study guide (kepaniteraan klinik kk) 2003

81
2 PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA DI INDONESIA LATAR BELAKANG Jika ditinjau dan prinsip pokoknya, maka pelayanan dokter keluarga yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah kesehatan keluarga secara keseluruhan, sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan di lapangan tidak berjalan dengan memuaskan. Muncul berbagai masalah dalam sub sistem kesehatan, yang kalau dirinci terbagi sebagai berikut. A. Problematika Sub Sistem Pelayanan Kesehatan 1. Komersialisasi dalam pelayanan kesehatan 2. Menurunnya etos profesionalisme dokter. Mutu pelayanan dokter umum dirasakan jauh dari memuaskan. Banyak dokter umum yang menyelenggarakan pelayanan di bawah standar. Hal ini mungkin disebabkan karena dokter umum tersebut tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinis serta tidak mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran. 3. Meningkatnya orientasi pada spesialis dan sub spesialis. 4. Pelayanan kesehatan terkotak-kotak (fragmented health services) 5. Hubungan dokter-pasien renggang, perhatian dokter seringkali hanya terhadap keluhan, bukan pada penderita secara keseluruhan. B. Problematika Sub Sistem Pembiayaan Kesehatan 1. Tingginya biaya kesehatan disebabkan karena penggunaan alat-alat canggih dan karena pelayanan yang terkotak-kotak. 2. Daya beli masyarakat menurun.

Upload: hera-dwi-p

Post on 24-Sep-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kdflanfl

TRANSCRIPT

PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA DI INDONESIA

LATAR BELAKANG

Jika ditinjau dan prinsip pokoknya, maka pelayanan dokter keluarga yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah kesehatan keluarga secara keseluruhan, sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan di lapangan tidak berjalan dengan memuaskan. Muncul berbagai masalah dalam sub sistem kesehatan, yang kalau dirinci terbagi sebagai berikut.

A. Problematika Sub Sistem Pelayanan Kesehatan

1. Komersialisasi dalam pelayanan kesehatan

2. Menurunnya etos profesionalisme dokter. Mutu pelayanan dokter umum dirasakan jauh dari memuaskan. Banyak dokter umum yang menyelenggarakan pelayanan di bawah standar. Hal ini mungkin disebabkan karena dokter umum tersebut tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinis serta tidak mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

3. Meningkatnya orientasi pada spesialis dan sub spesialis.

4. Pelayanan kesehatan terkotak-kotak (fragmented health services)

5. Hubungan dokter-pasien renggang, perhatian dokter seringkali hanya terhadap keluhan, bukan pada penderita secara keseluruhan.

B. Problematika Sub Sistem Pembiayaan Kesehatan

1. Tingginya biaya kesehatan disebabkan karena penggunaan alat-alat canggih dan karena pelayanan yang terkotak-kotak.

2. Daya beli masyarakat menurun.Pelayanan dokter keluarga mempunyai posisi strategis dalam keberhasilan penatalaksanaan subsistem pelayanan kesehatan, karena perannya dalam mengalihkan orientasi kuratif ke orientasi komprehensif, mengedepankan upaya promotif preventif sehingga seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif, mengubah pelayanan yang fragmentatif ke pelayanan yang integratif berjenjang, dengan menjadikan pelayanan primer sebagai ujung tombak. Peran dokter keluarga dalam penatalaksanaan subsistem pembiayaan kesehatan diwujudkan oleh kesediaannya untuk menerima pembayaran secara praupaya yang juga bermakna mengendalikan biaya pelayanan kesehatan. Peranan kedokteran keluarga dtharapkan mampu mewujudkan pelayanan berkualitas yang diinginkan masyarakat.

PENGERTIAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Pelayanan Dokter Keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai penapis (gate keeper) di tingkat pelayanan primer, Dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, Rumah Sakit Rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan yang bekerja secara bersama-sama, menempatkan dokter keluarga pada posisi yang sangat strategis dalam pembangunan kesehatan. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan kedokteran keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi individu dan keluarga serta masyarakat yang bermutu namun terkendali biayanya, yang tercermin dalam tatalaksana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.Menurut The American Academy of Family Physician (1969), pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit, pada mana tanggungjawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.PENGERTIAN DOKTER KELUARGA

Pelaksana pelayanan dokter keluarga kita kenal dengan dokter keluarga (Family doctor, family physician). Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.Sedangkan Kolese Dokter Indonesia (KDI, 2003) menterjemahkan secara maknawi sebagai berikut:

Dokter keluarga adalah dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan sistem pelayanan kesehatan, bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang mungkin dipunyai pasien.

Melayani individu dalam masyarakat tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam sistem pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien. Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis.

PENGERTIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

Disiplin Ilmu Kedokteran yang mempelajari:

Dinamika kehidupan keluarga

Pengaruh penyakit dan kecacatan serta keturunan terhadap fungsi keluarga Pengaruh fungsi keluarga pada timbul dan kembangnya penyakit dan permasalahan kesehatan keluarga Cara pendekatan kesehatan untuk mengembangkan fungsi tubuh dan keluarga dalam keadaan normal

PERAN DOKTER KELUARGA

1. Pengaplikasi ilmu kedokteran klinik dan ilmu perilaku, dilengkapi ilmu kedokteran mutakhir

2. Memantapkan pelayanan kesehatan primer dan sistem rujukan

3. Pengendali biaya:

a. Efektifitas pelayanan kesehatan

b. Efektifitas sumber daya kesehatan

c. Edukasi kesehatan

d. Pelayanan kesehatan yang bermutu

4. Mengembalikan pelayanan kesehatan yang rasional dan manusiawiPeran dokter keluarga menurut The Philippine Academy of Family Physicians adalah:

1. Health Care Provider (penyelenggara pelayanan kesehatan)

2. Educator (teacher)

3. Counselor

4. Reseacher (life long learner)

5. Community Leader (Social Mobilizer)

KARAKTERISTIK PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA

Adalah pelayanan kesehatan/asuhan medik yang:

Didukung oleh pengetahuan kedokteran mutakhir; Dilakukan secara paripurna (comprehensive), terpadu (integrated), menyeluruh (holistic), berkesinambungan (sustainable); Terhadap semua keluhan dan pengguna jasa pelayanan kesehatan (PJPK) sebagai komponen keluarganya; Dengan tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan yang ada

ASAS-ASAS DALAM PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Dalam pelayanan dokter keluarga seyogyanya memenuhi standar pelayanan kedokteran yang bermutu dan berasaskan:

Hukum dan etika profesi, serta moral dan spiritual Ilmu pengetahuan dan ketrampilan teknis kedokteran mutakhir Bersifat paripurna, terpadu, menyeluruh, bersinambung Pendekatan yang manusiawi dan rasional Manfaat (memberikan manfaat yang sebesar-besarnya) Partisipasi keluarga (kehidupan PJPK dalam wawasan keluarga) Peduli pencegahan (Paradigma Sehat)

PARIPURNA (COMPREHENSIVE)

Tersedianya semua langkah-langkah pelayanan kesehatan:

Promotif (peningkatan dan pembinaan)

Preventif (pencegahan dan perlindungan khusus)

Kuratif (deteksi dini dan tindakan segera)

Pencegahan cacat lebih lanjut (terapi, konsultasi, dan rujukan)

Rehabilitatif (pemulihan, pengendalian, evaluasi)

TERPADU (INTEGRATED)Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan berupa

Dokter - Pasien + Keluarga KOMUNITASMENYELURUH (HOLISTIC)Dilaksanakan pelayanan kesehatan yang meliputi semua aspek kehidupan PJPK:

Pasien manusia seutuhnya = Bio-psiko-sosio-spiritual

BERKESINAMBUNGAN (SUSTAINABLE)

Pelayanan kesehatan merupakan upaya terus-menerus untuk meningkatkan fungsi keluarga sesuai dengan sumber-sumber yang dimiliki.

KELUARGA SEBAGAI SUBYEK DAN OBYEK

DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Dalam pelayanan dokter keluarga, maka pusat pelayanan adalah keluarga sebagai satu kesatuan, bukan individu. Sehingga perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:

Keluarga sebagai satu unit (kesatuan)

Batasan dari keluarga.Meliputi: Pengertian Bentuk Fungsi keluarga

Siklus keluarga

Pengaruh keluarga terhadap kesehatan

Pengaruh kesehatan terhadap keluargaDEFINISI

Menurut UU RI No. 10 Th 1992:

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami istri dan anak; atau ayah dengan anak atau ibu dengan anak.BENTUK KELUARGA

Goldenberg (1980) membagi bentuk keluarga menjadi 9 macam, yaitu:

1. Keluarga inti (nuclear family)Yang dimaksud dengan keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, isteri serta anak-anak kandung.

2. Keluarga besar (extended family)Yang dimaksud dengan keluarga besar adalah keluarga yang disamping terdiri dari suami, isteri dan anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari pihak suami atau pihak istri.

3. Keluarga campuran (blended family)Yang dimaksudkan dengan keluarga campuran adalah keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri.

4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)Yang dimaksud dengan keluarga menurut hukum umum adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)Yang dimaksud dengan keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.

6. Keluarga hidup bersama (commune family)Yang dimaksud dengan keluarga hidup bersama (komune) adalah keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hal dan tanggungjawab serta memiliki kekayaan bersama.

7. Keluarga serial (serial family)

Yang dimaksud dengan keluarga serial adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, semuanya menganggap sebagai satu keluarga.

8. Keluarga gabungan (composite family)Yang dimaksud dengan keluarga gabungan (komposit) adalah keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa isteri dan anak-anaknya atau isteri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidup bersama.

9. Keluarga tinggal bersama (cohabilation family)

Yang dimaksud dengan keluarga tinggal bersama (kohabitat) adalah dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.Sedangkan Sussman (1970) membagi bentuk keluarga menjadi 2 yaitu keluarga tradisional dan keluarga non tradisional. Bentuk keluarga yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi keadaan kesehatannya, sebaliknya bentuk keluarga juga dapat dipengaruhi oleh keadaan kesehatan anggota keluarganya.

FUNGSI KELUARGA

Fungsi-fungsi keluarga harus dipahami oleh dokter keluarga untuk membantu menegakkan diagnosis masalah kesehatan yang dihadapi oleh para anggota keluarga dan juga dalam mengatasi masalah kesehatan setiap anggota keluarga tersebut. Fungsi keluarga banyak macamnya. Di Indonesia fungsi keluarga dibedakan menjadi 8 macam menurut PP no.2 1 tahun 1994.

1. Fungsi keagamaanYang dimaksud dengan fungsi keagamaan adalah fungsi keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.2. Fungsi budaya

Yang dimaksud dengan fungsi budaya adalah fungsi keluarga dan memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.

3. Fungsi cinta kasihYang dimaksud dengan fungsi cinta kasih adalah fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan isteri, orang tua dengan anak-anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wahana utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.4. Fungsi melindungiYang dimaksud dengan fungsi melindungi adalah fungsi keluarga untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi segenap anggota keluarga.5. Fungsi reproduksiYang dimaksud dengan fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunannya yang direncanakan sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan umat manusia di dunia yang penuh iman dan taqwa.6. Fungsi sosialisasi dan pendidikanYang dimaksud dengan fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah fungsi keluarga yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunannya agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya dimasa depan.

7. Fungsi ekonomi

Yang dimaksud dengan fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.8. Fungsi pembinaan lingkunganYang dimaksud dengan fungsi pembinaan lingkungan adalah fungsi keluarga yang memberikan kemampuan kepada setiap keluarga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.Sedangkan Friedman (1981), membagi fungsi keluarga menjadi 6 macam.

1. Fungsi Afektif (affective function)2. Fungsi Sosialisasi (Socialization and social placement function)3. Fungsi Reproduksi (reproduction function)4. Fungsi mengatasi masalah keluarga (family coping function)5. Fungsi ekonomi (economic function)6. Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik (provision of physical necessity)Ogburn (1969) membedakannya menjadi:

1. Fungsi ekonomi (economic function)Pada saat ini fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi para anggota keluarganya, dalam arti semua anggota keluarga ikut bertanggungjawab sesuai dengan kemampuan masing-masing, telah mengalami perubahan. Fungsi ekonomi tersebut telah diambil alih oleh kepala keluarga.

2. Fungsi perlindungan (protective function)Pada saat ini fungsi keluarga dalam melindungi para anggota keluarga dan berbagai ancaman yang dapat membahayakan keluarga, baik ancaman fisik maupun ancaman non-fisik seperti kehilangan penghasilan karena sakit atau kecelakaan, telah mulai berkurang. Perlindungan dan ancaman fisik berupa kekerasan misalnya telah diambil alih oleh lembaga kepolisian, sedangkan ancaman non-fisik seperti kehilangan penghasilan, telah diambil alih oleh lembaga asuransi.

3. Fungsi agama (religious function)Pada saat ini fungsi keluarga dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada para anggota keluarganya, terutama yang bertempat tinggal di kota-kota besar, telah mulai berkurang. Fungsi agama ini telah diambil oleh lembaga keagamaan yang telah ada di masyarakat.4. Fungsi rekreasi (recreation function)Pada saat ini fungsi keluarga sebagai wadah rekreasi bagi segenap anggota keluarga, terutama yang bertempat tinggal di kota-kota besar, juga telah mulai berkurang. Fungsi rekreasi tersebut telah diambil alih oleh berbagai sarana rekreasi yang banyak ditemukan di masyarakat.5. Fungsi pendidikan (educational function)Pada saat ini fungsi keluarga dalam menyelenggarakan pendidikan bagi para anggota keluarganya, tampak mulai berkurang. Fungsi pendidikan ini telah diambil alih oleh berbagai lembaga pendidikan yang ada di masyarakat.

6. Fungsi status sosial (status-conferring function)Pada saat ini fungsi keluarga dalam menentukan status sosial para anggota keluarga, hampir tidak berarti lagi. Sebagai akibat makin majunya kehidupan masyarakat, status sosial seseorang dalam masyarakat tidak lagi ditentukan oleh status sosial keluarganya, melainkan oleh prestasi masing-masing orang tersebut.

KLASIFIKASI TINGKAT KESEJAHTERAAN

Di Indonesia tahapan keluarga sejahtera dibedakan atas 5 tingkat (BKKBN, 1995)1. Keluarga pra sejahteraYang dimaksud dengan keluarga pra sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan agama, pangan, sandang, papan, kesehatan dan keluarga berencana.2. Keluarga sejahtera tahap IYang dimaksud dengan keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.3. Keluarga sejahtera tahap II

Yang dimaksud dengan keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial-psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi.

4. Keluarga sejahtera tahap IIIYang dimaksud dengan keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan secara teratur kepada masyarakat di sekitarnya, misalnya dalam bentuk sumbangan materiil dan keuangan, serta secara aktif menjadi pengurus lembaga ke masyarakat yang ada.5. Keluarga sejahtera tahap III plus

Yang dimaksud dengan keluarga sejahtera tahap II plus adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya serta memiliki kepedulian dan kesertaan yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga disekitarnya.

PENENTUAN SEHAT /TIDAKNYA KELUARGA

Dinilai dengan APGAR Keluarga (Tingkat Kepuasan Anggota Keluarga)

Apgar Keluarga

Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat tidaknya suatu keluarga

Dikembangkan oleh: Rosen, Geyman, Leyton

Dengan menilai 5 fungsi pokok dalam keluarga tingkat kesehatan keluarga tersebut:

1. Adaptasi (Adaptation)Di sini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.

2. Kemitraan (Partnership)Di sini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, urun rembuk dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.3. Pertumbuhan (Growth)Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.

4. Kasih Sayang (Affection)Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.

5. Kebersamaan (Resolve)Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga.SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA

Siklus kehidupan keluarga penting bagi dokter keluarga untuk mempertajam permasalahan yang dihadapi dan ataupun cara penyelesaian masalah kesehatan yang ditemukan pada para anggota keluarga. Duvall (1967) membagi menjadi 8 tahap, yaitu:

1. Tahap awal perkawinan (newly married)Pada tahap ini suatu pasangan baru saja kawin dan belum mempunyai anak. Di Amerika Serikat tahap ini biasanya berlangsung rata-rata selama dua tahun.

2. Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child). Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai bayi, dapat satu atau dua orang. Di Amerika Serikat yang dimaksud bayi adalah sampai dengan umur 30 bulan dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 2,5 tahun.3. Tahap keluarga dengan anak pra sekolah (family with preschool children)Pada tahap ini keluarga tersebut telah memiliki anak dengan usia prasekolah. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan anak pra sekolah adalah yang berumur antara 30 bulan sampai dengan 6 tahun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata 3,5 tahun.

4. Tahap keluarga dengan anak sekolah (family with children in school)Pada tahap ini keluarga tersebut telah memiliki anak dengan usia sekolah. Di Amerika Serikat yang dimaksud anak usia sekolah adalah yang berumur antara 6 tahun sampai dengan 13 tahun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 7 tahun.

5. Keluarga dengan anak usia remaja (family with teenagers)Pada tahap ini keluarga tersebut telah memiliki anak usia remaja. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan anak usia remaja adalah yang berumur antara 13 tahun sampai dengan 20 tahun dan tahap ini biasanya berlangsung rata-rata 7 tahun.

6. Keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (family as launching centre)

Pada tahap ini satu per satu anak meninggalkan keluarga. Dimulai oleh anak tertua dan diakhiri oleh anak terkecil. Di Amerika Serikat tahap ini biasanya berlangsung rata-rata 8 tahun.

7. Orang tua usia menengah (parent alone in midle years)Pada tahap ini semua anak telah meninggalkan keluarga. Yang tinggal hanyalah suami isteri dengan usia menengah. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan usia menengah adalah sampai dengan masa pensiun dan tahap ini biasanya berlangsung rata-rata selama 15 tahun.

8. Keluarga usia jompo (aging family members)Pada tahap ini suami isteri telah berusia lanjut sampai meninggal dunia. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan usia lanjut adalah yang telah memasuki masa pensiun dan tahap ini biasanya berlangsung rata-rata selama 10 tahun sampai dengan 15 tahun.

Sedangkan Howell (1975) membagi menjadi:

1. Tahap kemitraan informal (phase of informal partnership)Pada tahap ini pria dan wanita saling menjajaki untuk membentuk keluarga. Hubungan antara keduanya meskipun dapat sangat erat, tetapi masih bersifat informal, karena belum diikat oleh pernikahan.

2. Tahap perkawinan awal (phase of early marriage)Pada tahap ini pria dan wanita telah melangsungkan pernikahan dan karena itu menjadi satu keluarga, tetapi belum mempunyai anak.

3. Tahap ekspansi (phase of expansion)Pada tahap ini anggota keluarga bertambah (ekspansi) karena lahirnya anak-anak.

4. Tahap konsolidasi (phase of consolidation)Pada tahap ini ada penambahan anggota keluarga lagi, karena tidak ada lagi anak-anak yang dilahirkan.

5. Tahap penciutan (phase of contraction)Pada tahap ini satu per satu anak yang dimiliki, karena sudah dewasa, mulai meninggalkan keluarga. Dapat karena telah membentuk keluarga sendiri atau hidup mandiri secara terpisah.

6. Tahap akhir kemitraan (phase of final partnership)Pada tahap ini, karena tidak ada kesibukan lagi padahal usia masih produktif, isteri misalnya mulai mencari kesibukan baru, sedangkan suami lebih memusatkan perhatiannya pada pekerjaan dan pengembangan karier, kemitraan antara suami dan isteri menjadi renggang dan bahkan dapat hilang.

7. Tahap kelenyapan (phase disappearance)Pada tahap ini yang dihitung sejak masa pensiun, suami atau isteri, satu per satu meninggal dunia sehingga ada akhirnya lenyaplah keluarga tersebut.

KELUARGA DAN KESEHATAN

Kesehatan dan penyakit selalu berhubungan dengan:

Kepribadian

Gaya hidup

Lingkungan fisik

Hubungan antar manusia

Dalam hal ini keluarga adalah tempat pembentukan individu. Sehingga keempat hal di atas dimulai dari dalam keluarga. Arti dan kedudukan keluarga: (Freeman, 1970)1. Merupakan unit terkecil dalam masyarakat

2. Sebagai suatu kelompok yang berperan penting dalam masalah kesehatan

3. Masalah kesehatan keluarga saling terkait dengan berbagai masalah keluarga lainnya4. Sebagai pusat pengambil keputusan kesehatan yang terpenting5. Sebagai wadah paling efektif untuk berbagai upaya/penyampaian pesan-pesan kesehatan

Arti dan kedudukan keluarga (Marbanyak, 1964)

Sebagai tempat bertanya pertama (reference group) Mempunyai pengaruh yang amat besar dalam berbagai tindakan kedokteran: diagnosis, pencegahan, pengobatan dan perawatan

PENGARUH KELUARGA TERHADAP KESEHATAN

1. Penyakit Keturunan

Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya)

Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan keluarga)

Perlu marriage counseling dan screeaning2. Perkembangan Bayi dan Anak

Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi yang sakit, akan mengganggu perkembangan fisik dan perilaku

3. Penyebaran Penyakit

Penyakit infeksi

Penyakit neurosis

4. Pola Penyakit dan Kematian

Hidup membujang/bercerai mempengaruhi angka kesakitan dan kematian

5. Proses Penyembuhan Penyakit

Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga dengan fungsi keluarga yang sehat lebih baik dibandingkan pada keluarga dengan fungsi keluarga yang sakit

PENGARUH KESEHATAN TERHADAP KELUARGA

1. Bentuk Keluarga

Infertilitas membentuk: keluarga inti tanpa anak Penyakit jiwa (kelainan seksual: homoseksual) jika membentuk keluarga: keluarga non-tradisional

2. Fungsi Keluarga

Jika kesehatan kepala keluarga (pencari nafkah) terganggu mengganggu fungsi ekonomi dan / fungsi pemenuhan kebutuhan fisik keluarga Jika kesehatan ibu rumah tangga terganggu mengganggu fungsi afektif dan fungsi sosialisasi

3. Siklus Kehidupan Keluarga

Infertilitas: tidak mengalami siklus kehidupan keluarga yang lengkap Jika kesehatan suami istri memburuk kematian cepat masuk ke dalam tahap lenyapnya keluarga

Dengan memahami secara rinci tentang keluarga, diharapkan dokter keluarga bisa melaksanakan pelayanan dokter keluarga secara optimal. Dengan demikian diharapkan segera terwujud Indonesia Sehat.

KUNJUNGAN DAN PERAWATAN PASIEN DI RUMAH

BATASAN

Batasan kunjungan dan perawatan pasien di rumah banyak macamnya. Secara sederhana yang dimaksud dengan kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Sedangkan yang dimaksud dengan perawatan pasien di rumah adalah apabila pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut telah tidak termasuk lagi dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), melainkan dalam kelompok rawat inap (hospitalization).ALASAN KUNJUNGAN DAN PERAWATAN DI RUMAH

Banyak alasan kenapa kunjungan dan perawatan pasien di rumah perlu dilakukan oleh dokter keluarga. Jika disederhanakan, berbagai alasan tersebut secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yakni:

1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasienTelah disebutkan bahwa pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran menyeluruh. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh ini, diperlukan antara lain tersedianya data yang lengkap tentang keadaan pasien, sedemikian rupa sehingga dapat dikenal kehidupan pasien secara lebih lengkap. Untuk dapat mengumpulkan data ini tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan kecuali melakukan kunjungan ke rumah pasien.

2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran

Telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik pokok pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang berkesinambungan. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini tentu tidak cukup jika pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan hanya bersifat pasif, dalam arti hanya menanti pasien berkunjung ke tempat praktek saja. Pelayanan dokter keluarga yang baik harus bersifat aktif, dalam artif jika memang diperlukan, melakukan kunjungan dan atau merawat pasien di rumah pasien.Banyak alasan kenapa pertolongan kedokteran perlu dilakukan melalui kunjungan dan ataupun perawatan di rumah tersebut. Dua diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang amat penting, yakni:

a. Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang ke tempat praktek.Alasan pertama perlunya dilakukan pertolongan kedokteran melalui kunjungan dan atau perawatan di rumah adalah karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang berobat ke tempat praktek, atau kalau tetap dipaksakan, akan lebih memperberat keadaan pasien. Keadaan tidak memungkinkan tersebut banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni:

Karena menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan pasien untuk dibawa ke tempat praktek, atau kalau dibawa dan kebetulan menderita penyakit menular, dapat membahayakan orang lain.

Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila dialami oleh orang yang telah lanjut usia.

Karena menderita penyakit terminal yang telah tidak ada harapan untuk hidup lagi.b. Sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap di rumah sakit.Alasan kedua perlunya dilakukan pertolongan kedokteran melalui kunjungan dan atau perawatan di rumah adalah untuk menindak lanjuti pelayanan rawat inap bagi pasien yang baru saja keluar dari rumah sakit. Dokter keluarga yang baik seyogyanya dapat melakukan pelayanan tindak lanjut ini, sedemikian rupa sehingga keadaan kesehatan pasien kembali pada keadaan semula serta dapat melakukan kegiatan rutin sehari-hari. Pada akhir-akhir ini pelayanan tindak lanjut rawat inap melalui kunjungan dan atau perawatan di rumah, tampak makin bertambah penting. Penyebab utamanya adalah karena mahalnya biaya perawatan di rumah sakit, sehingga pasien, karena kesulitan biaya, meskipun belum sembuh sempurna, telah minta untuk segera dipulangkan.MANFAAT KUNJUNGAN DAN PERAWATAN PASIEN DI RUMAH

Apabila kunjungan dan atau perawatan di rumah dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, akan diperoleh banyak manfaat. Beberapa dan manfaat tersebut adalah:

1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasienAdanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti, karena memanglah dengan dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah tersebut, dokter akan memperoleh banyak keterangan tentang pasien yang dimaksud.

2. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter-pasien

Sama halnya dengan pemahaman, peningkatan hubungan dokter-pasien ini adalah juga sebagai hasil dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah.

3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasienDengan makin meningkatnya pemahaman dokter tentang keadaan pasien, dan atau dengan makin baiknya hubungan dokter-pasien, berarti sekaligus akan meningkatkan pula pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan kesehatan pasien. Adanya pemahaman yang seperti ini jelas akan berperanan besar dalam upaya lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.

4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien.5. Pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan dokter-pasien yang baik, pasti mempunyai peranan yang amat besar dalam lebih meningkatkan kepuasan pasien (patient satisfaction). Sesuatu yang pada akhir-akhir ini telah disepakati sebagai salah satu tolok ukur yang paling penting dan pelayanan kesehatan yang bermutu.

MASALAH KUNJUNGAN DAN PERAWATAN PASIEN DI RUMAH

Dari pengalaman sehari-hari, paling tidak ditemukan ada tiga masalah pokok yang sering dihadapi. Ketiga masalah pokok yang dimaksud adalah:

1. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat dilakukanMasalah pokok pertama yang sering ditemukan adalah terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan pada waktu kunjungan rumah. Untuk dapat memberikan pertolongan kedokteran yang lengkap, diperlukan antara lain peralatan yang lengkap pula.

2. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan

Masalah pokok kedua yang sering dihadapi adalah adanya panggilan kunjungan rumah dan pasien atau keluarga pasien yang sebenarnya tidak diperlukan.

3. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan

Maksud dilakukannya kunjungan rumah antara lain adalah untuk memberikan pentolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN PERAWATAN PASIEN DI RUMAHSayang sekali pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah, yang apabila dapat dilaksanakan secara semestinya akan mendatangkan banyak manfaat tersebut, pada akhir-akhir ini tampak mulai jarang dilakukan. Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab di sini, yang jika diselenggarakan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam (McWhinney, 1981 ; Pritchard, 1978). Keempat faktor yang dimaksud adalah:

1. Makin mudahnya sistem komunikasiFaktor pertama yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin mudahnya sistem komunikasi, baik berupa mobil pribadi dan atau kendaraan umum.

2. Makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran

Faktor kedua yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran, terutama dalam bidang pencegahan penyakit. Akibatnya, jumlah pasien yang menderita penyakit akut, terutama bayi dan anak, yang sering dipakai sebagai alasan memanggil dokter ke rumah berkurang.

3. Penggunaan berbagai alat kedokteran canggih

Faktor ketiga yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin banyak dipergunakannya alat kedokteran canggih yang sulit dibawa berpergian. Sehingga pasien, untuk hasil pertolongan kedokteran yang optimal, lebih memilih untuk datang langsung berobat ke tempat praktek dokter, bukan memanggilnya datang ke rumah.

4. Sikap dan perilaku dokterFaktor keempat yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena adanya sikap dan perilaku dokter tertentu yang enggan atau menolak untuk melakukan kunjungan dan merawat pasien di rumah.

Faktor-faktor pendorong yang dimaksudkan di sini secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni:

1. Makin meningkatnya usia hidup rata-rata anggota masyarakatFaktor pertama yang diperkirakan mempunyai peranan yang amat besar dalam mendorong makin pentingnya pelayanan kunjungan dalam perawatan pasien di rumah adalah makin meningkatnya usia hidup rata-rata dan anggota masyarakat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia akan semakin banyak ditemukan.

2. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit

Pada saat ini sebagai pengaruh dari berbagai faktor, termasuk penggunaan berbagai alat kedokteran canggih, menyebabkan biaya pelayanan kesehatan, terutama pelayanan rawat inap di rumah sakit, tampak semakin meningkat.

3. Karena desakan program asuransi kesehatanPada akhir-akhir ini sebagai akibat dari makin meningkatnya biaya kesehatan. Banyak pihak mulai mengembangkan program asuransi kesehatan. Untuk memperkecil resiko finansial, perusahaan asuransi kesehatan biasanya tidak memperlakukan sistem pembiayaan atas dasar tagihan (indemnity), melainkan atas dasar kapitasi (capitation). Dengan sistem pembiayaan yang seperti ini tidak ada pilihan lain bagi dokter kecuali aktif menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit, yang antara lain dapat dilakukan melalui pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah.

TATA CARA KUNJUNGAN DAN PERAWATAN PASIEN DI RUMAHSuatu kunjungan dan perawatan pasien di rumah yang baik memang harus mengikuti suatu tata cara tertentu. Tata cara yang dimaksud, secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni:

1. Untuk mengumpulkan data tentang pasienJika tujuan kunjungan adalah untuk mengumpulkan data tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungiApabila memang ada kemampuan, seyogyanya dokter keluarga dapat melakukan kunjungan rumah kepada semua keluarga yang menjadi tanggungjawabnya, terutama apabila keluarga tersebut merupakan pasien baru. Tetapi apabila kemampuan tersebut tidak dimiliki, kunjungan rumah untuk pengumpulan data cukup dilakukan terhadap keluarga yang sangat membutuhkan saja, yakni keluarga yang termasuk dalam kelompok beresiko tinggi (high risk family), seperti misalnya menderita penyakit menular, isteri sedang hamil, atau keluarga dengan anak balita. Siapkanlah daftar nama keluarga yang akan dikunjungi tersebut.

b. Mengatur jadwal kunjunganTidak ada gunanya melakukan kunjungan rumah apabila kepala keluarga yang dapat menjelaskan kehidupan keluarga yang ingin diketahui dan atau anggota keluarga yang ingin dikunjungi, sedang tidak berada ditempat. Untuk menghindari kunjungan rumah yang sia-sia, perlulah dilakukan pengaturan jadwal kunjungan rumah yang sebaik-baiknya.

c. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan

Macam data yang akan dikumpulkan banyak macamnya, yang kesemuanya sangat tergantung dari masalah kesehatan yang ada pada keluarga. Macam data minimal yang patut dikumpulkan adalah tentang keadaan rumah dan lingkungan pemukiman pasien, struktur keluarga, fungsi keluarga serta interaksi anggota keluarga dalam menjalankan fungsi keluarga. Data minimal ini sering disebut sebagai data dasar (database) keluarga dan atau disebut pula sebagai profil (profile) keluarga.

d. Melakukan pengumpulan data

Apabila ketiga persiapan di atas selesai dilakukan, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan kunjungan rumah serta mengumpulkan data sesuai dengan yang telah direncanakan. Kumpulkanlah data tersebut selengkap-lengkapnya. Tetapi jangan terburu-buru, karena kecuali dapat meninggalkan kesan yang kurang baik juga biasanya data yang dikumpulkan melalui satu kali kunjungan saja, sering tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

e. Melakukan pencatatan data

Kegiatan keempat yang dilakukan adalah mencatat semua data yang berhasil dikumpulkan. Catatan data basis pasien ini biasanya dilakukan pada rekam medis khusus yang disebut dengan nama medis keluarga.

f. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan

Sekalipun tujuan utama kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan data pasien, namun sangat dianjurkan pada waktu kunjungan rumah tesebut dapat sekaligus disampaikan nasehat dan ataupun dilakukan penyuluhan kesehatan, sesuai dengan hasil temuan.

2. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter keluargaJika tujuan kunjungan rumah tersebut adalah untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter keluarga, misalnya untuk keperluan pelayanan tindak lanjut yang telah terjadwal dan disepakati bersama, maka tata cara yang dilakukan mencakup enam kegiatan pokok sebagai berikut:

a. Mempersiapkan jadwal kunjungan

Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan jadwal kunjungan yang berisikan daftar nama pasien yang akan dikunjungi sesuai dengan tanggal dan jam kunjungan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh pasien. Ada baiknya jadwal kunjungan tersebut disusun untuk satu minggu sekali.

b. Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada pasien

Jika keadaan memungkinkan ada baiknya jadwal kunjungan tersebut disampaikan kepada pasien yang akan dikunjungi. Misalnya melalui surat dan ataupun telepon, yang sebaiknya disampaikan minimal tiga hari sebelum tanggal kunjungan. Maksudnya untuk mengingatkan kembali pasien tentang perjanjian kunjungan yang akan dilakukan, yang apabila ada perubahan, masih sempat diperbaiki.

c. Mempersiapkan keperluan kunjunganSebelum berkunjung ke tempat pasien, dokter harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran yang akan dilakukan. Jangan lupa pula membawa rekam medis keluarga untuk pasien yang akan dikunjungi tersebut.

d. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteranSesuai dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan dalam jadwal kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke tempat pasien serta melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien. Patut diingat dalam pertolongan kedokteran ini termasuk pula pemberian nasehat atau penyuluhan kesehatan yang ada hubungannya dengan kesehatan pasien.

e. Mengisi rekam medis keluargaKegiatan kelima dilakukan adalah mencatat semua hasil temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga tersebut dengan lengkap.

f. Menyusun rencana tindak lanjut

Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah bersama pasien menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu dilakukan. Jika memang perlu pelayanan rawat inap di rumah sakit bicarakanlah dengan sebaik-baiknya.

3. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif pasien atau pihak keluargaJika pihak yang mengambil inisiatif adalah pasien atau keluarganya, yang biasanya terjadi apabila menderita penyakit yang bersifat mendadak (acute), tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien

Kegiatan pertama yang dilakukan ialah menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien yang memerlukan kunjungan dan atau perawatan di rumah yang bersifat mendadak tersebut.Jika panggilan melalui anggota keluarga, pertanyaan dapat langsung ditanyakan kepada anggota keluarga. Tetapi jika panggilan diterima melalui telepon, usahakanlah berbicara langsung dengan pasien yang memerlukan pertolongan kedokteran di rumah tersebut.

b. Mempersiapkan keperluan kunjunganKegiatan kedua yang dilakukan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran yang diperkirakan akan dilakukan. Bawalah semua alat dan ataupun obat yang diperlukan. Jangan lupa pula membawa rekam medis keluarga untuk pasien yang akan memperoleh pertolongan kedokteran tersebut.

c. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran

Kegiatan keluarga yang dilakukan adalah mengunjungi rumah pasien serta melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien. Sama halnya dengan kunjungan rumah atas inisiatif dokter, dalam pertolongan kedokteran yang dimaksudkan di sini termasuk pula pemberian nasehat atau penyuluhan kesehatan yang ada hubungannya dengan kesehatan pasien.

d. Mengisi rekam medis keluargaKegiatan keempat yang dilakukan adalah mencatat semua hasil temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga tersebut dengan lengkap.

e. Menyusun rencana tindak lanjut

Kegiatan kelima yang dilakukan adalah bersama pasien menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu dilakukan. Jika memang diperlukan pelayanan rawat inap di rumah sakit, bicarakanlah dengan sebaik-baiknya.

KONSELING KESEHATAN

PENDAHULUAN

Salah satu masalah pokok yang sering dihadapi oleh dokter keluarga pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga adalah ketergantungan pasien dan keluarga yang berlebihan kepada dokter keluarga, dalam arti menyerahkan sepenuhnya segala keputusan tentang pertolongan kedokteran yang perlu bagi dirinya kepada dokter keluarga. Ketergantungan seperti itu tidaklah menguntungkan baik bagi pasien maupun bagi dokter keluarga.Dengan demikian, perlu upaya untuk memandirikan pasien dan keluarga untuk dapat memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi dirinya yaitu dengan cara meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang dirinya dan masalah kesehatan yang dihadapi. Upaya tersebut dikenal dengan nama pelayanan konseling kesehatan.

BATASAN DAN KARAKTERISTIK

Konseling adalah suatu proses dimana seseorang membantu seorang lain dalam membuat keputusan atau mencari jalan untuk mengatasi masalah, melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat di dalamnya.

Dari definisi di atas tercakup hal-hal berikut ini:

1. PerananSatu pihak (pemberi konseling / dokter keluarga) berperan membantu pihak lain (pasien) untuk melakukan suatu tindakan. Pengambilan keputusan bukan tugas dan petugas konseling.2. Fakta-fakta, meliputi 2 hal:

a. Keterangan yang disampaikan oleh pasien (latar belakang keluarga, riwayat kesehatan, harapan-harapan, rencana masa depan pasien & keluarga, dll)

b. Keterangan yang disampaikan oleh pemberi konseling (informasi tentang penyakit, pengobatan pencegahan, dll)

3. Perasaan-perasaan pasienMeliputi masalah kesehatan yang sedang dihadapi, ketakutan, kekhawatiran, sikap dan nilai yang dimiliki tentang kesehatan, dsb.

Dengan demikian konseling mempunyai beberapa karakteristik yaitu:

1. Konseling dilakukan dalam bentuk komunikasi tatap muka secara langsung. Hal ini yang membedakannya dengan komunikasi biasa, di mana tatap muka langsung tidak bersifat mutlak.

2. Percakapan dalam konseling adalah dalam rangka membantu penderita memahami diri sendiri dan masalah yang sedang dihadapi. Hal ini yang membedakannya dengan dengan wawancara biasa, dimana adanya pemahaman tentang diri sendiri dan masalah kesehatan yang dihadap tidak begitu dipentingkan.

3. Pengambilan keputusan pada konseling dilakukan sendiri oleh penderita. Hal ini yang membedakannya dengan motivasi, di mana pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh dokter.Pada dasarnya proses konsultasi tidak terlalu beda dengan proses konseling. Perbedaannya adalah pada konsultasi tergantung jenis masalahnya dan tidak sekontinyu konseling, karena konsuitasi dapa dilakukan sewaktu-waktu tergantung kebutuhan dan tidak berkesinambungan.

PERBEDAAN DENGAN MOTIVASI

Supaya pemahaman tentang proses konseling menjadi lebih jelas, perlu membedakannya dengan jenis komunikasi lainnya, yaitu motivasi. Motivasi bertujuan untuk mempengaruhi tingkah laku pasien ke suatu arah tertentu dan kurang mempertimbangkan aspek kepuasan pasien.Aktivitas motivasi dapat dilaksanakan secara tatap muka atau melalui media. Aktivitas ini memang dapat memberi informasi yang bermanfaat, tetapi biasanya mengandung bias. Seringkali sifat pesan dan motivasi hanya disesuaikan dengan keinginan pemberi dan komunikasi yang terjadi bersifat satu arah.Sementara, aktivitas konseling terpusat pada bantuan yang diberikan pada pasien dalam menentukan pilihannya. Konseling lebih dan hanya sekedar penyampaian fakta, karena mencakup juga diskusi mengenai perasaan-perasaan dan keprihatinan pasien tentang pilihannya. Konseling selalu mencakup komunikasi dua arah antara pemberi konseling/dokter dan pasien, di mana masing-masing pihak saling berbicara, mendengarkan dan bertanya.

MANFAAT

Apabila pelayanan konseling dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh beberapa manfaat yang mempunyai peranan cukup penting bagi keberhasilan pelayanan dokter keluarga.

Manfaat Konseling Kesehatan yaitu antara lain:

1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman pasien tentang dirinya dan masalah kesehatan yang sedang dihadapi supaya pasien dapat menyesuaikan sikap dan perilakunya sehingga tidak memperberat penyakit.

2. Dapat lebih meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam menghadapi masalah kesehatan yang sedang diderita sehingga dapat mempercepat penyembuhan penyakit.3. Dapat lebih meningkatkan kemandirian pasien dalam menghadapi penyakit yang sering diderita sehingga mendorong munculnya tanggungjawab dalam menghadapi penyakit yang sering diderita.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Untuk dapat menjamin tercapainya tujuan konseling, perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelayanan konseling, beberapa di antaranya adalah:

1. Sarana KonselingPelayanan konseling sebaiknya dilaksanakan dalam ruangan yang tenang dan nyaman (misal: tidak terlalu panas dingin, tidak ramai bising, dll) serta ruangan yang terjaga privasinya (tidak terlalu terbuka atau tidak terjadi gangguan).

2. Suasana Konseling

Perlu diciptakan suasana konseling yang baik sehingga dapat membantu munculnya kepercayaan dan keterbukaan pasien terhadap dokter (misal: dokter bersikap ramah, familier, terbuka, dll)

3. Pelaksana Konseling

Perlu pelaksana konseling yang baik supaya dapat menimbulkan kepercayaan dan keterbukaan pasien, juga dapat menyampaikan berbagai penjelasan tentang masalah kesehatan tanpa maksud menggurui.

Beberapa persyaratan yang diperlukan untuk menjadi konselor yang baik adalah:

a. Mempunyai minat yang besar untuk menolong orang lain

b. Bersikap terbuka dan bersedia menjadi pendengar yang baik terhadap pendapat orang lain

c. Mampu menunjukkan empati dan menumbuhkan kepercayaan serta peka terhadap keadaan dan kebutuhan pasien.

d. Mempunyai daya pengamatan yang tajam serta memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah yang dihadapi

Selain itu, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam konseling, yaitu antara lain: 1) Hak Pasien, serta 2) Nilai dan Sikap.

HAK PASIENDalam konseling terdapat 10 hak pasien yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

1. Hak lnformasi:Hak untuk mengetahui segala informasi mengenai masalah kesehatan sesuai kebutuhan pasien.2. Hak Akses:Hak untuk memperoleh pelayanan tanpa membedakan jenis kelainin, agama, kepercayaan, suku status perkawinan dan lokasi.3. Hak Memlih:

Hak untuk memutuskan secara bebas dalam memilih cara penanggulangan masalah yang dihadapinya.

4. Hak Keamanan / Keselamatan:Hak untuk memperoleh pelayanan yang aman dan efektif.5. Hak Kerahasiaan:Hak untuk mendapat jaminan bahwa informasi pribadi yang diberikan akan dirahasiakan.6. Hak Privasi:Hak untuk mendapatkan privasi dalam konseling.

7. Hak Harkat Martabat:Hak untuk mendapatkan pelayanan secara manusiawi, penuh penghargaan dan perhatian.8. Hak Kenyamanan:

Hak untuk memperoleh kenyamanan dalam pelayanan.

9. Hak Kesinambungan:

Hak untuk mendapatkan jaminan ketersediaan sarana secara lengkap dan pelayanan berkesinambungan selama diperlukan.10. Hak Berpendapat:

Hak untuk menyatakan pendapat secara bebas.NILAI DAN SIKAP

Nilai adalah suatu prinsip, standar atau pedoman yang diyakini dan dianggap penting oleh individu (seseorang). Nilai dapat terbentuk dan tumbuh dari pengalaman-pengalaman pribadi, pengaruh lingkungan dan budaya, pendidikan, juga agama, di mana semua faktor tersebut diserap individu melalui panca indra (persepsi). Sikap adalah suatu kesiapan individu untuk bertindak sesuai perasaan dan pikirannya, berdasarkan nilai-nilai yang diyakini. Sikap adalah sesuatu yang dapat dipelajari, tidak dibawa sejak lahir, tidak menetap, dengan demikian dapat berubah. Sikap dan Nilai biasanya sering dibahas bersama karena sikap merupakan manifestasi atau ekspresi nilai yang dianut oleh seseorang. Istilah nilai dan sikap sangat berhubungan erat satu sama lainnya, tetapi bukan merupakan istilah sinonim. Nilai bersifat lebih umum, lebih mendasar, sedangkan sikap lebih khusus. Nilai dianggap suatu hal yang ideal yang ingin dicapai, misalnya berhubungan dengan rasa aman, perdamaian, kejujuran, kebersihan, dll.

Sebagai contoh: Seseorang yang menganggap nilai kejujuran sebagai nilai yang penting, maka ia akan mempunyai sikap positif (suka) kepada mereka yang jujur. Dengan mengerti arti pentingnya nilai dan sikap, kita akan lebih memahami mengapa seseorang bertindak dan bertingkah laku tertentu. MisalnyaKita memahaini mengapa ibu Nina menganjurkan temannya untuk memakai IUD (= tingkah laku) , karena ia puas setelah memakai IUD, jadi setuju dengan IUD (sikap) Pak Heri melarang istrinya mengikuti program KB (= tingkah laku), karena ia tidak setuju KB (= sikap). Menurut Pak Heri banyak anak banyak rejeki (= nilai) Penerapan Nilai dalam Konseling: Dokter yang melakukan konseling perlu mengetahui nilai yang dianut oleh pasien. Dokter harus menghormati nilai yang dianut pasien (menerima pasien apa adanya) Dokter tidak boleh memaksakan diri mempengaruhi pasien untuk menerima nilai- nilainya

TINGKATAN KETRAMPILAN KONSELING (PENDEKATAN MIKRO)

Ketrampilan konseling dengan menggunakan pendekatan mikro adalah: Ketrampilan perilaku-perilaku tunggal (spesifik) secara satu persatu, melalui wawancara. Perilaku-perilaku tunggal tersebut terdiri dari:

Ketrampilan observasi dan memantapkan hubungan baik

Ketrampilan mendengarkan dan bertanya

Ketrampilan mempengaruhi

Ketrampilan konfrontasi (digunakan bila antara konselor dan pasien terjadi perbedaan pendapat atau pasien memiliki 2 atau lebih pandangan kontradiktif)

Dengan menguasai terlebih dahulu perilaku-perilaku tunggal di atas, kemudian mengintegrasikan ke dalam proses konseling berarti kita telah melakukan cara belajar yang efektif dan efisien. Dalam pelatihan ini praktek merupakan hal terpenting agar tercapai keberhasilan yang optimal.

Ketrampilan melakukan perilaku-perilakuu tunggal dengan melalui pendekatan mikro antara lain:

1. Tahapan Ketrampilan Observasi dan Memantapkan Hubungan BaikPada proses konseling seorang dokter perlu memiliki ketrampilan observasi (melakukan pengamatan) terhadap pasiennya. Dari hasil pengamatan ini seorang dokter dapat melihat situasi pasien, apakah pasien itu ketakutan, gelisah, sedih, dsb. Di sini konseling melalui wawancara dapat bermanfaat. Pemanfaatan hubungan baik ini merupakan dasar dan proses pemberian bantuan, dimana diharapkan pasien mendapat informasi yang tepat. Pada tahapan ini diperlukan keramahan dan dokter. Pemberian perhatian menggunakan tatapan mata yang sesuai dengan budaya dsb.2. Tahapan Ketrampilan Mendengarkan dan Bertanya

Setelah melalui tahapan yang paling mendasar yaitu ketrampilan observasi dan memantapkan hubungan baik, dengan menggunakan ketrampilan mendengarkan dan bertanya, dokter dapat menggali semua informasi dan pasien dengan menggunakan pertanyaan terbuka/tertutup/mendalam serta memberikan dorongan refleksi. Di sini terjadi dialog yang efektif dan diharapkan pasien mendapatkan informasi yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan.

3. Tahapan Ketrampilan Mempengaruhi

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa dalam proses konseling pengambilan keputusan ada pada pasien. Mempengaruhi di sini dimaksudkan adalah dengan memberikan informasi yang diperlukan pasien atau alternative pemecahan masalah yang dapat dipertimbangkan oleh pasien misalnya dengan menafsirkan, menginformasikan, memberi umpan balik, dsb. Kadang-kadang dalam konseling, bila diperlukan dapat dilakukan dengan pemberian nasihat. Contoh mempengaruhi dengan memberikan nasihat : Karena ibu mengidap penyakit darah tinggi, sebaiknya ibu menggunakan spiral

4. Tahapan konfrontasi:

Adalah tahapan dimana terdapat ketidaksesuaian (konflik) pada diri pasien atau perbedaan antara pasien dan dokter. Seringkali dalam menghadapi pasien yang mempunyai konflik dalam dirinya atau antara pasien dan dokternya, digunakan konfrontasi. Sebagai contoh: seorang pasien yang tidak ingin mempunyai anak tetapi tidak mau menggunakan cara KB. Dalam hal ini maka dokter dapat memberikan gambaran yang berkaitan dengan kedua hal yang kontradiktif tersebut dan mempersilahkan pasien menentukan pilihannya. Sedangkan bila terjadi ketidak-sesuaian antara pasien dan dokter, maka pasien adalah yang utama. Tahapan ketrampilan di atas dapat dilihat lebih jelas pada bagan berikut:

Bagan 1. Tingkatan Ketrampilan Konseling (Pcndekatan Mikro)

KETRAMPILAN MENDENGARKAN DAN BERTANYA

Di dalam proses konseling, akan selalu terjadi dialog antara dokter dan pasien. Kedua belah pihak masing-masing akan saling berbicara, mendengarkan dan bertanya. Konseling akan dapat berlangsung apabila dokter menguasai ketrampilan mendengarkan dan bertanya, seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Dengan demikian ketrampilan tersebut harus senantiasa ditingkatkan.

Tujuan bertanya (dan juga mendengarkan) adalah:

Mendorong pasien untuk berbicara

Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap pasien

Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan pasien

Mendukung suasana lebih akrab dan dialogis

KOMPONEN KONSELING

Dalam menyelenggarakan pelayanan konseling, ada 2 komponen yang terlibat:

a. Seperangkat ketrampilan konseling yang efektif, meliputi:

Perilaku verbal, misal : pertanyaan, ungkapan-ungkapan, pujian, dsb.

Perilaku non-verbal, misal : senyuman, tatapan mata, anggukan kepala, dsb.

b. Informasi / pengetahuan yang akan disampaikan, misal tentang penyakit: penyebab, gejala, pengobatan, pencegahan, dsb.

LANGKAH-LANGKAH KONSELING

Konseling terdiri dari enam Iangkah utama yang biasa diringkas dengan kata akronim SATU TUJU atau GATHER, yaitu sebagai berikut:

1. Menyampaikan sAlam (Greet/SA)

Beri salam pasien saat pasien memasuki ruangan, ciptakan suasana yang bersahabat, sambut kedatangan pasien dan berikan perhatian. Tujuannya adalah agar timbul kepercayaan (rapport), sehingga pelayanan konseling akan lebih mudah dilakukan Jangan lupa mengamati sikap dan perilaku pasien, baik pada waktu memasuki ruangan, menjawab salam dan atau pun pada waktu duduk, karena sering melalui pengamatan pertama ini akan dapat diperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang keadaan pasien.

2. Mengajukan PerTanyaan dan Menilai (Ask &Assess/T)

Ajukan pertanyaan untuk menjajagi pengetahuan, perasaan dan kebutuhan pasien, kemudian menilai masalah yang sedang dihadapi pasien. Dalam bertanya tentang masalah pasien, sebaiknya tidak secara langsung seperti: Ada masalah apa? karena membuat tidak nyaman dan dapat menggelisahkan pasien; melainkan secara tidak langsung: Apa yang bisa saya bantu? Berilah waktu yang cukup kepada pasien untuk memberikan penjelasan yang selengkap-lengkapnya tentang masalah yang dihadapinya.

Saat pasien menyampaikan masalahnya, dokter perlu memberikan perhatian penuh dan bersungguh-sungguh; jangan memotong pembicaraan, jangan sinis, atau menganggap rendah apa yang dikemukakan pasien. Perhatikan pula sikap dan perilaku pasien pada waktu menyampaikan penjelasan tentang masalah yang dihadapinya tersebut.3. Menyampaikan Uraian / Informasi Sesuai dengan Kebutuhan Pasien (Tell/U)

Setelah pasien selesai menyampaikan semua masalah yang dihadapinya, selanjutnya dokter diharapkan dapat menyampaikan uraian seputar masalah yang disampaikan pasien tersebut. Tujuannya adalah supaya pasien memiliki pemahaman yang cukup tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi serta kemungkinan jalan keluarnya masing-masing, lengkap dengan berbagai keuntungan dan atau kerugian dan masing-masing jalan keluar tersebut. Jangan lupa untuk memberi dorongan kepada pasien agar pasien bersedia dan berani mengajukan pertanyaan.

4. MembanTU Pasien Mengambil Keputusan (Help/TU)

Jika uraian yang disampaikan dipandang telah cukup, serta pasien tidak mengajukan pertanyaan lagi, selanjutnya dokter harus membantu pasien mengambil keputusan tentang penyelesaian masalah kesehatan yang sedang dihadapinya. Bantuan yang diberikan harus sedemikian rupa sehingga pengambilan keputusan tetap dilakukan sendiri oleh pasien, bukan oleh dokter.

KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN

A. KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PENDAHULUAN

Salah satu syarat pokok yang harus dipenuhi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang menyeluruh, yang merupakan dasar pelayanan dokter keluarga adalah terbinanya hubungan yang baik antara dokter dengan pasien (doctors patient relationship). Supaya terjadi hubungan dokter-pasien yang baik, diperlukan kemampuan berkomunikasi yang benar dan seorang dokter. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik seorang dokter dituntut untuk: 1) memiliki kemampuan berbicara yang jelas dan lugas, 2) memiliki keinginan dan kemampuan untuk mendengarkan, 3) memahami latar belakang, pandangan pasien tentang diri dan masalahnya dan 4) adanya empatiKesemua hal tersebut memerlukan latihan terus menerus dan ketrampilan tersendiri yang akan sangat berperan dalam menetukan keberhasilan hubungan dokter-pasien. Kesalahan yang banyak terjadi dalam praktek dokter adalah kegagalan di dalam komunikasi. Seringkali dokter gagal memahami pasien serta masalah-masalah yang dialaminya. Kegagalan ini akan berdampak pada proses penanganan pasien selanjutnya. Pasien akan menjadi kehilangan semangat, ketaatan, serta kepercayaan kepada dokter. Pengobatan menjadi tidak efektif dan menimbulkan kekecewaan. Keberhasilan dokter dalam komunikasi adalah langkah awal keberhasilan dalam penanganan pasien. Respon pasien sangat ditentukan oleh jalinan komunikasi efektif dokter-pasien yang merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.

BATASAN DAN TUJUAN

Komunikasi adalah penyampaian pesan yang sukses dari satu orang ke orang lain. Luiser (1993) mendefinisikan komunikasi sebagai proses pegiriman pesan dan pengirim ke penerima dengan pengertian bersama dan seimbang. Elemen utama dalam proses komunikasi adalah pengiriman pesan dengan pemahaman atau pengertian seimbang. Bila seseorang tidak mengerti/memahami arti pesan, berarti komunikasi tidak terjadi / gagal.Tujuan komunikasi sendiri terdiri dari beberapa hal, yaitu untuk memberikan informasi, mempengaruhi orang dan mengekspresikan perasaan. Pemberi pelayanan kesehatan mempunyai semua tujuan komunikasi tersebut, terlebih lagi bila komunikasi yang diberikan adalah dalam rangka proses penyembuhan (komunikasi terapetik).

ELEMEN DAN PROSES KOMUNIKASI

Ada enam elemen dasar dalam proses komunikasi, yaitu: 1) Pengirim (termasuk di dalamnya adalah karakteristik atau perilaku si pengirim); 2) Pesan yang dikirimkan; 3) Metode komunikasi; 4) Penenima, 5) Respon, dan 6) Konteks. Masing-masing elemen komunikasi tersebut bermain sama penting dan saling mempengaruhi dalam menentukan sukses atau gagalnya proses komunikasi. Keenam elemen tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai benikut:

Gambar 1. Interaksi Komponen dalam Komunikasi

Pengirim adalah orang yang mempunyai inisiatif untuk melakukan komunikasi. Bila seseorang mempunyai kebutuhan untuk komunikasi, mereka meng encoding pesan. Encoding adalah proses pengirim membawa pesannya dengan pemahaman penerima. Sementara itu pesan didefinisikan sebagai bentuk fisik dan informasi encode. Penerima akan menerima pesan dan di decode. Decoding. Adalah proses si penerima menerjemahkan pesan ke dalam bentuk yang mempunyai arti.

Sementara itu konteks adalah kondisi, suasana atau keadaan pada saat pemberi dan penerima pesan saling berinteraksi.Langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah 1). Menyeleksi media pengiriman. 2). Pengiriman pesan. 3). Penerimaan pesan. 4). Merespon pesan (Luiser,1993).Gambaran proses komunikasi adalah seperti berikut ini:Gambar 2. Proses Komunikasi

Media pengiriman pesan dapat berupa: 1) Komunikasi oral/verbal yang terdiri atas: komunikasi tatap muka, melalui telepon, rapat/pertemuan, dan presentasi ; 2) Komunikasi tertulis dapat berupa: surat, pengiriman email, leaflet, brosur, dsb.; 3) Komunikasi non verbal yang berupa: cara berbicara, ekspresi wajah, gerakan dan posisi tubuh, penampilan dsb. Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal merupakan penekanan dan komunikasi terapetik dokter keluarga.Beberapa hal penting yang dapat mempengaruhi proses komunikasi adalah:

1. Hubungan antara orang-orang yang terlibat

2. Faktor waktu : menyediakan waktu yang cukup

3. Pesan harus dapat menjelaskan / memberi informasi yang benar, sinkron, tidak membingungkan dan dalam konteks pembicaraan yang dimaksud4. Sikap (antara pengirim & penerima, dalam hal ini antara dokter keluarga & pasien)Sedangkan hambatan-hambatan yang dapat terjadi dalam komunikasi interpersonal antara lain:

1. Faktor pengirim pesan Cara berbicara yang tidak jelas

Mempunyai masalah dengan si penerima pesan

2. Faktor pesan

Pesan kurang jelas Pesan tidak sistematis Bahasa yang tidak lazim

3. Faktor penerima pesan

Kecurigaan terhadap pengirim pesan

Tidak berkonsentrasi pada pengirim pesan

Bukan pendengar yang baik

Kondisi kesehatan terganggu

4. Faktor lingkungan

Suasana bising

5. Faktor media

Pemilihan media yang tidak sesuai

PERCAKAPAN

Di dalam komunikasi verbal, percakapan adalah inti utama. Yang perlu diingat dalam melakukan percakapan adalah bahwa perlu ada pendekatan dan sambung rasa, agar penerima pesan dan pengirim pesan dapat saling percaya.Pendekatan dapat dilakukan melalui beberapa hal, yaitu:

1. Membangun Kepercayaan

Seorang pengirim pesan, dalam komunikasi terapetik yaitu seorang dokter harus dapat menyakinkan lawan bicaranya, dalam hal ini pasien, bahwa dia adalah orang yang tepat untuk dipercaya. Wajahnya harus mencerminkan perkataan Saya gembira berada di sini bersama Anda. Berdiri atau duduk dengan tegak; biarkan keyakinan dan ketenangan bersinar keluar dan dada. Jangan lupa berwajah cerah dan tersenyum (Stuart, 1994). Ingatlah bahwa komunikasi yang dilakukan adalah demi kepentingan bersama.

2. Empati

Empati adalah betul-betul menempatkan diri dalam diri lawan bicaranya, baik secara pikiran (kognitif), perasaan (afektif) dan tindakan (konatif). Sehingga seorang dokter harus menunjukkan seolah-olah bisa merasakan dan memahami apa yang dirasakan oleh pasien, tanpa melibatkan emosi dan perasaannya sendiri. Tidak hanya merasakan segala hal yang dikatakan pasien, tetapi otak dan tindakan kita akan selaras dengan perasaan kita, tentu saja dengan didukung bahasa non-verbal. Bila empati sulit dilakukan, dapat dibantu dengan mengajukan pertanyaan: Apakah rasa sedih yang dialaminya? Apakah yang ia ungkapkan?3. Berikan Kesempatan

Supaya lawan bicara dapat mempercayai Anda, berikan mereka kesempatan untuk berbicara, bertanya, atau mengungkapkan perasaan mereka.

4. Setara

Ingatlah bahwa komunikasi yang dilakukan adalah setara, dalam artian bukan antara raja dan hamba sahaya, tetapi antar individu yang sederajat.

WAWANCARA

Wawancara merupakan suatu ketrampilan komunikasi lanjut sebelum melakukan komunikasi terapetik lanjut seperti konseling. Wawancara adalah melakukan pembicaraan / percakapan tertentu, dengan sebuah tujuan yang perlu diperhatikan yaitu tanggungjawab untuk mengontrol pembicaraan dan mencapai tujuan yang dimaksud.Hal tersebut perlu diperhatikan oleh seorang pewancara. Kemampuan mendengar adalah salah satu ketrampilan yang perlu dilakukan untuk melakukan wawancara. Selain kemampuan mendengar, seorang pewancara harus benar-benar sadar akan sasaran wawancara yang dilakukannya. Anda tidak dapat mengontrol dan merencanakan wawancara jika tidak tahu apa yang akan dituju; danAnda juga tidak akan tahu apakah tujuan tersebut sudah tercapai atau belum jika kita tidak pasti akan tujuan tersebut.Ketrampilan yang diperlukan dalam melakukan wawancara:

1. Menjalin hubungan

2. Memberikan pertanyaan

3. Mendengarkan dan mengamati.

4. Memberikan informasi /pernyataan

5. Merangkum

6. Membangun empati

B. KOMUNIKASI TERAPETIKPENDAHULUAN

Biasanya seseorang terpaksa pergi kepada petugas kesehatan apabila ada keluhan tentang kesehatannya. Hal yang dibahas dalam konsultasi kesehatan tersebut merupakan interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan. St interaksi mi sangat penting karena merupakan faktor utama yang menentukan apakah pasien itu puas atau tidak.Beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada proses konsultasi untuk memenuhi kepuasan pasien, antara lain:

Aspek Kognitif:Kepuasan terhadap kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan dokter Aspek Afektif:

Perasaan bahwa pasien didengarkan, dipahami atau tertarik pada topik pembicaraan

Aspek Penilaian:

Penilaian pasien terhadap kemampuan dokter dalam konsultasi untuk mengatasi masalah pasiennya. Dalam interaksi antara dokter dan pasien, terjadi komunikasi dokter-pasien yang merupakan komunikasi terapeutik, yang berarti pengiriman pesan antara pengirim dan penerima pesan dengan interaksi antara keduanya yang bertujuan untuk memberikan pengobatan atau menyembuhkan.BATASAN

Dalam konteks pelayanan kesehatan secara keseluruhan, komunikasi terapetik adalah komunikasi yang terjalin dengan baik, komunikatif, dan menyembuhkan atau paling tidak melegakan serta membuat pasien serta keluarganya merasa nyaman dan akhirnya puas.

KONSULTASI

Konsultasi adalah suatu bentuk hubungan tolong menolong yang dilakukan oleh seorang profesional / konsultan (di sini yaitu dokter) dan konsultee (dalam hal mi pasien dan atau keluarganya). Konsultan memberikan bantuan kepada konsultee untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang sedang dihadapi.Langkah-langkah dalam melakukan konsultasi sebetulnya tidak jauh dari kegiatan anamnesis, hanya saja yang ditelaah lebih jauh adalah inti masalah yang hendak dikonsultasikan.Berikut adalah langkah-langkah melakukan konsultasi:

1. PembukaanSeperti halnya di dalam melakukan anamnesis, konsultan akan melakukan wawancara awal yang berkaitan dengan latar belakang kasus yang akan dikonsultasikan.

2. Inti PermasalahanSetelah mendapatkan latar belakang, konsultan dapat langsung memfokuskan pada permasalahan utamanya. Tentu saja proses ini meliputi proses umpan balik agar inti permasalahan diketahui dengan pasti.

3. Penyelesaian Masalah Langkah berikutnya adalah menyelesaikan masalah (bila dapat diselesaikan pada saat itu juga), bila memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, konsultan dapat mengemukakan tindak lanjut untuk menyelesaikan masalahnya, atau proses langkah selanjutnya.

4. PenutupanSeperti halnya proses anamnesis, konsultasi juga menempuh langkah penutupan. Di sini konsultan akan meringkas proses dan isi konsultasi, termasuk memberi kesempatan bagi konsultee/ pasien untuk bertanya atau menyanggah. Bila ringkasan yang diberikan konsultan tidak sesuai dengan proses yang terjadi dan isi yang disampaikan. Setelah ada kesepakatan, konsultan dapat memberikan langkah tindak lanjut yang sebaiknya dilakukan.

KETRAMPILAN KOMUNIKASI DOKTER KELUARGA

Ketrampilan komunikasi yang harus dimiliki oleh seorang dokter keluarga untuk dapat melakukan konsultasi yang efektif adalah:

Ketrampilan melakukan komunikasi verbal

Ketrampilan melakukan komunikasi non-verbal

Ketrampilan melakukan pengamatan komunikasi verbal dan non-verbal pasien

Komunikasi Verbal

Merupakan komunikasi melalui kata-kata yang diucapkan oleh seseorang

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Membina hubungan (rapporting) Bertanya (pertanyaan tertutup, terbuka, mendalam dan mengarahkan)

Memberikan informasi

Mendengarkan secara aktif (refleksi isi, refleksi perasaan, merangkum)

Menanggapi ucapan pasien (asumsi, evaluasi, memetong pembicaraan, mencela, menentramkan, memuji) Mendorong pasien untuk berbicara

Komunikasi Non-verbal

Merupakan segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada seseorang lainnya tanpa melalui kata-kata, tetapi melalui isyarat, bahasa tubuh dan nada suara. Bentuk-bentuknya adalah sebagai berikut:

Cara berbicara (volume, artikulasi, ritme, intonasi, penggunaaan bahasa & kosakata)

Bahasa tubuh / body language (ekspresi wajah, gerakan tangan dan kaki, postur tubuh dan gerakan)

Penampilan (karakteristik fisik, kebersihan diri, cara berpakaian)

Jarak kedekatan (zona: intim, personal, sosial, publik)

ELEMEN KOMUNIKASI TERAPETIK

Elemen dasar dan komunikasi terapetik adalah: 1) Pembukaan diri; 2) Mendengar 3) Bertanya; dan 4) Penguasaan bahasa non-verbal.

1. PENGENALAN DAN PEMBUKAAN DIRIPengenalan dan Pernbukaan diri mernpunyai anti mengenali diri sendiri dan mencoba untuk terbuka dengan orang lain. Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam pembukaan diri adalah adanya informasi, perasaan, pikiran dan kebutuhan, baik pada masa lalu maupun masa depan, serta komunikasi di sini dan saat ini. Berikut adalah contoh suatu percakapan yang membandingkan antara yang membuka diri dan yang tidak:

Dokter: Sudah sening saya ingatkan, ibu harus disiplin melakukan diet kalau tidak ingin penyakit ibu menjadi lebih parah (kurang membuka diri)Dokter: Alhamdulillah, senang kita bisa bertemu hari ini ibu kelihatan segar dan sehat. Bagaimana manfaat brosur diet yang saya berikan bulan lalu? Mungkin saya bisa membantu ibu untuk melaksanakannya demi kesehatan ibu (lebih membuka diri)Dengan membuka diri kita akan mendapat beberapa keuntungan, yaitu:

Menambah pemahaman terhadap diri sendiri

Mendekatkan hubungan dengan orang lain

Meningkatkan komunikasi

Mengurangi perasaan bersalah

Menambah energi / semangat

Pengenalan dan pembukaan diri memiliki beberapa keuntungan, yakni:

a. Keadaan diriMembuka informasi diri berarti siap untuk dikenal orang lain. Jika Anda tidak mengetahui keadaan diri Anda sendiri, kesalahpahaman akan sering terjadi. Orang lain akan mengenal diri Anda sesuai persepsi mereka, bukan persepsi Anda.

b. Mengenal diriSeperti Anda membicarakan diri sendiri, Anda dapat melihat ke dalam dan mengerti pribadi seperti apakah Anda (Who am I). Anda dapat memberi kesempatan kepada orang lain untuk memberi masukan. c. Membuat hubungan

Berbicara mengenai diri sendiri dan mendengarkan orang lain berbicara mengenai dirinya menimbulkan kessempatan memecahkan keadaan sendiri dan menjalin hubungan. Kesempatan dapat diperoleh melalui saling berbicara dan mendengarkan.

d. Meningkatkan keintiman

Sikap saling terbuka adalah awal keintiman. Apabila Anda melangkah lebih dalam dan saling terbuka, kepercayaan dapat diraih, kesalahpahaman dapat dihilangkan dan tiap orang tidak sungkan untuk terbuka.

2. MENDENGAR

Kemampuan dasar untuk mendengar sudah dimiliki semua manusia sejak lahir, bahkan sebagian ahli berpendapat ketika masih dalam kandungan pun janin sudah bisa merespon kata-kata sayang serta bacaan ayat Al-Quran dan orangtuanya. Namun demikian tidak semua orang bisa mengasah kemampuan dasar tersebut menjadi ketrampilan untuk mendengar secara aktif.

Prinsip mendengar secara aktif:

Penerimaan terhadap orang lain (Pada saat komunikasi seorang dokter harus bisa menerima pasien seperti apa adanya) Menghargai perasaan orang lain Toleransi terhadap keanehan orang lain (Walaupun cara bicara pasien agak aneh tapi harus tetap konsentrasi pada isi pembicaraannya dan bukan pada cara bicaranya)Secara umum ketrampilan mendengarkan yang harus dimiliki oleh dokter adalah:

Perhatian

Konsentrasi

Merefleksi & merangkum

Tidak memotong atau mencela pasien

Memberikan tanggapan non-verbal (misal: tatapan mata, anggukan, senyuman, mengatakan Hmm, mencondongkan tubuh ke depan)

Tiga langkah dalam mendengarkan aktif adalah:

a. Refleksi Isi Yaitu mengatakan kembali ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada pasien tentang inti dari ucapan yang baru dikatakan pasien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan pasien (namun tidak sama dengan membeo ucapan pasien) Misal: Anda tadi mengatakan bahwa.Apakah saya mendengarkan anda dengan benar, bahwa.?b. Refleksi Perasaan

Yaitu mengungkapkan perasaan pasien yang teramati oleh dokter dan intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh pasien maupun dan hal-hal yang tersirat dan kata-kata verbal.

Refleksi yang akurat dan mengakui adanya perasaan pasien tersebut, merupakan hal yang sangat perlu dan penting, karena pasien akan percaya bahwa dokter mendengarkan dan mengerti akan perasaan, kepentingan individu dan keprihatinannya. Misal : Ketika pasien kelihatan bingung, dokter bisa mengamati hal tersebut dan mengatakan: Anda sepertinya bingung..Dengan melakukan hal itu, akan tercakup tiga tujuan:

Pasien akan berpikir mengenai bagaimana perasaannya dan mengapa ada perasaan seperti itu Dokter mengetahui apakah pasien itu mengalami kebingungan, dan Jika ada kebingungan, pasien dan dokter akan meluruskannya melalui diskusi

c. Merangkum

Merangkum hampir sama dengan refleksi isi, namun berbeda.

Perbedaanya adalah bahwa merangkum dilakukan setelah beberapa waktu yang lebih lama dan mencakup beberapa informasi yang diucapkan pasien Merangkum mungkin bisa dilakukan di awal dan akhir dari percakapan. Untuk transisi antar topik, atau untuk membenikan penjelasan panjang untuk isu pasien yang rumit.

Mari kita lihat contoh refleksi isi (RI) dan refleksi perasaan (RF) dan ucapan pasien:

Pasien : Saya ingin pakai pil KB, tapi tetangga saya mengatakan bahwa kalau minum pil KB saya akan menjadi gemuk dan berjerawat, padahal sekarang pun saya sudah gemuk begini, bagaimana jadinya nanti?Dokter: RI : Ibu mendengar berbagai akibat buruk dan penggunaan pil KB.

RP : Ibu khawatir kalau menggunakan pil akan memperoleh efek samping yang tidak menyenangkan

Beberapa kiat untuk mendengarkan yang baik:

Konsentrasi : memusatkan perhatian kepada problem pasien sehingga pikiran, perasaaan, bahasa verbal dan non verbal menjadi selaras. Lakukan kontak mata: bila belum berani menatap matanya pandanglah titik di antara dua alis Perhatikan minat dengan sikap tubuh: sikap tubuh mendengar adalah sedikit condong ke depan Dorong lawan bicara untuk bicara, misalnya dengan mengatakan : Tadi Ibu mengatakan sudah minum macam-macam obat, bisakah ibu menjelaskan satu-persatu? Tanyakan kejelasan bila ada yang belum jelas bagi Anda, misalnya: Bisakah Bapak menggambarkan bagaimana rasa tidak enak yang Bapak rasakan di ulu hati tersebut? Jangan segan-segan menanyakan secara detail yang dimaksud detail adalah rinci, namun masih ada relevansinya dengan topik. Misalnya pasien demam perlu kita tanyakan : Sejak kapan? Apakah terus menerus? Apakah mendadak tinggi? Apakah ada gejala-gejala menyertai? Sudahkah diobati dan bagaimana responnya, dll. Ringkas pernyataan-pernyataan klien setiap saat. Misalnya setelah beberapa saat berbicara, kita meringkas: Tadi bapak sudah menjelaskan bahwa sudah 3 hari merasa pusing, berdenyut denyut, tidak bisa tidur sudah minum obat warung tapi tidak sembuh dan akhirnya ke sini? Tinggalkan asosiasi, opini dan pandangan subyektif Anda, sehingga kita dapat menyerap informasi dan menganalisa secara obyektif Jaga dan kendalikan emosi

Jangan memburu-buru orang, dan jangan memperlihatkan kalau kita terburu-buru (misal: melihat jam, gelisah, dll) Jeda (berhenti sejenak) diperlukan dalam suatu percakapanBeberapa kesalahan yang sering terjadi:

Membandingkan dengan diri sendiri atau orang lain pada saat mendengarkan Membaca pikiran orang yang sedang berbicara Mempersiapkan jawaban Menyeleksi informasi yang didengarkan Memberikan nilai Melamun atau kehilangan pikiran sejenak yang disebabkan kurang konsentrasi Sikap mendengar yang acuh tak acuh, tidak ada kontak mata Kegagalan mengikuti orang lain berbicara sampai selesai- interupsi terlalu dini Mulai untuk berbicara mengenai cerita Anda sendiri bedakan dengan membuka diri Cepat berargumentasi (terlalu bereaksi secara cepat) Memberijawaban yang melompat dan pertanyaan karena mungkinAnda bosan mendengarkan topik tersebut. Bereaksi secara impulsif, misal Oh ya. .?; Ya .Tuhan! ;Ya...,ampun! Memberikan nasehat sangat awal Mengekspresikan asumsi Memberikan reaksi yang berulang, yang kadang-kadang justru memperlihatkan Anda tidak serius dalam mendengarkan misal : Ya,..benar, benar sekali....!; Saya tahu, Anda benar... benar sekali!

3. BERTANYA

Bertanya sama dengan mendengar; sebetulnya sudah dilakukan manusia sejak lahir; meski caranya adalah secara naluriah tidak dipikirkan sama sekali. Dalam komunikasi terapeutik ketrampilan bertanya mutlak diperlukan. Agar mendapat informasi yang akurat seorang dokter harus belajar bertanya secara benar dan efektif, sehingga betul-betul mendapatkan data yang akurat.

Fungsi dari bertanya adalah sebagai berikut:

Memunculkan ide, pandangan atau perasaan

Membantu orang lain untuk mencapai pengertian terhadap pandangan, opini dan perasaannya Memperlihatkan minat pada orang lain

Memberikan kesempatan kepada orang lain

Berusaha menentukan ada tidaknya fakta

Mengumpulkan informasi faktual tanpa diskusi lebih lanjut

Mendorong orang lain untuk membuat pilihan

Meringkas isi atau kesimpulan dan percakapan

Ekspresi yang sopan dan halus sebagai awal dan percakapan

Membuat informasi lebih kongkret

Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari pertanyaan:

a. Kondisi umum : Apakah yang ingin Saudara bicarakan?

b. Fakta-fakta : Apa yang terjadi?

c. Perasaan-perasaan: Bagaimana perasaan Saudara tentang hal itu?

d. Alasan-alasan : Mengapa Saudara melakukan itu?

e. Spesifik :Apakah Saudara bisa memberikan contoh kepada saya?

Pertanyaan terdiri atas empat jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Pertanyaan Tertutup

Adalah pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak, suatu angka atau beberapa kata saja.

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat dipakai pada permulaan konsultasi/konseling untuk berkenalan, juga untuk mendapatakan informasi seperti riwayat medik (jawaban singkat)

2. Pertanyaan Terbuka

Adalah pertanyaan yang memungkinkan adanya berbagai macam jawaban. Pertanyaan ini dipakai untuk mengetahui perasaan, pengetahuan dan keyakinan-keyakinan pasien

Cara bertanya yang efektif adalah dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Biasanya diawali dengan kata tanya: Bagaimana? atau Apa?

3. Pertanyaan Mendalam

Adalah pertanyaan untuk menggali / memperjelas pernyataan dan pasien. Misal Mengapa Bapak berpendapat bahwa makan siang yang menyebabkan terjadinya diare pada Bapak?

4. Pertanyaan Mengarahkan

Adalah pertanyaan yang sifatnya sugesti Pertanyaan ini tidak tepat digunakan dalam konseling Misal Apakah Ibu sudah mendengar bahwa pil KB berbahaya?

Tabel 1. Jenis-jenis pertanyaan dan Cara Penggunaannya

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, tabel 1 berikut berisi contoh 2 percakapan:

Pertanyaan

TertutupPertanyaan

TerbukaPertanyaan

MendalamPertanyaan

Mengarahkan

Kapan digunakan

Mulailah dengan

pertanyaan tertutup

(misal, pertanyaan

yang menanyakan

riwayat kesehatan)

Lanjutkan dengan

pertanyaan terbuka

Lalu gunakan

pertanyaan

mendalam untuk

meminta informasi

lebih jauh

Catatan:

Jika digunakan tidak

pada konteks yang

tepat, hampir sama

dengan pertanyaan

mengarahkanHINDARI

PENGGUNAAN

PERTANYAAN

YANG

MENGARAHKAN

MemerlukanJawaban yang

singkat & tepat;

seringkali

mengundang

jawaban: ya atau

tidakJawaban yang lebih

panjang; memerlukan

pemikiran; memberi

kesempatan penjelasan mengenai

pendapat & perasaanPenjelasan mengenai

Pernyataan sebelumnya

Mengarahkan pasien utk menjawab dlm bentuk tertentu atau

mengatakan sesuatu

yang mungkin tidak

akan terpikirkan oleh mereka

Contoh berapa usia ibu? Apakah ibu sudah pernah memakai alat KB? Apa yang ibu ketahui tentang pil KB?

Bagaimana perasaan dan pendapat ibu setelah memakai IUD? Mengapa ibu berpendapat bahwa pil KB itu sulit untuk digunakan? Bagaimana Ibu sampai pada kesimpulan bahwa suntik KB akan menghentikan menstruasi? Apakah Ibu mendengar bahwa suntik KB akan menghentikan menstruasi Tidakkah sebaiknya Ibu menggunakan Kondom setelah mengetahui perilaku seksual suami yang demikian?

Tabel 1 Contoh Percakapan dengan Jenis Pertanyaan yang Berbeda

Percakapan 1Percakapan 2

Tanya : Bagaimana kondisi kesehatan Anda?

Jawab : Baik

Tanya : Apakah sesak nafasnya masih sering kambuh?

Jawab : Tidak

Tanya : Kapan Biasanya sesak nafas Anda kambuh?

Jawab : Malam hari atau saat udara dinginTanya : Bagaimana kondisi kesehatan Anda?

Jawab : Lumayan

Tanya : Mungkin Anda bisa menceritakan bagaima

kemajuan kesehatan Anda

Jawab : Alhamdulillah, sesak nafas saya sudah

jarang kambuh. Kalau dulu saya harus kesini setiap bulan, mungkin hari ini adalah kunjungan saya setelah yang terakhir 1 tahun yang lalu. Saya tidak harus minum obat setiap hari, bisa beraktifitas dengan baik dan terasa segar. Hanya kadang kadang saat udara begitu dingin sesak nafas itu kambuh

Perbedaan antara kedua percakapan di atas bukan terletak pada cara menjawabnya, tetapi pada cara bertanyanya. Percakapan pada percakapan 1 kita kenal sebagai pertanyaan tertutup; dimana penanya tidak memberi kesempatan pada lawan bicaranya untuk memberi jawaban yang rinci. Penanya hanya memberi kesempatan untuk sebuah jawaban pendek. Sedangkan pertanyaan pada percakapan 2 adalah tipe pertanyaan terbuka4. BAHASA NON-VERBAL

Dalam komunikasi terapeutik pemahaman terhadap bahasa non-verbal akan mendukung lancarnya komunikasi. Hampir tidak ada manusia di dunia yang berkomunikasi tanpa menggunakan dukungan bahasa non-verbal. Bila bahasa menjadi hambatan, maka komunikasi dengan bahasa non-verbal justru akan menjembatani adanya hambatan bahasa tersebut.

Fungsi bahasa non-verbal:

Memberikan kualitas, sikap dan identitas

Mendukung dan membantu bahasa verbal

Mengganti bahasa verbal

Membantu hubungan interpersonal Penggunaan bahasa non-verbal:

Bahasa non-verbal yang jelas tanpa didukung bahasa verbal

Bahasa non-verbal yang digunakan untuk mendukung bahasa verbal

Bahasa non-verbal yang tidak selaras dengan bahasa verbal

Bahasa non-verbal terdiri dari:

Cara berbicara

Jenis suara (besar, kecil) dan Volume suara (keras, lemah)

Artikulasi (kejelasan dalam mengucapkan kata)

Tempo / ritme (irama dalam berbicara: cepat, lambat)

Intonasi (penekanan dalam berbicara)

Penggunaan bahasa (dialek)

Penggunaan kosakata

Bahasa tubuh

Ekspresi wajah (raut muka, kontak mata)

Gerakan tangan dan kaki

Postur tubuh dan gerakan (cara berjalan, cara duduk, gerakan-gerakan tubuh)

Penampilan Karakteristik fisik

Kebersihan diri Cara berpakaian dan menggunakan asesoris

Jarak kedekatan

Zona intim (0 0,5 meter) Zona personal (0,5 1,5 meter)

Zona sosial (1,5 3 meter) Zona publik (3 meter atau lebih) Contoh komunikasi non-verbal yang positif: Condong ke arah pasien Tersenyum, tidak menunjukkan ketegangan Tidak ada gerak-gerak kecemasan Ekspresi wajah yang dapat menumbuhkan kepercayaan Ada kontak mata dengan klien Membuat gerakan-gerakan yang menyemangati (misal: menganggukkan kepala sewaktu pasien menyampaikan sesuatuContoh komunikasi non-verbal yang negatif:

Tidak ada kontak mata

Melihat jam terus menerus

Menguap, melihat terus pada kertas /lembar RM atau melihat keluar

Mengemyitkan dahi

Tidak bisa duduk tenang

SISTEM KAPITASI DALAM PEMBIAYAAN PELAYANAN

DOKTER KELUARGA

PENDAHULUAN

Sistem pembayaran kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK) merupakan deteminan penting terhadap perilaku pemberi pelayanan kesehatan, berkaitan dengan masalah-masalah pengendalian biaya, efisiensi dan keadilan sumber daya kesehatan.

Secara umum mekanisme pada pelayanan kesehatan dapat dibedakan dua macam.

Pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam arti setiap pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan kesehatan.

Pembayaran melalui program asulansi kesehalan (health insurance), yaitu setiap kali pasien datang berobat tidak perlu lagi membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yaitu badan asuransi.

Dan kedua cara tersebut di atas, yang lebih sesuai dengan pelayanan kedokteran keluarga adalah cara kedua yaitu pembiayaan melalui program asuransi kesehatan. Hal ini mudah dipahami, karena untuk memperkecil resiko biaya, program asuransi sering menerapkan prinsip membagi resiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan kesehatan (PPK), sehingga untuk mencegah kerugian tidak ada pilihan lain bagi PPK tersebut, berupaya meningkatkan dan memelihara kesehatan, dan atau mencegah para anggota keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip seperti ini sesuai dengan prinsip kerja dokter keluarga.

Bentuk-bentuk pembayaran kepada PPK atau rumah sakit antara lain:

Anggaran global

Pembayaran per diem Penggantian berdasarkan kelompok terkait (Diagnosis Related Group/DRG)

Kapitasi

Diantara bentuk-bentuk tersebul di alas yang sering digunakan di Indonesia adalah bentuk kapitasi, dan telah digunakan oleh PT. Askes.

BATASAN

Berbicara tentang sistem kapitasi, kita akan selalu ingat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Dimana berdasarkan UU No 23 1992 tentang kesehatan, dinyatakan JPKM sebagai suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna, berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan yang bersinambung dan dengan mutu yang terjamin serta pembayaran secara pra-upaya.

Penyelenggaraan JPKM mencakup sedikitnya tiga pelaku utama yakni

Peserta

Badan penyelenggara (Bapel)

Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dengan menerapkan tujuh jurus, yaitu:

2 jurus kendali dana = premi pra-bayar; dan bayar jasa PPK secara pra-upaya

4 jurus kendali mutu = ikatan kerja/kontrak; siklus jaga mutu (pengobatan rasional, dan standar pelayanan medik pemantauan utilisasi pelayanan; penanggulangan secara seksama terhadap keluhan mengenai pelayanan.

1 jurus kendali dana = 1 jurus kendali pelayanan paripurna.

Pembayaran pra-upaya dalam JPKM menggunakan sistem kapitasi yang bertujuan untuk mengendailkan biaya kesehatan, seperti yang dijelaskan dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No 862/BINIDJIBPSM/VIII/94, tanggal 1 Agustus 1994.

Kapitasi berasal dari kapita yang berarti kepala. Dengan demikian, sistem kapitasi berarti cara perhitungan berdasarkan jumlah kepala yang terkait dalam kelompok tertentu. Kepala disini berarti orang atau peserta atau anggota.

Pembayaran bagi Pemberi Peayanan Kesehatan (PPK) dengan sistem kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anggota lembaga tersebut. Yaitu dengan membayar di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu.

Yang dimaksud lembaga disini adalah Badan Penyelenggara JPKM (Bapel), sedangkan yang dimaksud saluan