sekali, tapi diarahkan langsung kepada tujuan tertentu dari penyesuaian terhadap lingkungan fisik dan sosial dimana dia tinggal.

Ketika kepribadian mungkin diungkapkan melalui perkataan, sebagian reaksi terhadap orang maupun benda, dalam kelakuan, dalam imajinasi, dan dalam hal lainnya, semuanya baik secara sadar, bawah sadar ataupun tidak sadar diarahkan menuju tujuan-tujuan spesifik supaya memungkinkan orang untuk menyesuaikan terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti yang Alport tekankan :

Diatas semuanya, penyesuaian tidak boleh dianggap hanya sebagai adaptasi reaktif seperti yang dilakukan hewan dan tanaman, adaptasi terhadap dunia fisik seperti juga terhadap dunia yang ideal yang kedua-duanya adalah faktor keadaan dalam lingkungan perilaku, melibatkan keahlian untuk adaptasi pasif.

Kepribadian Versus Karakter

Kepribadian sering disamakan dengan karakter. walaupun Keduanya tidak memilki makna yang sama dan tidak bisa ditukar. Karakter menunjukan suatu standar moral dan melibatkan penilaian terhadap nilai-nilai.

Ketika digunakan dalam hubungannya dengan kepribadian, karakter lebih berhubungan dengan perilaku yang diatur oleh upaya dan kemauan individu. Nurani, adalah elemen penting dari kepribadian yang merupakan suatu pola penghambat pengkondisian yang mengatur perilaku seseorang yang membuatnya menyesuaikan diri terhadap pola-pola yang disetujui secara sosial dimana si individu itu dikenal.

Kepribadian Versus Individualitas

Individualitas merujuk pada keunikan dari kepribadian, Menurut Allport, Kepribadian itu sendiri merupakan fenomena universal walaupun itu hanya ditemukan pada bentuk-bentuk individu. Seseorang memilki banyak sifat-sifat yang menempel sebagai manusia, dan banyak yang menyerupai sesama anggota masyarakat lainnya: tapi dia menjalin semuanya menjadi sebuah system idiomatic yang unik. Individualitas dalam pola kepribadian adalah sebagai sebuah ciri seperti halnya individualitas pada penampilannya. Seperti yang Allport ungkapkan setiap orang adalah penomena unik dan tidak akan pernah terulangi.

Setiap pola kepribadian adalah unik yang berbeda dengan semua pola-pola yang lain dalam kombinasi dan organisasi unsur-unsur pokok sifatnya, dalam hal kekuatan dari perbedaan sifat-sifatnya, dan dalam intinya, individu tersebut mengkonsepkan dirinya. Ketika atribut seseorang mungkin secara kualitatif sama dengan atribut orang lain, setiap atribut yang dia milki berbeda secara kuantitas dengan orang lain. Sebagai contoh, kamu mungkin menemukan beberapa orang pemberani, tapi keberanian individu akan berbeda secara kuantitatif dengan yang lain. Gambar 1-1 menunjukan bagaimana perbedaan kombinasi dari sifat-sifat yang sama menghasilkan individu.

Orang-orang biasanya digambarkan sebagai pemilik dari tipe-tipe tertentu. Seseorang mungkin digambarkan sebagai tipe ambisius yang lain digambarkan tipe pemurung dan yang lainnya sebagai tipe pelit. Memang benar dalam beberapa kondisi orang sama dengan yang lainnya tapi ini tidak berarti sama pada semua kondisi. Setiap orang unik pada beberapa tingkatan. Dia adalah seorang individu, walaupun begitu pada kondisi tertentu dia mungkin akan dicirikan memiliki tipe yang sama.

Individualitas jelas terlihat perbedaan struktural dan perilakunya seperti bayi yang baru dilahirkan. Sebagian bayi yang baru lahir bersifat aktif, rewel, dan mudah menangis secara berlebihan; sebagian lainnya tenang dan diam. Sebagian sangat kurus dan susah berkembang dan sebagian lainnya sangat cepat seperti sudah berumur beberapa minggu.

Individualitas meningkat ketika anak-anak bertambah tua. Sifat-sifat yang melekat memulai proses maturasi dan pengaruh lingkungan, terutama kondisi social mulai membentuk pola kepribadian. Dorongan lapar, contohnya, merupakan hal umum dan menuntut kepuasan, tapi metode yang digunakan untuk memuaskan dorongan juga tingkatan pengendalian itu ditempatkan padanya ketika datang konflik dengan dorongan lain adalah berbeda pada setiap orang dan bertanggung jawab akan perbedaan individu dalam pola kepribadian.

Sebab-sebab Individualitas

Individualitas adalah suatu produk dari keturunan dan lingkungan. Setiap 46 kromosom yang muncul pada sel-sel yang baru terbentuk akhirnya akan berkembang menjadi seorang manusia yang terdiri dari kira-kira 30.000 gen atau pembawa dari sifat-sifat individu. kemungkinan terhadap duplikasi dari warisan gen, seperti yang Scheinfeld perkiraan hanya 1 dari 300,000,000,000,000. ketidakmungkinan dari kesamaan dalam warisan gen juga dikemukakan oleh Allport:

"Tidak ada dua orang manusia (termasuk kembar identik) memilki kemungkinan tumbuh persis sama, terutama ketika kita menambahkan kepada perbedaan genetis ini perbedaan yang akan terjadi dalam lingkungan dan pengalaman dari setiap makhluk hidup ini"

Apapun pengaruh lingkungan terhadap individu, ada suatu dasar hereditas untuk pola kepribadian. Seperti yang Shirley ungkapkan, di setiap individu terdapat sebuah inti atau pusat sifat-sifat kualitas watak dia sendiri. Inti ini mempunyai tingkat kekerasan dimana ketika dua orang dengan dorongan dinamis pertumbuhan, ini akan mencegah individu dari menjadi boneka utuh dari dorongan yang datang padanya. Seseorang pasti bereaksi dengan cara individual dia sendiri terhadap orang lain, benda, dan terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya.

Keunikan dari setiap kepribadian individu adalah kemudian berasal dari suatu kombinasi dari Faktor A atau factor-faktor konstitusional dengan jumlah banyak dari Faktor B atau factor lingkungan, dimana keduanya bervariasi terhadap individu satu dan lainnya. Lebih lanjut lagi, efek dari stimulasi lingkungan dipengaruhi oleh factor-faktor lainnya, masa lalu dan sekarang, baik faktor konstitusional maupun lingkungan.

BAGAIMANA KESADARAN KEPRIBADIAN MENUNJUKAN DIRINYA

Masalah kepribadian memunculkan dirinya pada banyak cara, dua diantaranya sangat penting. Pertama adalah hasrat untuk menciptakan kesan pertama yang baik terhadap orang lain, dan yang kedua adalah hasrat utuk menilai dengan akurat kepribadian orang lain. Kesan Pertama

Kesan pertama memberikan sebuah petunjuk kepada pola kepribadian dari individu yang diamati. Mereka kemudian menyimpan gambaran dia sebagai tipe kepribadian tertentu dan memberikan cirri-ciri yang memungkinkan dari tipe tersebut baik itu cocok maupun tidak. Sebagai tambahan, kesan pertama menentukan apa yang orang lain akan harapkan terhadap individu, dan harapan mereka, pada gilirannya mempengaruhi perilakunya. Seperti yang Sach katakan, kita melihat seseorang dan secara langsung suatu kesan tertentu dari kepribadiannya membentuk sendiri pada benak kita Thorndike menamakan kecenderungan untuk membentuk penilaian tentang orang pada dasar kesan pertama adalah penilaian kesalahan lingkaran.

Observasi selanjutnya dan hubungan lebih jauh dengan individu mungkin akan menguatkan dan memperbanyak kesan pertama atau malah mungkin mereka akan kesal terhadapnya. Beberapa kesan terpisah dari sifat-sifat berbeda mungkin akan ditambahkan bersama-sama untuk membentuk suatu kesan dari seluruh kepribadian individu tersebut.

Bagaimana Kesan Pertama Terbentuk

Kesan pertama kemungkinan akan berdasarkan pada penampilan fisik, raut muka atau ekspresi, gerakan, pakaian, nama, kewarganegaraan, warna kulit, apa yang orang itu katakana dan bagaimana dia mengatakannya, apa yang dialakukan dan bagaimana dia melakukannya atau ciri-ciri fisk atau psikologis lainnya yang dikenali di benak yang melihat dengan suatu tipe kepribadian atau steroetip tertentu. Gambar 1-2 menunjukan sebagian dari banyak factor yang menjadi pendukung dari kesan pertama.

Kesan yang pertama muncul ketika bertemu dengan seseorang berambut merah mungkin dia memiliki tempramen yang tinggi, karena menurut tradisi semua yang berambut merah memilki tempramen tinggi. Atau mungkin orang akan mengira orang yang mempunyai bentuk tubuh bulat adalah tanda bahwa dia malas. Nama-nama yang sering diberikan untuk laki-laki dan perempuan seperti, Robin Leslie atau Lynn, cenderung memunculkan perasaan bahwa dia mempunyai nama yang tidak pantas untuk jenis kelaminnya. Sebuah nama yang tidak biasa seperti Eula, Romeo, atau Apollo kemungkinan akan menciptakan kesan bahwa orang itu aneh. Nama-nama yang mempunyai asosiasi yang jelek seperti Adolph pada masa perang dunia ke dua, akan membawa penilaian yang kurang bagus terhadap orang yng memiliki nama itu.

Banyak siswa yang melaporkan tentang peran pakaian dalam pembentukan kesan. Gaya atau warna tertentu mungkin akan memberikan kesan bahwa lelaki itu tidak memilki orientasi sek yang pantas; kombinasi-kombinasi tertentu mungkin memberikan kesan terhadap orang lain bahwa dia tidak konvensional, pintar dan menarik. Dengan mengetahui hal ini, banyak orang dengan sengaja memakai pakaian yang akan menciptakan kesan yang ingin mereka berikan.

Tidak semua mempunyai nilai penciptaan kesan yang sama; beberapa adalah dasar dan beberapa bersifat sekunder. Yang dasar adalah yang berhubungan dengan pikiran si penerima dengan kualitas seperti intelegensia, kehangatan, dan dingin-kualitas yang menyerap pada perilaku keseluruhan dari individu. Ciri-ciri yang sekunder dalam pembentukan kesan lebih remeh; mereka mungkin akan mencatat lebih jarang tentang perilaku individu tersebut. Contohnya, temperamen yang jarang muncul atau pencitraan kasih saying yang tidak biasa.

Sering orang bahkan tidak sadar akan peran kualitas yang bekerja dalam membentuk kesan-kesan mereka terhadap orang lain. Pada sebuah eksperimen, McKeachie meminta kepada mahasiswa untuk menilai pola kepribadian dari dua kelompok perempuan, satu grup yang suka memakai lipstick dan grup lainnya yang tidak suka. Walaupun tidak ada satupun yang mengatakan bahwa lipstick merupakan factor yang mempengaruhi penilaiannya, penilaian mereka terhadap gadis-gadis tersebut jelas sekali merefleksikan pengaruh tersebut. Ini menunjukan, seperti yang McKeachie simpulkan bahwa isyarat yang tidak terperhatikan bisa menjadi dasar penilaian mereka. Lebih jauh lagi, ini menunjukan pengaruh dari kualitas yang remeh.

Signifikansi dari ciri-ciri fisik atau psikologis tertentu mungkin bervariasi terhadap orang. Pada eksperiment McKeachie, stereotip lelaki terhadap perempuan yang memakai lipstick dan yang tidak memakai tergantung dari pengalaman masa lalu lelaki tersebut. Pada beberapa lelaki, penggunaan lipstick menciptakan kesan bahwa seorang gadis bersifat agresif atau tidak baik. Sementara yang lan beranggapan bahwa gadis itu pandai merawat tubuh. Seorang mungkin mengasosiasikan efisien, rapih dan cekatan dengan kualitas dasar cepat, sementara yang lain, sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya mungkin mengasosiasikan gugup, tegang dan gelisah dengan kecepatan.

Perilaku terhadap kualitas tertentu juga bervariasi terhadap orang. Perilaku dibumbui dengan pengalaman dan mereka mempunyai sebuah tanda pengalaman terhadap penilaian. Contohnya, jika seseorang menyukai seorang yang pintar, kesan pertamanya terhadap orang yang kelihatan pintar akan dipengaruhi oleh perilaku yang disenanginya. Sama seperti sebelumnya, sifat dari kata-kata tertentu dilihat sebagian orang dengan positif dan sebagian yang lain negative. Seperti sifat pada kata tulus, Jujur, tergantung, dan hangat disukai oleh banyak orang, sementara kata tidak berperasaan kejam, pendendam, dan palsu kebanyakan tidak disukai karena diasosiasikan dengan sifat-sifat kepribadian yang tidak disukai. Telah diketahui juga bahwa ketidakmenarikan secara fisik dari orang yang dilihat memiliki lebihbanyak pengaruh terhadap penilaian dari orang lain daripada yang menarik, dan juga ketika yang melihat mengucapkan opininya tentang orang lain, itu juga mempengaruhi kesan pertamanya.

Kesan Pertama dan Reputasi

Ketika suatu kesan dari kepribadian individu telah terbentuk, individu tersebut telah menerima reputasi menjadi tipetertentu. Dia kemudian dinilai dari reputasinya tersebut. Studi-studi tentang penerimaan social dan prasangka menunjukan bagaimana sulitnya untuk mengubah reputasi yang didapat dari kesan pertama. Seorang individu mungkin merubah perilakunya, tapi itu tidak menjamin bahwa reputasi yang sudah dia dapat bisa secara otomatis berubah. Hanya ketika perilaku oranglain terhadapnya berubah maka reputasinya juga ikut berubah.

Usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan social dari anak-anak dan orand dewasa yang merasa ditolak dan diabaikan telah menunjukan bagaimana sulitnya merubah perilaku. Anak-anak yang tidak disukai mereka dijauhi oleh kawan sebayanya. Tanpa pengalaman langsung dengan anak-anak yang tidak disukai tersbut, kawan sebayanya tidak mempunyai kesempayan untuk mengenalnya lebih baik dan meningkatkan sikap yang lebih menyenangkan terhadap mereka. Para guru mungkin akan mencoba menyediakan kesempatan akan hal itu dan mungkin akan meminta agar meningkatkan perilakunya terhadap anak yang tidak disukai, tapi segala usaha untuk mendorong asosiasi lebih dekat hanya akan memperkuat sikap-sikap yang tidak bagus.

Sama seperti yang diatas, prasangka terhadap kelompok minoritas yang tidak disukai sangat sulit diperangi. Hanyaketika orang yang berprasangka tersebut dengan sadar mempunyai hubungan personal langsung dan pengalaman yang menyenangkan dengn individu dari kelompok yang tidak disukai tersebut, dia sepertinya akan mengubah sikap tidak menyenangkannya terhadap grup tersebut dan menghentikan prasangkanya.

Kekhawatiran terhadap Kesan Pertama

Orang dewasa sadar akan peran yang bekerja dari kesan pertama dalam penilaian orang lain terhadap kepribadiannya. Sebagian, kesadaran ini berkenaan dengan minat orang dewasa terhadap penampilan, minatnya terhadap pakaian, perhatiannya terhadap ciri-ciri fisik, dia menganggap sebagai seseorang yang tidak menarik dan orientasi seks yang tidak pantas, dan hasrat dia untuk disukai oleh teman sebayanya dalam hal penampilan, ucapan, perilaku,dan minat. Kebanyakan kekhawatiran yang orang dewasa alami pada situasi social yang baru berakar dar kekhawatiran dia apakah dia akan menciptakan kesan yang baik dan mendapatkan penerimaan yang dia bentuk.

Perhatian terhadap kesan pertama sangat bagus ketika bertemu dengan anggota masyarakat yang berlainan jenis. Dikarenakan pengalaman terbatas yang dimilikinya, orang dewasa tidak bisa untuk menaksir kemampuannya untuk menciptakan kesan pertama yang diinginkan pada situasi-situasi dimana banyak bergantung pada kemampuan repertoire yang berkembang dengan bagus dari kemampuan social. Kebanyakan laki-laki dan perempuan menghindari situasi-situasi dimana mereka takut bahwa kekurangan social mereka bisa menyebabkan kesan pertama yang tidak diinginkan.

Orang dewasa juga khawatir tentang bagaimana menciptakan kesan yang diinginkan terhadap orang lain. Banyak yang menghindari komunitas organisasi atau bahkan menolak pergi ke Gereja dikarenakan mereka tidak mempunyai baju yang pantas atau tidak punya cukup uang untuk menyumbang.

Salah satu alasan kenapa lelaki takut untuk berganti pekerjaan setelah umur empat puluh tahun karena mereka takut rambut mereka yang abu-abu atau ciri-ciri fisik lainnya diasosiasikan dengan stereotip tua yang akan memberikan kerugian bagi mereka. Mereka takut memberikan kesan kepada pekerja lainnya bahwa mereka kaku, lambat, dan terlalu tua untuk belajar.

Menilai orang lain

Cara penting yang kedua dimana kesadaran kepribadian menunjukan dirinya adalah hasrat untuk menilai orang lain dengan tepat. Sukses dalam situasi sosial apapun, baik itu di rumah, di sekolah, komunitas, atau di dunia kerja banyak tergantung pada kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Berhubungan baik dengan orang lain dalam dua permasalahan: seseorang bukan hanya harus memberikan kesan pertama yang baik, tapi orang juga harus bisa untuk menaksir orang dengan tepat supaya ketika bersikap di satu sisi akan terus mengesankan mereka. Kemampuan untuk berhubungan baik dengan harmonis menjadi semakin penting ketika seseorang mendekati dewasa.

Studi tentang penerimaan dan kepemimpinan mengungkapkan peran penting dari wawasan social. Kemampuan untuk mengukur orang lain-dan wawasan tentang diri sendiri-yaitu kemampuan untuk menilai diri sendiri dengan akurat. Ketika seorang anak berumur 8 atau 9 tahun, dia jarang bisa untuk merasakan perilaku orang lain terhadap dia. Alhasil, penyesuaian sosialnya sangat buruk dan pertemanannya tidak bertahan lama.

Dengan bertambahnya usia dan pengalaman social, wawasan social dan wawasan diri pun meningkat; penerimaan sosialnya pun bertambah dan pertemanannya pun semakin stabil. Orang-orang yang superior dalam hal wawasan social dan wawasan diri biasanya lebih terkenal dan menikmati lebih banyak penerimaan social dari pada mereka yang tertinggal dalah hal sifat kepribadian ini.

Kemampuan untuk menilai orang lain dan diri sendiri adalah suatu kualitas esensial dalam kepemimpinan. Walaupun dalam masa anak-anak, pemimpin bisa menaksir kemampuan dia secara realistis dan mengevaluasi keinginan kelompok. Dia adalah penilai kepribadian yang bagus, pada masa remaja dan dewasa, kepemimpinan berhubungan dekat dengan wawasan social. Hal lainnya seimbang, seorang individu yang bisa dengan bagus menilai kelompok dimana dia dikenal kemungkinan besar yang menerima peran pemimpin.

Pengalaman dengan banyak orang pada situasi sosial yang beragam mendorong kepada kemampuan untuk mengukur para anggota kelompok dan memprediksi apa saja keinginan mereka. Singkatnya, para pemimpin terpilih karena kualitas sensitivitas mereka yang terkenal terhadap orang lain.

Usaha Awal untuk menilai orang lain

Jauh sebelum ada pendekatan-pendekatan modern tentang penafsiran kepribadian dikembangkan, banyak usaha dilakukan untuk mempelajari kepribadian secara ilmiah. Meskipun demikian, teknik yang digunakan dalam usaha awal ini tidak bisa dikatakan ilmiah, malah mungkin bisa dikatakan sebagai Pseudo-ilmiah. Tiga metode yang paling diketahui dan paling banyak digunakan adalah Psiogonomi, Prelogi dan Grapologi. Kelemahan dari metode-metode ini begitu pula dengan yang lainnya adalah bahwa metode-metode tersebut berdasarkan pada kepercayaan, tidak berdasar bahwa korelasi yang dekat antara beberapa sifat yang diukur dengan pola kepribadian.

Psiogonomi adalah sebuah metode untuk menilai kepribadian melalui pengukuran dan studi terhadap gerak-gerak wajah. Asumsi yang mendasarinya adalah gerakan wajah tertentu sangat berkorelasi dengan sifat-sifat kepribadian tertentu. Mengikuti norma kelompok tentang seks dan unur, ahli Psiogonomi menggunakan hal-hal seperti jarak anatara mata, ukuran telinga dengan hubungannya terhadap gerak, ukuran dan bentuk dagu dan warna rambut sebagai petunjuk untuk menafsir sifat-sifat kepribadian. Kepercayaan terhadap Psiogonomi dikuatkan dengan beberapa stereotype. Seseorang yang tinggi mempunyai gerak wajah yang biasa dan kepercayaaan diri, yang dilihat oleh orang lain sebagai raja.

Rintangan dalam menilai Orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang kadang-kadang ragu untuk menilai pola kepribadian dari orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Tetapi penilaian akurat sangat sulit dikarenakan dua alasan. Pertama, penilaiannya sering berdasarkan aspek-apek manifest kepribadian saja dan bukan berdaarkan kenyataannya. Yang kedua, penilaiannya dipengaruhi oleh stereotip masyarakat.

Kepribadian yang real Versus Kepribadian manifest

Salah satu rintangan terbesar untuk memberikan penilaian terhadap orang lain yang akurat adalah bahwa kepribadian dia yang sebenarnya sering kali terselubung dengan pola perilaku yang disetujui secara social. Kepribadian manifest mereka, dimana kesan pertama sering berdasarkan padanya, mungkin sedikit berbeda dengan kepribadian mereka yang sebenarnya. Kesan pertama menjadi kesan remah terbaik. Hubungan selanjutnya mungkin akan memberikan wawasan yang lebih baik terhadap pola kepribadian yang sebenarnya. Bagaimanapun tidak selamanya beberapa orang sangat terbiasa untuk menyembunyikan moti mereka yang sebenarnya dan selalu bersikap sesuai dengan ekspektasi social diaman mereka sendiri tidak tahu bagaimana kepribadian mereka yang sebenarnya. Pastinya, di bawah kondisi tertentu, kemungkinan tidak bagi si pelihat untuk menilai mereka dengan akurat.Pengaruh Stereotip

Keakuratan dalam penilaian kepribadian, terutama kesan pertama sangat dipengaruhi oleh penerimaan si subjek terhadap stereotip masyarakat. Streotip diterima tanpa kritik sampai bahkan mempengaruhi perilaku orang terhadap dirinya sendiri dan membantu membentuk kepribadian dia sendiri.

Stereotip merupakan katagori special dari konsep-konsep. Mereka sama mempunyai jenis umum sifatnya seperti konsep-konsep lainnya dimana mereka ada untuk mengorganisir pengalaman, seperti yang dilakukan konsep-konsep yang lainnya. Hal itu termasuk evaluasi moral, evaluasi kelas social dan perbandingan evaluatif lainnya dari kelomok individu yang ada untuk membentuk dasar dari stereotip. Mereka adalah penyamarataan yang belebihan dan mentah dari beberapa variable penting sebuah kelompok dan digunakan sebagai metode karakterisasi tulisan yang bagus. Sebuah stereotipe muncul oleh symbol verbal sepertiguru sekolah hari minggu atau pelacur symbol verbal tersebut mengerahkan sekumpulan ide dan gambaran ditambah dengan perasaan, perilaku dan nilai-nilai personal yang kuat.

Bagaimana stereotip diperoleh. Stereotip dipelajari di rumah, di sekolah dan di tempat hubungan yang lebih luas dari rumah. Radio, televisi, Film, buku-buku, dan gurauan yang mengirimkan setreotip yang secara cultural diterima dari satu generasi ke generasi lainnya. Karakter-karakter yang ada dilayar digambarkan sebagai tipe-tipe, gurauan merujuk pada masalah ras, agama dan tipe-tipe peran keluarga, dan buku memperkenalkan kepada murid, dari mulai sangat awal ketika dia mulai belajar membaca sampai dia menerima stereotip yang umum dari masyarakatnya.

Kategori Stereotip

Stereotip-stereotip kepribadian terdiri baik atas sifat-sifat fisik dan perilaku yang dianggap sebagai sifat-sifat individual yang dimiliki oleh kategori yang lebih luas.

Stereotip menurut bentuk tubuh mengasumsikan bahwa orang gendut mempunyai sifat easy going, periang, dan tenang sedangkan orang kurus sebagai orang yang gugup, tegang dan suka marah. Itu berdasarkan pada raut wajah yang menekankan hubungan khusus dari tekstur kulit, tanda-tanda penuaan, kesempurnaan bibir dan tensi wajah dalam menilai kepribadian. Variasi-variasi dari norma membawa makna yang khusus. Orang yamg mempunyai jidat yang lebar dianggap orang pintar sedangkan orang yang memiliki telinga lebih kecil dari umumnya, dia dianggap sebagai orang pelit.

Peran tradisional bagi anggota keluarga yang berbeda juga berfungsi sebagai dasar stereotip kepribadian. Dikarenakan peran ibu adalah untuk menjaga anak-anak, pola stereotip kepribadiannya mengandung sifat-sifat seperti baik hati, pengertian, sangat membantu, dan suka berkorban. Stereotip yang diberikan televisi terhadap para ibu di Amerika sebagai peran yang tidak berguna. Ayah, kebalikannya mempunyai peran sebagai penyedia, penjaga, memberikan disiplin dan sebagai mentor.

Ibu tiri, menurut stereotip yang ada di cerita legenda dan cerita lainnya mempunyai pola kepribadian yang didominasi oleh sifat-sifat seperti kejam, egois, suka menghukum, tukang berbohong.

Stereotip tentang pola kepribadian dari Negara, daerah dan agama yang berbeda sangat beragam. Orang Inggris mempunyai Stereotip sebagai orang yng mencintai kampung halaman, pendiam dan introvert, orang yahudi mempunyai stereotip sebagai orang yang licik dan pembohong, orang orang kulit hitam biasanya diasosiasikan dengan periang dan tidak bertanggung jawab.

Tempat pengaruh dari stereotip

Pada tiga tempat stereotip memiliki pengaruh khusus: penilaian terhadap orang lain, penilaian terhadap diri sendiri dan penilaian terhadap situasi. Bagaimana seseorang menilai orang lain sangat dipengaruhi oleh penerimaan dia dari stereotip masyarakat, dan sebaliknya, penilaian dia memberi pengaruh terhadap perilaku dia terhadap orang lain dan sikapnya sendiri.

Prasangka, kekerasan dan diskriminasi merupakan pola sikap yang umum jika diasosiasikan dengan penilaian berdasarkan stereotip. Kekerasan yang terjadi antara kelompok ras dan agama sebagian besar berasal dari penilaian individu berdasarkan stereotip kelompok yang ada di masyarakat. Diskriminasi terhadap orang tua dan perempuan seringkali berasal dari sebab yang sama, memotong setiap orang yang berasal dari kelompok yang dikenal, tanpa memperhatikan perbedaan individual. Friksi keluarga semakin kuat ketika ada peran dari anggota keluarga baik itu ayah, ibu, maupun anak separuh baya, dinilai dari stereotip yang berasosiasi dengan peran tersebut.

Kesimpulan

1. Kesadaran kepribadian di masyarakat Amerika sekarang ini berakar dari kepercayaan bahwa kepribadian yang menyenangkan adalah jaminan dari kesuksesan dan kebahagiaan. Kepribadian merupakan faktor yang signifikan dalam berbagai area di masyarakat kita yang rumit.

2. konsep-konsep ilmiah awal kepribadian menekankan aspek-aspek manifest dari kepribadian, yang mungkin bisa diteliti oleh orang lian. Konsep-konsep awal ini berasal dari Bahasa Yunani Persona yang berarti topeng yang dipakai oleh aktor drama untuk menyembunyikan identitasnya di atas panggung. Arti ini ada kesamaan pada berbagai tingkatan dengan konsep yang populer dan tidak ilmiah tentang kepribadian pada zaman sekarang. 3. Sekarang ini konsep ilmiah tentang kepribadian menekankan pada motivasi aspek-aspek tingkah laku dari kepribadian. Mereka menekankan bukan hanya pada apa yang terlihat dari individu, tetapi apa yang sebenarnya ada pada individu. Sebagian besar definisi ilmiah tentang kepribadian memasukan point penting seperti yang ditekankan oleh Allport bahwa ' kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri seseorang yang mengandung sistem fisik-kejiwaan yang menentukan karakteristik prilaku dan pikiran.' 4. karakter dan kepribadian tidak sama. Karakter adalah moral aspek dari kepribadian atau tingkah laku yang dikontrol oleh kata hati.

5. Individualitas merujuk kepada keunikan kepribadian yang membuat setiap orang ' never repeated phenomenon' ini bisa diamati dalam penampilan dan pola prilaku dari mulai bayi dan semakin terlihat pd perkembangan selanjutnya.6. Kesadaran kepribadian memperlihatkan diri dengan dua cara. Pertama keinginan seseorang untuk menciptakan kesan yang baik, serta keinginan untuk menilai orang lain secara akurat.

7. Kesan pertama didasarkan pada penampilan, prilaku, pembicaraan dan berbagai faktor yang menghasilkan katagorisasi tipe kepribadian tertentu. Seseorang yang dikatagorikan dengan type tertentu akan mengembangkan reputasinya yang dipakai untuk menilai dia kedepan. Oleh karena itu banyak orang mencoba menciptakan kesan pertama yang baik .

8. Keinginan untuk menilai orang lain secara akurat akan membantu penyesuaian dan penerimaan sosial yang baik. Ada tiga metode scientifc dan psedo-scientific dalam menilai kepribadian; Physiogonomy, menilai kepribadian seseorang dari bentuk mukanya. Phrenology, menilai kepribadian seseorang dari bentuk dan ukuran kepalanya. Graphology menilai kepribadian orang dari bentuk tulisan tangannya. 9. Ada Kesulitan untuk menilai kepribadian, pertama kesulitan untuk membedakan antara kepribadian yang sesungguhnya dengan kepribadian manifest, motif dan acting yang ditutupi, karena berbaikatan dengan keinginan untuk adanya penerimaan sosial.

10. Kesulitan kedua berkaitan dengan kultural streotip yang mempengaruhi kesan pertama seseorang terhadap orang lain, serta opini dan treatment terhadap orang lain juga opini dia tentang dirinya sendiri.

11. Kultural streotip didapat melalui pembelajaran di rumah, disekolah dan tetangga serta masayarakat umum dan mass media 12. Disebabkan pentingnya peran kepribadian dalam kehidupan manusia dan kuatnya minat para psikolog untuk mengembangkan kepribadian dan sekaligus mengontrolnya, maka dikembangkan cabang ilmu baru yang disebut Psycgology-personology yang meliputi seluruh aspek kepribadian, ditunjang oleh informasi dari bidang lain, psikologi, ilmu sosial dan kedokteran.PAGE 1