tugas kelompok askep gangguan jiwa waham

Upload: nirwantorahim

Post on 12-Oct-2015

139 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Keperawaan jiwa waham

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam ilmu kedokteran jiwa, dikatakan bahwa waham sering dijumpai pada penderita gangguan mental yang merupakan salah satu dari gejala gangguan isi pikir. Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.

BAB IIKONSEP DASAR WAHAM2.1 DefinisiMenurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat (Yosep, 2009)

2.2 KlasifikasiJenis-jenis waham antara lain;1. Waham kebesaranKeyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.Contoh: saya ini pejabat di Departemen Kesehatan atau saya punya tambang emas2. Waham berdosaTimbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia dihukum berat.3. Waham dikejarIndividu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.4. Waham curigaKlien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang mengancam dirinya. Individu juga merasa selalu disindri oleh orang-orang sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirnya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal Ideas Of Reference yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.Contoh: saya tahu, seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.5. Waham cemburuSelalu cemburu pada orang lain. 6. Waham somatik atau hipokondriaKeyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya membusuk, otak yang mencair.7. Waham keagamaanKeyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan. Keyakinan dan pembicaraan klien selalu tentang agama.Contoh: kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.8. Waham nihilistikKlien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah meningal dunia.Contoh: ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.9. Waham pengaruhKlien merasa pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.

10. Waham sisip pikirKlien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan ke dalam pikirannya.11. Waham siar pikirKlien yakin bahwa orang lain mengetahui isi pikirannya, padahal dia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut.12. Waham kontrol pikirKlien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

2.3 EtiologiKeadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta mendambakan sesuatu secara berlebihan, maka keadaan ini dapat berkembang menjadi waham. Secara perlahan-lahan individu itu tidak dapat melepaskan diri dari khayalannya dan kemudian meninggalkan dunia realitas.Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjdinya halusinasi dan waham. Selain itu kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan (Keliat, 1998).Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya waham (Keliat, 1998), yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor presipitasi meliputi perkembangan sosial kultural, psikologi, genetik dan biokimia. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan. Sedangkan faktor presipitasi, merupakan rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, dll yang dapat meningkatkan stress dan kecemasan.1. Faktor predisposisiAda beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang dijelaskan oleh Towsend 1998 adalah:a. Teori Biologis Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap waham: Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain). Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.b. Teori Psikososial Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147) menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam kepribadian.2. Faktor presipitasia. BiologisStressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen degeneratif dari neuron. Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan (Boyd, 2005 dalam Purba dkk, 2008).b. Stres Lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.c. Pemicu Gejala Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.

2.4 Rentang Respon Neurobiologi

Respon MaladaptifRespon Adaptif

Gangguan proses pikirWahamPerilaku disorganisasiIsolasi sosialSulit berespon emosiDistorsi pikiranIlusiReaksi emosi berlebihan atau kurangPerilaku aneh atau tidak biasaPerilaku sesuaiMenarik diriPikiran logisPersepsi akuratEmosi konsisten dengan pengalamanPerilak sesuaiBerhubungan sosial

2.5 Tanda dan GejalaTanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada klien waham, yaitu:1. Kognitifa. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyatab. Individu sangat percaya pada keyakinannyac. Sulit berfikir realitad. Tidak mampu mengambil keputusan2. Afektifa. Situasi tidak sesuai dengan kenyataanb. Afek tumpul3. Perilaku dan hubungan sosiala. Hipersensitifb. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkalc. Depresid. Ragu-rague. Mengancam secara verbalf. Aktivitas tidak tepatg. Streotifh. Impulsivei. Curiga4. Fisika. Higiene kurangb. Muka pucatc. Sering menguapd. BB menurunSelain itu adapula Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu : Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

BAB IIIKONSEP KEPERAWATAN3.1 PengkajianMenurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan.Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.Beberapa faktor yang perlu dikaji:1. Faktor predisposisia) Genetik : diturunkanb) Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbikc) Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.d) Virus : paparan virus influinsa pada trimester IIIe) Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.2. Faktor presipitasia) Proses pengolahan informasi yang berlebihanb) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormalc) Adanya gejala pemicuSetiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:a. Identifikasi klienPerawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.b. Keluhan utama / alasan masukTanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.Umumnya klien dengan gangguan orientasi realita dibawa ke rumah sakit karena mengungkapkan kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, marah atau merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar. Serta klien mengungkapkan sesuatu yang tidak diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panic, sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.c. Riwayat Penyakit SekarangTanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:1) PsikologisKeluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.

2) BiologisGangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.3) Sosial BudayaSeperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.4) Aspek fisik / biologisMengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.5) Aspek psikososiala. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.b. Konsep diri1. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.2. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.3. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.4. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.5. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.6) Status mentalNilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.7) Kebutuhan persiapan pulanga) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.c) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.d) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.e) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.8) Masalah psikososial dan lingkunganDari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.9) PengetahuanData didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.10) Aspek medikTerapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.3.2 Diagnosa/Masalah Keperawatan1. Kerusakan komunikasi verbal2. Gangguan proses pikir: waham3. Harga diri rendah kronik3.3 Pohon MasalahKerusakan komunikasi verbal

Effect

Perubahan proses pikir: Waham

Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik

Causal

3.4 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Jiwa: WahamPage 12

3.5 Intervensi KeperawatanNo.Diagnosa KeperawatanPerencanaanIntervensiRasional

TujuanKriteria Hasil

1.Gangguan proses pikir: Waham Tujuan Umum :Klien dapatberkomunikasi denganbaik dan terarah.TUK 1 :Klien dapat membinahubungan salingpercaya

Kriteria Evaluasi:1. Ekspresi wajah bersahabat2. Ada kontak mata.3. Mau berjabat tangan.4. Mau menjawab salam.5. Klien mau duduk berdampingan.6. Klien mau mengutarakan isi perasaannya.

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teraupetik. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal Perkenalkan diri dengan sopan Tanyakan nama lengkap dan nama yang disukai klien. Jelaskan tujuan pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukkan rasa empati dan menerima klien dengan apa adanya.

Hubungan saling percaya menjadidasar interaksi selanjutnya dalammembina klien dalam berinteraksidengan baik dan benar, sehinggaklien mau mengutarakan isiperasaannya.

TUK 2 :Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki.Kriteria Evaluasi :1. Klien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari2. Klien dapat mengontrol wahamnya.2.1 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis2.2 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini.2.3 Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukan saat ini.2.4 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien sangat penting.Reinforcement positif dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh klien dan harga diri klien.

Klien terdorong untuk memilihaktivitas seperti sebelumnyatentang aktivitas yang pernahdimiliki oleh klien.Dengan mendengarkan klien akan merasa lebih diperhatikan sehingga klien akan mengungkapkan perasaannya

TUK 3 :Klien dapat mengidentifikasikebutuhan yang tidak dimiliki.Kriteria Evaluasi :1. Kebutuhan klien terpenuhi2. Klien dapat melakukan aktivitas secara terarah.3. Klien tidak menggunakan/membicarakan wahamnya.3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-hari

3.2 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi selama dirumah maupun di RS.3.3 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham3.4 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga.3.5 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.Observasi dapat mengetahui kebutuhan klien.Dengan mengetahui kebutuhan yang tidak terpenuhi maka dapatdiketahui kebutuhan yang akan diperlukan.

Dengan melakukan aktivitas klien tidak akan lagi menggunakan isiwahamnya.Dengan situasi tertentu klien akan dapat mengontrol wahamnya.

TUK 4 :Klien dapat berhubungan dengan realitas.Kriteria Evaluasi :1. Klien dapat berbicara dengan realitas.2. Klien mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok.3.6 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, waktu dan tempat).3.7 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas.3.8 Berikan pujian tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh klien.Reinforcement adalah penting untuk meningkatkan kesadaranklien akan realitas.Pujian dapat memotivasi klienuntuk meningkatkan kegiatanpositifnya.

TUK 5 :Klien dapat menggunakan obat dengan benar.Kriteria Evaluasi:1. Klien dapat menyebutkan manfaat, efek samping dan dosis obat.2. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.3. Klien dapat memahami akibat berhentinya mengkonsumsi obat tanpa konsultasi.4. Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar dalam penggunaan obat.

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, dan efek samping obat dan akibat penghentian.5.2 Diskusikan perasaan klien setelah minum obat.5.3 Berikan obat dengan prinsip lima benar dan observasi setelah minum obat.Obat dapat mengontrol waham yang dialami oleh klien dan dapat membantu penyembuhan klien.

TUK 6 :Klien dapat dukungan dari keluarga.Kriteria Evaluasi :1. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk merawat klien dengan waham.6.1 Diskusikan dengan keluarga tentang : Gejala waham Cara merawat Lingkungan keluarga Follow up dan obat.6.2 Anjurkan keluarga melaksanakan dengan bantuan perawat.Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu klien dalam mengendalikan wahamnya.

3.5 EvaluasiProses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien atau kemampuan, hasil yang diharapkan dari pasien yang mengalami waham setelah diberikan tindakan keperawatan. Pasien mampu:a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan b. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh (Purba, 2008).

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanWaham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan berulang-ulang. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya.

4.2 SaranSetelah mempelajari dan memahami konsep keperawatan mengenai waham, diharapkan kepada seluruh mahasiswa keperawatan untuk dapat mengimplementasikan tindakan-tindakan yang ada di lingkungan masyarakat. Terutama pada pasien/klien yang mengalami gangguan jiwa. Sehingga dengan begitu, kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif kepada setiap pasien.

Daftar Pustaka

Chapter II.pdf. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31777/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada 21 Maret 2014, 20.30 WITA).Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.jtptunimus-gdl-aidatuzzuy-6728-2-babii.pdf. (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-aidatuzzuy-6728-2-babii.pdf, diakses pada 21 Maret 2014, 20.30 WITA).Putra, Dwi Yhoedas. 2010. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Waham. (http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-waham.html, diakses pada 21 Maret 2014, 20.30 WITA).