stress lingkungan dan

40
STRESS LINGKUNGAN DAN PENANGGULANGANNYA BAB I PENDAHULUAN Individu dalam kehidupannya berinteraksi dengan lingkungan dan tergantung pada lingkungan. Individu banyak mengambil manfaat dari lingkungan. Namun, lingkungan juga bisa menimbulkan stress tersendiri bagi individu. Stress yang dialami individu yang disebabkan oleh lingkungan disebut stress lingkungan. Salah satu pendekatan untuk mempelajari psikologi lingkungan adalah stress lingkungan. Paul A. Bell menjelaskan bahwa setelah individu mempersepsikan rangsangan dari lingkungannya, akan terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama, rangsangan itu dipersepsikan berada dalam batas ambang toleransi individu yang bersangkutan yang menyebabkan individu berada dalam keadaan homeostasis. Kemungkinan kedua, rangsangan itu dipersepsikan di luar ambang toleransi yang menimbulkan stress pada individu. Stress adalah beban mental yang oleh individu yang bersangkutan akan dikurangi atau dihilangkan. Untuk mengurangi atau menghilangkan stress, individu melakukan tingkah laku penyesuaian (coping behavior). Jika berhasil, individu akan kembali pada keadaan homeostasis, tetapi jika tidak berhasil, maka individu akan kembali pada

Upload: jozfin-noronha

Post on 02-Jul-2015

346 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRESS LINGKUNGAN DAN

STRESS LINGKUNGAN DAN   PENANGGULANGANNYA

BAB I

PENDAHULUAN

Individu dalam kehidupannya berinteraksi dengan lingkungan dan tergantung

pada lingkungan. Individu banyak mengambil manfaat dari lingkungan. Namun,

lingkungan juga bisa menimbulkan stress tersendiri bagi individu. Stress yang dialami

individu yang disebabkan oleh lingkungan disebut stress lingkungan. Salah satu

pendekatan untuk mempelajari psikologi lingkungan adalah stress lingkungan.

Paul A. Bell menjelaskan bahwa setelah individu mempersepsikan rangsangan

dari lingkungannya, akan terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama,

rangsangan itu dipersepsikan berada dalam batas ambang toleransi individu yang

bersangkutan yang menyebabkan individu berada dalam keadaan homeostasis.

Kemungkinan kedua, rangsangan itu dipersepsikan di luar ambang toleransi yang

menimbulkan stress pada individu.

Stress adalah beban mental yang oleh individu yang bersangkutan akan

dikurangi atau dihilangkan. Untuk mengurangi atau menghilangkan stress, individu

melakukan tingkah laku penyesuaian (coping behavior). Jika berhasil, individu akan

kembali pada keadaan homeostasis, tetapi jika tidak berhasil, maka individu akan

kembali pada keadaan stress lagi, bahkan kemungkinan stress itu akan bertambah

besar. Jika individu merasa tidak berdaya atau tidak tahu lagi harus berbuat apa dalam

menghadapi stress, akan timbul reaksi panik berkepanjangan yang bisa menjurus pada

timbulnya gejala psikoneurosis (gangguan jiwa). Ada empat contoh penting dari

stress lingkungan yaitu bencana alam, bencana teknologi, bising, dan commuting to

work (pulang pergi untuk kerja).

Stress merupakan konsep umum pada saat sekarang. Stress digunakan untuk

menjelaskan suasana hati yang buruk atau tingkah laku yang luar biasa, dan

perkembangan dari teknik manajemen stress seperti meditasi, relaksasi dan sistem

biofeedback. Teori-teori mengenai stress memperkenankan kita untuk

Page 2: STRESS LINGKUNGAN DAN

menggambarkan hubungan diantara sejumlah situasi-situasi yang berbeda. Menurut

sejarah, studi dalam psikologi lingkungan berorientasi pada masalah. Selama tahun

1970an, studi dimulai untuk mendemonstrasikan beberapa efek yang sama dari

bencana alam dan teknologi, kebisingan, dan commuting. Akan tetapi, fenomena

tersebut tidak berarti memiliki kesamaan dalam segala hal.

Stress lingkungan penting untuk dipelajari agar individu tahu dan bisa

mengatasinya jika stress lingkungan timbul dalam kehidupannya sehingga individu

tersebut bisa memberikan respon atau tingkah laku penyesuaian agar bisa kembali ke

keadaan homeostasis. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai

stress lingkungan, sumber stress, aspek dari stress dan bagaimana dampaknya, serta

penanggulangannya.

BAB II

STRESS LINGKUNGAN DAN PENANGGULANGANNYA

Stress Lingkungan

I.1. Definisi

Stress didefinisikan sebagai proses dengan kejadian lingkungan yang

mengancam atau hilangnya kesejahteraan organisme yang menimbulkan beberapa

respon dari organisme tersebut. Respons ini bisa dalam bentuk coping behavior

(tingkah laku penyesuaian) terhadap ancaman. Kejadian-kejadian lingkungan

yang menyebabkan proses ini disebut sebagai sumber stress (stressor) yang antara

lain berupa bencana alam dan teknologi, bising, dan commuting, sedangkan reaksi

yang timbul karena adanya stressor disebut respons dari stress (stress response).

Respons terhadap stress dicirikan dengan perubahan emosional, tingkah

laku langsung terhadap pengurangan stress, dan perubahan psikologis seperti

meningkatnya arousal. Proses ini meliputi seluruh bagian dari situasi, yaitu

ancaman itu sendiri, persepsi terhadap ancaman, coping (penyesuaian) dengan

ancaman, dan pada akhirnya beradaptasi dengan hal tersebut.

I.1. Bagian dari Stress

Page 3: STRESS LINGKUNGAN DAN

Ada tiga bagian dari stress, yaitu:

I.1. karakteristik dari sumber-sumber stress (characteristics of

stressors)

penilaian terhadap sumber-sumber stress (appraisal of stressors)

stress yang terjadi pada seseorang dapat meningkat tergantung

pada bagaimana mereka menginterpretasikannya.

respons terhadap stress yang terjadi (stress response) termasuk

kecemasan, depresi, sakit, penarikan diri, dan agresi.

1. Karakteristik dari Stressor (characteristics of stressors)

Beberapa kejadian lingkungan dapat mengancam sebagian besar

orang, dan yang lainnya mengancam golongan yang lebih kecil atau bahkan

hanya dialami oleh seseorang. Kemungkinan suatu kejadian menjadi penuh

sterss (stressful) ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk karakteristik dari

kejadian yang spesifik dan cara individu menilai kejadian tersebut.

Lazarus dan Cohen (1977) membuat tiga kategori sumber stress

lingkungan, yaitu:

I.1.

1. Cataclysmic Events

Cataclysmic events merupakan stressor yang besar sekali dan

mempunyai beberapa karakteristik. Biasanya terjadi secara tiba-tiba dan

memeberikan sedikit atau bahkan tidak ada peringatan ketika kejadian itu

akan datang. Stressor ini mempunyai pengaruh yang kuat bagi sejumlah

besar orang dan biasanya memerlukan banyak sekali usaha untuk

penyesuaian yang efektif. Stressor ini dapat berupa bencana alam, perang

atau bencana nuklir, yang ke semuanya tidak dapat diprediksi dan

ancaman-ancaman yang sangat kuat yang secara umum mempengaruhi

segala sesuatu yang ada di sekitar bencana tersebut.

Page 4: STRESS LINGKUNGAN DAN

Cataclysmic events biasanya terjadi secara tiba-tiba sehingga onset

yang sangat kuat dari kejadian-kejadian seperti itu pada awalnya dapat

menimbulkan respons ketakutan dan kebingungan dari korban (Miller,

1982; Moore, 1958). Dalam keadaan ini, sulit untuk melakukan coping

dan boleh jadi tidak ada pertolongan dengan segera. Bagaimanapun,

periode berat yang mengancam seperti itu (tetapi tisak selalu) berakhir

secara cepat dan membutuhkan pemulihan.

Beberapa keistimewaan cataclysmic events adalah dalam

manfaatnya untuk proses coping yang berpengaruh pada sejumlah besar

individu. Afiliasi dengan yang lain dan berbagi rasa serta pendapat dengan

orang lain diidentifikasi sebagai gaya coping yang penting terhadap

ancaman-ancaman tersebut (McGrath, 1970; Schachter, 1959). Dukungan

sosial seperti ini cukup berpengaruh dalam kondisi stressful (Cobb, 1976).

Dengan kata lain, keberadaan orang lain di sekitar kita untuk memberikan

dukungan, berbagi rasa serta pendapat dan bentuk bantuan lain dapat

mengurangi pengaruh negatif dari stressor. Karena individu dapat berbagi

distress mereka dengan yang lain yang mengalami kesulitan yang sama.

Beberapa studi menunjukkan bahwa ada kohesi diantara individu-individu

tersebut (Quarantelli, 1978). Tentu saja, ini tidak selalu terjadi dan

penduduk tidak dapat bersama-sama melawan stressor dalam waktu yang

terbatas. Ketika stressor berlangsung dan tidak menemukan cara

pemecahannya, maka jenis masalah yang berbeda akan timbul.

I.1.

1. Personal Stressors

Personal stressors sejenis dengan cataclysmic events, tetapi

dampaknya hanya mengenai satu orang tertentu atau beberapa orang

dalam jumlah terbatas dan boleh jadi tidak diharapkan. Misalnya sakit,

kematian orang yang dicintai, atau kehilangan pekerjaan. Kejadian ini

cukup kuat untuk menantang kemampuan adaptasi yang sama pada

cataclysmic events. Seringkali besarnya, durasi dan letak dari pengaruh

Page 5: STRESS LINGKUNGAN DAN

yang kuat pada cataclysmic events dan personal stressors adalah sama

seperti kematian dan kehilangan pekerjaan.

I.1.

1. Daily Hassles

Daily hassles merupakan stressor dalam bentuk problem yang

terjadi setiap hari dan berulang-ulang, serta tidak terlalu memerlukan daya

penyesuaian diri yang terlalu besar. Stressor ini sifatnya stabil dan

intensitas masalah yang dihadapi rendah karena sebagai bagian dari suatu

rutinitas. Daily hassles mencakup antara lain ketidakpuasan dalam

pekerjaan, kesulitan keuangan, pertengkaran dengan tetangga, dan

masalah transportasi dalam kota. Daily hassles memang relatif ringan

dibandingkan dengan jenis stressor yang lain. Efeknya bertahap, tetapi

karena sifatnya kronis dapat juga membawa akibat jangka panjang yang

fatal.

Satu atau lebih latar belakang stressor mungkin tidak cukup

menyebabkan kesulitan penyesuaian yang besar. Namun, ketika sejumlah

hal terjadi secara bersama-sama dapat menentukan dengan tepat kerugian

yang lebih besar dan mungkin seserius pada cataclysmic events atau

stressor personal. Pemaparan yang biasa, tetapi dalam jangka waktu yang

panjang membutuhkan respons penyesuaian yang lebih.

1. Penilaian Terhadap Stressor (appraisal of stressors)

Tingkat pandangan orang mengenai kejadian yang penuh dengan stress

ditentukan melalui penaksiran/penilaian. Selama proses penaksiran, semua

informasi dianggap penting, dan keputusan diambil jika kira-kira berbahaya,

mengancam, dan sejenisnya. Beberapa tipe penaksiran yang berbeda mungkin

terjadi. Penaksiran dilakukan terpusat pada kerusakan yang terjadi.

Ada beberapa faktor yang diidentifikasikan sebagai pengaruh

penaksiran kita terhadap stressor lingkungan, diantaranya kondisi situasional,

individual differences, dan variabel lingkungan, sosial, dan psikologis.

Page 6: STRESS LINGKUNGAN DAN

Penaksiran terhadap stressor didasarkan pada sifat-sifat situasi, sikap terhadap

stressor atau sumbernya, individual differences dan lain-lain.

Gaya penanggulangan (coping) atau pola kepribadian juga

mempengaruhi seseorang dalam melihat permasalahan dan menentukan tipe

penanggulangan yang akan dipakai. Jenis gaya penanggulangan (coping) yang

dapat digunakan antara lain, represi-sensitivitas (tingkatan dimana orang

berpikir tentang stressor), screening (kemampuan seseorang untuk menolak

stimuli atau memprioritaskan kebutuhan), dan penolakan (tingkat seseorang

untuk menolak atau menyadari suatu masalah).

Studi oleh Baum (1982) mengatakan bahwa individu yang

menanggulangi secara berlebihan dengan mengamati dan memprioritaskan

kebutuhan akan lebih bisa mengurangi efek kepenatan daripada orang yang

tidak melakukan cara ini. Glass (1977) telah mendeskripsikan relevansi

coping stress. Individu yang menerapkan pola kepribadian tipe A adalah

mereka yang merespons stress dengan cara pengontrolan stress dan

mempunyai treatment tersendiri.

Stress dapat mempengaruhi kesehatan antara lain tekanan darah.

Apabila individu sering stress, maka individu tersebut berpeluang besar untuk

mengalami penyakit jantung. Kontrol perasaan adalah mediator stress yang

penting, yang dapat menyebabkan seseorang dapat mengontrol stress dan

memprediksikan apa yang akan terjadi.

Mengumpulkan informasi tentang penyebab stress, dapat membantu

memprediksikan langkah yang harus ditempuh. Misalnya, stress yang

berhubungan dengan operasi. Pasien akan khawatir dirinya akan sembuh atau

justru makin parah. Stress pasien dapat dikurangi dengan memberi harapan

bagus. Studi yang lain mengungkapkan bahwa pemberian harapan yang kuat

terhadap penderita stress dipercaya dapat mengurangi stress.

1. Karakteristik Respons Stress

Page 7: STRESS LINGKUNGAN DAN

Ketika penaksiran sebuah penyebab stress sudah dibuat oleh individu

maka respons dapat ditentukan dengan baik. Misalnya, apabila ada sebuah

peristiwa yang dianggap berbahaya/mengancam, akan menimbulkan respons

stress berupa ketegangan. Dengan kata lain, menafsirkan sesuatu yang

negatif/bahaya, dapat menghasilkan respons yang kita siapkan lebih hati-hati.

Dalam hal ini, respons stress juga melibatkan proses fisiologis.

Kadar epinefrin yang banyak pada tubuh kita dapat memberikan

pengaruh yang positif terhadap adaptasi dan dapat memberikan keuntungan

secara biologis. Efek psikologis yang berperan antara lain, merefleksikan

konsekuensi adaptasi. Calhoun (1967,1970) mengungkapkan bahwa ada

sebuah periode keras kepala (refractory periode) dimana suatu individu

berada pada keadaan yang sembuh dari stress. Namun apabila refactory

periode dicampur dengan periode lain, justru akan menambah stress. Misalnya

apabila kita sakit kepala dan kita minum obat, maka stress kita juga

bertambah.

I.1. Teori Stress Lingkungan (Environment Stress Theory)

Teori stress lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi teori stress

dalam lingkungan. Berdasarkan model input proses output, maka ada 3

pendekatan dalam stress, yaitu : stress bagi stressor, stress sebagai respon atau

reaksi, dan stress sebagai proses. Oleh karenanya, stress terdiri atas 3 komponen,

yaitu stressor, proses, dan respon. Stressor merupakan sumber atau stimulus yang

mengancam kesejahteraan seseorang, misalnya suara bising, panas atau kepadatan

tinggi. Respon stress adalah reaksi yang melibatkan komponen emosional,

pikiran, fisiologis dan perilaku. Proses merupakan proses transaksi antara stressor

dengan kapasitas dengan kapasitas diri. Oleh karenanya, istilah stress tidak hanya

merujuk pada sumber stress, respon terhadap sumber stress saja, tetapi keterikatan

antara ketiganya. Artinya, ada transaksi antara sumber stress dengan kapasitas diri

untuk menentukan reaksi stress. Jika sumber stress lebih besar daripada kapasitas

diri maka stress negatif akan muncul, sebaiknya sumber tekanan sama dengan

atau kurang sedikit dari kapasitas diri maka stress positif akan muncul. Dalam

kaitannnya dengan stress lingkungan, ada transaksi antara karakteristik

lingkungan dengan karakteristik individu yang menentukan apakah situasi yang

Page 8: STRESS LINGKUNGAN DAN

menekan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Udara panas bagi sebagian

orang menurunkan kinerja, tetapi bagi orang lain yang terbiasa tinggal di daerah

gurun, udara panas tidak menghambat kinerja.

Fisher (1984) melakukan sintesa pendekatan stress fisiologis dari Hans

Selye dan pendekatan psikologi dari Lazarus, yang terlihat dalam bagan berikut

ini :

Ada tiga tahap stress dari Hans Selye, yaitu tahap reaksi tanda bahaya,

resistensi, dan tahap kelelahan. Tahap reaksi tanda bahaya adalah tahap dimana

tubuh secara otomatis menerima tanda bahaya yang disampaikan oleh indera.

Tubuh siap menerima ancaman atau menghindar terlihat dari otot menegang,

keringat keluar, sekresi adrenalin meningkat, jantung berdebar karena darah

dipompa lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. Tahap resistensi atau

proses stress. Proses stress tidak hanya bersifat otomatis hubungan antara stimulus

respon, tetapi dalam proses disini telah muncul peran-peran kognisi. Model

psikologis menekankan peran interpretasi dari stressor yaitu penilaian kognitif

apakah stimulus tersebut mengancam atau membahayakan. Proses penilaian

terdiri atas 2 yaitu : penilaian primer dan penilaian sekunder. Penilaian primer

merupakan evaluasi situasi apakah sebagai situasi yang mengancam,

membahayakan, ataukah menantang. Penilaian sekunder merupakan evaluasi

terhadap sumber daya yang dimiliki, baik dalam arti fisik, psikis, sosial, maupun

materi. Proses penilaian primer dan sekunder akan menentukan strategi coping

(Fisher 1984) dapat diklasifikasikan dalam direct action (pencarian informasi,

menarik diri, atau mencoba menghentikan stressor) atau bersifat palliatif yaitu

menggunakan pendekatan psikologis (meditasi, menilai ulang situasi dsb). Jika

respon coping ini tidak adekuat mengatasi stressor, padahal semua energi telah

dikerahkan maka orang akan masuk pada fase ketiga yaitu tahap kelelahan.

Tetapi, jika orang sukses, maka orang dikatakan mampu melakukan adaptasi.

Dalam psroses adaptasi tersebut memang mengeluarkan biaya dan sekaligus

memetik manfaat.

I.1. Macam-Macam Sumber Stress Lingkungan

Page 9: STRESS LINGKUNGAN DAN

1.

1. Bencana Alam

Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba, merusak, berhenti, secara

tiba-tiba dan membutuhkan usaha yang besar untuk menanggulanginya.

Bencana alam meliputi hamper semua kejadian yang terjadi di alam semesta.

Tidak semuanya diakibatkan oleh perilaku manusia, namun akibatnya dapat

bertambah ataupun dikurangi dengan beberapa perilaku.

Definisi tentang bencana alam termasuk seluruh keadaan cuaca yang

ekstrim (panas, dingin, badai, tornado, dll). Gempa bumi, letusan gunung,

tanah longsor, longsoran salju, juga termasuk bencana alam, tetapi dapat juga

diakibatkan oleh pengolahan bumi oleh manusia.

Apabila komunitas rusak, kita menjadi tidak leluasa untuk betingkah

laku dan dapat menimbulkan reaksi yang negative. Semakin banyaknya

masalah yang dihadapi oleh individu, dapat mengakibatkan pikiran kita

menjadi pendek. Apabila individu makin tertekan, maka semakin kehilangan

kebebasan dan selalu menyendiri. Apabila bencana ini berlarut-larut, maka

individu tersebut akan minder yang mengakibatkan stress. Bencana masal

dapat membuat korban kehilangan semuanya, sehingga koban cenderung

berperilaku apatis, susah diatur dan emosional.

I.1.

1.

1. Bencana Teknologi

Untuk memperluas pengetahuan kita terhadap lingkungan dan adaptasi

kita terhadap bahayanya telah dicapai melalui kemajuan teknologi.

Peningkatan kualitas hidup, perpanjangan hidup, penguasaan terhadap

penyakit, dan sejenisnya itu berdasarkan pada jaringan teknologi yang telah

kita ciptakan. Mesin-mesin, struktur dan hasil karya manusia yang lain yang

kita terapkan ke lingkungan tidak secara parallel dijamin bisa membantu.

Umumnya mesin menyelesaikan pekerjaan atas control manusia.

Page 10: STRESS LINGKUNGAN DAN

Bagaimanapun juga, jaringan ini bisa saja gagal, dan bisa saja aa yang salah

sebab itu, kita mengalami gangguan sebuah kota. Misalnya kebocoran bahan

kimia beracun dan pembuangan sampah, kebocoran bendungan dan jembatan

roboh.

I.1.

1. Karakteristik Bencana Tekonolgi

Pada hal-hal tertentu, bencana teknologi menunjukkan ciri yang

sama dengan kerusakan alam. Bisa akut dan sangat tiba-tiba, seperti pada

sebuah kebocoran bendungan dan penggelapan. Kecelakaan teknologi ini

biasanya singkat dan efek buruknya pun terlalu cepat berlalu. Akan tetapi,

bencana teknologi yang lain itu kronis.

Bagi seseorang yang terkena efeknya, dampak terburuk tidak

langsung tampak dan tidak teridentifikasi dengan mudah, sebuah

keputusan tentang hal yang tidak jelas bisa menimbulkan banyak

persoalan.

Menariknya, bencana teknologi ini mungkin lebih mengancam

perasaan kita tentang control daripada hanya sebuah bencana alam. Hal ini

merupakan sebuah paradoks dimana bencana alam itu tidak bisa dikontrol

dan kita tidak pernah berpikir untuk mengendalikannya. Bencana-bencana

teknologi yang terjadi biasanya karena kurangnya control pada sesuatu

yang biasanya berjalan baik.

Hal ini mungkin saja terjadi jika kita teledor, hal ini juga untuk

menguji kemampuan kita mengontrol suatu kejadian di masa yang akan

dating. Kejadian ini sebenarnya tidak harus terjadi , karena mesin-mesin

yang diciptakan tidak didesain untuk melakukan kesalahan dan ada tanda-

tanda ketika terjadi sebuah kerusakan. Jadi, kecelakaan pada pembangkit

tenaga nuklir juga tidak harus terjadi, limbah beracun juga tidak

seharusnya bocor. Tapi hal ini ternyata terjadi , dan hal ini dapat menimpa

siapa saja. Mungkin kita juga sring berpikir dimana ledakan selanjutnya

Page 11: STRESS LINGKUNGAN DAN

akan terjadi?, pesawat mana yang akan bertabrakan?, Limbah mana yang

akan menyebar?, dan lainnya. Ketika pemikiran itu bersifat spekulatif, ini

menimbulkan tafsiran yang macam-macam mengenai bencana teknologi.

Kejadian ini dapat mengurangi keyakinan umum dan menimbulkan stress

(Davidson, Baum dan Collins, 1982).

1. Kebisingan

a. Definisi, Pengukuran dan Merasakan Suara

Definisi yang paling sederhana dari kebisingan adalah suara-suara

yang tidak diinginkan “unwanted sound”. Komponen penting dari konsep

kebisingan terdiri dari komponen psikologis dan fisik.

Pengukuran kebisingan melibatkan komponen fisik yang utama

meskipun pemaknaannya penting terhadap struktur dari skala

pengukurannya. Secara fisik, kebisingan muncul karena adanya perubahan

tekanan udara yang sangat cepat di gendang telinga. Karena molekul

tersebut ditekan secara bersamaan, tekanan positif muncul secara relative

sampai pada tekanan negative ketika molekul udara berpisah. Tekanan

alternative ini dapat digambarkan dalam grafik gelombang. Puncak

gelombang menunjukkan tekanan negative. Tekanan alternative inilah

yang mampu menggetarkan gendang telinga. Getaran tersebut dikirim ke

telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Kemudian dilanjutkan

sampai ke otak, disana terjadilah proses persepsi dan interpretasi pada

stimulus suara karena pitch dan volumenya yang tinggi dan rendah.

Manusia normal dapat mendengar antara frekuensi 20 dan 20.000 Hz.

Namun kebanyakan suara yang kita dengar tidak hanya satu frekuensi saja,

melainkan frekuensinya bermacam-macam. Untuk ukuran tekanan

biasanya digunakan decibels (dB).

Kebisingan merupakan fenomena gangguan pada lingkungan

karena pengertiannya yang “tidak diinginkan”. Keyter (1970) dan Glass

dan Singer (1972) berpendapat bahwa beberapa jenis kebisinagn dapat

Page 12: STRESS LINGKUNGAN DAN

mengganggu yang lain. Ada tiga dimensi karakteristik kebisingan, yaitu

volume, prediksi, dan control perceived.

Suara yang tidak terkontrol juga lebih mengganggu daripada suara

yang terkontrol dengan mudah. Dari diskusi perspektif teoritis yang

terdahulu, suara yang tidak terkontrol lebih stressful, mengalihkan

perhatian, dan lebih sulit diadaptasi dibandingkan suara yang dapat

dikontrol. Berdasarkan pendekatan behavior, suara yang kekurangan

control dapat menyebabkan reaktansi psikologis dan adanya usaha untuk

memperoleh kembali kebebasan bertindak dengan mencoba menegaskan

pengontrolan.

Suara yang bising, tidak dapat diprediksi, dan tidak dapat dikontrol

mengakibatkan rusaknya perilaku. Meskipun ketiga factor tesebut

mungkin menjadi penyebab utama pengaruh kebisingan terhadap perilaku,

namun sebuah penelitian menyebutkan bahwa ada factor lain yang

mempengaruhi sejauhmana kebisingan tersebut mengganggu. Gangguan

meningkat bila:

Seseorang merasa suara tersebut tidak penting

Seseorang yang menghasilkan suara tersebut tidak peduli terhadap keselamatan

orang lain yang mendengarkan.

Orang yang mendengar merasa bahwa suara tersebut berbahaya terhadap

kesehatan.

Orang yang mendengarkan menganggap bahwa suara tersebut menakutkan.

Orang yang mendengarkan suara tersebut merasa tidak puas terhadap aspek lain di

lingkungannya.

b. Sumber Kebisingan

1). Kebisingan transportasi

Page 13: STRESS LINGKUNGAN DAN

Kebisingan bersumber dari truk, kereta api, pesawat, dan jenis

alat transportasi lainnya. Kebisingan transportasi merupakan

permasalahan yang paling utama. Karakteristik kebisingan transportasi

antara lain : menyebar luas da sangat keras. Ini sangat jelas terlihat dari

level intensitas suaranya, seperti perkiraan intensitas suara di kawasan

bandara yaitu sekitar 75-85 dB.

2). Kebisingan di tempat kerja

Kebisingan yang terjadi ditempat kerja merupakan

permasalahan kedua setelah kebisingan transportasi.

c. Efek Psikologis dari Kebisingan

1). Kerusakan pendengaran

Meskipun suara yang sangat keras (150 dB) dapat

menyebabkan pecahnya gendang telinga ataupun merusak telinga

bagian lain, bahaya untuk pendengaran dari suara yang berlebihan

biasanya juga terjadi pada level intensitas suara yang lebih rendah (90-

120dB) karena kerusakan sementara dan kerusakan sementara dan

kerusakan sementara dan kerusakan permanen pada sel rambut halus di

koklea (rumah siput) telinga bagian dalam. Kerusakan pendengaran

secara umum dibagi kedalam dua jenis (Kyter, 1970) yaitu:

1. Temporary threshold shifts (TTS)

Dimana ambang normal akan kembali dalam 16 jam setelah

mendengar suara yang berbahaya bagi telinga.

1. Noise-induced permanent threshold shifts (NIPTS)

Dimana ambang normal akan kembali dalam satu bulan atau lebih

setelah penghentian suara yang berbahaya bagi telinga.

2). Kesehatan fisik

Page 14: STRESS LINGKUNGAN DAN

Kita meyakini bahwa suara dengan level intensitas yang tinggi

mengakibatkan peningatan stress dan ketegangan. Kita memperkirakan

bahwa penyakit yang berkaitan dengan stress (hipertensi dan

sebagainya) dapat meningkat karena adanya kebisingan.

Banyak ahli yang melakukan penelitian tentang hubungan

antara kebisingan dengan stress, namun hasilnya berbeda-beda. Karena

pada dasarnya sulit untuk menghubungkan kebisingan secara langsung

memberikan efek negative terhadap kesehatan fisik. Efek negative

kebisingan terhadap kesehatan terjadi bersama dengan stressor lain

(misalnya polusi industry, ketegangan karena pekerjaan, tekanan

ekonomi, dan sebagainya) atau hanya terbatas pada mereka yang

rentan terhadap gangguan psikologis (Cohen, 1977).

3). Kebisingan dan kesehatan mental

Kita meyakini bahwa suara dengan level intensitas yang tinggi

mengakibatkan peningkatan akitivitas psikologis. Saat stress menjadi

penyebab penyakit mental, kita dapat memperkirakan bahwa

kebisingan dapat dikaitkan dengan gangguan mental (Cohen, 1977;

Kryter, 1970). Banyak penelitian yang mengkaitkan antara kebisingan

dengan kesehatan mental. Sama seperti kesehatan fisik, kita harus

sementara menyimpulkan bahwa suara dengan intensitas tinggi

berkontribusi pada penyakit mental, itu dikaitkan dengan factor lain

yang mempercepat gangguan mental.

Cohen (1977) mengatakan bahwa penduduk diskitar area

kebisingan menyerah dan tidak protes karena merasa tidak akan

didengar oleh pemerintah.

d. Pengaruh Kebisingan Terhadap Performa

Penelitian laboratorium tentang pengaruh kebisingan terhadap

performa menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Secara singkat apakah

kebisingan mempengaruhi performa, menguntungkan ataupun tidak ,

Page 15: STRESS LINGKUNGAN DAN

tergantung pada jenis (dapat diprediksi atau tidak), dan intensitas suara,

batas toleransi stress, dan karakteristik kepribadian individu. Secara umum

data penelitian laboratorium menunjukkan bahwa dalam keadaan itu, suara

90-110 dB tidak memberikan pengaruh buruk terhadap performa mental.

Untuk menjelaskan apakah kebisingan mempengaruhi performa, maka kita

menggunakan pendekatan diskusi teoritis. Misalnya:

Teori level adaptasi

Memprediksi variasi pada performa untuk tingkat kemampuan,

pengalaman dan stimilasi berbeda setiap individu.

The Yerkes-Dodson Law dan Arousal Approach

Mengatakan bahwa suara atau kebisingan yang meningkat akan memfasilitasi

performa pada tugas yang sederhana.

The Environmental Load Approach

Suara yang tidak dapat diprediksi dapat mengalihkan perhatian dan

mengganggu performa.

e. Kebisingan dan Perilaku Sosial

Dalam beberapa tahun terakhir ini, para peneliti mulai menyelidiki

dampak kebisingan terhadap perilaku sosial (Cohen & Weinstein, 1981).

Kebisingan akan mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu atraksi,

altruism dan agresi.

1). Kebisingan dan Atraksi

Jarak interpersonal merupakan salah satu indikasi dari

kebisingan dapat menurunkan atraksi. Oleh karena itu kita dapat

menyimpulkan bahwa kabisingan memperbesar jarak interpersonal.

1. Kebisingan dan Agresi Manusia

Page 16: STRESS LINGKUNGAN DAN

Pada penelitian suatu perilaku sosial, diperlihatkan bahwa

orang lebih tidak suka menolong dalam situasi kebisingan

dibandingkan dalam situasi tenang. Juga terdapat beberapa bukti

bahwa kebisingan dapat meningkatkan agresivitas (Geen & O’ Neal,

1969).

Penelitian ini dan penelitian-penelitian lainnya menunjukkan

bahwa kebisingan kadang-kadang dapat meningkatkan

perilakunagresif, tetapi hal ini hanya terjadi bila orang merasa tidak

mampu mengendalikan kebisingan tersebut dan bila mereka

mempunyai alasan tersendiri untuk marah. Dengan kata lain,

kebisingan bukan sebab langsung dari timbulnya agresi, tetapi dapat

memperkuat kecenderungan untuk agresif yang telah ada.

1. Kebisingan dan Perilaku Altruisme

Salah satu kesimpulannya adalah bahwa kebisingan dapat

mengurangi perhatian terhadap isyarat-isyarat sosial. Demikian juga

dalam suatu penilitian lapangan (Korte & Grant, 1980), pejalan kaki di

jalan yang ramai mempunyai kemungkinan yang lebih kecil untuk

memperhatikan objek yang tidak biasa di trotoar dibandingkan pejalan

kaki di jalan yang sepi. Dengan kata lain, kebisingan dapat

menyebabkan orang mempersempit fokus perhatiannya sehingga tidak

menangkap isyarat sosial di lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Page menghasilkan bahwa

orang yang mengalami suara yang simpel mungkin tidak

memberitahukan bahwa seseorang membutuhkan bantuan.

Bagaimanapun, suara menurunkan kemungkinan bahwa orang akan

merespon permintaan.

Alasan untuk menekan pengaruh dari suara gaduh dalam

tingkah laku membantu dalam diketahui dengan pasti, tapi kebanyakan

penjelasan masih Nampak pada perhatian yang sempit, dugaan dan

penjelasan berdasarkan mood.

Page 17: STRESS LINGKUNGAN DAN

Penelitian yang dilakukan oleh Sherrod dan Downs (1974)

menyatakan bahwa pengaruh kegaduhan dalam tingkah laku altruism

tergantung pada beberapa faktor, diantaranya merasakan control dari

suara, volume suara, dan karakteristik stimulus adari kebutuhan

seseorang akan bantuan.

1. Pulang Pergi Kerja (Commuting to Work)

Stokols dan Novaco (1981) mencatat besarnya biaya pulang pergi

kerja, dengan penekanan pada pulang pergi kerja dengan mobil. Diantara

masalah yang menyebabkan ketergantungan kita pada transportasi pribadi

untuk pulang pergi kerja adalah pemakaian energi yang berlebihan dan

kenyamanan yang diberikan. Masalah yang lain muncul menjadi pemicu dari

pulang pergi kerja dan pengaruhnya pada kesehatan fisik dan mental.

Stress pulang pergi kerja mempunyai beberapa sumber. Penelitian

telah menemukan bahwa kemacetan diasosiasikan sebagai pembangkit.

Kepadatan jalan yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan laporan dari

penyakit dada dan pengukuran kecepatan jantung, tekanan darah,

ketidakteraturan denyut jantung, dan kulit. (Aronow et al, 1972; Michaels,

1962;Stokols et al, 1978; Taggart, Gibbons & Somerville, 1969).

Penelitian menyatakan bahwa rute pulang pergi kerja yang ruwet dapat

menyebabkan tekanan darah yang tinggi dan detak jantung yang cepat (Littler,

Honour, & Sleight, 1973). Stress pulang pergi kerja juga dipengaruhi suhu,

suara, kelembaban, dan polusi udara (Stokols & Novaco, 1981).

Tingginya gangguan pulang pergi kerja lebih sulit dan maka dari itu

mungkin lebih menyebabkan stress. Bukti-bukti menyebutkan bahwa pulang

pergi kerja dapat menyebabkan stress, tapi luasnya pengalaman stress

tergantung pada sejumlah faktor. Stressor yang lain dan karakteristik sumber

juga penting. Design jalan, jumlah kepadatan, kompleksnya jalan, dan kondisi

semua aspek dari lingkungan pulang pergi kerja yang mempengaruhi stress.

Dalam hal ini, faktor individu seperti gaya coping sangat penting, dan respon

yang berbeda-beda terhadap kondisi pulang pergi kerja.

Page 18: STRESS LINGKUNGAN DAN

Penanggulangan

Menurut psikolog Dharmayati Utoyo Lubis PhD, ada 3 upaya pencegahan

yaitu primary prevention, secondary prevention, dan tertiary prevention.

Primary prevention adalah tindakan yang dilakukan untuk menghindari dampak

buruk dari lingkungan, sebelum dampak tersebut menimpa manusia. Tindakan

primer ini bahkan sudah dapat dimulai sebelum manusia itu lahir. Contohnya,

mencegah kriminalitas terhadap individu yang pulang kerja malam, perusahaan

mengusahakan bus khusus yang mengantar pulang.

Secondary prevention, tindakan yang diambil adalah untuk mengidentifikasi dan

menanggulangi dampak lingkungan di awal perkembangan. Tujuannya,

menghentikan atau merubah dampak buruk menjadi lebih baik. Sebagai contoh,

ketika suatu daerah sudah terjangkit demam berdarah maka upaya yang dilakukan

agar jumlah korban tidak bertambah banyak yiatu dengan cara pengasapan

(fogging).

Tertiary prevention merupakan tindakan pencegahan sehingga kerusakan akibat

dampak lingkungan tidak meluas. Termasuk di dalamnya adalah tindakan untuk

mencegah kecacatan, dan merehabilitasi mereka yang sudah terkena dampak

lingkungan. Contoh kasusnya, pemakai narkoba yang baru mengalami

detoksifikasi dianjurkan menjalani program after-care, sehingga mereka

memperoleh ketahanan psikis untuk tidak memakai lagi.

Sebenarnya, tindakan penanggulangan dampak lingkungan tak lepas dari

dukungan sosial, sense of personal control atau perasaan bahwa individu dapat

mengambil keputusan dengan melakukan action yang efektif, keyakinan diri,

kepribadian yang ulet, serta pola kepribadian A atau B (laki-laki lebih reaktif terhadap

stress lingkungan daripada perempuan).

Berbagai strategi coping untuk menanggulangi stress termasuk stress akibat

dampak lingkungan adalah pemecahan masalah secara terencana, coping konfrontatif,

mencari dukungan sosial, mengambil jarak, lari atau menghindar, kontrol diri,

menerima tanggungjawab, penilaian kembali yang positif.

Page 19: STRESS LINGKUNGAN DAN

Najlah Naqiyah, juga memberikan beberapa solusi mengenai cara

penanggulangan stress untuk korban pasca banjir di Jakarta, antara lain :

Mencari tahu sebab yang menimbulkan stress bagi pengungsi. Jika menilik

penyebab stress pengungsi karena rasa lapar, maka perlu memberikan makan dan

minum. Jika stress pengungsi karena sakit, maka perlu menyediakan obat-obatan.

Jika stress mereka karena kurangnya air bersih untuk kebutuhan mandi, masak,

buang air, serta mencuci maka perlu menyediakan sarana air bersih yang cukup.

Pemerintah berkewajuban menyediakan sarana yang dibutuhkan oleh pengungsi.

Pemerintah wajib menyediakan fasilitas bagi pengungsi untuk memperoleh

penghidupan yang layak. Tugas pemerintah menyiapkan sarana air bersih, makan

dan minum serta obat-obatan bagi pengungsi. Masyarakat miskin yang mengungsi

perlu menggunakan fasilitas tersebut untuk keselamatan hidup mereka. Jika

pemerintah abai menyediakan sarana kesehatan dan sanitasi air bersih, maka

pengungsi akan menderita dan terancam penyakit akibat banjir. Pemerintah

selayaknya berusaha keras menyediakan kebutuhan para pengungsi dengan cepat,

untuk meringankan beban hidup mereka yang kesusahan.

Jika pengungsi ketakutan dan khawatir kehilangan harta yang ditinggalkan di

rumah mereka, maka perlu menyediakan jaminan keamanan bagi rumah mereka.

Pemerintah perlu menjamin adanya rasa aman atas tempat tinggal para pengungsi

yang terendam banjir. Bagaimanapun, para pengungsi khawatir dan takut

meninggalkan rumah dan harta benda mereka. Ketakutan yang berlebihan

menimbulkan rasa stress takut kehilangan barang-barang milik mereka. Untuk itu,

pemerintah perlu bersikap tegas mengerahkan aparat keamanan menjaga rumah-

rumah yang ditinggal mengungsi. Koordinasi pemerintah dengan pihak kepolisian

dan TNI perlu intensif. Jaminan rasa aman, akan mengurangi rasa was-was para

pengungsi. Pengungsi lebih tenang apabila harta benda mereka mendapatkan

kepastian rasa aman dari penjarahan.

Solidaritas para tokoh agama, tokoh masyarakat, para artis membantu korban

banjir perlu ditingkatkan. Tokoh agama sebagai pusat pengaduan masyarakat

miskin. Secara sosial, tokoh agama lebih dekat dengan keseharian ummat. Peran

masjid, gereja, sekolah keagamaan, pesantresn menjadi alternative masyarakat

sebagai tempat mengungsi yang aman. Dengan bahu membahu dan tolong

Page 20: STRESS LINGKUNGAN DAN

menolong secara lintas agama, akan lebih mudah dan cepat menyalurkan bantuan

bagi para pengungsi.

Memberikan yang terbaik bagi para pengungsi dengan segenap kemampuan

yang kita miliki akan mengobati stress pengungsi. Mendampingi pengungsi saat kritis

dan membutuhkan bantuan akan membantu mengurangi beban mereka. Cara yang

ditempuh melalui kerjasama aparatur pemerintah, para tokoh agama, artis dan

pengusaha, membantu kebutuhan pengungsi. Semoga pengungsi tertangani dengan

baik.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu

proses dengan kejadian lingkungan yang mengancam atau hilangnya kesejahteraan

organisme yang menimbulkan beberapa respons dari organisme tersebut. Kejadian-

kejadian lingkungan yang menyebabkan proses ini disebut sebagai sumber stresss

(stressor), sedangkan reaksi yang timbul karena adanya stressor disebut respons dari

stress (stress response).

Ada tiga bagian dari stress, pertama, karakteristik dari sumber-sumber stress

(characteristics of stressors). Kedua, penilaian terhadap sumber-sumber stress

(appraisal of stressors). Ketiga, respons terhadap stress yang terjadi (stress response).

Macam-macam sumber stress antara lain bencana alam, bencana teknologi,

kebisingan dan commuting to work.

Menurut psikolog Dharmayati Utoyo Lubis PhD, ada 3 upaya pencegahan

yaitu primary prevention, secondary prevention, dan tertiary prevention. Primary

prevention adalah tindakan yang dilakukan untuk menghindari dampak buruk dari

lingkungan, sebelum dampak tersebut menimpa manusia. Secondary prevention,

tindakan yang diambil adalah untuk mengidentifikasi dan menanggulangi dampak

lingkungan di awal perkembangan. Tertiary prevention merupakan tindakan

pencegahan sehingga kerusakan akibat dampak lingkungan tidak meluas. Termasuk

Page 21: STRESS LINGKUNGAN DAN

di dalamnya adalah tindakan untuk mencegah kecacatan, dan merehabilitasi mereka

yang sudah terkena dampak lingkungan.

1. SARAN

Lingkungan sangat mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir manusia.

Dalam kehidupannya, manusia selalu berinteraksi dan tergantung dengan lingkungan.

Keadaan lingkungan yang kondusif akan membuat manusia nyaman dan selalu dalam

keadaan homeostasis. Namun, lingkungan terkadang memberikan efek negatif pada

manusia yang dapat menyebabkan stress. Stress tidak dapat dihindarkan. Namun

demikian, dengan memahami stressor dan stress itu sendiri, kita dapat meminimalkan

stress yang tidak diperlukan, dan membuat diri kita lebih sehat , baik secara fisik ,

maupun mental. Untuk itulah kita perlu belajar untuk hidup bersama dengan stress.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan manusia untuk meminimalisasikan munculnya

stress antara lain dengan beristirahat cukup, berolahraga teratur, rekreasi, menjaga

menu dan pola makan. Namun, apabila telah terjadi stress, maka dapat ditanggulangi

dengan cara coping yaitu dengan coping masalah dan coping emosi.

KASUS

Berebut Air di Sendang Senjoyo

Sadi Martono (54), petani Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, masih belum pulih benar dari kekagetannya. Meski beberapa kali kesulitan air saat kemarau, baru tahun ini dia sampai menyaksikan serombongan petani dari desa lain nekat membawa godam dan palu, berniat membobol pintu air. Aliran air dari Sendang Senjoyo sudah dianggap tidak lagi terbagi adil.

Percekcokan berlangsung sengit antarpetani dari Tingkir Lor dan Kalibening (Salatiga) dengan Tingkir Tengah (Salatiga), serta sejumlah desa di Kecamatan Suruh (Kabupaten Semarang). Pasalnya, awal Agustus lalu, petani dari Kalibening berniat menjebol pintu air Aji Awur di Desa Tegalwaton.

Pintu air itu berfungsi mengatur aliran air dari Bendung Senjoyo ke arah timur, yaitu ke Tingkir Tengah dan sejumlah kelurahan di Kecamatan Suruh, serta arah utara menuju Tingkir Lor dan Kalibening.

Kondisi ketika itu sempat memanas. Kedua kubu saling menuding pihak lain mencurangi pembagian air karena merasa aliran air yang menuju lahan mereka terlalu sedikit. Beruntung, konflik berhasil diredam. Mereka berembuk bersama kepala desa setempat dan sepakat pembagian air dilakukan setiap tiga hari.

”Sekarang sudah lebih baik. Setiap petani sudah bergantian mendatangi pintu air setiap pukul 15.00. Tahun-tahun terakhir air memang semakin sulit,” kata Sadi Martono, Senin (8/9).

Aliran air Sendang Senjoyo yang berada di Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, mengalir melalui tiga bendungan: Isep-isep, Watukodok, dan Senjoyo. Mata air ini juga dimanfaatkan oleh

Page 22: STRESS LINGKUNGAN DAN

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Salatiga, PDAM Kabupaten Semarang, PT Damatex, dan Yonif 411 Salatiga.

Jauh sebelumnya, air Sendang Senjoyo begitu melimpah. Kebutuhan air bagi petani untuk mengairi sawah dan keperluan sehari-hari penduduk sekitar sangat mencukupi.

Namun, persoalan timbul ketika debit airnya terus turun hingga semakin parah 2-3 tahun terakhir. Hal ini memicu konflik horizontal antarpetani karena kebutuhan air mereka tetap, tetapi alirannya semakin sedikit. Terlebih lagi mereka harus berbagi dengan perusahaan-perusahaan yang memasang pipa ke mata air.

”Petani sering mengadu kesulitan air kepada saya. Perebutan air masih terjadi antarpetani karena itu yang paling tampak. Mereka mau marah kepada orang-orang ’atas’ ya enggak berani,” kata Kepala Desa Tegalwaton Agus Suranta.

Data di Ranting Pengairan Kecamatan Tengaran, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, menunjukkan, pada tahun 1995 debit air Sendang Senjoyo saat kemarau masih mencapai 1.115 liter per detik. Akan tetapi, kini hanya berkisar 838 liter per detik, padahal kebutuhan air petani relatif tetap karena alih fungsi lahan di daerah ini tak terlalu pesat.

Dari debit air yang tersisa rata-rata 838 liter per detik, sebanyak 358 liter per detik harus direlakan petani untuk diambil pengguna besar. PDAM Kota Salatiga menyedot 278,5 liter per detik, PDAM Kabupaten Semarang 11,8 liter per detik, PT Damatex dan Timatex 53 liter per detik, dan Yonif 411 Salatiga 11,8 liter per detik.

Menurut Kepala Ranting Pengairan Kecamatan Tengaran Dalwandi, penurunan debit ini disebabkan oleh pengambilan air dalam skala besar secara terus-menerus oleh sejumlah pemakai besar. Kondisi ini diperparah dengan pengambilan air bawah tanah menggunakan sumur bor oleh sejumlah industri yang berada tak jauh dari Senjoyo.

Ironisnya, pengurasan sumber air itu tidak diimbangi dengan konservasi air, baik di hutan sekitar Sendang Senjoyo maupun Lereng Merbabu yang menjadi daerah tangkapan air. ”Kami pernah mengajak PDAM Salatiga yang menjadi pengguna terbesar ikut berpartisipasi, tetapi kurang mendapat tanggapan. Begitu juga saat kami meminta pengurangan pengambilan air,” kata Dalwandi.

Sekretaris Daerah Kota Salatiga yang juga Badan Pengawas PDAM Kota Salatiga Sri Sejati mengakui bahwa Senjoyo masih menjadi salah satu sumber utama pengambilan air. Namun, PDAM Salatiga juga masih mencoba mencari sumber air selain Senjoyo. ”Kalau untuk konservasi, akan kami coba bahas lebih jauh,” kata Sri Sejati.

Kasus Umbul Wadon

Persoalan serupa dihadapi masyarakat pada empat kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menggantungkan hidup dari keberadaan sumber mata air Umbul Wadon di hulu Sungai Kuning. Jika 20 tahun lampau mereka bisa dengan mudah memperoleh air yang melimpah, kini justru sebaliknya.

Sekarang ketersediaan air sangat terbatas. Air memang masih mengalir dari Umbul Wadon. Namun, sejak beberapa tahun terakhir para petani di Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, Ngaglik, dan Pakem kian kesulitan mendapatkan air untuk ”membasahi” sawah-sawah mereka.

Kebetulan atau tidak, salah satu sumber berkurangnya pasokan air melalui Sungai Kuning tersebut akibat Umbul Wadon juga dimanfaatkan oleh tiga perusahaan air minum untuk masyarakat di Sleman dan sebagian Kota Yogyakarta. Ketiga perusahaan dimaksud adalah Tirta Dharma Sleman, Tirta Marta Kota Yogyakarta, dan Arga Jasa.

Dampaknya memang tidak dirasakan langsung oleh masyarakat yang tinggal di sekitar Umbul Wadon atau yang mengonsumsi air setiap hari, tetapi oleh petani di daerah hilir. Mereka merasakan volume air yang masuk ke sawah tidak sebanyak dulu lagi.

Tahun ini, misalnya, puluhan petak sawah kecil-kecil di Dusun Grogolan, Kecamatan Umbulmartani, yang lokasinya lebih rendah (mirip terasering) dan dekat dengan Kali Kuning pun meranggas. Bahkan, ada beberapa petak tanaman padi yang dibiarkan kering begitu saja tanpa dipanen.

”Sawah-sawah itu dulunya selalu basah, termasuk saat kemarau. Bahkan, bisa dikatakan jenis tanahnya gembur, seperti lumpur,” ujar Sudiharjo (60), petani dari Dusun Grogolan.

Page 23: STRESS LINGKUNGAN DAN

Notowiharjo (72), petani yang lain, menuturkan bahwa mereka masih harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan air. Masyarakat menyebut uang itu bukan sebagai ”bayaran”, melainkan lebih pada istilah ”biaya mengisi administrasi”.

Uang itu diberikan kepada penjaga pintu air atau dam di daerah hulu. Penjaga air itulah yang nantinya mengalirkan air ke saluran atau parit menuju lahan milik petani. Cara seperti ini berlangsung sekali dalam sepekan dan bergantian dengan petani di daerah lain.

Di Kali Kuning terdapat banyak dam. Dari Umbul Wadon hingga Dusun Grogolan, yang berjarak lebih dari 6 kilometer, misalnya, terdapat 18 dam berukuran kecil atau biasa dikenal masyarakat sekitar dengan embung. Menurut petani, embung-embung ini sengaja dibangun untuk mengendalikan aliran air.

”Uang yang harus dibayar mencapai Rp 50.000. Air akan mengalir selama 12 jam, mulai dari petang hingga pagi. Air itu akan dipakai bersama-sama oleh petani yang menempati bulak tertentu,” kata Notowiharjo.

Menyusutnya air saat kemarau jelas berpengaruh terhadap produksi. Lahan milik Sudiharjo, misalnya, saat airnya melimpah bisa menghasilkan 7 kuintal padi kering, sedangkan saat ini hanya 3 kuintal karena sebagian di antaranya terserang hama.

Data dari Dinas Pengairan Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam (P3BA) Kabupaten Sleman menunjukkan, debit air yang masuk ke PDAM Tirta Dharma saat ini mencapai 81 liter per detik, Tirta Martha 75,8 liter, dan Arga Jasa 15 liter per detik.

Kepala P3BA Sleman Widi Sutikno membenarkan debit air Umbul Wadon memang berkurang, terutama saat kemarau. Dalam pengukuran terakhir, debit air hanya 349,7 liter per detik. Adapun pengukuran satu bulan sebelumnya masih 376 liter per detik.

PDAM Tirta Dharma Sleman membantah tudingan bahwa mereka berusaha memperbesar debit air yang masuk ke wilayahnya. Kepala Pengawas Internal PDAM Tirta Dharma Sleman Dwi Nurwata mengatakan, sejak awal debit air tidak berubah, tetap 80 liter per detik.

Saat ini PDAM Tirta Dharma memperoleh air dari dua mata air, yakni Umbul Wadon dan Tuk Dandang di Pendowoharjo. Selain itu, mereka juga mengandalkan 17 sumur dangkal dan 15 sumur dalam.

Selama ini pemakaian Umbul Wadon secara bersama-sama bukan tidak menimbulkan konflik. Tahun 2004 lalu, misalnya, ratusan warga lereng Merapi berusaha meminta kembali pasokan air minum dan irigasi yang dihentikan pihak tertentu. Mereka juga meminta penghitungan ulang pemanfaatan air yang ada.

Kini, untuk melindungi sumber-sumber air itu, pemerintah daerah tengah mencoba melakukan konservasi di sekitar Merapi. Selain penghijauan, mereka juga berupaya memperbanyak dam. Namun, masyarakat tak bisa lagi menunggu terlalu lama. (Sumber: Kompas, 9 September 2008).

PEMBAHASAN KASUS

Stres lingkungan yang ditimbulkan kasus di atas merupakan stres lingkungan

karena bencana alam berupa kekeringan yang melanda beberapa daerah seperti

disebutkan pada kasus di atas. Menurut teori stres lingkungan, ada dua elemen dasar yang

menyebabkan manusia bertingkah laku terhadap lingkungannya. Elemen pertama adalah

stressor dan elemen kedua adalah stress itu sendiri. Stressor adalah elemen lingkungan

(stimuli) yang merangsang individu. Stres (ketegangan, tekanan jiwa) adalah hubungan

antara stressor dengan reaksi yang ditimbulkan dalam diri individu.

Dalam kasus di atas yang menjadi stressor adalah kekeringan. Akibat dari

kekeringan yang panjang, debit air di Sendang Senjoyo menurun. Hal ini menimbulkan

stres bagi para petani yang mengairi sawahnya dengan air dari Sendang Senjoyo karena

Page 24: STRESS LINGKUNGAN DAN

sawah mereka terancam kering. Kondisi stres yang berat menimbulkan reaksi dari para

petani yang berupa tindakan anarkis. Mereka nekat membawa godam dan palu, berniat

membobol pintu air. Bahkan sempat terjadi percekcokan antar petani. Aliran air dari

Sendang Senjoyo sudah dianggap tidak lagi terbagi adil menurut mereka. Mereka

menyalahkan pengelola debit yang dianggap tidak adil dalam pembagian air. Padahal

kenyataannya, debit air Sendang Senjoyo memang menurun karena kemarau. Karena

dipengaruhi oleh keadaan stres yang berat, para petani tidak lagi dapat membendung

amarahnya dan berpikir rasional.

Menurut teori kelebihan beban (Environmental Load Theory) yang dikemukakan

oleh Cohen (1977) dan Milgram (1970) bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam

mengolah stimulus dari lingkungannya. Jika stimulus lebih besar dari kapasitas

pengolahan informasi maka terjadilah kelebihan beban (overload) yang mengakibatkan

sejumlah stimuli harus diabaikan agar individu dapat memusatkan perhatiannya pada

stimuli tertentu saja. Kalau kelebihan kapasitas ini terlalu besar sehingga individu sama

sekali tidak mampu lagi menangani dalam kognisinya maka individu itu bisa mengalami

berbagai gangguan kejiwaan seperti merasa tertekan, bosan, dan tidak berdaya.

Musim kemarau yang panjang menyebabkan kekeringan di berbagai daerah di

Semarang. Sebagai akibatnya debit Sendang Senjoyo yang selama ini menjadi sumber

irigasi bagi petani-petani di beberapa daerah seperti Semarang dan Salatiga menurun.

Para petani jadi kesulitan mengairi sawahnya. Petani jadi terancam gagal panen karena

hal tersebut. Pikiran-pikiran semacam itu membayangi petani dan menjadi stimulus bagi

petani yang menimbulkan stres. Para petani mendapatkan stimulus semacam ini secara

terus menerus beberapa tahun terakhir sejak debit mulai turun. Stimulus ini melebihi

kapasitas pengolahan informasi sehingga terjadilah overload. Karena sudah diluar batas

maka para petani menjadi tertekan, bingung dan amarah sudah tidak dapat lagi

dibendung. Akibatnya, para petani nekat ingin membobol pintu air.

Menurut Teori Kendala Tingkah Laku (The Behavior Constraint Theory) yang

dikemukakan oleh Bhrem, bahwa jika manusia mendapat hambatan terhadap

kebebasannya untuk melakukan sesuatu ia akan berusaha memperoleh kebebasannya

kembali. Reaksi ini disebut psychological reactance.

Seperti pada kasus di atas para petani merasa kebebasannya bertani terhambat

karena kurangnya air untuk mengairi sawah. Mereka berpikir ada ketidakadilan dalam

Page 25: STRESS LINGKUNGAN DAN

pembagian jatah air dan sebagai reaksinya (psychological reactance )mereka berusaha

untuk mendapatkan keadilan, tetapi dengan cara yang salah, yaitu ingin membobol pintu

air. Hal ini juga dikarenakan cara berpikir para petani yang berebut air yang linier.

Mereka menganggap sawah kekurangan air karena ada ketidakadilan dalam pembagian

jatah air sehingga reaksi mereka mendatangi Sendang Senjoyo untuk membobol air.

Menurut teori cara berpikir yang dikemukakan oleh H.L. Leff bahwa ada dua macam cara

orang berpikir dalam menanggapi rangsang dari lingkungan. Pertama adalah cara berpikir

linier dan cara berpikir sistem. Perbedaan cara berpikir ini menyebabkan perbedaan

dalam reaksi terhadap lingkungan. Jika para petani berpikir sistem pasti reaksinya pun

akan berbeda. Jika mereka berpikir dengan cara berpikir sistem, mereka akan melihat

kesulitan air karena musim kemarau, karena penggunaan oleh banyak pihak, dan bukan

semata-mata karena ketidakadilan pengelola Sendang. Maka reaksi yang timbul pun

bukan reaksi anrkis seperti pada kasus di atas.

Dapat disimpulkan bahwa reaksi dari para petani yang cukup anarkis dengan

ingin membobol pintu air disebabkan beban stres yang berat dan melebihi batas karena

kekurangan air dan kemungkinan gagal panen yang berdampak pada kerugian.

Solusi untuk kasus di atas adalah dari semua pihak yang menggunakan Sendang

Senjoyo untuk keperluan masing-masing harus bertemu dan berkumpul untuk

membicarakan masalah ini. Pertama dari pihak pengelola menerangkan bahwa debit ais

Sendang Senjoyo memang mengalami penurunan beberapa tahun terakhir dengan

menjelaskan sebab-sebabnya agar kesalahpahaman dapat terhindarkan. Kemudian dari

pihak yang menggunakan air Sendang Senjoyo dalam jumlah besar harus mengusahakan

memiliki alternatif sumber lain agar tidak sepenuhnya mengambil dari Sendang Senjoyo.

Dari semua pihak diharapkan mau bekerjasama untuk membangun konservasi air di hutan

dekat Sendang Senjoyo agar pengurasan air dalam skala besar ini tidak lagi menurunkan

debit air karena diimbangi dengan adanya konservasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ciremai, anak. 2008. Makalah Pendidikan Tentang Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stress Lingkungan. Diakses pada : Jum’at, 10 oktober 2008. http://anakciremai.blogspot.com/2008/08/makalah-ilmu-pendidikan-tentang-c.html

Page 26: STRESS LINGKUNGAN DAN

Dial, 2008. Fenomena Hunian pada Masyarakat Kota. Diakses pada : Minggu, 12 Oktober 2008. http://de-arch.blogspot.com/2008/09/fenomena-hunian-padamasyarakat-kota.html

Fadilla, Avin. 1999. Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Diakses pada : Minggu, 12 Oktober 2008. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/hidupdikota_ avin.pdf

Komunitas Semarang. 2007. Masalah kemacetan Kota Semarang. Diakses pada : Minggu, 12 Oktober 2008. http://tarnus6.wordpress.com/2008/07/01/konsep-kotadalam-kota-di-kota-semarang/

Sarwono, Sarlito W. 1995. Psikologi Lingkungan. Yogyakarta: PT Grasindo.

Soendjojo, RahmithA.—-. Tergilas Stress in the city. Diakses pada : Minggu, 12 Oktober 2008. http://www.tabloidnakita.com/artikel2.php3/edisi=07319&rubrik=topas

Tahrir, Hizbut. 2008. Depresi Sosial : Gejala dan Akar Penyebabnya. Diakses pada : Minggu, 12 Oktober 2008. http://hizbut-tahrir.or.id/2008/07/03/depresi-sosial-gejala-dan-akar-penyebabnya/