study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

28
STUDY EKSPLORATORIS KARAKTER KEGURUAN PROFESIONAL Disusun Oleh : Kelompok 7 Mona Suci Oktafiana : 1302090123 Fitrianur : 1302090112 Rohani : 1302090127 Dosen Pengampuh Syarkani, M.pd

Upload: mahasiswa

Post on 23-Jan-2017

173 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

STUDY EKSPLORATORIS KARAKTER

KEGURUAN PROFESIONAL

Disusun

Oleh :

Kelompok 7

Mona Suci Oktafiana : 1302090123

Fitrianur : 1302090112

Rohani : 1302090127

Dosen Pengampuh

Syarkani, M.pd

PROGRAM STUDI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2015

Page 2: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT ,bahwa penulis telah

menyelesaiakan tugas mata kuliah perspektif global dengan membahas materi Studi

Eksploratoris Karakter Keguruan Profesional, Dalam penyusunan dan penulisan tugas atau

makalah ini,tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.Sehingga dalam penulisan makalah

ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan maupun

materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.Untuk itu kritik dan saran dari

semua pihak sangat penulis harap

Dalam pembuatan makalah ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih

kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam memberikan informasi

tentang materi yang terkait. Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan

menjadi motifasi,khususnya bagi penulis.

i

Matangglumpangdua, 17 Oktober2015

                                                                                  

                                                            

Penulis

Page 3: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

A. SIKAP................................................................................................................ 1

1. Pengertian Sikap.......................................................................................... 1

2. Pembentukkan Sikap.................................................................................... 3

3. Struktur Sikap.............................................................................................. 3

4. Kedudukan dan Fungsi Sikap Terhadap Perilaku Manusia........................ 5

5. Masalah Dinamika sikap.............................................................................. 6

B. CIRI – CIRI GURU PROFESIONAL............................................................ 6

1. Beberapa pandangan tentang ciri – ciri guru profesional............................ 2

2. Harapan yang tinggi..................................................................................... 8

3. Melibatkan Siswa......................................................................................... 9

4. Analisis dan sintesis ciri – ciri guru professional........................................ 10

5. Pengelompokkan ciri – ciri guru professional............................................. 11

C. BEBERAPA METODE PENGEMBANGAN SIKAP................................... 11

D. BEBERAPA HASIL SIKAP KEGURUAN.................................................... 11

1. Studi tentang perbedaan moral guru............................................................ 11

2. Orientasi nilai para calon guru..................................................................... 12

3. Hubungan kepribadian calon guru dengan sukses yang didapat dalam

praktik keguruan.......................................................................................... 13

4. Ketetapan minat calon guru untuk bekerja sebagai guru............................. 15

5. Peranan sikap dalam perubahan perilaku..................................................... 16

6. Perbedaan efek perkuliahan efek praktik keguruan terhadap sikap

para calon guru............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

A. SIKAP

1. Pengertian sikap

Pada umumnya setiap ahli ilmu pengetahuan yang membanhas sikap dan mendalami

ilmu tersebut berusaha mengemukakan definisi tentang sikap sehingga timbulah

bermacama-macam definisi sikap. Beberapa diantaranya akan dikemukakan di bawah

ini:

Robert L. Ebel merumuskan sikap itu menjadi empat bagian, yaitu berwujud konsep

diri sendiri, minat, ide, dan niali sebagai berikut : “Self-concepts are attitudes or person

toward him self. Interests are attitudes or desire for certain activities. Ideals are

attitudes of approval of specific things or accomplishment. “ ( Ebel, 1972:523 ). Nampak

disini bahwa, baik konsep-konsep diri sendiri, macam-macam minat, ide-ide, maupun

nilai-nilai, semuanya merupakan awal dari perbuatan seseorang. Perbuatan untuk

memperbaiki diri sendiri memanfaatkan diri sendiri, perbuatan dalam melaksanakan

sesuatu, perbuatan untuk mencapai suatu cita-cita, dan perbuatan untuk mengejar nilai

yang diidam-idamkan.

Thomas dan Znaniecki memandang sikap itu sebagai suatu kesatuan. “ Attitudes are

individual mental processes which determine both the actual and potential responses of

each person in the social world “ ( Allport, 1973: 23 ). Disini sikap dinyatakan secara

lebih tegas merupakan penentu respons actual maupun respons yang masih bersifat

potensi dalam dunia sosial.

Kemudian Wicker mempertegas lagi pengertian sikap dengan mengatakan: “…

attitude is equated with the probability of recurrence of behaviorforms of a given type or

direction “ ( Wicker, 1973:168 ). Sikap adalah probalitas perulangan bentuk perilaku

menuju arah tertentu, jadi sikap merupakan arah bentuk perilaku tertentu.

Keempat definisi tersebut diatas, menunjukan bahwa sikap itu dapat dipandang

sebagai kendali arah perilaku, mulai dari yang masih bersifat potensi sampai kepada

yang berwujud nyata. Secara logis dapat dikemukakan, bahwa bila ingin memperbaiki

terlebih dahulu, perubahan siakap merupakan kunci perubahan perilaku.

Untuk memahami sikap secara lebih baik, perlu diketahui bagaimana cirri-ciri sikap.

Gordon W. Allpport ( 1960:293 ) mengemukakan empat cirri sikap, yaitu :

a. Sebagai bentuk kesiapan untuk merespon.

b. Bersifat individual.

c. Membimbing perilaku.

d. Bersifat bawaan dan hasil belajar.

1

Page 5: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

Sikap sebagai pemberi arah perilaku, sebagai penentu respons terhadap obyek atau

keadaan tertentu, memang merupakan bentuk kesiapan untuk merespons. Seseorang

akan menentukan sikap terlebih dahulu sebelum ia melakukan sesuatu, atau sikap

tertentu suda ada padanya sebelum ia mewujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan

demikian, sikap pada umumnya selalu mendahului perbuatan, maka dikatakanlah sikap

itu sebagai kesiapan untuk berbuat atau merespons.

Sikap individual, artinya tiap-tiap indifidu mempunyai sikap tertentu tehadap suatu

obyek atau keadaan. Mungkin sikap-sikap itu ada persamaannya satu dengan yang lain,

tetapi tidak berarti hal itu persis sama. Sikap terhadap pengembangan kesian tradisional

misalnya, mungkin ada di antara anggota masyarakat yang setuju dan ada yang

menentang dengan alasan mereka masing-masing. Namun sikap diantara mereka yang

setuju tidak mesti persis sama, begitu pula sikap di antara mereka yang menentang.

Sikap ekstroversi adalah sikap yang mengarah ke luar dari individu yang

bersangkutan. Mereka ini mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, mudah

bergaul, tidak segan-segan mengemukakan pikiran dan perasaan, mereka bersifat

terbuka. Sebaliknya orang yang bersifat introversi adalah bersifat menutup diri, sukar

bergaul, pendiam, menyendiri dan agak sukar mengemukakan pikiran, pendapat, dan

perasaannya.

2. Pembentukan sikap

Seperti sudah diuraikan dalam cirri-ciri sikap, bahwa sikap adalah bersifat

pembawaan dan hasil belajar. Perkembangan sikap ini berlangsung perlahan-lahan

mengikuti hokum perkembangan anak. Peranan orangtua sebagai lingkungan anak

amat penting artinya bagi kelangsungan perkembangan sikap seseorang. Sikap orang

tua yang baik terhadap anggota keluarga dan terhadap orang lain, sangat besar

kemungkinan akan dapat mempengaruhi perkembangan sikap anak-anaknya ke arah

yang baik pula.

Makin banyak pengalaman seseorang, makin banyak ia dapat belajar dan makin

kaya sikapnya. Mempelajari sikap sama dengan mempelajari hal lain, yaitu melalui

pancaindera dan keterampilan diteruskan ke otak. Ketiga organ itu bekerja bersama

mengembangkan dan mengarahkan potensi sikap yang sudah ada.

2

Page 6: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

3. Struktur Sikap

Untuk menentukan struktur sikap guna mendapatkan komponen-komponen sikap

biasanya dipergunakan dua macam analisis, yaitu analisis nilai instrumental untuk

mencapai tujuan tertentu dan analisis kognitif, afektif, dan konatif ( McGuire,

1975:153 ).

Dalam analisis nilai instrumental ini, struktur sikap itu tidak mudah diuraikan

menjadi satu-satuan, melainkan merupakan suatu kumpulan persepsi terhadap suatu

obyk atau keadaan tertentu yang dituju oleh seseorang. Orang bersangkutan sudah

mepunyai sejumlah pengertian atau pemahaman tentang apa yang ia inginkan sebagai

obyek tujuan perilakunya.

Seorang profesional yang mengabdi kepada profesinya, biasanya mengarahkan

sikapnya sepenuhnya kepada pencapaian tujuan meningkatkan profesinya. Sikap di

sini betul-betul merupakan alat untuk mencapai tujuan, sebagai kesatuan komposisi

persepsi orang tersebut terhadap profesi yang dikejarnya.

Pendekatan analisis kognitif, afektif dan konatif dalam rangka menemukan struktur

sikap, meninjau sikap itu dari segi ketiga aspek jiwa tersebut di atas. Dengan kata lain,

stuktur sikap itu adalah terdiri dari kognisi, afeksi, dan konassi. Dengan ketiga

komponen sikap inilah seseorang akan mencapai tujuannya.

4. Kedudukan dan Fungsi Sikap terhadap Perilaku Manusia

Sikap itu sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Adapun yang

dikejarkan seseorang, bagaimana pendapatnya, dan bagaimana penilaiannya terhadap

sesuatu, sikapnya selalu member pengaruh besar terhadap perilaku tersebut.

Sikap mempengaruhi pengertian untuk menentukan bagaimana menangani obyek

atau situasi lingkungan tertentu. Sikap hanya kedudukan sebagai perantara.

Perilaku orang yang tidak konsisten dengan sikapnya cukup banyak ditemukan di

masyarakat. Makin lemah pendirian seseorang makin serin g ia berperilaku tidak

konsisten dengan sikapnya. Faktor luar begitu mudah mempengaruhi perilakunya

untuk mencapai keinginannya. Dan kalau factor luar ini dikatakan penyebab sikap

baru, maka sikapnya semula mudah digoyahkan oleh sikap-sikap baru yang terbentuk

karena factor-faktor luar.

3

Page 7: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

Sikap yang berkedudukan sebagai perantara antara variabel bebas dengan variabel

terikat, mempunyai empat fungsi yaitu :

a. Utilatarian ( adaftive ) function.

b. Economy ( knowledge ) function.

c. Expressive ( self-realizing ) function.

d. The ego-defensive function.

Utilatarian adalah fungsi sikap untuk mengadakan penyesuaian diri dalam

lingkungan yang baru, terutama dalam lingkungan sosial.

Fungsi sikap yang kedua adalah fungsi ekonomi atau ilmu pengetahuan, fungsi

sikap yang ketiga adalah fungsi ekspresi dan merealisasi diri. Kalau fungsi ekspresi

bertujuan memperbaiki keadaan dari negative kea rah positif, maka fungsi merealisasi

diri bertujuan meningkatkan keadaan seseorang yang sudah positif kea rah perujudan

diri untuk menemukan identitas diri sendiri.

Pilihan identitas diri ditentukan oleh bakat dan pengalaman seseorang. Orang yang

berkecinambung di bidang pertanian bila ia merealisasi diri cenderung memilih

menjadi petani yang ulung, seseorang pelukis akan berusaha mengidentifikasi diri

sebagai guru profesional, dan sebagainya.

5. Masalah Dinamika Sikap

McGuire ( 1975:266-270 ) menguraikan empat teori perubahan sikap, yaitu :

a. Pendekatan teori belajar.

b. Pendekatan teori persepsi.

c. Pendekatan teori konsisten.

d. Pendekatan teori fungsi.

Teori belajar mengatakan bahwa sikap berubah disebabkan karena ada bahan

pelajaran yang dipelajari oleh individu yang dapat mengubah sikap semula. Bahan-

bahan pelajaran meupakan variabel-variabel pendahulu, sedangkan sikap sebagai

variabel terikat sehingga berubah dari keadaab semula.

Perubahan sikap sehubungan dengan teori belajar ini ditentukan pula oleh intensis

belajar individu itu, oleh kualitas kemampuannya mempelajari bahan pelajaran dan

oleh cara menghidangkan bahan pelajaran. Bila individu cukup mampu belajar dan ia

belajar dengan baik serta sikapnya akan berubah.

4

Page 8: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

Cara menghidangkan bahan pelajaran cukup menentukan perubahan sikap murid-

murid. Guru yang menghidangkan bahan tanpa persiapan terlebih dahulu, mendiktekan

atau berbicara tidak sistematis, kurang sekali menarik perhatian murid-murid.

Cara bersikap ditentukan oleh (1) kesadaran seseorang akan obyek atau

lingkungannya, (2) bukan pada apa yang ada, tetapi pada apa yang dilihat, dan (3)

bagaimana ia mengorganisasi obyek atau lingkungan itu ( Haire, 1964:52). Ketiga

syarat tersebut diatas untuk menentukan sikap seseorang adalah merupakan persepsi

orang itu untuk merubah atau menentukan sikapnya.

B. CIRI-CIRI GURU PROFESIONAL

Guru-guru yang dikembangkan atau dikembangkan kemampuan mendidiknya secara

relative maksimal, akan memiliki yang memadai dalam mendidik murid-murid mereka.

Banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang cirri-ciri guru profesional, namun

tidak ada kesepakatan di antara mereka, tidak ada kesamaan pendapat sendiri-sendiri

walaupun ada kesesuaian.

1. Beberapa pandangan tentang Ciri-ciri Guru Profesional

Pertama-tama guru harus memeperhatikan keadaan lingkungan seolah tempat ia

bekerja. Sebab masyarakat di lingkungan sekolah itu tidak dapat dipisahkan dengan

sekolah. Sekolah akan maju kalau ada dukungan yang baik dari masyarakat, sebaliknya

masyarakat juga akan maju bila calon anggota-anggotanya di didik dan dikembangkan di

sekolah dengan baik.

Di samping melayani kebutuhan masyarakat, guru juga harus mengembagkan cara

berfikir ilmiah, yaitu berfikir berdasarkan data, menyelesaikan masalah dengan

alternative-alternatif serta merumuskan kesimpulan secara kritis dan hati-hati.

Ciri yang lain adalah guru sebagai sumber ilmu pengetahuan, guru harus lebih tahu

dalam bidangnya. Hal ini menuntut setiap guru harus memahami sunguh-sunguh

pengetahuan yang akan dipelajari oleh anak-anak dalam bidang ilmu yang ia bina dan

bersifat terbaru.

Tugas guru yang terakhir adalah mengorganisasi proses belajar murid-murid,

merencanakan bagaimana caranya agar muruid-murid dapat belajar dengan aktif, rajin,

dantekun. Ia harus mengelola segala sesuatu untuk kepentingan itu, termasuk mengatur

sarana, fasilitas, situasi belajar, dan aktivitas murid-murid itu sendiri. Guru adalah motor

penggerak aktivitas murid belajar, terutama bila ada hambatan-hambatan, ketidaklancaran

5

Page 9: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

yang sumbernya pada murid itu sendiri. Guru adalah pembimbing dan konsultan bagi

murid yang menghadapi kesulitan.

Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah system pendidikan. Ia merupakan

ujung tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang

performance guru mereka ( Halsall, 1973 ).

Perilaku guru tidak hanya menentukan kesuksesan atau kegagalan sebuah kurikulum,

tetapi secara independen juga memilki pengaruh terhadap efektivitas sekolah. Secara

kusus seorang guru hendaknya :

Sesering mungkin memanfaatkan pertanyaaan dengan memperhatikan kemampuan

anak yang beragam

Menjaga agar pembelajaran terfokus pada aspek tertentu.

Mempelajari subjek yang terlalu beragam dalam satu jam mata pelajaran bisa

mengurangi interaksi guru-siswa. Guru dan siswa masing-masing disibukkan oleh

pekerjaan yang menumpuk. Rutinitas yang cenderung membuang-buang waktu

menjadi semakin meningkat

Menjaga agar siswa atau kelas selalu berorientasi pada belajar

Mempertahankan perkembangan belajar pada tingkatan yang relative cepat

Memastikan bahwa rutinitas dan peraturan kelas dipahami dengan baik, sehingga

mengurangi kemungkinan siswa menemui guru hanya untuk meminta petunjuk atau

bimbingan

Menciptakan suasana kelas dimana siswa merasa leluasa bisa meminta pertolongan,

terutama bagi siswa yang berasal dari latar belakang ekonomi lemah.

2. Harapan yang Tinggi

Seseorang akan sukses jika ia merasa yakin bahwa ia akan sukses. Demikian juga,

seseorang akan mengalami kegagalan jika ia menyangka bahwa ia akan gagal.

Harapan atau keyakina yang tidak harus dating dari diri sendiri tapi juga dari orang

lain; dari harapan-harapan, doa-doa,dan keyakinan orang lain baik orangtua, tema, guru,

atau siapa saja. Bruner ( 1988 ) menunjukan bahwa secara psikologis seseorang akan

menunjukan bahwa secara psikologis seseorang akan melakukan apa yang orang lain

harapkan untuk ia lakukan. Demikianlah, ekspetasi ( harapan ) seorang guru secara positif

berpengaruh terhadap kesuksesan siswa.

Seperti Creemers, Samdaal et al ( 1999 ) juga menemukan bahwa harapan atau

kepercayaan yang berlebihan bisa meemukaqn bahwa harapan atau kepercayaan ayang

6

Page 10: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

berlebihan bisa menurunkan prestasi belajar siswa. Finn ( 1989 ) menemukan bahwa

harapan yang tidak rasional, biasanya terjadi ketika ekspektasi melampaui tingkat

kemampuan siswa,kemungkinan besar mengakibatkan rasa keterasingan dan kegagalan.

3. Melibatkan Siswa

Upaya melibatkan siswa telah menjadi fenomena yang cukup berkembangan dalam

pendidikan akhir-akhir ini. Hanya saja, belum cukup banyak siswa yang ikut terlibat dan

mempengaruhi proses pembuatan progan belar-mengajar di sekolah.

Menurut studi Potts ( 1986 ),siswa akan belajar dengan efektif bila kurikulum

dikembangkan secara gradual berdasarkan kebutuhan dan kepentingan siswa. Finn (1989)

menemukan bahwa siswa yang memilki masalah dengan perilakunya merasa tersisihkan

jika kurikulum yang diajarkan kepada mereka tidak didisain sesuai dengan kebutuhan

mereka, terlebih lagi jika peraturan-peraturan sekolah tidak disusun secara fair dan efektif

dengan melibatkan mereka.

Schafer dan Polk ( 1972 ) menjelaskan empat manfaat yang bisa diperoleh bila siswa

dilibatkan dalam membuat peraturan-peraturan sekolah atau kelas:

a. Keterlibatan siswa yang tinggi dalam kegiatan sekolah;

b. Menjaga dan mendukung ide-ide, kreatifitas dan inovasi yang potensial dan

bermanfaat;

c. Karena merasa tidak terselisih dalam kehidupan sekolah, maka siswa tidak akan

mencari “pemuasan” di luar sekolah.

d. Memaksimalkan aktivitas belajar mengajar karena siswa memiki banyak pilihan dan

kesempatan untuk saling membantu.

Selanjutnya, dikatakan pula bahwa guru harus member latihan kepada anak-anak.

Tugas guru yang lain adalah melaksanakan bimbingan. Tugas guru juga dikatakan tidak

bisa lepas dari tugas administrasi. Sebab setiap guru mempunyai kesempatan untuk

menjadi administrator.

4. Analisis dan Sintesis Ciri-ciri Guru Profesional

7

Page 11: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

Komponen-komponen ciri guru profesional dari Asean Programme of Education

Innovation ( APEID ) yang diuraikan dalam halaman-halaman terlebih dahulu:

Menghubungkan murid dengan kebudayaan lingkungan.

Membimbing ke arah berfikir ilmiah.

Merupakan sumber ilmu pengetahuan tertentu dengan belajar seumur hidup.

Mengorganisasi belajar murid-murid, sebagai promotor, sebagai fasilitor, sebagai

organisator, sebagai korektor, dan sebagai manager belajar murid.

Sebagai pembimbing atau penghubung anak terhadap lingkungannya yang masih

kabur.

Mengembangkan filsafat moral anak dan pandangan positif terhadap dunia.

Mengembangkan kreativitas dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi

masa yang akan datang.

Sebagai koordinator lembaga-lembaga non formal di luar sekolah.

Sebagai petugas pendidikan sosial.

Mengintegrasikan pengetahuan untuk kepentingan sekolah dan masyarakat.

5. Pengelompokkan ciri-ciri guru profesional

Ciri-ciri guru profesional tersebut diatas kemudian dibagi menjadi lima kelompok.

Pengelompokan itu diserahkan kepada analisis peranan atau fungsi guru dan tujuan

pendidikan guru yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan diuraikan pada bagian

berikut ini. Peranan atau fungsi dan tujuan pendidikan guru tersebut dicari komponen-

komponenya menurut jenis aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam proses pendidikan.

Bila peranan guru tersebut di atas dianalisis, peranan pertama mengharuskan guru-

guru menguasai ilmu pengetahuan, mereka sebagai sumber ilmu pengetahuan. Peranan

yang kedua berhubungan dengan tugas guru memberikan paket-paket pemikirannya

sebagai bahan pertimbangan dengan tugas guru memberikan paket-paket pemikirannya

sebagai bahan pertim bangan bagi murid-murid dalam mengembangkan dirinya.

Peranannya yang ketiga menuntut kemampuan guru-guru untuk memberikan suatu

metode memahami bahan pelajaran kepada murid-murid. Peranan keempat menuntut

perilaku guru-guru sebagai artis pengelola jiawa murid, agar mereka mampu melihat

dunia guru sebagai artis pengelola jiwa murid, agar mereka mampu melihat dunia secara

positif, tahu persoalan-persoalannya, dan dapat hidup wajar didalamnya. Peranan kelima

mengharuskan guru-guru mampu memperhalus jiwa, mempertinggi budi murid-murid.

Keempat peranan terakhir dapat dikelompokan menjadi satu, yaitu kemampuan guru

8

Page 12: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

dalam menyajikan bahan pelajaran. Sedangkan peranan ke enam menuntut guru-guru

melaksanakan nilai-nilai hidup yang baik, ini merupakan segi efeksi guru.

C. BEBERAPA METODE PENGEMBANGAN SIKAP

Dalam memperbaiki sosial ekonomi negara-negara berkembang.Renes (1969:69)

mengemukakan pengembangan sikap. Keadaan masyarakat sulit diperbaiki kalau sikap

angota-angotanya belum berubah.

Selanjutnya, dikatakan bahwa pendidikan yang sifatnya mengembangkan kognisi dan

keterampilan kurang banyak manfaatnya dalam memajukan masyarakat negara

berkembang bila tidak dilandasi oleh pengembangan sikap. Dia menghendaki

pengembangan sikap sebagai fondasi yang kuat inilah akan muncul perkembangan-

perkembangan kognisi dan keterampilan.

Jadi untuk mengembangkan sikap seseorang dibutuhkan suatu pendekatan penampilan

kata hati. Penampilan kata hati menyangkut masalah keyakinan dan kepercayaan. Teori

pengembangkan sikap yang lain dikemukakan oleh John V. Gilmore dalam buku The

productive Personality, yang membahas tentang pengembangan sikap sebagai dasar

pembentukan perilaku yang produktif.

Perkembangan kepribadian berlangsung melalui proses identifikasi, yang dimulai

sejak baru lahir. Tetapi tidak semua kepribadian akan menjadi pribadi produktif. Hal ini

bergantung kepada sifat lingkungan anak. Agar anak berkembang menjadi pribadi

produktif diperlukan lingkungan yang hangat dan empatik.

Factor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap adalah:

a. Sumber komunikasi yang baik, seperti kejujuran si pembicara, prestise si pembicara,

menyenangkan para pendengar, ada unsure kesamaan antara si pembicara merupakan

satu kelompok dengan si pendengar.

b. Cara berkomunikasi yang baik, seperti tuntutan yang tidak jauh berbeda dengan

sikapsemula agar seseorang tidak menolak, sikap harus diubah sedikit demi sedikat.

Komunikasi dua arah yaitu dengan menjelaskan sikap-sikap yang lain selain sikap yang

diinginkan, agar murid dapat menimbang sendiri. Komunikasi disimpulkan oleh

pembicara atau guru untuk murid yang bodoh atau untuk masalah yang kompleks, bagi

murid yang pandai atau masalah yang sederhana dapat disimpulkan sendiri oleh murid.

Efektivitas komunikasi dapat berada pada kesan pertama dan terakhir, bergantung

kepada situasi dan atau tingkat kritis, efektivitas komunikasi semakin meningkat sejajar

dengan peningkatan kualitas dan kuantitas informasi.

9

Page 13: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

c. Situasi yang menguntungkan, seperti situasi yang memberikan reinforcement, situasi

yang menimbulkan rasa takut bila bersikap baru, situasi yang menimbulkan sikap agresif

untuk merubah sikap, dan situasi yang menganggu perhatian subyek atau murid terhadap

sikap lama.

d. Pribadi si pendengar, seperti gambaran diri sendiri, intelengensi, dan bentuk

pertahanan. Pertahanan rendah lebih mudah diubah sikapnya daripada yang tinggi,

wanita lebihy mudah diubah sikapnya daripada laki-laki. Makin besar perhatian terhadap

komunikasi makin mudah diubah sikapnya. Orang yang tidak diberi tahu sebelumnya

tentang informasi tertentu lebih mudah terpengaruh daripada bila diberi tahu selamanya.

Teori pengembangan sikap ada memiliki tiga komponen besar sebagai berikut:

a. Komponen lingkungan

b. Komponen bentuk perkembangan perantara untuk menuju pada sikap yang

diinginkan

c. Komponen peranan guru dengan teknik-teknik pembantu dalam mengembangkan

sikap.

Kedudukan guru dalam mengembangkan sikap adalah sebagai:

a. Teknik mengadu gagasan menekankan munculnya ide-ide baru, termasuk

bagaimana bersikap terhadap masalah baru

b. Teknik latihan hubungan antar manusia menekankan intropeksi dalam bidang

kepribadian,termasuk sikap kita terhadap orang lain atau terhadap sesuatu

c. Teknik latihan motivasi menekankan intropeksi dalam bidang kemampuan dan

memotivasi diri, termasuk dalam usaha merubah sikap

d. Teknik sinektik bertujuan mengembangkan sikap baru terhadap sesuatu

e. Teknik simulasi menekankan kemampuan mengidentifakasi dan menghayati

peranan orang yang dimainkan, agar dapat bersikap yang tepat tehadapnya

f. Teknik pengembangan afeksi, antara lain bertujuan mengembangkan menghayati

dan bersikap tepat terhadap sesuatu

g. Teknik berkomunikasi yang baik seperti perlakuan dalam mengubah sikap harus

dilakukan secara perlahan-lahan, teratur, dan berkelanjutan serta murid-murid diberi

kesempatan memepertimbangkan.

D. BEBERAPA HASIL PENELITIAN SIKAP KEGURUAN

1. Studi tentang perbedaan Moral Guru

10

Page 14: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

Suatu studi tentang perbedaan moral guru diselenggarakan di Universita Purdue,

Indian, Amerika serikat (Rempel, 1970:534-539). Hasil studi ini dipergunakan untuk

menyeleksi dan mengidentifikasi elemen-elemen tanggung jawab guru. Sampel yang

diambil adalah sebanyak 3075 orang guru sekolah menengah pada 60 sekolah di Indiana

dan 16 sekolah di Oregon.

Sesudah data mengenai factor-faktor moral dianalisis dengan analisis variasi,

penelitian ini meberi hasil sebagai berikut :

a. Skor rata-rata antara guru-guru di Indiana dan Oregon berbeda sedikit; skor rata-rata

guru di Indiana lebih tinggi, tetapi guru-guru di Oregon lebih puas akan gaji, fasilitas

dan pelayanan sekolah, desakan masyarakat dan dukungan masyarakat.

b. Skor rata-rata guru wanita lebih tinggi secara berarti daripada skor kepuasan dalam

mengajar, dan desakan masyarakat.

c. Skor rata-rata moral guru-guru yang bergelar guru yang MA berbeda secara berarti

dengan guru-guru yang bergelar BA dalam factor kepuasan mengajar, problem

kurikulum, fasilitas dan pelayanan sekolah, dan desakan masyarakat.

d. Skor rata-rata guru yang berumur 26 tahun-35 tahun lebih rendah secara berarti

daripada guru-guru yang berumur 25 tahun ke bawah, dalam factor gaji, tugas guru,

dan problem kurikulum

e. Guru-guru pada sekolah yang lebih luas puas akan gaji, problem kurikulum,

dukungan masyrakat, dan fasilitas serta pelayanan sekolah.

f. Moral guru-guru berhubungan secara menyakinkan dengan pengalamannya.

g. Ada korelasi tinggi antara tingkat gaji dengan tingkat moral, kecuali terhadap tugas-

tugas guru.

h. Tidak ada pebedaan moral yang berarti di antara guru-guru vak (mata pelajaran).

i. Tidak ada perbedaan moral yang berarti di antara guru-guru sekolah kejujuran dan

guru-guru sekolah umum.

2. Orientasi Nilai Para Calon Guru

11

Page 15: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

Wannamaker (1970:544-550) menulis tentang studi yang bertujuan membandingkan

orientasi nilai antara calon guru sekolah dasar dengan calon guru sekolah menengah

pertama. Mereka mengaharap hasil penelitian ini sesudah digabungkan dengan hasil-

hasil penelitian lain yang sejenis, dapat dipakai dasar merencanakan program pendidikan

guru selanjutnya.

DVI diberikan pada awal studi para calon guru. Datanya sesudah dianalisis

memberikan hasil sebagai berikut:

a. Nilai-nilai yang dimiliki oleh calon guru sekolah dasar menunjukan kepada orientasi

darurat.

b. Calon guru sekolah dasar dan calon guru sekolah menengah pertama mendapat skor

rata-rata yang sama, hanya skor calon guru terakhir lebih lebar distribusinya.

c. Skor untuk calon guru sekolah dasar tidak berbeda secara berarti ditinjau dari segi

pekerjaan orangtua, sebagai tenaga profesi, usahawan, pegawai, pekerja terampilan,

non terampilan, dan petani; kecuali anak-anak para petani mendapat skor lebih tinggi

secara berarti daripada anak-anak para pekerja non terampil.

3. Hubungan Kepribadian Calon Guru dengan Sukses yang Didapat dalam

Praktik Keguruan

Suatu penelitian tentang hubungan antara kepribadian calon guru sekolah menegah

dengan sukses yang diperoleh selama praktik keguruan (Henyum,1969:143-147)

dilaksanakn di Universitas Minnesota, dengan populasi 78 orang mahasiswa yang

berpraktik pada 45 sekolah menengah.

Penelitian mempergunakan dua instrumen yaitu: Sixteen Presonality Factor

Questionnaire buatan Cattel yang diberikan kepada para calon guru sebelum mereka

mengajar, dan Reaction Inventory buatan Hoyt Grim dengan isi :

a. Kualitas pengendalian kelas

b. Jelasnya tujuan pengajaran

c. Kerjasama murid dalam kelompok

d. Kualitas insentif

e. Tingkat motivasi

f. Pemenuhan kebutuhan murid

g. Pengajaran individual.

4. Ketetapan Minat Calon Guru untuk Bekerja Sebagai Guru

12

Page 16: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

Suatu penelitian lain ditunjukan untuk mengidentifikasi sikap dan kepribadian calon

guru pada waktu permulaan memasuki lembaga pendidikan guru, untuk membedakan

mana di antara mereka kemudian akan terus menjadi guru dan mana yang tidak (Linden,

1969:351-359).

Hipotesa yang dikemukakan adalah calon guru yang kemudian memasuki jabatan

guru, akan menunjukan sikap dan kepribadian yang berbeda baik pada waktu kuliah

maupun pada waktu mengikuti praktik keguruan dengan calon guru yang kemudian tidak

menjadi guru, perbedaan ciri tersebut di atas akan diwujudkan dalam kriterium status

kelompok dari segi jenis kelamin, mayor dan tingkatan mata pelajaran yang diambil.

5. Peranan Sikap dalam Perubahan Perilaku

Elmer B. Jacobs (1968:410-415) dari Universitas IIIinos meneliti peranan sikap

dalam perubahan perilaku. Survei dilakukan terhadap 550 mahasiswa pada waktu

mahasiswa masih kuliah dan 457 mahasiswa dalam melaksanakan praktik keguruan pada

lima lembaga pendidikan guru. Skala sikap diberikan dua kali, yaitu pada awal semester

dan pada akhir semester.

Perubahan sikap pada waktu mengikuti praktik keguruan mungkin merupakan reaksi

terhadap birokrasi organisasi; inilah yang mungkin disebut “bureaucratic Shock”.

Walaupun para mahasiswa sudah disiapkan di falkultas untuk mempengaruhi hal itu ke

arah yang lebih baik, tetapi rupa-rupanya sedikit sekali hasilnya.

6. Perbedaan Efek Perkuliahan Efek Praktik Keguruan terhadap Sikap Para

Calon Guru

Rolf E. Muss (1966:185-189) dari Goucher College, Towson, Maryland, menulis

tentang studi yang bertujuan mencari perbedaan efek perkiuliahan dengan efek praktik

keguruan terhadap sikap mahasiawa calon guru. 52 mahasiswa lembaga pendidikan guru

lima tahun yang disiapkan untuk guru sekolah dasar diberi tes Minnesota Teacher

Attitude Inventory (MTAI) sebanyak tiga kali. Pertama, ketika baru dua atau tiga hari

menginjak kampus; kedua sesudah selesai kuliah dan akan mulai melaksanakan praktik

keguruan;dan ketiga sesudah selesai melakukan praktik keguruan.

Penelitian ini menunjukan bahwa sika, nilai-nilai, dan cara mengajar dapat

ditingkatkan secara berarti melalui progam latihan yang insentif. Hasil-hasil penelitian

tersebut terutama yang berhubungan dengan sikap keguruan caln guru, akan ditemukan

hal-hal sebagai berikut:

13

Page 17: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

a. Orientasi nilai para calon guru tidak bersifat tradisioanl, tetapi bersifat kontinum,

mengarah ke nilai-nilai baru

b. Agar memperoleh sukses mengajar di sekolah menengah pertama diperlikan

kepribadian khusus seperti kematangan emosi, pengalaman, ekstroversi, dan

penyesuain sosial

c. Agar memperoleh sukses mengajar disekolah menegah atas, diperlukan intelenjesi

tinggi dan antusiasme

d. Tidak dapat ditentukan sejak awal maupun selama studi siapa diantara calon guru

yang akan terus menjadi guru, dan siapa yang tidak akan bekerja sebagai guru. Hal

ini hanya dapat ditentukan sesudah satu tahun tamat studi di lembaga pendidikan

guru

e. Sikap calon guru meningkat ke arah positif selama mereka studi, tetapi menurun

kembali selama melaksanakan praktik keguruan

f. Sikap yang meningkat berhubungan dengan pelajaran-pelajaran keguruan, diskusi-

diskusi, interaksi mahasiswa yang bertujuan sama, dan sebagainya

g. Ada hubungan yang berarti antara persepsi mahasiswa tentang tugas guru yang

didapat dalam pengalaman mengajar dengan perubahan sikapnya

h. Sikap nilai-nilai, dan cara mengajar dapat dirubah atauditingkatkan melalui progam

latihan yang intensif.

14

Page 18: Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc

DAFTAR PUSTAKAFathurrahman, Pupuk. ( 2012 ). Pengembangan profesional Guru. Bandung: PT. Refika

Aditama.

15