sttus jiwa revisi kelompok 3-1
DESCRIPTION
status jiwaTRANSCRIPT
STATUS PSIKIATRI
Terapi Metadon Substitusi Ketergantungan NAPZA
Doktor Pembimbing:
Dr. Andhi, Sp.KJ
Disusun oleh:
Ivana Tansil 11.2011.198
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
2013
1
NOMOR REKAM MEDIS : XXXXXX
Nama Pasien : Tn. M
Nama Dokter yang merawat : Dr. C
Rujukan/Datang sendiri/Keluarga : Dibawa oleh pihak RSKO atas permintaan keluarga
Riwayat Perawatan : pasien sebelumnya belum pernah dirawat di RSKO
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I. M
Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 18 Juli1976
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : padang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jln. Salawati IV B3 No 13, jatiwatingin ASRI pondok gedhe
bekasi
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Data diperoleh dari :
Autoanamnesis dengan pasien hari Sabtu, tanggal 2 januari 2013 pukul 12:00
Rekam medis pasien
2
A. KELUHAN UTAMA
Pasien menjalani terapi substitusi metadon dengan dosis 155 mg sejak 802 hari sebelum hari
diwawancarai.
A. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien datang ke RSKO pada tanggal 2 Januari 2013 datang ke RSKO untuk menjalani
terapi program rumatan metadon (PRM) pasien adalah peserta PRM sejak 25 November
2010.setelah setahun menjadi peserta PRM, pasien menjadi THM yakni terapi metadon di
rumah, pasien berganti-gantian selang sehari pergi ke klinik metadon, ketika di wawancaraa
pasien mengeluh sakit ulu hati, dan jantung sering berdebar-debar, pasien juga susah tidur
beberapa hari belakangan, pasien minum apraxolam 0,25 mg sekali minum untuk mengurangi
kegelisahan karena tidak bisa tidur, obat tersebut diperoleh dengan cara membeli di apotek.
Sejak menjalani PRM pasien sudah tidak mengkonsumsi NARKOBA lagi. Pasien sebelumnya
pasien dari RS Fatmawati yang menjalani tetapi substitusi metadon, pasien menjelaskan
alasannya pindah ke RSKO supaya pasien bisa lebih mudah pulang pergi karena lebih dekat.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA:
1. Gangguan psikiatrik.
Pada awal tahun 2004 pasien sering mengalami halusinasi suara, pasien sering
mendengar ada suara-suara merupakan kumpulan dari banyak mahluk halus yang sering
berbicara keras di telinga pasien yang selalu mengikuti dan mengejek pasien terus menerus.
Pasien pernah menceritakan kepada teman-temannya tapi pasien dianggap gila oleh teman-
temannya. Kemudian pasien pergi ke paranormal. Pasien sedang diikuti oleh mahluk gaib
menurut peramal yang didatanginya. Pasien menjalani terapi yang diprintahkan oleh
paranormal sambil menjalani sholat, namun suara-suara tersebut hanya hilang sebentar dan
kembali mengganggu, pasien sering terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur lagi. Pasien
merasa pernah diajak oleh sesosok mahluk gaib untuk berhubungan badan, namun
menolaknya, tetapi mahluk tersebut tetap memaksa.
Pada akhir tahun 2005 , pasien semakin merasa tertekan dan dihantui oleh mahluk-
mahluk yang dikatakannya selalu mendatanginya untuk meredahkan pasien serta menunjukan
wujud aslinya. Pasien juga sering bicara sendiri, tidak jarang pasien bicara keras-keras dan
tidak ada maksudnya, pasien bicara nglantur,hal tersebut disadari oleh ibunya, kemudian ibu 3
pasien membawa pasien berobat ke rehabilitasi NARKOBA Dewanari, Tebet.pasien sempat
dirawat beberapa saat, pasien memutuskan tidak menjalani rehabilitasi, pasien jenuh dan
merasa baik-baik saja.
Sepanjang tahun 2006-2009, pasien masih mendengar suara-suara yang tidak
dikenalinya, gelisah tidak menentu, teriak-teriak, menangis, sulit konsentrasi,tidak bisa tidur.
Pasien pernah dieawat di pondok pesantren dn rehabilitasi, tebet. Sementara pada tahun 2010,
pasien diantar ke RSKO bukan karena gangguan jiwanya tetapi karena relaps adiksi terhadap
narkoba yang sama seperti pada 2006.
2. Riwayat gangguan medik
Dada sering berdebar-debar, pasien baru menjalani pemeriksaaan EKG hasilnya belum keluar.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif.
Mulai minum alkohol dan merokok pada tahun 1996, sewaktu masih bersekolah
di SMP. Pasien mengenali alkohol dan rokok dari teman-temannya saat
nongkrong bersama. Merokok mulai dengan 1-3 batang perhari dan menigkat
menjadi sebungkus sehari.
Mengenal NAPZA juga dari teman-teman. Pertama kali menggunakan ganja
pada tahun 1997 karena rasa ingin tahu dan coba-coba. Pasien menggunakan
ganja dengan cara dihisap/dirokok. Penggunaan ganja pada awalnya tidak rutin
dan hanya sekadar suka-suka.
Pasien menggunakan putauw sejak tahun 1998 Mula-mula digunakan dengan
cara ngedrag, kemudian secara cucauw. Pertama kali pemakaian sebanyak
seperempat gram, lalu meningkat sampai dengan setengah gram sekali
pemakaian. Penggunaan adalah secara rutin 1 kali sehari.
Pada tahun 1997, pasien juga mulai mengenal dan menggunakan shabu tapi
tidak lebih sering dari pemakaian putauw. Pasien menggunakan bong plastik
untuk mengkonsumsi shabu. Pasien dirawat di RS ketergantungan obat
Dewanari, Tebet
4
pada tahun 2001 pasien dirawat dipusat rehabilitasi Getsemani, kemudian pasien
sempat berenti pake, di tahun itu pasien juga pernah dimasukan oleh ibunya di
pesantren.
pada tahun 2003 pasien kembali menggunakan putaw dan sabu yang
diperolennya dari teman-temanya. Pasien minum anggur merah segelas sehari
kalau sedang kepingin aja.
Pada tahun 2009, pasien mulai minum methadone di bawah pengawasan dokter
Rumah sakit Fatmawati tempat ia berobat. 1 hari SMRS pada tahun 2010, pasien
dibawa oleh ibunya ke klinik metadone RSKO cibubur, karena lokasinya lebih
dekat daripada klinik RS Fatmawati.
4. Riwayat gangguan sebelumnya.
1997 1998 2003 2006
Keterangan:
1997: Pasien pertama kali minum alkohol, merokok, dan menggunakan ganja sewaktu
masih bersekolah di SMP. Pasien pertama kali menggunakan putauw dan shabu
dengan cara drag
1998: pasien memakai putauw dan syabu dengan cucau.
2003: Pasien kembali menggunakan NAPZA secara aktif karena mengalami depresi
akibat masalah dengan keluarga pacarnya. Pasien diintervensi dan dibawa ke
RSKO atas permintaan ibunya karena mengamuk di rumah, suka berperilaku
5
kasar terhadap ibunya, membanting-banting peralatan kaca dan TV, suka
berteriak, dan mengganggu warga. Pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi dirinya sehingga ia gelisah dan sangat
emosional.
2006 : pasien kembali menggunakan putauw dan mengalami depresi hingga
mengalami depresi ,merasa ditinggal dan tidak diperhatikan
2011: Pasien kembali menggunakan NAPZA. Masuk ke RSKO karena relaps adiksi
terhadap NAPZA. Pasien menjalani pengobatan methadone dan beredia
mengikuti terapi engn rutin.
2012: Pasien menjalani terpi substitusi metadone di RSKO karena dilaporkan ada
perubahan perilaku yaitu marah-marah,gelisah,sukar tidur,berebar-debar
A. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI :
1.Riwayat perkembangan fisik :
Pasien lahir cukup bulan di tolong bidan rumah sakit. Pasien pernah diberitahu oleh
ibunya bahwa ibunya paling susah mengandung pasien namun pasien tidak tahu apa yang
dimaksudkan dengan susah tersebut (sang ibu tidak mau menceritakan apa-apa tentang
anaknya saat ditanyakan). Pasien lahir sebagai bayi normal. Tidak pernah ada riwayat demam
kuning, demam campak maupun kejang demam.
2.Riwayat perkembangan kepribadian :
A)Masa kanak-kanak :
Pasien dijaga oleh kakek kandungnya saat orang tua pasien sibuk bekerja, Pasien jarang dapat
berkomunikasi dengan orang tuanya. Pasien juga mengatakan orang tuanya jarang menegur
dan memberi perhatian sehingga membuat pasien merasa tertekan. Pasien mengaku dia
6
seorang anak yang hiperaktif, sangat suka bermain dengan banyak teman dan mengaku dia
seorang anak yang nakal sehingga sukar tidak disenangi oleh temannya. Namun,
perkembangan psikomotor, psikososial, kognitif dan moral pasien masih dalam batas yang
baik sehingga pasien sangat berprestasi ketika usia kanak-kanaknya.
B)Masa remaja :
Pasien tinggal bersama orang tua dan saudaranya. Hubungan pasien dengan orang
tuanya dingin karena kurangnya komunikasi, kurangnya perhatian orang tuanya terhadap
pasien dan perasaan pasien yang tertekan situasi ekonomi dan keluarga. Pasien masih seorang
yang senang membantu sahabat-sahabatnya, ia suka memberi sejumlah temannya sejumlah
uang. Namun, setelah tamat SMA, prestasi pasien mulai menurun karena sudah mulai coba-
coba mendekati narkoba. Pasien tidak melanjutkan kuliahnya. Ia putus kuliah. Pasien
mengatakan banyak faktor yang mendorongnya untuk mencoba narkoba diantaranya karena
perasaan ingin tahunya yang tinggi, masalah keluarga, masalah pacaran dan lingkungan
sosial. Saat usianya 16 tahun, dia sudah mulai minum alkohol dan usia 17 tahun pasien sudah
mulai memakai narkoba. Sejak usia pemakaian, pasien pernah 1 kali masuk penjara dengan
setiap durasi tahanan kurang lebih 1 tahun karena tertangkap basah sedang memakai narkoba
C)Masa dewasa :
Pasien semakin tergantung kepada narkoba. Pasien sudah mulai bekerja sebagai wiraswasta
pernah berusaha membuka warung, jualan pulsa, service motor. Pasien masih mempunyai
banyak teman dan sering bertemu teman-teman antara lain untuk mendapatkan narkoba.pasien
punya pacar, namun sempat ditinggal menikah, pasien frustasi dan memutuskan tidak mau
pacaran lagi, dan pasien terjebak menggunakan narkoba lagi.
3. Riwayat pendidikan :
A)SD : bersekolah di SD, pasien mempunyai banyak teman dan tamat 6 tahun
B)SMP : bersekolah di SMP mempunyai banyak teman dan tamat 3 tahun
7
C)SMA : bersekolah di dua sekolah. Pertama di SMA budi utomo sampai kelas 2. sempat
hampir tidak naik kelas karena jarang masuk sekolah dan sering terlibat tawuran. Kemudian,
pasien dimasukkan ke SMA Halim 42 sampai selesai sekolah.
D)Universitas : pasien sudah mendaftar sebagai mahasiswa kampus Akademi Bahasa
Inggris . Pasien tidak tamat perkuliahan karena masalah narkoba dan dirawat di Rehablitasi.
4.Riwayat pekerjaan :
Pasien pernah sempat menjadi seorang pengusaha kantin danenjual pulsa serta menerima
service motor namun uang pasien banyak habis karena membeli putauw dan ditipu oleh
teman-temannya sampai usahanya tutup.
5.Kehidupan beragama :
Pasien mengaku taat beribadah dan melaksanakan sholat,namjn kadang-kadang pasien lupa
menjalaninya, pasien menjalani puasa Ramadan .
6.Kehidupan sosial dan perkawinan :
Pasien pernah berpacaran kurang lebih sebanyak 4 kali dan semuanya putus karena banyak
sebab. Ada yang tidak serasi, ada yang tidak direstui orang tua dan lain-lain (pasien tidak
ingin mengingat kembali). Pasien ditinggalmenikah oleh pacarnya, Semua pacarnya adalah
perempuan. Setiap kali pacaran, anggota keluarga mengetahui tentang hubungan mereka dan
merestui hubungan tersebut. Pasien mengaku. Sekarang pasien belum memiliki pacar
dikarenakan pasien merasa tidak ada yang mau dengannya.
E.RIWAYAT KELUARGA :
8
Pasien adalah anak ke-2 dari empat saudara.
Pohon keluarga:
1 2
3 4 5 6
Keterangan:
= Laki-laki = Perempuan = Pasien
A. Tn. M.S, ayah pasien,sudah meninggal karena serangan stroke
A. Ny.S, ibu pasien,63 tahun, seorang ibu rumah tangga,sedang mengalami stroke
A. Ny.Sa, kakak pertama pasien,36 tahun, bekerja dan sudah menikah.
A. Ny. R, adik ketiga pasien, 22 tahun belum menikah.
A. nn.T adik terakhir pasien, 20tahun belum menikah
B. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG :
Pasien tinggal berdua di Tebet bersama ibunya. Kakak laki-laki dan adik perempuan tinggal
terpisah karena sudah menikah dan punya keluarga sendiri. Bapaknya sudah meninggal
karena sakit stroke. ibunya seorang ibu rumah tangga yang sudah tidak bekerja. dan pasien
9
sendiri seorang pengusaha kantin dan menjual pulsa serta membuka sparepart juga perbaikan
sepeda motor. Bapaknya baru beberapa tahun terakhir meninggal dikarenakan stroke kronis .
Pasien mengaku kurang berkomunikasi dengan orang tuanya sejak dari kecil karena bapaknya
sering sibuk dan orang tuanya sering bertengkar. Pasien paling dekat dengan temannya, ada
dua orang teman yang dianggap pasien sebagai teman disaat susah, namun pasien selalu
beranggapan teman-temannya hanya memanfaatkan pasien di kala susah saja, pasien sering
merasa senditi di saat susah, teman -teman yang selama ini dipercayanya hanya
memanfaatkan pasien saja. Pasien tidak begitu dekat dengan saudara kandungnya dikarenakan
kakaknya yang pertama sudah berkeluarga. Kakaknya sudah mempunyai urusan sendiri.
Pasien jarang bercerita dengan adik-adiknya. Dikarenaakan adik pasien dua-duanya
perempuan,pasien tidak dekat dengan adik-adiknya
Pasien mengaku pernah dikatakan "gila" saat pertama kali dirawat di RSKO pada tahun 2010.
Namun, pasien menerima pandangan itu, karena pasien memang mengaku bicaranya ngaco
dan tidak mampu mengontrol diri sehingga mau atau tidak pasien berobat ke RSKO
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan :
Pasien laki-laki berusia 34 tahun dengan penampilan fisik yang sesuai dengan usianya.
Pasien bersikap tenang dan terlihat bersemangat. Postur tubuh piknikus, kulit sawo
matang, rambut pendek hitam. Pada saat wawancara, pasien memakai kemeja biru
kotak-kotak celana hitam dan sepatu, kebersihan diri pasien cukup baik, tidak ada bau
badan, pasien memakai parfum yang cukup menusuk hidung.
2. Kesadaran
Kesadaran sensorium / neurologic : Compos mentis
Kesadaran psikiatrik : Berkabut (tampak terganggu)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara : Pasien sedang berbicara dengan teman-temannya dan bercerita juga
kepada petugas di klinik metadon, bicaranya baik.
10
Selama wawancara : Pasien tenang, tampak bersemangat, dapat menjawab pertanyaan dengan
baik, konsentrasi tidak terganggu, kadang-kadang berbicara soal masa lalu soal mantan
kekasihnya dengan nada lebih rendah
Sesudah wawancara : Pasien meminta izin mengakhiri wawancara mau ngurus ibunya yang
sedang sakit stroke di rumah,pasien mengatakan kurang tidur karena semalam menjaga
ibunya yang sakit
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif (menjawab pertanyaan dengan baik).
5. Pembicaraan :
Cara berbicara : Spontan, suara jelas dan tinggi, lancar.
Gangguan berbicara : Tidak ada.
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
Suasana perasaan (mood) : eutimik
Afek ekspresi afektif
Arus : Cepat
Stabilisasi : Stabil
Kedalaman : Dangkal
Skala diferensiasi : Meluas
Keserasian : Serasi
Pengendalian impuls : Cukup
Ekspresi : Luas
Dramatisasi : Tidak ada
Empati : Dapat dirabarasakan
11
C. GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi : tidak ada
Ilusi : tidak ada
Deperesonalisasi : tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
Taraf pendidikan : Tamat SMA.
Pengetahuan umum : Cukup (dapat menjawab apabila ditanyakan nama Presiden
Indonesia sekarang)
Kecerdasan : Rata-rata (dapat menghitung) dapat menggambar jam
Konsentrasi : Cukup
Orientasi :
Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan waktu wawancara yaitu jam 12 pagi)
Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di ruang wawancara klinik
metadon, RSKO Jakarta)
Orang : Baik (pasien dapat membedakan dokter, suster, laki-laki, perempuan)
Situasi : Baik (pasien tahu dokter muda sedang wawancara untuk mencari tahu
kondisi penyakitnya)
Daya ingat :
Tingkat :
Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengingat tanggal lahir)
Jangka pendek : Baik (pasien ingat bahwa dia harus segera pulang untuk
mengurus mamanya yang sedang sakit stroke)
Segera : Baik (pasien dapat menyebut nomor setelah 15-20 detik)
12
Gangguan : Tidak ada
Pikiran abstraktif : Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan apel dengan jeruk)
Visuospatial : Baik (pasien dapat menggambarkan jam dan waktu sesuai diminta)
Bakat kreatif : baik (pasien dapat memperbaiki sepeda motor yang rusak)
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (pasien dapat makan, mandi sendiri)
E. PROSES PIKIR
Arus pikir :
Produktifitas : Baik, suara jelas dan lantang, inkoherensi (-), flight of ideas
(-).
Kontinuitas : Baik, menjawab sesuai pertanyaan.
Hendaya bahasa : Tidak ada
Isi pikir :
Preokupasi dalam pikiran : Pasien merasa pantas diintervensi ke RSKO.
Pasien perlu mendapat terapi untuk mengurangi gejala putus obatnya
Waham : tidak ada
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Gagasan rujukan :
Gagasan pengaruh : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
13
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan gejala
yang agresif.
G. DAYA NILAI
Daya nilai sosial : Baik (pasien mengatakan tidak wajar apabila seorang anak
memukul ibunya)
Uji daya nilai : Baik
Daya nilai reabilitas : tidak terganggu( pasien merasa dirinya harus bisa menjadi
anak yang mengurus ibunya yang sedang sakit)
H. TILIKAN
Derajat 6 menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan
I. RELIABILITAS
dapat dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNUS
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : tidak dilakukan
Nadi : tidak dilakukan
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36.8 0C
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur dan gallop
Sistem respirasi : ronkhi +/+,
14
Sistem gastrointestinal : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, bising usus
normal
Extremitas : Tonus otot baik, akral hangat
STATUS NEUROLOGIK
Refleks fisiologis : Tidak dilakukan.
Refleks Patologis : Tidak dilakukan.
Konsul neurologi : Tidak dilakukan pemeriksaan.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Imuno serologi 28 April 2013
CD4 200 SEL/UL
HbsAg : negatif
Anti HBs :negatif
Anti HCV : positive
VI.IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki berumur 34 tahun, pemeluk islam, belum menikah, bekerja, pada
tanggal 25 November 2010 pasien datang ke RSKO oleh petugas RSKO dengan keluhan
pasien mengalami ketergantungan putauw. Pasien dalam pengobatan subsitusi metadon dan
sudah tidak memakai NARKOBA
15
Riwayat pendidikan pasien,Pasien menyatakan sudah tidak berkuliah sejak memakai
putauw sejak semester 2.
Pasien memiliki riwayat penggunaan narkoba sejak tahun 1997 lagi.Pasien pernah
dirawat di RSKO sebanyak 2 kali akibat gejala putus zat dan gangguan jiwa akibat narkoba
pada tahun 2006. Selain itu pasien sedang menderita bronkitis, HIV dan hepatitis C.
Kesadaran neurologis pasien compos mentis, keadaan umum tampak sehat. Perilaku dan
aktivitas psikomotor pasien agak aktif dan bicaranya cepat,suara jelas dan lancar dan senatiasa
ada ide-ide untuk ngobrol. Suasana perasan pasien adalah eutimia. Sensorium dan kognisi
pasien dalam batas normal. Orientasi waktu,tempat,orang dan situasi serta daya ingat pasien
tidak terganggu. Daya nilai sosial baik dan daya nilai realitas pasien tidak terganggu. Tilikan
pasien Derajat 6 menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan.Pada pemeriksaan terdahulu dikatakan pasien menderita HIV , hepatitis
C.
VII. FORMULA DIAGNOSTIK
Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna dengan urutan
untuk evaluasi multiaksial, seperti berikut:
Aksis I : F11.22 “sindrom ketergantungan “ kini dalam pengawasan klinis dengan terapi
pemeliharaan atau dengan pengobatan zat pengganti (ketergantungan terkendali//////9misalnya
dengan metadone, penggunaan “nicotine gum” atau” nicotine patch”
Aksis II : ditemukan gangguan keperibadian tipe skizoid
Sedikit aktivitas yang memberi kesenangan
Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain (usia 34 tahun)
Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri.
Aksis III : Pasien mengidap HIV dan hepatitis C.
Pemeriksaan darah :
Anti HCV : positif
CD4 : 200 sel/ul16
Aksis IV : masalah keluarga dan masalah psikososial
Aksis V :
Global Assement Functioning Scale (GAF)
Skala GAF setahun sebelum : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
Skala GAF pada saat dievaluasi: 70 - 61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
VIII.EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F11.22 (Sindrom ketergantungan kini dalam pengawasan klinis dengan terapi
pemeliharaan atau dengan pengobatan zat pengganti)
Aksis II : ditemukan gangguan kepribadian skizoid
Aksis III : Pasien mengidap bronkitis serta HIV dan hepatitis C
Aksis IV : masalah keluarga dan masalah psikososial
Aksis V : Skala GAF setahun sebelum : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
Skala GAF pada saat dievaluasi: 70 - 61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
IX. PROGNOSIS
Dubia ad malam
Indikator prognosis baik
Tidak ada riwayat gangguan kejiwaan pada keluarga pasien sampai pada kakek dan
nenek dari orangtua OS
Predominasi gejala positif (riwayat depresi)
Indikator prognosis buruk
Onset muda
17
Faktor pencetus tidak jelas
Pasien belum menikah, tidak punya teman lawan jenis
Tidak dapat menyelesaikan pembelajaran
Kurang dukungan keluarga ( hanya tinggal bersama ibu yang sudah sakit-sakitan,
tidak dekat dengan saudaranya)
X. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : hepatitis C dan HIV
Psikologis : depresi
Sosial/Keluarga : hendaya dalam fungsi pekerjaan, sosial dan keluarga
XI. TERAPI
Psikofarmaka:
Lanzoprazole 1 kali 1mg
Inpepsa 3 kali 1 CTH ½ jam ac
OAT (rifampicin 1x800mg )(INH 1x400mg)
AVR (duviral 2x1mg)
Psikoterapi terhadap pasien :
Memberikan terapi suportif yang telah dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
dorongan, motivasi, dan memperkuatkan pertahanan diri pasien. Melalui terapi ini
diharapkan pasien dapat menemukan kembali rasa percaya diri dan memperkuatkan
pertahanan diri terhadap masalah-,masalah yang dihadapi.
18
Memberikan Terapi Perilaku Kognitif (cognitive behaviour therapies). Terapi ini
dilakukan untuk mengajak pasien menetang pikiran yang salah dengan memberikan
bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan tentang masalah yang dihadapi.
Terapis memberikan keyakinan dalam diri pasien bahawa tingkah laku keliru boleh
diubah dengan cara mengembangkan pola pikir rasional dan mempelajari cara yang
lebih efektif dalam mengatasi masalah ang dihadapi.
Memberikan Pelatihan Keterampilan Sosial. Pelatihan ini bertujuan untuk membantu
individu dapat mengembangkan respon interpersonal yang efektif dalam situasi sosial
yang memicu terjadinya kekambuhan. Dalam hal ini pasien diberi pelatihan cara
meghadapi situasi berisiko tinggi termasuk kondisi mood negatif seperti depresi,
marah, cemas, konflik interpersonal serta tanggungjawab dan menghindari situasi
yang kondusif seperti berkumpul dengan teman-teman yang biasanya dapat memicu
relaps.
Melakukan konseling keluarga. Dimana dalam keluarga diberi pemahaman bahawa
pasien masih tetap membutuhkan suport dari pihak keluarga agar penyembuhan
pasien lebih cepat.
Mendorong pasien untuk minum obat secara teratur dengan mengajarkan manfaat dari
obat-obatan yang diberikan.
Memberi penyuluhan untuk membantu pasien agar dapat mengerti keadaan yang
sekarang dan mengatasi permasalahan yang ada dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Memotivasi pasien untuk tidak lagi menggunakan zat psikoaktif.
Psikoterapi terhadap keluarga
Melakukan konseling keluarga. Dimana dalam keluarga diberi pemahaman bahwa
pasien masih tetap membutuhkan suport dari pihak keluarga agar penyembuhan
pasien lebih cepat.
Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga dan pentingnya
rutinitas minum obat dalam proses kesembuhan pasien.
19
20