makalah kelompok 8 revisi

28
Social Accounting And Management Information System Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Disusun Oleh : Rizky Andhika P. 0710230130 Aris Munandar SS 0710230133 Indra P. Simanjuntak 0710230134 Azmi Karim 0710230152 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: aris-munandar-s-s

Post on 27-Jun-2015

353 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok 8 Revisi

Social Accounting And Management Information System

Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Disusun Oleh :

Rizky Andhika P. 0710230130

Aris Munandar SS 0710230133

Indra P. Simanjuntak 0710230134

Azmi Karim 0710230152

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010

Page 2: Makalah Kelompok 8 Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Abstraksi

Pada saat ini, perusahaan bukan lagi sekadar kegiatan ekonomi yang hanya menciptakan

profit demi kelangsungan usaha, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Di

berbagai tempat, kenyataan berkali-kali memperlihatkan, perusahaan-perusahaan yang hanya

mau mengeruk keuntungan finansial serta mengabaikan tanggung jawab sosial dan lingkungan,

bukan saja mendapat tentangan dari masyarakat sekitar, tapi juga mendapatkan tekanan dahsyat

dari LSM-LSM yang sepak terjangnya tak mengenal batas wilayah negara. Setidaknya,ini

tergambar dalam kasus PT Lapindo Brantas, yang tak hanya dihadang kerugian finansial, tapi

juga dihadang berbagai tuntutan dari masyarakat, akibat kejahatan lingkungan hidup yang

menyebabkan terjadinya bencana lumpur panas di Porong, Sidoarjo - Jawa Timur.

1.2.Latar Belakang

Kapitalisme, yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan

kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia

secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi

justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial [Galtung & Ikeda (1995) dan

Rich (1996) dalam Chwastiak (1999)].

Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian yang dilayani perusahaan adalah

stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan

terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan

kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan,

konsumen serta masyarakat

Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak di luar manajemen

dan pemilik modal. Akan tetapi perusahaan kadangkala melalaikannya dengan alasan bahwa

mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini

disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non reciprocal yaitu transaksi

antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik.

Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi

yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus semakin memaksa perusahaan

untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan informasi

mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak

Page 3: Makalah Kelompok 8 Revisi

masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan

mengkonsumsi.

1.3.Tujuan

Penyusunan makalah ini membahas tentang Akuntansi Sosial dan Sistem Informasi

Manajemen, yang bertujuan untuk:

1) Mengetahui peran akuntansi sosial dan akuntansi lingkungan dalam perusahaan.

2) Membedakan antara sosial internal dengan sistem informasi dan akuntansi lingkungan.

3) Mengetahui karakteristik akuntansi sumber daya manusia untuk meningkatkan efisiensi

ekologi.

4) Mengetahui tanggung jawab dan peran yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lingkungan

sosialnya.

1.4.Pokok Permasalahan

Akuntansi sosial tidak hanya diperuntukkan bagi pihak eksternal perusahaan yang

meliputi, para pemegang saham, masyarakat, kreditor, stakeholder, dan pihak-pihak eksternal

lainnya, tetapi juga bagi pihak internal perusahaan. Informasi akuntansi sosial ini diolah oleh

suatu sistem terintegrasi, yaitu sistem informasi manajemen.

Akuntansi sosial, bagi sebagian manajemen perusahaan dipandang sebagai suatu hal yang

biasa. Padahal, akuntansi lingkungan dan sosial ini memiliki peran yang amat penting bagi

internal perusahaan, yaitu membantu memperkenalkan nilai balik dari lingkungan (internal),

yang secara tidak langsung menerapkan prinsip dan nilai-nilai aktivitas yang diharapkan

karyawan, sehingga kesejahteraan karyawan dapat terpenuhi.

Makalah ini diantaranya akan membahas perbedaan tujuan antara sosial internal dengan

sistem informasi dan akuntansi lingkungan. Langkah pertama sebelum pembahasan tersebut,

adalah pemeriksaan terhadap isu lingkungan yang sedang berkembang yang berhubungan

dengan akuntansi sosial internal. Kemudian, pemeriksaan dalam konteks yang lebih mendalam,

yaitu menganalisis isu dasar yang menimpa karyawan.

Page 4: Makalah Kelompok 8 Revisi

BAB II

ISI

AKUNTANSI SOSIAL DAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti

halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting untuk mendukung

kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat dibutuhkan

bagi sebuah perusahaan. Akibat bila kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu

perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam

mengambil keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan

mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya. Disamping itu, sistem

informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik. Masalah utamanya adalah

bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak informasi yang tidak bermanfaat atau berarti

(sistem terlalu banyak data). Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital)

dalam mendesain sebuah sistem informasi yang efektif (effective business system). Menyiapkan

langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas adalah tujuan dalam

mendesain sistem baru.

Pada umumnya perusahaan yang ideal menggelar program-program CSR juga membuat

laporan sebagai fase akhir setelah serangkaian proses panjang dilewati; sejak desain,

implementasi program, monitoring, hingga evaluasi. Manfaatnya, selain bisa digunakan untuk

bahan evaluasi terpadu, juga bisa menjadi alat komunikasi dengan stakeholders, termasuk mitra

bisnis dan kalangan investor. Pelaporan CSR ini, menjadi kajian dalam bidang ilmu Akuntansi

Sosial.

Akuntansi sosial merupakan penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap

konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah

dan wirausahawan. Akuntansi sosial ini berguna untuk mengukur dan melaporkan kontribusi

suatu perusahaan kepada lingkungannya.

Pengungkapan kinerja akuntansi sosial perusahaan, baik secara internal maupun

eksternal, dapat ditempuh melalui beberapa pendekatan, yaitu:

(1) Audit sosial.

Audit Sosial yaitu mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari

program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler. Mulanya,

manajer perusahaan diminta membuat daftar aktivitas dengan konsekuensi sosial. Setelah

daftar tersebut dihasilkan, auditor sosial kemudian menilai dan mengukur dampak-dampak

Page 5: Makalah Kelompok 8 Revisi

dari kegiatan sosial perusahaan. Audit sosial dilaksanakan secara rutin oleh kelompok

konsultan internal maupun eksternal, sebagai bagian dari pemeriksaan internal biasa,

sehingga manajer mengetahui konsekuensi sosial dari tindakan mereka.

(2) Laporan-Laporan Sosial.

Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan dengan

komunitasnya, dikembangkan salah satunya oleh David Linowes. Ia membagi laporannya

dalam tiga kategori: hubungan dengan manusia, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan

dengan produk. Pada setiap kategori, ia membuat daftar mengenai konstribusi sukarela

perusahaan dan kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas

perusahaan itu. Linowes memoneterisasi segala sesuatunya dalam laporan tersebut, sampai

pada saldo akhir, yang disebutnya sebagai tindakan sosio-ekonomi netto untuk tahun

tersebut. Dalam laporan Linowes, seluruh kontribusi dan kerugian harus dihitung secara

moneter. Selain Linowes, Ralph Estes juga mengembangkan suatu model pelaporan

mengenai manfaat dan biaya sosial. Ia menghitung manfaat sosial sebagai seluruh kontribusi

kepada masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan (misalnya, lapangan kerja yang

disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan lingkungan). Sedangkan biaya sosial, meliputi

seluruh biaya operasi perusahaan (bahan baku yang dibeli, utang kerusakan lingkungan, luka-

luka dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan). Manfaat sosial dikurangkan dengan

biaya sosial untuk memperoleh manfaat atau biaya netto.

(3) Pengungkapan dalam laporan tahunan.

Beberapa perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham disertai

beberapa informasi sosial yang dilakukan. Namun, melalui informasi yang dicantumkan

dalam laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai kinerja sosial perusahaan secara

komprehensif, karena kebanyakan informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan

bersifat sukarela dan selektif. Dalam artian, bisa jadi perusahaan hanya menyoroti kontribusi

positifnya dan mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas usahanya.

Pada pembahasan makalah ini, laporan sosial dan lingkungan dianalogikan sebagai

laporan keuangan perusahaan. Walaupun begitu, laporan sosial dan lingkungan tidak selalu

dipersiapkan untuk pihak eksternal. Perusahaan dapat menggunakan laporan sosial dan

lingkungan tersebut untuk pihak internal, yaitu untuk kepentingan manajemen perusahaan, lebih

spesifik lagi bagi karyawan dalam perusahaan.

Page 6: Makalah Kelompok 8 Revisi

Penggunaan laporan sosial internal oleh manajemen telah menggerakkan perkembangan

di tiap-tiap bidang, dan akhirnya memberlakukan pembatasan-pembatasan pada informasi sosial

dan lingkungan internal yang telah disusun perusahaan.

Identifikasi empat pokok utama dari akuntansi sosial internal :

1. Manajemen melakukan pengungkapan sosial eksternal. Setiap pengungkapan laporan sosial

eksternal, apapun itu, selalu membutuhkan sistem informasi internal untuk mendukung

pengungkapan tersebut. Itulah sebabnya, perusahaan dapat melaporkan tingkat kesehatan dan

keamanan di lingkungan eksternal perusahaan, hanya jika informasi ini tersedia dalam

perusahaan.

2. Manajemen akan menyadari bahwa pengendalian dari faktor sosial dan lingkungan internal

sebenarnya sesuai dengan efisiensi perusahaan. Sebagai contoh, pemantauan terhadap absen

karyawan, pengurangan biaya, atau identifikasi penggunaan sumber daya, semua dapat

dilihat melalui laporan keuangan perusahaan, sehingga sesuai dengan tujuan akuntansi

manajemen dan sistem pengendalian.

3. Akuntansi sosial menyediakan mekanisme untuk memantau dan dan melaporkan data yang

dapat berguna bagi perusahaan mengenai berbagai isu. Manajemen memiliki tujuan strategis

jangka pendek dan jangka panjang untuk mengatur lingkungan eksternal perusahaan. Sebagai

contoh, memonitor urusan, tingkah laku, dan keinginan, dan bahkan tekanan para

stakeholder, dan untuk meyakinkan bahwa perusahaan akan siap menerima berbagai isu yang

akan muncul yang akan mengganggu kestabilan ekonomi perusahaan.

4. Sistem informasi sosial internal, jika terintegrasi dengan baik dengan sistem ekonomi

konvensional dapat merubah kebudayaan perusahaan.

Laporan eksternal seharusnya mendorong akuntansi internal dan sistem informasi

manajemen. Akuntansi manajemen pada dasarnya merupakan aktivitas yang telah gagal untuk

menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi manajemen untuk dapat mengenali keadaan

darurat yang akan dihadapi perusahaan. Kaplan dan Norton berasumsi bahwa kesuksesan

organisasi, dimulai dari pencarian laba menuju ke perusahaan yang lebih besar, berkualitas, dan

mengutamakan kepuasan pelanggan.

Kontribusi dari informasi sosial internal dapat membantu tujuan manajemen dalam

perannya sebagai pihak yang mempunyai kewajiban terhadap internal sosialnya. Dari informasi

yang berkembang di lingkungan, manajemen membawanya ke dalam perusahaan, dan

memeriksa keterhubungannya dengan karyawan.

Page 7: Makalah Kelompok 8 Revisi

2.1.Sistem Informasi dan Akuntansi Manajemen Vs Lingkungan

Sebuah perusahaan mengadakan transaksi-transaksi yang harus diolah agar bisa

menjalankan kegiatannya sehari-hari. Daftar gaji harus disiapkan, penjualan dan pembayaran

atas perkiraan harus dibutuhkan: semua ini dan hal-hal lainnya adalah kegiatan pengolahan data

dan harus dianggap bersifat pekerjaan juru tulis yang mengikuti suatu prosedur standar tertentu.

Komputer bermanfaat utnuk tugas-tugas pengolahan data semacam ini, tetapi sebuah sistem

informasi menajemen melkasanakan pula tugas-tugas lain dan lebih dari sekedar sistem

pengolahan data. Adalah sistem pengolahan informasi yang menerapkan kemampuan komputer

untuk menyajikan informasi bagi manajemen dan bagi pengambilan keputusan. Sistem informasi

manajeman digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri

dari informasi, penjelasan transaksi, penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri

dari sumber-sumber informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari.

Lapisan keriga terdiri dair sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan

taktis dan pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri dari

sumber daya informasi utnuk mendukung perencanaan dan perumusan kebijakan oleh tingkat

manajemen. Definisi sebuah sistem informasi manajemen, istilah yang umum dikenal orang

adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (intregeted) untuk menyajikan informasi

guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah

organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)

komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah “data base”.

Dengan pendekatan”polluter pays”, setiap orang yang melakukan pencemaran atau

perusakan terhadap lingkungan, bertanggung jawab untuk menanggulangi pencemaran dan

pemulihan lingkungan. Hal ini, merupakan pendekatan yang mengarahkan para pebisnis untuk

tetap menjaga lingkungan di sekitar perusahaan dan selalu menghindari perusakan.

Tekanan pada perkembangan sistem manajemen lingkungan, dimana kemajuan ke arah

penerapan target perusahaan di lingkungan dapat diukur dengan European’s Unions’s EMAS

regulations dan di British Standards Institute’s Environmental Management Standard BS7750.

Dokumen terakhir menekankan kebutuhan perusahaan untuk mengembangkan kebijakan

lingkungan, menunjuk anggota senior untuk menerapkan program lingkungan. Hal ini

dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai dan untuk ikut serta dalam audit

lingkungan rutin, yang dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah sistem telah digunakan secara

efektif.

Pada mulanya, sistem digunakan untuk modifikasi sehingga bidang yang menangani

masalah pendapatan dan pengeluaran dapat diidentifikasi dengan mudah. Lebih jauh lagi, sistem

Page 8: Makalah Kelompok 8 Revisi

digunakan untuk memperbaiki elemen negatif dari lingkungan, dan memfokuskan pendeteksian

ancaman lingkungan dan kesempatan yang dapat dimanfaatkan perusahaan. Pada akhirnya,

sistem informasi baru dan lengkap akan dibutuhkan untuk perkembangan finansial perusahaan.

2.2.Modifikasi Sistem Akuntansi Manajemen

Pembahasan mengenai modifikasi sistem akuntansi manajemen, mengarah langsung pada

energi dan limbah, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan dan laba

keuangan. Peminimalan penggunaan energi dan pembuangan limbah jelas termasuk konteks

ekonomi untuk mengurangi gas beracun dan biaya pengolahan limbah.

Analisis Gray mengindikasikan, bahwa penggunaan energi dan produksi limbah harus

dipantau menggunakan sistem akuntansi secara fisik dan unit finansial. Dalam kasus dimana

terjadi pengurangan energi atau penggantian energi dalam proses bisnis/proses produksi, akan

berpengaruh terhadap efisiensi perusahaan.

Dalam akuntansi, energi harus dilakukan identifikasi mengenai dimana dan bagaimana

energi tersebut digunakan serta mengidentifikasi inefisiensi, untuk selanjutnya dilakukan

perbaikan terhadap area tersebut. Begitu juga dengan produksi limbah tujuannya adalah untuk

mengidentifikasi sumber penghasil limbah tersebut. Dari hal itu, sistem akuntansi manajemen

membebankan seluruh biaya yang teridentifikasi dan akhirnya membebankannya ke dalam biaya

unit. Akan tetapi, sekarang ini muncullah suatu teknik akuntansi manajemen baru, yaitu

Accounting Based Costing (ABC).

Activity Based Costing adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi

berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan

dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang

melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau

menunjang produk yang bersangkutan.

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi

yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk

menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:

1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective

2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik

dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.

3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy

Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:

Page 9: Makalah Kelompok 8 Revisi

a. Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap

produksi.

b. Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau

hanya dengan volume produksi.

c. Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead

yang berbeda-beda.

2.3.Kegunaan Sistem Informasi Manajemen

Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajamen,

maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu

dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe

keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat

bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi

memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang

meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis. Sehingga

SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi

yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

Beberapa kegunaan/fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para

pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.

2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi

secara kritis.

3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.

4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.

5. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.

6. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi

dan teknologi baru.

7. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.

8. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi

biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan mereka.

9. Bank menggunakan sistem informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan membuat

berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.

Page 10: Makalah Kelompok 8 Revisi

2.4.Akuntabilitas untuk Kekuatan Kerja

Kemunculan legalisasi sosial dan hukum dalam European Union menyarankan secara

jelas bahwa pekerja dihormati karena merupakan kunci pihak yang berkepentingan dalam

perusahaan. Namun, sejumlah teori akuntansi kritis telah disarankan bahwa sistem akuntansi

manajemen badan hukum, meskipun tuntutan akan “ sasaran ” dan “ kenetralan ”, kecepatan

rutinitas dan sejauh prioritas modal yang dirasa ketika minat pekerja diabaikan. Faktanya,

akuntansi digunakan untuk mendisiplinkan daripada pekerja yang memiliki kekuasaan. Namun,

hal ini akan terlihat menjadi beberapa potensial bagi sistem akuntansi untuk berperan dalam

peningkatan konsep akuntabilitas untuk kuasa kerja seperti yang dikatakan oleh Shank:

“Sasaran-sasaran dari alam sosial dapat diterapkan, dan beberapa dapat diukur, khususnya

yang berkaitan dengan hubungan para pekerja”.

2.5.Akuntansi Sumber Daya Manusia (HRA)

Akuntansi sumber daya manusia dapat diartikan sebagai:

“Proses mengidentifikasikan dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia dan

mengkomunikasikan informasi ini untuk kesenangan yang diminati.” (American Accounting

Association, 1973b, p.169)

Konsep asli yang dipopulerkan oleh Likert, mengadopsi pendekatan ilmu tingkah laku

untuk pengukuran sumber daya manusia dalam menginvestigasi hubungan antara sistem

manajemen yang digunakan dan produktivitas organisasi. Likert ( 1967 ) telah menganjurkan

penggabungan akuntansi sumber daya manusia menjadi sistem akuntansi organisasional formal.

Tantangan telah disiapkan untuk para akuntan, untuk meningkatkan metode pengukuran yang

cocok untuk mengevaluasi sumber daya manusia, walaupun definisi Likert mengenai pengertian

“Sumber Daya Manusia”, yang termasuk nilai kekayaan seperti organisasi manusia

perusahaan., loyalitas konsumen, dan reputasi komunitas lokal, juga diarahkan menurun menuju

konsentrasi akan valuasi modal manusia dalam perusahaan.

2.5.1.Perintis Kerja Likert

Kemunculan kerja Likert dari suatu perhatian bahwa sistem akuntansi tradisional dengan

tekanan maksimalisasi laba jangka pendek cenderung menganjurkan para manajer untuk

penyalahgunaan sumber daya manusia dengan mengabaikan faktor-faktor seperti kebutuhan

untuk partisipasi dalam pembuatan keputusan dan subkoordinasi pelatihan lebih banyak. Dia

menginginkan bahwa laba jangka pendek meningkat yang dihasilkan melalui cara yang

menyesatkan karena resultan meningkat pada pengembalian pekerja dan menghabiskan

Page 11: Makalah Kelompok 8 Revisi

konsekuensi tambahan pada penggajian dan pelatihan lebih banyak daripada menghabiskan

tabungan atau simpanan secara tiba-tiba.

Rensis Likert sendiri mengidentifikasikan ada empat gaya kepemimpinan pada tahun

1960an, terutama dalam pengambilan keputusan dan tingkatan di mana orang termasuk dalam

keputusan tersebut. Empat gaya kepemimpinan tersebut terdiri dari:

1. Wewenang eksploitasi ( exploitive authoritative )

Gaya kepemimpinan yang mana pemimpin memberikan perhatian yang rendah terhadap

orang-orang sekitarnya. Komunikasi hampir secara keseluruhan turun ke bawah jauh dan

jarak psikologi yang diabaikan orang-orang sekitarnya.

2. Wewenang kebajikan ( benevolent authoritative )

Ketika pemimpin menambah perhatian untuk orang dalam posisi kewewenangan, ditraktor

kebajikan dibentuk. Pemimpin dapat menggunakan penghargaan untuk mendorong

penampilan yang tepat dan mendengarkan untuk memperhatikan organisasi yang rendah.

Walaupun ada beberapa delegasi dari keputusan, hampir semua mayoritas keputusan masih

tetap dibuat terpusat.

3. Konsultatif ( consultative )

The upward flow of information here is still cautious and rose-tinted to some degree, although

the leader is making genuine efforts to listen carefully to ideas. Nevertheless, major decisions

are still largely centrally made.

Pemimpin membuat usaha yang sungguh-sungguh untuk mendengarkan ide-ide dengan hati-

hati. Namun, sebagian besar keputusan masih dibuat secara terpusat.

4. Partisipatif ( participative )

Pemimpin membuat penggunaan maksimal dari metode partisipatif, menggunakan organisasi

yang mana orang lebih rendah ke bawah dalam pembuatan keputusan.

Likert menyarankan bahwa gaya kepemimpinan manajemen dapat diklasifikasikan

menjadi salah satu dari sistem di atas melalui observasi variabel yang pasti terdiri dari tiga kelas

lebar:

a. Variabel sebab akibat, yang mana meliputi struktur organisasional, gaya kepemimpinan

manajemen dan kebijakan organisasional, merupakan variabel yang berdiri sendiri baik secara

langsung maupun diubah dengan sengaja oleh organisasi dan manajemennya serta

mengalihkan penentuan kualitas dan kemampuan dari organisasi manusia.

b. Variabel penghalang yang mana merefleksikan keadaan internal, kesehatan dan performa

kemampuan organisasi, misalnya sikap, motivasi, persepsi dan tujuan performa dari anggota

Page 12: Makalah Kelompok 8 Revisi

organisasi. Cara yang disarankan dalam mengukur variabel ini adalah survey tingkah laku

para karyawan, melindungi hal-hal seperti tingkat kepuasan pekerjaan.

c. Variabel hasil akhir yang mana marupakan variabel dependent dan merefleksikan hasil yang

dicapai oleh manajemen seperti produktivitas, biaya, kerugian barang sisa, pertumbuhan,

pasar dan pendapatan.

2.5.2.Perkembangan Sumber Daya Manusia Akuntansi (HRA)

Kompleksitas hubungan tingkah laku cenderung membatasi nilai praktisi dari model

Likert, dan memang membuktikan ketidakmungkinan model secara akurat dalam psikologi

organisasionalnya terlihat pada valuasi Sumber Daya Manusia ( Groves, 1981, Harte, 1988 ).

Namun, dekade mulai pertengahan tahun 19060an hingga pertengahan tahun 1970an

memperlihatkan banyak penelitian yang mengusahakan untuk meningkatkan praktek akuntansi

lebih banyak dipusatkan pada metode bagi pengukuran nilai Sumber Daya Manusia.

Model tersebut dapat meningkat secara konvensi, diklasifikasikan sebagai cost-based dan

value-based. Dalam kasus pembentukan biaya yang didatangkan, misalnya, perekrutan,

pelatihan, dan pengembangan ( penempatan ) karyawan malah tertulis tiba-tiba karena beban

dikapitalisasi kemudiaan diamortisasi melebihi yang diharapkan, berguna untuk pengerjaan

hidup dari karyawan ( kekayaan manusia ). Lawannya, metode value-based diadopsi melebihi

melihat ke depan pendekatan ekonomis dengan jalan mana suatu usaha dibuat untuk nilai

kontribusi masa depan yang di mana karyawan berperan dalam perusahaan di antara beberapa

kemungkinan. Pendekatan ini menyarankan model berdasarkan pada pemotongan gaji masa

depan ( Lev dan Schawrz, 1971 ) atau peramalan pendapatan masa depan dari perusahaan

(Brummet et al, 1968).

Meskipun kepandaian dari penelitian yang diperhatikan, penerapan praktek signifikan

dari tehnik valuasi Sumber Daya Manusia gagal untuk bahan material, dengan hasil menarik

yang cepat sekali dari daerah pengikut pada akhir tahun 1970an. Namun, permasalahan tidak

pernah secara keseluruhan meninggalkan agenda penelitian akuntansi.

Memang, untuk menuju suatu pengetahuan post-industrial berdasarkan ekonomi

mendukung pertumbuhan sektor pelayanan, bersamaan saran yang dipelajari dari tehnik Sumber

Daya Manusia orang Jepang, memimpin para penulis untuk menyarankan bahwa saat ini adalah

tipe untuk kebangkitan dalam usaha penelitian ( Roslender, 1992; Roslender and Dyson, 1992;

Sackman et al, 1989 ).

Hal ini khususnya ditekankan pada pendekatan putusan yang digunakan untuk informasi

akuntansi “soft” yang memerlukan pencarian pada pandangan manajemen senior sebagai

Page 13: Makalah Kelompok 8 Revisi

lembaga yang bernilai untuk para karyawan dan memperoleh pengetahuan pasar karyawan di

mana organisasi beroperasi. Hal ini dibantah. Akuntansi untuk manfaat manusia mengikuti

munculnya kecenderungan pada akuntansi manajemen strategi, yang di mana terpusat pada

informasi yang dapat ditemukan kegunaannya oleh manajemen dalam pencapaian keuntungan

yang berkompetisi.

Permasalahan pengakuan informasi finansial persatuan perdagangan ( Trade Unions )

untuk tujuan penawaran kolektif merupakan subjek dari banyaknya kebijakan publik yang

didebatkan pada tahun 1960an dan 1970an, dengan pengukuran yang jelas dari munculnya

konsensus melewati spektrum politik yang pengakuan informasi mempunyai peran penting

dalam mempromosikan pelapor dan penawaran rasional.

Persatuan perdagangan merespon secara antusias akan dorongan memberikan perhatian

lebih dengan keadaan finansial perusahaan untuk penekanan yang lebih tradisional pada

perubahan biaya penghidupan, produktivitas, dan pembanding dengan grup lain dari pekerja

ketika menyimpulkan negoisasi upah.

Pembelajaran empiris merupakan fakta yang menarik di mana mereka meramalkan suatu

peran yang lebih luas untuk penggabungan informasi finansial daripada penggunaan belaka

dalam penawaran upah. Misalnya, mereka menganggap informasi yang ada berguna supaya ada

pemahaman keputusan manajemen yang menipu atau tidak, menghasilkan peringatan kemajuan

dari permasalahan atau keputusan, khususnya memberikan reaksi pada prospek pekerjaan yang

mana dibutuhkan untuk dinegoisasi.

Pentingnya kontribusi dari pembelajaran empiris, seperti yang dicatat oleh McBarnet et al

(1993), yang mengidentifikasikan permasalahan spesifik atas penggunaan informasi perusahaan

oleh Persatuan Perdagangan. Diantara permasalahan yang digambarkan untuk menjadi perhatian

kita adalah:

1) Perbedaan besar dalam derajat kekuatan ahli dalam penggunaan informasi berjalan dalam

manajemen berbeda, dengan persatuan departemen penelitian yang kecil dan dipekejakan

berlebihan ketika pendidikan ditekankan berlebihan dan kekurangan biaya.

2) Potensi untuk gerakan anggota mendukung permintaan yang tertinggal berdasarkan

pernyataan detail keuangan terlihat sangat terbatas dibandingkan dukungan yang dapat

digerakkan selanjutnya atau biaya dari pernyataan kehidupan.

3) Manajemen mengendalikan proses komunikasi, sehingga memberikan mereka diskresi yang

luas melebihi apa yang diungkap atau yang tidak diungkap.

4) Kepemilikan manajemen dari maksud produksi memungkinkan untuk memiliki prosedur

pembuat keputusan.

Page 14: Makalah Kelompok 8 Revisi

2.6.Memperpanjang perundingan secara kolektif

Beberapa penelitian empiris telah mengidentifikasikan bahwa perkecualian noticcable

secara umum untuk suatu negara yang dilaporkan pada laporan keuangannya terjadi ketika

keamanan pekerja menjadi isu utama di Negara tersebut. Khususnya, perserikatan berkeinginan

untuk mempertahankan pola pikir secara tradisional dalam melakukan keputusan managerial

serta menggunakan informasi untuk melakukan perundingan secara kolektif jika perusahaan

mereka terancam untuk dibubarkan. Bagaimanapun juga, corak umum dari Negara ini adalah

bahwa mereka sulit untuk menerima efek riil dari peristiwa yang terjadi.

Suatu analisis tentang particulary yang kaku menggambarkan bahwa perserikatan dapat

menggunakan informasi yang diperolehnya dalam rangka memperluas perundingan secara

kolektif yang disajikan oleh pekerja dari Roy Moore dan koleganya Ruskin College. Hal ini

menggambarkan bahwa perserikatan adalah suatu faktor pokok dalam penggunaan informasi.

Perserikatan timbul karena adanya sikap managerial yang muncul secara bersama-sama,

mempunyai tujuan yang sama, kemudian menyatu menjadi suatu organisasi. Tingkatan

demokrasi di dalam perserikatan dianggap sebagai ukuran tentang kemampuan nya untuk

meningkatkan penggunaan informasi perusahaan.

Demokrasi formal dalam semua perserikatan merupakan suatu hubungan antara manajer,

direktur, dan karyawan dalam perserikatan dalam suatu pemungutan suara, pengambilan

keputusan di dalam perserikatan dan dalam banyak kesempatan sehingga telah menjadi suatu

proses jalan searah otokratis. Menurut Moore and Levie, dalam penggunaan istilah demokrasi

mengacu pada kebutuhan akan keaktifan seseorang dalam mengungkapkan suaranya dalam suatu

demokrasi yang formal.

Mc Barnet menyajikan suatu kasus yang mengusulkan bahwa perserikatan dapat dengan

sukses melakukan pekerjaan mereka dengan menggunakan teknik akuntansi dalam rangka

menghindari peleburan ke arah manajemen. Analisa mereka menempatkan bahwa perserikatan

banyak bereaksi terhadap rencana manajemen dalam pengambilan keputusan keuangan.

Bagaimanapun juga, ada indikator yang jelas bahwa ambisi perserikatan dapat mempengaruhi

pencapaian perusahaan dan sasaran social perusahaan, dan suatu area yang strategis dimana

ketika kita datang lebih awal di area tersebut maka kita akan mendapatkan keuntungan yang

lebih banyak di area tersebut.

Khususnya, pada tahun terbaru sudah terlihat pergerakan serikat buruh yang mengalami

suatu peningkatan. The Trade Union Congress (TUC), misalnya pada tahun 1989 membangun

Environment Action Group yang telah menjadi particulary aktif dalam mengembangkan suatu

Page 15: Makalah Kelompok 8 Revisi

kerangka kebijakan untuk tindakan di masa depan yang memberikan harapan kepada

perserikatan individu untuk merundingkan “Green Agreements” dengan pekerja dan untuk

mencari keterlibatan aktif pekerja tersebut di dalam suatu lingkungan perusahaan.

TUC secara proaktif dan dengan antusias telah ikut dalam beberapa serikat buruh

individu. TUC dengan mantap mengatakan bahwa para pemberi kerja sudah dalam banyak

kesempatan memperlihatkan suatu keseganan untuk melibatkan serikat buruh secara penuh di

dalam diskusi mengenai aspek lingkungan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Tentu saja,

keinginan pihak manajemen tersebut untuk mengeluarkan/meniadakan serikat buruh dari

keikutsertaan apapun di dalam pengambilan keputusan merupakan suatu masalah yang sudah

lama terjadi di dalam lingkungan perserikatan untuk memperluas perundingan secara kolektif ke

dalam daerah yang social. Ini mungkin menjadi suatu pertimbangan ketika ketiadaan pekerja

menjadi factor utama dalam kegagalan serikat dalam rangka memperluas perundingan secara

kolektif ke dalam daerah social.

Ada beberapa latar belakang yang menyebabkan kerugian produksi di dalam perusahaan

oleh wakil serikat kerja yang dikombinasikan committe sasaran rencana adalah:

Untuk melindungi pekerjaan dengan pengusulan arange produk alternatif dalam hal

pengurangan jumlah produksi lebih lanjut di dalam lingkungan industri

untuk mengambil keputusan di antara beberapa produk alternatif adalah suatu keputusan

yang akan secara sosial berguna bagi masyarakat

Dengan adanya ekonomi yang cukup dan teknis yang mendukung informasi,

proposal telah dikemukakan untuk pengembangan kira-kira 150 produk di (dalam) 6 area

teknologi utama. Beberapa ukuran dari kegunaan sosial adalah:

produk tidak boros energi dan bahan baku manapun dalam pembuatannya

produk harus mampu diproduksi secara padat karya sehingga tidak meningkatkan

pengangguran struktural

produk harus menggunakan format produksi yang non-alienating dengan pekerjaan yang

diorganisir sehingga terdapat keterkaitan tugas teoritis dan praktis dan

mempertimbangkan kreativitas manusia

Sebagai tambahan, dalam program pengembangan karyawan telah diadakan latihan kerja

bagi manajer maupun staf yang ada dalam perusahaan tersebut. Sedangkan rencana induk

perusahaan biasanya sama dengan rencana manajemen perusahaan. Di samping itu, the Lucas

Plan merupakan suatu rencana yang memperhatikan peningkatan tarif secara praktik, tidak hanay

sekedar teorotis saja. Perusahaan yang melaksanakan sistem produksi yang memberi prioritas ke

Page 16: Makalah Kelompok 8 Revisi

profitabilitas dan sukses kompetitif mengabaikan berbagai hal seperti biaya sosial pengangguran,

konsekuensi proses yang produktif pada lingkungan dan keselamatan serta kesehatan masyarakat

2.7.Sistem Pembukuan Sosial

Ketika kita melakukan pengenalan pada bab ini , secara sosial dan lingkungan menyadari

bahwa budaya sangat penting untuk diperkenalkan ke dalam suatu organisasi. Hal ini diperlukan

untuk mengintegrasikan nilai-nilai baru yang terpusat ke dalam sistem penimbangan prestasi

yang ada. Dengan kata lain, organisasi yang sungguh-sungguh menginginkan menggunakan

konsep dari tanggung-jawab sosial harus secara rinci mendesain buku sosial di mana sistem

informasi memungkinkan perusahaan untuk menggunakan dan membandingkan data-data

penting untuk menyiapkan suatu rekening tanggung jawab social. Salah satu contoh perusahaan

yang menggunakan sisem pembukuan social yaitu organisasi Traidcraft, yang mengimport

produk dunia ketiga, yang menyediakan tongkat penunjuk seperti tingkat perubahan budaya

organisasi menuntut mengembangkan sistem pembukuan sosial sistematis.

Dengan demikian, terdapat suatu hubungan membangun yang jelas antara sistem

informasi intern dengan tanggung jawab masyarakat. Sampai di sini, organisasi harus

mengidentifikasi secara sistematis stakeholders dan menggambarkan sifat alami hubungan sosial

dengan informasi dan kebutuhan dari masing-masing stakeholder. Dalam pengumpulan data,

informasi tertentu, sebagai contoh berkenaan dengan pekerja dan emisi lingkungan, telah ada

sistem informasi yang secara sistematis dibandingkan dan akan memerlukan penyusunan

kembali atau penyesuaian. Keputusan penting harus dibuat pada rekening tanggung jawab sosial

dan akan akan menjadi sesuatu yang explicit tentang apa yang hilang dan mengapa. Sebelum ada

batasan untuk melakukan penelitian mendalam tentang permasalahan praktis yang tidak bisa

dipisahkan di dalam pengembangan dari sistem pembukuan sosial, yang dengan beberapa

indikasi bahwa perubahan menuntut sistem informasi manajemen disain telah disampaikan

Page 17: Makalah Kelompok 8 Revisi

BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan makalah, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1) Kasus antara lingkungan akuntansi dan sistim informasi akuntansi untuk tenaga kerja

yang sangat mendesak sudah menjatuhkan dan memenangkan sasaran hasil tranparansi

dan tanggung jawab di dalam banyak riset dan usaha praktis.

2) Akuntansi sosial diperuntukkan tidak hanya bagi eksternal perusahaan, tapi akuntansi

sosial juga digunakan oleh internal perusahaan melalui sistem informasi manajemen.

3) Keberlangsungan dari akuntnasi dapat dipertahankan apabila hubungan antara sistem

ekonomi atau manusia yang dinamis dengan ekologi sistem dinamis yang lebih luas dapat

berjalan dengan baik.

Page 18: Makalah Kelompok 8 Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Suharto Edi. 2007. Pekerjaan Sosial. Revika Aditama: Bandung

http//www.Sistem Informasi Manajemen - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.mht

www_bpkp_go_id.mht

Siegel and Marconi. 1989. Behavioural Accounting. South-Western Publishing Co. Cicinanti

Ohio

Davis, Gordon B., Manajemen Information System., terjemahan oleh Drs.Bob Widyahartono,

PT.Pustaka Binaman pressindo, 1984.

http://www.kuliah.dinus.ac.id/ika/asi/modul.htm

http://www.stmikmj.ac.id/sim1.htm

Iksan A and M.Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat: Jakarta

Senn, James A. , Information Systems in Management, Belmont, cal, 4th edition, 1990.