strategi pengembangan usaha olahan jamur tiram …repository.ub.ac.id/4258/1/yeni nurul aini.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA OLAHAN JAMUR TIRAM
PADA SKALA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) RJ,
KOTA BATU
SKRIPSI
Oleh :
YENI NURUL AINI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
iii
iv
PERNYATAAN SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan
hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini
tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Juni 2017
Yeni Nurul Aini
NIM. 135040100111126
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yeni Nurul Aini yang lahir di Boyolali pada 2 Agustus
1995. Penulis merupakan anak ketiga dari ibu bernama Siti Syamsiyah dan ayah
bernama Sumardi Ardi Rahman.
Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 2000 dengan memasuki TK
Tarbiyatul Alfal, Manggis selama setahun. Kemudian dilanjutkan ke SD Negeri 1
Kopen pada tahun 2001-2007. Penulis memasuki jenjang sekolah menengah di
SMP Negeri 4 Mojosongo pada tahun 2007-2010. Dilanjutkan dengan jenjang
sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Boyolali pada tahun 2010-2013. Pada
tahun 2013 penulis kemudian melanjutkan jenjang studi sarjana di Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya dengan program studi Agribisnis.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti beberapa organisasi
dan kepanitiaan. Tahun 2013-2014 penulis bergabung dengan LKM Bursa FP UB
menjabat sebagai staf Penelitian dan Pengembangan. Pada tahun 2014-2015 penulis
bergabung dengan UKM IAAS LC-UB (International Assosiation of Student in
Agricultural dan Related Sciences Local Commitee University of Brawijaya) di
departemen HRD. Pada tahun 2015 penulis menjadi panitia dibeberapa kegiatan
diantaranya Family Day IAAS UB, Coaching Clinic IAAS UB dan RAJA
Brawijaya 2015.
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulisan skipsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, doa, dan
kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Ir. Nidamulyawaty Maartheen, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.
2. Ir. Heru Santoso, SU dan Nur Baladina SP. MP, selaku dosen penguji skripsi.
3. Orangtua tercinta, Ibu Siti Syamsiyah, S.Pd dan Bapak Sumardi Ardi Rahman
yang telah memberikan segalanya bagi penulis.
4. Kedua Kakak Penulis Anim Rahmayati, SE, M.Ak dan Erni Rahmawati, S.Pd
yang telah memberikan dukungna dan arahan.
5. Kurniawan Adhi Prasetyo yang telah memberikan dukungan dan semangat.
6. Teman-teman penulis Sofia, Nisa, Dian, Aida, Diah, Evi yang selalu
memberikan semangat.
7. IKM RJ yang telah bersedia menjadi objek penelitian
8. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
vii
ABSTRAK
RJ merupakan salah satu IKM yang bergerak dibidang olahan jamur tiram yang
terletak di Kota Batu. Sama halnya dengan IKM pada umumnya, dalam usaha RJ
juga ditemui beberapa kendala yang menyebabkan usaha belum berkembang.
Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi usaha pada IKM RJ, (2) menganalisis alternatif strategi
pengembangan yang dapat direkomendasikan pada IKM RJ, (3) menganalisis
prioritas strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada IKM RJ. Lokasi
penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di IKM RJ, Kota Batu. Penelitian
dilakukan pada Bulan Februari 2017 – April 2017. Analisis data menggunakan
Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks SWOT dan QSPM. Hasil penelitian
menunjukkan faktor internal yang menjadi kekuatan utama RJ adalah tersedia input
produksi. Kelemahan utama adalah keterbatasan modal untuk mengembangkan
usaha. Faktor eksternal yang menjadi peluang utama RJ adalah tersedia pinjaman
modal. Ancaman utama RJ adalah kenaikan harga input. Hasil analisis Matriks IE,
usaha RJ berada pada posisi tumbuh dan membangun. Hasil analisis Matriks SWOT
diperoleh tujuh alternatif strategi pengembangan. Prioritas strategi berdasarkan
analisis QSPM adalah meningkatkan modal dengan memanfaatkan dukungan
pemerintah dan lembaga keuangan lainnya.
Kata kunci : Strategi, usaha, SWOT
ABSTRACT
RJ is one of the IKM that processed oyster mushrooms, located in Batu City. Same
as IKM in general, there are some obstacles in RJ’s bussiness that causes the
bussiness are not develop yet. The purpose of this research are (1) to analyze the
internal and external factors that affect business on IKM RJ, (2) analyze alternative
development strategies that can be recommended at IKM RJ, (3) analyze the
priority of development strategies that can be applied to IKM RJ. Research location
was determined by purposive, in IKM RJ, Kota Batu. The research was done in
February 2017 - April 2017. Data analysis using IFE Matrix, EFE Matrix, IE
Matrix, SWOT Matrix and QSPM. The result of the research shows that the internal
factor that becomes the main strength of RJ is available input production. The main
weakness is the limited capital to develop the business. External factors that become
the main opportunities RJ is available capital loans. RJ's main threat is the rise in
input prices. The results of IE Matrix analysis, RJ's business is in grow and build
position. SWOT Matrix analysis results obtained seven alternative development
strategies. The priority strategy based on QSPM analysis is to raise capital by
utilizing the support of government and other financial institutions
Keyword : Strategy, bussiness, SWOT
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Olahan Jamur Tiram pada Skala
Industri Kecil dan Menengah (IKM) RJ, Kota Batu“. Skripsi ini berisi perumusan
strategi pengembangan usaha di RJ dengan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal usaha. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis Matriks IFE,
Matriks EFE, Matriks IE, Matriks SWOT dan QSPM. Skripsi ini merupakan syarat
pengajuan untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian (SP) pada Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Ir. Nidamulyawaty Maarthen, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.
2. Bapak Ir. Heru Santoso HS, SU. dan Ibu Nur Baladina SP, MP. selaku dosen
penguji skripsi.
3. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga
penyusunan skripsi berjalan lancar.
4. Kakak-kakak penulis yang telah memberikan arahan dan semangat serta
sumbangan pemikiran.
5. Teman- teman seperjuangan penulis yang telah memberikan semangat.
6. Serta semua pihak yang telah berperan dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Malang, Juni 2017
Yeni Nurul Aini
NIM. 135040100111126
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
PERNYATAAN SKIRPSI .................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................ vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2.Perumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3.Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4.Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1.Telaah Penelitian Terdahulu ................................................................... 5
2.2.Tinjauan Jamur Tiram ............................................................................. 6
2.3.Penertian Strategi .................................................................................... 9
2.4.Analisis Lingkungan Perusahaan ............................................................ 10
2.5.Formulasi Perumusan Strategi ................................................................ 16
2.6.Jenis-Jenis Strategi .................................................................................. 17
2.7.Siklus Hidup Produk ............................................................................... 19
2.8.SWOT (Streght Weakness Opportunity Threat) ..................................... 20
2.9.QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ................................... 22
III. KERANGKA PENELITIAN ...................................................................... 23
3.1.Kerangka Pemikiran................................................................................ 23
3.2.Batasan Masalah ..................................................................................... 25
3.3.Definisi Operasional Variabel ................................................................. 25
x
IV. METODE PENELITIAN ............................................................................ 28
4.1.Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ................................... 28
4.2.Metode Penentuan Responden ................................................................ 28
4.3.Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 29
4.4.Metode Analisis Data .............................................................................. 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 38
5.1.Gambaran Umum RJ............................................................................... 38
5.2.Analisi Lingkungan Usaha ...................................................................... 40
5.3.Strategi Pengembangan Usaha RJ .......................................................... 60
5.4.Analisis QSPM........................................................................................ 75
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 78
6.1.Kesimpulan ............................................................................................. 78
6.2.Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
LAMPIRAN ......................................................................................................... 83
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram per 100 gram ............... 8
2. Matriks IFE ............................................................................................... 33
3. Matriks EFE .............................................................................................. 35
4. Matriks SWOT .......................................................................................... 37
5. Matriks QSPM ........................................................................................... 37
6. Laporan Keuangan RJ Bulan Januari 2017 – April 2017 .......................... 47
7. Daftar Perubahan Harga Produk RJ .......................................................... 49
8. Karakteristik Konsumen RJ Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 55
9. Karakteristik Konsumen RJ Berdasarkan Usia ......................................... 55
10. Karakteristik Konsumen RJ Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 56
11. Karakteristik Konsumen RJ Berdasarkan Pendapatan .............................. 59
12. Data Lembaga Keuangan Bukan Bank Kota Batu Tahun 2012 – 2014 .... 59
13. Matriks IFE RJ .......................................................................................... 65
14. Matriks EFE RJ ......................................................................................... 68
15. Matriks SWOT .......................................................................................... 74
16. Prioritas Strategi QSPM ............................................................................ 75
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Lingkungan Eksternal Perusahaan ............................................................ 12
2. Kerangka Analitis Perumusan Strategi...................................................... 16
3. Siklus Hidup Produk ................................................................................. 20
4. Matriks IE (Internal Eksternal) ................................................................. 34
5. Struktur Organisasi RJ .............................................................................. 40
6. Matriks IE RJ ............................................................................................ 69
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah satu unit usaha yang
mengubah barang dasar menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang sifatnya
lebih dekat dengan pemakaian akhir (BPS, 2017). Menurut Kementrian Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah (2015), peran IKM dalam perekonomian Indonesia
paling tidak dapat dilihat dari lima aspek diantaranya adalah (1) memegang peran
utama dalam kegiatan ekonomi diberbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja
terbesar, (3) berperan penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi serta (5)
dapat menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Selain itu, menurut
Kementrian Perindustrian (2015), kontribusi PDB industri nonmigas IKM sebesar
34,56% pada tahun 2014. Angka tersebut menunjukkan bahwa IKM memiliki
kontribusi besar terhadap roda perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data dari BPS (2017), jumlah IKM di Indonesia terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 Indonesia memiliki IKM
sebanyak 3.418.366 unit. Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan hingga
pada tahun 2014 menjadi 3.505.064 unit dan pada tahun 2015 menjadi 3.668.873
unit. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah IKM di Provinsi Jawa Timur juga terus
mengalami peningkatan pada tahun 2013-2015. Berdasarkan data dari BPS (2017),
jumlah IKM di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 sebanyak 629.106 unit dan
pada tahun 2014 meningkat menjadi 648.706 unit. Peningkatan tersebut terus
terjadi hingga pada tahun 2015 menjadi 820.844 unit. Sebagai salah satu kota tujuan
wisata di Jawa Timur, Kota Batu juga memiliki sejumlah IKM yang juga dapat
mendukung lingkungan pariwisatanya. Berdasarkan data dari BPS Kota Batu
(2015), jumlah IKM di Kota Batu sebanyak 186 unit usaha kecil dan 47 unit usaha
menengah yang bergerak di bidang makanan, minuman dan lainnya.
Seiring dengan peningkatan jumlahnya, keberadaan IKM tidak terlepas dari
berbagai kendala. Menurut Kurniawan, 2009 (dalam Jauhari, 2010), kendala yang
sering dihadapi oleh pelaku usaha kecil diantaranya adalah pangsa pasar belum
meluas, struktur permodalan masih terbatas, kelemahan pada organisasi dan sumber
2
daya manusia, keterbatasan jaringan usaha, iklim usaha yang kurang kondusif dan
kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pentingnya usaha kecil.
RJ merupakan salah satu IKM yang berada di Kota Batu yang bergerak
dalam bidang pengolahan makanan. RJ menggunakan jamur tiram sebagai bahan
baku dalam usahanya. Jamur tiram diolah menjadi tahu bakso jamur, risoles jamur,
lumpia jamur dan martabak jamur. Sama halnya dengan IKM pada umumnya, RJ
juga mengalami kendala dalam menjalankan usahanya. Kendala utama yang
ditemui pada IKM RJ diantaranya adalah keterbatasan modal. Modal yang terbatas
membuat usaha RJ belum dapat berkembang sesuai harapan. Selain itu, modal yang
terbatas menjadi salah satu penghambat belum meluasnya pasar RJ, karena hingga
saat ini RJ baru memiliki dua stan penjualan dan belum dapat bertambah.
Oleh karena itu, adanya kendala yang dihadapi RJ dalam menjalankan
usaha, maka perlu dirumuskan suatu strategi pengembangan usaha agar usaha RJ
dapat lebih berkembang. Jamur tiram sebagai ciri khas produk dari IKM RJ yang
popularitasnya semakin tinggi di mata masyarakat juga menjadi alasan mengapa
usaha RJ perlu dikembangkan lebih lanjut. Terlebih konsumsi jamur di Indonesia
terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dirjen Hortikultura Kementrian
Pertanian RI (2017), konsumsi jamur di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 0,417
ons per kapita pertahun dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 0,886 ons
perkapita pertahun. Selain itu juga didukung dengan besarnya produksi jamur tiram
di Provinsi Jawa Timur dimana IKM RJ berada.
Berdasarkan data Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian (2017), Jawa
Timur merupakan provinsi penghasil jamur tiram terbesar kedua setelah Jawa
Barat. Provinsi Jawa Timur dapat menghasilkan jamur sebanyak 7.909.278 ton
dengan luas panen sebesar 1.420.100 ha pada tahun 2015. Sesuai dengan data
tersebut maka dapat dijadikan sebagai pendukung untuk usaha RJ agar dapat lebih
berkembang. Hal tersebut dikarenakan jamur sebagai input produksi yang
diperlukan dalam usaha RJ tersedia mengingat RJ yang berada di Provinsi Jawa
Timur termasuk dalam dua terbesar penghasil jamur di Indonesia.
Berdasarkan uraian singkat yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
tertarik untuk melalukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha
3
Olahan Jamur Tiram pada Skala Industri Kecil dan Menengah (IKM) RJ,
Kota Batu“. Penelitian ini menarik dilakukan karena belum pernah ada penelitian
serupa pada usaha RJ. Penelitian ini juga dinilai penting karena dengan
dirumuskannya sebuah strategi pengembangan maka RJ dapat secara tepat
mengantisipasi kendala yang ditemui dalam usahanya. Sehingga harapannya adalah
usaha RJ dapat lebih berkembang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
1.2. Perumusan Masalah
Usaha olahan jamur yang dirintis oleh RJ tidak terlepas dari berbagai
kendala. Kendala tersebut berasal dari faktor eksternal maupun internal. Kendala
utama yang dihadapi RJ dalam mejalankan usahanya adalah terbatasnya modal.
Modal menjadi faktor penghambat karena dengan modal yang sedikit RJ belum
dapat menambah stan penjualan sehingga pemasarannya masih terbatas. Kendala
lainnya adalah belum stabilnya pasokan bahan baku jamur. Jamur tiram segar
sebagai bahan baku produk olahan jamur di RJ dipasok oleh Agronusa Mushroom.
Agronusa Mushroom merupakan pembudidaya jamur tiram yang masih memiliki
hubungan kerabat dengan pemilik RJ. Pasokan jamur tiram yang diterima oleh RJ
tergantung pada jumlah jamur yang dimiliki oleh Agronusa Mushroom. Apabila
pemasok jamur mengalami kelebihan jamur maka RJ harus menerima kelebihan
tersebut. Sedangkan, apabila jamur tiram sedikit maka pasokan jamur tiram yang
diterima RJ juga sedikit.
Selain itu karena pemasaran produk RJ berada pada wilayah kampus, maka
penjualan tergantung pada keberadaan mahasiswa. Seperti misalnya jika pada saat
musim liburan kuliah maka penjualan produk RJ akan lebih sedikit dibandingkan
dengan pada saat musim perkuliahan. Promosi yang dilakukan oleh RJ kurang aktif
dilakukan yang mengakibatkan pasar produk RJ belum meluas. Sedangkan pada
segi sumberdaya manusia, RJ masih kurang personil. Hal ini terlihat dari masing
sering terjadinya tumpang tindih pekerjaan.
Melihat potensi usaha yang tinggi pada usaha RJ, maka perlu disusun suatu
strategi pengembangan usaha. Identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan
perlu dilakukan secara lebih mendalam. Diketahuinya faktor internal dan eksternal
perusahaan maka dapat dirumuskan suatu strategi pengembangan usaha. Strategi
4
pengembangan dapat disusun dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk
mengatasi kelemahan dan ancaman usaha. Diharapkan adanya penyusunan strategi
pengembangan dapat menjadikan RJ lebih berkembang.
Berdasarkan uraian mengenai usaha pada IKM RJ yang telah dikemukakan,
maka pertanyaan penelitian yang dapat dikaji adalah sebagai berikut.
1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi usaha pada IKM
RJ?
2. Alternatif strategi pengembangan yang bagaimanakah yang dapat
direkomendasikan pada IKM RJ?
3. Strategi pengembangan apa yang menjadi prioritas yang dapat diterapkan pada
IKM RJ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha pada
IKM RJ.
2. Menganalisis alternatif strategi pengembangan yang dapat direkomendasikan
pada IKM RJ.
3. Menganalisis prioritas strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada
IKM RJ.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Bagi RJ, sebagai referensi dan bahan pertimbangan dalam menghadapi faktor
internal dan faktor eksternal usaha sehingga usaha yang dijalankan dapat lebih
berkembang.
2. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku
perkuliahan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan strategi pengembangan usaha jamur tiram.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai strategi pengembangan jamur tiram sebelumnya sudah
pernah dilakukan oleh beberapa pihak. Oktaviani (2014), telah melakukan
penelitian mengenai pengembangan produk jamur tiram dengan judul “Analisis
Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Usaha Abon Jamur Tiram (Studi Kasus
Home industry Jamur Tiram Ailani, Malang)”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menganalisis nilai tambah yang diperoleh pada Home industry abon jamur tiram
Ailani Malang, menganalisis faktor internal eksternal perusahaan dan merumuskan
strategi pengembangan usaha. Alat analisis yang digunakan untuk merumuskan
strategi pengembangan usaha diantaranya adalah Matriks IFE, Matriks EFE,
Matriks IE, Matriks SWOT dan Matriks QSPM. Hasil dari penelitian tersebut
adalah peluang terbesar yakni teknologi harus terus ditingkatan, karena pemasaran
80% melalui media online. Ancaman terbesar adalah naiknya bahan baku yang akan
berdampak pada biaya produksi. Faktor kekuatan terbesar adalah promosi, hal ini
dikarenakan Home industry Ailani gencar melakukan promosi online maupun
offline. Kelemahan terbesar adalah ketidakpastian stok bahan baku jamur tiram.
Hasil dari tahap pencocokan perumusan strategi QSPM menunjukkan bahwa
strategi terbaik adalah melakukan produksi secara kontinyu dengan nilai TAS
sebesar 5,74.
Rosalina (2012), telah meneliti mengenai strategi pengembangan jamur
tiram dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) Studi Kasus di CV. Agaricus Sido Makmur Sentosa
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menganalisis kondisi internal dan eksternal perusahaan serta merumuskan strategi
dalam pengembangan jamur tiram putih di CV. Agaricus Sido Makmur Sentosa.
Alat analisis yang digunakan adalah Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks
Grand Strategy, Matriks SWOT dan Matriks QSPM. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peluang utama adalah pangsa pasar yang masih luas, ancaman utama adalah
adanya pendatang baru. Faktor internal yang menjadi kekuatan utama adalah
mampu memproduksi dan menjual bibit jamur tiram sendiri, kelemahan utama
adalah kapasitas produksi jamur tiram belum optimal. Strategi utama yang
6
diperoleh adalah mengoptimalkan kapasitas produksi jamur segar dengan standar
GAP dan SOP serta lebih meningkatkan kegiatan promosi.
Penelitian mengenai strategi pengembangan jamur tiram juga telah
dilakukan oleh Wulandari (2015), dengan judul “Analisis Kelayakan dan Strategi
Pengembangan Usahatani Jamur Tiram Putih di CV. Pit Pakisaji, Malang”.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan usaha,
menganalisis faktor internal eksternal usaha serta menganalisis alternatif strategi
pengembangan usaha budidaya jamur di CV. Pit, Pakisaji, Malang. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Matiks IFE, Matriks EFE, Matriks
IE, Matriks Grand Strategy, Matriks SWOT dan Balance Scorecard. Hasil
penelitian tersebut yang terkait dengan manajemen strategi adalah lingkungan
internal yang menjadi kekuatan utama adalah produksi jamur tiram putih berlanjut.
Sedangkan kelemahan utama adalah teknologi masih sederhana. Ditinjau dari
lingkungan eksternal, peluang utama adalah permintaan jamur tiram putih tinggi.
sedangkan ancaman utama adalah perubahan selera konsumen. Berdasarkan
analisis Matriks IE, perusahaan berada pada posisi sel V. Hasil analisis matriks
Grand Strategy, perusahaan berada pada kuadran I. Strategi yang dapat dijadikan
pertimbangan berdasarkan analisis SWOT dan Balance Scorecard adalah
meningkatkan pendapatan melalui peningkatan penjualan, meningkatkan kepuasan
konsumen melalui pelayanan konsumen, efisiensi proses produksi serta
meningkatkan produktivitas kerja.
2.2. Tinjauan Jamur Tiram
Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa
sel atau benang-benang bercabang (Widyastuti dan Donowati, 2008). Dewasa ini
jamur telah menjadi bagian dari kebutuhan manusia. Jamur telah menjadi salah satu
alternatif sumber bahan makanan nabati. Sebagai salah satu bahan pangan, jamur
memiliki nilai gizi tinggi dan kaya akan manfaat (Piryadi, 2013). Jamur juga
mengandung semua asam amino esensial gugus sulfur yang diperlukan oleh tubuh
(Sukarno et al., 2014). Menurut Sumarsih (2010), terdapat lima jenis jamur
konsumsi yang paling banyak dibudidayakan, yakni jamur kancing (Lentinus
endose), jamur shiitake (Lentinus edodes), jamur enokitake (Flammulina velatipes),
7
jamur merang (Volvariella volvacea) dan jamur tiram (Pleurotus sp.). Salah satu
jenis jamur yang kerap dikonsumsi sebagai sayuran adalah jamur tiram.
Jamur tiram (Pleourotus sp.) merupakan salah satu jamur kayu yang paling
banyak dibudidayakan di Indonesia (Piryadi, 2013). Jenis jamur tiram yang banyak
dibudidayakan di Indonesia adalah jamur tiram putih. Jamur tiram putih memiliki
rasa enak, kenyal, gurih dan bertekstur seperti daging ayam (Tim Redaksi Trubus,
2010). Jamur tiram berbentuk tudung membulat dan melengkung dengan diameter
6-14 cm (Asegab, 2011). Jamur tiram memiliki daging buah berwarna putih dan
semakin tua akan semakin mengeras. Piryadi (2013), mengungkapkan bahwa jamur
tiram dapat hidup pada ketinggian ideal 700-1000 meter di atas permukaan laut
dengan suhu 250C-300C.
Piryadi (2013), menyatakan bahwa jamur tiram digemari karena memiliki
banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Sebagai obat
Selain sebagai salah satu bahan makanan, jamur tiram juga banyak
dimanfaatkan untuk keperluan kesehatan. Kandungan karbohidrat, lemak dan kalori
yang rendah membuat jamur tiram cocok untuk dikonsumsi penderita diabetes.
Selain itu jamur tiram juga dapat digunakan untuk meningkatkan produksi sel darah
merah dan mengobati kanker (Piryadi, 2013).
2. Sebagai bahan pangan
Sebagai salah satu alternatif bahan pangan jamur tiram memiliki kandungan
gizi yang tinggi. Sumarsih (2010), mengungkapkan bahwa jamur tiram
mengandung berbagai mineral organik dan rendah lemak serta mengandung asam
amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Jamur tiram mengandung protein,
lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jamur
lainnya (Djarijah dan Abbas, 2001). Selain itu Masitoh et al. (2015), juga
mengungkapkan bahwa jamur tiram mengandung karbohidrat yang tak tercernakan
yang tahan terhadap enzim manusia dan dapat dipertimbangkan sebagai sumber
nutrisi. Komposisi dan kandungan gizi setiap 100 gram jamur tiram dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram per 100 gram
8
Zat Gizi Kandungan
Kalori (Energi) 367 kal
Protein 10,5-30,4 %
Karbohidrat 56,6 %
Lemak 1,7-2,22 %
Thiamin 0,20 mg
Riboflavin 4,7-4,9 mg
Niacin 77,2 mg
Ca (kalsium) 314,0 mg
K (kalium) 3.793,0 mg
P (fosfor) 717,0 mg
Na (natrium) 837,0 mg
Fe (besi) 3,4-18,2 mg
Sumber : Djarijah dan Abbas, 2001
3. Sebagai pupuk organik dan pakan ternak
Penggunaan jamur tiram telah meluas, tidak hanya sebatas untuk konsumsi
saja. Limbah budidaya jamur tiram seperti ampas dari baglog dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik. Selain itu, jamur tiram yang tidak layak konsumsi karena
kerusakan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.
Kandungan gizi yang tinggi pada jamur tiram serta berbagai manfaat yang
didatangkan membuat jamur tiram berpotensi untuk dikembangakan. Jamur tiram
telah dibudidayakan oleh sejumlah petani di Indonesia. Widyastuti dan Donowati
(2008), mengungkapkan bahwa budidaya jamur tiram diminati karena memiliki
keunggulan tinggi diantara jamur lainnya. Keunggulan tersebut adalah jamur tiram
memiliki rasa yang enak dan bergizi tinggi sehingga memiliki peluang pasar yang
menjanjikan serta budidaya yang mudah. Selain itu sifat adaptif jamur tiram yang
tinggi sehingga memungkinkan jamur tiram dapat dibudidayakan pada dataran
tinggi maupun dataran rendah. Sarianti et al. (2008), juga mengungkapkan bahwa
keadaan di lapang menunjukkan produsen jamur tiram tidak kesulitan dalam
mencari pasar, bahkan terkadang belum dapat memenuhi permintaan konsumen.
Selain dalam bentuk olahan segar, saat ini telah ada unit usaha yang
mengembangkan jamur tiram menjadi berbagai macam olahan makanan. Tekstur
jamur tiram yang menyerupai daging kerap digunakan oleh kaum vegetarian
sebagai olahan mirip daging. Selain itu rasa jamur tiram yang gurih dan sedap cocok
untuk dijadikan berbagai olahan makanan. Anwar (2012), berpendapat bahwa,
9
macam olahan makanan dari jamur tiram diantaranya adalah keripik jamur dan abon
jamur untuk makanan dalam kemasan, serta sate, burger, bakso dan siomay untuk
produk siap saji.
2.3. Pengertian Strategi
Strategi merupakan sebuah tindakan potensial yang memerlukan keputusan
manajemen puncak dan sumber daya perusahaan. Strategi juga merupakan sarana
tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, biasanya dalam jangka waktu lima tahun
mendatang. Faktor internal dan eksternal perlu dipertimbangkan lebih mendalam
dalam sebuah strategi (David, 2012). Rivai dan Darsono (2015), juga mengartikan
strategi sebagai sebuah langkah yang ditempuh oleh sebuah organisasi demi
mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Menurut Pearce dan Richard (2014), strategi merupakan sebuah rencana
besar yang berorientasi jangka panjang untuk menghadapi lingkungan yang
kompetitif demi mencapai tujuan perusahaan. Sebuah strategi mencerminkan
perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan di mana perusahaan tersebut
berkompetisi. Serta dengan siapa perusahaan tersebut berkompetisi dan untuk
mencapai tujuan apa perusahaan berkompetisi.
Rangkuti (2005), juga mengungkapkan bahwa strategi merupakan suatu alat
untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan. Suksesnya strategi yang disusun
berkaitan dengan pemahaman mengenai konsep strategi dan konsep lain yang
berkaitan dengannya. Konsep tersebut adalah sebagai berikut.
1. Distinctive Competence
Distinctive competence merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan demi mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
pesaingnya. Perusahaan yang memiliki distinctive competence memiliki kelebihan
yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain sehingga menjadikan perusahaan
tersebut lebih unggul dibanding perusahaan lain. Keunggulan tersebut dapat
tercipta dari keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya yang dimiliki
perusahaan.
10
2. Competitive Advantage
Competitive advantage merupakan kegiatan khusus yang dilakukan
perusahaan agar lebih unggul dari perusahaan pesaingnya. Competitive advantage
ditempuh oleh sebuah perusahaan demi merebut peluang pasar. Perusahaan dapat
memperoleh keunggulan bersaing dari pesaingnya apabila perusahaan tersebut
memiliki harga yang lebih rendah, dan kualitas barang yang sama dibandingkan
dengan pesaingnya. Harga yang lebih rendah dapat dicapai oleh perusahaan apabila
menerapkan beberapa strategi seperti, skala ekonomis, efisiensi produksi, dan
penggunaan teknologi.
2.4. Analisis Lingkungan Perusahaan
Menurut Dirgantoro (2004), tujuan analisis lingkungan adalah agar
organisasi menjadi lebih tanggap dalam menghadapi lingkungan organisasi
sehingga dapat bereaksi secara tepat dalam mencapai tujuan organisasi. Struktur
lingkungan terdiri dari dua komponen, yakni lingkungan eksternal dan lingkungan
internal.
2.4.1. Lingkungan Internal Perusahaan
Lingkungan internal merupakan gabungan dari variabel yang berasal dari
dalam perusahan, serta lebih mudah disiasati oleh perusahaan itu sendiri
(Dirgantoro, 2004). Analisis internal merupakan proses perencanaan strategi yang
menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Apabila variabel internal dapat
menjadikan perusahaan menjadi lebih unggul, maka variabel tersebut dapat
dikatakan kekuatan. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya maka variabel tersebut
dikatakan sebagai kelemahan perusahaan. Menurut David (2012), audit internal
dapat meliputi segi manajemen, pemasaran, produksi, keuangan, serta penelitian
dan pengembangan.
1. Manajemen
Menurut David (2012), manajemen terdiri dari lima aktivitas pokok
diantaranya adalah perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf,
dan pengontrolan. Perencanaan merupakan suatu proses dalam menentukan cara
11
yang paling efektif dalam mencapai tujuan organisasi dan mempersiapkan diri
mengatasi segala hambatan yang ada.
2. Produksi
Produksi merupakan aktivitas mengubah input menjadi output. Menurut
Rivai dan Darsono (2015), bahan baku, tenaga kerja dan alat kerja mempengaruhi
keunggulan strategis aspek produksi. Bahan baku berperan penting dalam kegiatan
produksi, jika bahan baku mudah diperoleh maka proses produksi akan berjalan
lancar. Tenaga kerja juga menentukan dalam keunggulan strategis produksi, karena
jika perusahaan memiliki tenaga potensial maka dapat bekerja secara produktif.
Alat kerja pada perusahan yang didasarkan pada output produk dan biaya juga akan
menjadi keunggulan dalam produksi.
3. Pemasaran
Menurut Rivai dan Darsono (2015), lingkungan pemasaran terdiri dari riset
pasar, produk, persaingan, promosi, distribusi, kebijakan harga dan layanan purna
jual. Promosi akan berdampak positif pada keunggulan internal perusahaan, jika
promosi berdampak positif dengan kebutuhan dan daya beli konsumen. Distribusi
akan menentukan keberhasilan perusahan jika proses pendistribusian pada
pelanggan berlangsung secara cepat dan tepat.
4. Keuangan
Menurut Suyanto (2007), kekuatan dan kelemahan keuangan dapat dilihat
dari aset, ketersediaan modal, arus kas, stabilitas keuangan, hubungan dengan
pemilik dan investor, kemampuan berhubungan dengan bank dan keuntungan yang
diperoleh.
5. Penelitian dan Pengembangan
Komponen utama dari penelitian dan pengembangan adalah tenaga ahli dan
biaya, jika kombinasi keduanya tepat maka dapat menentukan keunggulan
perusahaan. Tujuan dari penelitian dan pengembangan adalah untuk memperoleh
informasi mengenai produk, teknologi dan potensi sumber daya yang dimiliki
perusahaan demi perluasan pangsa pasar (Rivai dan Darsono, 2015).
12
2.4.2. Lingkungan Eksternal Perusahaan
Menurut Hariadi (2003), lingkungan eksternal adalah komponen yang
terdiri dari peluang dan ancaman yang berasal dari luar perusahaan dan dalam
jangka pendek tidak dapat dikontrol oleh pimpinan puncak. Menurut Pearce dan
Richard (2014), faktor lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi tiga sub kategori,
diantaranya adalah faktor lingkungan jauh, faktor lingkungan industri dan faktor
lingkungan operasi. Pembagian mengenai lingkungan eksternal dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Lingkungan Ekstenal Perusahaan
Sumber : Pearce dan Richard, 2014
1. Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan
dan biasanya tidak terkait dengan keadaan perusahaan. Lingkungan ini memberikan
peluang dan ancaman kepada perusahaan, tetapi jarang sekali perusahaan yang
memberikan timbal balik. Lingkungan jauh terdiri dari faktor ekonomi, faktor
sosial, faktor politik, faktor teknologi dan faktor ekologi (Pearce dan Richard,
2014).
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan arah perekonomian dimana suatu
perusahaan beroperasi. Faktor ekonomi juga mempengaruhi daya beli dan pola beli
Perusahaan
Lingkungan
Jauh
- Ekonomi
- Sosial
- Politik
- Teknologi
- Ekologi
Lingkungan
Industri
- Hambatan
masuknya
pendatang baru
- Kekuatan pemasok
- Kekuatan pembeli
- Ketersediaan
barang substitusi
- Pesaing yang
kompetitif
Lingkungan
Operasi
- Pesaing
- Kreditor
- Pelanggan
- Tenaga Kerja
- Pemasok
13
konsumen. Manajer harus memperhatikan ketersediaan kredit, tingkat pendapatan
bersih sesudah pajak, dan kecenderungan konsumsi. Faktor ekonomi lain yang
harus dipantau diantaranya adalah suku bunga utama, tingkat inflasi, dan tren
pertumbuhan penduduk nasional bruto (Pearce dan Richard, 2014).
b. Faktor Sosial
Menurut Pearce dan Richard (2014), faktor sosial berkaitan dengan
kepercayaan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup masyarakat yang berkembang dari
budaya, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnis. Tren-tren sosial, budaya,
demografi dan lingkungan akan mempengaruhi pola hidup, bekerja, memproduksi
dan mengkonsumsi dalam masyarakat (David, 2012). Perubahan faktor sosial
dalam masyarakat akan menyebabkan perubahan kebutuhan yang berdampak pada
perubahan pola konsumsi.
c. Faktor Politik
Faktor politik berkaitan dengan kebijakan dan aturan hukum yang dibuat
oleh pemerintah yang akan mempengaruhi jalannya suatu usaha. Faktor politik
dapat membatasi atau mengembangkan usaha yang terkena pengaruhnya. Keadaan
dan kestabilan politik merupakan hal yang menjadi pertimbangan manajer dalam
menyusun sebuah strategi (Pearce dan Richard, 2014).
d. Faktor Teknologi
Teknologi merupakan segala peralatan yang menunjang pekerjaan demi
menghasilkan produk. Perusahaan harus peka terhadap perubahan dan
perkembangan teknologi demi peningkatan inovasi. Pengalokasian teknologi yang
tepat akan memungkinkan perusahaan untuk memperbaiki produk yang telah ada
atau juga menciptakan produk baru.
e. Faktor Ekologi
Ekologi merupakan hubungan antara manusia dengan makhluk hidup
lainnya. Salah satu lingkungan jauh yang terpenting adalah hubungan antara
perusahan dengan ekologi.
2. Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah kondisi persaingan dalam dunia bisnis yang
memiliki produk dan jasa serupa. Persaingan merupakan suatu hal yang tidak dapat
14
dipisahkan dari dunia usaha. Pelanggan, pemasok, pemain baru dan produk
substitusi merupakan pesaing yang keaktifannya bergantung pada industri.
Persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan pokok, diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Ancaman pendatang baru
Pendatang baru dalam suatu industri akan berpotensi merebut pangsa pasar.
Tingkat keseriusan ancaman pendatang baru tergantung pada hambatan yang ada.
Jika hambatan terhadap masuknya pendatang baru cukup tinggi, maka tidak akan
mengakibatkan ancaman yang serius.
b. Pemasok yang berkuasa
Salah satu kekuatan pemasok adalah menaikkan harga atau mengurangi
kualitas yang dapat berpengaruh pada kinerja perusahaan. Pemasok memiliki
kekuatan jika produknya tidak terdiferensiasi, pemasok tidak memiliki saingan,
serta industri itu bukan merupakan pelanggan utama pemasok.
c. Pembeli yang berkuasa
Pembeli dapat membuat harga turun, karena mereka menuntut kualitas
tinggi atau pelayanan yang lebih. Kelompok pembeli akan berkuasa jika pembeli
dalam jumlah besar, produk yang dibeli pembeli merupakan produk standar, dan
produk dari industri bukan merupakan produk terpenting bagi pembeli.
d. Produk substitusi
Adanya produk substitusi dapat mengancam keberadaan suatu industri. Jika
perusahan tidak dapat melakukan inovasi atau peningkatan kualitas maka industri
dapat mengalami kemunduran. Produk substitusi akan menyebabkan penurunan
harga dan penurunan laba.
e. Merebut posisi
Kompetisi antar pesaing menggunakan beberapa strategi seperti kompetisi
harga, pengenalan produk dan iklan secara besar-besaran. Perebutan industri yang
lambat akan mempercepat perebutan pangsa pasar. Perebutan posisi semakin ketat
apabila produk yang dimiliki antar perusahaan kurang terdiferensiasi.
15
3. Lingkungan Operasi
Lingkungan operasi terdiri dari faktor dalam lingkungan persaingan yang
mempengaruhi perusahaan dalam memperoleh sumberdaya atau juga dalam
memasarkan produk dan jasa (Pearce dan Richard, 2014). Lingkungan operasi lebih
mudah dikendalikan oleh perusahaan dibandingkan dengan lingkungan jauh.
Lingkungan operasi terdiri dari beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pesaing
Lingkungan persaingan menentukan keberlangsungan perusahaan. Terdapat
lima kekuatan yang menentukan persaingan, diantaranya adalah kualitas produk,
harga, promosi, distribusi dan layanan purna jual. Perencanaan strategis juga harus
menganalisis tiga faktor utama, diantaranya adalah masuk dan keluarnya pesaing
utama, tersedianya barang pengganti dan strategi yang digunakan pesaing (Rivai
dan Darsono, 2015)
b. Kreditor
Kreditor merupakan pihak yang berperan penting dalam kelancaran usaha.
Adanya kreditor juga dapat memberikan evaluasi terhadap lingkungan kerja.
Kreditor berkontribusi dalam mendukung keuangan perusahaan guna
mengimplementasikan strategi suatu perusahaan (Suyanto, 2007).
c. Pelanggan
Pengembangan profil pelanggan berguna bagi para manajer untuk
merencanakan operasi strategis, mengantisipasi perubahan dalam ukuran pasar,
serta mengalokasikan sumber daya yang tersedia. Penyusunan profil pelanggan
dapat dilakukan melalui pendekatan geografis, demografis, psikografis dan perilaku
pembeli (Pearce dan Richard, 2014).
d. Tenaga kerja
Salah satu penentu keberhasilan perusahaan adalah kemampuanya dalam
menyerap tenaga kerja. Akses perusahaan terhadap tenaga kerja dipengaruhi oleh
faktor reputasi, tingkat pemberian kerja, ketersediaan dan serikat pekerja.
Perusahaan yang dianggap memiliki reputasi baik akan mampu menarik dan
mempertahankan karyawan.
16
e. Pemasok
Hubungan antara perusahaan dan pemasok merupakan penting demi
keberlangsungan suatu usaha. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
perusahaan terhadap pemasok diantaranya adalah harga, biaya pengiriman, reputasi
dan ketergantungan pemasok terhadap perusahaa.
2.5. Formulasi Perumusan Strategi
David (2012), membuat suatu formulasi dalam perumusan strategi yang
terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut diantaranya adalah tahap input, tahap
pencocokan dan tahap keputusan. Skema perumusan strategi dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Analitis Perumusan Strategi
Sumber : David, 2012
Tahap formulasi perumusan strategi menurut David (2012) adalah sebagai
berikut.
TAHAP 1 : TAHAP INPUT
Matriks EFE
(External Factor
Evaluation)
Matriks CPM
(Competitive
Profile Matrix)
Matriks IFE
(Internal Factor
Evaluation)
TAHAP 2 : TAHAP PENCOCOKAN
Matriks SWOT
(Strengths
Weaknesses
Opportunities
Threats)
Matriks SPACE
(Strategic
Position and
Action
Evaluation)
Matriks IE
(Internal-
External)
Matriks Grand
Strategy
TAHAP 3 : TAHAP KEPUTUSAN
Matriks QSPM (Quantitative Strategy Planning Matrix)
17
1. Tahap Input
Pada tahap input dapat digunakan Matriks EFE, Matriks IFE dan Matriks
CPM. Pada tahap input diperoleh informasi yang akan digunakan pada tahap
selanjutnya. Pada tahap ini juga dilakukan penilaian terhadap faktor eksternal dan
internal. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot dan peringkat untuk
masing-masing variabel faktor eksternal dan internal.
2. Tahap Pencocokan
Matriks yang dapat digunakan dalam tahap pencocokan adalah Matriks
SWOT, Matriks SPACE, Matriks IE dan Matriks Grand Strategy. Informasi yang
diperoleh pada tahap input dijadikan sebagai dasar pada tahap pencocokan. Pada
tahap ini dilakukan kombinasi dan pencocokan antara faktor internal dan eksternal
perusahaan, sehingga diperoleh suatu alternatif rumusan strategi.
3. Tahap Keputusan
Pada tahap keputusan ditentukan strategi terbaik yang dapat diterapkan
dalam sebuah organisasi. Pemilihan strategi berdasarkan alternatif strategi yang
telah diperoleh pada tahap pencocokan. Matriks yang dapat digunakan dalam tahap
ini adalah Matriks QSPM.
2.6. Jenis-jenis Strategi
Hasil akhir dari kegiatan perumusan strategi adalah diperolehnya suatu
strategi untuk mencapai tujuan perusahaan. David (2012), menggolongkan strategi
kedalam sebelas jenis yang dapat diterapkan kedalam suatu perusahaan. Strategi-
strategi tersebut diantaranya adalah integrasi ke depan, integrasi ke belakang,
integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk,
diversifikasi yang terkait, diversifikasi yang tak terkait, penciutan, divestasi, dan
likuidasi. Berikut merupakan penjelasan dari kesebelas strategi tersebut.
1. Integrasi ke depan (forward integration)
Merupakan sebuah strategi yang menekankan pada perluasan distributor.
Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah melalui sistem waralaba (franchising).
Strategi ini efektif diterapkan ketika perusahaan sedang memiliki keuntungan yang
stabil dan tinggi.
18
2. Integrasi ke belakang (backward integration)
Strategi yang menekankan pada aspek pengendalian pemasok. Strategi ini
cocok diterapkan apabila pemasok perusahaan menetapkan harga yang terlalu
mahal, tidak bisa diandalkan serta tidak bisa memenuhi kebutuhan perusahaan.
3. Integrasi horizontal (horizontal integration)
Strategi yang fokus pada pengendalian pesaing. Strategi ini akan efektif
diterapkan apabila perusahaan bersaing dalam lingkungan industri sedang
berkembang dan ketika perusahaan pesaing dalam kondisi melemah dikarenakan
terdapat permasalahan sumberdaya tertentu pada perusahaan pesaing.
4. Penetrasi pasar (market penetration)
Strategi yang fokus pada pangsa pasar. Strategi ini meliputi penambahan
jumlah tenaga penjualan, peningkatan pengeluaran untuk iklan serta penawaran
produk secara ekstensif. Penetrasi pasar efektif diterapkan apabila pangsa pasar
pesaing utama menurun sedangkan penjualan perusahaan meningkat. Selain itu
juga ketika pasar belum jenuh pada produk tertentu dan tingkat pemakain terhadap
produk tersebut dapat dinaikkan.
5. Pengembangan pasar (market development)
Strategi yang dapat dijalankan dengan memperkenalkan produk ke wilayah
yang baru. Strategi ini efektif dijalankan ketika terdapat saluran distribusi yang bisa
diandalkan dan berkualitas baik. Adanya dukungan modal dan sumberdaya manusia
juga dapat berpengaruh pada keefektifan strategi pengembangan pasar.
6. Pengembangan produk (product development)
Strategi peningkatan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang
telah ada. Strategi ini akan efektif diterapkan ketika terdapat pesaing yang memiliki
produk berkualitas baik. Strategi pengembangan produk juga dapat diterapkan
apabila perusahaan berada pada industri yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi.
7. Diversifikasi terkait
Menambah produk baru namun masih berkaitan dengan produk yang telah
ada. Strategi ini efektif diterapkan ketika perusahaan berada pada persaingan
industri yang memiliki pertumbuhan lambat. Selain itu juga, ketika perusahaan
19
memiliki produk baru dengan penjualan yang tinggi dan dengan dukungan tim
manajer yang kuat.
8. Diversifikasi tak terkait
Menambah produk baru namun sudah tidak berkaitan lagi dengan produk
yang telah ada. Strategi diversifikasi tak terkait efektif diterapkan ketika perusahaan
mengalami penurunan penjualan dan pasar telah jenuh dengan produk dari
perusahaan tersebut.
9. Penciutan (retrenchment)
Sebuah strategi dimana perusahaan melakukan penataan ulang terhadap
biaya dan aset yang dimiliki untuk mengatasi penurunan penjualan. Penciutan bisa
dilakukan dengan jalan menjual bangunan untuk menambah kas, menutup bisnis
yang kurang menguntungkan, memangkas jumlah karyawan serta menutup pabrik
yang sudah tidak layak operasi.
10. Divestasi (divestiture)
Menjual suatu divisi dalam perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan
tambahan modal. Divestasi efektif diterapkan ketika perusahaan telah menerapkan
strategi penciutan namun gagal dan ketika suatu divisi memerlukan sumberdaya
yang lebih banyak agar lebih kompetitif.
11. Likuidasi (liquidation)
Menjual kekayaan perusahaan secara terpisah. Likuidasi dilakukan ketika
perusahaan telah menerapkan strategi penciutan dan divestasi namun keduanya
gagal. Perusahaan yang menerapkan strategi ini adalah perusahaan yang berada
diambang kebangkrutan. Agar perusahaan tidak menderita kerugian yang semakin
besar, maka sebaiknya perusahaan menjual semua asetnya.
2.7. Siklus Hidup Produk
Siklus hidup produk (Product Life Cycle – PLC), merupakan suatu konsep
yang menjelaskan penjualan, profitabilitas dan kompetensi dari suatu produk. PLC
merupakan suatu konsep yang dapat digunakan manajer dalam mengukur kekuatan
kompetitif suatu perusahaan. Siklus hidup produk terdiri dari tahap perkenalan,
pertumbuhan, kedewasaan dan penurunan (Pearce dan Richard, 2014). Ilustrasi
siklus hidup produk dapat dilihat pada Gambar 3.
20
Gambar 3. Siklus Hidup Produk
Sumber : Pearce dan Richard, 2014
1. Tahap Perkenalan
Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk menciptakan kesadaran produk
dan pengembangan pasar. Perusahaan juga berusaha menjalin hubungan baik
dengan pihak terkait guna lebih memperkenalkan produk.
2. Tahap Pertumbuhan
Pada tahap ini pertumbuhan pasar meningkat dan perusahaan berusaha
untuk membangun kesadaran merek. Perusahaan juga mengupayakan akses untuk
menambah saluran distribusi dan mengembangkan fitur-fitur tambahan
3. Tahap Kedewasaan
Pada tahap ini penjualan melambat secara signifikan karena adanya pesaing
produk serupa. Pada tahap ini juga dilakukan penilaian apakah produk tetap
bertahan dalam persaingan atau keluar dari pasar.
4. Tahap Penurunan
Pada tahap penurunan, perusahaan dan pesaingnya mulai mengalami
penururnan penjualan. Maka diperlukan adanya suatu inovasi baru terhadap produk
yang sudah ada semi mempertahankan usaha.
2.8. SWOT (Stregth Weaknes Opportunity Threat)
SWOT merupakan kepanjangan dari Strength (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat (ancaman). Analisis SWOT
Perkenalan Pertumbuhan Dewasa Penurunan
Pen
jual
an P
roduk
21
merupakan salah satu analisis strategi yang sudah lama digunakan. Menurut
Jasiulewiez (2016), analisis SWOT adalah sebuah model perancangan strategi
secara fleksibel dengan memperhatikan peluang dan ancaman masa depan serta
berusaha mengoptimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan perusahaan.
Analisis SWOT digunakan pada tahap pencocokan untuk memperoleh alternatif
strategi. Hasil dari analisis SWOT adalah distintictive competencies (kompetensi
langka) perusahaan yang berasal dari kekuatan dan sumberdaya dari dalam
perusahaan serta peluang yang belum dimanfaatkan (Solihin, 2012).
Menurut David (2012), dengan menggunakan analisis SWOT akan
diperoleh empat jenis strategi, diantaranya adalah SO (kekuatan-peluang), WO
(kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), dan WT (kelemahan-ancaman).
1. Strategi SO (Stregth-Opportunity), sebuah strategi dengan memanfaatkan
kekuatan untuk memperoleh keuntungan dari peluang perusahaan.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi yang bertujuan untuk
mengurangi kelemahan perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam strategi ini adalah melalui
usaha patungan.
3. Strategi ST (Stregth-Threat), strategi yang memanfaatkan kekuatan dalam
internal perusahaan untuk mengatasi ancaman dari luar.
4. Strategi WT (Weakness-Threat), sebuah strategi untuk mengatasi kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal.
Analisis SWOT memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari analsis
SWOT adalah mampu mendeteksi kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman
suatu organisasi sehingga bermanfaat untuk meminimalisir dampak yang akan
mendatang. Selain itu analisis SWOT juga telah diprakktekkan oleh banyak
manager dalam merumuskan suatu strategi karena sederhana dan mampu
menggambarkan situasi strategis suatu perusahaan secara cepat (Pearce dan
Robinson, 2014). Kelemahan dari analisis SWOT diantaranya adalah perusahaan
dapat lebih menekankan faktor internal atau eksternal tertentu dalam merumuskan
strategi. Selain itu analisis SWOT tidak menunjukkan cara untuk mencapai
keunggulan kompetitif (David, 2012).
22
2.9. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix), merupakan sebuah alat
analisis yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam perumusan strategi
(Rivai dan Darsono, 2015). QSPM menggunakan masukan dari hasil input pada
tahap pertama dan hasil pencocokan tahap kedua untuk menentukan pilihan strategi
terbaik (David, 2012). QSPM memungkinkan pemilihan strategi secara lebih
objektif, karena pada tahap ini alternatif strategi diberikan penilaian berdasarkan
kriteria tertentu.
Menurut David (2012), terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki dari
QSPM. Keunggulan tersebut diantaranya adalah rangkaian strategi dapat diamati
secara bersamaan. Sebagai contoh, strategi dalam perusahaan dapat dievaluasi dari
tingkat manapun, yakni dari tingkat perusahaan, tingkat devisi, kemudian tingkat
fungsi. Keunggulan lain dari QSPM adalah, meminimalisir para penyusun strategi
melewatkan beberapa faktor dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan QSPM
menggunakan data dari hasil analisis faktor internal dan eksternal. QSPM juga
dapat diaplikasikan kedalam organisasi laba maupun nirlaba. Selain itu, QSPM juga
memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut adalah dalam pemberian skor daya tarik
terhadap masing-masing strategi harus didasarkan pada informasi yang objektif.
1
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
1.1. Kerangka Pemikiran
Kendala
- Kenaikan harga input
- Keterbatasan pada
pemasaran
- Modal terbatas
Potensi
- Tersedia input produksi
- Inovasi produk baru
Usaha pada
IKM RJ
Analisis Lingkungan Perusahaan
Kekuatan
1. Tersedia input produksi
2. Produk yang dihasilkan
berkualitas baik
3. Peralatan menunjang dalam
proses produksi
4. Memiliki hubungan yang baik
dengan pemasok bahan baku
5. Pelayanan yang baik kepada
konsumen
6. Memiliki sertifikasi usah
7. Inovasi produk baru
Kelemahan
1. Manajemen usaha yang
kurang
2. Terdapat tumpang tindih
pekerjaan
3. Bahan baku jamur tiram
belum stabil
4. Keterbatasan modal untuk
mengembangkan usaha
5. Sistem administrasi keuangan
belum berjalan
6. Kurangnya promosi
7. Kurangnya stan penjualan
Peluang 1. Adanya pelanggan tetap
2. Pola konsumsi produk siap
saji
3. Produk aneka olahan jamur
yang masih sedikit
4. Adanya dukungan
pemerintah
5. Tersedianya pinjaman
modal
Ancaman
1. Pasar tergantung
keberadaan mahasiswa
2. Produk RJ belum terlalu
dikenal
3. Tingginya kekuatan
penawaran pemasok
4. Kenaikan harga input
5. Ancaman produk substitusi
Strategi pengembangan usaha pada IKM RJ
Matriks
IFE
Matriks
EFE
Posisi usaha dan alternatif strategi
Prioritas strategi pengembangan
Faktor Internal
- Manajemen - Keuangan
- Produksi - Pemasaran
Faktor Eksternal - Lingkuangan Jauh
- Lingkungan Operasi
Matriks IE &
Matriks SWOT
QSPM
Skema 1. Alur Pemikiran Penelitian
Keterangan:
: Alur penelitian
: Alat Analisis
2
RJ merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam bidang olahan
jamur yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur. Jamur tiram yang dapat tumbuh baik
di Kota Batu membuat RJ mengambil peluang usaha untuk mengembangkan jamur
menjadi berbagai olahan makanan. Usaha pengolahan jamur telah ada di Kota Batu
dan sekitarnya, namun kebanyakan produknya adalah keripik jamur. RJ mencoba
tampil beda dengan memproduksi berbagai olahan makanan serba jamur selain
kripik jamur, seperti tahu bakso jamur, risoles jamur, lumpia jamur dan martabak
jamur. Produk yang beranekaragam menjadikan potensi tersendiri untuk
pengembangan usaha pada RJ. RJ juga telah mendapat dukungan dari pemerintah,
yakni berupa pembinaan usaha dari Badan Ketahanan Pangan Kota Batu, sehingga
peluang untuk berkembang semakin lebar.
RJ dalam menjalankan usahanya tidak lepas dari berbagai kendala. Jamur
sebagai bahan baku utama usaha ini kerap menjadi kendala. Jamur tiram rentan
akan perubahan cuaca, sehingga jika cuaca sedang tidak mendukung jumlah jamur
bisa berlebih atau kurang. Hal tersebut berdampak pada kegiatan produksi RJ.
Selain itu, pasar RJ tergantung pada keberadaan mahasiswa, karena pangsa pasar
RJ belum meluas yang disebabkan pemasaran produk RJ baru di sekitar lingkungan
mahasiswa. Keterbatasan modal usaha membuat RJ belum mampu
mengembangkan usahanya secara maksimal. Melihat permasalahan yang ada pada
usaha RJ maka diperlukan suatu perumusan strategi pengembangan usaha, agar
usaha RJ dapat lebih berkembang.
Perumusan strategi usaha terdiri dari tiga tahap, yakni tahap pengumpulan
masukan (input), tahap pencocokan dan tahap keputusan. Kegiatan dalam tahap
pengumpulan input dimulai dari identifikasi faktor lingkungan perusahaan. Faktor
lingkungan perusahaan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Mengacu
pada teori David (2012), Faktor internal yang diidentifikasi meliputi manajemen,
produksi, keuangan serta pemasaran. Sedangkan faktor eksternal meliputi
lingkungan eksternal jauh dan lingkungan eksternal operasi. Mengacu pada teori
Pearce dan Robinson (2014), aspek lingkungan jauh yang dianalisis terdiri dari
aspek ekonomi, politik dan pemerintah, sosial serta teknologi. Sedangkan
lingkungan operasi yang dianalisis terdiri dari konsumen, pemasok, pesaing,
kreditor dan tenaga kerja. Identifikasi lingkungan internal perusahaan diperoleh
3
kekuatan dan kelemahan yang dapat disajikan kedalam matriks Internal Factor
Evaluation (IFE). Sedangkan analisis faktor eksternal perusahaan diperoleh
peluang dan ancaman yang dapat disajikan dalam matriks External Factor
Evaluation (EFE).
Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan. Pada tahap pencocokan
digunakan dua matriks, yakni Matriks IE dan Matriks SWOT. Matriks Internal
Eksternal (IE) diperoleh dengan cara memadukan matrik IFE dan EFE. Hasil dari
Matriks IE akan diperoleh posisi perusahaan. Matriks SWOT (Strengh, Weakness,
Opportunity and Threat) berguna untuk menghasilkan beberapa strategi alternatif.
Pada tahap terakhir, yakni tahap keputusan dilakukan dengan menggunakan QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk menentukan prioritas strategi
terbaik dari hasil strategi matrik SWOT. Sehingga dengan adanya analisis strategi
tersebut dapat dihasilkan sebuah strategi pengembangan usaha yang dapat
diterapkan pada RJ. Skema alur penelitian ini dapat dilihat pada Skema 1.
3.2. Batasan Masalah
Batasan masalah dimaksudkan untuk membatasi lingkup penelitian
sehingga penelitian dapat fokus terhadap objek yang diteliti. Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Faktor internal yang diidentifikasi meliputi manajemen, produksi, keuangan
dan pemasaran.
2. Faktor eksternal yang diidentifikasi meliputi lingkungan jauh (ekonomi, politik
dan pemerintah, sosial serta teknologi) dan lingkungan operasi (konsumen,
pemasok, pesaing, kredito dan tenaga kerja).
3. Penelitian ini terbatas menentukan strategi pengembangan usaha dengan
memadukan faktor internal dan eksternal dengan menggunakan Matriks IE,
Matriks SWOT dan Matriks QSPM.
3.3. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Faktor Internal merupakan segala faktor yang berasal dari dalam perusahaan
yang mempengaruhi usaha RJ, Kota Batu.
4
2. Faktor eksternal adalah segala faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
mempengaruhi usaha RJ, Kota Batu.
3. Kekuatan adalah keunggulan yang dimiliki oleh RJ, Kota Batu.
4. Kelemahan adalah keterbatasan yang menghambat usaha RJ, Kota Batu.
5. Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan RJ, Kota Batu.
6. Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan RJ, Kota Batu.
7. Matrik IFE merupakan alat analisis untuk mengidentifikasi faktor internal yang
terdiri dari kekuatan dan kelemahan pada usaha RJ, Kota Batu.
8. Matrik EFE merupakan alat analisis untuk mengidentifikasi faktor eksternal
yang terdiri dari peluang dan ancaman pada usaha RJ, Kota Batu.
9. Matrik IE merupakan alat analisis yang digunakan untuk menenetukan posisi
usaha RJ, Kota Batu.
10. Matrik SWOT merupakan alat analisis untuk menentukan strategi dari
kombinasi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang pada usaha RJ, Kota
Batu.
11. Matrik QSPM merupakan alat analisis yang digunakan untuk menentukan
strategi terbaik yang diambil dari hasil SWOT dan berdasarkan nilai TAS yang
paling tinggi yang ada pada usaha RJ, Kota Batu.
12. Manajemen usaha adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengevaluasian dalam usaha RJ, Kota Batu.
13. Pemasaran merupakan kegiatan merencanakan, menentukan harga, melakukan
promosi serta pendistribusian produk RJ, Kota Batu.
14. Keuangan adalah kegiatan merencanakan, memperoleh dan mengalokasikan
sumber dana pada usaha RJ, Kota Batu.
15. Produksi adalah upaya mengalokasikan sumberdaya yang tersedia dalam usaha
RJ, Kota Batu untuk menghasilkan produk.
16. Lingkungan jauh adalah lingkungan yang berasa di luar usaha RJ, Kota Batu
yang mana RJ, Kota Batu tidak dapat memberikan timbal balik secara
langsung.
17. Lingkungan operasi adalah lingkungan diluar usaha RJ, Kota Batu yang dapat
memberikan dampak secara langsung terhadap usaha RJ, Kota Batu.
5
18. Ekonomi adalah bagian dari lingkungan eksternal yang berkaitan dengan
keadaan ekonomi dimana RJ, Kota Batu beroperasi.
19. Politik dan Pemerintah merupakan organisasi yang memiliki wewenang untuk
membuat sebuah kebijakan yang berpengaruh pada RJ, Kota Batu.
20. Sosial adalah keadaan yang berkaitan dengan perilaku manusia yang
mempengaruhi usaha pada RJ, Kota Batu.
21. Teknologi adalah seluruh sarana yang dapat mendukung usaha RJ, Kota Batu
22. Konsumen adalah orang yang pernah membeli dan atau mengonsumsi produk
dari RJ, Kota Batu.
23. Pemasok adalah pihak yang menyediakan dan penyalurkan kebutuhan sebagai
input untuk proses produksi pada RJ, Kota Batu.
24. Pesaing adalah pihak yang memiliki usaha sejenis dengan RJ, Kota Batu.
25. Kreditor adalah lembaga penyedia pinjaman modal keuangan yang dapat
mempengaruhi usaha RJ, Kota Batu.
26. Tenaga Kerja adalah pihak yang dapat dimanfaatkan tenaganya untuk
memproduksi barang pada RJ, Kota Batu.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan beberapa
pertimbangan. Adapaun pemilihan provinsi Jawa Timur karena merupakan daerah
sentra industri kecil menengah. Kemudian dari provinsi Jawa Timur dipilih Kota
Batu dengan alasan Kota Batu memiliki potensi perkembangan industri pangan
seiring dengan perkembangan industri pariwisatanya. Potensi industri yang dimiliki
Kota Batu salah satunya adalah industri jamur tiram. Potensi jamur tiram salah
satunya terdapat di Kecamatan Bumiaji. Penelitian dilakukan pada IKM RJ yang
berlokasi di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. RJ dipilih karena usaha tersebut
bergerak dibidang olahan jamur tiram dan terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan usaha belum berkembang. Sehingga serta perlu adanya strategi
pengembangan pada usaha RJ. Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha
di RJ dilaksanakan dalam jangka waktu dua bulan, yakni dari Bulan Februari 2017
hingga Bulan April 2017.
4.2. Metode Penentuan Responden
Populasi dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu populasi dari
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Populasi internal terdiri atas pemilik
dan karyawan RJ. Responden internal ditentukan secara sengaja (purposive), yakni
pemilik RJ dan Kepala Bagian Produksi yang dianggap mengetahui lebih dalam
mengenai faktor internal RJ. Responden dianggap telah memenuhi kriteria
penelitian, yakni mengetahui mengenai hal yang berkaitan dengan fakor internal
perusahaan meliputi manajemen, produksi, keuangan dan pemasaran.
Populasi eksternal terdiri dari konsumen RJ, pemasok, pesaing dan
pemerintah. Responden eksternal untuk pemasok adalah pemasok jamur tiram dari
Agronusa Mushroom. Pihak yang dipilih untuk dijadikan responden adalah pemilik
Agronusa Mushroom karena dianggap mengetahui mengenai kerjasama antara RJ
dan Agronusa Mushroom. Sedangkan responden eksternal untuk pemerintah adalah
perwakilan dari Badan Ketahanan Pangan Kota Batu. Perwakilan pemerintah
tersebut dipilih karena Badan Ketahanan Kota Batu telah berperan dalam usaha RJ.
29
Pengambilan jumlah responden konsumen dilakukan dengan menggunakan
metode non-probability dengan teknik accidental sampling. Menurut Widi (2010),
accidental sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara kebetulan,
yakni menggali informasi yang diperlukan kepada siapapun yang ditemui.
Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dikarenakan tidak
diketahui jumlah konsumen RJ. Penentuan ukuran sampel konsumen yang diteliti
sebanyak 100 responden dikarenakan menurut Sugiyono (2009), ukuran sampel
yang layak dalam penelitian antara 30 sampai 500. Bila sampel dalam kategori
(misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta), maka sampel diambil sebanyak 30
responden per kategori. Berhubung dalam penelitian ini tidak terdapat kategori
konsumen, maka sampel sebanyak 100 responden dianggap sudah mewakili untuk
mengidentifikasi faktor eksternal RJ. Kriteria konsumen yang dijadikan responden
adalah orang yang telah membeli dan atau mengonsumsi produk dari RJ.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber informasi yang
diteliti secara langsung. Data primer yang digunakan meliputi faktor internal dan
eksternal RJ. Faktor internal terdiri dari aspek manajemen, produksi, keuangan dan
pemasaran. Data lingkungan internal yang diambil dalam penelitian ini meliputi
gambaran umum RJ, manajemen RJ, produksi yang ada di RJ, keuangan RJ serta
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh RJ. Sedangkan faktor eksternal meliputi
lingkungan jauh dan lingkungan operasi. Data primer faktor eksternal RJ yang
diambil diantaranya adalah karakteristik konsumen, kerjasama dengan pemasok
dan program serta bantuan dari Badan Ketahanan Pangan Kota Batu. Pengambilan
data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara
langsung kepada responden internal dan eksternal. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan bantuan daftar pertanyaan atau kuisioner. Wawancara dilakukan
30
dengan pihak internal RJ, pemasok dari Agronusa Mushroom dan perwakilan
Badan Ketahanan Pangan Kota Batu.
b. Kuisioner
Kuisioner untuk responden konsumen adalah kuisioner tertutup mengenai
karakteristik konsumen RJ. Kuisioner untuk pembobotan dan pemberian peringkat
untuk setiap faktor internal dan eksternal perusahaan dan pemberian nilai AS untuk
Matriks QSPM yang ditujukan pada pihak perusahaan, pemasok dan pemerintah.
Selain itu, juga digunakan kuisioner terbuka yang disusun berupa daftar pertanyaan
yang diajukan saat wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk menunjang data
primer. Data sekunder diperoleh dari pihak lain sebagai pelengkap dalam
penelitian. Data sekunder yang digunakan merupakan data konsumsi dan produksi
jamur di Indonesia yang diperoleh dari website Dirjen Hortikultura Kementrian
Pertanian. Data jumlah IKM di Indonesia tahun 2013-2015, data PDRB Provinsi
Jawa Timur tahun 2011-2015 dan data jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur tahun
2011-2015 yang diperoleh dari website BPS Provinsi Jawa Timur. Selain itu data
sekunder juga diperoleh dari hasil penelitian terdahulu mengenai strategi
pengembangan usaha jamur, buku literatur yang terkait dengan pengembangan
usaha dan jamur tiram serta jurnal terkait dengan pengembangan usaha dan jamur.
4.4. Metode Analisis Data
4.4.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah kegiatan menyimpulkan suatu data sehingga
hasilnya dapat ditafsirkan (Kuncoro, 2012). Analisis desktiptif digunakan untuk
mendeskripsikan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung dan digunakan
untuk mendeskripsikan lingkungan eksternal dan internal RJ. Selain itu juga
digunakan untuk mendeskripsikan hasil analisis Matriks EFE, Matriks IFE, Matriks
IE, Matriks SWOT dan QSPM.
31
4.4.2. Analisis Matriks IFE dan EFE
Matriks IFE dan EFE digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama,
yakni untuk menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang ada pada RJ.
Langkah yang dapat ditempuh untuk membuat matriks IFE dan EFE adalah sebagai
berikut.
1. Identifikasi faktor eksternal dan internal perusahaan
Membuat daftar faktor eksternal dan internal perusahaan. Faktor eksternal
terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan
kelemahan. Data faktor internal dan eksternal diperoleh dari hasil wawancara dan
kuisioner dengan responden eksternal dan internal. Daftar faktor eksternal dan
internal yang sudah diperoleh kemudian diberikan nilai bobot dan peringkat.
2. Pemberian bobot setiap indikator
Pemberian nilai bobot dilakukan dengan menggunakan teknik paired
comparison (perbandingan berpasangan). Teknik ini membandingkan secara
berpasangan setiap indikator pada baris (horizontal) dengan indikator pada kolom
(vertikal). Pada setiap indikator diberikan bobot antara 0,0 (tidak penting) sampai
1,0 (sangat penting). Jumlah total seluruh bobot masing-masing faktor eksternal dan
internal harus sama dengan 1. Nilai bobot diperoleh dengan membagi nilai setiap
indikator dengan nilai total seluruh indikator dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
𝛼𝑖 = 𝑋𝑖
∑ 𝑋𝑖𝑛𝑖=1
Dimana : αi = bobot variabel ke-i
i = 1,2,3,..., n
n = jumlah variabel
Xi = nilai variabel ke-i
3. Penentuan peringkat setiap indikator
Menentukan peringkat pada setiap indikator faktor eksternal dan internal.
Pemberian peringkat dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan strategi
perusahaan dalam merespon faktor tersebut. Pemberian peringkat digunakan skala
32
1,2,3 dan 4. Skala yang dapat digunakan untuk pemberian peringkat pada Matriks
IFE adalah sebagai berikut.
1 = memiliki kekuatan yang sangat kecil atau kelemahan yang sangat besar
2 = memiliki kekuatan yang kecil atau kelemahan yang besar
3 = memiliki kekuatan yang besar dan kelemahan yang kecil
4 = memiliki kekuatan yang sangat besar atau kelemahan yang sangat kecil
Skala yang digunakan untuk pemberian peringkat pada matriks EFE adalah
sebagai berkut.
1 = memiliki peluang yang sangat kecil atau ancaman yang sangat besar
2 = memiliki peluang yang kecil atau ancaman yang besar
3 = memiliki peluang yang besar atau ancaman yang kecil
4 = memiliki peluang yang sangat besar atau ancaman yang sangat kecil
4. Pemberian skor
Nilai skor diperoleh dengan jalan mengalikan bobot setiap faktor dengan
peringkatnya. Setelah skor setiap faktor diperoleh, maka menjumlahkan nilai skor
secara vertikal. Nilai skor total akan diperoleh nilai 1,0 sampai dengan 4,0, dimana
nilai 2,5 sebagai nilai rata-rata. Pada Matriks EFE, skor sebesar 4,0
mengindikasikan bahwa perusahaan merespon secara baik peluang dan ancaman
yang ada. Skor sebesar 1,0 pada matriks EFE berarti perusahaan tidak mampu
memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman yang ada. Pada Matriks IFE skor
sebesar 1,0 mengindikasikan perusahaan lemah secara internal, dan skor sebesar
4,0 berarti perusahaan kuat secara internal.
Pada penelitian ini pemberian bobot dan peringkat dari tiga segi yakni
pemilik RJ, pemasok Agronusa Mushroom dan perwakilan Pemerintah Badan
Ketahanan Pangan Kota Batu. Kemudian dari ketiga nilai bobot dan peringkat
dihitung nilai rata-rata sehingga diperoleh nilai skor bobot rata-rata yang kemudian
disajikan dalam Matriks IFE dan EFE. Pembobotan dan pemeringkatan dilakukan
dari tiga segi dengan maksud penilaian terhadap faktor internal dan eksternal yang
ada pada usaha RJ lebih objektif. Contoh Matriks IFE disajikan dalam Tabel 2 dan
Matriks EFE disajikan pada Tabel 3.
33
Tabel 1. Matriks IFE
Faktor-faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Kekuatan
-
Kelemahan
-
Total
Sumber : David, 2012
Tabel 2. Matriks EFE
Faktor-faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Peluang
-
Ancaman
-
Total
Sumber : David, 2012
4.4.3. Analisis Matriks IE
Matriks Internal External (IE) merupakan matriks yang digunakan pada
tahap pencocokan untuk mengetahui posisi perusahaan. Matriks ini digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian kedua, yakni menganalisis alternatif strategi
yang ada pada RJ, karena dengan mengetahui posisi usaha dari Matriks IE, juga
dapat diketahui alternatif strategi yang dapat direkomendasikan. Matriks IE dibuat
berdasarkan hasil skor total pada matrik IFE dan EFE. Sumbu horizontal Matriks
IE diisi dengan hasil skor Matriks IFE. Sumbu vertikal diisi dengan hasil skor
Matriks EFE. Ilustrasi Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.
Matriks IE terdiri dari sembilan sel yang menentukan posisi perusahaan.
Akan tetapi David (2012), meyatakan bahwa matriks IE dapat dibagi kedalam tiga
bagian yang dapat menunjukkan strategi perusahaan. Ketiga posisi tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Strategi tumbuh dan membangun (growth and build), berada pada sel I, II atau
IV. Strategi yang dapat diterapakan adalah integrasi ke belakang, integrasi ke
depan, integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk.
34
2. Strategi menjaga dan mempertahankan (hold and maintenance), berada pada
sel III, V atau VII. Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan
penegembangan produk.
3. Strategi panen atau divestasi (harvest or divest), berada pada sel VI, VIII atau
XI. Strategi yang dapat diterapkan pada divisi ini adalah strategi penciutan dan
divestasi.
Gambar 1. Matriks IE (Internal Eksternal)
Sumber : David, 2012
4.4.4. Analisis Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan alat analisis yang digunakan dalam tahap
pencocokan. Matriks ini digunakan untuk memperoleh alternatif strategi yang
didasarkan pada hasil Matriks IFE dan Matriks EFE. Matriks SWOT digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian kedua yakni menganalisis alternatif strategi yang
ada pada RJ. Alasan menggunakan Matriks SWOT karena Matriks SWOT
merupakan salah satu metode yang telah lama dan banyak digunakan dalam
perumusan strategi. Selain itu, Matriks SWOT dapat mengenali lebih dalam
mengenai internal dan eksternal perusahaan. Hasil dari Matriks SWOT akan
diperoleh kombinasi strategi SO (Stregth Opportunity), WO (Weakness
I
Tumbuh dan
membangun
IV
Tumbuh dan
membangun
III
Menjaga dan
mempertahan
kan
II
Tumbuh dan
membangun
VIII
Panen atau
divestasi
VI
Panen atau
divestasi
V
Menjaga dan
mempertahan
kan
VII
Menjaga dan
mempertahan
kan
IX
Panen atau
divestasi
1,0 2,0 3,0 4,0
3,0
2,0
1,0
Kuat
3,0-4,0
Tinggi
3,0-4,0
Sedang
2,0-2,99
Sedang
2,0-2,99
Rendah
1,0-1,99
Rendah
1,0-1,99
SKOR BOBOT TOTAL IFE
SK
OR
BO
BO
T T
OT
AL
EF
E
35
Opportunity), ST (Stregth Threat), dan WT (Weakness Threat). Gambaran
mengenai Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.
Terdapat delapan langkah untuk menyusun Matriks SWOT, diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan
2. Membuat daftar ancaman eksternal perusahaan
3. Membuat daftar kelemahan internal perusahaan
4. Membuat daftar kekuatan internal perusahaan
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, kemudian
menuliskan hasilnya pada kolom strategi SO
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, kemudian
menuliskan hasilnya pada kolom strategi WO
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, kemudian
menuliskan hasilnya pada kolom strategi ST
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, kemudian
menuliskan hasilnya pada kolom strategi WT
Tabel 3. Matriks SWOT
Faktor Eksternal
Faktor Internal
STREGTHS (S) WEAKNESSES (W)
-
-
-
-
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI
SO
STRATEGI
WO -
-
THREATS (T) STRATEGI
ST
STRATEGI
WT -
-
Sumber: David, 2008
4.4.5. Analisis QSPM
QSPM merupakan matriks yang digunakan pada tahap keputusan dalam
perumusan strategi. Matriks QSPM digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
ketiga, yakni menganalisis prioritas strategi pengembangan yang dapat diterapkan
36
pada RJ. Alasan menggunakan QSPM karena melalui QSPM dapat diketahui
strategi pengembangan yang paling prioritas yang dapat diterapkan pada RJ dari
beberapa alternatif strategi yang ada. Pada tahap ini menggunakan masukan dari
hasil tahap input dan alternatif strategi yang telah diperoleh dari tahap pencocokan.
Berbagai alternatif strategi yang telah diperoleh kemudian diberikan penilaian,
sehingga diperoleh alternatif strategi terbaik yang akan diterapkan di perusahaan.
Langkah dalam pembuatan matriks QSPM menurut David (2012), adalah sebagai
berikut.
1. Membuat daftar peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal.
2. Memberikan bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal. Pemberian bobot
diambil dari hasil Matriks IFE dan Matriks EFE.
3. Mencatat hasil alternatif strategi yang dihasilkan pada tahap pencocokan di
baris teratas Matriks QSPM. Berbagai alternatif strategi yang diperoleh
dituliskan dengan simbol SI, SII, SII, dst.
4. Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Score-AS). Bila faktor internal
atau eksternal mempengaruhi alternatif strategi, maka diberi nilai 1 sampai 4.
Nilai 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3 = daya tariknya
sedang, 4 = daya tariknya tinggi. Apabila faktor internal atau eksternal tidak
mempengaruhi strategi yang dibuat, maka tidak diberikan skor daya tarik.
5. Menghitung nilai TAS (Total Attractiveness Score), dengan cara mengalikan
bobot dengan nilai AS.
6. Menjumlahkan keseluruhan nilai TAS pada masing-masing strategi.
Strategi dengan total nilai TAS terbesar merupakan alternatif strategi terbaik
yang dapat diterapkan pada RJ. Pada penelitian ini pemberian nilai daya tarik atau
AS dilakukan dari tiga segi, yakni pemeilik RJ, pemasok Agronusa Mushroom, dan
perwakilan pemerintah Badan Ketahanan Pangan Kota Batu. Kemudian dari nilai
AS yang telah diperoleh dari ketiga pihak tersebut dihitung nilai rata-ratanya.
Sehingga pada penelitian ini nilai AS pada QSPM adalah nilai AS yang telah dirata-
rata. Pemberian nilai AS dari tiga segi dimaksudkan agar penilaian terhadap
37
alternatif strategi lebih objektif. Gambaran mengenai Matriks QSPM dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 4. Matriks QSPM
Faktor faktor
Utama Bobot
Alternatif Strategi
Strategi I Strategi II Strategi III
AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
-
-
Ancaman
-
-
Kekuatan
-
-
Kelemahan
-
-
Total
Sumber : David, 2012
38
38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum RJ
5.1.1. Sejarah Singkat RJ
RJ merupakan salah satu usaha yang berbentuk perorangan dan bergerak di
bidang pengolahan jamur tiram. RJ terletak di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. RJ
didirikan pada tahun 2013 oleh pemilik usaha. Latar belakang didirikannya RJ
bermula dari keadaan pemilik usaha ketika masih duduk di bangku kuliah. Biaya
hidup kuliah yang semakin meningkat dan uang kiriman yang sekedarnya dari
orang tua membuat pemilik berinisiatif untuk mulai melakukan usaha kecil-kecilan
di kampus. Usaha tersebut bermula dengan mengandalkan modal pribadi pemilik
yang diperoleh dari mengumpulkan uang tabungannya. Pemilik dengan dibantu
oleh 3 orang karyawan kemudian mulai mengolah jamur tiram menjadi produk tahu
bakso jamur. Pemilihan jamur tiram sebagai komoditas usahanya dikarenakan
pemilik melihat banyaknya jamur yang banyak terbuang pada waktu panen,
sehingga pemilik berinisiatif untuk memanfaatkan jamur tiram tersebut menjadi
aneka olahan makanan seperti tahu bakso jamur. Selain itu juga dikarenakan
pemilik usaha sudah lama menggeluti bidang jamur tiram karena sebelumnya telah
bekerja membantu kakaknya dalam berbudidaya jamur tiram.
Usaha RJ pada awal berdiri belum menggunakan nama, karena usaha ini
hanya memproduksi kemudian memasarkan produknya di kantin-kantin kampus.
Nama RJ mulai dicanangkan pada tahun 2015, yang bermula dari keikutsertaan
pemilik dalam Pesta Wirausaha di kampusnya. RJ merupakan salah satu usaha yang
memperoleh modal berupa dana usaha pada Pesta Wirausaha tersebut. Hingga
akhirnya modal tersebut digunakan RJ untuk mendirikan beberapa stan sebagai
tempat berjualan. Stan pertama yang didirikan berlokasi di Jalan Sigura-gura Timur
dan di area kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Stan yang
berlokasi di area UMM tidak bertahan lama, karena kurang menguntungkan hingga
akhirnya ditutup. Sebagai ganti stan UMM pemilik RJ membuka stan di jalan
Sigura-gura Barat. Hingga saat ini RJ memiliki dua stan yang keduanya berlokasi
di Jalan Sigura-gura. Lokasi tersebut dipilih karena ramai dan letaknya strategis.
39
Pendirian RJ juga didasarkan pada keinginan pemilik untuk mendirikan
usaha yang semua produknya terbuat dari jamur tiram. Hal tersebut karena pemilik
terinspirasi dari salah satu restoran di Jogja yang menyajikan menu serba jamur. RJ
memiliki beberapa produk yang terbuat dari jamur tiram. Produk yang dimiliki RJ
pada awal berdirinya hanyalah tahu bakso jamur. Seiring berjalannya usaha, RJ
terus menciptakan produk baru. Hingga saat ini beberapa produk yang dimiliki RJ
diantaranya adalah tahu bakso jamur, risoles jamur, lumpia jamur dan martabak
jamur.
5.1.2. Visi, Misi dan Tujuan RJ
Visi merupakan sesuatu yang ingin dicapai, diperoleh dan menjadi harapan
dalam suatu usaha. Sedangkan misi merupakan suatu pernyataan yang
menerangkan mengenai langkah-langkah yang ditempuh demi mewujudkan visi
usaha tersebut. RJ pada dasarnya belum memiliki visi dan misi secara tertulis.
Secara tersirat, dari hasil wawancara dengan pemilik RJ menyatakan bahwa RJ
berkeinginan menjadi usaha yang menyajikan produk olahan makanan serba jamur
dan mendiversifikasi produk makanan berbahan baku jamur tiram. Langkah-
langkah yang ditempuh RJ dalam mewujudkan visi tersebut diantaranya adalah
selalu menjaga kualitas produknya, meningkatkan jalur distribusi untuk pemasaran
produknya dan memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan RJ. Selain itu, RJ
juga terus melalukan inovasi terhadap produknya sesuai dengan permintaan pasar
dan terus meningkatkan promosi salah satunya melalui keikutsertaannya dalam
berbagai pameran. Selain visi dan misi, suatu usaha juga memiliki tujuan yang ingin
dicapai baik itu janga pendek maupun jangka panjang. Tujuan jangka pendek RJ
adalah terus meningkatkan penjualan dan memperoleh konsumen yang lebih
banyak sehingga keuntungan semakin meningkat. Sedangkan tujuan jangka
panjang RJ adalah terus berinovasi dan mengembangkan usahanya, salah satunya
dengan keinginan mendirikan rumah makan serba jamur.
5.1.3. Struktur Organisasi RJ
Demi mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, RJ memiliki struktur
organisasi dalam menjalankan usahanya. Struktur organisasi juga berguna dalam
40
pembagian tugas sehingga memudahkan dalam pekerjaan RJ. Struktur organisasi
RJ terdiri dari Pemilik RJ, Bagian produksi, Bagian distribusi dan Bagian
pemasaran. RJ dipimpin langsung oleh pemilik usaha. Pemilik juga berperan
langsung dalam pengelolaan keuangan usaha. Bagian produksi bertugas untuk
mengolah jamur tiram mentah menjadi berbagai olahan makanan jamur seperti tahu
bakso jamur, risoles jamur, lumpia jamur dan martabak jamur. Bagian produksi
terdapat lima orang karyawan dengan diawasi oleh satu orang kepala bagian
produksi.
Bagian distribusi bertugas untuk mendistribusikan barang dari rumah
produksi menuju tempat penjualan. Selain itu juga bertugas dalam distribusi bahan
baku untuk pembuatan produk RJ. Bagian distribusi dipimpin langsung oleh
pemilik usaha dengan membawahi dua orang karyawan. Bagian pemasaran
bertugas untuk melakukan penjualan produk di stan. Bagian pemasaran masih
dipimpin langsung oleh pemilik usaha dengan membawahi dua orang karyawan.
Bagan struktur organisasi RJ dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 1. Struktur Organisasi RJ
Sumber: RJ, 2017
5.2. Analisis Lingkungan Usaha
Proses perumusan strategi pengembangan usaha pada RJ diawali dengan
menganalisis lingkungan usaha. Lingkungan usaha dapat mempengaruhi jalannya
usaha pada RJ baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan usaha
yang dianalisis dari segi internal dan eksternal. Lingkungan internal meliputi
manajemen, produksi, keuangan dan pemasaran. Sedangkan lingkungan eksternal
Pemilik
RJ
Kepala Bagian
Produksi
Kepala Bagian
Distribusi
Kepala Bagian
Pemasaran
Karyawan
Karyawan Karyawan
41
yang dianalisis meliputi lingkungan jauh dan ingkungan operasi. Lingkungan jauh
meliputi aspek ekonomi, politik dan pemerintah, sosial serta teknologi. Lingkungan
operasi meliputi konsumen, pemasok, pesaing, kreditor dan tenaga kerja. Berikut
merupakan uraian mengenai lingkungan usaha yang ada di RJ.
5.2.1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berasal dari dalam usaha
RJ. Lingkungan internal dapat secara langsung mempengaruhi usaha pada RJ dan
dapat dikendalikan secara langsung oleh pelaku usaha. Hasil dari analisis
lingkungan internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan pada RJ. Berikut
merupakan penjabaran mengenai aspek-aspek internal yang ada pada RJ.
1. Manajemen
Aspek manajemen usaha pada RJ dianalisis melalui penerapan fungsi
manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling). RJ telah
menerapkan fungsi manajemen POAC, namun masih sederhana dan belum efektif.
Secara umum manajemen usaha pada RJ masih banyak dikendalikan oleh pemilik
usaha, hal ini dikarenakan usaha pada RJ merupakan usaha perorangan dan masih
berskala kecil. Berikut merupakan penjelasan secara rinci mengenai aspek
manajemen yang ada pada usaha RJ.
a. Planning atau perencanaan
Planning atau perencanaan merupakan langkah yang ditempuh untuk
menetapkan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam suatu usaha. Adanya
perencanaan maka akan membuat suatu usaha akan lebih siap dalam menjalankan
usahanya. Sehingga perencanaan merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan
usaha. RJ telah menerapkan aspek perencanaan pada usahanya, namun masih
sederhana. Perencanaan yang dilakukan pada RJ salah satunya adalah perencanaan
untuk produksi. Perencanaan produksi dilakukan dengan menetapkan jumlah
produk yang akan diproduksi pada setiap harinya. Biasanya perencanaan produksi
didasarkan pada bahan baku jamur yang tersedia serta melihat pada kondisi
permintaan.
42
b. Organizing atau pengorganisasian
Organizing atau pengorganisasian merupakan suatu cara yang ditempuh
untuk mengatur dan menggerakkan segala sumberdaya yang dimiliki oleh suatu
usaha. Salah satu fungsi pengorganisasian dapat dilihat melalui penyusunan
struktur organisasi. Adanya struktur organisasi maka dapat dilakukan pembagian
tugas sesuai dengan bidang kerja masing-masing bagian. Sehingga kegiatan dalam
usaha dapat berjalan lebih terarah dalam mencapai tujuan usaha. Fungsi
pengorganisasian di RJ dapat dilihat melalui struktur organisasi yang ada pada RJ.
Struktur organisasi RJ masih tergolong sederhana dikarenakan usaha yang masih
dalam skala kecil. Struktur organisasi pada RJ terdiri dari Pemilik RJ, Bagian
produksi, Bagian distribusi dan Bagian pemasaran.
Pemilik usaha juga menetapkan aturan penting seperti jam kerja, ketentuan
libur kerja serta tunjangan yang diperoleh karyawan RJ. Bagian produksi bekerja
selama 8 jam per hari, yakni dimulai pada pukul 07.00-15.00 dengan waktu istirahat
selama satu jam. Bagian produksi bekerja dari hari senin hingga sabtu, sedangkan
hari minggu libur. Bagian pemasaran bekerja selama 8 jam per hari, dimulai pada
pukul 13.00-21.00. Bagian pemasaran bekerja selama 6 hari dalam seminggu.
Sedangkan bagian distribusi bekerja mulai pukul 13.00-21.00. Namun, selama jam
kerja tersebut bagian distribusi bekerja secara luwes dikarenakan tugas bagian
distribusi adalah mendistribusikan produk dari tempat produksi menuju tempat
penjualan serta membuka dan menutup stan. Bagian produksi bekerja selama 6 hari
dalam seminggu.
Sistem pengupahan karyawan RJ terdapat dua cara. Bagian pemasaran upah
diberikan satu bulan sekali. Sedangkan bagian produksi dan distribusi upah
diberikan seminggu sekali. Selain mendapatkan gaji pokok karyawan RJ juga
mendapatkan tunjangan. Semua karyawan akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya
(THR) Idul Fitri. Sedangkan pada bagian pemasaran selain mendapatkan THR juga
mendapatkan bonus apabila berhasil menjual produk melebihi target.
c. Actuating atau pelaksanaan
Actuating atau pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan dan
pengorganisasian yang telah disusun. Pada pelaksanaannya kegiatan produksi
43
dilakukan sesuai dengan perencanaan. Produksi dilakukan setiap hari dengan
dengan kapasitas produksi menyesuaikan pada bahan baku yang tersedia terutama
ketersediaan jamur tiram. Pelaksanaan belum dapat sepenuhnya dijalankan sesuai
dengan rencana, hal ini karena tergantung pada ketersediaan sumberdaya yang ada.
Selain itu, berdasarkan struktur organisasi yang telah ada pada RJ masing-masing
personil telah melakukan pekerjaan sesuai dengan tugasnya. Akan tetapi
keterbatasan sumberdaya manusia yang ada pada RJ membuat pekerjaan yang ada
masih sering tumpang tindih. Seperti misalnya, jika bagian distribusi berhalangan
dalam menjalankan tugasnya, maka pemilik usaha turun langsung dalam kegiatan
distribusi. Selain itu, RJ masih banyak dikendalikan oleh pemilik usaha, karena
pemilik usaha masih banyak turun langsung dalam kegiatan usaha.
d. Controlling atau pengendalian
Controlling atau pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan agar
pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pengendalian
penting bagi suatu usaha untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan sudah
sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu pengendalian juga berguna untuk
menjaga kualitas produk dari suatu usaha. RJ telah menerapkan fungsi manajemen
pengendalian. Salah satu pengendalian yang dilakukan oleh RJ adalah pengendalian
terhadap produknya. Setiap hari dilakukan pencatatan produksi guna mengetahui
apakah jumlah yang diproduksi pada hari itu sudah sesuai dengan permintaan
konsumen. Selain itu juga dilakukan pengendalian terhadap kualitas produk.
RJ selalu mengedepankan kualitas produknya. Setelah proses produksi
selesai maka dilakukan pengecekan terhadap produk, apakah sudah sesuai dengan
kriteria RJ atau belum. Pengecekan produk dilakukan dari segi fisik seperti
kesamaan ukuran untuk semua produk dan ada tidaknya kulit yang robek untuk
produk risoles, lumpia dan martabak. Selain itu juga dilakukan pengecekan dari
segi rasa. Apabila rasa atau tampilan fisik tidak sesuai dengan kriteria maka produk
tidak lolos untuk dipasarkan. Sehingga RJ harus menanggung kerugian apabila
terdapat produk yang tidak dapat dijual. Selain itu, pengendalian juga dilakukan
oleh pemilik usaha terhadap karyawannya. Jika terdapat karyawan yang bekerja
44
kurang atau terdapat kesalahan dalam bekerja, maka pemilik akan memberikan
koreksi pada karyawannya.
2. Produksi
Produksi merupakan segala kegiatan mengubah input menjadi output.
Output dari kegiatan produksi RJ merupakan produk olahan jamur tiram berupa
tahu bakso jamur, risoles jamur, lumpia jamur dan martabak jamur. Proses produksi
keempat produk tersebut menggunakan bahan baku utama jamur tiram dan
beberapa bahan penunjang. Setiap produk terdiri dari bahan yang berbeda-beda dan
dengan proses yang berbeda pula. Berikut merupakan uraian mengenai bahan baku,
bahan penunjang serta proses pengolahan produk pada RJ.
a. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi berbagai olahan produk
jamur di RJ adalah jamur tiram putih. Jamur tiram dipilih karena memiliki tekstur
yang kenyal dan mudah diolah. Selain itu jamur tiram juga memiliki rasa yang enak
dan kandungan gizi yang baik. Kriteria jamur tiram yang digunakan oleh RJ adalah
jamur tiram segar dan siap panen. Jamur tiram yang digunakan oleh RJ dipasok
setiap harinya dan jamur yang digunakan merupakan jamur segar yang dipanen
pada hari itu juga. Jamur tiram dipasok oleh pemasok Agronusa Mushroom.
b. Bahan penunjang
RJ menggunakan beberapa bahan penunjang dalam proses produksinya.
Beberapa bahan penunjang yang digunakan diantaranya adalah tahu, kulit
martabak, telur, dan beberapa bumbu dapur. Tahu yang digunakan adalah tahu
putih. Kulit martabak masih membeli dari pasar dikarenakan RJ belum bisa
membuat kulit martabak sendiri. Sejak awal pembuatan martabak jamur, RJ selalu
menggunakan kulit martabak yang sama dikarenakan kualitas kulit yang bagus,
yakni tipis sehingga jika digoreng akan lebih renyah.
c. Peralatan
RJ memiliki beberapa peralatan dalam menunjang proses produksinya.
Beberapa alat yang telah dimiliki diantaranya adalah mesin peniris, mesin
penggiling jamur, mesin perajang jamur, mesin mixer adonan besar dan mesin
penghalus bumbu serta beberapa alat penggorengan. Mesin peniris digunakan untuk
45
meniriskan jamur yang telah dicuci agar kandungan airnya berkurang. Mesin
penggiling digunakan untuk menggiling jamur untuk produk tahu bakso jamur dan
martabak jamur. Mesin perajang digunakan untuk merajang jamur untuk produk
lumpia dan risoles. Sedangkan mixer digunakan untuk mengaduk adonan. Adanya
mesin diatas membuat proses produksi menjadi lebih mudah dan lebih cepat.
d. Proses pembuatan tahu bakso
Proses pembuatan tahu bakso jamur dimulai dengan perebusan jamur tiram.
Jamur tiram yang sudah dipilih direbus dengan menggunakan air hingga matang.
Setelah jamur direbus, jamur diangkat dan dicuci dengan air agar lebih bersih.
Setelah dicucuci jamur ditiriskan dengan menggunakan mesin peniris dengan
tujuan agar kandungan air di dalam jamur berkurang. Setelah itu jamur digiling
hingga halus. Kemudian jamur dicampur dengan adonan tambahan, yakni
campuran daging ayam, tepung dan bumbu. Penambahan daging ayam bertujuan
untuk membentuk tekstur jamur lebih padat. Setelah adonan bakso jamur siap, maka
proses selanjutnya adalah pengisian adonan bakso kedalam tahu yang telah
digoreng. Setelah bakso dimasukkan ke dalam tahu maka tahu bakso direbus ke
dalam air selama 15 menit agar matang. Tahu bakso yang sudah matang ini siap
dipasarkan.
e. Proses pembuatan risoles jamur
Proses pembuatan risoles jamur diawali dengan perajangan jamur
menggunakan mesin perajang khusus. Setelah jamur dirajang maka jamur direbus
untuk kemudian dicuci. Setelah rajangan jamur siap dan bersih, maka langkah
selanjutnya adalah jamur dimasak dengan ditambah bumbu. Kulit risoles dibuat
sendiri oleh RJ. Kulit risoles terbuat dari campuran tepung, air, telur, dan bumbu.
Setelah kulit dan isian risoles siap, maka langkah selanjutnya adalah mengisi kulit
risoles dengan isian jamur yang telah dimasak tumis. Setelah itu gulungan risoles
dicelupkan telur dan digulungkan dalam tepung panir. Risoles jamur siap untuk
dipasarkan.
f. Proses pembuatan lumpia jamur
Proses pembuatan lumpia jamur hampir sama dengan proses pembuatan
risoles jamur. Bahan untuk membuat lumpia jamur juga sama dengan bahan untuk
46
risoles jamur. Hanya terdapat perbedaan pada kulitnya. Produk lumpia tidak
menggunakan tepung panir pada luarannya.
g. Proses pembuatan martabak jamur
Proses pembuatan martabak jamur dimulai dengan proses perebusan jamur
tiram. Setelah direbus jamur dicuci untuk kemudian digiling. Setelah halus, jamur
dicampur dengan telur, daun bawang, dan bumbu. Setelah adonan isian martabak
siap, maka proses selanjutnya adalah mengisi kulit martabak yang telah dibeli dari
pasar dengan isian martabak. Martabak jamur siap untuk dipasarkan. Khusus
produk martabak jamur tidak diproduksi setiap hari, namun seminggu sekali.
3. Keuangan
Modal merupakan salah satu hal terpenting dalam memulai sebuah usaha.
Sumber keuangan RJ pada awal mula berdiri adalah dari modal pribadi pemilik.
Sejak awal berdiri hingga sekarang RJ belum pernah mengajukan pinjaman
keuangan ke Bank ataupun lembaga keuangan lainnya. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya keberanian pemilik dalam menanggung resiko angsuran pinjaman bank
atau lembaga keuangan lainnya. Meskipun demikian, berdasarkan hasil wawancara,
pemilik RJ juga menyatakan bahwa modal usaha RJ masih terbatas sehingga
perkembangan usahanya lambat.
RJ telah melakukan pencatatan keuangan sederhana dalam menjalankan
usahanya. Akan tetapi, RJ belum memiliki tenaga administrasi khusus untuk bagian
pencatatan keuangan, sehingga kegiatan ini masih sepenuhnya dilakukan oleh
pemilik. Adanya keterbatasan pemilik, menyebabkan kegiatan pencatatan
keuangan belum dilakukan secara rutin dan rapi. Pencatatan hanya dilakukan ketika
pemilik memiliki waktu luang. Selain itu anggapan pemilik bahwa pencatatan
keuangan tidak berpengaruh pada peningkatan volume penjualan, membuat
kegiatan pencatatan keuangan di RJ belum diutamakan.
Berdasarkan pencatatan keuangan sederhana yang dilakukan oleh RJ dapat
diketahui keuntungan yang diperoleh oleh RJ, seperti yang disajikan pada Tabel 6.
47
Tabel 1. Laporan Keuangan RJ Bulan Januari 2017 – April 2017
Penjualan
(RP)
HPP
(Harga Pokok Produksi) (Rp)
Keuntungan
(Rp)
Januari 6.341.000 4.234.000 2.107.000
Februari 7.000.500 4.695.500 2.305.000
Maret 8.071.500 5.374.500 2.697.000
April 9.316.667 6.265.000 3.051.667
Sumber : RJ, 2017 (Diolah)
Berdasarkan laporan keuangan RJ pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa pada
dasarnya RJ memperoleh keuntungan dari usahanya. Hal ini terlihat pada laporan
keuangan sederhana yang dibuat oleh RJ pada bulan Januari 2017 – Bulan April
2017. Keuntungan yang diperoleh selama 4 bulan pertama pada tahun 2017 terus
meningkat setiap bulannya. Sehingga dapat diindikaskan bahwa usaha RJ perlu
untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut.
4. Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu upaya perusahaan untuk memposisikan
produknya di mata pelanggan. Melalui kegiatan pemasaran perusahaan juga dapat
mengetahui kebutuhan pelanggan sehingga perusahaan dapat melakukan
pengembangan produk demi terpenuhinya kebutuhan pelanggan. Kegiatan
pemasaran berpengaruh pada penjualan yang akan berdampak pada pendapatan
usaha. Pada penelitian ini aspek pemasaran RJ dikaji dengan pendekatan marketing
mix 4P (Product, Price, Promotion, Place). Berikut merupakan uraian kegiatan
pemasaran yang ada di RJ.
a. Produk atau Product
RJ memiliki beberapa macam produk olahan yang terbuat dari jamur tiram.
Produk tersebut diantaranya adalah tahu bakso jamur, risoles jamur, lumpia jamur
dan martabak jamur. Produk yang dimiliki RJ merupakan produk inovasi baru yang
belum pernah ada sebelumnya di area Malang Raya. Pada dasarnya sudah ada
produk sejenis seperti produk RJ namun dengan isian berbeda. RJ merupakan usaha
yang pertama kali memproduksi jenis makanan seperti tahu bakso, risoles, lumpia
dan martabak dengan isian jamur tiram. Berdasarkan teori siklus hidup produk yang
dikemukakan oleh Pearce dan Robinson (2014), produk yang dimiliki RJ berada
48
pada tahap perkenalan. Hal tersebut dikarenakan RJ masih berusaha untuk
menumbuhkan kesadaran merek. Selain itu juga karena produk yang dimiliki RJ
masih tergolong baru dan pendistribusian masih dalam lingkup yang terbatas.
Produk RJ juga telah memiliki sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga (PIRT) dari Departemen Kesehatan dengan kode Dep Kes P-IRT No.
280865490865. Kelengkapan izin usaha tersebut digunakan perusahaan untuk
menambah kepercayaan konsumen terhadap produk RJ. Adanya izin usaha ini
merupakan kekuatan RJ sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi konsumen
terhadap produk yang dibelinya. RJ selalu menjaga kualitas produknya.
Pengontrolan produk selalu dilakukan sebelum dipasarkan ke konsumen. RJ selalu
menggunakan bahan baku yang segar dan berkualitas baik. Selain itu pada akhir
proses produksi RJ juga selalu melakukan pengecekan terhadap produk yang sudah
jadi, seperti ukuran, rasa, dan tampilan produk. RJ juga selalu melakukan
pengecekan terhadap persediaan produk yang ada di stan. Produk yang ada di stan
di kirim tiga hari sekali dari tempat produksi. Namun apabila dalam tiga hari
terdapat produk yang sudah tidak layak jual, maka RJ akan menarik produk tersebut
dan tidak menjualnya.
RJ terus melakukan inovasi kemasan pada produknya. Pada awal usaha,
kemasan produk siap saji yang dijual di stan dikemas dengan menggunakan kotak
kardus makan polos dengan ditempeli stiker RJ. Saat ini terdapat perubahan
kemasan. RJ mencoba tampilan kemasan yang berbeda, yakni dengan
menggunakan kotak mika dengan ditempeli stiker RJ. Kotak mika dipilih karena
mika yang transparan sehingga produk lebih terlihat. Selain itu juga terdapat
perubahan pada stiker yang ditempel pada kemasan. Stiker yang awalnya hanya
memuat informasi mengenai merek dan logo RJ, saat ini diberi tambahan mengenai
informasi contact person. Adanya penambahan informasi contact person pada
stiker kemasan diharapkan konsumen lebih mudah dalam mendapatkan produk RJ,
salah satunya adalah seperti melalui pemesanan online.
b. Harga atau Price
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dikorbankan konsumen untuk
memperoleh produk dari RJ. Melalui harga maka RJ dapat memperoleh pemasukan
49
dari hasil penjualan produknya. Penetapan harga yang digunakan oleh RJ adalah
berdasarkan HPP (Harga Pokok Produksi). Harga produk RJ sebesar 50% lebih
tinggi daripada HPP. Sejak awal usaha hingga saat ini, RJ telah meningkatkan harga
penjualan produknya. Hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan harga bahan baku
sehingga harga produk terpaksa dinaikkan. Kenaikan harga tersebut berpengaruh
pada penurunan volume penjualan, namun biasanya hanya berlaku selama kurang
lebih satu bulan sejak kenaikan harga, setelah itu volume penjualan kembali normal.
Daftar harga produk RJ dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 2. Daftar Perubahan Harga Produk RJ
Produk
Harga
Awal
(Rp)
Kenaikan ke-1
(Rp)
Kenaikan ke-2
(Rp)
Tahu bakso jamur 2000 2500 3000
Risoles jamur 2000 2500 3000
Lumpia jamur 1500 2000 2500
Martabak jamur 2500 3000 4000
Sumber : RJ, 2017
c. Promosi atau Promotion
Promosi merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh RJ
untuk mengenalkan produknya ke khalayak. Saat ini RJ telah melakukan beberapa
kegiatan promosi baik online maupun offline. RJ memanfaatkan kemajuan
teknologi komunikasi untuk melakukan promosi secara online. Promosi online
yang dilakukan oleh RJ diantaranya melalui media sosial, seperti Instagram serta
melalui website. Promosi online memiliki kelebihan diantaranya dapat menjangkau
pasar dengan area yang lebih luas, mudah diakses dan murah, karena hanya
mengeluarkan biaya untuk internet dalam promosi online. Adanya promosi secara
online maka memungkinkan konsumen untuk dapat melakukan pemesanan online
sehingga konsumen lebih mudah dalam mendapatkan produk. Meskipun promosi
online ini efektif untuk menarik konsumen, namun RJ belum memanfaatkan
peluang ini. Promosi secara online sepenuhnya dikelola oleh pemilik RJ.
Keterbatasan waktu dan kemampuan pemilik dalam mengelola promosi online
50
menyebabkan promosi ini belum secara aktif dilakukan. Pomosi online hanya aktif
ketika pemilik memiliki waktu senggang. Hal tersebut dapat dilihat pada akun
Instagram dan website RJ yang jarang sekali diperbaharui informasinya.
Promosi secara offline dilakukan RJ melalui keikutsertaannya diberbagai
acara-acara dari kampus dan juga dari pemerintah. RJ sering mengikuti pameran
yang diadakan oleh pemerintah, salah satunya adalah dari Badan Ketahanan Pangan
Kota Batu. RJ juga aktif mengisi stan usaha di CFD (Car Free Day) Kota Batu
setiap hari minggu. Selain itu, RJ juga kerap mengisi stan usaha pada beberapa
acara kampus yang bertema wirausaha yang diadakan oleh beberapa universitas di
area Malang Raya. Melalui promosi secara offline ini juga dilakukan penyebaran
brosur kepada pengunjung. Harapannya dengan penyebaran brosur tersebut maka
akan lebih banyak orang yang mengenal RJ.
d. Tempat atau Place
Tempat penjualan produk RJ adalah di Jalan Sigura-gura Malang. Tempat
ini dipilih karena letaknya yang strategis dan ramai serta banyak mahasiswa. Selain
itu RJ juga menjual produknya melalui kantin-kantin kampus UMM dan UB.
Sedangkan tempat produksi adalah di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tempat
produksi dipilih karena dekat dengan bahan baku. Jarak antara tempat produksi dan
tempat penjualan terbilang cukup jauh, yakni berjarak sekitar 20 km. Jarak yang
jauh antara tempat produksi dan tempat penjualan membuat RJ melakukan sistem
persediaan produk di tempat penjualan dan dikirim selama tiga hari sekali.
Pendistribusian produk dilakukan oleh karyawan bagian distribusi.
5.2.2. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar RJ yang
mempengaruhi jalannya usaha. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang
tidak dapat dikontrol secara langsung oleh perusahaan. Lingkungan ini dapat
mendatangkan suatu ancaman dan peluang bagi perusahaan. Berikut merupakan
uraian analisis lingkungan eksternal pada RJ.
1. Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh merupakan lingkungan yang berda diluar jangkaun usaha
dan RJ tidak dapat memberikan timbal balik langsung pada lingkungan tersebut.
51
Lingkungan jauh yang dianalisis meliputi aspek ekonomi, politik dan pemerintah,
sosial serta teknologi. Berikut merupakan uraian mengenai lingkungan jauh RJ.
a. Ekonomi
Kondisi perekonomian suatu daerah berpengaruh pada kegiatan usaha yang
ada di dalamnya. Apabila kondisi ekonomi bergerak stabil atau mengalami
peningkatan maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor usaha, begitu
pun sebaliknya. Salah satu indikator untuk mengetahui keadaan perekonomian
suatu daerah adalah melalui PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu unit usaha dalam suatu
daerah tertentu. Menurut data dari BPS Jawa Timur (2016), yang dapat dilihat pada
Lampiran 2 PDRB Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2015 terus mengalami
peningkatan. Hal tersebut juga berlaku pada PDRB Kota Batu dan Kota Malang.
PDRB Kota Batu mengalami kenaikan yang signifikan, yakni sebesar 7.315,00
milyar rupiah pada tahun 2011 dan meningkat menjadi sebesar 11.510,40 milyar
rupiah pada tahun 2015. PDRB Kota Malang juga terus mengalami peningkatan,
yakni sebesar 46.975,70 milyar rupiah pada tahun 2011 dan naik menjadi 73.843,30
milyar rupaih pada tahun 2015. Adanya kenaikan PDRB di Kota Batu dan Kota
Malang mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat mengalami peningkatan. Hal
ini menjadi salah satu keuntungan RJ karena wilayah produksi dan pemasaran RJ
meliputi area Kota Batu dan Kota Malang.
b. Politik dan Pemerintah
Keadaan politik Indonesia turut mempengaruhi kegiatan usaha oleh para
pelaku usaha di Indonesia. Pemerintah sebagai pelaku kegiatan politik memiliki
kewenangan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan, yang mana kebijakan tersebut
berkaitan dengan aktivitas usaha di Indonesia. Salah satu bentuk dukungan
pemerintah sebagai upaya pengembangan sektor usaha di Indonesia adalah
dikeluarkannya beberapa kebijakan, diantaranya adalah Undang-Undang (UU) No.
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Peraturan
Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU
No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
52
Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2008 dan PP No. 17 Tahun 2013, bentuk
dukungan pemerintah dalam sektor usaha adalah melalui pengembangan usaha.
Pengembangan usaha dilakukan melalui penyediaan fasilitas, pembinaan usaha,
kemudahan akses modal dan kemudahan akses perizinan. Fasilitas yang disediakan
yakni dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumberdaya manusia
serta desain dan tekologi. Kemudahan perizinan dilakukan dengan percepatan
pelayanan, kepastian biaya pelayanan dan pengurangan persyaratan tertentu.
Sedangkan dalam akses permodalan pemerintah telah bekerjasama dengan lembaga
keuangan dan bank yang ditunjuk untuk memberikan kemudahan akses pinjaman
kepada para pelaku usaha.
Badan Ketahanan Pangan Kota Batu merupakan salah satu perwakilan
pemerintah yang berperan dalam usaha RJ. Berdasarkan Renstra Badan Ketahanan
Pangan Tahun 2015-2019, Badan Ketahanan Pangan memiliki satu program yakni
Program Peningkatan Divesifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Program
tersebut mencakup empat kegiatan pokok, diantaranya adalah (1) Pengembangan
Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan, (2) Pengembangan
Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, (3) Pengembangan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar,
(4) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan.
Langkah pemerintah khususnya Badan Ketahanan Pangan Kota Batu demi
tercapainya Renstra 2015-2019 adalah melalui pembinaan kelompok pengelola
hasil yang berpotensi, yakni kelompok yang memiliki produk berciri khas.
Pembinaan tersebut melalui pelatihan, sosialisasi, pemberian bantuan alat serta
dukungan untuk promosi. Program pelatihan dilaksanakan dengan bekerjasama
dengan pihak akademisi dan praktisi. Pihak akademisi yang bekerjasama seperti
SMK ataupun Universitas yang berada di sekitar Batu. Pihak akademisi yang
pernah berperan dalam kegiatan pelatihan dengan Badan Ketahanan Pangan Kota
Batu diantaranya adalah Universitas Muhammadiyah Malang, SMK 1 Batu dan
SMK 3 Malang. Badan Ketahanan Pangan Kota Batu juga bekerjasama dengan
pihak praktisi seperti Hotel, Pengusaha dan Rumah Sakit. Pihak praktisi yang telah
ikut andil dalam program pelatihan tersebut diantaranya adalah beberapa hotel yang
53
berada di area Batu, APKB (Asosiasi Pengusaha Kota Batu) dan RSP Karsa
Husada.
Bantuan alat diberikan oleh Badan Ketahanan Pangan Kota Batu kepada
kelompok binaan yang dianggap berpotensi. Kelompok binaaan yang berpeluang
mendapatkan bantuan alat adalah kelompok yang telah mengikuti pelatihan.
Bantuan alat yang diberikan disesuaikan dengan kondisi usaha setiap kelompok
binaan. Proses pemberian bantuan alat terdiri dari dua cara yakni top down dan
button up. Top down dimulai dari Badan Ketahanan Pangan Kota Batu memilih
beberapa kelompok yang berpotensi untuk diberikan bantuan alat. Cara button up
dilakukan melalui Musrenbag (Musayawarah Perencanaan Pembangunan) yang
bekerjasama dengan Pemerintah Desa, kemudian Pemerintah Kecamatan, hingga
diseleksi pada tahap Pemerintah Kota oleh Badan Ketahanan Pangan Kota Batu. RJ
telah mendapatkan bantuan beberapa alat melalui Badan Ketahanan Pangan Kota
Batu, diantaranya adalah mixer dan mesin penggiling.
Badan Ketahanan Pangan Kota Batu telah memiliki beberapa agenda rutin
dalam kegiatan promosi. Kegiatan tersebut diantaranya adalah mengikuti pameran
pada kegiatan Lomba Cipta Menu, HPS (Hari Pangan Sedunia), Hari Krida
Pertanian dan Pameran Pangan Nusantara. Kegiatan tersebut diikuti baik pada
tingkat provinsi maupun nasional. Kriteria kelompok yang berhak mengikuti
kegiatan promosi ini adalah kelompok yang telah berproduksi rutin, memiliki
inovasi produk dan memiliki perizinan usaha. Pada kegiatan promosi ini, RJ telah
berkesempatan mengikuti beberapa pameran yang diakomodir oleh Badan
Ketahanan Pangan Kota Batu. RJ terpilih karena produksinya sudah rutin dan
memiliki inovasi produk.
c. Sosial
Keadaan sosial merupakan aspek yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan suatu usaha. Hal tersebut terutama berkaitan dengan perubahan
jumlah penduduk dan perubahan pola gaya hidup masyarakat. Jumlah penduduk
Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data dari
BPS (2016), Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011-2015 mengalami peningkatan
jumlah penduduk yang signifikan seperti terlihat pada Data Jumlah Penduduk
54
Provinsi Jawa Timur 2011-2015 pada Lampiran 3. Hal tersebut juga terjadi pada
Kota Batu dan Kota Malang dimana RJ berada. Jumlah penduduk Kota Batu pada
tahun 2011 sebanyak 192.813 jiwa dan meningkat menjadi 200.485 jiwa pada tahun
2015. Penduduk Kota Malang pada tahun 2011 sebanyak 2.471.990 jiwa dan
mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi sebesar 2.544.315 jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan konsumsi di
masyarakat khusunya konsumsi akan makanan. Hal ini menjadi salah satu peluang
bagi usaha RJ untuk dapat berkembang.
Selain jumlah penduduk, keadaan sosial yang dapat mempengaruhi aktivitas
usaha adalah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam masyarakat akan
mengakibatkan perubahan pola konsumsinya. Aktivitas masyarakat yang semakin
padat mendorong masyarakat lebih memilih makanan yang praktis dan mudah
diperoleh. Hal tersebut berdampak pada pemilihan makanan siap saji sebagai
alternatifnya. RJ menawarkan produk siap saji yang langsung bisa dinikmati oleh
konsumennya. Berkembangnya pola konsumsi produk siap saji menjadikan
peluang bagi usaha RJ.
d. Teknologi
Perkembangan teknologi yang begitu pesat memberikan pengaruh bagi
sektor usaha. Teknologi yang terus berkembang menjadikan aktivitas usaha
menjadi lebih mudah. Kemudahan tersebut dapat dilihat dari aspek produksi dan
aspek pemasaran. RJ dalam kegiatan produksinya telah ditunjang dengan adanya
beberapa alat produksi seperti mixer, mesin perajang, mesin penggiling dan mesin
peniris. Adanya teknologi produksi tersebut membuat proses produksi menjadi
lebih efektif dan efisien. Seperti misalnya, adanya mesin perajang membuat proses
perajangan jamur menjadi lebih cepat dan lebih hemat tenaga.
Perkembangan teknologi juga menunjang RJ dalam kegiatan pemasaran.
Hal ini karena adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, informasi
dan transportasi. Adanya perkembangan teknologi bidang telekomunikasi seperti
handphone membuat RJ lebih mudah dalam mengkoordinir usahanya. Selain itu
perkembangan teknologi dalam bidang informasi memberikan peluang bagi RJ
untuk mempermudah dalam bidang promosi. Perkembangan teknologi dalam
55
bidang transportasi juga memberikan keuntungan, karena adanya perkembangan
trasnportasi menjadikan RJ menjadi lebih mudah dalam aktivitas distribusi.
2. Lingkungan Operasi
Lingkungan operasi merupakan bagian dari lingkungan eksternal yang
berkaitan langsung dengan RJ. Lingkungan operasi yang dianalisis dalam penelitian
ini terdiri dari aspek konsumen, pemasok, pesaing, kreditor dan tenaga kerja.
Berikut merupakan uraian mengenai lingkungan operasi RJ.
a. Konsumen
Analisis lingkungan eksternal dari segi konsumen dilakukan dengan
menyebar kuisioner tertutup kepada 100 responden konsumen RJ. Berdasarkan
hasil penyebaran kuisioner diperoleh karakteristik responden yang berdasarkan
jenis kelamin, usia, pendidikan dan tingkat pendapatan per bulan. Karakteristik
konsumen RJ berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 3. Karakteristik Konsumen RJ Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 Laki-laki 15 15
2 Perempuan 85 85
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagain besar
konsumen RJ adalah perempuan sebesar 85%. Sedangkan konsumen laki-laki
hanya berjumlah 15%. Karakteristik konsumen RJ dilihat dari segi usia dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 4. Karakteristik Konsumen RJ Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah (orang) Presentase (%)
1 < 20 tahun 29 29
2 21-30 tahun 70 70
3 31-40 tahun 1 1
4 41-50 tahun 0 0
5 > 50 tahun 0 0
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2017
56
Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa konsumen RJ
sebagian besar berusia 21-30 tahun yakni sebanyak 70 orang dari 100 responden
konsumen. Sedangkan pada usia kurang dari 20 tahun terdapat 29 orang. Konsumen
pada usia 31-40 tahun hanya terdapat satu orang. Dapat disimpulkan bahwa
konsumen RJ sebagian besar merupakan kalangan muda. Sedangkan karakteristik
konsumen menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 5. Karakteristik Konsumen RJ Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)
1 SD/ Sederajat 0 0
2 SMP/ Sederajat 0 0
3 SMA/ sederajat 1 1
4 S1 73 73
5 Pasca Sarjana 26 26
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan data pada Tabel 10 diketahui bahwa konsumen RJ sebagian
besar berpendidikan pada tingkat sarjana sebesar 73%. Konsumen dengan tingkat
pendidikan Pasca Sarjana sebesar 26%. Sedangkan lainnya merupakan konsumen
dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 1%. Stan RJ yang terletak pada daerah
kampus dan penjualan produk melalui kantin kampus, membuat sebagian besar
konsumennya adalah mahasiswa. Sedangkan karakteristik konsumen berdasarkan
tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 6. Karakteristik Konsumen RJ Berdasarkan Pendapatan
No Pendapatan Jumlah (orang) Presentase (%)
1 < Rp. 500.000 14 14
2 Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 24 24
3 Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 49 49
4 Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 9 9
5 > Rp. 3.000.000 4 4
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2017
57
Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar
konsumen RJ memiliki pendapatan sebesar Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 sebanyak
49%. Konsumen dengan pendapatan dibawah Rp.1.000.000 sebanyak 38%.
Konsumen dengan pendapatan diatas RP.2.000.000 sebanyak 13%. Hal tersebut
berarti bahwa konsumen RJ didominasi oleh orang pada golongan menengah, akan
tetapi produk RJ juga dapat dibeli oleh golongan kebawah dan keatas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa harga produk RJ yang standar membuat produk dapat
dijangkau oleh semua kalangan.
Selain karakteristik konsumen berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan
pendapatan, analisis lingkungan eksternal dari segi konsumen juga diperoleh
pendapat konsumen mengenai kualitas, kemasan dan kemudahan memperoleh
produk. Berdasarkan 100 responden konsumen yang telah diberi kuisioner sebagian
besar menyatakan bahwa RJ memiliki kualitas rasa produk yang enak. Selain itu,
RJ memiliki produk siap saji sehingga lebih praktis untuk dikonsumsi. Sebagian
besar konsumen juga menyatakan bahwa RJ perlu menambah varian produk baru.
Hal tersebut dikarenakan produk yang dijual di stan hanya empat jenis yakni tahu
bakso jamur, risoles jamur, lumpia jamur dan martabak jamur. Selain itu, lokasi
stan yang sangat strategis, yakni di Jalan Sigura-gura membuat konsumen merasa
mudah dalam mendapatkan produk RJ. Akan tetapi, stan yang hanya berjumlah dua
dan keduanya berlokasi di daerah Sigura-gura, membuat sebagian besar konsumen
menyarankan agar membuka stan baru di lokasi yang berbeda sehingga produk RJ
lebih mudah lagi diperoleh. Dilihat dari segi kemasan, sebagian besar konsumen
menyatakan bahwa kemasan produk RJ cukup menarik, dan perlu adanya
pengembangan kemasan yang lebih bagus lagi.
b. Pemasok
Pemasok merupakan salah satu hal penting yang berperan dalam kelancaran
usaha. Pemasok berperan penting dalam ketersediaan input untuk produksi. Input
produksi diperoleh RJ dari beberapa pemasok dan penjual di pasar lokal. Jamur
tiram sebagai bahan baku utama produk RJ diperoleh dari Agronusa Mushroom.
Agronusa Mushroom membudidayakan jamur tiram segar dan telah memiliki
sertifikat organik dari LeSOS (Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman).
58
Keunggulan jamur tiramnya adalah segar, karena dipanen setiap hari. Selain itu
pengelola Agronusa Mushroom masih memiliki hubungan kerabat dengan pemilik
RJ sehingga kerjasama menjadi lebih mudah. Akan tetapi kerugiannya adalah
ketika Agronusa Mushroom memiliki panen jamur terlalu banyak, maka RJ harus
menerima kelebihan jamur tersebut.
Pemasok lain adalah pemasok tahu sebagai bahan pembuatan tahu bakso
jamur. Tahu mentah dipasok setiap hari oleh produsen tahu yang berasal dari
wilayah Batu. Bahan input lain seperti kulit martabak, telur dan bumbu-bumbu
diperoleh dari pedagang di pasar lokal. Bahan input yang diperoleh dari pedagang
di pasar dibeli setiap seminggu sekali. Beberapa bahan masih dibeli di pasar
dikarenakan belum adanya pihak yang memasok bahan tersebut langsung ke RJ.
Hal ini dikarenakan RJ masih dalam skala usaha yang kecil sehingga masih dirasa
cukup dengan membeli dari pedagang di pasar. Sehingga resikonya adalah apabila
harga bahan baku naik, maka RJ juga harus mengikuti kenaikan harga tersebut.
c. Pesaing
Pesaing dalam konteks usaha RJ adalah produsen dengan produk yang
sejenis. Meskipun belum ada produk yang serupa dengan produk RJ yang serba
jamur, namun adanya produk substitusi dapat mengancam keberadaan usaha RJ.
Produk tersebut diantaranya adalah seperti tahu bakso, risoles, lumpia dan martabak
dengan isian selain jamur. Mindset orang yang biasanya tahu bakso dengan isian
daging, lumpia dengan isian rebung, risoles dengan isian daging atau mayones serta
martabak dengan isian telur dan daging membuat produk RJ belum banyak dikenal.
Kebanyakan orang masih asing dengan produk RJ karena belum terbiasa. Selain
itu, produk tahu bakso, risoles, lumpia dan martabak yang sudah ada sebelumnya
umumnya memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk RJ.
Meskipun keberadaan produk subtitusi tinggi, namun keputusan pembelian
tergantung pada konsumen yang memiliki kebebasan memilih sesuai dengan selera
dan kebutuhan konsumen.
d. Kreditor
Kreditor atau lembaga keuangan merupakan salah satu lembaga yang
menyediakan akan akses permodalan. Lembaga keuangan dapat menjadi salah satu
59
alternatif sumber permodalan bagi sektor usaha. Hingga saat ini RJ belum
memanfaatkan peluang akan akses pinjaman modal yang disediakan oleh lembaga
keuangan. Hal ini dikarenakan kurangnya keberanian pemilik dalam menanggung
resiko pinjaman. Meskipun demikian, sebenarnya terdapat beberapa lembaga
keuangan di sekitar RJ, salah satunya adalah bank. Saat ini, terdapat beberapa bank
yang menyediakan pinjaman untuk pengembangan usaha. Salah satu program
pembiayaan yang dicanangkan pemerintah melalui perantara bank adalah program
KUR (Kredit Usaha Rakyat). KUR disalurkan melalui tujuh bank umum (Bank
BRI, Bank BNI, Bank BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin)
dan Bank Pembangunan Daerah. Besarnya pinjaman yang diberikan bank melalui
program KUR bervariasi, yakni mulai dari Rp. 5.000.000 hingga Rp. 500.000.000.
Tabel 7. Data Lembaga Keuangan Bukan Bank Kota Batu Tahun 2012 - 2014
Jenis Lembaga Tahun
2012 (Unit) 2013 (Unit) 2014 (Unit)
Koperasi 175 178 177
KUD 1 1 1
Non KUD 174 177 176
Sumber : BPS Kota Batu, 2015
Menurut data BPS Kota Batu (2015), di Kota Batu terdapat 31 kantor bank
yang terdiri dari 16 unit Bank Umum dan 15 unit BPR. Bank di Kota Batu
menyalurkan kredit usaha keciSSl sebesar 3,8 triliun pada tahun 2013 dan
meningkat pada tahun 2014 menjadi sebesar 4,5 triliun. Selain lembaga keuangan
bank, di Kota Batu juga terdapat lembaga keuangan bukan bank, seperti koperasi,
KUD dan Non KUD. Data jumlah lembaga keuangan bukan bank yang ada di Kota
Batu dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat diketahui
bahwa pada tahun 2014 di Kota Batu terdapat 171 unit Koperasi, 1 unit KUD dan
176 unit Non KUD, jumlah tersebut terus mengalami fluktuasi dari tahun 2012 –
2014. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa lembaga keuangan bukan bank
di Kota Batu tergolong banyak. Adanya sejumlah bank dan lembaga keuangan
bukan bank di Kota Batu dan meningkatnya anggaran yang dialokasikan untuk
kredit usaha kecil menjadi peluang tersendiri bagi RJ. RJ semestinya dapat
60
mengajukan pinjaman modal ke lembaga kreditor tersebut untuk meningkatkan
modalnya sehingga usaha dapat berkembang.
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan aspek terpenting dalam suatu usaha. Suatu usaha
memerlukan tenaga kerja sesuai dengan ketrampilan dan kemampuan yang
dibutuhkan. RJ dalam menjalankan usahanya menggunakan tenaga kerja yang
direkrut dari lingkungan sekitar. Perekrutan karyawan bisa dibilang mudah, karena
tidak memerlukan kualifikasi yang rumit. Salah satu kualifikasi utama yang
diterapkan RJ dalam merekrut karyawan adalah ketrampilan yang dimiliki calon
tenaga kerja. Kualifikasi tingkat pendidikan bukan menjadi faktor utama RJ dalam
merekrut karyawannya karena RJ mengutamakan ketrampilan. Akan tetapi khusus
pada bagian pemasaran RJ menerapkan kualifikasi pada karyawannya
berpendidikan minimal SMA. Hingga saat ini RJ tidak mengalami kesulitan dalam
memperoleh tenaga kerja bagian produksi. Hal tersebut karena di sekitar usaha RJ
banyak ibu-ibu yang bisa memasak dan memenuhi kualifikasi. Sedangkan tenaga
kerja untuk bagian pemasaran, sedikit mengalami kesulitan dalam memperolehnya.
Selain itu faktor utama yang menjadi pertimbangan RJ sebelum mempekerjakan
karyawannya adalah memiliki kemauan bekerja tinggi, kerja keras, jujur dan loyal.
5.3. Strategi Pengembangan Usaha RJ
Penyusunan strategi pengembangan usaha pada RJ dilakukan melalui tiga
tahapan. Tahap pertama yakni tahap input (Input stage), dilakukan dengan
mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang ada di RJ. Hasil dari
tahap input adalah Matriks IFE dan EFE. Pada tahap kedua adalah tahap
pencocokan (Matching stage) dengan menggunakan Matriks SWOT dan Matriks
IE. Pada tahap ketiga adalah tahap keputusan (Decision stage), dengan
menggunakan Matriks QSPM. Berikut merupakan uraian penyusunan strategi
pengembangan usaha pada RJ.
61
5.3.1. Identifikasi Faktor Strategis Internal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dapat diidentifikasi kekuatan
dan kelemahan yang ada RJ. Berikut merupakan uraian mengenai faktor yang
menjadi kekuatan RJ.
1. Tersedia input produksi
Input produksi pada RJ diantaranya adalah bahan baku, bahan penunjang
dan sumberdaya manusia. Saat ini RJ tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh
input produksi. Kebutuhan bahan baku utama seperti jamur tiram telah dipasok oleh
Agronusa Mushroom yang telah lama menjalin kerjasama dengan RJ. Tahu sebagai
bahan penunjang pembuatan tahu bakso jamur juga telah dipasok dari produsen
tahu yang berasal dari wilayah Batu. Bahan baku penunjang seperti tahu, kulit
lumpia dan bumbu juga tersedia dan mudah diperoleh.
2. Produk yang dihasilkan berkualitas baik
RJ selalu memperhatikan kualitas produknya. Sebelum dipasarkan ke
konsumen RJ selalu melakukan mengontrolan terhadap produknya apakah layak
dijual atau tidak. RJ juga menggunakan bahan-bahan berkualitas dalam input
produksinya. Jamur tiram sebagai bahan baku utamanya telah mendapatkan
sertifikat organik dari lembaga sertifikasi LeSOS. Selain itu bahan penunjang
seperti tahu dan kulit lumpia yang digunakan dipilih yang berkualitas bagus. Tahu
yang digunakan merupakan tahu yang masih baru yang diproduksi setiap hari.
3. Peralatan menunjang dalam proses produksi
RJ telah memiliki beberapa alat yang dapat menunjang proses produksi.
Peralatan tersebut diantaranya adalah mesin peniris, mesin perajang, mesin
penggiling dan mixer. Adanya peralatan yang mendukung membuat proses
produksi menjadi lebih cepat dan mudah. Selain itu juga RJ dapat menghemat biaya
produksi.
4. Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok
Pemasok yang telah bekerjasama dengan RJ sejak awal berdiri adalah
pemasok jamur dari Agronusa Mushroom dan pemasok tahu. Selain itu RJ juga
telah memiliki beberapa langganan dengan pedagang di pasar yang menjual kulit
lumpia dan bahan baku pendukung lainnya. Kerjasama yang telah berjalan lama
62
membuat hubungan antara RJ dan pemasoknya berjalan dengan baik. Hubungan
baik ini bermanfaat bagi kedua belah pihak, RJ dimudahkan dalam memperoleh
bahan baku, sedangkan pemasok dipermudah dalam memasarkan produknya.
5. Pelayanan yang baik kepada konsumen
RJ selalu memperhatikan pelayanan kepada konsumennya. RJ
mengutamakan kepuasan dan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu, RJ selalu
menyediakan produk terbaik untuk konsumen. Keramahan pelayanan terhadap
konsumen juga selalu diperhatikan, sehingga konsumen merasa nyaman dan
berkeinginan untuk melakukan pembelian ulang.
6. Memiliki sertifikasi usaha
RJ telah memiliki sertifikat usaha PIRT dari Departemen Kesehatan dengan
kode Dep Kes P-IRT No. 280865490865. Adanya sertifikat usaha ini merupakan
salah satu kekuatan bagi RJ. Sertifikat ini dapat digunakan oleh RJ untuk
meyakinkan konsumenya, juga dapat digunakan untuk memperluas segmen
pasarnya.
7. Inovasi produk baru
Produk dari RJ merupakan produk inovasi baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Disekitar RJ umumnya jamur tiram hanya diolah sebagai keripik
jamur atau jamur krispi. Namun RJ menginovasikan jamur tiram menjadi produk
tahu bakso jamur, risoles jamur, lumpia jamur dan martabak jamur. Meskipun
produk sejenis tahu bakso, risoles, lumpia dan martabak telah ada sebelumnya,
namun produk dengan bahan jamur seperti produk yang dimiliki RJ belum pernah
ada.
Sedangkan faktor kelemahan RJ berdasarkan hasil analisis faktor internal
adalah sebagai berikut.
1. Manajemen usaha yang kurang
Manajemen merupakan salah satu aspek penting dalam menjalankan usaha,
sehingga usaha dapat berjalan teratur dan terarah. Pada dasarnya RJ telah
menerapkan beberapa aspek manajemen namun belum terlaksana sebagaimana
mestinya. Perencanaan yang ada masih sebatas perencanaan produksi. Selain itu
63
pada pelaksanaanya, masih terjadi kemacetan pada beberapa aspek seperti
administrasi dan promosi.
2. Terdapat tumpang tindih pekerjaan
Masih terdapat tumpang tindih pekerjaan pada RJ. Hal tersebut dikarenakan
terbatasnya sumberdaya manusia di RJ. Tumpang tindih pekerjaan menyebabkan
beberapa aspek belum berjalan lancar. Seperti pada kegiatan promosi dan keuangan
yang belum optimal karena masih sepenuhnya dipegang oleh pemilik.
3. Bahan baku jamur belum stabil
Meskipun RJ telah memiliki pemasok jamur tiram tetap namun jumlah
pasokannya belum bisa stabil. Hal tersebut dikarenakan keberadaan jamur tiram
sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca disekitar lingkungan pertumbuhannya.
Lingkungan pertumbuhan jamur tiram harus tetap stabil, jika terlalu panas atau
terlalu dingin maka pertumbuhan jamur tiram akan terganggu. Hal tersebut
berakibat pada jumlah jamur tiram yang dapat dipanen oleh Agronusa Mushroom.
Karena pemilik Agronusa Mushroom masih memiliki hubungan kerabat dengan
pemilik RJ, maka resikonya adalah jika Agronusa Mushroom memiliki kelebihan
jamur tiram, RJ harus menerima kelebihan panen tersebut. Sedangkan ketika
Agronusa Mushroom sedang panen sedikit maka RJ hanya memperoleh pasokan
bahan baku jamur tiram.
4. Keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha
Modal yang ada pada usaha RJ masih terbatas. Terbatasnya modal membuat
RJ belum dapat berkembang. Hingga saat ini modal usaha pada RJ masih
sepenuhnya berasal dari pemilik dan dari hasil perputaran usaha. Belum adanya
keberanian pemilik dalam mengajukan pinjaman modal merupakan salah satu
faktor penyebab modal yang ada pada usaha RJ masih terbatas.
5. Sistem administrasi keuangan belum berjalan
Sistem administrasi keuangan yang ada pada usaha RJ masih sederhana.
Pencatatan keuangan belum dilakukan secara rutin dan belum menjadi kegiatan
yang diutamakan dalam usaha. Pencatatan hanya dilakukan ketika pemilik ingin
melihat grafik penjualan. Selain itu, belum adanya karyawan khusus yang
64
mengelola bagian keuangan membuat pencatatan belum berjalan sebagaimana
mestinya.
6. Kurangnya promosi
Kurangnya promosi adalah salah satu penyebab RJ belum berkembang.
Kegiatan promosi yang sudah ada di RJ belum rutin dijalankan. Keterbatasan
kemampuan dan sumberdaya dalam melakukan promosi membuat RJ belum
mengoptimalkan kegiatan promosi online. Dimana semestinya melalui promosi
online ini lebih efektif menjangkau pasar yang lebih luas.
7. Kurangnya stan penjualan
Hingga saat ini RJ memasarkan produknya melalui dua stan yang keduanya
berada di Jalan Sigura-gura Malang dan di kantin kampus UMM dan UB.
Terbatasnya jumlah stan ini menyebabkan pangsa pasar RJ belum berkembang.
Berdasarkan hasil analisis faktor internal, selanjutnya kekuatan dan
kelemahan RJ dapat disajikan dalam Matriks IFE. Matriks IFE menyajikan faktor
internal pada RJ yang telah diberikan bobot dan peringkat. Sehingga dari Matriks
IFE dapat diketahui kekuatan dan kelemahan utama yang ada pada RJ berdasarkan
skor yang diperoleh dari hasil pembobotan dan pemeringkatan. Matriks IFE RJ
disajikan pada Tabel 13 sebagai berikut.
Berdasarkan Matriks IFE dapat diketahui bahwa skor total IFE RJ adalah
sebesar 3,023. Hal tersebut mengindikasikan bahwa RJ memiliki kemampuan tinggi
dalam memanfaatkan kekuatan yang ada untuk mengatasi kelemahan usahanya.
Hasil analisis Matriks IFE menunjukkan bahwa kekuatan utama adalah tersedia
input produksi, dengan skor sebesar 0,381. Input penunjang dapat diperoleh RJ
dengan mudah di pasar. Sedangkan input untuk bahan baku utama jamur tiram juga
sudah dipasok oleh Agronusa Mushroom. Selain itu, RJ memiliki lokasi produksi
yang dekat dengan sumber bahan baku sehingga lebih mudah dalam menjangkau
bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi.
65
Tabel 8. Matriks IFE RJ
Faktor Strategis Internal Bobot Pering-
kat Skor
Kekuatan
1 Tersedia input produksi 0,095 4 0,381
2 Produk yang dihasilkan berkualitas baik 0,084 4 0,337
3 Peralatan menunjang dalam proses produksi 0,073 4 0,293
4 Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok 0,081 4 0,322
5 Pelayanan yang baik kepada konsumen 0,029 3 0,088
6 Memiliki sertifikasi usaha 0,070 4 0,278
7 Inovasi produk baru 0,051 4 0,205
Kelemahan
1 Manajemen usaha yang kurang 0,084 2,0 0,168
2 Terdapat tumpang tindih pekerjaan 0,092 2,0 0,183
3 Bahan baku jamur tiram belum stabil 0,084 2,0 0,168
4 Keterbatasan modal untuk mengembangkan
usaha 0,110 2,0 0,220
5 Sistem administrasi keuangan belum berjalan 0,029 2,7 0,078
6 Kurangnya promosi 0,077 2,3 0,179
7 Kurangnya stan penjualan 0,040 3,0 0,121
Total 1,000 3,023
Sumber: Data Primer, 2017
Hasil analisa Matriks IFE juga menunjukkan bahwa kelemahan utama RJ
adalah keterbatasan modal untuk mengembangkan usahanya. Faktor tersebut
menjadi kelemahan utama karena memiliki skor terbesar yakni sebesar 0,220.
Modal merupakan salah satu kendala RJ dalam mengembangkan usahanya. Modal
yang terbatas membuat RJ belum dapat menambah stan penjualannya dan
meningkatkan kapasitas produksinya. Kurangnya keberanian pemilik dalam
menanggung resiko pinjaman modal merupakan salah satu penyebab modal usaha
yang ada masih terbatas.
5.3.2. Identifikasi Faktor Strategis Eksternal
Hasi dari analisis lingkungan eksternal diperoleh beberapa aspek yang dapat
menjadi peluang dan ancaman RJ. Berikut merupakan menjelasan mengenai aspek
yang dapat menjadi peluang pada usaha RJ.
66
1. Adanya pelanggan tetap
Meskipun tergolong usaha yang masih baru, namun RJ telah memiliki
beberapa pelanggan tetap. Hal tersebut dikarenakan sejak awal berdiri hingga saat
ini RJ memiliki stan dengan lokasi yang sama, sehingga terdapat beberapa
konsumen yang sudah menjadi langganan. Selain itu, adanya masyarakat yang
menyukai olahan jamur membuat RJ menjadi salah satu alternatif untuk
memperoleh produk yang terbuat dari jamur. Hal ini menjadi salah satu peluang
bagi RJ.
2. Pola konsumsi produk siap saji
Perubahan gaya hidup dalam masyarakat juga berdampak pada pola
konsumsinya. Seiring dengan berkembangnya kepadatan aktivitas masyarakat,
selera masyarakat juga berubah pada produk yang dapat dikonsumsi secara praktis,
salah satunya adalah pada produk siap saji. Hal ini menjadi peluang tersendiri,
karena RJ menyajikan produk siap saji yang dapat secara praktis dinikmati oleh
konsumen.
3. Produk aneka olahan jamur yang masih sedikit
Hingga sat ini produk olahan jamur tiram belum banyak macamnya,
khususnya di area Malang Raya. Kebanyakan produk olahan jamur tiram adalah
jamur krispi dan kripik jamur. Adanya produk yang beragam yang dimiliki RJ
merupakan peluang tersendiri untuk lebih mengembangkan usahanya.
4. Adanya dukungan pemerintah
Adanya dukungan dari pihak pemerintah merupakan peluang bagi RJ.
Perkembangan usaha kecil yang terus meningkat membuat pemerintah merespon
baik hal tersebut. Pemerintah telah mengeluarkan program-program yang dapat
membantu mengembangkan usaha kecil di Indonesia. Program tersebut berupa
program pembinaan, pelatihan maupun pemberian modal. Adanya dukungan
pemerintah Kota Batu khusunya dari Badan Ketahanan Pangan Kota Batu
merupakan salah satu peluang bagi RJ. Karena melalui program tersebut RJ
memperoleh pembinaan maupun bantuan peralatan, hal ini menjadi peluang RJ
untuk mengembangkan usahanya.
67
5. Tersedianya pinjaman modal
Pinjaman modal bukanlah hal yang sulit dicari pada saat ini. Telah banyak
lembaga keuangan yang menyediakan pinjaman khusus usaha baik usaha kecil
mapun besar. Selain itu, saat ini pemerintah juga menawarkan kemudahan bagi para
pelaku usaha yang membutuhkan pinjaman modal, seperti melalui bantuan modal
usaha ataupun pinjaman modal.
Sedangkan faktor ekternal yang dapat menjadi ancaman RJ adalah sebagai
berikut.
1. Pasar tergantung keberadaan mahasiswa
Penjualan produk RJ tergantung pada keberadaan mahasiswa. Hal tersebut
dikarenakan lokasi pemasaran yang semuanya berada pada lingkungan mahasiswa.
Sehingga jika pada saat musim liburan mahasiswa, RJ akan kesulitan dalam
mencari konsumen, yang berkibat pada penurunan pemasukan.
2. Produk RJ belum terlalu dikenal
Keberadaan produk RJ belum banyak diketahui khalayak. Hal tersebut
karena kegiatan promosi yang belum maksimal. Selain itu produk yang masih baru
membuat sejumlah orang masih asing dengan produk serba jamur dari RJ. Orang
masih terbiasa dengan produk lama yang telah ada seperti tahu bakso daging, risoles
daging atau mayones, lumpia rebung atau martabak daging.
3. Tingginya kekuatan penawaran pemasok
Kekuatan penawaran pemasok bahan baku yang ada pada RJ masih
tergolong tinggi. Hal tersebut dikarenakan RJ hanya mengandalkan satu pemasok
untuk setiap bahan baku yang diperlukan. Sehingga ketergantungan akan
pemasoknya masih tergolong tinggi.
4. Kenaikan harga input
Kenaikan harga input produksi menjadi salah satu ancaman bagi RJ. Sejak
awal berdiri hingga saat ini RJ telah mengalami beberapa kenaikan harga. Hal
tersebut dikarenakan oleh kenaikan bahan baku yang digunakan. Meskipun
penurunan penjualan tidak berlangsung selamanya, namun kenaikan bahan baku ini
berdampak pada pendapatan yang diterima RJ.
68
5. Ancaman produk substitusi
Produk substitusi dari RJ memiliki harga yang relatif lebih murah. Produk
tersebut adalah produk sejenis dengan RJ namun dengan isian berbeda. Harga
produk substitusi yang lebih murah menjadi salah satu ancaman bagi RJ. Hal
tersebut karena harga merupakan salah satu pertimbangan konsumen dalam
melakukan pembelian.
Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal, selanjutnya peluang dan
ancaman RJ dapat disajikan dalam Matriks EFE. Matriks EFE menyajikan faktor
eksternal pada RJ yang telah diberikan bobot dan peringkat. Sehingga dari Matriks
EFE dapat diketahui peluang dan acanaman utama yang ada pada RJ berdasarkan
skor yang diperoleh dari hasil pembobotan dan pemeringkatan. Matriks EFE RJ
disajikan pada Tabel 14 sebagai berikut.
Tabel 9. Matriks EFE RJ
Faktor Strategis Eksternal Bobot Pering-
kat Skor
Peluang
1 Adanya pelanggan tetap 0,067 3,3 0,222
2 Pola konsumsi produk siap saji 0,037 3,3 0,123
3 Produk aneka olahan jamur yang masih
sedikit 0,074 3,0 0,222
4 Adanya dukungan pemerintah 0,111 3,7 0,407
5 Tersedianya pinjaman modal 0,156 3,7 0,570
Ancaman
1 Pasar tergantung keberadaan mahasiswa 0,148 1,0 0,155
2 Produk RJ belum terlalu dikenal 0,089 1,4 0,124
3 Tingginya kekuatan penawaran pemasok 0,119 1,0 0,123
4 Kenaikan harga input 0,141 1,4 0,202
5 Ancaman produk substitusi 0,059 1,3 0,080
Total 1,000 2,229
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil analisa Matriks EFE RJ diperoleh total skor sebesar
2,229. Hal tersebut mengindikasikan bahwa RJ telah memanfaatkan peluang yang
ada untuk menghindari ancaman yang muncul tapi belum maksimal. Faktor
eksternal yang menjadi peluang utama RJ adalah tersedianya pinjaman modal
69
ditandai dengan skor sebesar 0,570. Adanya pinjaman modal dari pemerintah
maupun lembaga keuangan merupakan peluang besar yang dapat dimanfaatkan RJ
untuk mengembangkan usahanya. Peluang ini semestinya dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh RJ untuk mengatasi keterbatasan modal pada usahanya.
Sedangkan ancaman utama RJ adalah adanya kenaikan harga input, ditandai dengan
skor sebesar 0,202. Kenaikan harga input menyebabkan harga produk RJ juga
mengalami kenaikan. Hal tersebut mengakibatkan penurunan volume penjualan.
Selain itu, kenaikan harga input juga dapat mengakibatkan pendapatan RJ
berkurang.
5.3.3. Analisis Matriks IE
Tahap kedua dalam perumusan strategi pengembangan RJ adalah tahap
pencocokan (Matching stage), salah satunya adalah dengan menggunakan Matriks
IE. Matriks IE digunakan untuk mengetahui posisi usaha yang didasarkan pada
sembilan sel yang ada pada Matriks IE. Selain itu, melalui Matriks IE juga diketahui
beberapa alternatif strategi pengembangan yang ada di RJ. Matriks IE
menggunakan input dari skor Matriks IFE dan Matriks EFE. Hasil mengenai
Matriks IE RJ dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 2. Matriks IE RJ
Sumber : Data Primer, 2017
I
Tumbuh dan
membangun
I
Tumbuh dan
membangun
III
Menjaga dan
mempertahan
kan
I
Tumbuh dan
membangun
VII
Panen atau
divestasi
VI
Panen atau
divestasi
V
Menjaga dan
mempertahan
kan
VII
Menjaga dan
mempertahan
kan
IX
Panen atau
divestasi
1,0 2,0 3,0 4,0
3,0
2,0
1,0
Kuat
3,0-4,0
Tinggi
3,0-4,0
Sedang
2,0-2,99
Sedang
2,0-2,99
Rendah
1,0-1,99
Rendah
1,0-1,99
SKOR BOBOT TOTAL IFE
SK
OR
BO
BO
T T
OT
AL
EF
E
70
Berdasarkan hasil analisis Matriks IFE, RJ memiliki skor sebesar 3,023,
yang berarti bahwa RJ memiliki kemampuan tinggi dalam menggunakan kekuatan
untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki. Sedangkan dari hasil Matriks EFE, RJ
memiliki skor sebesar 2,229, yang berarti bahwa RJ telah memanfaatkan peluang
yang ada untuk mengatasi ancaman namun belum maksimal. Oleh karena itu
berdasarkan hasil Matriks IE, RJ berada pada sel IV. Menurut David (2012),
perusahaan yang berada pada sel IV berada pada posisi tumbuh dan membangun
(grow and build). Strategi yang dapat diterapkan pada posisi ini adalah strategi
integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal) atau
strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk).
Berkaitan dengan usaha RJ, berikut ini merupakan alternatif strategi yang diperoleh
berdasarkan posisi usaha RJ.
1. Strategi integratif
Strategi integratif yang dapat direkomendasikan untuk RJ adalah integrasi
ke belakang dan integrasi ke depan. Integrasi ke belakang dapat dijalankan melalui
upaya kendali yang lebih besar terhadap pemasok RJ. RJ dapat menambah jumlah
pemasok bahan bakunya mengingat hingga saat ini RJ hanya memiliki satu
pemasok untuk setiap bahan. Integrasi ke depan yakni memperbanyak distributor
dapat dilakukan RJ dengan sistem waralaba. Adanya sistem waralaba
memungkinkan RJ untuk melakukan penambahan stan penjualan dengan
bekerjasama dengan pihak lain.
2. Strategi intensif
Strategi intensif yang dapat direkomendasikan adalah penetrasi pasar dan
pengembangan pasar. Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan memperbaiki dan
lebih mengaktifkan kegiatan promosi yang ada di RJ. RJ dapat lebih mengaktifkan
kembali promosi online melalui Instagram dan website. Selain itu, RJ juga dapat
terus memanfaatkan dukungan promosi berupa pameran dari Badan Ketahanan
Pangan Kota Batu. Pengembangan pasar dapat dilakukan dengan memperluas area
pemasaran. Hal ini dapat dilakukan dengan memasarkan produk ke wilayah baru.
71
5.3.4. Analisis Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan matriks yang digunakan pada tahap
pencocokan. Analisis matriks SWOT menggunakan input dari hasil analisis faktor
internal dan faktor eksternal RJ. Pada Matriks SWOT dilakukan pencocokan dari
faktor peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan yang ada sehingga
diperoleh tujuah alternatif strategi pada usaha RJ. Beberapa alternatif strategi yang
didapat dari Matriks SWOT diantaranya adalah Strategi S-O, Strategi W-O, Strategi
S-T, dan Strategi W-T. Gambaran hasil Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 15.
Berdasarkan hasil analisis dari Matriks SWOT diperoleh tujuh alternatif
strategi. Berikut adalah penjelasannya.
1. Strategi S-O (Streghth – Opportunity)
Strategi S-O merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang pada RJ. Strategi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan adalah sebagai berikut.
a. Mempertahankan pelayanan baik kepada konsumen
Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan merupakan salah satu
cara RJ untuk menciptakan loyalitas konsumen. Pelayanan terbaik yang diberikan
kepada konsumen adalah dengan menyajikan produk yang berkualitas baik. Selain
itu juga keramahan pelayanan kepada konsumen juga menjadi aspek yang selalu
diperhatikan oleh RJ. Pelayan yang baik kepada konsumen ini perlu dipertahankan
mengingat beberapa peluang yang ada, diantaranya adalah RJ telah memiliki
pelanggan tetap dan adanya perkembangan pola konsumsi produk siap saji.
2. Strategi W-O (Weakness – Threat)
Strategi W-O merupakan strategi yang dilakukan untuk mengatasi
kelemahan dengan memanfaatkan peluang pada RJ. Strategi yang dapat dilakukan
oleh perusahaan adalah sebagai berikut.
a. Menambah stan penjualan
RJ perlu menambah stan penjualannya. Adanya pelanggan tetap dan pola
konsumsi produk siap saji merupakan peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh
RJ melalui penambahan jumlah stannya. Selain itu, berdasar hasil analisis dari
faktor eksternal dari pihak konsumen sebagain besar konsumen merekomendasikan
72
RJ untuk menambah stannya. Sehingga diharapkan konsumen dapat lebih mudah
dalam memperoleh produk RJ. Adanya dukungan dari pemerintah dan lembaga
keuangan juga dapat dimanfaatkan oleh RJ dalam penambahan stan penjualan.
Apabila modal yang dimiliki lebih besar maka RJ berpeluang untuk menambah
jumlah stan penjualannya. Selain itu, RJ juga dapat menggunakan sistem waralaba
untuk dapat menambah jumlah stannya. Karena dengan menggunakan sistem
waralaba, RJ tidak memerlukan modal yang besar untuk dapat memperluas
pasarnya dan dapat memperoleh sumber penerimaan baru.
b. Meningkatkan modal dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan lembaga
keuangan lainnya
Adanya dukungan pemerintah dan lembaga keuangan mengenai
permodalan merupakan salah satu peluang bagi RJ. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan RJ untuk mengatasi masalah modal yang masih terbatas. Terbatasnya
modal keuangan merupakan salah satu penyebab utama RJ masih berkembang
lambat.
3. Strategi S-T (Streghth – Threat)
Strategi S-T merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan
kekuatan untuk menghindari ancaman pada usaha RJ. Strategi yang dapat dilakukan
oleh perusahaan adalah sebagai berikut.
a. Mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pemasok
Hubungan antara RJ dan pemasoknya sudah berjalan dengan baik.
Hubungan tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan, karena pemasok
memiliki kekuatan penawaran yang tinggi. Selain itu, untuk mengatasi kenaikan
harga bahan baku, RJ perlu mengadakan kesepakatan harga dengan pemasok
sehingga resiko kenaikan harga bahan baku dapat dikurangi.
b. Meningkatkan pemasaran untuk meningkatkan daya saing perusahaan
Kegiatan pemasaran yang ada di RJ perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan
untuk mengatasi adanya ancaman dari pesaing atau produk substitusi. Adanya
produk yang berkualitas baik dan usaha yang telah mendapat sertifikat P-IRT
No.280865490865, merupakan salah satu modal RJ untuk mengatasi adanya
ancaman produk substitusi. Selain itu, adanya sertifikat usaha membuat RJ juga
73
lebih mudah dalam mengembangkan pasarnya, karena dapat memperluas segmen
pasarnya, tidak hanya mahasiswa saja.
4. Strategi W-T (Weakness – Threat)
Strategi S-O merupakan strategi yang dilakukan untuk mengatasi
kelemahan dengan menghindari ancaman pada usaha RJ. Strategi yang dapat
dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut.
a. Memperbaiki sistem manajemen usaha
RJ perlu melakukan perbaikan pada sistem manajemen usahanya. Pada
dasarnya RJ telah menerapkan aspek manajemen secara sederhana namun belum
berjalan sebagaimana mestinya. Sistem manajemen yang belum tertata rapi
menyebabkan masih adanya tumpang tindih pekerjaan. Selain itu, perencanaan
usaha masih sebatas perencanaan produksi. Perencanaan yang kompleks seperti
pada aspek keuangan dan pemasaran belum dilakukan oleh RJ. Perusahaan juga
perlu melakukan perbaikan administrasi dan keuangan. Pembukuan sangat
diperlukan salam sebuah usaha untuk melakukan evaluasi terhadap usaha yang
dijalankan. Oleh karena itu, pembukuan harus rapi dan lengkap sehingga untuk
mengevaluasi permasalahan dalam usaha menjadi lebih mudah. Dengan demikian
perbaikan pada sistem manajemen usaha diharapakan dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas kenerja masing-masing tugas sehingga usaha lebih berjalan optimal.
b. Mengaktifkan promosi
Kegiatan promosi RJ belum sepenuhnya aktif dilaksanakan. Terutama pada
promosi online yang memanfaatkan media Instagram dan website. Promosi online
yang sebenarnya berpeluang besar belum dilakukan secara rutin karena
keterbatasan sumberdaya. Besarnya prospek promosi secara online ini semestinya
dapat dimanfaatkan dengan baik, karena melalui promosi online RJ tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar mengingat modal yang masih terbatas. Belum
dikenalnya produk RJ di khalayak juga dapat diatasi dengan promosi online. Hal
tersebut dikarenakan melalui promosi online berpeluang untuk memperoleh target
konsumen yang lebih luas.
74
Tabel 10. Matriks SWOT
IFE
Kekuatan (S)
1. Tersedia input
produksi
2. Produk yang
dihasilkan berkualitas
baik
3. Peralatan menunjang
dalam proses produksi
4. Memiliki hubungan
yang baik dengan
pemasok bahan baku
5. Pelayanan yang baik
kepada konsumen
6. Memiliki sertifikasi
usaha
7. Inovasi produk baru
Kelemahan (W)
1. Manajemen usaha
yang kurang
2. Terdapat tumpang
tindih pekerjaan
3. Bahan baku jamur
tiram belum stabil
4. Keterbatasan modal
untuk
mengembangkan
usaha
5. Sistem administrasi
keuangan belum
berjalan
6. Kurangnya promosi
7. Kurangnya stan
penjualan
EFE
Peluang (O)
1. Adanya pelanggan
tetap
2. Pola konsumsi produk
siap saji
3. Produk aneka olahan
jamur yang masih
sedikit
4. Adanya dukungan
pemerintah
5. Tersedianya pinjaman
modal
Strategi S-O
1. Mempertahankan
pelayanan baik kepada
konsumen (S2, S5, O1)
Strategi W-O
2. Penambahan stan
penjualan (W4, W7,
O1, O2, O4, O5)
3. Meningkatkan modal
dengan memanfaatkan
dukungan pemerintah
dan lembaga
keuangan lainnya
(W5, W6, O1,O2,O4,
O5)
Ancaman (T)
1. Pasar tergantung
keberadaan mahasiswa
2. Produk RJ belum
terlalu dikenal
3. Tingginya kekuatan
penawaran pemasok
4. Kenaikan harga input
5. Ancaman produk
substitusi
Strategi S-T
4. Mempertahankan dan
meningkatkan
hubungan baik dengan
pemasok (S1, S4, T3,
T4)
5. Meningkatkan
pemasaran untuk
meningkatkan daya
saing perusahaan (S2,
S5, S6, S7, T1, T2, T5)
Strategi W-T
6. Memperbaiki sistem
manajemen usaha
(W1,W2, W3, W5,
T1, T2
7. Mengaktifkan
promosi (W6, W7,
O1, O2, O5)
Sumber : Data Primer, 2017
75
5.4. Analisis QSPM
Tahap ketiga dalam perumusan strategi pengembangan usaha RJ adalah
tahap keputusan (Decision stage). Pada tahap ini digunakan analisis QSPM untuk
mengetahui prioritas strategi terbaik yang dapat direkomendasikan untuk
diterapkan pada RJ. QSPM digunakan untuk mengevaluasi beberapa pilihan
alternatif strategi dari hasil Matriks IE dan Matriks SWOT secara lebih objektif.
Setiap alternatif strategi dari Matriks IE dan Matriks SWOT diberikan nilai daya
tarik. Nilai daya tarik tersebut dikalian dengan bobot masing-masing strategi dari
hasil Matriks IFE dan Matriks EFE, sehingga diperoleh nilai Total Atracctivenes
Score (TAS). Besarnya nilai TAS ini hanya menunjukkan prioritas strategi,
semakin besar nilainya maka prioritas strategi tersebut semakin besar. Urutan
prioritas strategi yang dapat diimplementasikan RJ berdasarkan nilai TAS dalam
analisis QSPM adalah sebagai berikut.
Tabel 11. Prioritas Strategi QSPM
No Alternatif Strategi TAS Prioritas
1. Mempertahankan pelayanan baik kepada konsumen 5,637 7
2. Penambahan stan penjualan 6,551 3
3. Meningkatkan modal dengan memanfaatkan
dukungan pemerintah dan lembaga keuangan
lainnya
6,896 1
4. Mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik
dengan pemasok 6,000 6
5. Meningkatkan pemasaran untuk meningkatkan daya
saing perusahaan 6,452 4
6. Memperbaiki sistem manajemen usaha 6,387 5
7. Mengaktifkan promosi 6,606 2
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil analisa QSPM diperoleh prioritas strategi yang tersaji
pada Tabel 16 dapat diketahui bahwa prioritas utama strategi yang dapat
direkomendasikan untuk RJ adalah meningkatkan modal dengan memanfaatkan
dukungan pemerintah dan lembaga keuangan lainnya. Strategi ini menjadi prioritas
utama dikarenakan memiliki nilai TAS terbesar diantara strategi yang lainnya, yaitu
sebesar 6,896. Hal tersebut sesuai dengan kondisi di lapang dimana hambatan
76
utama RJ dalam mengembangkan usahanya adalah karena keterbatasan modal.
Adanya fasilitas permodalan berupa bantuan pemerintah dan pinjaman permodalan
dari lembaga keuangan dapat dimanfaatkan RJ untuk meningkatkan modalnya demi
mengembangkan usahanya. Salah satu langkah yang dapat ditempuh RJ sesuai
dengan strategi tersebut adalah dengan mengajukan pinjaman modal ke bank.
Karena dengan modal yang bertambah maka RJ dapat lebih mengembangkan
usahanya, seperti membuka stan baru di wilayah yang berbeda. Pemilik usaha
semestinya juga lebih berani dalam menanggung resiko pinjaman yakni dengan
mengajukan pinjaman sesuai dengan kemampuan RJ.
Prioritas strategi kedua adalah mengaktifkan promosi dengan nilai TAS
sebesar 6,606. Kegiatan yang telah ada pada usaha RJ semestinya dapat lebih
diaktifkan lagi, karena melalui kegiatan promosi ini akan lebih efektif dalam
memperoleh konsumen dan lebih mengenalkan produk RJ. Promosi online yang
telah diciptakan melalui instagram dan website hendaknya lebih diaktifkan lagi,
yakni dengan selalu memperbaharui informasi mengenai RJ sehingga konsumen
lebih mudah memperoleh informasi mengenai produk RJ. Promosi online ini juga
tidak memerlukan biaya yang besar sehingga dapat segera diaplikasikan oleh RJ
demi mengatasi kendala pada usahanya sehingga dapat lebih berkembang.
Prioritas strategi ketiga adalah penambahan stan penjualan dengan nilai
TAS sebesar 6,551. Prioritas strategi ini masih berhubungan dengan prioritas
strategi utama yakni meningkatkan modal. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya
tambahan modal maka RJ dapat membuka stan penjualan baru. Selain itu
penambahan stan penjualan juga dapat dilakukan melalui jalan waralaba. Adanya
sistem waralaba memungkinkan RJ dapat bekerjasama dengan pihak lain untuk
menambah stan baru. Sehingga RJ dapat mengembangkan usahanya dengan tanpa
mengeluarkan biaya yang besar.
Oleh karena itu, dengan adanya ketiga prioritas strategi yang telah
dihasilkan dan apabila RJ dapat mengimplementasikannya maka diharapkan usaha
RJ dapat lebih berkembang. Karena ketiga prioritas strategi tersebut telah sesuai
dengan posisi usaha RJ yakni berada pada posisi tumbuh dan membangun. Jika
ditinjau dari posisi usahanya maka berdasarkan teori David (2012), strategi yang
77
dapat diterapkan adalah strategi integrasi dan strategi intensif. Prioritas strategi
kedua menunjukkan strategi penetrasi pasar sedangkan priorotas strategi ketiga
menunjukkan strategi integrasi ke depan. Adanya kombinasi strategi tersebut dapat
didukung dengan prioritas strategi utama, yakni mengingkatkan modal dengan
memanfaatkan dukungan pemerintah dan lembaga keuangan lainnya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa mengenai strategi pengembangan usaha RJ
diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Faktor internal yang menjadi kekuatan utama RJ adalah tersedia input produksi
yang terdiri dari bahan baku (jamur tiram), bahan penunjang (tahu, kulit lumpia
dan bumbu), serta sumberdaya manusia (tenaga kerja). Sedangkan kelemahan
utama adalah keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha. Faktor
eksternal yang menjadi peluang utama RJ adalah tersedia pinjaman modal.
Sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama RJ adalah kenaikan
harga input.
2. Berdasarkan hasil analisis Matriks IE, usaha RJ berada pada posisi tumbuh dan
membangun. Alternatif strategi yang diperoleh adalah integrasi ke depan,
integrasi ke belakang, penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Sedangkan
berdasarkan hasil analisis Matriks SWOT diperoleh tujuh alternatif strategi
pengembangan diantaranya adalah (1) Mempertahankan pelayanan baik pada
konsumen, (2) Menambah stan penjualan, (3) Meningkatkan modal dengan
memanfaatkan dukungan pemerintah dan lembaga keungan lainnya, (4)
Mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pemasok, (5)
Meningkatkan pemasaran dan meningkatkan daya saing perusahaan, (6)
Memperbaiki sistem manajemen usaha dan (7) Mengaktifkan promosi.
3. Prioritas strategi yang diperoleh berdasarkan analisis QSPM adalah
meningkatkan modal dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan lembaga
keuangan lainnya.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada RJ, maka saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. RJ sebaiknya menambah modal usahanya dengan memanfaatkan dukungan
pemerintah dan lembaga keuangan, misalnya bank. Adanya penambahan modal
maka RJ dapat lebih berkembang. Selain itu pemilik sebaiknya lebih berani
79
dalam mengambil resiko pinjaman ke bank, karena besarnya pinjaman dapat
disesuaikan dengan kemampuan pihak peminjam.
2. RJ sebaiknya dapat mengaplikasikan strategi yang telah dirumuskan berdasarkan
analisis QSPM agar usaha menjadi lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Y. 2012. Untung Menggunung dari Bisnis Olahan Jamur Tiram. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Asegab, M. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang dan Jamur
Kuping. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut
Provinsi tahun 2013-2015. (Online) https://www.bps.go.id. Diakses
pada 30 Mei 2017
Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2015. Statistik Daerah Kota Batu 2015. Batu. Jawa
Timur.
__________. 2015. Kota Batu dalam Angka 2015. Batu. Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2016. Data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku, Menurut
Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah). (Online) https://Jawa
Timur.bps.go.id/. Diakses pada 29 April 2017
__________. 2016. Data Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2015.
(Online) https://Jawa Timur.bps.go.id/. Diakses pada 29 April 2017
David, F.R. 2008. Manajemen Strategis Edisi 10 Buku 1. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
_________. 2012. Manajemen Strategis Edisi 12 Buku 1. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Dirgantoro, C. 2004. Manajemen Stratejik. PT Grasindo. Jakarta.
Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian. 2017. Statistik Produksi Hortikultura.
(Online) http://hortikultura.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 23
Januari 2017
Djarijah, N.M. dan A.S. Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram: Pembibitan,
Pemeliharaan, dan Pengendalian Hama Penyakit. Kanisius.
Yogyakarta.
Hariadi, B. 2003. Strategi Manajemen. Bayumedia Publishing. Malang.
Hunger, J.D. dan Thomas L.W. 2003. Manajemen Strategis. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Jasiulewiez, M. 2016. SWOT Analysis for Planned Maintenance- a case study.
Paper International Federation of Automatic Control (IFAC). Vol. 49
No. 12 674-679. Poznan University of Technology. Poland.
Jauhari, J. 2010. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan
memanfaatkan e-commerce. Jurnal Sistem Informasi. Vol. 2 No. 1 159-
168. Universitas Sriwijaya. Palembang.
81
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2015. Peran Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Jakarta
Kementrian Perindustrian. 2015. Kontribusi IKM Capai 34,8%. (Online)
http://www.kemenperin.go.id. Diakses pada 3 Juni 2017.
Kuncoro, M. 2012. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Masitoh, L. Ariyanti, F.H. Firdaus, A. Irma, E. Apriliana, Irzaman, M. Kurniati dan
M. Risanti. 2015. Formulasi Minuman Kesehatan Ekstrak Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostratus) Kaya β-Glukan. Jurnal Ilmiah Pengabdian
kepada Masyarakat Agrokreatif. Vol. 1 No. 2. Halaman 96-100. Institut
Pertanian Bogor.
Oktaviani, N.I. 2014. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Usaha
Abon Jamur Tiram (Studi Kasus Home industry Abon Jamur Tiram
Ailani, Malang). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Pearce, J.A. dan R.B. Robinson. 2014. Manajemen Strategis: Formulasi,
Implementasi dan Pengendalian Edisi 12 Buku 1. Penerbit Salembat
Empat. Jakarta.
Piryadi, T.U. 2013. Bisnis Jamur Tiram: Investasi Sekali, Untung Berkali-kali. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rivai, A. dan D. Prawironegoro. 2015. Manajemen Strategis: Kajian Manajemen
Strategis Berdasarkan Perubahan Lingkungan Bisnis, Ekonomi, Sosial
dan Politik. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Rosalina, S. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih
(Pleorotus ostreatus) (Studi Kasus di CV. Agaricus Sido Makmur
Sentosa, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang). Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang.
Sarianti, T., H. Sasongko. dan A. Ratnawati. 2008. Aplikasi NPV at Risk dalam
Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram Putih di
Kabupaten Bogor Jawa Barat. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Vol.
5 No. 2. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Solihin, I. 2012. Manajemen Strategik. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Sukarno, N.T. Hendartina, D. Fardiaz. dan N. Sukarno. 2014. Karakteristik
Fungsional Protein Miselium Jamur Tiram Merah Muda dan Merang.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vo. 25 No. 1. Institut Pertanian
Bogor.
82
Sumarsih, S. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Suyanto, M. 2007. Strategic Management, Global Most Admired Companies,
Perusahan yang Paling Dikagumi di Dunia. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Tim Redaksi Trubus. 2010. Jamur Tiram Dua Alam. Trubus. Jakarta.
Widi, R.K. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Widyastuti, N. dan D. Tjokrokusumo. 2008. Aspek Lingkungan Sebagai Faktor
Penentu Keberhasilan Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus sp.). Jurnal
Teknik Lingkungan. Vol. 9 No. 3. Halaman 287-293. Pusat Teknologi
Bioindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.
Wulandari, A. 2015. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usahatani
Jamur Tiram Putih di CV. Pit, Pakisaji, Malang. Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang.