studi kasus asuhan keperawatan keluarga...

43
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. S DENGAN DEMAM TIFOID PADA KELUARGA TN. S DI DESA TUBAN KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR DI SUSUN OLEH: ADIKTIYA LIHANINTO KURNIAWAN NIM. P.10001 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

Upload: trinhnguyet

Post on 12-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. S DENGAN

DEMAM TIFOID PADA KELUARGA TN. S DI DESA TUBAN KIDUL

KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH:

ADIKTIYA LIHANINTO KURNIAWAN

NIM. P.10001

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. S DENGAN

DEMAM TIFOID PADA KELUARGA TN. S DI DESA TUBAN KIDUL

KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

ADIKTIYA LIHANINTO KURNIAWAN

NIM. P.10001

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Adiktiya Lihaninto Kurniawan

NIM : P. 10001

Program Studi : D III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA

An. S DENGAN DEMAM TIFOID PADA KELUARGA Tn. S DI DESA TUBAN

KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Juni 2013

Yang Membuat Pernyataan

Adiktiya Lihaninto Kurniawan

NIM P.10001

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Adiktiya Lihaninto Kurniawan

NIM : P. 10001

Program Studi : D III Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA An.S

DENGAN DEMAM TIFOID PADA KELUARGA Tn.S

DI DESA TUBAN KIDUL KECAMATAN

GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmia Prodi

D III keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari / tanggal : Jumat / 07 Juni 2013

Pembimbing : Nurma Rahmawati, S.Kep., Ns ( )

NIK. 201186076

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

iv

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. S

DENGAN DEMAM TIFOID PADA KELUARGA TN. S DI DESA TUBAN

KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat membina ilmu di STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan, pembimbing, dan penguji yang telah memberikan kesempatan

untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

3. Nurma Rahmawati S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing yang berkenan

memberikan masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian

sidang serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

vi

4. Amalia Agustin, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II yang berkenan

memberikan masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian

sidang serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji III yang berkenan

memberikan masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian

sidang serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Progam Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orangtua saya yang selalu menjadi inspirasi, doa dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII KeperawatanSTIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Juni 2013

Penulis

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME…………………………….. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. iv

KATA PENGANTAR …………………………………………………. v

DAFTAR ISI …………………………………………………………… vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Lalar Belakang………………………………………… 1

B. Tujuan Penulisan ………………….............................. 5

C. Manfaat Penulisan ………………................................. 6

BAB II LAPOKAN KASUS

A. Data Umum Keluarga …………………………….….. 7

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga ……….. 9

C. Diagnosa Keperawatan ………………………………. 11

D. Perencanaan keperawatan ……………………… …… 12

E. Implementasi Keperawatan ………………………….. 13

F. Evaluasi Keperawatan ……………………………….. 15

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

viii

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan…………………………………………… 17

B. Simpulan ……………………………………………... 27

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Penghitungan skoring diagnosa keperawatan keluarga

Tn.S................................................................................. 12

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 : Genogram Keluarga Tn. S .............................. 8

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 3 : Log Book

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan manusia dapat dilihat dalam rentang sehat sakit. Dimana

rentang sehat sakit ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian status

kesehatan yang dinamis dan dapat menjadi batasan oleh seorang perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan yang jelas. Konsep sehat sakit

adalah bentuk pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang

sehat sampai sakit. Berdasarkan rentang sehat - sakit tersebut, maka

paradigma keperawatan dalam konsep sehat - sakit memandang bahwa

bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan selama sehat dan

sakit, apakah statusnya dalam tahap setengah sakit, sakit atau sakit kronis

sehingga akan diketahui tingkatan asuhan keperawatan yang akan

diberikan serta tujuan yang ingin diharapkan dalam meningkatkan status

kesehatan.

Rentang sakit digambarkan mulai dari setengah sakit, sakit, sakit

kronis dan berakhir dengan kematian, sedangkan rentang sehat dapat

digambarkan mulai sehat normal, sehat sekali dan sejahtera, sebagai status

sehat paling tinggi. Rentang ini merupakan suatu alat ukur dalam menilai

status kesehatan yang bersifat dinamis dan selalu berubah dalam setiap

waktu (Hidayat, 2007). Menurut Mubarak (2008), penyakit adalah saat

1

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

2

dimana kondisi seseorang sakit, dan tidak mampu memenuhi

kebutuhannya sendiri.

Menurut Stoppard (2010), tifoid adalah penyakit yang ditimbulkan

bakteri Salmonella tifosa, bakteri ini berkembang biak di usus, gejala

penyakit muncul 7 hari sampai 14 hari setelah terinfeksi berupa sakit

kepala, demam tinggi, batuk kering dan nyeri perut. Demam tifoid adalah

penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella tifosa. Penyakit ini

dapat menyerang tubuh melalui makanan atau minuman yang

menyebabkan infeksi usus halus. Menurut Ardiansyah (2012), tifoid

adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan pada aliran darah,

yang di sebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi

A, B, dan C, yang terkadang juga dapat menyebabkan gastroenteritis

(keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus). Kuman –

kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan dan berkembang biak

di dalamnya. Setelah berkembang biak, bakteri kemudian menembus

dinding usus menuju saluran linfe dan masuk ke dalam pembuluh darah

dalam waktu 24 sampai 72 jam.

Besarnya kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan

karena penyakit tersebut dikenal mempunyai gejala dengan spektrum

klinis yang sangat luas. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun

2009, demam tifoid menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak

pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus,

yang meninggal 1.747 orang sebesar 1,25 persen. Sedangkan berdasarkan

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

3

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid atau paratifoid juga

menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di

rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus, yang meninggal 274

orang dengan sebesar 0,67 persen. Menurut Riset Kesehatan Dasar

Nasional tahun 2007, prevalensi tifoid klinis nasional sebesar 1,6 persen.

Sedang prevalensi hasil analisa lanjut ini sebesar 1,5 persen yang artinya

ada kasus tifoid 1.500 per 100.000 penduduk Indonesia. Tifoid klinis

dideteksi di Provinsi Jawa Tengah dengan prevalensi 1,61 persen dan

tersebar di seluruh Kabupaten atau Kota dengan prevalensi yang berbeda-

beda di setiap tempat. Prevalensi tifoid di Kabupaten Semarang sebesar

0,8 persen (Pramitasari, 2013). Di Puskesmas Gondangrejo didapatkan

kasus dengan penderita tifoid sebanyak 51 orang dari jumlah penduduk

sebanyak 72.598 penduduk atau sebesar 0,14 persen (Puskesmas

Gondangrejo, 2013).

Salah satu aspek terpenting dalam keluarga adalah keluarga.

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari berhubungan

dengan kita. Keadaan ini perlu disadari sepenuhnya bahwa setiap individu

merupakan bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan

tanpa hambatan yang berarti. Menurut friedman (1998), keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan kriteria aturan

dan emosional, individu mempunyai peran masing - masing yang

merupakan bagian dari keluarga (Suprajitno, 2012). Keluarga mempunyai

lima fungsi keluarga yang pertama yaitu keluarga mengenal masalah

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

4

kesehatan yaitu mengkaji keluarga tentang sejauh mana keluarga

mengetahui atau mengenal fakta – fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang

mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah. Kedua

membuat keputusan tindakan yang tepat yaitu keluarga harus bisa

mengambil keputusan tentang tidakan yang harus diambil dalam

menentukan masalah. Ketiga memberi perawatan pada anggota keluarga

yang sakit. Keempat memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana

lingkungan rumah yang sehat yaitu keluarga mampu menciptakan

lingkungan yang mencakup tentang pentingnya sanitasi yang bersih,

manfaat lingkungan yang sehat, dan kekompakan antar anggota keluarga

dalam pemeliharaan lingkungan yang sehat. Dan yang kelima merujuk

pada fasilitas kesehatan masyarakat yaitu melakukan tindakan yang lebih

lanjut dalam memberikan perawatan pada keluarga.

Berdasarkan dari kelima fungsi keluarga tersebut salah satunya

adalah fungsi perawatan anggota keluarga yang sakit. Fungsi ini untuk

mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki

produktifitas yang tinggi. Untuk mempertahankannya dalam perspektif,

fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan – kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggal dan

perawatan kesehata (Efend, 2009)

Berdasarkan hasil studi pengkajian yang penulis lakukan di

Puskesmas Gondangrejo terhadap keluarga Tn. S yaitu khususnya An. S

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

5

menderita penyakit tifoid. Ny. S mengatakan An. S panas tinggi. Saat

dilakukan pemeriksaan fisik pada An. S didapatkan suhu tubuh An. S 38,5

derajat celsius. Saat diberi informasi bahwa An. S harus di opname

keluarga menolak dan meminta agar An. S di rawat di rumah saja.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus tersebut

dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada

An. S dengan Demam Tifoid pada Keluarga Tn. S di Desa Tuban Kidul,

Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan asuhan keperawatan keluarga pada An. S dengan demam

tifoid pada keluarga Tn. S di desa Tuban Kidul Kecamatan

Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. S dengan demam

tifoid pada keluarga Tn. S.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. S

dengan demam tifoid pada keluarga Tn. S.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An. S

dengan demam tifoid pada keluarga Tn. S.

d. Penulis mampu melaksanakan implementasi pada An. S dengan

demam tifoid pada keluarga Tn. S.

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

6

e. Penulis mampu melaksanakan evaluasi pada An. S dengan demam

tifoid pada keluarga Tn. S.

C. Manfaat Penulisan

Laporan ini semoga bermanfaat bagi :

1. Manfaat bagi Institusi

a. Puskesmas

Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, khususnya dalam

pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

b. Pendidikan

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang

akan datang.

2. Manfaat bagi penulis

Penulis dapat mendapatkan pengetahuan, pengalaman, wawasan dan

mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan demam

tifoid.

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

7

BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang studi kasus yang dilakukan

pada An. S dengan demam tifoid pada keluarga Tn. S, pengkajian yang

dilakukan tanggal 22 April 2013 di desa Tuban Kidul, Kecamatan

Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Studi kasus ini dimulai dari tahap

pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

A. Data Umum Keluarga

Hasil dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 April 2013

pukul 13.00 WIB di desa Tuban Kidul kecamatan Gondangrejo dengan

alloanamnesa, melakukan pengamatan atau pemantauan langsung, dan

pemeriksaan fisik. Dari data pengkajian di dapatkan hasil nama kepala

keluarga Tn. S, umur 70 tahun, alamat Tuban Kidul Kecamatan

Gondangrejo. Tn. S bekerja sebagai petani dan sebagai pengrajin keset

dari serabut kelapa, pendidikan terakhir Tn. S adalah sekolah dasar.

Komposisi keluarga Tn. S yaitu Tn. S umur 70 tahun, berjenis kelamin

laki – laki, sebagai kepala keluarga, dan pekerjaan sebagai petani, Ny. S

umur 50 tahun, berjenis kelamin perempuan, hubungan keluarga istri dari

Tn. S, pekerjaan petani, dan An. S umur 10 tahun, berjenis kelamin laki –

laki, hubungan dengan keluarga sebagai anak dari Tn. S. Ayah dan ibu

7

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

8

Tn. S. Struktur keluarga dari Tn. S dapat dilihat pada gambar genogram

dibawah ini :

Ny. S 50 thn

Tn. S, 70 thn N

An. S umur 10 tahun

Gambar 2.1 genogram keluarga Tn. S

Keterangan :

: Laki – laki sudah meniggal

: laki - laki

: Perempuan sudah meninggal

: Perempuan

: Klien

: Tinggal serumah

Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 berdasarkan

didapatkan tipe dari keluarga Tn. S adalah keluarga inti dengan komposisi

yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak yang masih di bangku

sekolah. Penghasilan keluarga Tn. S berasal dari bertani dan sebagai

pengkrajin keset dari sabut kelapa, rata – rata penghasilan Tn. S yaitu Rp.

500.000.- / bulan, yang di pergunakan untuk keperluan sehari- hari seperti

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

9

makan sehari – hari, kebutuhan rumah dan di pergunakan untuk

membiayai sekolah An. S. Tn. S tidak memiliki tabungan khusus buat

kesehatan. Barang berharga yang dililiki oleh Tn. S adalah cincin emas,

televisi, dan sepeda ontel. Keluarga Tn. S mengatakan jarang pergi

ketempat rekreasi secara bersama dan biasanya hanya berkumpul di rumah

sambil meliat televisi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 berdasarkan

riwayat dan tahap perkembangan keluarga, didapatkan tahap

perkembangan pada keluarga Tn. S pada saat ini termasuk dengan

keluarga dengan anak usia sekolah (6 tahun sampai 13 tahun), tugas

perkembangan keluarga antara lain.

Tahap perkembangan yang pertama membantu sosialisasi anak

terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas,

dimana Tn. S mengatakan apabila An. S pergi bermain harus pulang

sebelum pukul 15.00 WIB, dan setelah pulang sekolah harus pulang

kerumah terlebih dahulu baru kemudian pergi bermain.

Tahap perkembangan yang kedua adalah mendorong anak untuk

mencapai perkembangan daya intelektual, Tn. S mengatakan An. S harus

menyelesaikan sekolah sampai setinggi – tingginya. Tahap perkembangan

yang ketiga adalah memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya

kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

10

Tahap perkembangan yang keempat adalah menyesuaikan pada

aktifitas komuniti dengan mengikut sertakan anak, Tn. S mengajarkan

kepada An. S untuk mengikuti kegiatan di kampungnya seperti pengajian.

Tahap perkembangan keluarga yang belum tercapai pada keluarga

Tn. S adalah memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya

kehidupan dan kesehatan anggota keluarga, dimana Tn. S mengatakan

belum bisa memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya

kehidupan dan biaya kesehatan anggota keluarganya. Dikarenakan

penghasilan yang didapat tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari

dengan penghasilan Tn. S rata - rata Rp. 500.000,- per bulan.

Riwayat keluarga inti, Tn. S mengatakan sudah menikah 33 tahun

dan dikaruniai tiga orang anak, Tn. S mengatakan bahwa dirinya sering

mengalami pusing dan pegal - pegal pada tengkuk dan Tn. S mengatakan

bahwa dirinya ada keturunan hipertensi dari ibunya. Pada Ny. S

mengatakan tidak ada keluhan dan tidak ada penyakit keturunan.

Sedangkan pada An. S mengeluhkan badannya terasa panas, setelah dikaji

suhu An. S yaitu 38,5 derajat celsius, dan badan An. S teraba panas, dan

badan terasa lemas.

Fungsi keluarga pada Tn. S yaitu fungsi perawatan keluarga

karena keluarga Tn. S belum mampu mengenal masalah kesehatan pada

anggota keluarga yang sakit dengan keadaan An. S yang mengalami panas

dan hanya dibelikan obat – obatan dari warung tetapi panas An. S tidak

kunjung turun. Keluarga Tn. S belum mengetahui tentang tifoid, tanda

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

11

gejala yang ditimbulkan oleh tifoid, kemudian rasa takut yang di alami

oleh salah satu dari anggota keluarga Tn. S serta sifat dan filsafah hudup

yang dialami keluarga Tn. S.

Terapi obat yang diberiakn kepada An. S dari Puskesmas

Gondangrejo yaitu parasetamol dengan dosis 500 miligram diminum tiga

kali per hari, antasida dengan dosis 200 miligram diminum tiga kali per

hari, vitamin B 6 dengan dosis 10 miligram diminum tiga kali per hari, dan

kloramfenikol dengan dosis 250 miligram diminum tiga kali perhari.

Hasil pemeriksaan fisik atau head to toe yang dilakukan pada An.

S yang dilakukan pada tanggal 23 April 2013 di dapatkan data sebagai

berikut suhu tubuh An. S 38,5 derajat celsius, nadi 84 kali per menit,

pernafasan 20 kali per menit, berat badan 15 kilogram, dan tinggi badan

110 centi meter. Keluhan yang dirasakn An. S yaitu badanya panas dan

lemas.

C. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil analisa data yang di lakukan pada keluarga Tn. S

didapatkan data subjektif Ny. S mengatakan An. S panas tinggi pada hari

sabtu tanggal 21 April 2013, dan hanya diberikan obat dari warung.

Karena panas pada An. S tidak kunjung turun, maka keluarga Tn. S

mendapatkan saran dari tetangga untuk membawa An. S ke Puskesmas.

Keluarga Tn. S tidak mengetahui tentang pengertian tifoid, tanda dan

gejala yang diterjadi pada penderita tifoid. Dari data obyektif didapatkan

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

12

An. S terlihat lemas dari hasil pemeriksaan didapatkan suhu tubuh 38,5

derajat celcius, nadi 84 kali per menit dan pernafasan 20 kali per menit.

Berdasarkan analisa data diatas dapat ditegakkan diagnosa

keperawatan hipertermi pada An. S berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga Tn. S dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga yang

sakit. Untuk penghitungan skoring diagnosa keperawatan hipertermi pada

An. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam

mengenal masalah kesehatan pada keluarga yang sakit dapat dilihat pada

tabel dibawah ini

Tabel 2.1 Hasil Penghitungan Skoring Diagnosa Keperawatan

KeluargaTn. S

No Kriteria Skor Bobot Nilai

1 Sifat Masalah 1

Aktual 3

2 Kemungkinan masalah dapat di ubah 2

Mudah 2 x 2 = 2

3 Potensi masalah dapat di ubah 1

Tinggi 3

4 Menonjolnya masalah 1

Masalah dirasakan dan harus segera

ditangani 2

Jumlah 5

D. Intervensi

Tujuan umum dari intervensi keperawatan terkait dengan kasus

hipertermi pada An. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.

S dalam mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga yang sakit

adalah setelah dilakukan tiga kali kunjungan rumah diharapkan suhu tubuh

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

13

dalam batas normal (36 derajat celsius sampai 37 derajat celsius), dan

tujuan khususnya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

tiga kali kunjungan rumah diharapkan keluarga dapat mengerti tentang

pengertian, tanda dan gejala serta diit yang diperbolehkan dan yang tidak

diperbolehkan untuk penderita demam tifoid, keluarga dapat merawat

anggota keluarga dengan demam tifoid, dan keluarga dapat memahami diit

untuk penderita demam tifoid.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk tercapainya

tujuan di atas antara lain kaji tanda tanda vital seperti suhu, nadi dan

respirasi atau pernafasan dengan rasional untuk mengetahipeningkatan

suhu tubuh. Kaji keluarga tentang pengertian tifoid dengan rasional untuk

menambah pengetahuan keluarga tentang tifoid. Diskusikan dengan

keluarga tanda dan gejala tifoid dengan rasional supaya keluarga lebih

memahami tentang tanda dan gejala tifoid. Diskusikan dengan keluarga

tentang cara merawat anggota keluarga dengan demam tifoid dangan

mengajarkan cara kompres air hangat yang benar bila terdapat anggota

keluarga yang mengalami panas tinggi dengan rasional supaya keluarga

mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit. Diskusikan dengan

anggota keluarga tentang diit yang tepat untuk penderita demam tifoid

dengan rasional agar keluarga mengetahui makanan yang di perbolehkan

dan yang tidak di perbolehkan untuk penderita tifoid.

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

14

E. Implementasi

Tindakan keperawatan yang di lakukan penulis sesuai dengan

perencanaan. Pada prioritas diagnosa hipertermi pada An. S berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal masalah

kesehatan pada keluarga yang sakit tifoid. Pada tanggal 22 April 2013

pukul 13.00 WIB. Pertama, penulis melakukan pengkajian tanda tanda

vital pada An. S diperoleh data subyektif An. S bersedia untuk diperiksa

dan data obyektif suhu dari An. S 38,5 derajat celsius, nadi 84 kali per

menit, dan pernafasan 20 kali per menit. Serta penulis melakukan

pengkajian terhadap Tn. S tentang pengetahuan penyakit tifoid dengan

data subyektif, Tn. S mengatakan tidak mengerti tentang pengertian, tanda

dan gejala demam tifoid. Data obyektif, Tn. S terlihat banyak bertanya

tentang penyakit tifoid.

Tanggal 23 April 2013 pukul 14.00 WIB. Penulis melakukan

pengkajian tanda tanda vital pada An. S diperoleh data subyektif An. S

bersedia untuk diperiksa dan data obyektif suhu dari An. S 40 derajat

celsius, nadi 89 kali per menit, dan pernafasan 21 kali per menit pada

pukul 14.30 WIB. Penulis melakukan tindakan pada keluarga Tn. S

tentang memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda dan

gejala, penyebab tifoid dan cara kompres air hangat pada penderita

hipertermi atau demam. Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S

bersedia untuk diberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda

dan gejala, penyebab tifoid dan bersedia diajarkan cara kompres air hangat

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

15

dan data obyektif Tn. S tampak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh

penulis dan mulai mempraktikkan pada keluarganya yang demam.

Tangal 24 April 2013 pukul 10.00 WIB, penulis melakukan

pengkaji tanda tanda vital pada An. S diperoleh data subyektif An. S

bersedia untuk diperiksa dan data obyektif suhu dari An. S 38 derajat

celsius, nadi 86 kali per menit, dan pernafasan 20 kali per menit pada

pukul 10.30. Penulis memberikan pengertian pada Tn. S makanan apa saja

yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan untuk penderita tifoid.

Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S bersedia untuk diberikan

pengertian tentang makanan yang di anjurkan dan yang tidak di

perbolehkan untuk penderita tifoid dan data obyektif Tn. S terlihat senang

setelah mengetahui apa saja makanan yang boleh di konsumsi dalam pola

makan dan diet untuk penderita tifoid.

F. Evaluasi

Tanggal 24 April 2013 pukul 11.00 WIB penulis melakukan

evaluasi pada keluarga Tn. S tentang pengertian, tanda, gejala, dan

penyebab tifoid beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid serta

tanda tanda vital pada An. S. Didapatkan data subyektif, Ny. S

mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, tanda, gejala, dan

penyebab tifoid beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid. Data

obyektif, Ny. S terlihat melakukan kompres air hangat pada An. S yang

masih demam, Ny. S memberikan makanan rendah serat dan makanan

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

16

yang tidak asam atau pedas kepada An. S serta suhu dari An. S yaitu 38

derajat celsius, nadi 86 kali permenit dan pernafasan 20 kali permenit.

Berdasarkan data subyektif dan obyektif diatas di dapatkan hasil

analisa, pada An. S dengan diagnosa keperawatan hipertermi pada An. S

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal

masalah kesehatan pada keluarga yang sakit belum teratasi sehingga

intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pada keluarga untuk melakukan

kompres air hangat apabila An. S masih demam, lanjutkan terapy yang

sudah diberikan dari Puskesmas dan bila masih demam anjurkan keluarga

untuk membawa An. S ke puskesmas kembali, karena keluarga Tn. S

sudah mengerti pengertian, tanda dan gejala tifoid, serta diit untuk demam

tifoid dan keluarga sudah mengetahui cara mengopres dengan benar pada

anggota keluarga yang mengalami demam serta telah menganjurkan

kepada keluarga Tn. S adar melanjutkan teraphy yang diberikan oleh

Puskesmas dan apabila obat habis dan suhu An. S belum kunjung turun

juga agar keluarga Tn. S membawa An. S ke Puskesmas kembali, oleh

karena itu kunjungan kerumah Tn. S dihentikan.

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

17

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang, “Asuhan

Keperawatan Pada An. S dengan Demam Tifoid pada Keluarga Tn. S di Desa

Tuban Kidul, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar”, yang dilakukan

pada tanggal 22 April 2013

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya

(Rohmah, 2012). Sumber informasi dapat menggunakan metode meliputi

wawancara, observasi dan pemeriksaan.

Tifoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan terkadang

pada aliran darah, yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau

Salmonella paratyphi A, B, dan C, yang terkadang juga dapat menyebabkan

gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang

usus). Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan kuman

Salmonela enterika, khusus varian - varian terutama, yaitu Salmonella typhi

(Ardiansah, 2012). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi,

ditularkan melalui makanan, susu, atau air yang tercemar, demam tifoit

ditandai dengan peningkatan suhu tubuh secara bertahap, denyut nadi yang

lambat, sakit kepala, mengantuk, dan batuk. Tanda gejala berdasarkan teori

17

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

18

tersebut sesuai dengan kasus pada An. S dimana hasil dalam pengkajian

riwayat An. S yaitu didapatkan hasil suhu tubuh pada An. S yaitu 38,5

derajat celsius, nadi 84 kali permenit dan pernafasan 20 kali permenit, serta

An.S mengatakan badan terasa lemas. Hipertermia adalah peningkatan

temperatur tubuh di atas rentang normal dengan batasan karakteristik

meliputi peningkatan temperatur suhu di atas rentang normal, frekuensi

nafas meningkat, diraba hangat (Nanda, 2006 - 2007), dapat dikatakan

hipertermi apabila suhu tubuh diatas rentang normal yaitu 36,5 derajad

celsius sampai 37 derajad celsius. Berdasarkan teori tersebut sesuai pada

kasus yang terjadi pada An. S didapatkan hasil dimana dari pemeriksaan

fisik didapatkan suhu pada An. S 38,5 derajat celsius dan badan teraba

hangat.

Pada saat pengkajian yang dilakukan penulis An. S sering membeli

makanan dan minuman yang tidak diketahui kebersihannya. Menurut

Brooker (2009), dengan membeli makanan yang tidak bersih dapat

menularkan bakteri Salmonella typhi yang melalui makanan, susu, atau air

yang tercemar.

Tipe keluarga Tn. S adalah tipe keluarga inti. Menurut Sudiharto

(2007), keluarga inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan

perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak -

anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

Tahap perkembangan keluarga menurut Efendi (2009), didapatkan

tahap perkembangan pada keluarga Tn. S pada saat ini termasuk dengan

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

19

keluarga dengan anak usia sekolah (6 tahun sampai 13 tahun), tugas

perkembangan keluarga antara lain. Tahap perkembangan yang pertama

membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas. Tahap perkembangan yang kedua adalah mendorong

anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual. Tahap perkembangan

yang ketiga adalah memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya

kehidupan dan kesehatan anggota keluarga. Tahap perkembangan yang

keempat adalah menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikut

sertakan anak.

Tugas kesehatan keluarga pada keluarga Tn. S adalah

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada anggota

keluarga yang sakit. Menurut Suprajitno (2004), kesehatan merupakan

kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan

segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh

kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis, orang tua perlu mengenal

keadaan kesehatan dan perubahan - perubahan yang dialami anggota

keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila

menyadari adanya perubahan keluarga perlu mencatat kapan terjadinya,

perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya. Menurut

Sudiharto (2007), ketidak mampuan keluarga dalam mengenal masalah

kesehatan karena hal - hal seperti kurang pengetahuan mengenai fakta

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

20

tentang penyakit tersebut, kemudian rasa takut akibat masalah yang sudah di

ketahuinya, serta sikap dan filsafah hidup tentang penyakit tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan

respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual /

potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal

mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan,

atau mencegah perubahan (Rohmah, 2012).

Diagnosa keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah diagnosis

tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperawatan di rumah sakit,

diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari tiga komponen yaitu masalah,

etiologi, serta tanda dan gejala. Etiologi dari keperawatan keluarga adalah

salah satu dari lima tugas keluarga yang paling dominan (Sudiharto, 2007).

Diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas utama pada An. S pada

keluarga Tn. S adalah hipertermi pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal masalah kesehatan pada

anggota keluarga yang sakit. Masalah keperawatan hipertermi pada An. S

dapat dilihat dari hasil analisa data yang di lakukan pada keluarga Tn. S

didapatkan data subjektif keluarga Tn. S tidak mengetahui tentang

pengertian tifid, tanda dan gejala yang diterjadi pada penderita tifoid Ny. S

mengatakan An. S panas tinggi pada hari sabtu tanggal 21 April 2013, dan

hanya diberikan obat dari warung. Dari data obyektif didapatkan An. S

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

21

terlihat lemas dari hasil pemeriksaan didapatkan suhu tubuh 38,5 derajat

celcius, nadi 84 kali per menit dan pernafasan 20 kali per menit.

Teori etiologi yang muncul menggunakan lima tugas keluarga dalam

keluarga Tn. S adalah ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah

kesehatan pada anggota keluarga yang sakit. Menurut Suprajitno (2004),

kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga

habis, orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan –

perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang

dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua

atau keluarga, apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu mencatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahannya.

3. Intervensi

Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain

untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah - masalah yang telah

di diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan, desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah, 2012).

Intervensi yang diberikan pada An. S meliputi Tujuan umum dari

intervensi keperawatan terkait dengan kasus hipertermi pada An. S

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam merawat

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

22

keluarga yang sakit adalah setelah dilakukan tiga kali kunjungan rumah

diharapkan suhu tubuh dalam batas normal (36,5 derajad celsius sampai 37

derajat celsius). Tujuan khususnya adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama tiga kali kunjungan rumah diharapkan keluarga dapat

memutuskan tindakan untuk mengatasi demam tifoid. Tanda tanda vital

normal, dan keluarga dapat memahami pengertian tifoid, tanda gejala tifoid,

serta diit untuk penderita demam tifoid.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk tercapainya tujuan

di atas antara lain antara lain kaji tanda tanda vital seperti suhu, nadi dan

respirasi atau pernafasan dengan rasional untuk mengetahui peningkatan

suhu tubuh, nadi dan pernafasan. Kaji pengertian keluarga tentang tifoid

dengan rasional untuk menambah pengetahuan keluarga tentang tifoid.

Diskusikan dengan keluarga tanda dan gejala tifoid dengan rasional supaya

keluarga lebih memahami tentang tanda dan gejala tifoid. Diskusikan

dengan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga dengan demam

tifoid dangan mengajarkan cara kompres air hangat yang benar bila terdapat

anggota keluarga yang mengalami panas tinggi dengan rasional supaya

keluarga mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit. Diskusikan

dengan keluarga pemberian diit rendah serat seperti bubur atau nasi tim,

kemudian pemberian makanan yang tidak pedas atau asam, dan yang tidak

mengandung gas yang dengan rasional agar keluarga mengetahui makanan

yang di perbolehkan dan yang tidak di perbolehkan untuk penderita tifoid.

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

23

Dalam pemberian pendidikan kesehatan sangatlah penting bagi

keluarga yang belum mengetahui tentang pengertian tifoid, tanda dan gejala

demam tifoid, dan diit untuk demam tifoid yang bertujuan supaya keluarga

mengerti tentang pengertian tifoid, tanda dan gejala demam tifoid, dan diet

untuk demam tifoid. Menurut dari Fadilah (2006), diit yang diberikan untuk

penderita tifoid yaitu diet harus mengandung kalori yang cukup sebaiknya

rendah selulose (rendah serat) untuk mencegah pendarahan dan perforasi.

Diit untuk penderita tifoid, sudah diklassifikasikan atas diet cair, bubur

lunak, tim dan nasi biasa. Apabila keadaan penderita baik, diet dapat

dimulai dengan diet padat atau tim (diet padat dini). Tetapi apabila penderita

dengan klinis berat sebaiknya dimulai dengan bubur atau diet cair yang

selanjutnya dirubah secara bertahap sampai padat sesuai tingkat

kesembuhan penderita. Menurut dari Utami (2010), penderita penyakit

demam tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk

yang diberikan oleh tim kesehatan, makanan yang di anjurkan antara lain

yang pertama makanan cukup cairan, kalori, vitamin dan protein. Kedua

tidak mengandung banyak serat. Ketiga tidak merangsang dan menimbulkan

gas. Keempat makanan lunak diberikan saat istirahat.

Serta pentingnya kompres air hangat untuk anak yang mengalami

demam adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi

air hangat dengan temperatur maksimal 43 derajat celsius. Lokasi kulit

tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat

pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

24

ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi

perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh (Susanti, 2012).

4. Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kegiatan dalam

pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi

respon klienselama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data

yang baru (Rohmah, 2012).

Dalam menentukan implementasi yang akan diberikan pada

keluarga Tn. S penulis mengambil data yaitu dengan menyesuaikan pada

intervensi yang telah di rencanakan. Dalam melakukan implementasi

penulis tidak ada hambatan kaji tanda tanda vital klien meliputi suhu, nadi

dan pernafasan. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian,

tanda dan gejala, penyebab tifoid dan cara kompres air hangat pada

penderita hipertermi atau demam. Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S

bersedia untuk diberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda

dan gejala, penyebab tifoid dan bersedia diajarkan cara kompres air hangat

dan data obyektif Tn. S tampak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh

penulis dan mulai mempraktikkan pada keluarganya yang demam dan

keluarga Tn. S tidak mengalami hambatan. Penulis memberikan pengertian

pada Tn. S makanan apa saja yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan

untuk penderita tifoid. Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S bersedia

untuk diberikan pengertian tentang makanan yang di anjurkan dan yang

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

25

tidak di perbolehkan untuk penderita tifoid dan data obyektif dari hasil

pemeriksaan tanda tanda vital pada An. S di dapatkan hasil suhu 38 derajat

celsius, nadi 86 kali per menit dan pernafasan 20 kali permenit, pada tanggal

23 april 2013 pukul 14.00 An. S mengalami demam tinggi dengan suhu 40

derajat celsius menurut Fadilah (2006), hipertermi atau panas adalah gejala

utama dari tifoid. Pada awal sakit, demamnya kebanyakan samar – samar

saja, selanjutnya suhu tubuh sering naik turun, pagi lebih rendah atau

normal sedangkan siang dan malam hari suhu lebih tinggi (demam

intermitten). Dari hari kehari demam makin tinggi yang disertai banyak

gejala lain antara lain sakit kepala, nyeri otot, mual dan muntah. Setelah

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga Tn. S tampak keluarga

Tn. S senang setelah mengetahui pengertian tentang tifoid, tanda dan gejala

yang terjadi pada demam tifoid serta keluarga Tn. S mengetahui apa saja

makanan yang boleh di konsumsi dalam pola makan dan diet untuk

penderita tifoid keluarga Tn. S tidak ada hambatan dalam pemberian

pendidikan kesehatan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan(Rohmah, 2012).

Adapun komponen SOAP untuk memudahkan perawat melakukan

evaluasi atau memantau perkembangan klien menurut Rohmah (2012),

sebagai berikut. S adalah data subjektif, yaitu perawat menuliskan keluhan

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

26

pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan. O

adalah data objektif, yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi

perawat secara langsung kepada pasien, dan yang dirasakan pasien setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

Berikutnya A adalah Analisis yaitu interpretasi data subjektif dan data

objektif. Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan

yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang

terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi

datanya dalam data subjektif dan objekif. P adalah Planning, yaitu

perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,

atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan

sebelumnya.

Tanggal 24 April 2013 pukul 11.00 WIB penulis melakukan evaluasi

pada keluarga Tn. S tentang pengertian, tanda, gejala, dan penyebab tifoid

beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid serta tanda tanda vital

pada An. S. Didapatkan data subyektif, Ny. S mengatakan sudah mengerti

tentang pengertian, tanda, gejala, dan penyebab tifoid beserta pola makan

dan diet untuk penderita tifoid. Data obyektif, Ny. S terlihat melakukan

kompres air hangat pada An. S yang masih demam, Ny. S memberikan

makanan rendah serat dan makanan yang tidak asam atau pedas kepada An.

S serta suhu dari An. S yaitu 38 derajat celsius, nadi 86 kali permenit dan

pernafasan 20 kali permenit.

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

27

Berdasarkan data subyektif dan obyektif diatas di dapatkan hasil

analisa, pada An. S dengan diagnosa keperawatan hipertermi pada An. S

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal

masalah kesehatan pada keluarga yang sakit belum teratasi sehingga

intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pada keluarga untuk melakukan

kompres air hangat apabila An. S masih demam, lanjutkan terapy yang

sudah doberikan dari Puskesmas dan bila masih demam anjurkan keluarga

untuk membawa An. S ke puskesmas kembali, karena keluarga Tn. S sudah

mengerti pengertian, tanda dan gejala tifoid, serta diit untuk demam tifoid

dan keluarga sudah mengetahui cara mengopres dengan benar pada anggota

keluarga yang mengalami demam serta telah menganjurkan kepada keluarga

Tn. S adar melanjutkan teraphy yang diberikan oleh Puskesmas dan apabila

obat habis dan suhu An. S belum kunjung turun juga supaya keluarga Tn. S

membawa An. S ke Puskesmas kembali, oleh karena itu kunjungan kerumah

Tn. S dihentikan.

B. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

a. Pengkajian pada keluarga Tn. S khususnya An. S dengan demam

tifoid pada tanggal 22 April 2013 di rumah keluarga Tn. S

didapatkan bahwa keluarga Tn. S mengatakan bahwa An. S badan

teraba panas semenjak dua hari yang lalu dan An. S terlihat lemas,

setelah diperiksakan ke Puskesmas Gondangrejo didapathan hasil

suhu An. S yaitu 38,5 drajat celsius, nadi 84 kali permenit dan

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

28

respirasi atau pernafasan 20 kali permenit. Ny. S mengatakan

belum mengetahui tentang demam tifoid, tanda dan gejala serat diit

yang benar untuk demam tifoid pada An. S.

b. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan oleh penulis adalah

hipertermi pada An. S berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga Tn. S dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga

yang sakit.

c. Intervensi yang diberikan pada An. S meliputi kaji tanda tanda

vital seperti suhu, nadi, dan pernafasan. Kaji pengertian keluarga

tentang tifoid. Diskusikan dengan keluarga tanda dan gejala tifoid

dengan. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat anggota

keluarga dengan demam tifoid dangan mengajarkan cara kompres

air hangat yang benar bila terdapat anggota keluarga yang

mengalami panas tinggi. Diskusikan dengan keluarga diit yang

tepat untuk penderita demam tifoid.

d. Implementasi yang penulis lakukan sesuai dengan rencana

tindakan keperawatan yang penulis buat, meliputi kaji tanda tanda

vital klien meliputi suhu, nadi dan pernafasan. Memberikan

pendidikan kesehatan tentang pengertian tifoid, tanda dan gejala,

penyebab tifoid dan cara kompres air hangat pada penderita

hipertermi atau demam. Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S

bersedia untuk diberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian,

tanda dan gejala, penyebab tifoid dan bersedia diajarkan cara

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

29

kompres air hangat dan data obyektif Tn. S tampak

memperhatikan apa yang dijelaskan oleh penulis dan mulai

mempraktikkan pada keluarganya yang demam dan keluarga Tn. S

tidak mengalami hambatan serta memberikan pendidikan

kesehatan tentang diit apa saja yang dianjurkan dan yang tidak

dianjurkan untuk penderita tifoid.

e. Tanggal 24 April 2013 pukul 11.00 WIB penulis melakukan

evaluasi pada keluarga Tn. S tentang pengertian, tanda, gejala, dan

penyebab tifoid beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid

serta tanda tanda vital pada An. S. Didapatkan data subyektif, Ny.S

mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, tanda, gejala, dan

penyebab tifoid beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid.

Data obyektif, Ny. S terlihat melakukan kompres air hangat pada

An. S yang masih demam, Ny. S memberikan makanan rendah

serat dan makanan yang tidak asam atau pedas kepada An. S serta

suhu dari An. S yaitu 38 derajat celsius, nadi 86 kali permenit dan

pernafasan 20 kali permenit. Berdasarkan data subyektif dan

obyektif tersebut di dapatkan hasil analisa, pada An. S dengan

diagnosa keperawatan hipertermi pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal masalah

kesehatan pada keluarga yang sakit belum teratasi sehingga

intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pada keluarga untuk

melakukan kompres air hangat apabila An. S masih demam,

Page 42: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

30

lanjutkan terapy yang sudah diberikan dari Puskesmas dan apabila

masihdemam anjurkan keluarga untuk membawa An. S ke

Puskesmas. Oleh karena itu kunjungan kerumah Tn. S dihentikan.

2. Saran

a. Bagi institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat

profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan

kode etik keperawatan.

b. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Hal ini diharapkan bagi pelayanan kesehatan dapat memberikan

pelayanan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara

tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya.

Page 43: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-adektiyali... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

31

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansah, Muhammad. 2012. Medical Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta :

DIVA Press.

Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia keperawatan. Jakarta : ECG

Efendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan Praktik

dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, Azis A. 2007. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep

dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Kebituhan Dasar Manusia, Teori dan Aplikasi

dalam Praktik. Jakarta : ECG.

Pramitasari, Okky Purnia. 2013. Presentase penyakit Tifoid di RSUD Ungaran

http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. Diakses pada tanggal 01

Mei 2013 pukul 21.30 WIB

Stoppard, Miriam. 2010. Panduan kesehatan Keluarga, Referensi Lengkap Bagi

Pemeliharaan Kesehatan Keluarga. Jakarta : Erlangga.

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan

keperawatan transkultural. Jakarta : EGC

Suparti, Siti Fadilah. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid Mentri

Kesehatan Republik Indonesia, http:// KMK No. 364 ttg Pedoman

Pengendalian Demam Tifoid.ac.id/index. Diakses pada tanggal 05 Mei

2013 pukul 21.00 WIB.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, Aplikasi dalam Praktik. Jakarta

: ECG.

Susanti, Nurlaili. 2012. Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat Pada

Penatalaksanaan Demam. http://[email protected] /index.php. Diakses

pada tanggal 05 Mei 2013 pukul 21.00 WIB.

Utami, Tania Nugrahab. 2010. Demam Tifoid. http://Belibis17.tk/index. Diakses

pada tanggal 20 juni 2013 pukul 20.00 WIB