sttus jiwa revisi kelompok 3-1

21
STATUS PSIKIATRI Terapi Metadon Substitusi Ketergantungan NAPZA Doktor Pembimbing: Dr. Andhi, Sp.KJ Disusun oleh: Ivana Tansil 11.2011.198 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Ketergantungan Obat 2013 1

Upload: albert-chandra

Post on 03-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

status jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

STATUS PSIKIATRI

Terapi Metadon Substitusi Ketergantungan NAPZA

Doktor Pembimbing:

Dr. Andhi, Sp.KJ

Disusun oleh:

Ivana Tansil 11.2011.198

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa

Rumah Sakit Ketergantungan Obat

2013

1

Page 2: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

NOMOR REKAM MEDIS : XXXXXX

Nama Pasien : Tn. M

Nama Dokter yang merawat : Dr. C

Rujukan/Datang sendiri/Keluarga : Dibawa oleh pihak RSKO atas permintaan keluarga

Riwayat Perawatan : pasien sebelumnya belum pernah dirawat di RSKO

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. I. M

Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 18 Juli1976

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku bangsa : padang

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Salawati IV B3 No 13, jatiwatingin ASRI pondok gedhe

bekasi

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Data diperoleh dari :

Autoanamnesis dengan pasien hari Sabtu, tanggal 2 januari 2013 pukul 12:00

Rekam medis pasien

2

Page 3: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

A. KELUHAN UTAMA

Pasien menjalani terapi substitusi metadon dengan dosis 155 mg sejak 802 hari sebelum hari

diwawancarai.

A. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Pasien datang ke RSKO pada tanggal 2 Januari 2013 datang ke RSKO untuk menjalani

terapi program rumatan metadon (PRM) pasien adalah peserta PRM sejak 25 November

2010.setelah setahun menjadi peserta PRM, pasien menjadi THM yakni terapi metadon di

rumah, pasien berganti-gantian selang sehari pergi ke klinik metadon, ketika di wawancaraa

pasien mengeluh sakit ulu hati, dan jantung sering berdebar-debar, pasien juga susah tidur

beberapa hari belakangan, pasien minum apraxolam 0,25 mg sekali minum untuk mengurangi

kegelisahan karena tidak bisa tidur, obat tersebut diperoleh dengan cara membeli di apotek.

Sejak menjalani PRM pasien sudah tidak mengkonsumsi NARKOBA lagi. Pasien sebelumnya

pasien dari RS Fatmawati yang menjalani tetapi substitusi metadon, pasien menjelaskan

alasannya pindah ke RSKO supaya pasien bisa lebih mudah pulang pergi karena lebih dekat.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA:

1. Gangguan psikiatrik.

Pada awal tahun 2004 pasien sering mengalami halusinasi suara, pasien sering

mendengar ada suara-suara merupakan kumpulan dari banyak mahluk halus yang sering

berbicara keras di telinga pasien yang selalu mengikuti dan mengejek pasien terus menerus.

Pasien pernah menceritakan kepada teman-temannya tapi pasien dianggap gila oleh teman-

temannya. Kemudian pasien pergi ke paranormal. Pasien sedang diikuti oleh mahluk gaib

menurut peramal yang didatanginya. Pasien menjalani terapi yang diprintahkan oleh

paranormal sambil menjalani sholat, namun suara-suara tersebut hanya hilang sebentar dan

kembali mengganggu, pasien sering terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur lagi. Pasien

merasa pernah diajak oleh sesosok mahluk gaib untuk berhubungan badan, namun

menolaknya, tetapi mahluk tersebut tetap memaksa.

Pada akhir tahun 2005 , pasien semakin merasa tertekan dan dihantui oleh mahluk-

mahluk yang dikatakannya selalu mendatanginya untuk meredahkan pasien serta menunjukan

wujud aslinya. Pasien juga sering bicara sendiri, tidak jarang pasien bicara keras-keras dan

tidak ada maksudnya, pasien bicara nglantur,hal tersebut disadari oleh ibunya, kemudian ibu 3

Page 4: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

pasien membawa pasien berobat ke rehabilitasi NARKOBA Dewanari, Tebet.pasien sempat

dirawat beberapa saat, pasien memutuskan tidak menjalani rehabilitasi, pasien jenuh dan

merasa baik-baik saja.

Sepanjang tahun 2006-2009, pasien masih mendengar suara-suara yang tidak

dikenalinya, gelisah tidak menentu, teriak-teriak, menangis, sulit konsentrasi,tidak bisa tidur.

Pasien pernah dieawat di pondok pesantren dn rehabilitasi, tebet. Sementara pada tahun 2010,

pasien diantar ke RSKO bukan karena gangguan jiwanya tetapi karena relaps adiksi terhadap

narkoba yang sama seperti pada 2006.

2. Riwayat gangguan medik

Dada sering berdebar-debar, pasien baru menjalani pemeriksaaan EKG hasilnya belum keluar.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif.

Mulai minum alkohol dan merokok pada tahun 1996, sewaktu masih bersekolah

di SMP. Pasien mengenali alkohol dan rokok dari teman-temannya saat

nongkrong bersama. Merokok mulai dengan 1-3 batang perhari dan menigkat

menjadi sebungkus sehari.

Mengenal NAPZA juga dari teman-teman. Pertama kali menggunakan ganja

pada tahun 1997 karena rasa ingin tahu dan coba-coba. Pasien menggunakan

ganja dengan cara dihisap/dirokok. Penggunaan ganja pada awalnya tidak rutin

dan hanya sekadar suka-suka.

Pasien menggunakan putauw sejak tahun 1998 Mula-mula digunakan dengan

cara ngedrag, kemudian secara cucauw. Pertama kali pemakaian sebanyak

seperempat gram, lalu meningkat sampai dengan setengah gram sekali

pemakaian. Penggunaan adalah secara rutin 1 kali sehari.

Pada tahun 1997, pasien juga mulai mengenal dan menggunakan shabu tapi

tidak lebih sering dari pemakaian putauw. Pasien menggunakan bong plastik

untuk mengkonsumsi shabu. Pasien dirawat di RS ketergantungan obat

Dewanari, Tebet

4

Page 5: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

pada tahun 2001 pasien dirawat dipusat rehabilitasi Getsemani, kemudian pasien

sempat berenti pake, di tahun itu pasien juga pernah dimasukan oleh ibunya di

pesantren.

pada tahun 2003 pasien kembali menggunakan putaw dan sabu yang

diperolennya dari teman-temanya. Pasien minum anggur merah segelas sehari

kalau sedang kepingin aja.

Pada tahun 2009, pasien mulai minum methadone di bawah pengawasan dokter

Rumah sakit Fatmawati tempat ia berobat. 1 hari SMRS pada tahun 2010, pasien

dibawa oleh ibunya ke klinik metadone RSKO cibubur, karena lokasinya lebih

dekat daripada klinik RS Fatmawati.

4. Riwayat gangguan sebelumnya.

1997 1998 2003 2006

Keterangan:

1997: Pasien pertama kali minum alkohol, merokok, dan menggunakan ganja sewaktu

masih bersekolah di SMP. Pasien pertama kali menggunakan putauw dan shabu

dengan cara drag

1998: pasien memakai putauw dan syabu dengan cucau.

2003: Pasien kembali menggunakan NAPZA secara aktif karena mengalami depresi

akibat masalah dengan keluarga pacarnya. Pasien diintervensi dan dibawa ke

RSKO atas permintaan ibunya karena mengamuk di rumah, suka berperilaku

5

Page 6: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

kasar terhadap ibunya, membanting-banting peralatan kaca dan TV, suka

berteriak, dan mengganggu warga. Pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang

menimbulkan rasa tidak nyaman bagi dirinya sehingga ia gelisah dan sangat

emosional.

2006 : pasien kembali menggunakan putauw dan mengalami depresi hingga

mengalami depresi ,merasa ditinggal dan tidak diperhatikan

2011: Pasien kembali menggunakan NAPZA. Masuk ke RSKO karena relaps adiksi

terhadap NAPZA. Pasien menjalani pengobatan methadone dan beredia

mengikuti terapi engn rutin.

2012: Pasien menjalani terpi substitusi metadone di RSKO karena dilaporkan ada

perubahan perilaku yaitu marah-marah,gelisah,sukar tidur,berebar-debar

A. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI :

1.Riwayat perkembangan fisik :

Pasien lahir cukup bulan di tolong bidan rumah sakit. Pasien pernah diberitahu oleh

ibunya bahwa ibunya paling susah mengandung pasien namun pasien tidak tahu apa yang

dimaksudkan dengan susah tersebut (sang ibu tidak mau menceritakan apa-apa tentang

anaknya saat ditanyakan). Pasien lahir sebagai bayi normal. Tidak pernah ada riwayat demam

kuning, demam campak maupun kejang demam.

2.Riwayat perkembangan kepribadian :

A)Masa kanak-kanak :

Pasien dijaga oleh kakek kandungnya saat orang tua pasien sibuk bekerja, Pasien jarang dapat

berkomunikasi dengan orang tuanya. Pasien juga mengatakan orang tuanya jarang menegur

dan memberi perhatian sehingga membuat pasien merasa tertekan. Pasien mengaku dia

6

Page 7: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

seorang anak yang hiperaktif, sangat suka bermain dengan banyak teman dan mengaku dia

seorang anak yang nakal sehingga sukar tidak disenangi oleh temannya. Namun,

perkembangan psikomotor, psikososial, kognitif dan moral pasien masih dalam batas yang

baik sehingga pasien sangat berprestasi ketika usia kanak-kanaknya.

B)Masa remaja :

Pasien tinggal bersama orang tua dan saudaranya. Hubungan pasien dengan orang

tuanya dingin karena kurangnya komunikasi, kurangnya perhatian orang tuanya terhadap

pasien dan perasaan pasien yang tertekan situasi ekonomi dan keluarga. Pasien masih seorang

yang senang membantu sahabat-sahabatnya, ia suka memberi sejumlah temannya sejumlah

uang. Namun, setelah tamat SMA, prestasi pasien mulai menurun karena sudah mulai coba-

coba mendekati narkoba. Pasien tidak melanjutkan kuliahnya. Ia putus kuliah. Pasien

mengatakan banyak faktor yang mendorongnya untuk mencoba narkoba diantaranya karena

perasaan ingin tahunya yang tinggi, masalah keluarga, masalah pacaran dan lingkungan

sosial. Saat usianya 16 tahun, dia sudah mulai minum alkohol dan usia 17 tahun pasien sudah

mulai memakai narkoba. Sejak usia pemakaian, pasien pernah 1 kali masuk penjara dengan

setiap durasi tahanan kurang lebih 1 tahun karena tertangkap basah sedang memakai narkoba

C)Masa dewasa :

Pasien semakin tergantung kepada narkoba. Pasien sudah mulai bekerja sebagai wiraswasta

pernah berusaha membuka warung, jualan pulsa, service motor. Pasien masih mempunyai

banyak teman dan sering bertemu teman-teman antara lain untuk mendapatkan narkoba.pasien

punya pacar, namun sempat ditinggal menikah, pasien frustasi dan memutuskan tidak mau

pacaran lagi, dan pasien terjebak menggunakan narkoba lagi.

3. Riwayat pendidikan :

A)SD : bersekolah di SD, pasien mempunyai banyak teman dan tamat 6 tahun

B)SMP : bersekolah di SMP mempunyai banyak teman dan tamat 3 tahun

7

Page 8: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

C)SMA : bersekolah di dua sekolah. Pertama di SMA budi utomo sampai kelas 2. sempat

hampir tidak naik kelas karena jarang masuk sekolah dan sering terlibat tawuran. Kemudian,

pasien dimasukkan ke SMA Halim 42 sampai selesai sekolah.

D)Universitas : pasien sudah mendaftar sebagai mahasiswa kampus Akademi Bahasa

Inggris . Pasien tidak tamat perkuliahan karena masalah narkoba dan dirawat di Rehablitasi.

4.Riwayat pekerjaan :

Pasien pernah sempat menjadi seorang pengusaha kantin danenjual pulsa serta menerima

service motor namun uang pasien banyak habis karena membeli putauw dan ditipu oleh

teman-temannya sampai usahanya tutup.

5.Kehidupan beragama :

Pasien mengaku taat beribadah dan melaksanakan sholat,namjn kadang-kadang pasien lupa

menjalaninya, pasien menjalani puasa Ramadan .

6.Kehidupan sosial dan perkawinan :

Pasien pernah berpacaran kurang lebih sebanyak 4 kali dan semuanya putus karena banyak

sebab. Ada yang tidak serasi, ada yang tidak direstui orang tua dan lain-lain (pasien tidak

ingin mengingat kembali). Pasien ditinggalmenikah oleh pacarnya, Semua pacarnya adalah

perempuan. Setiap kali pacaran, anggota keluarga mengetahui tentang hubungan mereka dan

merestui hubungan tersebut. Pasien mengaku. Sekarang pasien belum memiliki pacar

dikarenakan pasien merasa tidak ada yang mau dengannya.

E.RIWAYAT KELUARGA :

8

Page 9: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Pasien adalah anak ke-2 dari empat saudara.

Pohon keluarga:

1 2

3 4 5 6

Keterangan:

= Laki-laki = Perempuan = Pasien

A. Tn. M.S, ayah pasien,sudah meninggal karena serangan stroke

A. Ny.S, ibu pasien,63 tahun, seorang ibu rumah tangga,sedang mengalami stroke

A. Ny.Sa, kakak pertama pasien,36 tahun, bekerja dan sudah menikah.

A. Ny. R, adik ketiga pasien, 22 tahun belum menikah.

A. nn.T adik terakhir pasien, 20tahun belum menikah

B. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG :

Pasien tinggal berdua di Tebet bersama ibunya. Kakak laki-laki dan adik perempuan tinggal

terpisah karena sudah menikah dan punya keluarga sendiri. Bapaknya sudah meninggal

karena sakit stroke. ibunya seorang ibu rumah tangga yang sudah tidak bekerja. dan pasien

9

Page 10: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

sendiri seorang pengusaha kantin dan menjual pulsa serta membuka sparepart juga perbaikan

sepeda motor. Bapaknya baru beberapa tahun terakhir meninggal dikarenakan stroke kronis .

Pasien mengaku kurang berkomunikasi dengan orang tuanya sejak dari kecil karena bapaknya

sering sibuk dan orang tuanya sering bertengkar. Pasien paling dekat dengan temannya, ada

dua orang teman yang dianggap pasien sebagai teman disaat susah, namun pasien selalu

beranggapan teman-temannya hanya memanfaatkan pasien di kala susah saja, pasien sering

merasa senditi di saat susah, teman -teman yang selama ini dipercayanya hanya

memanfaatkan pasien saja. Pasien tidak begitu dekat dengan saudara kandungnya dikarenakan

kakaknya yang pertama sudah berkeluarga. Kakaknya sudah mempunyai urusan sendiri.

Pasien jarang bercerita dengan adik-adiknya. Dikarenaakan adik pasien dua-duanya

perempuan,pasien tidak dekat dengan adik-adiknya

Pasien mengaku pernah dikatakan "gila" saat pertama kali dirawat di RSKO pada tahun 2010.

Namun, pasien menerima pandangan itu, karena pasien memang mengaku bicaranya ngaco

dan tidak mampu mengontrol diri sehingga mau atau tidak pasien berobat ke RSKO

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan :

Pasien laki-laki berusia 34 tahun dengan penampilan fisik yang sesuai dengan usianya.

Pasien bersikap tenang dan terlihat bersemangat. Postur tubuh piknikus, kulit sawo

matang, rambut pendek hitam. Pada saat wawancara, pasien memakai kemeja biru

kotak-kotak celana hitam dan sepatu, kebersihan diri pasien cukup baik, tidak ada bau

badan, pasien memakai parfum yang cukup menusuk hidung.

2. Kesadaran

Kesadaran sensorium / neurologic : Compos mentis

Kesadaran psikiatrik : Berkabut (tampak terganggu)

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Sebelum wawancara : Pasien sedang berbicara dengan teman-temannya dan bercerita juga

kepada petugas di klinik metadon, bicaranya baik.

10

Page 11: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Selama wawancara : Pasien tenang, tampak bersemangat, dapat menjawab pertanyaan dengan

baik, konsentrasi tidak terganggu, kadang-kadang berbicara soal masa lalu soal mantan

kekasihnya dengan nada lebih rendah

Sesudah wawancara : Pasien meminta izin mengakhiri wawancara mau ngurus ibunya yang

sedang sakit stroke di rumah,pasien mengatakan kurang tidur karena semalam menjaga

ibunya yang sakit

4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif (menjawab pertanyaan dengan baik).

5. Pembicaraan :

Cara berbicara : Spontan, suara jelas dan tinggi, lancar.

Gangguan berbicara : Tidak ada.

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)

Suasana perasaan (mood) : eutimik

Afek ekspresi afektif

Arus : Cepat

Stabilisasi : Stabil

Kedalaman : Dangkal

Skala diferensiasi : Meluas

Keserasian : Serasi

Pengendalian impuls : Cukup

Ekspresi : Luas

Dramatisasi : Tidak ada

Empati : Dapat dirabarasakan

11

Page 12: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

C. GANGGUAN PERSEPSI

Halusinasi : tidak ada

Ilusi : tidak ada

Deperesonalisasi : tidak ada

Derealisasi : Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)

Taraf pendidikan : Tamat SMA.

Pengetahuan umum : Cukup (dapat menjawab apabila ditanyakan nama Presiden

Indonesia sekarang)

Kecerdasan : Rata-rata (dapat menghitung) dapat menggambar jam

Konsentrasi : Cukup

Orientasi :

Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan waktu wawancara yaitu jam 12 pagi)

Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di ruang wawancara klinik

metadon, RSKO Jakarta)

Orang : Baik (pasien dapat membedakan dokter, suster, laki-laki, perempuan)

Situasi : Baik (pasien tahu dokter muda sedang wawancara untuk mencari tahu

kondisi penyakitnya)

Daya ingat :

Tingkat :

Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengingat tanggal lahir)

Jangka pendek : Baik (pasien ingat bahwa dia harus segera pulang untuk

mengurus mamanya yang sedang sakit stroke)

Segera : Baik (pasien dapat menyebut nomor setelah 15-20 detik)

12

Page 13: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Gangguan : Tidak ada

Pikiran abstraktif : Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan apel dengan jeruk)

Visuospatial : Baik (pasien dapat menggambarkan jam dan waktu sesuai diminta)

Bakat kreatif : baik (pasien dapat memperbaiki sepeda motor yang rusak)

Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (pasien dapat makan, mandi sendiri)

E. PROSES PIKIR

Arus pikir :

Produktifitas : Baik, suara jelas dan lantang, inkoherensi (-), flight of ideas

(-).

Kontinuitas : Baik, menjawab sesuai pertanyaan.

Hendaya bahasa : Tidak ada

Isi pikir :

Preokupasi dalam pikiran : Pasien merasa pantas diintervensi ke RSKO.

Pasien perlu mendapat terapi untuk mengurangi gejala putus obatnya

Waham : tidak ada

Obsesi : Tidak ada

Fobia : Tidak ada

Gagasan rujukan :

Gagasan pengaruh : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS

13

Page 14: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan gejala

yang agresif.

G. DAYA NILAI

Daya nilai sosial : Baik (pasien mengatakan tidak wajar apabila seorang anak

memukul ibunya)

Uji daya nilai : Baik

Daya nilai reabilitas : tidak terganggu( pasien merasa dirinya harus bisa menjadi

anak yang mengurus ibunya yang sedang sakit)

H. TILIKAN

Derajat 6 menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai

perbaikan

I. RELIABILITAS

dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS INTERNUS

Keadaan umum: Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : tidak dilakukan

Nadi : tidak dilakukan

Pernafasan : 18x/menit

Suhu : 36.8 0C

Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur dan gallop

Sistem respirasi : ronkhi +/+,

14

Page 15: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Sistem gastrointestinal : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, bising usus

normal

Extremitas : Tonus otot baik, akral hangat

STATUS NEUROLOGIK

Refleks fisiologis : Tidak dilakukan.

Refleks Patologis : Tidak dilakukan.

Konsul neurologi : Tidak dilakukan pemeriksaan.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Imuno serologi 28 April 2013

CD4 200 SEL/UL

HbsAg : negatif

Anti HBs :negatif

Anti HCV : positive

VI.IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien laki-laki berumur 34 tahun, pemeluk islam, belum menikah, bekerja, pada

tanggal 25 November 2010 pasien datang ke RSKO oleh petugas RSKO dengan keluhan

pasien mengalami ketergantungan putauw. Pasien dalam pengobatan subsitusi metadon dan

sudah tidak memakai NARKOBA

15

Page 16: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Riwayat pendidikan pasien,Pasien menyatakan sudah tidak berkuliah sejak memakai

putauw sejak semester 2.

Pasien memiliki riwayat penggunaan narkoba sejak tahun 1997 lagi.Pasien pernah

dirawat di RSKO sebanyak 2 kali akibat gejala putus zat dan gangguan jiwa akibat narkoba

pada tahun 2006. Selain itu pasien sedang menderita bronkitis, HIV dan hepatitis C.

Kesadaran neurologis pasien compos mentis, keadaan umum tampak sehat. Perilaku dan

aktivitas psikomotor pasien agak aktif dan bicaranya cepat,suara jelas dan lancar dan senatiasa

ada ide-ide untuk ngobrol. Suasana perasan pasien adalah eutimia. Sensorium dan kognisi

pasien dalam batas normal. Orientasi waktu,tempat,orang dan situasi serta daya ingat pasien

tidak terganggu. Daya nilai sosial baik dan daya nilai realitas pasien tidak terganggu. Tilikan

pasien Derajat 6 menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk

mencapai perbaikan.Pada pemeriksaan terdahulu dikatakan pasien menderita HIV , hepatitis

C.

VII. FORMULA DIAGNOSTIK

Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna dengan urutan

untuk evaluasi multiaksial, seperti berikut:

Aksis I : F11.22 “sindrom ketergantungan “ kini dalam pengawasan klinis dengan terapi

pemeliharaan atau dengan pengobatan zat pengganti (ketergantungan terkendali//////9misalnya

dengan metadone, penggunaan “nicotine gum” atau” nicotine patch”

Aksis II : ditemukan gangguan keperibadian tipe skizoid

Sedikit aktivitas yang memberi kesenangan

Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain (usia 34 tahun)

Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri.

Aksis III : Pasien mengidap HIV dan hepatitis C.

Pemeriksaan darah :

Anti HCV : positif

CD4 : 200 sel/ul16

Page 17: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Aksis IV : masalah keluarga dan masalah psikososial

Aksis V :

Global Assement Functioning Scale (GAF)

Skala GAF setahun sebelum : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

Skala GAF pada saat dievaluasi: 70 - 61 (beberapa gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).

VIII.EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F11.22 (Sindrom ketergantungan kini dalam pengawasan klinis dengan terapi

pemeliharaan atau dengan pengobatan zat pengganti)

Aksis II : ditemukan gangguan kepribadian skizoid

Aksis III : Pasien mengidap bronkitis serta HIV dan hepatitis C

Aksis IV : masalah keluarga dan masalah psikososial

Aksis V : Skala GAF setahun sebelum : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

Skala GAF pada saat dievaluasi: 70 - 61 (beberapa gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).

IX. PROGNOSIS

Dubia ad malam

Indikator prognosis baik

Tidak ada riwayat gangguan kejiwaan pada keluarga pasien sampai pada kakek dan

nenek dari orangtua OS

Predominasi gejala positif (riwayat depresi)

Indikator prognosis buruk

Onset muda

17

Page 18: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Faktor pencetus tidak jelas

Pasien belum menikah, tidak punya teman lawan jenis

Tidak dapat menyelesaikan pembelajaran

Kurang dukungan keluarga ( hanya tinggal bersama ibu yang sudah sakit-sakitan,

tidak dekat dengan saudaranya)

X. DAFTAR PROBLEM

Organobiologik : hepatitis C dan HIV

Psikologis : depresi

Sosial/Keluarga : hendaya dalam fungsi pekerjaan, sosial dan keluarga

XI. TERAPI

Psikofarmaka:

Lanzoprazole 1 kali 1mg

Inpepsa 3 kali 1 CTH ½ jam ac

OAT (rifampicin 1x800mg )(INH 1x400mg)

AVR (duviral 2x1mg)

Psikoterapi terhadap pasien :

Memberikan terapi suportif yang telah dilakukan dengan tujuan untuk memberikan

dorongan, motivasi, dan memperkuatkan pertahanan diri pasien. Melalui terapi ini

diharapkan pasien dapat menemukan kembali rasa percaya diri dan memperkuatkan

pertahanan diri terhadap masalah-,masalah yang dihadapi.

18

Page 19: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

Memberikan Terapi Perilaku Kognitif (cognitive behaviour therapies). Terapi ini

dilakukan untuk mengajak pasien menetang pikiran yang salah dengan memberikan

bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan tentang masalah yang dihadapi.

Terapis memberikan keyakinan dalam diri pasien bahawa tingkah laku keliru boleh

diubah dengan cara mengembangkan pola pikir rasional dan mempelajari cara yang

lebih efektif dalam mengatasi masalah ang dihadapi.

Memberikan Pelatihan Keterampilan Sosial. Pelatihan ini bertujuan untuk membantu

individu dapat mengembangkan respon interpersonal yang efektif dalam situasi sosial

yang memicu terjadinya kekambuhan. Dalam hal ini pasien diberi pelatihan cara

meghadapi situasi berisiko tinggi termasuk kondisi mood negatif seperti depresi,

marah, cemas, konflik interpersonal serta tanggungjawab dan menghindari situasi

yang kondusif seperti berkumpul dengan teman-teman yang biasanya dapat memicu

relaps.

Melakukan konseling keluarga. Dimana dalam keluarga diberi pemahaman bahawa

pasien masih tetap membutuhkan suport dari pihak keluarga agar penyembuhan

pasien lebih cepat.

Mendorong pasien untuk minum obat secara teratur dengan mengajarkan manfaat dari

obat-obatan yang diberikan.

Memberi penyuluhan untuk membantu pasien agar dapat mengerti keadaan yang

sekarang dan mengatasi permasalahan yang ada dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Memotivasi pasien untuk tidak lagi menggunakan zat psikoaktif.

Psikoterapi terhadap keluarga

Melakukan konseling keluarga. Dimana dalam keluarga diberi pemahaman bahwa

pasien masih tetap membutuhkan suport dari pihak keluarga agar penyembuhan

pasien lebih cepat.

Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga dan pentingnya

rutinitas minum obat dalam proses kesembuhan pasien.

19

Page 20: Sttus Jiwa Revisi Kelompok 3-1

20