stress dan managementnya
DESCRIPTION
stress,cemas dan depresiTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “Depresi dan Cemas
Pada Pasien Kanker Serviks”. Referat ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas kepanitraan Ilmu
Kedokteran Jiwa di Universitas Kristen Krida Wacana.
Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah memberikan
bantuan, terutama pembimbing saya Dr Andri, SpKJ sehingga referat ini dapat selesai dengan
baik. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis agar dapat
memberikan hasil yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Semoga referat ini dapat memberi manfaat yang besar bagi pembaca dan dapat digunakan
dalam praktik sehari-hari. Akhir kata saya mengucapkan mohon maaf atas segala keterbatasan
yang terdapat pada referat ini, terima kasih.
Februari 2013
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................1
Daftar Isi ............................................................................................................ .2
BAB I Pendahuluan ........................................................................................... 3
a. Latar Belakang
b.Epidemiologi
BAB II Tinjauan Pustaka
Stres Psikososial ......................................................................................................6
Depresi Pada Pasien Kanker Serviks .......................................................................6
Ciri Kepribadian Depresif ........................................................................................7
Gejala Klinis Depresi ………………………………………………………………9
Diagnosis Depresi .....................................................................................................9
Kecemasan …………………………………………………………………………12
Tipe Kepribadian Pencemas………………………………………………………...10
Gejala Klinis Cemas ..................................................................................................11
Gangguan Cemas Menyeluruh...................................................................................12
Gangguan Panik…………………………………………………………………….12
Psikoterapi ………………………………………………………………………....17
BAB IV Penutup ....................................................................................................18
Kesimpulan
Daftar Pustaka .......................................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks uteri merupakan kanker kedua yang paling banyak terjadi pada wanita di
negara-negara berkembang. Menurut laporan World Cancer 2003, 80% kanker serviks uteri
terjadi di negara-negara berkembang. Pada kebanyakan wanita yang didiagnosis dengan kanker
ginekologi akan menimbulkan stress emosional yang luar biasa. Emosi-emosi yang dapat
ditimbulkan, termasuk :
1. Depresi karena ketidakpastian hidup dan keraguan mengenai masa depan.
2. Kecemasan.
3. Kebingungan.
4. Kemarahan karena kehilangan fungsi reproduksi dan peluang untuk mempunyai
keturunan.
5. Perasaan bersalah, karena aktivitas seksual terdahulu yang dapat menyebabkan kanker.
Perasaan bersalah dapat bercampur dengan kekhawatiran mengenai aktivitas seksual di
masa depan yang akan terganggu setelah pengobatan kanker.1
American Cancer Society telah mengidentifikasi empat faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup pasien-pasien dengan kanker dan keluarganya, yaitu faktor sosial, psikologis, fisik,
dan spiritual.
Diagnosis dan pengobatan kanker dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup termasuk
fisik, psikologi dan kelangsungan sosial. Aspek psikososial meliputi perubahan pola hidup,
ketakutan, serta ketidaknyamanan psikososial. Ketidaknyamanan psikososial termasuk
kecemasan, kemarahan, perasaan bersalah, dan depresi. Hal-hal tersebut dapat menetap dan
berubah seiring waktu tergantung dari tingkat keparahan penyakit.
Selain masalah psikososial, persepsi mengenai adanya hubungan antara nyeri yang hebat
dengan penyakit kanker dan anggapan bahwa kanker adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, serta membutuhkan biaya yang besar merupakan suatu masalah pada kualitas
hidup.
Hanya sedikit penelitian mengenai kualitas hidup pada pasien kanker. Hal ini
mengakibatkan depresi pada pasien-pasien kanker masih sering tidak terdiagnosis dan tidak
mendapat penanganan yang serius, karena adanya anggapan bahwa depresi merupakan suatu
3
keadaan yang normal, yang merupakan suatu reaksi universal terhadap penyakit-penyakit serius
dan sebagian reaksi tersebut timbul dalam bentuk tanda-tanda neurovegetatif (kehilangan berat
badan atau gangguan tidur).1,4
Depresi bukan hanya dapat menyebabkan gangguan emosional, tetapi juga dapat
memperlambat kepulihan pasien, luaran pengobatan yang jelek, dan akhirnya mengurangi angka
ketahanan hidup. Oleh karena itu diperlukan peranan seorang psikiater dalam penanganan pasien
kanker untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain peranan psikiater, diperlukan juga
peranan dari anggota keluarga yang terdekat untuk kestabilan emosi dan kesejahteraan fisik pada
pasien kanker. Dukungan, perhatian dan kesabaran anggota keluarga dapat membantu penderita
bersama-sama melewati masa- masa sulitnya.1
B. Epidemiologi
Beberapa peneliti telah melaporkan adanya reaksi emosional spesifik terhadap kanker
ginekologi, dan telah menemukan bahwa stress psikologis merupakan masalah yang sering
dijumpai. Derogatis dkk (1983) memperkirakan sekitar 50% pasien kanker mempunyai gejala
psikiatris, 85% mempunyai gejala depresi dan/atau kecemasan. Thompson dan Shear (1998)
dengan menggunakan kriteria psikiatri dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders IV (DSM-IV) melaporkan sebanyak 23% pasien kanker ginekologi yang didiagnosis
dengan gangguan depresi mayor dimana insidens depresi mayor pada populasi umum sekitar 5-
6%.
Prevalensi depresi pada populasi umum di Amerika Serikat bervariasi sekitar 1725%. Pasien
dengan kanker lebih sering mengalami gejala psikologis termasuk depresi dan kecemasan
dibandingkan dengan populasi umum. Pasien dengan stadium lanjut, penyakit yang tidak kunjung
sembuh, riwayat gangguan mood, atau dengan rejimen pengobatan yang menyebabkan gejala
depresi mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk terjadinya depresi Status penampilan yang
buruk juga berhubungan dengan tingginya depresi dan ansietas pada pasien dengan kanker.
Sekitar 25% pasien kanker yang dirawat inap, mempunyai gejala depresi yang memenuhi
kriteria depresi mayor atau gangguan berupa mood depresi. Penelitian sebelumnya juga
menemukan bahwa mood depresi paling sering menggambarkan kesulitan psikososial, hal ini
dilaporkan pada 81% wanita dengan kanker ginekologi pada saat diagnosis ditegakkan dan
selama perawatan. Sebagai tambahan, depresi dapat memperberat penyakit penyerta dan
menimbulkan ide dan usaha bunuh diri.
4
Pasien-pasien kanker serviks uteri sering merasakan nyeri yang berulang baik kronis atau
akut, masalah seksual, kelelahan, perasaan bersalah karena menunda skrining atau pengobatan,
perubahan penampilan fisik, depresi, kesulitan tidur, dan beban terhadap keuangan dan
membebani orang yang mereka cintai.
Walaupun demikian, tidak semua pasien kanker mengalami nyeri. Nyeri muncul pada
sekitar 25% pasien yang baru didiagnosis, 33% pasien yang menjalani pengobatan, dan 25%
pasien dengan penyakit yang sudah lanjut.
Mengenai lamanya depresi sejak diagnosis kanker ditegakkan, para peneliti mempunyai
pendapat yang berbeda. Mao, Jun J, dkk (2007) mendapatkan bahwa nyeri dan stress psikologi
bersifat menetap. Berbeda dengan Massie dkk, (1989) melaporkan bahwa depresi dan kecemasan
karena kanker dapat menghilang seiring dengan waktu pada mayoritas individu yang didiagnosis
kanker. Sementara itu, Gotesman dkk (1982) mengemukakan bahwa perasaan putus asa pada
pasien kanker dijumpai sepanjang dua bulan setelah keluar dari rumah sakit. Andersen dkk
(1989), menyatakan bahwa reaksi emosional yang terberat dijumpai pada awal diagnosis. Klee M
(2000) menyatakan bahwa pasien kanker ginekologi mempunyai emosi yang stabil di dalam
rentang 6 sampai 12 bulan setelah perawatan.1
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
STRES PSIKOSOSIAL
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan seseorang,sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian
diri untuk menanggulanginya.Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan
mengatasi stressor tersebut sehingga timbullah keluhan-keluhan antara lain berupa stress,cemas
dan depresi. Dari sekian banyak jenis stressor psikososial yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari,para pakar memberikan beberapa contoh antara lain yaitu perkawinan,problem orang
tua,hubungan interpersonal,pekerjaan,lingkungan hidup,keuangan,hukum,perkembangan fisik dan
mental seseorang,penyakit fisik atau cidera,faktor keluarga,dan trauma.2
Dalam salah satu contoh diatas disebutkan bahwa faktor penyakit atau cidera berpengaruh
dalam menimbulkan stress,cemas dan depresi.Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan
atau cidera yang mengakibatkan stres pada diri seseorang,sebagai contoh misalnya penyakit
jantung,paru-paru,stroke,kanker,penyakit hati,HIV/AIDS,kecelakaan,dan penyakit-penyakit atau
cidera lainnya yang berpengaruh menimbulkan stress,cemas dan depresi2.Pada pembahasan kali
ini difokuskan pada faktor penyakit yang dikhususkan pada penyakit kanker serviks.
DEPRESI PADA PASIEN KANKER SERVIKS
Menderita penyakit kanker merupakan trauma bagi pasien. Kondisi ini dapat memberi
dampak negatif pada pasien sendiri maupun keluarganya. Perasaan yang dialami pasien antara lain
kekhawatiran akan masa depan, ketakutan menghadapi kematian, rasa nyeri dan penderitaan.
Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi
kognitif seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan
diri turun, pesimis dan putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor dan
menarik diri dari hubungan sosial. Pasien juga mengalami gangguan tidur seperti sulit masuk tidur
atau terbangun dini hari. Pada penelitian terhadap 83 wanita dengan keganasan ginekologis, Evans
dkk melaporkan bahwa 23 persen memenuhi kriteria psikiatri untuk depresi mayor, 24 persen
pasien memenuhi kriteria untuk gangguan penyesuaian dengan suasana perasaan yang berupa
depresi, dan 14 persen pasien memiliki diagnosis psikiatri lain.3
6
Pada pasien dengan diagnosa kanker serviks akan muncul kondisi-kondisi depresi yang
juga terjadi secara umum pada pasien kanker lainnya. Keadaan depresi ini bisa ditandai dengan
rasa tidak berguna dan marah pada diri sendiri.4
Rasa tidak berguna ini berhubungan secara langsung dengan perasaan takut untuk
berhubungan suami-istri( dalam hal ini pada pasien yang sudah menikah) karena keadaan depresi
yang berpengaruh pada kegairahan dibidang seksual.Rasa tidak berguna ini berlanjut pada
ketakutan kehilangan pasangan hidup akibat penyakit kanker serviks yang diderita,terlibat secara
langsung dengan rasa tidak berdaya untuk mengurusi segala sesuatu yang menjadi kewajiban
seorang istri.Di lain pihak,rasa tidak berguna juga menghantui pasien-pasien kanker serviks yang
belum berkeluarga.Ketakutan akan masa depan yang akan dijalani dan rasa takut dalam membina
hubungan antar manusia,khususnya laki-laki ,menjadi salah satu contoh mengapa pasien kanker
serviks mengalami depresi.
Perasaan marah pasien biasanya dihubungkan dengan perasaan tidak berdaya dan tidak
mampu ditolong berkaitan dengan penyakit kankernya. Pasien merasa tidak nyaman dengan
dirinya dan frustasi karena keadaan yang sepertinya sulit diatasi pasien. Perasaan hilangnya
kemampuan mandiri juga merupakan salah satu yang ditakuti pasien sehingga meningkatkan rasa
marahnya terhadap lingkungan sekitar pasien.Kemarahan yang tidak mampu dihadapi dengan baik
ini bisa mengarah kepada kondisi selanjutnya yang mulai menandakan tanda-tanda depresi. Pasien
biasanya semakin kehilangan harapan dan malas melakukan hubungan dengan orang lain. Isolasi
diri dan menjauhkan diri dari pergaulan adalah salah satu cirinya. Selain itu gejala fisik sulit tidur
dan hilangnya nafsu makan merupakan gejala depresi yang memperberat kondisi fisik pasien
kanker serviks. Secara nyata pasien malas melakukan hubungan kontak mata, kehilangan motivasi
dalam perawatan dan merasa lelah yang berkepanjangan.4
CIRI KEPRIBADIAN DEPRESIF
Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila yang bersangkutan tidak
mampu menanggulangi stressor psikososial yang dialaminya.selain daripada itu ada juga orang
yang lebih rentan jatuh dalam keadaan depresi dibandingkan dengan orang lain.orang yang lebih
rentan ini (beresiko tinggi) biasanya mempunyai corak kepribadian depresif, yang ciri-
cirinya antara lain sebagai berikut:
7
a. pemurung, sukar untuk bisa senang ,sukar untuk merasa bahagia;
b. pesimis menghadapi masa depan;
c. memandang diri rendah;
d. mudah merasa bersalah dan berdosa;
e. mudah mengalah;
f. enggan bicara;
g. mudah merasa haru, sedih dan menangis;
h. gerakan lamban, lemah, Iesu, kurang energik;
i. seringkaii mengeluh sakit ini dan itu (keluhan-keluhan psikosomatik);
j. mudah tegang, agitatif, gelisah;
k. serba cemas, khawatir, takut;
l. mudah tersinggung;
m. tidak ada kepercayaan diri;
n. merasa tidak mampu, merasa tidak berguna;
o. merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi;
p. suka menarik diri, pemalu dan pendiam;
q. lebih suka menyisihkan diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat terbatas;
r. lebih suka menjaga jarak,menghindar terlibatan dengan orang; ^
s. suka mencela, mengkritik, konvensional-
t. sulit mengambil keputusan;
u. tidak agresif, sikap oposisinya dalambentuk pasif-agresif;
v. pengendalian diri terlampau kuat,menekan dorongan/ impuls diri;
w. menghindari hal-hal yang tidak menye- nangkan;
x. lebih senang berdamai untuk menghidari konflik ataupun konfrontasi.2
Ciri-ciri kepribadian depresif tersebut di atas pada setiap diri seseorang tidak harus sama
mencakup semua gejala-gejala secara keseluruhan. Seseorang baru dikatakan me- ngalami
gangguan depresi manakala yang bersangkutan mengalami gangguan di bidang fisik (somatik)
maupun psikis sedemikian rupa sehingga mengganggu fungsi dalam kehi- dupannya sehari-hari
baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat keija ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya.
8
GEJALA KLINIS DEPRESI
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(affective/ mood disorder), yang ditandai dengan komu- rungan, kelesuan, ketiadaan
gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya. Secara lengkap gejala
klinis depresi adalah sebagai berikut:
a. Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat,
merasa tidak berdaya;
b. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;
c. Nafsu makan menurun;
d. Berat badan menurun;
e. Konsentrasi dan daya ingat menurun;
f. Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia
(terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering- kali disertai dengan mimpi-mimpi yang
tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yiing telah meninggal;
g. Agitasi atau retardasi paikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya);
h. Hilangnya rasa senang,semangat dan minat,tidak suka lagi melakukan
hobi,kreativitas menurun,produktivitas juga menurun
i. Gangguan seksual ( libido menurun )
j. Pikiran-pikiran tentang kematian,bunuh diri.2
DIAGNOSIS DEPRESI
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American
Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguandepresi jika: A. Lima (atau lebih)
gejala di bawah telah ada selama periode duaminggu dan merupakan perubahan dari keadaan
biasa seseorang; sekurangnyasalah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat
ataukemampuan menikmati sesuatu.
1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari,
yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atauhampa) atau pengamatan orang
lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
9
2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semuakegiatan sebagian
besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandaioleh laporan subjektif atau
pengamatan orang lain)
3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat
badan secara signifikan (misal: perubahan berat badanlebih dari 5% berat badan
sebelumnya dalam satu bulan
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamatioleh orang lain,
bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasalambat)
6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa
merupakan delusi) hampir setiap hari
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulitmembuat
keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali
muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau
rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.Gejala-gejala tersebut juga harus
menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan sehingga menyebabkan
gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan
seseorang.5
Adapun jenis - jenis depresi menurut PPDGJ III, yaitu :
1. Depresi ringan, ciri – cirinya :
a. Sekurang- kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas
b. ditambah sekurang - kurangnya 2 dari gejala lainya
c. tidak boleh ada gejala berat diantaranya.
d. lamanya seluruh episode berlangsung sekurang ± kurangnya sekitar 2 minggu.
e. hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasadilakukan.
10
2. Depresi sedang, ciri - cirinya :
a. sekurang - kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti padadepresi
ringan.
b. ditambah sekurang - kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainya.
c. lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu.
d. menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan danurusan
rumah tangga.
3. Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri - cirinya :
a. semua 3 gejala depresi harus ada.
b. ditambah sekurang ± kurangnya 4 dari gejala lainya dan beberapadiantaranya harus
berintensitas berat.
c. bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yangmencolok,
maka pasien nubgkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara
rinci.
d. episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang ± kurangnya 2minggu,akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, makamasih dibenarkan untuk
menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurangdari 2 minggu.
e. sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
2. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri - cirinya:
a. episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpagejala
psikotik.
b. disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham biasanyamelibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yangmengancam dan pasien merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasiaudiotorik atau aolfatoric biasanya berupa suara yang
menghina ataumenuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotorik yang berat dapat menuju pada stupor. 7
11
KECEMASAN
Gejala depresi juga sering dibarengi dengan gejala-gejala kecemasan yang dirasakan pasien
sebagai gejala yang berkaitan dengan peningkatan aktifitas sistem saraf otonom. Pasien menjadi
sering mengalami jantung berdebar, sesak napas dan rasa kelelahan karena tegang yang
berlebihan. Kecemasan juga sering dikaitkan dengan perasaan ketakutan akan hilangnya integrasi
diri dalam artian yang paling sempit sekalipun seperti hilangnya kepercayaan diri karena memiliki
tubuh yang tidak sempurna,perasaan cemas akan keutuhan keluarga yang sudah dijalankan,dan
kecemasan-kecemasan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup ke depan.Hal ini menimpa
sebagian pasien yang menderita kanker serviks.4
Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan komponen
utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Secara klinis gejala
kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan
cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder),
gangguan phobik (phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive
disorder).
Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan ini baik akut maupun
kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2
banding 1. Dan, diperkirakan antara 2% - 4% diantara penduduk di suatu saat dalam kehidupannya
pernah mengalami gangguan cemas (PPDGJ-II, Rev. 1983).
Tidak semua orang yang mengalami stresor psikososial akan menderita gangguan cemas, hal
ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan
(vulnerable) untuk menderita gangguan cemas. Atau dengan kata lain orang dengan kepribadian
pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang tidak
berkepribadian pencemas.
Perkembangan kepribadian (personality development) seseorang dimulai dari sejak usia bayi
hingga usia 18 tahun dan tergantung dari pendidikan orangtua (psiko-edukatif) di rumah,
pendidikan di sekolah dan pengaruh lingkungan pergaulan sosialnya serta pengalaman-
pengalaman dalam kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama akibat proses imitasi
dan identifikasi dirinya terhadap kedua orangtuanya, daripada pengaruh turunan (genetika). Atau
12
dengan kata lain parental example lebih utama daripada parental genes. Demikian pula halnya
dengan kepribadian depresif dan bentuk-bentuk kepribadian lainnya. 2
TIPE KEPRIBADIAN PENCEMAS
Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu
mengatasi stresor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak
ada stresor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan
corak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain:
a. cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang;
b. memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir);
c. kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum ("demam panggung");
d. sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain;
e. tidak mudah mengalah, suka "ngotot";
f. gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah;
g. seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan- keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap
penyakit;
h. mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi);
i. dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu;
j. bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang;
k. kalau sedang emosi seringkali bertindak histeris.
Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh hal-hal yang sifat- nya
psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan-keluhan fisik (somatik) dan juga tumpang tindih
dengan ciri-ciri kepribadian depresif; atau dengan kata lain batasannya seringkali tidak jelas.2
GEJALA KLINIS CEMAS
13
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan
kecemasan antara lain sebagai berikut:
1. cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung;
2. merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut;
3. takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang;
4. gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan;
5. gangguan konsentrasi dan daya ingat;
6. keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencemaan, gangguan per-
kemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.
Selain keluhan-keluhan cemas secara umum di atas, ada lagi kelompok cemas yang lebih
berat yaitu gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik, gangguan phobik dan gangguan
obsesif-kompulsif.2
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (Generalized Anxiety Disorder/GAD)
Secara klinis selain gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan yang me- nyeluruh
dan menetap (paling sedikit ber- langsung selama 1 bulan) dengan manifestasi 3 dari 4 kategori
gejala berikut ini:
1. Ketegangan motorik/alat gerak:
a. gemetar
b. tegang
c. nyeri otot
d. letih
e. tidak dapat santai
f. kelopak mata bergetar
g. kening berkerut
h. muka tegang
i. gelisah
j. tidak dapat diam
k. mudah kaget.
14
2. Hiperaktivitas saraf autonom (simpatis/ parasimpatis):
a. berkeringat berlebihan
b. jantung berdebar-debar
c. rasa dingin
d. telapak tangan/kaki basah
e. mulut kering
f. pusing
g. kepala terasa ringan
h. kesemutan
i. rasa mual
j. rasa aliran panas atau dingin
k. sering buang air seni
l. Diare
m. rasa tidak enak di ulu ati
n. kerongkongan tersumbat
o. muka merah atau pucat
p. denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat.
3. Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang (apprehensive expectation):
a. cemas, khawatir, takut
b. berpikir berulang (rumination)
c. membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau orang lain.
4. Kewaspadaan berlebihan:
a. mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih
b. sukar konsentrasi
c. sukar tidur
d. merasa ngeri
e. mudah tersinggung
f. tidak sabar.
15
Gejala-gejala tersebut di atas baik yang bersifat psikis maupun fisik (somatik) pada setiap
orang tidak sama, dalam arti tidak seluruhnya gejala itu harus ada. Bila diperhatikan gejala-gejala
kecemasan ini mirip dengan orang yang mengalami stres; bedanya bila pada stres didominasi oleh
gejala fisik sedangkan pada kecemasan didominasi oleh gejala psikis.2,6
GANGGUAN PANIK
Gejala klinis gangguan panik ini yaitu kecemasan yang datangnya mendadak diser- tai oleh
perasaan takut mati, disebut juga sebagai serangan panik {panic attack). Secara klinis gangguan
panik ditegakkan (kriteria diagnostik) oleh paling sedikit 4 dari 12 gejala-gejala di bawah ini yang
muncul pada setiap serangan:
1. sesak nafas
2. jantung berdebar-debar
3. nyeri atau rasa tak enak di dada
4. rasa tercekik atau sesak
5. pusing, vertigo (penglihatan berputar- putar), perasaan melayang
6. perasaan seakan-akan diri atau lingkungan tidak realistik
7. kesemutan
8. rasa aliran panas atau dingin
9. berkeringat banyak
10. rasa akan pingsan
11. menggigil atau gemetar
12. merasa takut mati, takut menjadi gila atau khawatir akan melakukan suatu tindakan secara
tidak terkendali selama berlangsungnya serangan panik.2
16
PSIKOTERAPI
Penanganan menyeluruh dari segi fisik dan psikologis sangat penting dalam penanganan
pasien kanker. Pertama yang harus dilakukan terapis yang berhubungan dengan pasien kanker
adalah membantu pasien mengenali gejala-gejala psikologisnya. Hal ini dilakukan karena pasien
sering kali menyangkal adanya masalah tersebut dalam dirinya. Pengenalan gejala yang baik
akan membantu proses terapi psikologis selanjutnya.
Terapis baik dari kalangan psikiater atau psikolog klinis perlu untuk memberikan
dukungan agar pasien mampu mengekspresikan emosinya. Terapis juga disarankan untuk
melibatkan keluarga terdekat sebagai sistem dukungan untuk pasien. Hal ini perlu dilakukan
untuk membuat pasien merasa mempunyai dukungan yang bisa menemaninya dalam perjalanan
penyakitnya. Dalam perawatan pasien kanker di rumah sakit khusus, pasien juga bisa
diikutsertakan dalam terapi kelompok bersama dengan para penderita kanker yang lain. Hal ini
untuk membuat pasien tidak merasa sendiri dan terisolasi.
Nyeri kanker adalah bagian dari penyakit kanker yang sering membuat penderitaan yang
nyata pada pasien. Psikiater sebagai orang yang mengerti fisiologis medis akan sangat baik jika
mampu ikut memberikan terapi psikologis tentang cara mekanisme adaptasi pasien terhadap
nyeri kankernya.
Terapis sebagai orang yang membantu proses terapi psikologis pasien kanker perlu
mendasarkan terapinya pada empati dan kasih sayang. Fokus yang mendalam pada kehidupan
pasien dan bagaimana pengaruh kanker pada kehidupan pasien sehari-hari merupakan hal yang
perlu dipahami oleh terapis dalam prakteknya sehari-hari. Ini juga ditambah dengan
mengusahakan pendekatan spiritual yang paling nyaman untuk pasien. Jangan lupa untuk
melibatkan keluarga dalam mendukung semua ini. Intinya adalah kerjasama yang baik antara
semua faktor dalam kehidupan pasien sehingga harapan hidup lebih lama dan berkualitas
bukanlah mustahil dialami oleh pasien kanker.4
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Depresi bukan gangguan yang homogen, melainkan merupakan fenomena yang kompleks.
Bentuknya sangat bervariasi, sehingga kita mengenal depresi dengan gejala yang ringan, berat
dengan atau tanpa ciri-ciri psikotik, berkomorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain atau
dengan gangguan fisik lain. Keanekaragaman gejala depresi itu diduga karena adanya
perbedaan etiologi yang mendasarinya.Etiologi-etiologi yang mendasari depresi ini adalah
keterpajanan akan penyakit fisik,salah satu contohnya adalah kanker serviks yang menjadi
momok bagi perempuan di dunia karena angka mortalitas yang tinggi akibat penyakit kanker
serviks ini.Depresi yang ditandai dengan perasaan sedih murung,irritabilitas dan puncaknya
pada keadaan untuk mengakhiri hidup. Keadaan depresi ini tentunya akan menjadi fokus yang
harus ditangani selain penyakit primernya sendiri (kanker serviks).
Gejala depresi juga sering dibarengi dengan gejala-gejala kecemasan yang dirasakan
pasien sebagai gejala yang berkaitan dengan peningkatan aktifitas sistem saraf otonom. Pasien
menjadi sering mengalami jantung berdebar, sesak napas dan rasa kelelahan karena tegang yang
berlebihan. Kecemasan juga sering dikaitkan dengan perasaan ketakutan akan hilangnya
integrasi diri dalam artian yang paling sempit sekalipun seperti hilangnya kepercayaan diri
karena memiliki tubuh yang tidak sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Aldiansyah,Dudy, Tingkat Depresi Pada Pasien Kanker Serviks Uteri berdasarkan Skala
Becks Depression II, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008 : 1-4.
2. Hawari, H. Dadang, Kecemasan dan Depresi , Manajemen Stres,Kecemasan dan Depresi,
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta , 2001 : 3,10,65-
70,88-91.
3. Diunduh dari tulisan situs http://nasional.kompas.com/read/2008/01/09/17481876/Hati-
Hati.Depresi.Pada.Pasien.Kanker
4. Andri, Faktor Psikologis Pasien Kanker, diunduh dari
http://health.kompas.com/read/2013/02/04/14550337/Faktor.Psikologis.Pasien.Kanker
5. Goldman, Howard. H , Caring for the Chronically and Dying Patient , Review of General
Psychiatry Third Edition, Printice-Hall International Inc., USA, 2002 : 437-43
6. Kaplan & Sadock, Gangguan Anxietas Akibat Keadaan Medis Umum, Buku Ajar
Psikiatri Klinis Edisi 2 ,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2004 : 263-64
7. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III/Editor: Rusdi
Maslim
Jakarta : PPDGJ - III, 2003
19