tugas kepaniteraan klinik drg. billy
DESCRIPTION
Tugas GilutTRANSCRIPT
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Oleh :
RIZKI DWIRYANTI
04101001083
Pembimbing :
drg. Billy Sujatmiko, SpKG
F A K U L T A S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1. Bagaimana perjalanan karies?
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi
yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang
berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit
yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit
periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.
Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan
gigi. Sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada
waktu tertentu berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut
menjadi kritis (5,5). Hal ini menyebabkan demineralisasi email berlanjut
menjadi karies gigi.
Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari
permukaan gigi (pits, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.
Faktor Etiologi Karies
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya
adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi
adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab
karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi
antara keempat faktor berikut.
a. Host (gigi dan saliva)
Komposisi gigi sulung terdiri dari email di luar dan dentin di dalam.
Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di bawahnya,
karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat menentukan
dalam proses terjadinya karies.Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi
resistensi gigi terhadap karies. Diketahui adanya pit dan fisur pada gigi
yang merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh
karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk disini.
Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies. Saliva
disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula parotida, glandula
submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva
kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut sehingga gigi
dan mukosa tidak menjadi kering.
Saliva membersihkan rongga mulut dari debris-debris makanan sehingga
bakteri tidak dapat turnbuh dan berkembang biak. Mineral-mineral di
dalam saliva membantu proses remineralisasi email gigi. Enzim-enzim
mucine, zidine, dan lysozyme yang terdapat dalam saliva mempunyai sifat
bakteriostatis yang dapat membuat bakteri mulut menjadi tidak berbahaya.
Selain itu, saliva mempunyai efek bufer yaitu saliva cenderung
mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula dan dapat
mempertahankan pH supaya tetap konstan yaitu pH 6-7. Aliran saliva
yang baik akan cenderung membersihkan mulut termasuk melarutkan gula
serta mengurangi potensi kelengketan makanan. Dengan kata lain, sebagai
pelarut dan pelumas.
b. Substrat atau diet
Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada
pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme
bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan
untuk memproduksi asam serta bahan yang aktif yang menyebabkan
timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami
kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak
mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa
karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.
c. Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal
pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai adalah
Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan
Stretokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, dijumpai
juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces. Mikroorganisme
menempel di gigi bersama plak sehingga plak terdiri dari mikroorganisme
(70 %) dan bahan antar sel (30 %). Plak akan terbentuk apabila adanya
karbohidrat, sedangkan karies akan terbentuk apabila terdapat plak dan
karbohidrat.
d. Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi
substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum, lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup
bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
Lesi karies D1-D6
Klasifikasi karies menurut ICDAS:
D1: White spot yang terlihat pada saat gigi dikeringkan.
D2: White spot yang terlihat tanpa gigi dikeringkan.
D3: Karies email.
D4: Karies dentin terbatas.
D5: Karies dentin luas.
D6: Karies mencapai pulpa.
Proses terjadinya karies
Proses terjadinya karies gigi ditandai dengan adanya perubahan warna putih
mengkilat pada email menjadi putih buram yang disebut white spot. Faktor yang
harus ada dalam proses karies gigi adalah makanan, plak, email dan waktu.
Makanan yang mengandung gula (sukrosa) dengan adanya kuman dalam plak
(coccus) maka berbentuk asam (H+) dan jika berlangsung terus menerus, maka
lama kelamaan pH plak menjadi ± 5. Asam (H+) dengan pH ini akan masuk
kedalam sub surface dan akan melarutkan kristal-kristal hidroxyapatit yang ada,
lama kelamaan kalsium akan keluar dari email, proses ini disebut sub surface
decalsifikasi ( Nio, 1987).
Gejala karies gigi menurut Depkes., R.I., 1994, yaitu:
a. Gejala karies gigi pada tahap awal
Terdapat lubang pada permukaan gigi
Tanpa keluhan atau bisa juga disertai dengan keluhan rasa ngilu bila
terkena makanan dan minuman.
b. Gejala karies gigi pada tahap lanjut
Terdapat lubang yang agak dalam (mengenai lapisan dentin)
Kadang-kadang disertai keluhan rasa sakit bila terkena rangsangan
makanan dan minuman (panas, dingin, manis).
c. Gejala karies gigi tahap lanjut
Terdapat lubang yang lebih dalam (mengenai atap pulpa atau ruang pulpa).
Terdapat keluhan rasa sakit spontan yang terus-menerus dengan disertai
rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan pipi atau
pada leher.
2. Apa yang dimaksud D1-D6?
Klasifikasi karies menurut ICDAS:
D1: White spot yang terlihat pada saat gigi dikeringkan.
D2: White spot yang terlihat tanpa gigi dikeringkan.
D3: Karies email.
D4: Karies dentin terbatas.
D5: Karies dentin luas.
D6: Karies mencapai pulpa.
3. Apa yang dimaksud dengan white spot?
White spot atau incipien caries merupakan tanda klinis pertama sebelum
terjadinya karies, terlihatnya white spot karena terjadinya demineralisasi pada
bagian sub permukaan email. Normalnya apabila white spot terlihat
permukaannya halus maka tidak aktif, sebaliknya apabila permukaannya kasar
menunjukkan bahwa lesi aktif dan berkembang karena meningkatnya porusitas.
Pemeriksaan subjektif
Anamnesis untuk mendapatkan keluhan utama pasien dan riwayat penyakit
yang dikeluhkan (termasuk riwayat sosial, riwayat dental dan riwayat medis).
Ditanyakan tentang keluhan rasa sakit, bengkak, estetik, lokasi sakitnya, lama
sakitnya, apa yang menyebabkannya, apa yang dapat meringankannya, dll.
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan ekstra oral (BB/TB, cara berjalan, corak kulit, mata bibir,
simetri wajah, kelenjar limfe)
Pemeriksaan intra oral (jaringan lunak dan gigi)
Treatment
Sikat gigi dengan frekuensi 2x sehari (bisa lebih ika dirasa perlu)
menggunakan pasta gigi ber-fluoride.
4. Apa yang dimaksud karies email?
Karies email merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi
(lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada
pewarnaan hitam atau cokelat pada email. Apabila keseimbangan antara laju
proses demineralisasi dengan remineralisasi berlanjut maka permukaan lesi
awal akan runtuh akibat dari pelarutan apatie yang sudah melemah sehingga
menghasilkan kavitas.
5. Apa yang dimaksud karies dentin?
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau
bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya
terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
6. Apa yang dimaksud iritasi pulpa?
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami
kerusakan sampai batas dentino enamel junction. Iritasi pada jaringan pulpa
akan mengakibatkan inflamasi. Iritan terhadap jaringan pulpa dapat terbagi
menjadi tiga yaitu iritan mikroba, iritan mekanik, dan iritan kimia.
1. Iritan mikroba.
Bakteri yang terdapat dalam karies merupakan sumber utama iritasi
terhadap jaringan pulpa. Bakteri akan memproduksi toksin yang akan
berpenetrasi ke dalam pulpa melalui tubulus dentinalis sehingga sel-sel
inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma akan berinfiltrasi
secara lokal pada jaringan pulpa. Jika pulpa terbuka, leukosit
polimorfonukleus berinfiltrasi dan membentuk suatu daerah nekrosis pada
lokasi terbukanya pulpa. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk waktu
yang lama sampai akhirnya menjadi nekrosis atau bisa dengan cepat
menjadi nekrosis. Hal ini bergantung pada virulensi bakteri, kemampuan
mengeluarkan cairan inflamasi guna mencegah peningkatan tekanan intra
pulpa, ketahanan host, jumlah sirkulasi, dan drainase limfe.
2. Iritan mekanik.
Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak
trauma, trauma oklusal, kuretase periodontal yang dalam, dan gerakan
ortodonsi merupakan iritan-iritan yang berperan terhadap kerusakan
jaringan pulpa.
Preparasi kavitas mendekati pulpa dan dilakukan tanpa pendinginan
sehingga jumlah dan diameter tubulus dentinalis akan meningkat. Pada
daerah yang mendekati pulpa menyebabkan iritasi pulpa semakin meningkat
oleh karena semakin banyak dentin yang terbuang. Pengaruh trauma yang
disertai atau tanpa fraktur mahkota dan akar juga bisa menyebabkan
kerusakan pulpa. Keparahan trauma dan derajat penutupan apeks merupakan
faktor penting dalam perbaikan jaringan pulpa. Selain itu, aplikasi gaya
yang melebihi batas toleransi fisiologis ligamentum periodontal pada
perawatan ortodonsi akan mengakibatkan gangguan pada pasokan darah dan
saraf jaringan pulpa. Scaling yang dalam dan kuretase juga bisa
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan saraf di daerah apeks
sehingga merusak jaringan pulpa.
3. Iritan kimia.
Iritan pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan untuk desentisasi,
sterilisasi, pembersih dentin, base, tambalan sementara dan permanen. Zat
antibakteri seperti silver nitrat, fenol dengan atau tanpa camphor, dan
eugenol dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa.
7. Apa yang dimaksud hiperemi pulpa?
Hiperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi pulpa adalah
suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi
darah bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam
pulpa. Pulpa terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan
saluran lympe.
8. Apa yang dimaksud pulpitis reversibel?
Pulpitis reversibel merupakan inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika
penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali
normal. Stimulus ringan seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi
oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontal yang dalam, dan
fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor yang
dapat mengakibatkan pulpitis reversibel.
Pulpitis reversibel biasanya asimtomatik. Aplikasi cairan dingin dan panas,
dapat menyebabkan nyeri sementara yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan,
nyeri akan segera hilang.
9. Apa yang dimaksud pulpitis irreversibel?
Inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan
dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini
seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat
pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin
yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan gigi dalam
perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.
10. Apa yang dimaksud nekrose pulpa?
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh pulpitis
irreversibel yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat mengganggu
suplai darah ke pulpa.
Jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak
memiliki sirkulasi darah kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam
ruang pulpa menyebabkan kolapsnya pembuluh darah sehingga akhirnya
terjadi nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis
irreversibel didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang terbuka,
proses nekrosis akan tertunda dan jaringan pulpa di daerah akar tetap vital
dalam jangka waktu yang lama. Jika terjadi hal sebaliknya, mengakibatkan
proses nekrosis pulpa yang cepat dan total.
Nekrosis pulpa dapat berupa nekrosis sebagian (nekrosis parsial) dan nekrosis
total. Nekrosis parsial menunjukkan gejala seperti pulpitis irreversibel dengan
nyeri spontan sedangkan nekrosis total tidak menunjukkan gejala dan tidak
ada respon terhadap tes termal dan tes listrik.
11. Apa yang dimaksud periodontitis?
Peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (= jaringan
periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi, tulang
yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal
(selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga
berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang).
12. Apa yang dimaksud dengan trepanasi?
Trepanasi merupakan bentuk tindakan bedah sebagai terapi abses periodontal
untuk mengeluarkan nanah dan gas gangren yang terbentuk. Tujuan trepanasi
adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui tulang untuk
mengalirkan secret luka serta untuk mnegurangi rasa sakit. Jika timbul abses
alveolar akut berarti infeksi telah meluas dari saluran akar melalui periodontal
apikalis sampai ke dalam tulang periapeks. Perasaan sangat nyeri terutama
bila ditekan pada keadaan ini untuk menghilangkannya perlu segera
dilakukan drainase atau trepanasi.
13. Sebutkan dan jelaskan macam-macam obat kumur!
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas
rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan
bakteri perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap,
mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi.
Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray.
Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel
dan dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut.
1. Hexadol
Heksetidin 0,1% Alkohol 9% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis
bertukak, perikoronitis, dan sariawan. Obatkumur dalam bentuk botol
120 ml. dosis 15ml obat kumur dikumur selama 30 detik saat pagi dan
malam hari.
2. Minosep
Clorheksidine 0,2% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis bertukak,
sariawan, angina Vincent, rasa sakit setelah perawatan periodontitis,
perikoronitis, faringitis. Dalam bentuk botol 60ml, dosis 15ml.
dikumur saat pagi dan malam hari.
Beberapa bahan-bahan aktif beserta fungsinya secara umum dapat
dijumpai dalam obat kumur, antara lain :
Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme
dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol,
benzethonium, cetylpyridinium chloride, boric acid, benzoic acid,
hexetidine, hypochlorous acid.
Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam
rongga mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang
tidak sehat, contoh: hidrogen peroksida, perborate
Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal
berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada
jaringan, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan
asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat
Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol,
minyak eukaliptol, minyak watergreen.
Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari
fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate
Deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang
dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil.
Deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian
menyebabkan bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan
juga dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan
bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci
mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate.
Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
c. Bahan pewarna
d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).
14. Apa isi dari kenalog?
Kenalog adalah nama dagang dari triamsinolon acetonid, yaitu kortikosteroid
sintetik yang secara umum mempunyai efek antiperadangan, anti gatal dan
anti alergi. Istilah orabase menunjukkan bahwa obat ini diaplikasikan ke
dalam mulut.
Fungsi utama kenalog in orabase adalah untuk mengobati nyeri,bengkak,
peradangan, dan luka pada mulut atau gusi. Luka bisa terjadi akibat tergigit,
jatuh, atau terkena benda asing, misalnya tulang ikan. Dengan pemberian
kenalog in orabase diharapkan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat.
Kenalog in orabase dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat
hipersensitifitas terhadap triamsinolon asetonid atau kortikosteroid lainnya.
Selain itu, kenalog in orabase juga tidak boleh diberikan dengan pasien yang
menderita infeksi virus, bakteri, jamur di mulut atau tenggorokan.
EFEK SAMPING
Efek samping kenalog in orabase jarang terjadi. Efek samping biasanya
berupa memburuknya bengkak di dalam mulut, iritasi mulut atau gusi. Selain
itu dapat muncul rasa gatal, kering, kemerahan, dan rasa terbakar pada daerah
yang diobati dengan kenalog in orabase.
Pada penggunaan lama dan dalam dosis besar, dapat terjadi efek samping
sistemik seperti gangguan metabolisme gula, metabolisme protein, luka
lambung, dan lain-lain. Efek sistemik ini sangat jarang terjadi. Pada ibu
hamil, penggunaan obat ini secara jangka panjang karena dapat menyebabkan
penumpukan air di dalam tubuh dan janin yang dikandung ibu dapat ikut
terpangaruh.
DOSIS
Kenalog in orabase berbentuk pasta. Cara pemberiannya dengan mengoleskan
pasta tersebut langsung ke luka pada dinding mulut atau gusi. Saat
mengoleskan sebaiknya seluruh luka tertutupi dengan pasta kenalog in
orabase secara keseluruhan. Selain mengoleskan secara langsung, kenalog in
orabase juga dapat diberikan dengan menggunakan cotton buds.
Waktu pengolesan sebaiknya diberikan menjelang tidur sehingga obat dapat
berkontak dengan luka secara maksimal sepanjang malam. Pemberian
dilakukan dua atau tiga kali sehari. Jika penyakit tidak membaik selama 7
hari, maka pengobatan harus dievaluasi lagi. Kenalog in orabase hanya untuk
dioleskan ke dalam mulut, tidak boleh dioleskan ke mata atau kulit.
15. Apa yang dimaksud dengan diagnosis codes ICD10?
ICD 10 singkatan dari International Statistical Classification of Disease and
Related Health Problems Tenth Revision (Klasifikasi Statistik Internasional
tentang Penyakit dan masalah Kesehatan Revisi 10).
Klasifikasi penyakit dapat didefinisikan sebagai suatu sistem penggolongan
(kategori) dimana kesatuan penyakit disusun berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. ICD mempunyai tujuan untuk mendapatkan rekaman sistematik,
melakukan analisa, interpretasi serta membandingkan data morbiditas dan
mortalitas dari negara yang berbeda atau antar wilayah dan pada waktu yang
berbeda. ICD digunakan untuk menterjemahkan diagnosa penyakit dan
masalah kesehatan dari kata-kata menjadi kode alfanumerik yang akan
memudahkan penyimpanan, mendapatkan data kembali dan analisa data.
Struktur dasar dan Prinsip Klasifikasi ICD
Ciri utama pada ICD-10 adalah koding alfanumerik, berupa satu huruf yang
diikuti dengan 3 angka untuk tingkatan 4 karakter.
ICD 10 berisi pedoman untuk merekam dan memberi kode penyakit, dan
disajikan dalam 3 buku, yaitu :
Volume I TABULAR LIST (List Tabulasi)
- Laporan Konferensi Internasional untuk revisi 10
- Klasifikasi tersebut pada tiga dan empat – karakter level
- Klasifikasi dari morfologi dan neoplasma
- List Tabulasi khusus untuk mortalitas dan morbiditas, definisi dan
ketentuan nomenklatur.
Volume II BUKU PETUNJUK (INSTRUCTION MANUAL)
- Pengenalan
- Penjelasan
- Bagaimana menggunakan ICD
- Sertifikat Kesehatan dan Peraturannya
- Presentasi Data
- Sejarah Perubahan ICD
Volume III
- Indeks Penyakit
- Indeks Penyebab Luar
- Indeks Obat-obatan
Volume ini memuat seluruh indeks, juga termasuk indeks untuk list tabulasi
untuk 4 karakter sub kategori yang ada pada volume I.
- Buku I berisi klasifikasi utama yang terdiri dari 22 bab
- Buku II berisikan tentang petunjuk penggunaan ICD
- Buku III berisikan indeks alphabet klasifikasi.
PEMBAGIAN ICD-10 MENURUT BAB
BAB KODE PENYAKIT
1. A00 – B99 INFEKSI DAN PARASIT
2. C00 – C99 NEOPLASMA GANAS
3. D00 – D48 NEOPLASMA IN SITU DAN JINAK
4. D50 – D89 PENYAKIT DARAH DAN ALAT PEMBUAT
DARAH, MEKANISME IMUN
5. E00 – E90 PENYAKIT ENDOKRIN, NUTRISI DAN
METABOLIK
6. F00 – F99 GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU
7. G00 – G99 PENYAKIT SUSUNAN SYARAF
8. H00 – H59 PENYAKIT MATA DAN ADNEXA
9. H60 – H95 PENYAKIT TELINGA DAN PROSES MASTOID
10. I00 – I99 PENYAKIT PEMBULUH DARAH
11. J00 – J99 PENYAKIT SALURAN NAFAS
12. K00 – K93 PENYAKIT SALURAN CERNA
13. L00 – L99 PENYAKIT KULIT DAN JARINGAN BAWAH
KULIT
14. M00 – M99 PENYAKIT OTOT DAN JARINGAN IKAT
15. N00 – N99 PENYAKIT SISTEM KEMIH KELAMIN
16. O00 – O99 KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
17. P00 – P96 KONDISI TERTENTU BERAWAL DARI MASA
PERINATAL
18. Q00 – Q99 MALFORMASI BAWAAN, DEFORMASI DAN
ABNORMALITAS KROMOSOM
19. R00 – R99 GEJALA, TANDA DAN HASIL PEMERIKSAAN
KLINIS DAN LABORATORIK ABNORMAL
20. S00 – T98 CEDERA, KERACUNAN DAN FAKTOR
EXTERNAL
21. V01 – Y98 PENYAKIT DAN KEMATIAN AKIBAT FAKTOR
EXTERNAL
22. Z00 – Z99 FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA STATUS
KESEHATAN DAN KONTAK DENGAN FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
23. U00-U99 KODE UNTUK PENGGUNAAN KHUSUS
Setiap Bab memiliki beberapa Blok dan setiap Blok memiliki beberapa
kategori.
Ciri dari ICD 10 adalah dimulai dengan sebuah Abjad dan diikuti dua angka,
lalu titik dan diikuti lagi dengan satu angka (pada beberapa kategori ditambah
satu angka lagi diakhir sehingga setelah titik diiukuti dua angka).
16. Bagaimana pemberian AB dan analgetik pada ibu hamil di trimester 1,
2, 3 dan ibu menyusui L1, L2?
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi
dengan obat atau farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan
selama kehamilan adalah untuk menghindari reaksi obat yang merugikan baik
pada ibu maupun janin.
Telah diketahui bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat
rasa nyeri atau infeksi sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang
ditimbulkan dari tidak dirawatnya infeksi selama kehamilan melebihi risiko
yang mungkin ditimbulkan oleh sebagian besar obat-obatan yang dibutuhkan
untuk perawatan gigi.
Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena itu
dokter gigi harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan
kepada pasien hamil. Reaksi toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi
pada wanita hamil dapat mempengaruhi kesehatannya dan membatasi
kemampuannya untuk menjalani kehamilan. Efek obat yang merugikan secara
spesifik terhadap kesehatan janin adalah mencakup cacat kongenital,
keguguran, komplikasi kelahiran, berat badan rendah dan ketergantungan
obat pasca lahir.
Food and Drug Administration atau FDA Amerika telah menetapkan lima
kategori untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan risiko terhadap wanita
hamil dan janinnya. Kelima kategori ini memberikan pedoman untuk
keamanan relatif obat yang diresepkan bagi wanita hamil. Berikut ini kategori
obat-obatan berdasarkan FDA.
1. Kategori A : Kategori ini meliputi obat-obatan dan bahan yang telah diuji
melalui penelitian terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut
menunjukkan tidak ada resiko terhadap fetus selama semester pertama
kehamilan dan kemungkinan bahaya terhadap janin kecil.
2. Kategori B : Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini
tidak beresiko terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang
telah dilakukan pada manusia untuk memastikan kemungkinan efek
samping terhadap janin. Kategori ini juga meliputi obat-obatan yang telah
menunjukkan efek samping pada janin hewan, tetapi penelitian terkontrol
pada manusia tidak diungkapkan adanya resiko terhadap janin.
3. Kategori C : Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini
mungkin memiliki efek teratogenik dan/atau toksik terhadap embrio,
tetapi belum dilakukan penelitian terkontrol pada wanita. Suatu obat juga
masuk ke dalam kategori ini bila tidak ada penelitian terkontrol yang
dilakukan pada manusia maupun hewan
4. Kategori D : Terdapat bukti risiko terhadap janin manusia, tetapi
manfaatnya dalam situasi tertentu, misalnya penyakit yang serius atau
keadaan yang membahayakan nyawa tanpa tersedia terapi alternatif
lainnya, dapat membenarkan pemakaian obat-obatan ini semasa
kehamilan.
5. Kategori X : Penelitian pada hewan atau manusia telah memperlihatkan
bahwa obat ini menyebabkan perubahan pada janin atau telah
menunjukkan bukti-bukti peningkatan resiko terhadap janin, berdasarkan
eksperimen pada hewan dan manusia. Risiko terhadap janin melebihi
segala manfaatnya.
Obat-obatan dalam kategori A dan B umumnya dianggap tepat untuk
digunakan selama kehamilan. Obat-obatan kategori C harus digunakan
dengan peringatan, dan obat-obatan kategori D dan X harus dihindari atau
merupakan kontraindikasi. Obat-obatan yang digunakan di kedokteran gigi
seperti anestestikum lokal, analgesik, antibiotik, antifungi dan obat-obatan
lainnya biasanya memiliki waktu paruh metabolik pendek yang diberikan
untuk periode terbatas, oleh karena itu cenderung kurang menyebabkan
komplikasi selama kehamilan.
Berikut ini tabel anestetikum lokal yang aman dan tidak aman digunakan
pada masa kehamilan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan anestetikum lokal selama
kehamilan antara lain:
1. Penggunaan yang aman adalah anestetikum lokal dengan kadar rendah
atau tanpa epinefrin, sebab pada masa kehamilan biasanya terdapat
komplikasi kehamilan berupa peningkatan tekanan darah.
2. Untuk kategori anestetikum lokal yang aman (Tabel 1), maksimum
penggunaan adalah 2 karpul.
3. Hindari pemberian epinefrin pada pasien wanita hamil yang menderita
hipertensi. Gunakan 4% prilokain tanpa epinefrin (Citanest Plain)
setelah konsultasi dan mendapat keterangan dari obstetrisian pasien.
Pada kasus penanganan nyeri orofasial, kasus-kasus emergensi yang disertai
rasa nyeri ataupun terdapat potensi nyeri setelah dilakukannya perawatan,
maka analgesik diberikan untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Idealnya,
analgesik haruslah aman, tidak memiliki efek samping, tidak invasif,
penggunaannya sederhana dan onset serta offset yang cepat.34 Analgesik
yang paling sering digunakan pada masa kehamilan yaitu asetaminofen
(kategori B) dapat diberikan pada setiap trimester kehamilan.
Analgesik golongan opium tertentu seperti oksikodon, morfin, kodein atau
propoksifen digunakan secara hati-hati dan hanya jika diindikasikan.
Penggunaan analgesik opium yang berkelanjutan dan dosis yang tinggi akan
berakibat retardasi pertumbuhan dan perkembangan, risiko janin menderita
cacat kongenital mutipel seperti cacat jantung dan celah bibir atau palatum
serta ketergantungan fisik.
Pada sebagian analgesik golongan opium kategori B pada akhir trimester
ketiga kehamilan menjadi kategori C/D, seperti kodein, hidrokodon dan
oksikodon dikontraindikasikan pada trimester ketiga karena dapat
menyebabkan neonatal respiratory depression dan ketergantungan opium.
Meperidin (Demerol) dianjurkan penggunaannya pada rasa nyeri yang sangat
parah.
Aspirin (kategori C) harus dihindari pemakaiannya karena dapat
menyebabkan komplikasi persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada
ibu. Anti-inflamasi nonsteroid (AINS) hanya diberikan pada masa kehamilan
jika diindikasikan. AINS diberikan secara intermiten dengan dosis efektif
yang paling rendah pada masa kehamilan. Pada minggu ke-6 hingga minggu
ke-8 prepartum, penggunaan AINS sudah harus dihentikan. Aspirin dan
AINS mempunyai mekanisme lazim menghambat sintesa prostaglandin yang
dapat menyebabkan konstriksi duktus arteriosus pada janin yang
mengakibatkan hipertensi pulmoner pada janin.
Berikut ini analgesik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa
kehamilan berdasarkan FDA.
Berikut ini antibiotik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa
kehamilan.
Obat-obatan lain seperti klorheksidin kumur, antifungi nistatin (kategori B)
dan klotrimazol (kategori C) aman diresepkan pada masa kehamilan.
Klotrimazol, ketoconazol, fluconazol (kategori C) sebaiknya dihindari
pemakaiannya. Kortikosteroid tergolong dalam FDA kategori C. Umumnya
digunakan untuk mengobati berbagai kondisi oral yang terinflamasi, untuk
pasien wanita hamil biasanya diresepkan kortikosteroid topikal misalnya obat
kumur.
17. Gigi diinervasi saraf berapa dari N. Cranialis? Hapalkan!
Persarafan N. Cranialis:
1. Nervus Olfactorius Fungsinya sebagai penciuman Sifatnya sensorik membawa rangsangan aroma dari hidung ke otak
2. Nervus Optikus Fungsinya untuk menentukan ketajaman penglihatan dan lapangan
pandang mata Sifatnya sensoris, membawa rangsangan penglihatan ke otak
3. Nervus Okulomotorius Fungsinya kontraksi pupil, pergerakan bola mata Sifatnya motorik,mensarafi otot-otot orbital
4. Nervus Troklearis Fungsinya sebagai saraf pemutar bola mata ke bawah dan dalam Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital
5. Nervus Trigeminus Fungsinya sebagai penggerak Sifatnya majemuk (sensoris motoris) Saraf ini mempunyai 3 cabang yaitu :
Nervus Optalmikus => Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan, kelopak mata
Nervus Maksilaris => Sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, hidung dan sinus maksilaris
Nervus Mandibularis => Sifatnya majemuk, mensarafi otot pengunyah, gigi bawah, dagu dan serabut rongga mulut dan lidah, membawa rangsangan citra rasa ke otak
6. Nervus Abdusen Fungsinya pergerakan bola mata ke lateral Sifatnya motoris, mensarafi otot orbital
7. Nervus Facialis Fungsinya sebagai mimik wajah dan menghantarkan rasa pengecap Sifatnya majemuk, mensarafi wajah, otot-otot lidah dan selapu
lender rongga mulut8. Nervus Vestibulotroklearis
Fungsinya sebagai pendengaran dan keseimbangan (vestibulo) Sifatnya sensoris, membawa rangsangan dari telinga ke otak
9. Nervus Glasofaringeus Fungsinya menelan dan membawa rangsangan cita rasa ke otak Sifatnya majemuk, mensarafi faring, tonsil, dan lidah
10. Nervus Vagus Fungsinya sebagai perasa Sifatnya majemuk, mensarafi faring, laring, esofagus, gaster, dan
kelenjar pencernaan11. Nervus Assesorius
Fungsinya untuk mengkaji otot sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
12. Nervus Hipoglosus Fungsinya pergerakan lidah dalam berbicara dan menelan Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot lidah
Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V
atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah
orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf
cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII.
Saraf trigeminus adalah saraf yang berperan dalam mengirimkan sensasi dari
kulit bagian anterior kepala, rongga mulut dan hidung, gigi dan meninges
(Lapisan otak). Saraf Trigeminus memiliki tiga divisi (mata/oftalmik, rahang
atas/maksilaris dan rahang bawah/mandibula) yang selanjutnya diperlakukan
sebagai saraf-saraf terpisah. Pada divisi mandibula terdapat juga serabut saraf
motorik yang mensarafi otot-otot yang digunakan dalam mengunyah. Saraf
Trigeminus merupakan saraf campuran dimana sebagian besar merupakan
serat saraf sensoris wajah, dan sebagian yang lain merupakan serat saraf
motoris dari otot mastikasi.
Anatomi Nervus Trigeminus
Nervus Trigeminus merupakan nervus cranialis yang terbesar dan melayani
arcus branchialis pertama. Nervus ini mengandung serat-serat
branchiomotorik dan aferen somatik umum (yang terdiri atas komponen
ekteroseptif dan komponen proprioseptif), dengan nuclei sebagai berikut :
a. Nucleus Motorius Nervus Trigemini
Dari Nucleus ini keluar serat-serat branchiomotorik yang berjalan langsung
ke arah ventrolateral menyilang serat-serat pedunculus cerebellaris medius
(fibrae pontocerebellares) dan pada akhirnya akan melayani m. Masticatores
melalui rami motori nervi mandibularis dan m. Tensor Veli Palatini serta m.
Mylohyoideus.
b. Nucleus Pontius, Nervi Trigemini dan Nucleus Spinalis Nervi
Trigemini
Kedua Nucleus ini menerima impuls-impuls eksteroseptif dari daerah muka
dan daerah calvaria bagian ventral sampai vertex.Di antara kedua nucleus di
atas terdapat perbedaan fungsional yang penting : di dalam nucleus Pontius
berakhir serat-serat aferan N. V yang relatif kasar, yang mengantarkan
impuls-impuls rasa raba, sedangkan nucleus spinalis N. V terdiri atas sel-sel
neuron kecil dan menerima serat-serat N. V yang halus yang mengantarkan
impuls-impuls eksteroseptif nyeri dan suhu.
Saraf trigeminal atau saraf kranial ke 5 terutama memberi persarafan pada
kulit muka, konjungtiva dan kornea, mukosa dari hidung , sinus-sinus dan
bagian frontal dari rongga mulut , juga sebagian besar dari duramater. Saraf
ini keluar dari bagian lateral pons berupa akar saraf motoris dan saraf
sensoris. Akar saraf yang lebih kecil, yang disebut juga portio minor nervi
trigemini, merupakan akar saraf motoris.
Berasal dari nukleus motoris dari saraf trigeminal dibatang otak terdiri dari
serabut-serabut motoris, terutama mensarafi otot-otot pengunyah. Dalam
perjalanannya akar saraf ini melalui ganglion disebelah medial dari akar
sensoris yang jauh lebih besar, sebelum bergabung dengan saraf mandibularis
pada saat melalui foramen ovale dari os. Sphenoid. Akar sensoris saraf
trigeminal yang lebih besar disebut dengan portio major nervi trigemini yang
memberi penyebaran serupa dengan akar-akar saraf dorsalis dari saraf spinal.
Akar-akar saraf sensoris ini akan melalui ganglion trigeminal ( ganglion
gasseri ) dan dari sini keluar tiga cabang saraf tepi yaitu cabang optalmikus,
cabang maksilaris dan cabang mandibularis.Cabang pertama yaitu saraf
optalmikus berjalan melewati fissura orbitalis superior dan memberi
persarafan sensorik pada kulit kepala mulai dari fissura palpebralis sampai
bregma ( terutama dari saraf frontalis ) dan suatu cabang yang lebih kecil ke
bagian atas dan medial dari dorsum nasi. Konjungtiva, kornea dan iris,
mukosa dari sinus frontalis dan sebagian dari hidung, juga sebagian dari
duramater dan pia-arakhnoid juga disarafi oleh serabut, saraf sensoris dari
saraf ophtalmikus. Cabang kedua, yaitu saraf maksilaris memasuki fossa
pterygopalatina melalui foramen maksilaris superior memberikan cabang
saraf zygomatikus yang menuju ke orbita melewati fissura orbitalis inferior.
Batang utamanya yaitu saraf infra orbitalis menuju ke dasar orbita melewati
fissura yang sama.
Sewaktu keluar dari foramen infra orbitalis, saraf ini terbagi menjadi
beberapa cabang yang menyebar di permukaan maksila bagian atas dari
wajah bagian lateral dari hidung dan bibir sebelah atas. Sebelum keluar dari
foramen infra orbitalis, didapat beberapa cabang yang mensarafi sinus
maksilaris dan gigi-gigi molar dari rahang atas, ginggiva dan mukosa mulut
yang bersebelahan. Cabang yang ketiga, merupakan cabang yang terbesar
yaitu saraf mandibularis. Saraf ini keluar dari rongga kepala melalui foramen
ovale dari os sphenoid, selain terdiri dari akar-akar saraf motoris dari saraf
trigeminal, juga membawa serabut-serabut sensoris untuk daerah buccal, ke
rahang bawah dan bagian depan dari lidah, gigi mandibularis, ginggiva.
Cabang aurikulo temporalis yang memisahkan diri sejak awal, mensarafi
daearah didepan dan diatas daun telinga maupun meatus akustikus eksternus
dan membrana tympani. Serabut – serabut sensoris untuk duramater yang
merupakan cabang – cabang dari ketiga bagian saraf trigeminal berperan
dalam proyeksi rasa nyeri yang berasal dari intrakranial. Terdapat hubungan
yang erat dari saraf trigeminal dengan saraf otonomik/simpatis, dimana
ganglia siliaris berhubungan dengan saraf ophtalmikus , ganglion
pterygopalatina dengan saraf maksilaris sedangkan ganglion otikus dan
submaksilaris berhubungan dengan cabang mandibularis
Nervus sensori yang terdapat pada bagian rahang dan gigi dalam tubuh kita
berasal dari suatu cabang nervus cranial yang ke-V atau dikenal juga sebagai
nervus.trigeminal.
N. trigeminus berasal dari permukaan anterolateral pertengahan pons varoli
sebagai 2 akar (radices) yaitu: Portio major: radix sensorial yang terdiri atas
komponen-komponen sensorik dan portio minor: radix motorik yang terdiri
atas komponen motorik.
Serabut portio major n. trigeminus muncul dari sisi lateral permukaan ventral
pons varoli sedangkan portio minor dari permukaan pons kira-kira 2mm-
5mm disebelah medioanterior portio major. Radik ini kemudian akan berjalan
ke anterior didalam fossa crania anterior dimana berkas-berkas tersebut akan
bergabung didalam ganglion semilunare gasseri (ganglion trigeminal),
ganglion ini terdapat di suatu lekukan pada duramater yang dinamakan cavum
trigeminus (cavum meckeli). Nervus trigeminus di lepaskan dari ganglion
semilunaris dan memiliki 3 cabang nervus yaitu N. ophtalmicus,N. maxillaris
dan N. mandibularis.
N. ophtalmicus terletak disebelah kaudal, N. mandibularis terletak rostral dan
N. maxillaries diantara keduanya. N. ophtalmicus dan N. maxillaries bersifat
sensorik, sedangkan N. mandibularis bersifat sensorik dan motorik.
Kemudian meninggalkan cavum cranii melalui foramen ovale bersama-sama
dengan N. mandibularis
Nervus Maksilaris
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila,
palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus
trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus
alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu
nervus alveolaris superior anterior, nervus alveolaris superior medii, dan
nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior
mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii
mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial,
nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I
bagian distal serta molar II dan molar III.
Nervus Mandibularis
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior.
Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di
bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi
ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga
cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada
inferior ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada
persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada
mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke
area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam
beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar
ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang
mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid,
terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot
mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi
midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan
dari insisivus sentral dan ligament periodontal.