laporan praktikum budidaya jamur tiram

33
KULTUR JARINGAN PEMBUATAN MEDIUM POTATO DEXTROSA AGAR DAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM ( Laporan Praktikum Hortikultura) Disusun Oleh Nama : Fitri Mulyana NPM : 1211060062 Kelas : Biologi B / V Dosen : Sulis Faoziah, SP PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

Upload: google

Post on 28-Jul-2015

1.432 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

KULTUR JARINGAN PEMBUATAN MEDIUM POTATO DEXTROSA

AGAR DAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM

( Laporan Praktikum Hortikultura)

Disusun Oleh

Nama : Fitri Mulyana

NPM : 1211060062

Kelas : Biologi B / V

Dosen : Sulis Faoziah, SP

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

2014

Page 2: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia jamur tiram merupakan komoditi yang mempunyai prospek

sangat baik untuk dikembangkan, baik untuk mencukupi pasaran dalam negeri

yang terus meningkat maupun untuk ekspor, sebab masyarakat sudah mulai

mengerti nilai gizi jamur tiram putih ataupun coklat. Adapun nilai gizi jamur

tiram putih menurut Cahyana dkk (1999) adalah sebagai berikut : protein (27 %),

lemak (1,6 %), karbohidrat (58 %), serat (11,5 %), abu (0,3 %), dan kalori (265)

kalori.

Sementara itu di Lampung khususnya di gunung sulah, banyak terdapat

industri mebel maupun kayu yang menghasilkan banyak serbuk gergaji kayu yang

dapat dipakai sebagai media utama budidaya jamur tiram. Di samping itu serbuk

padi juga digunakan sebagai campuran media budidaya jamur tiram. Campuran

yang lain adalah TSP dan batu kapur/gamping yang relatif mudah diperoleh di

daerah lampung.

Budidaya jamur tiram dengan sistem susun tidak memerlukan tempat yang

luas, karena satu kubung jamur tiram dengan ukuran 21 m2 saja dapat berisi 600

botol plastik jamur (log) yang mampu menghasilkan 300-350 kg jamur tiram

dengan harga jual Rp7000,00 – Rp8 000,00 / kg

Di Jurusan biologi Polinela, budidaya jamur tiram dengan menggunakan

campuran serbuk gergaji dan bekatul pernah dicoba dan hasilnya cukup

memuaskan, sehingga hasil penelitian itu perlu dimasyarakatkan di tingkat petani

jamur.

Budidaya jamur tiram dapat dilakukan dalam skala kecil untuk industri rumah

tangga, atau sebagai usaha sampingan keluarga yang nantinya mampu

Page 3: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

memberikan tambahan pendapatan keluarga ataupun diusahakan oleh kelompok

PKK dan karang taruna atau bahkan dapat diusahakan dalam skala besar yang

mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Maka dari itu pelatihan budidaya jamur tiram mahasiswa IAIN Raden

Intan Lampung di Politeknik Negeri Lampung, akan memberikan prospek yang

bagus dan dapat meningkatkan wawasan wirausaha sebagai bekal berwirausaha

khususnya dalam mengembangkan budidaya jamur tiram.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat membuat dan membiakkan bibit F0 jamur tiram melalui

kultur jaringan

2. Mahasiswa mampu membuat media PDA (Potato Dextrosa Agar)

3. Mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya jamur tiram (Pleurotus

ostreatus)

Page 4: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Jamur

Jamur dalam bahasa Indonesia di sebut cendawan dan dalam bahasa botani

disebut fungi, termasuk ke dalam golongan sederhana karena tidak berklorofil. 

Secara sederhana pengertian jamur adalah tumbuhan sederhana, berinti, tidak

berklorofil, berspora, berupa sel atau sejumlah sel dalam bentuk benang-benang

(misellia) yang bercabang.  Primordia adalah gumpalan kecil yang terdiri dari

kumpulan misellia yang akan berkembang menjadi tubuh buah.  Primordia

berkembang dan pada tubuh buah muda terlihat bagian-bagian tubuh buah seperti

tudung dan tangkai yang terletak tidak ditengah tudung (Maulana, 2011).

3.2 Taksonomi Jamur Tiram

Taksonomi jamur tiram, menurut id.wikipedia.orgwikijamur_tiram.Jamur

tiram (2011) sebagai berikut :

Kerajaan : Fungi

Filum : Basidiomycota

Kelas : Homobasidiomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Tricholomataceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreatus

3.3 Deskripsi Jamur Tiram

Jamur tiram adalah jamur dengan bentuk tudung yang menyerupai

cangkang kerang dengan diameter antara 5-15 cm. Permukaannya licin dan agak

Page 5: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

berminyak ketika berada dalam kondisi lembab. Bagian tepinya agak

bergelombang. Letak tangkainya lateral atau tidak ditengah, tepatnya agak

disamping tudung. Daging buahnya berwarna putih dan cukup tebal. Jika sudah

terlalu tua menjadi alot dan keras. Warna tubuh buahnya berbeda beda, sangat

tergantung pada jenisnya. Misalnya Pleurotus ostreatus berwarna putih

kekuningan, Pleurotus plorida berwarna putih bersih, bahkan ada yang berwarna

merah muda, misalnya Pleurotus plabelatus. Namun, jamur tiram yang banyak

dijual di pasar dan telah dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Pleurotus

ostreatus yang berwarna putih kekuningan (AgroMedia, 2002)

Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping

(bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur

tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur

tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan

permukaan yang ariab licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit

berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran

8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang ari tumbuh dengan cepat.

Di alam bebas, jamur tiram ari dijumpai ariab sepanjang tahun di hutan

pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di

permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang

sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu,

saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan

habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamur tiram

adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.

3.4 Jamur Tiram dan Pertumbuhannya

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu karena jamur ini

banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk. Disebut jamur tiram karena

bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang

Page 6: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

tiram Batang atau tangkai jamur ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi

agak ke pinggir. Jamur tiram merupakan salah satu jamur yang enak dimakan dan

mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi sehingga tidak mengherankan bila

jenis jamur ini sekarang banyak dibudidayakan.

Kandungan gizi jamur tiram putih menurut Cahyana (1999) adalah sebagai

berikut : protein (27 %), lemak (1,6 %), karbohidrat (58 %), serat (11,5 %), abu

(0,3 %), dan kalori (265) kalori. Adapun jenis jamur tiram yang banyak

dibudidayakan antara lain jamur tiram putih, jamur tiram abu-abu, jamur tiram

cokelat dan jamur tiram merah. Jamur tiram putih, abu-abu dan cokelat paling

banyak dibudidayakan karena mempunyai sifat adaptasi dengan lingkungan yang

baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi.

Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi

dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah jamur).

Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 22-28 oC dengan kelembaban 60-80 %,

sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22 oC dengan

kelembaban 80-90 %. Pengaruh suhu dan kelembaban tersebut di dalam ruangan

dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Pengaturan

kondisi lingkungan sangat penting bagi pertumbuhan tubuh buah. Apabila suhu

terlalu tinggi, sedangkan kelembaban terlalu rendah maka primordia (bakal jamur)

akan kering dan mati. Di samping suhu dan kelembaban, faktor cahaya dan

sirkulasi udara perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram. Sirkulasi udara

harus cukup, tidak terlalu besar tetapi tidak pula terlalu kecil. Intensitas cahaya

yang diperlukan pada saat pertumbuhan sekitar 10 %, maka dari itu dalam

budidaya jamur dibuat kubung (rumah jamur tertutup)

Page 7: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

3.5 Budidaya Jamur Tiram dengan Media Serbuk Kayu

Untuk budidaya jamur tiram dapat menggunakan serbuk kayu (serbuk

gergaji). Kelebihan penggunaan serbuk kayu sebagai media antara lain mudah

diperoleh dalam bentuk limbah sehingga harganya relatif murah, mudah dicampur

dengan bahan-bahan lain pelengkap nutrisi, serta mudah dibentuk dan

dikondisikan. Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram yang perlu dipersiapkan

terdiri dari bahan baku dan bahan pelengkap. Bahan baku (serbuk kayu/gergaji)

yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung karbohidrat, serat

lignin, dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada yang berguna dan

membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Kandungan

yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur antara lain karbohidrat, lignin, dan

serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain adanya getah dan zat

ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu serbuk

kayu yang digunakan untuk budidaya jamur sebaiknya berasal dari jenis kayu

yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami, tidak busuk dan tidak

ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. Serbuk kayu yang baik adalah serbuk

yang berasal dari kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak ataupun

getah. Namun demikian serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun

getah dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendamnya lebih lama

sebelum proses lebih lanjut.

Bahan-bahan lain yang digunakan dalam budidaya jmur pada media

plastik (log) terdiri dari beberapa macam yaitu bekatul (dedak padi), kapur

(CaCO3), gips (CaSO4). Penggunaan kantong plastik (log) bertujuan untuk

mempermudah pengaturan kondisi (jumlah oksigen dan kelembaban media) dan

penanganan media selama pertumbuhan. Kantong plastik yang digunakan adalah

plastik yang kuat dan tahan panas sampai dengan suhu 100 oC, Jenis plastik

biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP). Ukuran dan ketebalan plastik terdiri

dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang biasa digunakan dalam

Page 8: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

budidaya jamur antara lain 20 x 30 cm, 17 x 35 cm, 14 x 25 cm dengan ketebalan

0,3 mm – 0,7 mm atau dapat lebih tebal lagi.

Adapun bahan tambahan bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi

media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen.

Bekatul yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis

IR, pandan wangi, rojo lele, ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang

masih baru, belum bau (penguk=jawa), dan tidak rusak.

Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca).

Di samping itu, kapur juga digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang

digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur

kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan

jamur bagi pertumbuhannya. Gips (CaSO4) digunakan sebagai sumber kalsium

dan sebagai bahan untuk memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka

diharapkan media tidak mudah rusak.

3.6 Pembuatan bibit F0 jamur tiram

Pembuatan bibit PDA yang dimaksud di sini adalah pembiakan kultur

murni atau biakan murni dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Yang

dimaksud dengan kultur jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk

ditumbuhkan pada media PDA agar dapat berkembang dan memperbanyak diri.

Sel-sel spora jamur tiram diharapkan dapat berkembang menjadi individu baru

secara sempurna pada media yang sesuai dalam hal ini media PDA. Teknik kultur

jaringan dengan media PDA (Potato Dextrosa Agar) ini sangat penting untuk

dikuasai oleh pembudidaya jamur karena dari sinilah semua proses multiplikasi

atau pengembangan jamur tiram berlangsung.

PDA adalah singkatan dari Potato Dextrosa Agar merupakan campuran

media dari larutan 200 gram kentang ditamba 20 gram Dextrosa dan 20 gram

Page 9: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

bubuk agar-agar. Dalam media agar-agar PDA inilah dikembang biakan murni

dari spora jamur tiram.

Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe

kulturatau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur

(Belanda). Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk

mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ

yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatanyang steril, dalam botol kultur

yang steril dan dalam kondisi yang ariabl, sehingga bagian-bagian tersebut dapat

memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.

Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh

SCHLEIDEN dan SCHWANN, Suryowinoto (1977) menyatakan bahwa teori

totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau

dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang

menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak

secara normal melalui biji atau spora (Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijaya, 1994).

Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi

dalam pelaksanaannya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana

pendukung terciptanya kondisi ariabl terkendali dan fasilitas dasar seperti, air,

listrik dan bahan bakar. Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan juga perangkat

lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan pelaksanaan kultur jaringan,

pelaksanaan harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu yaitu

botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai.

Page 10: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum tentang budidaya jamur tiram dan pembuatan pembiakan bibit

F0 jamur tiram melalui kultur jaringan dilakukan pada hari senin 29 desember

2014 di jurusan Budidaya Tanaman Pangan program studi hortikultura Politeknik

Negeri Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

a. Budidaya jamur tiram

Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram terdiri dari : serbuk kayu,

bekatul, serbuk kapur, air, bibit jamur tiram dan alkohol. Untuk alat yang

digunakan yaitu terdiri dari : timbangan, ember, drum sterilisasi, alas pencampur,

alat pencampur,plastik log, cincin paralon, kapas, karet gelang, spatula, rak,

semprotan, pembakar spirtus dan korek api.

b. Pembuatan dan pembiakan bibit F0 jamur tiram melalui kultur jaringan

Bahan-bahan untuk pembuatan terdiri dari : kentang 200 gr, Dextrosa 20

gr, agar 20 gr, air steril atau air destilasi 1 L dan induk jamur tiram. Untuk alat

yang digunakan yaitu terdiri dari : botol pipih, autoclaf, kapas, karet, aluminium

foil, cutter, pinset, bunzen, alkohol, gelas ukur, kotak pembibitan.

3.3 Cara Kerja

a. Budidaya jamur tiram

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Menimbang bahan yang digunakan media ( serbuk kayu, bekatul, serbuk

kapur) dengan perbandingan serbuk kayu (100) : bekatul (10) : serbuk kapur1

Page 11: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

3. Mencampur bahan yang ada sesuai takaran dan mengaduknya secara merata

4. Menambahkan air kedalam campuran secukupnya dan memperhatikan ketika

bahan diperas tidak keluar airnya (kandungan air 80% dari bahan kering)

5. Bahan campuran tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam plastik transparan

tetapi jangan sampai ½ penuh. Masukkan sisa plastik ke ring cincin paralon

lalu ikat dengan karet gelang, bagian yang berlubang ditengah cincin diisi

kapassecukupnya kemudian ditutup kertas koran dan diikat dengan karet

gelang.

6. Bahan yang sudah dibungkus plastik dimasukkan kedalam drum untuk proses

sterilisasi. Air untuk membungkus hanya 25 cm dari dasar drum. Lamanya

proses pengukusan 3 jam dengan suhu 1000 C

7. Setelah selesai sterilisasi media-media tersebut didinginkan minimal 5 jam

kemudian buka cincinnya untuk memasukkan bibit jamur menggunakan

spatula yang sudah diberi alkohol dan telah dipanaskan untuk mensterilisasi

alat (spatula) yang digunakan.

8. Setelah selesai memasukkan bibit jamur, media didiamkan selama 2-3 bulan

dengan penyiraman secara rutin (3x sehari) sampai jamur tumbuh dan siap

dipanen.

b. Langkah pembuatan cairan PDA

1. Mencuci Kentang dengan air bersih.  

2. Merebus kentang dengan air sebanyak 1ltr selama ± 15-20 mnt atau sampai

lunak kira-kira air menjadi 500 ml dari 1ltr tadi 3.

3. Mengambil cairan hasil rebusan kedalam gelas ukur dengan takaran 450ml-

500ml 

4. Masukan Dextrosa dan Agar- agar masing-masing 7gr seperti keterangan di

atas

5. Mengaduk sampai larut dan merata kemudian masukan cairan tadi kedalam

botol (tabung reaksi tergantung keinginan) masing-masing 10ml

Page 12: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

6. Kemudian tutup botol /tabung dengan kapas dan lapisi dengan kertas email

kemudian ikat dengan karet bila perlu.

7. Mensterilkan botol yang berisi cairan PDA tersebut dalam Autoclave selama

kurang lebih 30-45menit dalam suhu 121°c, tekanan 1,5 – 2 atm. Pertahankan

kondisi ini selama kurang lebih 45 menit.

8.  Mendiamkan hingga mendingin sampai suhu kurang lebih 37°c 9.

9. Mengeluarkan botol-botol tadi dan letakkan dalam posisi miring/tidur agar

cairan bisa melebar dengan tujuan memperbanyak area media. Jangan sampai

cairan mencapai mulut botol. Jika cairan PDA agar tadi sudah mengeras,

barulah siap untuk di Inokulasikan bibit yang didapat dari jamur langsung.

Catatan : Sebelumnya botol dibersihkan dan disteril dengan merebus botol

dengan air mendidih selama kurang lebih 10 menit. Memang dalam membuat

bibit PDA, kebersihan, sterilisasi tempat, alat dan bahan adalah syarat utama

dalam menunjang keberhasilannya.

c. Dengan kultur jaringan 

1. Menuang atau memasukkan media PDA yang sudah dibuat dari Erlenmeyer

ke dalam  petridish, memasukkan media tersebut dalam keaadaan masih agak

panas agar  belum membentuk jel/mulai memadat dan di dekat lampu Bunsen

yang sudah dinyalakan.

2. Sambil menunggu media padat menyiapakan alat-alat yang akan digunakan,

alat-alat tersebut sudah dalam keadaan steril (pinset, blade, petidish), LAFC

dibersihkan menggunakan alkohol dan di UV terlebih dahulu 20-30 menit,

setelah akan digunakan LAFC blower dan lampu dihidupkan.

3. Mencuci jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang akan digunakan untuk bahan

bibit dengan kultur jaringan.  

4. Setelah media padat, media tersebut dimasukkan kedalam laminar yang

sebelumnya disemprotmenggunakan alkohol, selain media yang dimasukkan

Page 13: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

alat-alat yang lain yaitu petridish, scapel, blade, lampu bunsen dan jamur,

semua disemprot alkohol terlebih dahulu. 

5. Setelah semua alat dan bahan siap, bisa langsung dilakukan inokulasi eksplan

dengan cara:

Memasang blade pada scapel

Menyalakan lampu Bunsen

Mensterilkan pinset dan scapel diatas bara lampu bunsen yang sebelumnya

dicelupkan kedalam alcohol

Membelah jamur merang menjadi 2 bagian diatas permukaan petridish,

didalam  belahan tersebut terdapat seperti tankai itu di potong menjadi

beberapa bagian

Potongan-potongan bagian tubuh jamur tersebut dimasukkan kedalam

media, masing-masing media dalam petridish diisi 3 potongan

Setelah digunakan scapel dan blade kembali disterilkan

6. Setelah inokulasi selesai diberi label dan disimpan dalam ruangan gelap dan

steril

7. Melakukan pengamatan secara berkala, bila terjadi kontaminasi segera

dipisahkan dan dibersihkan.

8. Setelah miselium memenuhi petridish maka sudah siap digunakan untuk

membuat bibit F1.

Page 14: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Baglog dan bibit jamur tiram putih

Media PDA Kultur jaringan

1.

2.

3.

4.2 Pembahasan

1. Tahapan budidaya jamur yang kita lakukan ialah :

a. Persiapan media (pembuatan beglog)

Salah satu ariab penting dalam budidaya jamur tiram yaitu pemilihan kayu

untuk pembuatan media tanam baglog.  Secara umum jenis kayu dibedakan

Page 15: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

menjadi kayu keras, agak keras dan kayu lunak.  Jenis kayu keras diantaranya

mahoni, jati dan nangka, kayu agak keras diantaranya mindi, rambutan, karet dan

beringin, sedangkan kayu lunak diantaranya sengon atau albasiah, pinus.

Bahan media tanam untuk budidaya jamur tiram putih adalah serbuk kayu

(hasil gergajian kayu) tersebut dicampur dengan bahan-bahan dibawah ini dengan

perbandingan sebagai berikut : Serbuk kau 100 kg, bekatul atau dedak halus 10-

15 kg, kalsium carbonat atau kapur (CaCO3) 0,5 kg, gips (CaSO4) 0,5 kg, pupuk

TSP 0,5 kg, bibit 25 kantong, air secukupnya, kantong plastik tahan panas (ukuran

03 atau 04, 15 x 25 cm atau 17 x 30 cm), karet pengikat, potongan kertas koran,

potongan pipa pralon (diameter 1cm dan lebar 1 cm). Dan peralatan Alat

pengaduk bibit ( Spatula, semacam sekop atau cangkul), alat sterilisasi : drum

perebus dengan tutup dan sarangan, sumber panas (kompor minyak/ briket batu

bara).

Kegunaan dari masing-masing media tanam, yaitu : serbuk kayu sebagai

media tumbuh miselium jamur tiram. Bekatul sebagai bahan makanan tambahan

sebagai sumber karbohidrat, lemak, dan protein. Dan serbuk kapur sebagai

sumber mineral dan sebagai bahan untuk mengkokohkan media tanam.

b. Pencampuran bahan baku

Selain serbuk gergaji, bahan tambahan untuk media jamur tiram adalah air,

dedak dan kapur.  Air sebagai pembentuk kelembapan bagi pertumbuhan jamur,

dedak untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber

karbohidrat, karbon, dan nitrogen sedangkan kapur merupakan sumber kalsium

sebagai penguat batang/akar jamur agar tidak mudah rontok.  Selain itu juga kapur

berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur.

Pencampuan bahan baku dilakukan secara manual dengan menggunakan

skop dan cangkul.  Sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama saat

Page 16: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

pengadukan.  Formulasi bahan yang digunakan pada budidaya jamur tiram adalah

100% serbuk gergaji, 15% dedak, 3%  kapur dan kadar air 50–65%.  Secara

sederhana, untuk mengetahui kadar air 50-65% dapat dilakukan dengan membuat

gumpalan media dengan cara mengepalkan media.  Apabila gumpalan dalam

kepalan mengeluarkan air terlalu banyak maka kandungan air dalam bahan

tersebut terlalu tinggi.  Media yang baik biasanya menggumpal bila saat dikepal

namun mudah dihancurkan kembali.

c. Pengomposan

Pengomposan dilakukan untuk membantu mengurangi kontaminasi media

oleh mikroba liar contohnya Neurospora sp dan juga membantu penguraian

beberapa senyawa kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah

diserap oleh jamur tiram.  Pada budidaya jamur tiram pengomposan dilakukan

dengan cara membuat gundukan media, kemudian menutupnya dengan

menggunakan ariabl atau terpal dengan rapat selama 1-2 hari.  Agar proses

pengomposan merata, setiap hari dilakukan pengadukan.

d. Pengemasan media

Setelah tahap pengomposan, tahap yang selanjutnya adalah pengemasan

media.  Media jamur tiram yang telah dibuat, dikemas ke dalam ariabl

Polypropylene (PP) karena ariable tahan panas, yang berukuran 17×37 cm.  Batas

pengisian media jamur tiram hanya 30 cm dan sisanya untuk pencincinan. 

Pengemasan media jamur tiram dilakukan secara manual dengan tenaga manusia,

namun pada saat pemadatan media meggunakan alat pres yang ukuran disesuaikan

dengan ukuran ariabl yaitu 17×37 cm, agar tinggi dan tingkat kepadatanya

seragam. Setelah media dipadatkan, ujung ariabl disatukan dan dipasang cincin

yang terbuat dari ariab pada bagian leher ariabl, sehingga pengemasan media

menyerupai botol.

e. Proses pasteurisasi

Page 17: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

Pasteurisasi merupakan proses pemanasan yang dilakukan untuk

menonaktifkan mikroba, kapang ataupun jamur liar yang dapat menggangu

pertumuhan jamur yang ditanam.  Pada budidaya jamur tiram di polinela, proses

pasteurisasi tidak lagi menggunakan drum karena mengefisinsikan waktu. 

Pasteurisasi yang menggunakan drum membutuhkan waktu yang lebih lama,

selain itu tingkat terjadinya kotaminasi media lebih tinggi.  Pasteurisas di polinela

dilakukan dengan menggunakan bangker yang berukuran 2,3 x 2,1 x 2 m dan

bejana air sebagai penyalur uap panas ke bangker dengan tinggi bejana air bagian

atas 70 cm dan bagain bawah 120 cm diameter 70 cm.  Media dipasteurisas

hingga suhu mencapai 100o C, atau membutuhkan waktu 8-10 jam untuk mecapai

suhu tersebut.

f. Pendinginan

Media yang telah dipasteurisas kemudian didinginkan antara setengah

sampai satu hari, sebelum dilakukan inokulasi (pemberian bibit).  Untuk

mempercepat pendinginan dapat menggunakan kipas angin.  Apabila inokulasi

dilakukan saat suhu media masih tinggi maka bibit yang ditanam akan mati karena

kepanasan.

g. Inokulasi

Inokulasi merupakan proses penanaman bibit ke dalam media log yang

dilakukan dengan cara menaburkan bibit pada permukaan media jamur tiram. 

Bibit yang digunakan adalah bibit F2 dengan media berupa serbuk gergaji.  Bibit

jamur F2 ini diproduksi sendiri oleh jurusan budidaya tanaman pangan polinela.

Dalam 1 botol saus bibit jamur tiram cukup untuk menanam 30-40 media baglog. 

Media yang telah ditanam, kemudian ditutup menggunakan kertas aria dan diikat

dengan karet gelang.  Penutupan media tersebut dimaksudkan untuk menciptakan

kondisi yang baik bagi pertumbuhan misellia jamur karena misellia jamur dapat

tumbuh baik pada kondisi tidak terlalu banyak oksigen.

Page 18: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

h. Inkubasi

Media yang telah diinokulasi kemudian disimpan pada ruang tertentu

(yang cocok untuk pertumbuhan misellia) agar misellia jamur dapat tumbuh. 

Inkubasi dilakukan dengan cara menyusun baglog pada rak di ruang inkubasi.

Misellia yang tidak tumbuh dapat dilihat apabila setelah 2 minggu media

diinkubasikan, tidak terdapat tanda-tanda adanya misellia jamur yang berwarna

putih merambat, maka inokulasi tidak berhasil.  Media/baglog yang

terkontaminasi segera dibuang, sedangkan yang tidak tumbuh dapat dipasterisasi

ulang untuk ditanami kembali.

2. Hasil Pembuatan Media PDA

PDA merupakan medium yang dibuat dengan menggunakan bahan alami

yang direbus dan bahan sintetik dari kandungan glukosa sehingga PDA termasuk

medium semi alamiah. PDA ini termasuk medium dengan konsistensi padat

karena dicampur dengan agar. Medium ini termasuk medium umum yang dapat

digunakan untuk menumbuhkan semua mikroba. PDA dapat digunakan untuk

menumbuhkan jamur dan kapang.

Pada praktikum ini, praktikan membuat suatu media alami, yaitu media

PDA (Potato  Dextrose Agar ). Bahan alami media ini adalah kentang dan bahan

kimianya adalah gula dan agar-agar. Sumber nutrisi untuk menunjang

pertumbuhan bakteri dalam media PDA adalah kentang (ekstrak), agar-agar dan

gula.

Media PDA yang dapat digunakan untuk menangkap dan menumbuhkan

bakteri harus memenuhi kebutuhan nutrisi dan kondisi lingkungan yang

dibutuhkan bakteri tersebut. Selain itu, media PDA yang digunakan tidak boleh

terkontaminasi oleh mikroorganisme lainnya seperti  bakteri. Media yang

terkontaminasi biasanya disebabkan oleh kesalahan pada saat pensterilan di dalam

Page 19: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

autoklaf sehingga terdapat mikroorganisme lain seperti bakteri dalam media yang

dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan bakteri yang diinginkan.

Pembuatan media harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dan teliti agar

media tersebut tidak terkontaminasi.

3. Kultur Jaringan

Praktikum yang dilakaukan dalam pembuatan bibit F0 jamur tiram

(Pleurotus ostreatus) menggunakan 1 teknik yaitu dengan menggunakan eksplan

yang berasal dari jaringan tubuh buah jamur (teknik F0 dari jaringan) pada

pembuatan bibit F0 yang menggunakan jaringan dalam praktiknya praktikan

membuat sebanyak 1 petridisk

Hasil praktikum yang telah dilaksanakan, belum bisa diketahui apakah 1

petridisk yang di isi media PDA dari ekstrak kentang dan ditanami eksplan jamur

tiram yang berasal dari jaringan batang tubuh jamur berhasil atau tidak, karena

pengamatan tersebut harus dilakukan ± 1 minggu setelah inokulasi eksplan.

Dengan ariable pengamatan adalah presentase kontaminan, pertumbuhan jamur,

dan saat pemenuhan dalam petri. Jadi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya

pertumbuhan eksplan jamur belum diketahui karena belum sampai pada masa

batas waktu tumbuh jamur tersebut. Namun jika eksplan tersebut berhasil akan

ditandai dengan tumbuhnya miselium pada pada petri tersebut.

Page 20: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai budidaya jamur

tiram, pembuatan media PDA dan kultur jaringan jamur tiram dapat di simpulkan

diantaranya :

1. Pada praktikum kultur jaringan jamur tiram hasil eksplan berhasil atau

tidaknya belum dapat diketahui.

2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, praktikan sudah mengenal

media biakan yang sering digunakan untuk pembuatan bibit jamur tiram, serta

sudah bisa membuat suatu media alami. Media alami yang dibuat adalah PDA

( Potato Dextrose Agar ) yang terdiri dari kentang (ekstraknya), agar-agar,

gula dan aquades. Kondisi media yang telah dibuat tersebut cukup baik dan

tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain sehingga dapat digunakan

untuk menangkap dan menumbuhkan jamur yang di inokulasi.

3. Tahap-tahap pada budidaya jamur tiram yaitu terdiri dari : persiapan media,

pencampuran media, pengomposan, pengemasan media, pasteurisasi,

pendinginan, inokulasi dan inkubasi.

Page 21: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

DAFTAR PUSTAKA

Cahyana,Y. A., Muchrodji, dan M. Bakrun. 1999. Pembibitan, Pembudidayaan

dan Analisis Jamur Tiram. Bogor. Penebar Swadaya.

Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijaya. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta :

Kanisius

Dewi, I. K. 2009. Efektivitas Pemberian Blotong Kering Terhadap Pertumbuhan

Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada Media Serbuk Kayu. Skripsi.

Universitas Muhamadiah. Surakarta.

Suriawiria. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius..

Yusnita, 2003, Kultur Jaringan, Jakarta: Pustaka Agromedia

Page 22: Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram

LAMPIRAN

1. Alat dan Bahan Pembuatan Medium PDA

2. Kultur Jaringan Jamur Tiram Medium PDA

3. Baglog, Bibit Jamur Tiram,