analisis strategi pemasaran produk olahan jamur …repository.ub.ac.id/4862/1/sofia nuraini.pdfjudul...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN JAMUR
TIRAM PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
RUMAH JAMUR DI KOTA BATU
SKRIPSI
Oleh :
SOFIA NURAINI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN JAMUR
TIRAM PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
RUMAH JAMUR DI KOTA BATU
Oleh :
SOFIA NURAINI
135040100111132
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil
penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak
pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Juli 2017
Sofia Nuraini
NIM. 135040100111132
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Analisis Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram
pada Industri Kecil dan Menengah Rumah Jamur di Kota
Batu
Nama Mahasiswa : Sofia Nuraini
NIM : 135040100111132
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing,
Dr.Ir. Syafrial, MS.
NIP. 19580529 198303 1 001
Diketahui,
Ketua
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Mangku Purnomo, SP.,M.Si.,Ph.D.
NIP. 19770420 200501 1 001
Tanggal Persetujuan :
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Penguji I Penguji II
Andrean Eka Hardana, SP., MP., MBA.
NIK. 201607900818 1 001
Condro Puspo Nugroho, SP., MP.
NIP. 19880416 201404 1 001
Penguji III
Dr.Ir. Syafrial, MS.
NIP. 19580529 198303 1 001
Tanggal Lulus :
Skripsi ini kupersembahkan untuk Keluargaku
Ir. Setyo Wardoyo
Dra. Titik Muryani
Annisa Kusumawati, ST., MM
Aisyah Nindityasari, SE
Sofia Nuraini, SP
Aditya Ramadhan, (S.Soon)
i
RINGKASAN
Sofia Nuraini, 135040100111132. Analisis Strategi Pemasaran Produk Olahan
Jamur Tiram pada Industri Kecil dan Menengah Rumah Jamur di Kota Batu.
Dibawah bimbingan Dr.Ir. Syafrial, MS.
Industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian memanfaatkan bahan baku jamur tiram putih sebagai upaya
diversifikasi pangan. Adanya program diversifikasi pangan yang dilakukan oleh
pemerintah menyebabkan tingginya minat masyarakat untuk melakukan inovasi
dari bahan pangan yang ada (Mailinia, 2014). Pemanfaatan bahan pangan lokal
banyak dikembangkan sebagai alternatif agar masyarakat tidak selalu bergantung
pada pangan utama, yaitu beras.
Kebutuhan konsumsi pangan masyarakat menurut Simanjorang (2014), akan
terus meningkat karena pada dasarnya pangan menjadi kebutuhan primer bagi
manusia. Hal ini berdampak pada meningkatnya pertumbuhan industri makanan
dan minuman. Menurut Nuswanti, 2009 (dalam Simanjorang, 2014), ada beberapa
faktor meningkatkanya pengeluaran masyarakat terhadap produk pangan olahan,
yaitu meningkatnya jumlah pendapatan, meningkatkan kesadaran akan pentingnya
nilai gizi dari suatu pangan, serta masyarakat menyukai hal yang praktis akibat
dari mobilisasi yang tinggi.
Penggunaan jamur tiram putih pada produk industri kecil dan menengah yang
bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian didasarkan pada
melimpahnya produksi jamur tiram segar pada saat panen raya, serta permintaan
jamur tiram segar menurun pada saat pasar libur. Daya tahan produk jamur tiram
yang relatif singkat, menjadi alasan lain mengapa jamur tiram harus dimanfaatkan
dengan cara diolah untuk memperpanjang masa simpan. Produk olahan yang
dihasilkan oleh industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur
tiram di lokasi penelitian diantaranya tahu bakso jamur, risoles jamur, martabak
jamur, dan lumpia jamur.
Pelaku usaha di industri makanan dan minuman menurut Simanjorang (2014),
jumlahnya terus meningkat yang menandakan persaingan antar produk pangan
olahan semakin ketat. Para pelaku usaha ataupun perusahaan dituntut untuk
memiliki strategi pemasaran yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan
perusahaan.
Teknik analisis data yang digunakan dengan cara membandingkan strategi-
strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh industri kecil dan menengah yang
bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian dikaitkan dengan
volume penjualan dan pendapatan pada tahun 2016, serta menyusun alternatif
strategi pemasaran dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor
Evaluation), matriks EFE (External Factor Evaluation), matriks IE (Internal-
External), matriks SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunity, Threats), dan
matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
Hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian pertama adalah penerapan
strategi produk, strategi harga, strategi distribusi, dan strategi promosi telah
dilakukan oleh industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur
tiram di lokasi penelitian dengan melakukan 7 macam strategi pemasaran pada
tahun 2016. Strategi yang memiliki hasil terbesar yaitu pada strategi 5 dengan
volume penjualan sebesar 4.893 buah dan pendapatan sebesar Rp. 14.864.500.
ii
Hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian kedua yaitu alternatif strategi yang
dirumuskan menggunakan matriks QSPM meliputi (1) melakukan kegiatan
promosi secara maksimal untuk menarik pelanggan potensial dan memperluas
pasar, (2) memperluas wilayah pemasaran, (3) memperbaiki desain kemasan
produk untuk menarik konsumen lebih banyak, (4) menciptakan produk dengan
bentuk dan cita rasa baru, (5) menjalin kerjasama yang baik dengan pihak
penyedia modal dan pemasok bahan baku untuk meningkatkan kualitas dan
kapasitas produksi, dan (6) menambah jumlah outlet dengan strategi waralaba di
tempat strategis lainnya.
iii
SUMMARY
Sofia Nuraini, 135040100111132. Marketing Strategy Analysis of Oyster
Mushroom Products on Rumah Jamur Small and Medium Industries in Batu City.
Under the guidance of Dr.Ir. Syafrial MS.
Small and medium industries engaged on oyster mushroom processed in
research location utilize oyster mushroom materials as an effort of food
diversification. The existence of food diversification programs by government
cause high public interest to innovate from existing foodstuffs (Mailina, 2014).
Utilization of local food is widely developed as an alternative so people do not
depend on the main food, that is rice.
Food consumption needs by the community according to Simanjorang (2014),
will continue to increase because basically food is primary need for human. This
has an impact on the rise of food and beverage industries. According to Nuswanti,
2009 (in quotation of Simanjorang, 2014), there are several factors that increase
public expenditure on processed food products, that are increased the amount of
revenue, increased awareness of nutritional value from food, and people like the
practicalities resulting as an effect of high mobilization.
The use of oyster mushroom on product small and medium industries engaged
on oyster mushroom processed in research location based on the abudance of
oyster mushroom production at harvest time, and the demand for oyster
mushroom decreases at the time of holiday market. Durability of oyster
mushroom products are relatively short, is another reason why oyster mushrooms
should be used in a processed way to extend the shelf life. Processed products that
produces by small and medium industries engaged on oyster mushroom processed
in research location are mushroom meatball tofu, mushroom risoles, mushroom
martabak, and mushroom spring roll.
Business actors in food and beverage industries according to Simanjorang
(2014), the number continues to increase which indicates competition among
processed products more stringent. Business actors or companies are required to
have effective and efficient marketing strategies in order to achieve company
goals.
Data analysis technique used by comparing the marketing strategies that have
been applied by small and medium industries engaged on oyster mushroom
processed in research location related with the volume of sales and income in
2016, and arrange the alternative marketing strategy using IFE (Internal Factor
Evaluation) matrix, EFE (External Factor Evaluation) matrix, IE (Internal-
External) matrix, SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunity, Threats) matrix, and
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) matrix.
Results of this research based on the first purposes is implementation of
product strategy, price strategy, place strategy, and promotion strategy done by
small and medium industries engaged on oyster mushroom processed in research
location by doing 7 kinds of marketing strategy in 2016. Strategy that has the
greatest result is on the 5th strategy with volume of sales is 4.893 pieces and
income of sebesar Rp. 14.864.500. Results of this research based on the second
purposes is alternative strategies that have been formulated using QSPM matrix
that is (1) do the promotion maximally to attract potential customers and expand
market share, (2) expanding the marketing area, (3) improve packaging design to
iv
attract more consumers, (4) creating product with new form and taste, (5)
cooperate with capital providers and suppliers of raw materials to improve the
quality and production capacity, and (6) increase the amount of outlets with
franchise strategy in other strategic places.
v
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
penulis berbagai macam nikmat sehingga aktivitas hidup yang penulis jalani ini
akan selalu membawa keberkahan, baik bagi kehidupan di dunia maupun akhirat
kelak. Serta berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Produk Olahan
Jamur Tiram pada Industri Kecil dan Menengah Rumah Jamur di Kota Batu”
dengan lancar tanpa ada suatu kendala apapun. Hasil penelitian pada industri kecil
dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian
yaitu strategi pemasaran dikaitkan dengan volume penjualan dan pendapatan
usaha yang efisien terletak pada strategi kelima jika dibandingkan dengan tujuh
strategi pemasaran lainnya. Alternatif strategi pemasaran yang dapat
direkomendasikan pada industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang
olahan jamur tiram di lokasi penelitian yaitu strategi memperluas wilayah
pemasaran.
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi penelitian baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis senantiasa menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi, sistematika,
maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
senantiasa penulis harapkan, dengan iringan do’a mudah-mudahan penulisan
skripsi penelitian ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan dan
memberikan manfaat bagi pembaca.
Malang, Juli 2017
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 23 November 1994 sebagai putri
ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Setyo Wardoyo dan Ibu Titik
Muryani.
Penulis menempuh pendidikan awal di TK Kemala Bhayangkari 3 Rengat
(Riau) periode 1999-2000, selanjutnya pendidikan sekolah dasar di SDN
Tempursari Surakarta (Solo) periode 2000-2002 dilanjutkan periode 2002-2005 di
SDN Mentawa Baru Hilir Sampit (Kalimantan Tengah), dan dinyatakan lulus
sekolah dasar di SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan Periode 2005-2007. Pada
tahun 2007/2008 melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Harapan 2
Medan, dan dinyatakan lulus sekolah menengah pertama di SMP Shafiyyatul
Amaliyyah Medan periode 2008-2010. Tahap sekolah menengah atas ditempuh
pada periode 2010-2013 di SMA Pribadi Bilingual Boarding Bandung.
Pertengahan tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur,
melalui jalur SBMPTN.
Pendidikan non-formal yang pernah dijalani oleh penulis, yaitu Art Class Villa
Merah Bandung tahun 2013 dan Conversation in English : Elementary Levels
LBPP LIA Malang tahun 2015. Pengalaman kepanitiaan selama perkuliahan, yaitu
Anggota UKM Bursa FP UB periode 2013-2014 dan Sie PDD Dies Natalis 26th
FP UB tahun 2014. Pengalaman diluar kampus yaitu menjadi Relawan Mengajar
1000 Guru Malang tahun 2016.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................... i
SUMMARY .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ........................................................ 6
2.2 Landasan Teori ................................................................................ 11
2.2.1 Pengertian Pemasaran ............................................................ 11
2.2.2 Strategi Pemasaran ................................................................ 12
2.2.3 Analisis Lingkungan Perusahaan .......................................... 15
2.3 Tinjauan Analisis Matriks ............................................................... 20
2.3.1 Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE
(External Factor Evaluation) ................................................ 20
2.3.2 Analisis Matriks IE (Internal External) ................................ 21
2.3.3 Analisis Matriks SWOT (Strengths, Weakness,
Opportunities, Threats) ......................................................... 23
2.3.4 Analisis Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix) .................................................................................. 25
III. KERANGKA TEORITIS ................................................................. 26
3.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 26
3.2 Definisi Operasional dan Variabel ................................................ 28
IV. METODE PENELITIAN .................................................................. 31
4.1 Pendekatan Penelitian ................................................................... 31
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 31
4.3 Teknik Penentuan Sampel ............................................................. 31
4.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 32
4.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 33
viii
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 41
5.1 Gambaran Umum Usaha ................................................................. 41
5.1.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha ........................................ 41
5.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Usaha ................................................ 42
5.1.3 Struktur Organisasi Usaha ..................................................... 42
5.2 Hasil dan Pembahasan ..................................................................... 43
5.2.1 Analisis Strategi Pemasaran yang Diterapkan ...................... 43
5.2.2 Analisis Lingkungan sebagai Alternatif Strategi Pemasaran 47
VI. KESIMPULAN .................................................................................. 64
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 64
6.2 Saran ............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66
LAMPIRAN .............................................................................................. 68
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1 Skala Perbandingan Pasangan IFE ................................................. 34
2 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ...................................... 35
3 Skala Perbandingan Pasangan EFE ................................................ 36
4 Matriks External Factor Evaluation (EFE) ................................... 37
5 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ............. 40
6 Strategi Pemasaran IKM Rumah Jamur 2016 ................................ 43
7 Matriks IFE IKM Rumah Jamur .................................................... 52
8 Matriks EFE IKM Rumah Jamur ................................................... 56
9 Matriks QSPM IKM Rumah Jamur ............................................... 61
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Skema Kerangka Pemikiran ........................................................... 28
2. Format Matriks IE .......................................................................... 38
3. Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) .... 39
4. Struktur Organisasi Usaha IKM Rumah Jamur ............................. 43
5. Matriks IE IKM Rumah Jamur ...................................................... 57
6. Matriks SWOT IKM Rumah Jamur ............................................... 58
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Data Penjualan IKM Rumah Jamur Tahun 2016 ........................... 69
2. Kuesioner Produsen IKM Rumah Jamur ....................................... 70
3. Kuesioner Konsumen IKM Rumah Jamur ..................................... 73
4. Kuesioner Pemasok Rumah Jamur ................................................. 75
5. Kuesioner Pihak Pemerintah .......................................................... 76
6. Dokumentasi Penelitian pada IKM Rumah Jamur ......................... 77
7. Matriks Pembobotan Lingkungan Internal (IFE) ........................... 82
8. Matriks Pembobotan Lingkungan Eksternal (EFE) ....................... 83
9. Pengambilan Keputusan Strategi 1 QSPM ..................................... 84
10. Pengambilan Keputusan Strategi 2 QSPM ..................................... 85
11. Pengambilan Keputusan Strategi 3 QSPM ..................................... 86
12. Pengambilan Keputusan Strategi 4 QSPM ..................................... 87
13. Pengambilan Keputusan Strategi 5 QSPM ..................................... 88
14. Pengambilan Keputusan Strategi 6 QSPM ..................................... 89
15. Hasil Kuesioner Matriks QSPM ..................................................... 90
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian memanfaatkan bahan baku jamur tiram putih sebagai upaya
diversifikasi pangan. Adanya program diversifikasi pangan yang dilakukan oleh
pemerintah menyebabkan tingginya minat masyarakat untuk melakukan inovasi
dari bahan pangan yang ada (Mailinia, 2014). Pemanfaatan bahan pangan lokal
banyak dikembangkan sebagai alternatif agar masyarakat tidak selalu bergantung
pada pangan utama, yaitu beras.
Kebutuhan konsumsi pangan masyarakat menurut Simanjorang (2014), akan
terus meningkat karena pada dasarnya pangan menjadi kebutuhan primer bagi
manusia. Hal ini berdampak pada meningkatnya pertumbuhan industri makanan
dan minuman. Menurut Nuswanti, 2009 (dalam Simanjorang, 2014), ada beberapa
faktor meningkatkanya pengeluaran masyarakat terhadap produk pangan olahan,
yaitu meningkatnya jumlah pendapatan, meningkatkan kesadaran akan pentingnya
nilai gizi dari suatu pangan, serta masyarkat menyukai hal yang praktis akibat dari
mobilisasi yang tinggi.
Penggunaan jamur tiram putih pada produk industri kecil dan menengah yang
bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian didasarkan pada
melimpahnya produksi jamur tiram segar pada saat panen raya, serta permintaan
jamur tiram segar menurun pada saat pasar libur. Daya tahan produk jamur tiram
yang relatif singkat, menjadi alasan lain mengapa jamur tiram harus dimanfaatkan
dengan cara diolah untuk memperpanjang masa simpan. Produk olahan yang
dihasilkan oleh industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur
tiram di lokasi penelitian diantaranya tahu bakso jamur, risoles jamur, martabak
jamur, dan lumpia jamur.
Pelaku usaha di industri makanan dan minuman menurut Simanjorang (2014),
jumlahnya terus meningkat yang menandakan persaingan antar produk pangan
olahan semakin ketat. Para pelaku usaha ataupun perusahaan dituntut untuk
memiliki strategi pemasaran yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan
perusahaan.
1
2
Analisis mengenai strategi pemasaran produk olahan pernah dilakukan oleh
berbagai pihak, namun penggunaan teknik analisis data untuk menghasilkan
alternatif pemasaran memiliki perbedaan. Terdapat penelitian yang menggunakan
analisis data matriks SWOT, matriks QSPM, Analytical Hierarchy Process
(AHP), metode Analytical Network Process (ANP), dan metode TOPSIS
(Technique for Order Preference by Similiarity to an Ideal Solution). Penelitian
oleh Mailina (2014) menggunakan matriks SWOT sebagai alat untuk
merekomendasikan alternatif strategi, namun alternatif strategi yang dihasilkan
tidak memiliki strategi prioritas yang utama.
Peneliti oleh Simanjorang (2014) menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) sebagai alat untuk mengevaluasi strategi pemasaran di lokasi
penelitian. Penggunaan metode AHP dilakukan secara komprehensif melalui
perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Hasil yang diperoleh
menunjukkan masih terdapat beberapa variabel bauran pemasaran yang belum
efektif. Peneliti lain oleh Pratiwi (2015) menggunakan metode Analytical
Network Process (ANP) dan metode TOPSIS (Technique for Order Preference by
Similiarity to an Ideal Solution). Hasil yang diperoleh berdasarkan persentase
strategi tertinggi yang akan dijadikan alternatif strategi pemasaran. Peneliti lain
oleh Wijaya (2013) menggunakan matriks QSPM sebagai tahap akhir perumusan
alternatif strategi. Prioritas strategi yang digunakan berdasarkan skor TAS
terbesar.
Berdasarkan uraian di atas, maka adanya penelitian terkait strategi pemasaran
dirasa penting untuk menganalisis strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh
industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian. Selain itu, memberikan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang
tepat melalui faktor internal dan eksternal menjadi kajian utama dalam penelitian
ini. Penelitian ini diangkat untuk melihat sejauh mana strategi pemasaran pada
industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian dapat meningkatkan volume penjualan dan pendapatan usaha.
3
1.2 Rumusan Masalah
Industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian berusaha untuk menginovasikan jamur tiram agar dapat diolah
menjadi aneka makanan dengan harga terjangkau, bergizi, dan memiliki rasa yang
gurih, seperti tahu bakso jamur, risoles jamur, martabak jamur, lumpia jamur dan
aneka olahan jamur tiram lainnya. Produk yang ditawarkan kepada konsumen
sudah cukup beragam, namun kemasan yang disajikan masih tergolong sederhana
dengan menggunakan dus kotak makanan tanpa mencantumkan merek. Merek
suatu produk digunakan sebagai tanda pengenal sehingga konsumen dapat
membedakan produk industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan
jamur tiram di lokasi penelitian dengan produk merek dagang lainnya. Kemasan
yang digunakan oleh industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan
jamur tiram di lokasi penelitian yang masih tergolong sederhana berdampak pula
pada kendala bagi usaha tersebut untuk menambah segmen pasar baru, yaitu
supermarket, toko oleh-oleh, dan lainnya. Supermarket maupun toko oleh-oleh
menginginkan kemasan yang menarik serta tercantum informasi produk sehingga
produk industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian diharapkan mampu bersaing dengan produk olahan lainnya yang
sejenis dipasaran.Kendala lain yang dihadapi industri kecil dan menengah yang bergerak
dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian dalam menjalankan usaha ini dari
segi promosi melalui media sosial yang telah digunakan, seperti instagram,
facebook, whatsapp, blackberry messenger, namun update informasi produk tidak
dilakukan secara berkala sehingga konsumen memiliki kesulitan untuk mengkases
informasi mengenai produk, harga, lokasi, dan info lainnya. Permasalahan dari
segi harga yaitu belum adanya potongan harga atau bonus produk bagi konsumen.
Sejauh ini potongan harga atau bonus produk yang diberlakukan oleh industri
kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian hanya untuk reseller. Usaha yang berdiri sejak tahun 2013 silam ini,
masih membutuhkan strategi pemasaran sebagai alat yang berperan untuk
mencapai keberhasilan usaha yang dimilikinya.Strategi pemasaran yang diterapkan dalam lingkup pemasaran usaha ini terkait
dengan strategi produk, strategi harga, strategi tempat atau distribusi, dan strategi
4
promosi Konsep strategi produk terkait barang yang akan ditawarkan kepada
pelanggan sasaran yang meliputi ragam, kualitas, desain, merek, kemasan, dan
fitur. Konsep strategi harga terkait sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh
konsumen untuk memperoleh produk yang meliputi daftar harga, diskon potongan
harga, dan lainnya. Konsep strategi tempat terkait usaha agar produk tersedia bagi
pelanggan sasaran yang meliputi lokasi, saluran distribusi, persediaan,
transportasi, dan logistik. Konsep strategi promosi terkait aktivitas menyampaikan
manfaat produk dan membujuk konsumen untuk membeli yang meliputi iklan dan
promosi penjualan. Penting pula bagi pemilik usaha untuk mengenali kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki dalam mempersiapkan persaingan di masa depan,
serta memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk menghindari atau
meminimalkan ancaman di luar usaha yang dapat menghambat kegiatan usaha
(Kotler dan Gary, 2008).Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang
akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh industri kecil dan
menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian
dikaitkan dengan volume penjualan dan pendapatan?2. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada industri
kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian agar volume penjualan dan pendapatan meningkat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini,
yaitu :
1. Mengkaji strategi pemasaran yang diterapkan oleh industri kecil dan menengah
yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian dikaitkan
dengan volume penjualan dan pendapatan.2. Menyusun alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada industri
kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian agar volume penjualan dan pendapatan meningkat.
5
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka
manfaat penelitian ini, yaitu :
1. Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi mengenai cara meningkatkan
strategi pemasaran produk aneka olahan makanan jamur tiram untuk dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan menetapkan strategi pemasaran
yang tepat.2. Bagi peneliti lain, dapat memberikan informasi dan sebagi bahan kajian untuk
penelitian selanjutnya mengenai strategi pemasaran produk.
II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama mengenai analisis strategi pemasaran sudah pernah
dilakukan oleh Mailina (2014), dengan judul Strategi Pemasaran Pada “Rumah
Talas Gurih 7 Bogor, Jawa Barat”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan, menganalisis alternatif
strategi, dan merekomendasikan alternatif strategi. Analisis data dengan
menggunakan matriks SWOT.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi internal yang dimiliki perusahaan
yaitu tekstur produk, keragaman produk, lokasi perusahaan, inovasi, mutu produk,
saluran distribusi, tampilan produk, promosi, kuantitas produk, produk yang
dipajang, harga produk, dan sertifikasi produk. Penelitian juga menunjukkan
kondisi eksternal yang dimiliki perusahaan yaitu pengeluaran penduduk,
pertumbuhan penduduk, daerah wisata, perkembangan teknologi, kekuatan tawar
menawar pemasok, produk substitusi, hambatan masuk industri, tingkat
persaingan, dan kekuatan tawar menawar pembeli.Hasil analisis SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yang dapat
digunakan oleh perusahaan. Hasil tersebut meliputi menjalin kerjasama dengan
biro perjalanan wisata yang ada di Kota Bogor, mengoptimalkan saluran distribusi
yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen,
mengoptimalkan promosi melalui situs website, meningkatkan publikasi produk
melalui pameran, meningkatkan mutu produk dan pelayanan, meningkatkan
kualitas SDM, menekan biaya operasional tanpa mengorbankan kualitas produk,
dan meningkatkan standarisasi produk melalui sertifikasi.Penelitian kedua mengenai analisis strategi pemasaran sudah pernah dilakukan
oleh Simanjorang (2014), dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Brownies
dan Bolu Lapis Bogor Sangkuriang Pada CV Agrinesia Bogor, Jawa Barat”.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi strategi pemasaran yang ada di
CV Aginesia. Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis
bauran pemasaran (4P), dan Analytical Hierarchy Process (AHP).Hasil penelitian mengenai evaluasi strategi bauran pemasaran diperoleh bahwa
masih terdapat beberapa variabel yang belum efektif. Variabel-variabel yang
belum dianggap efektif tersebut antara lain ketersediaan produk, garansi produk,
potongan harga (discount), serta promosi melalui media sosial dan website.
6
7
Berdasarkan analisis AHP menunjukkan bahwa pada tingkat faktor, prioritas
dititikberatkan pada promosi melalui media sosial dan website dengan bobot
sebesar 0.529. Pada tingkat aktor, Direktur Utama (owner) memiliki peranan yang
sangat berpengaruh pada perusahaan dengan bobot sebesar 0.461. Prioritas tujuan
dalam strategi pemasaran produk CV Agrinesia adalah meningkatkan kepuasan
konsumen dengan bobot sebesar 0.466, sedangkan prioritas alternatif strategi
pemasaran yang dipilih adalah peningkatan promosi melalui media sosial dan
website dengan bobot sebesar 0.391.Penelitian ketiga mengenai analisis strategi pemasaran sudah pernah dilakukan
oleh Marcelina (2013), dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran UKM Elsari
Brownies and Bakery di Kota Bogor, Jawa Barat”. Penelitian tersebut bertujuan
mengidentifikasi bauran pemasaran yang telah dilakukan Elsari Brownies and
Bakery, menganalisis karakteristik serta persepsi konsumen terhadap bauran
pemasaran Elsari Brownies and Bakery, dan merekomendasikan prioritas strategi
bauran pemasaran yang tepat untuk diterapkan oleh Elsari Brownies and Bakery
dalam memasarkan produknya. Analisis data dengan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP).Hasil penelitian menunjukkan bahwa Elsari Brownies and Bakery menerapkan
4P dalam memasarkan produknya, yaitu strategi produk, strategi harga, strategi
distribusi, dan strategi promosi. Strategi produk dengan menambah keberagaman
produk dan desain kemasan, strategi harga dengan pembuatan daftar harga dan
pemberian potongan harga, strategi distribusi dengan membangun saluran
pemasaran dan membuat sistem persediaan, serta strategi promosi dengan
pemasangan iklan, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat. Berdasarkan
hasil AHP diketahui bahwa prioritas pertama langkah pemasaran yang dilakukan
Elsari Brownies and Bakery yaitu dengan meningkatkan brand awareness.
Elemen yang mendapat prioritas pertama berdasarkan analisis prioritas
menyeluruh, yaitu bauran promosi dengan strategi operasional penambahan papan
nama.Penelitian pertama, kedua, dan ketiga jika dibandingkan dengan penelitian
pada industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada
produk yang diteliti merupakan produk olahan makanan, dan tujuan dari
8
penelitian untuk memberikan alternatif atau prioritas strategi pemasaran.
Perbedaan terletak pada lokasi penelitian dari produk olahanan makanan yang
menjadi kajian penelitian, dan alat analisis yang digunakan untuk menghasilkan
alternatif atau prioritas strategi pemasaran, yaitu matriks SWOT dan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP), sedangkan pada penelitian ini menggunakan
matriks QSPM sebagai hasil akhir.Penelitian keempat mengenai analisis strategi pemasaran sudah pernah
dilakukan oleh Wijaya (2013), dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran
Makanan Tradisional Studi Kasus Pada Home Industry Rengginang Halimatus
Sa’diyah Kalibaru di Kabupaten Banyuwangi”. Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengkaji strategi pemasaran yang selama ini telah diterapkan oleh home
industry Halimatus Sa’diyah dalam memasarkan produk rengginangnya,
mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal
perusahaan yang mempengaruhi strategi pemasaran pada pemasaran rengginang
home industry Halimatus Sa’diyah, serta merumuskan dan menetapkan alternatif
strategi pemasaran yang sesuai untuk ditetapkan oleh home industry Halimatus
Sa’diyah dalam memasarkan produk rengginangnya. Analisis data dengan matrik
EFE (Eksternal Factor Evaluation), matrik IFE (Internal Factor Evaluation),
matrik IE (Internal-External), matrik SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities,
and Threats), dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan matrik IFE diperoleh total
skor sebesar 2.380 dengan kekuatan utama perusahaan adalah produk yang
berkualitas (skor 0.308) dan kelemahan utama perusahaan adalah minimnya
modal yang dimiliki (skor 0.074). Hasil perhitungan matrik EFE diperoleh total
skor sebesar 2.943 dengan peluang utama dari perusahaan adalah tingginya
loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan (skor 0.291) dan ancaman utama
dari perusahaan adalah banyaknya produk substitusi (skor 0.288). Hasil penilaian
matrik IE menempatkan perusahaan pada posisi sel V yaitu strategi menjaga dan
mempertahankan.Hasil analisis SWOT menghasilkan 8 alternatif strategi yaitu mempertahankan
harga dan meningkatkan kualitas produk, menjalin kerjasama dengan agen
distributor, memanfaatkan lokasi yang strategis, menciptkan produk dengan
bentuk dan cita rasa yang baru, menjalankan sistem manajemen organisasi internal
9
perusahaan, membangun atau menyewa kios di tempat yang strategis, melakukan
kegiatan promosi dan iklan, serta membangun dan mengembangkan usaha
patungan dengan pihak yang menyediakan modal dan bahan baku untuk
meningkatkan kapasitas produksi. Hasil analisis matrik QSPM yaitu
mempertahankan harga dan meningkatkan kualitas produk untuk meningkatkan
kepuasan dan loyalitas konsumen dengan skor TAS sebesar 6.445.Penelitian kelima mengenai analisis strategi pemasaran sudah pernah dilakukan
oleh Pratiwi (2015), dengan judul “Strategi Pemasaran Produk Olahan Salak
Bangkalan Studi Kasus di Agroindustri Salak Bangkalan, Dusun Morkolak Timur,
Desa Kramat, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur”. Penelitian tersebut bertujuan
untuk menganalisis alternatif strategi pemasaran produk olahan salak Bangkalan
yang tepat untuk diterapkan di agroindusti Salak Bangkalan, serta untuk
menganalisis prioritas terbaik strategi pemasaran produk olahan salak Bangkalan
yang dapat diterapkan oleh agroindustri Salak Bangkalan. Analisis data dengan
metode Analytical Network Process (ANP) dan metode TOPSIS (Technique for
Order Preference by Similiarity to an Ideal Solution).Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 alternatif strategi pemasaran
yang tepat untuk produk olahan Salak Bangkalan yaitu memenuhi target
permintaan pasar dengan memanfaatkan citra dan reputasi perusahaan, tenaga
kerja, serta mempertahankan kekhasan produk dan harga yang terjangkau (A1),
memanfaatkan dukungan pemerintah setempat untuk peningkatan dan
pengembangan usaha serta perbaikan infrastruktur (A2), serta melakukan promosi
produk dengan mengoptimalkan teknologi informasi dan komunikasi tanpa batas
sehingga dapat memperluas daerah pemasaran produk (A3). Hasil analisis data
dengan menggunakan metode ANP dan TOPSIS, didapatkan prioritas terbaik
strategi pemasaran yaitu alternatif strategi ketiga dengan persentase 41.42%.
Alternatif tersebut adalah dengan melakukan promosi produk dengan
mengoptimalkan teknologi informasi dan komunikasi tanpa batas sehingga dapat
memperluas daerah pemasaran produk.Penelitian keempat dan kelima jika dibandingkan dengan penelitian pada
industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada produk
yang diteliti merupakan produk olahan makanan, tujuan dari penelitian untuk
10
memberikan alternatif atau prioritas strategi pemasaran, serta penggunaan alat
analisis yang sama, yaitu matriks IFE, matriks, EFE, matriks IE, matriks SWOT,
dan matriks QSPM, yang terletak pada penelitian keempat. Perbedaan terletak
pada lokasi penelitian dari produk olahanan makanan yang menjadi kajian
penelitian, dan alat analisis yang digunakan untuk menghasilkan alternatif atau
prioritas strategi pemasaran, yaitu metode Analytical Network Process (ANP) dan
metode TOPSIS (Technique for Order Preference by Similiarity to an Ideal
Solution) yang terletak pada penelitian kelima.
Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar terdapat persamaan dan
perbedaan antara penelitian terdahulu jika dibandingkan dengan penelitian pada
industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian. Persamaan terletak pada produk yang diteliti merupakan produk olahan
makanan, tujuan dari penelitian untuk memberikan alternatif atau prioritas strategi
pemasaran, serta pada penelitian keempat menggunakan alat analisis data yang
serupa dengan penelitian ini, yaitu matriks IFE, matriks, EFE, matriks IE, matriks
SWOT, dan matriks QSPM. Perbedaan terletak pada lokasi penelitian dari produk
olahanan makanan yang menjadi kajian penelitian, dan alat analisis yang
digunakan untuk menghasilkan alternatif atau prioritas strategi pemasaran, yaitu
metode Analytical Hierarchy Process (AHP), metode Analytical Network Process
(ANP) dan metode TOPSIS (Technique for Order Preference by Similiarity to an
Ideal Solution).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian PemasaranPemasaran (marketing) merupakan salah satu kegiatan pokok yang perlu
dilakukan oleh suatu perusahaan, baik perusahaan barang ataupun perusahaan
jasa, dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, berkembang
dan mendapatkan laba. Kotler dan Gary (2008), berpendapat bahwa pemasaran
merupakan proses yang dilakukan oleh perusahaan dalam menciptakan nilai bagi
pelanggan serta membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dan
menangkap kembali nilai dari pelanggan tersebut. Perusahaan dalam proses
11
pemasaran berusaha untuk memahami pasar, kebutuhan dan keinginan pelanggan,
merancang strategi pemasaran untuk mendapatkan, mempertahankan, dan
menumbuhkan pelanggan sasaran, membangun hubungan yang kuat yang saling
menguntungkan dengan pelanggan, dan mampu menciptakan kepuasan pelanggan.
Pemasaran menurut Rachmawati (2011), memiliki arti sebagai sebuah proses
penyusunan komunikasi untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa
guna memuaskan kebutuhan serta keinginan manusia.Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting karena pemasaran
mempunyai kedudukan sebagai perantara antara produsen dan konsumen.
Pemasaran merupakan suatu urutan kegiatan yang saling berkaitan erat dengan
perusahaan dan bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen
melalui proses pertukaran. Dalam menjalankan kegiatan pemasaran, suatu
perusahaan berupaya melakukan pengkoordinasian agar tujuan dan sasaran yang
diharapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kegiatan pengkoordinasian
tersebut dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen untuk mencapai
kepuasan konsumen, menentukan produk yang akan diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan
bagaimana cara mempromosikan produk ke konsumen, serta bagaimana
melakukan penyaluran atau penjualan produk tersebut kepada konsumen yang
membutuhkan.Pendapat lain mengenai pemasaran disampaikan oleh Ma’aruf (2006), yang
secara sederhana, pemasaran merupakan kegiatan untuk memasarkan barang atau
jasa kepada masyarakat pada umumnya dan pembeli potensial pada khususnya.
Pada dasarnya, prinsip pemasaran yaitu perusahaan mampu untuk memahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta mampu memenuhinya dengan cara yang
lebih efisien dan lebih efektif jika dibandingkan dengan pesaing. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan kegiatan untuk menciptakan,
menawarkan, dan pertukaran produk barang atau jasa kepada konsumen, guna
memeunhi keinginan dan kebutuhan konsumen secara efektif dan efisien.
2.2.2 Strategi PemasaranAdanya persaingan yang ketat dalam memasarkan produk barang dan jasa,
menuntut para perusahaan untuk menggunakan strategi-strategi pemasaran yang
benar serta tepat agar tujuan dari perusahaan dalam pemasaran dapat tercapai.
12
Pada umumnya tujuan dari pemasaran yaitu berupaya mempengaruhi konsumen,
sebagai penikmat barang dan jasa, agar bersedia membeli barang atau jasa yang
ditawarkan oleh suatu perusahaan ketika konsumen tersebut merasa membutuhkan
produk tersebut. Strategi pemasaran menurut Tull dan Kahle, 1990 (dalam
Tjiptono, 2008), merupakan alat fundamental yang digunakan untuk mencapai
tujuan dari perusahaan dengan cara mengembangkan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang
digunakan untuk melayani pasar sasarannya. Pendapat lain mengenai strategi
pemasaran menurut Lamb dkk (2001), yaitu merupakan kegiatan menyeleksi dan
penjelasan satu atau beberapa target pasar dan mengembangkan serta memelihara
suatu bauran pemasaran yang akan menghasilkan kepuasan bersama dengan pasar
yang dituju. Strategi pemasaran sendiri berisi strategi yang spesifik untuk pasar
sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran, dan besarnya pengeluaran
pemasaran yang dibutuhkan. Sehingga strategi pemasaran dapat disimpulkan
sebagai alat atau cara yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya
dalam pemasaran dengan segala keunggulan perusahaan untuk mencapai pasar
sasaran yang terbaik. Hal ini selaras dengan pendapat Rachmawati (2011), bahwa
strategi pemasaran merupakan sebuah rencana yang memungkinkan perusahaan
untuk mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya untuk mencaai tujuan
pemasaran dan perusahaan.Inti dari strategi pemasaran terdiri atas tiga langkah pokok yaitu segmentasi,
penentuan pasar sasaran, dan menentukan posisi di pasar. Perusahaan yang
menginginkan kesuksesan dalam persaingan harus berupaya untuk berorientasi
pada pelanggan, memenangkan pelanggan dari pesaing, serta mempertahankan
pelanggan dengan memberikan nilai yang lebih besar. Perusahaan mengetahui
bahwa mereka tidak seutuhnya mampu untuk memuaskan seluruh konsumen
dalam pasar tertentu karena terdapat banyak jenis konsumen yang berbeda-beda
dengan berbagai macam kebutuhan yang beragam pula. Setiap perusahaan harus
mampu membagi seluruh pasar, memilih segmen terbaik, serta merancang strategi
untuk melayani pilihan segmen yang lebih menghasilkan laba daripada
pesaingnya. Kotler dan Gary (2001), berpendapat bahwa terdapat tiga langkah
dalam melakukan proses yang berorientasi pada konsumen sasaran sebagai
berikut.
13
1. Segmentasi Pasar (Segmentation)
Segmentasi pasar merupakan sebuah proses pembagian pasar menjadi beberapa
kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau
perilaku yang mungkin memerlukan produk dan bauran pemasaran yang berbeda.
Segmen pasar terdiri atas konsumen yang memberikan respon yang sama terhadap
serangkaian usaha pemasaran tertentu. Pemahaman mengenai segmentasi pasar
merupakan dasar untuk mengetahui bahwa pasar terdiri atas beberapa segmen
yang berbeda-beda.
2. Menetapkan Pasar Sasaran (Targetting)
Penetapan pasar sasaran merupakan upaya pemilihan satu atau lebih segmen
yang akan dimasuki oleh perusahaan melalui evaluasi dari segmen pasar yang
telah ditetapkan sebelumnya. Penetapan pasar sasaran berguna untuk menciptakan
nilai konsumen paling besar dan dapat mempertahankannya dalam waktu yang
lama. Wibowo dkk (2015), berpendapat bahwa pada umumnya, sebagian besar
perusahaan memasuki sebuah pasar dengan melayani satu segmen tunggal, dan
jika terbukti berhasil maka perusahaan tersebut akan menambah segmen dan
kemudian memperluas secara vertikal atau secara horizontal.
3. Penentuan Posisi Pasar (Positioning)
Penentuan posisi pasar yaitu upaya untuk mengatur sebuah produk agar
mendapatkan tempat yang jelas, dapat dibedakan, dan diharapkan secara relatif
terhadap produk pesaing dalam benak konsumen. Pemasar melakukan kegiatan
positioning untuk membedakan produk mereka dengan merek pesaing, serta
memberikan manfaat strategis yang sangat besar dalam pasar sasaran mereka.
Penentuan posisi pasar dianggap sebagai sebuah strategi menurut Wibowo dkk
(2015), karena berupaya untuk merebut posisi produk dibenak konsumen,
sehingga strategi ini menyangkut bagaimana membangun kepercayaan,
keyakinan, dan kompetensi bagi pelanggan.Bauran pemasaran atau marketing mix dianggap sebagai elemen utama lainnya
dalam strategi pemasaran. Bauran pemasaran tersebut terdiri atas empat vaiabel,
antara lain produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan sistem
distribusi (place). Strategi bauran pemasaran merupakan kombinasi variabel atau
14
kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau
konsumen. Kotler dan Gary (2001), berpendapat bahwa bauran pemasaran sebagai
seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan
untuk menghasilkan respon yang diinginkan oleh pasar sasaran. Bauran
pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
dapat mempengaruhi permintaan. Terdapat empat variabel dalam bauran pemasan
sebagai berikut.
1. Produk (Product)
Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada pasar sasaran. Elemen-elemen yang termasuk dalam bauran
produk menurut Wibowo dkk (2015), antara lain ragam produk, kualitas, design,
fitur, nama merek, kemasan, serta layanan.
2. Harga (Price)
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk
memperoleh sebuah produk. Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang
paling mudah disesuaikan dan membutuhkan waktu yang relatif singkat,
sedangkan produk, saluran distribusi, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak
waktu untuk disesuaikan.
3. Saluran Distribusi (Place)
Lokasi atau tempat seringkali ikut menentukan kesuksesan perusahaan, karena
lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial sebuah perusahaan. Saluran distribusi
terkait kegiatan perusahaan agar produk mudah didapatkan oleh konsumen
sasaran serta tersedia bagi konsumen sasaran.
4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah satu bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi dan/atau
meningkatkan pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
bersangkutan.
2.2.3 Analisis Lingkungan Perusahaan
15
Analisis lingkungan (environmental analysis) digunakan untuk mengetahui apa
saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, serta
apa saja yang dapat menjadi peluang dan ancaman pada perusahaan, sehingga
perencanaan strategi dapat menentukan strategi apa saja yang dapat digunakan
perusahaan. Certo dan Peter, 1991 (dalam Pasaribu, 2015), berpendapat bahwa
analisis lingkungan diartikan sebagai proses pengawasan terhadap lingkungan
perusahaan untuk mengidentifikasi peluang dan hambatan saat ini dan di masa
mendatang yang dapat mempengaruhi penyusunan strategi perusahaan. Analisis
lingkungan dibutuhkan agar perusahaan mampu untuk menentukan tindakan
preventif dan antisipasi atas perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga
perusahaan dapat cepat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut, serta
perusahaan mampu bertahan di tengah kondisi lingkungan yang sangat rumit.
Adanya analisis lingkungan digunakan perusahaan untuk membuat keputusan-
keputusan strategi yang tepat bagi keberlangsungan hidup perusahaan
(Cymbidiana dan Rosidi, 2013). Menurut Amirullah (2015), analisis lingkungan
perusahaan terbagi atas dua, yaitu analisis lingkungan eksternal dan analisis
lingkungan internal yang akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal terkait dengan faktor di luar perusahaan yang
mengarah pada munculnya kesempatan bisnis (peluang) dan bahkan ancaman bagi
peruasahaan. Menurut Nilasari, 2014 (dalam Yulianti, 2014), analisis lingkungan
eksternal perlu dianalisis oleh perusahaan untuk proses perumusan strategi.
Lingkungan eksternal sulit dikendalikan karena melibatkan pihak-pihak lain yang
tidak berhubungan langsung dengan perusahaan. Secara garis besar, lingkungan
eksternal terbagi atas dua, yaitu lingkungan makro dan mikro yang akan
dijabarkan sebagai berikut (Amirullah, 2015).
a. Lingkungan Makro
Lingkungan makro merupakan lingkungan umum yang memiliki kekuatan
secara luas sehingga mampu mempengaruhi seluruh industri secara umum.
Lingkungan mikro yang terkait akan dijabarkan sebagai berikut.
i. DemografiSegmen demografi terkait dengan besarnya populasi, struktur usia, distribusi
geografis, komposisi etnis, distribusi pendapatan, serta kelompok pendidikan.
16
Para pimpinan dan manajer perusahaan yang beroperasi tidak bisa mengabaikan
dan harus jeli terhadap peluang dan ancaman bisnis yang ditimbulkan dari segmen
demografi. Besar kecilnya populasi, struktur usia yang beragam, distribusi
geografis atau perpindahan penduduk, komposisi etnis (suku) dan ras, distribusi
pendapatan yang berpengaruh terhadap standar hidup, serta kelompok pendidikan
yang beragam dapat dijadikan acuan bagi perusahaan untuk terus mengawasi
perubahan dengan tetap memenuhi permintaan, keinginan, serta seberapa besar
daya beli konsumen. Perubahan lingkungan demografi yang begitu cepat
mengharuskan perusahaan untuk selalu mengamati serta mengenali dampak dan
tindakan yang harus dilakukan atau diambil. Respon terhadap perubahan yang
lemah dan lambat akan berdampak pada perusahaan yang akan kehilangan segala-
galanya.ii. Ekonomi
Lingkungan ekonomi merupakan arah dan ciri dari perekonomian dimana suatu
perusahaan bersaing dan akan bersaing. Para ahli strategi mempelajari lingkungan
ekonomi yang bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan, kecenderungan, dan
implikasi strategi. Faktor-faktor lingkungan ekonomi yang mempengaruhi daya
beli dan pola pembelian konsumen yaitu pertumbuhan ekonomi, pendapatan
perkapita, serta tingkat inflasi. Laju pertumbuhan ekonomi dari suatu negara
menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke
tahun dengan membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Negara
yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari waktu ke waktu
sebelumnya akan menjadi peluang bagi investor atau perusahaan dalam meraih
pasar. Hal ini dimunhgkinkan karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
membentuk masyarakat yang memiliki daya beli yang tinggi pula.Tingkat pendapatan perkapita masyarakat yang memiliki sejumlah uang untuk
melakukan transaksi-transaksi ekonomi dapat mempengaruhi daya beli.
Masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi biasanya diikuti
dengan semakin meningkatnya kebutuhan-kebutuhan, sehingga memiliki peluang
pasar untuk melayani daya beli dari masyarakat. Adanya inflasi yang merupakan
tingkat kenaikan harga barang dan jasa yang tinggi, mempengaruhi kemampuan
masyarakat untuk membeli suatu barang. Bagi pemasar, adanya kenaikan inflasi
dapat menjadi peluang sekaligus tantangan dalam bersaing.iii. Politik
17
Keputusan strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh perkembangan dalam
lingkungan politik. Lingkungan politik tersebut terdiri dari undang-undang,
kebijakan pemerintah, dan tekanan dari lembaga-lembaga (LSM) yang dapat
mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi serta individu dalam suatu
masyarakat. Ketidakstabilan politik menimbulkan ketidakpastian usaha, dimana
situasi ini paling tidak disukai oleh pengusaha atau investor. Keputusan politik
yang terkadang tidak transparan menjadi penghambat untuk menetapkan strategi-
strategi bersaing secara matang dan berhati-hati untuk memasuki pasar.iv. Hukum
Lemahnya pranata hukum menimbulkan ketidakjelasan dan ketidakpastian
usaha. Disisi lain, lemahnya pranata hukum membuka celah untuk memperoleh
keuntungan bisnis tanpa perlu mengindahkan etika bisnis. Para pelaku usaha
memanfaatkan hubungan baiknya dengan eksekutif pemerintah untuk
mempengaruhi proses pengambilan keputusan hukum dan pelaksanaannya. Hal
ini berakibat pada banyaknya barang yang ditemukan tidak sesuai standar dan
kadarluwarsa di pasaran, serta pencemaran lingkungan akibat operasi industri.
Lemahnya pranata hukum ini memberikan efek merugikan di satu sisi dan
menguntungkan di sisi lain.v. Sosial dan Budaya
Segmen sosial dan budaya berhubungan dengan perilaku sosial dan nilai
budaya dari masyarakat yang berbeda-beda. Perusahaan ditantang untuk
menyadari arti perubahan perilaku dan budaya dalam masyarakat global. Faktor-
faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi suatu perusahaan yaitu berupa
keyakinan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal
perusahaan yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama,
pendidikan, dan etnik. Perubahan sikap sosial akan merubah permintaan
masyarakat akan barang dan jasa. Perusahaan yang cepat dalam mengantisipasi
atau bereaksi secara tepat terhadap perubahan sosial, mereka akan mampu
menawarkan barang dan jasa sesuai kebutuhan dan keinginan masyarakat.vi. Teknologi
Salah satu dimensi utama dari kapabilitas strategi adalah teknologi. Perubahan
teknologi merupakan salah satu kekuatan penting yang mempengaruhi kinerja dan
posisi daya saing perusahaan. Adanya inovasi dan perubahan teknologi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan, apabila berhasil dapat merubah langkah
18
persaingan karena terjadinya dinamika kompetisi. Peluang mendapatkan untung
besar akan menjadi daya tarik bagi pesaing untuk berusaha mentralisir,
menandingi, bahkan mengalahkan keunggulan daripada leader. Banyak
perusahaan telah menggunakan teknologi terkini, baik teknologi proses maupun
produk.b. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro terkait langsung dengan perusahaan dan lebih dekat dengan
perusahaan. Lingkungan mikro sering disebut juga sebagai lingkungan industri
atau lingkungan kompetitif. Jarak yang dekat dengan perusahaan menjadikan
lingkungan mikro memberikan efek langsung terhadap perusahaan. Menurut
Porter, 1979 (dalam Pasaribu, 2015), terdapat lima kekuatan persaingan yang
berpengaruh terhadap struktur ekonomi dalam perusahaan sebagai berikut.
i. Ancaman pendatang baru (Threat of New Entrants)ii. Ancaman barang pengganti (Threat of Substitution)
iii. Daya tawar pemasok (Bargaining Power of Supplier)iv. Daya tawar pembeli (Bargaining Power of Buyer)v. Persaingan antara perusahaan yang sejenis dan industri.2. Analisis Lingkungan Internal
Pada dasarnya perusahaan memiliki lingkungan internalnya masing-masing
yang terkait dengan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.
Adanya analisis lingkungan internal digunakan untuk untuk mengetahui daya
saing perusahaan berdasarkan kondisi internal perusahaan. Kekuatan yang
dimiliki perusahaan dapat disesuaikan dengan peluang-peluang pasar yang ada,
sedangkan kelemahan perusahaan dapat dikendalikan dan dapat diperbaiki.
Menurut David (2012), lingkungan internal terbagi atas beberapa kategori sebagai
berikut.
a. Manajemen
Fungsi manajemen yang digunakan terdiri atas lima aktivitas pokok, yaitu
perencanaan (planning) yang digunakan untuk meraih tujuan diinginkan dalam
perusahaan, pengorganisasian (organizing) yang digunakan untuk menentukan
tugas kerja dan hubungan otoritas yang berlaku, pemotivasian (motivating) yang
digunakan untuk proses mempengaruhi orang untuk meraih tujuan tertentu,
penempatan staf (personalia) atau manajemen sumberdaya manusia yang
digunakan untuk perekrutan, pelatihan, pemecatan, dan lainnya, serta
19
pengendalian (controlling) yang digunakan untuk memastikan bahwa operasi
aktual berjalan sesuai dengan operasi yang direncakan.
b. Pemasaran
Pemasaran dalam hal ini mencakup proses pendefinisian, pengantisipasian,
penciptaan, dan pemenuhan kebutuhan serta keinginan konsumen akan
barang/jasa. Pemasaran yang digunakan meliputi analisis konsumen, penjualan
produk/jasa, perencanaan produk dan jasa, penetapan harga, distribusi, riset
pemasaran, dan analisis peluang.
c. Keuangan/AkuntansiKondisi keuangan dianggap menjadi ukuran tunggal terbaik untuk mengetahui
posisi kompetitif perusahaan dan daya tarik bagi investor. Dalam hal fungsi
keuangan/akuntansi terdapat tiga keputusan, yaitu keputusan investor (alokasi dan
realokasi modal dan sumberdaya), keputusan pembiayaaan, dan keputusan dividen
(jumlah dana yang ditahan perusahaan dibandingkan dengan jumlah yang
dibayarkan kepada pemegang saham). d. Produksi/Operasi
Manajemen produksi/operasi berupaya untuk menangani input, transformasi,
dan output yang beragam dari satu industri ke industri lainnya. Fungsi
produksi/operasi dalam hal ini merupakan kegiatan bisnis yang mencakup semua
aktivitas untuk mengubah input menjadi barang atau jasa.
2.3 Tinjauan Analisis Matriks2.3.1 Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External
Factor Evaluation)Menurut David (2012), analisis matriks IFE dan EFE merupakan analisis
secara deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan usaha yang
dimiliki dalam menghadapi lingkungan internal maupun lingkungan eksternal
dengan cara mendapatkan angka yang mampu menggambarkan kondisi
perusahaan terhadap kondisi lingkungannya. Matriks IFE digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan
dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek
manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi.
20
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan.
Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut
persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan,
hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, serta
data eksternal lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan (Umar, 2001). Sehingga
analisis matriks IFE dan EFE dalam melakukan analisis lingkungan perusahaan
berguna untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada
perusahaan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan perusahaan dalam mencapai
tujuannya.
2.3.2 Analisis Matriks IE (Internal-External)Matriks IE merupakan matriks gabungan antara internal dan eksternal yang
didapatkan dari hasil gabungan antara total skor matriks IFE pada sumbu X dan
total skor matriks EFE pada sumbu Y (David, 2012). Matriks IE bermanfaat untuk
memposisikan suatu unit usaha strategis perusahaan ke dalam matriks yang terdiri
atas sembilan sel. Matriks IE menurut Umar (2001) memiliki tiga sel implikasi
strategi yang berbeda, yaitu :
1. Unit usaha strategis yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan
sebagai Grow dan Build. Strategi-strategi yang cocok bagi unit usaha strategis
pada sel ini yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk,
atau strategi terintegrasi seperti integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan
integrasi horizontal.2. Unit usaha strategis yang berada pada sel III, V, atau VII dapat digambarkan
sebagai Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang umum dipakai yaitu strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk.3. Unit usaha strategis yang berada pada sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan
strategi Harvest atau Divestiture. Startegi yang digunakan berupa likuidasi atau
divestasi. Likuidasi memiliki arti menjual seluruh asset perusahaan atau dengan
kata lain menutup perusahaan.
Jenis-jenis alternatif strategi menurut David (2012) terbagi atas tiga, yaitu
strategi intensif, strategi integrasi, dan strategi defensif yang akan dijabarkan
sebagai berikut.
1. Strategi-Strategi Intensif
21
a. Penetrasi PasarPenetrasi pasar (market penetration) merupakan suatu strategi yang
mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar
saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Upaya-upaya yang
dilakukan meliputi penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkatan
pengeluaran untuk iklan, penawaran produk-produk penjualan secara ekstensif,
atau pelipatgandaan upaya-upaya pemasaran.b. Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar (market development) merupakan suatu strategi untuk
melakukan pengenalan produk atau jasa yang ada saat ini kepada wilayah-wilayah
geografis yang baru. Upaya yang dilakukan seperti membidik segmen baru,
kemasan produk yang baru, saluran distribusi baru yang lebih andal, murah, dan
berkualitas bagus, atau menerapkan kebijakan harga yang berbeda untuk menarik
pelanggan baru.c. Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) merupakan suatu strategi yang
mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau
memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini.2. Strategi-Strategi Integrasia. Integrasi ke Belakang
Integrasi ke belakang (backward integration) merupakan suatu strategi yang
mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok. Setiap
produsen maupun peritel membutuhkan dan membeli material yang dibutuhkan
dari pemasok. Strategi ini sangat tepat ketika pemasok yang ada saat ini tidak
dapat diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
diinginkan.b. Integrasi ke Depan
Integrasi ke depan (forward integration) merupakan suatu strategi yang
berkaitan dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih
besar atas distributor atau peritel. Pengembangan melalui strategi ini seperti
strategi e-commerce, franchise/waralaba, atau factory outlet.c. Integrasi Horizontal
Integrasi horizontal (horizontal integration) merupakan suatu strategi yang
mengacu pada mengupayakan kepemilikanatau kendali yang lebih besar atas
pesaing. Beberapa contoh diantaranya merger, akuisisi, pengambilalihan
22
(takeover) diantara para pesaing memungkinkan peningkatan skala ekonomi serta
mendorong transfer sumberdaya dan kompetensi.3. Strategi-Strategi Defensifa. Penciutan
Penciutan (retrenchment) merupakan suatu strategi yang dilakukan dengan
mengelompokkan ulang (regrouping) melalui pengurangan biaya dan asset untuk
membalikkan penjualan dan laba yang menurun. Selama mengalami penciutan,
para penyusun strategi bekerja dengan sumberdaya yang terbatas dan menghadapi
tekanan dari pemegang saham, karyawan, dan media.b. Divestasi
Divestasi (divestiture) merupakan suatu strategi untuk menjual satu divisi atau
bagian dari suatu organisasi. Strategi divestasi sering digunakan untuk
mendapatkan modal guna akuisis atau investasi strategis lebih jauh. Divestasi
dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk membebaskan
organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu
banyak modal, atau yang tidak begitu sesuai dengan aktivitas-aktivitas perusahaan
yang lain.c. Likuidasi
Likuidasi (liquidation) merupakan suatu strategi yang dilakukan dengan
menjual seluruh asset perusahaan secara terpisah-pisah untuk kekayaan
berwujudnya. Strategi likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan konsekuensi
yang sulit secara komersial. Adanya likuidasi memberikan peluang untuk
menghentikan operasi daripada tetap melanjutkan usaah dengan menderita
kerugian uang dalam jumlah banyak.
2.3.3 Analisis Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)Pemahaman mengenai matriks SWOT menurut David (2012), sebagai alat
pencocokan yang penting untuk membantu para manajer dalam mengembangkan
empat jenis strategi, yaitu strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO
(kelemahan-peluang), strategi ST (kekuatan-ancaman), dan WT (kelemahan-
ancaman). Penjabaran empat jenis strategi SWOT sebagai berikut.
1. Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik
keuntungan dari peluang-peluang eksternal yang ada di luar perusahaan. Secara
umum, perusahaan akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk
melaksanakan strategi SO. Sebuah perusahaan jika memiliki kelemahan yang
23
besar, maka akan mengatasi kelemahan tersebut dan mengubahnya menjadi
kekuatan. Sama halnya dengan perusahaan yang dihadapkan pada banyak
ancaman, maka perusahaan berusaha untuk menghindarinya untuk
berkonsentrasu pada peluang-peluang yang ada.2. Strategi WO bertujuan untuk memperkecil atau memperbaiki kelemahan-
kelemahan internal dengan cara memanfaatkan peluang eksternal. Perusahaan
terkadang yang menghadapi kesulitan memanfaatkan peluang yang ada karena
adanya kelemahan internal yang dimiliki. Alternatif untuk mengatasi
permasalah tersebut dengan mengakuisisi melalui usaha patungan (joint
venture) dengan perusahaan lain yang mempunyai kompetensi di bidang yang
menjadi kelemahan perusahaan, atau dengan merekrut dan melatih orang agar
memiliki kapabilitas teknis yang diperlukan perusahaan untuk menutupi
kelemahan yang dimilikinya.3. Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk mengurangi atau
menghindari dampak dari ancaman eksternal. Tidak semua perusahaan yang
memiliki kekuatan harus selalu menghadapi ancaman langsung dari lingkungan
eksternalnya. Semisal perusahaan yang sudah memiliki hak paten atas produk
ciptaannya akan menjadi kekuatan yang dimilikinya. Ancaman yang terjadi
yaitu perusahaan pesaing akan meniru gagasan, inovasi, dan produk yang telah
dipatenkan oleh perusahaan tersebut.4. Strategi WT merupakan taktik defensif (bertahan) dengan cara mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Perusahaan yang
dihadapkan pada berbagai kelemahan internal dan ancaman eksternal berada
pada posisi yang membahayakan. Perusahaan yang berada pada posisi ini akan
berjuang untuk bertahan dengan melakukan beberapa alternatif strategi seperti
melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih
likuidasi.
Matriks SWOT memerlukan judgment yang baik dalam menentukan key
success factors untuk lingkungan internal dan eksternal, dikarenakan tidak ada
satupun matching tool yang dianggap baik. Pada akhirnya kegunaan matriks
SWOT dalam tahap pencocokan tidak untuk memilih atau menentukan strategi
mana yang terbaik, melainkan untuk membangkitkan strategi alternatif yang
fisibel untuk dilaksanakan (Umar, 2001).
24
2.3.4 Analisis Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
QSPM merupakan alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk
melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif berdasarkan key
success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya
(Umar, 2001). Metode QSPM ini digunakan untuk mengevaluasi strategi yang
akan diterapkan sehingga mampu mengoptimalkan hasil yang diperoleh. Pendapat
lain mengenai metode QSPM menurut David (2012), digunakan untuk
menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun berdasarkan
faktor-faktor keberhasilan penting internal-eksternal. Daya tarik relatif dari setiap
strategi di dalam serangkaian alternatif dihitung dengan menentukan dampak
kumulatif dari setiap faktor keberhasilan penting internal dan eksternal. Sehingga
tujuan dari QSPM untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness)
dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih untuk menentukan strategi
mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.
III KERANGKA TEORITIS3.1 Kerangka Pemikiran
Industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian merupakan salah satu produsen penghasil produk olahan
makanan berbahan dasar jamur tiram putih. Pasokan bahan baku jamur tiram putih
didapatkan dari hasil budidaya jamur tiram milik sendiri serta petani jamur tiram
disekitar Kota Batu dan Malang. Industri kecil dan menengah yang bergerak
dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian dalam memasarkan produknya
dapat dikatakan sebagai pendatang baru yang sampai saat ini masih mampu
bertahan di industri olahan makanan karena memiliki inovasi produk yang
beragam. Ragam olahan makanan yang ditawarkan oleh industri kecil dan
menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian
diantaranya yaitu tahu bakso jamur, risoles jamur, martabak jamur, lumpia jamur,
serta produk olahan lainnya. Tersedia pula jamur tiram dan jamur kuping untuk
dijual dalam bentuk segar tanpa diolah.Industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian memiliki beberapa potensi yang dapat dijadikan kekuatan dalam
menjalankan usahanya untuk tetap bertahan di industri olahan makanan, potensi
tersebut antara lain merupakan produk inovasi baru sehingga untuk menikmati
jamur tiram tidak lagi dalam bentuk tumisan sayur ataupun berupa jamur krispi,
inovasi jamur tiram diolah menjadi makanan siap saji dalam bentuk yang unik.
Potensi selanjutnya memiliki rasa yang enak dan bergizi, serta harga jual produk
yang terjangkau. Terdapat pula beberapa kendala yang dialami oleh industri kecil
dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian
dalam memasarkan produk olahannya, yaitu produk belum banyak dikenal oleh
masyarakat karena selama ini masyarakat hanya mengetahui olahan jamur tiram
sebatas jamur krispi, kemasan yang masih tergolong sederhana dengan
menggunakan dus kotak makanan tanpa diberi label merek, promosi melalui
media sosial belum maksimal karena informasi mengenai produk kurang
diperbarui, volume penjualan yang berfluktuatif, serta segmen pasar yang masih
sedikit dan terbatas.Analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha perlu di evaluasi
untuk mengetahui kondisi kekuatan dan kelemahan internal usaha serta
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mungkin terjadi dari lingkungan
26
27
eksternal usaha. Faktor internal berupa manajemen, tenaga kerja, produksi,
pemasaran, dan keuangan, sedangkan faktor eksternal berupa konsumen,
pemasok, pesaing, teknologi, dan pemerintah. Setelah menggali informasi
mengenai lingkungan internal dan eksternal usaha, akan digunakan matriks IFE
dan EFE untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dari usaha industri kecil dan menengah yang bergerak
dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian. Langkah selanjutnya hasil kedua
matriks IFE dan EFE akan dipadukan dalam matriks IE yang digunakan untuk
mengetahui posisi usaha industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang
olahan jamur tiram di lokasi penelitian saat ini dan mendapatkan inti strategi
perusahaan, kemudian menggunakan matriks SWOT untuk menetapkan beberapa
alternatif strategi yang akan dilakukan perusahaan agar kegiatan pemasaran
produk dapat memberikan hasil yang maksimal. Tahap terakhir menggunakan
matriks QSPM sebagai tahap akhir untuk pengambilan keputusan strategi yang
paling tepat untuk keberlangsungan usaha industri kecil dan menengah yang
bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian. Matriks QSPM
digunakan untuk mengetahui urutan prioritas strategi pemasaran yang baik dan
tepat untuk diimplementasikan pada usaha industri kecil dan menengah yang
bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian yang diperoleh dari
matriks IE dan SWOT. Alur berpikir penelitian disajikan dalam skema kerangka
pemikiran pada gambar 1.
Industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian
Lingkungan Usaha
Faktor Internal :ManajemenTenaga Kerja
ProduksiPemasaran (4P)
Keuangan
Faktor Eksternal :KonsumenPemasokPesaing
TeknologiPemerintah
28
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
3.2 Definisi Operasional VariabelDefinisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan
sebagai berikut :
1. Industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian adalah usaha milik perseorangan yang menjadi bagian dari
industri pengolahan makanan dengan memanfaatkan jamur tiram putih sebagai
bahan baku utama. Industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan
jamur tiram di lokasi penelitian memiliki kekayaan bersih sebesar 35 juta,
pendapatan per tahun sebesar 13 juta, dan memiliki tenaga kerja sejumlah 10
orang.2. Lingkungan internal adalah lingkungan yang langsung berkaitan dengan usaha
industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di
lokasi penelitian yang meliputi manajemen, tenaga kerja, produksi, pemasaran
(4P), dan keuangan.3. Manajemen adalah proses perencanaan usaha, pengorganisasian tenaga kerja,
serta controlling kegiatan produksi pada usaha industri kecil dan menengah
yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian
29
4. Tenaga kerja adalah karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi
maupun pemasaran pada usaha industri kecil dan menengah yang bergerak
dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian, terkait dengan pembagian
pekerjaan, jam kerja, dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan.5. Produksi adalah proses transformasi dari bahan baku jamur tiram segar
menjadi produk olahan jamur tiram.6. Pemasaran adalah kegiatan menyampaikan produk olahan jamur tiram kepada
konsumen agar mudah dijangkau melalui pemilihan lokasi yang tepat, harga
yang terjangkau, dan promosi yang menarik.7. Keuangan adalah kegiatan dalam pembukuan keuangan usaha industri kecil
dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian
serta terkait perolehan modal usaha.8. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada diluar usaha industri
kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian yang meliputi konsumen, pemasok, pesaing, teknologi, dan
pemerintah.9. Konsumen adalah pihak yang menjadi sasaran pembeli/pelanggan produk
olahan industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram
di lokasi penelitian10. Pemasok adalah pihak yang berperan dalam penyediaan bahan baku utama
jamur tiram serta bahan baku penunjang untuk keberlangsungan usaha industri
kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur tiram di lokasi
penelitian.11. Pesaing adalah usaha produk merek lain yang sejenis dan/atau serupa dengan
usaha milik industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang olahan jamur
tiram di lokasi penelitian. Pesaing dapat memberikan dampak positif maupun
negatif terhadap usaha industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang
olahan jamur tiram di lokasi penelitian.12. Teknologi adalah upaya penggunaan peralatan produksi untuk mempermudah
dalam proses produksi produk olahan jamur tiram.13.Pemerintah adalah pihak yang terkait dengan kebijakan-kebijakan yang
diberlakukan dalam menjalankan suatu usaha. Kebijakan yang diberlakukan
oleh pemerintah kepada usaha industri kecil dan menengah yang bergerak
dibidang olahan jamur tiram di lokasi penelitian dapat memberikan dampak
30
positif maupun negatif. Peran pemerintah terkait yaitu Dinas Ketahanan
Pangan Kota Batu.
IV METODE PENELITIAN4.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan campuran/kombinasi (mix
methods) bertujuan untuk menggabungkan/mengkombinasikan antara dua jenis
pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif digunakan untuk memperoleh data hasil wawancara yang bersumber dari
key informan. Pada penelitian ini pendekatan kualitatif digunakan pada data yang
telah dianalisis dengan menggunakan matriks IE, matriks SWOT, dan data
penjualan dari IKM Rumah Jamur tahun 2016. Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk memperoleh data yang berupa angka atau data kualitatif yang
diangkakan/scorring yang diperoleh dengan bantuan kuesioner. Pada penelitian
ini pendekatan kuantitatif digunakan pada data yang telah dianalisis dengan
menggunakan matriks IFE, matriks EFE, dan matriks QSPM.
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian dilakukan di IKM Rumah Jamur yang beralamat di Jalan
Pipier No. 2, Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Penentuan lokasi penelitian atas dasar pertimbangan bahwa IKM Rumah Jamur
merupakan salah satu produsen produk makanan olahan berbahan dasar jamur
tiram putih, sehingga diharapkan dapat menjawab tujuan penelitian mengenai
topik strategi pemasaran. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017.
4.3 Teknik Penentuan SampelSampel pada penelitian ini dibedakan atas dua jenis, yaitu sampel yang berasal
dari lingkungan internal dan eksternal. Sampel yang berasal dari lingkungan
internal merupakan key informan karena mengetahui serta memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Pihak internal yang menjadi
key informan merupakan pemilik usaha IKM Rumah Jamur. Sampel yang berasal
dari lingkungan eksternal yaitu konsumen IKM Rumah Jamur sebagai acuan
penentu variabel strategi pemasaran, serta pemasok Agronusa Mushroom dan
perwakilan dari pihak Dinas Ketahanan Pangan Kota Batu sebagai pihak yang
berperan dalam penentu faktor eksternal diluar usaha IKM Rumah Jamur.Teknik penentuan sampel untuk lingkungan internal dan eksternal
menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan
sampling melalui pendekatan non probability. Teknik ini digunakan dengan
31
32
pertimbangan bahwa sampel dalam penelitian ini mampu menjawab pertanyaan
seputar strategi pemasaran usaha IKM Rumah Jamur. Jumlah konsumen yang
akan dijadikan sampel sejumlah 100 orang karena dianggap sudah dapat mewakili
sampel dari lingkungan eksternal Rumah Jamur. Ukuran sampel yang layak dalam
penelitian menurut Sugiyono (2009), yaitu berkisar antara 30 sampai dengan 500
sampel. Kriteria sampel yang dijadikan sampel penelitian yaitu konsumen yang
pernah membeli dan/atau mengkonsumsi salah satu atau keseluruhan dari produk
olahan jamur tiram IKM Rumah Jamur.
4.4 Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pada penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang digunakan akan dijabarkan sebagai berikut.
1. WawancaraTeknik wawancara pada penelitian ini diajukan kepada produsen, pemasok, dan
pemerintah yang menjadi sampel key informan. Wawancara dilakukan secara
terstruktur dengan menggali informasi strategi pemasaran usaha IKM Rumah
Jamur kepada para narasumber.Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat dalam teknik pengumpulan
data. Cara ini dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis untuk dijawab oleh sampel penelitian. Kuesioner terbuka
diajukan kepada produsen, pemasok, dan pemerintah untuk menggali informasi
dasar mengenai faktor strategi pemasaran usaha IKM Rumah Jamur, tersaji pada
lampiran 2, 4, dan 5. Kuesioner tertutup diajukan kepada konsumen sebagai acuan
penentu variabel strategi pemasaran, tersaji pada lampiran 3, serta kuesioner
tertutup bagi produsen sebagai penentu bobot, rating, dan skoring faktor-faktor
usaha IKM Rumah Jamur, tersaji pada lampiran 7-14.2. Observasi
Teknik observasi pada penelitian ini menggunakan pendekatan non participant
observation. Teknik observasi ini digunakan karena peneliti tidak ikut secara
langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Observasi yang
dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan pemasaran produk
olahan di IKM Rumah Jamur.3. Dokumentasi
33
Teknik ini diperoleh dari skripsi, jurnal, buku, internet, dan/atau laporan yang
terkait dengan kajian yang diteliti. Data seperti arsip resmi, arsip foto, dan
dokumentasi data di lokasi penelitian yang bersangkutan dapat digunakan sebagai
data untuk mendukung penelitian. Data yang bersumber dari IKM Rumah Jamur
yaitu volume penjualan dan pendapatan pada tahun 2016, tersaji pada lampiran 1.
4.5 Teknik Analisis DataTeknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
pendekatan kuantitatif untuk menjabarkan matriks yang digunakan. Hasil data
menggunakan pendekatan kualitatif berupa penjelasan dan catatan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Hasil data ini akan diinput menggunakan matrik IE
dan matriks SWOT. Hasil data menggunakan pendekatan kuantitatif berupa bobot,
rating, dan skoring akan diinput menggunakan matriks IFE, matriks EFE, dan
matriks QSPM. Penggunaan pendekatan kuantitatif bertujuan untuk mendapatkan
data yang valid dan pasti, serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.Penentuan alternatif strategi pemasaran menggunakan tiga tahap perumusan
perencanaan strategi dalam pengambilan keputusan, yaitu pertama tahap input
dengan menggunakan matriks IFE dan EFE, kedua tahap pencocokan dengan
menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, dan ketiga tahap keputusan dengan
menggunakan matriks QSPM yang akan dijabarkan sebagai berikut (Umar, 2001).
1. Tahap Input
Tahap pertama yang dilakukan yaitu menggali informasi terkait analisa
lingkungan internal dan eksternal dari usaha IKM Rumah Jamur. Tahap ini
meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk tahap berikutnya terkait
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki. Informasi yang
didapat akan diinput kedalam matriks IFE dan EFE dengan langkah sebagai
berikut secara berurutan.
Analisis Matriks IFE
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan untuk matriks
IFE pada kolom 1, disajikan pada tabel 2.b. Menentuan bobot pada kolom 2 dengan mengajukan identifikasi faktor
strategis internal kepada pihak pemilik usaha dengan menggunakan metode
skala perbandingan pasangan (paired-comparison scale), disajikan pada tabel
34
1. Teknik ini, responden dihadapkan pada sepasang objek (2 matriks) dan
diminta memilih satu yang berkaitan dengan sikap yang diteliti.
Tabel 1. Skala Perbandingan Pasangan IFE
Faktor Strategis Internal A B C … Total BobotABC…
Total 1,00Sumber : Kinnear dan James (1988)
Jumlah bobot keseluruhan tidak boleh melebihi skor total 1,00 atau harus sama
dengan 1,00 dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
ai=X i
∑i=1
n
X i
Keterangan :
ai = bobot variabel ke-i
Xi = nilai variabel ke-i
N = jumlah varian
i = 1,2,3,… n
c. Menentukan rating pada kolom 3 yang mengacu pada kondisi usaha untuk
masing-masing faktor. Skala yang diberikan antara 1 sampai 4 sebagai berikut.1 = memiliki kekuatan yang sangat kecil atau kelemahan yang sangat besar2 = memiliki kekuatan yang kecil atau kelemahan yang besar3 = memiliki kekuatan yang besar atau kelemahan yang kecil4 = memiliki kekuatan yang sangat besar atau kelemahan yang sangat kecil
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
nilai skor.e. Jumlahkan keseluruhan skor untuk memperoleh nilai total skor bagi unit usaha
yang dinilai dengan rata-rata nilai adalah 2,5. Nilai total skor 3,0-4,0 berarti
unit usaha merespon kuat kondisi internal, total skor 2,0-2,99 berarti unit usaha
merespon sedang/rata-rata kondisi internal, dan total skor 1,0-1,99 berarti unit
usaha merespon lemah kondisi internal.
Tabel 2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating SkorA. Kekuatan :
35
--B. Kelemahan :--
Total (A+B) 1,00Sumber : David (2012)
Analisis Matriks EFE
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman untuk matriks EFE
pada kolom 1, disajikan pada tabel 4.b. Menentuan bobot pada kolom 2 dengan mengajukan identifikasi faktor
strategis eksternal kepada pihak pemilik usaha dengan menggunakan metode
skala perbandingan pasangan (paired-comparison scale), disajikan pada tabel
3. Teknik ini, responden dihadapkan pada sepasang objek (2 matriks) dan
diminta memilih satu yang berkaitan dengan sikap yang diteliti.
Jumlah bobot keseluruhan tidak boleh melebihi skor total 1,00 atau harus sama
dengan 1,00 dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
ai=X i
∑i=1
n
X i
Keterangan :
ai = bobot variabel ke-i
Xi = nilai variabel ke-i
N = jumlah varian
i = 1,2,3,… n
Tabel 3. Skala Perbandingan Pasangan EFE
Faktor Strategis Eksternal A B C … Total BobotABC…
Total 1,00
36
Sumber : Kinnear dan James (1988)
c. Menentukan rating pada kolom 3 yang mengacu pada kondisi usaha untuk
masing-masing faktor. Skala yang diberikan antara 1 sampai 4 sebagai berikut.1 = memiliki peluang yang sangat kecil atau ancaman yang sangat besar2 = memiliki peluang yang kecil atau ancaman yang besar3 = memiliki peluang yang besar atau ancaman yang kecil4 = memiliki peluang yang sangat besar atau ancaman yang sangat kecil
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
nilai skor.e. Jumlahkan keseluruhan skor untuk memperoleh nilai total skor bagi unit usaha
yang dinilai dengan rata-rata nilai adalah 2,5. Nilai total skor 3,0-4,0 berarti
unit usaha merespon kuat kondisi eksternal, total skor 2,0-2,99 berarti unit
usaha merespon sedang/rata-rata kondisi eksternal, dan total skor 1,0-1,99
berarti unit usaha merespon lemah kondisi eksternal.
Tabel 4. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating SkorA. Peluang :--B. Ancaman :--
Total (A+B) 1,00Sumber : David (2012)
2. Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan berfokus pada menciptakan alternatif-alternatif strategi yang
layak digunakan dengan mencocokan faktor internal dan eksternal. Tahap
pencocokan pada penelitian ini menggunakan matriks IE dan matriks SWOT
disajikan sebagai berikut.
Analisis Matriks IEMatrik ini bermanfaat untuk memposisikan suatu usaha kedalam 9 sel. Matriks
IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total skor bobot IFE pada sumbu x
dan total skor bobot EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, total skor
bobot IFE sebesar 1,0-1,99 menunjukkan posisi internal usaha yang lemah, total
IX
I
VIII
VIV
III
VII
II
IV
Kuat3,0-4,0
Sedang2,0-2,99
Lemah1,0-1,99
Tinggi3,0-4,0
Sedang2,0-2,99
Rendah1,0-1,99
TOTAL SKOR IFE
TO
TA
L S
KO
REFE
Gambar 2. Format Matriks IE
37
skor bobot 2,0-2,99 menunjukkan posisi internal usaha yang sedang, dan total
skor bobot 3,0-4,0 menunjukkan posisi internal usaha yang kuat. Pada sumbu y
dari matriks IE, total skor bobot EFE sebesar 1,0-1,99 menunjukkan posisi
eksternal usaha yang rendah, total skor bobot 2,0-2,99 menunjukan posisi
eksternal usaha yang sedang, dan total skor bobot 3,0-4,0 menunjukkan posisi
eksternal usaha yang tinggi.
Analisis Matriks SWOTMatriks SWOT menggambarkan secara jelas mengenai peluang dan ancaman
yang dihadapi perusahaan yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh perusahaan. Matriks SWOT menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategis disajikan pada gambar 3. Langkah-langkah penyusunan
matriks SWOT dijabarkan sebagai berikut.
1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan (O).2. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan (T).3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan (S).4. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan (W).5. Menyesuaikan kekuatan internal perusahaan (S) dengan peluang eksternal
perusahaan (O) untuk menghasilkan strategi SO yang tepat.
38
6. Menyesuaikan kekuatan internal perusahaan (S) dengan ancaman eksternal
perusahaan (T) untuk menghasilkan strategi ST yang tepat.7. Menyesuaikan kelemahan internal perusahaan (W) dengan peluang eksternal
perusahaan (O) untuk menghasilkan strategi WO yang tepat.8. Menyesuaikan kelemahan internal perusahaan (W) dengan ancaman eksternal
perusahaan (T) untuk menghasilkan strategi WT yang tepat.
Internal
Eksternal
Strength (S)(tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan internal)
Weakness (W)(tentukan 5-10 faktor yang menjadi kelemahan internal)
Opportunities (O)(tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang eksternal)
Strategi SOCiptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi WOCiptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memnafaatkan peluang.
Threats (T)(tentukan faktor-faktor yang menjadi ancaman eksternal)
Strategi STCiptakan strategi untuk menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman/tantangan.
Startegi WTCiptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman/tantangan.
Gambar 3. Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)
3. Tahap Keputusan
Tahap keputusan merupakan tahap terakhir dalam perumusan perencanaan
strategi. Tahap ini menggunakan matriks QSPM sebagai teknik yang dirancang
untuk memutuskan pilihan strategi yang dipilih dari berbagai tindakan alternatif.
Teknik ini secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik setelah
melakukan tahap input dan tahap pencocokan, disajikan pada tabel 5. Terdapat
enam langkah dalam menggunakan teknik QSPM sebagai berikut.
1. Membuat daftar kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman
eksternal utama pada kolom 1. Informasi mengenai faktor internal dan
eksternal diambil dari matriks IFE dan EFE.2. Beri bobot di kolom 2 pada setiap faktor internal dan eksternal sesuai dengan
bobot pada matriks IFE dan EFE.3. Cermati matriks-matriks pada tahap pencocokan untuk mengidentifikasi
berbagai strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterpakan oleh
perusahaan.
39
4. Tentukan skor daya tarik/attractiveness score (AS) dengan kisaran skor yaitu 1
= tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tarik rendah, 3 = daya tarik sedang, dan 4
= daya tarik tinggi.5. Hitung skor daya tarik total/total attractiveness score (TAS) dengan
mengkalikan antara kolom bobot dengan kolom skor daya tarik. Semakin
tinggi skor daya tarik total yang dihasilkan, maka semakin menarik pula
strategi alternatif tersebut.6. Jumlahkan skor daya tarik total pada kolom disetiap kolom strategi QSPM
hingga menghasilkan jumlah keseluruhan daya tarik total/sum total
attractiveness scores (STAS). Skor STAS yang paling tinggi mengindikasikan
strategi lebih menarik.
Tabel 5. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3Faktor-Faktor Utama Bobot AS TAS AS TAS AS TAS
A. Kekuatan-
B. Kelemahan-
Total 1,00C. Peluang-
D. Ancaman-
Total 1,00Sumber : David (2012)
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Usaha
5.1.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha
IKM (Industri Kecil dan Menengah) Rumah Jamur merupakan usaha
perseorangan yang bergerak di bidang kuliner. IKM Rumah Jamur menyajikan
aneka produk olahan berbahan dasar jamur tiram dengan berbagai macam varian
menu. Berbagai macam olahan berbahan dasar jamur tiram dihasilkan oleh IKM
Rumah Jamur diantaranya tahu bakso jamur, risoles jamur, martabak jamur,
lumpia jamur, dan olahan jamur lainnya. Usaha IKM Rumah Jamur ini diawali
dari lingkungan pemilik yang telah lama melakukan budidaya jamur, kemudian
merambah menjadi produk olahan makanan dengan memanfaatkan sisa penjualan
dari jamur tiram.
Berdiri sejak 06 September 2013, usaha ini dimulai dari kegiatan bazar pesta
wirausaha UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) tempat pemilik IKM
Rumah Jamur menimba ilmu di bangku perkuliahan. Kebutuhan kampus yang
serba mahal seperti transportasi, buku, makan, dan lainnya menuntut Abdullah
Dzikri untuk memulai usaha olahan jamur tiram. Produk awal yang ditawarkan
berupa tahu bakso jamur dan risoles jamur. Alasan pemilihan jamur tiram sebagai
bahan baku dasar produk olahan yang digelutinya yaitu karena sudah memiliki
pengalaman yang cukup lama pada budidaya jamur tiram, mencari olahan jajanan
yang berbeda untuk dijadikan identitas pembeda produk, melimpahnya jamur
tiram saat panen raya, serta permintaan jamur tiram menurun saat pasar libur.
Perkembangan usaha IKM Rumah Jamur mengalami pasang surut. Pada awal
usaha dimulai dari menjual kue dari kelas ke kelas, kemudian menuju kantin-
kantin kampus UMM dan Brawijaya, barulah mulai mencoba menjual dengan
membuka outlet/gerai usaha. Lokasi outlet yang digunakan berada di Bendungan
Sigura-gura, Tirto Utomo, dan kantin Fakultas Pertanian UB. Secara umum,
kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha Rumah Jamur seperti modal yang
tersedia terbatas, bahan baku produksi terbatas, sewa tempat outlet yang relatif
mahal, pencarian pegawai outlet yang sulit tidak menghalangi pemilik IKM
Rumah Jamur untuk mengembangkan usahanya untuk lebih baik lagi kedepannya.
41
42
5.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Usaha
Visi :
1. Mengenalkan jajanan yang berbeda dengan menggunakan jamur tiram sebagai
bahan baku utama.2. Membuat bahan baku jamur tiram agar dapat diolah menjadi olahan jajanan
yang beragam.
Misi :
1. Memulai usaha dari skala kecil terlebih dahulu.2. Mengenalkan keberadaan produk olahan jamur tiram kepada masyarakat.
Tujuan Usaha : Tujuan usaha yang dimiliki terbagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang sebagai berikut.
1. Jangka Pendek :a. Meningkatkan penjualan produk olahan jamur tiram.b. Memperkenalkan olahan jamur tiram kepada masyarakat.2. Jangka Panjang :a. Mengembangkan usaha IKM Rumah Jamur menjadi restaurant dengan menu
serba jamur tiram yang terinspirasi dari rumah makan jejamuran di Jogja.
5.1.3 Struktur Organisasi Usaha
IKM Rumah Jamur merupakan usaha perseorangan yang langsung dikelola
oleh Abdullah Dzikri sebagai pemilik (owner). Peran Abdullah Dzikri selain
sebagai pemilik usaha yaitu merencanakan kegiatan produksi, melakukan
pencatatan keuangan usaha, serta langsung mengkontrol tim produksi, distribusi,
dan pemasaran yang bekerja pada IKM Rumah Jamur. Tim produksi bertugas
mengolah bahan baku jamur tiram segar menjadi produk olahan jamur tiram
dengan total karyawan sebanyak lima orang, yaitu Sita, Erni, Puji, Min, dan Yus.
Tim distribusi bertugas mengirimkan barang dari tempat produksi (Batu) menuju
tempat pemasaran outlet (Malang) maupun pesanan luar Kota Malang melalui
ekspedisi dengan total karyawan sebanyak dua orang, yaitu Luthfi dan Mirza. Tim
pemasaran bertugas menjaga outlet/gerai yang berada di Jalan Sigura-gura Malang
dan menyajikannya kepada konsumen dengan total karyawan sebanyak dua orang,
yaitu Ani dan Fita. Struktur organisasi dari usaha IKM Rumah Jamur secara
skematis disajikan pada gambar 4 sebagai berikut.
Pemilik/Owner IKM Rumah JamurAbdullah Dzikri
Tim Produksi
Sita, Erni, Puji,
Min, dan Yus
Tim Distribusi
Luthfi dan Mirza
Tim PenjualanAni dan Fita
43
Gambar 4. Struktur Organisasi Usaha IKM Rumah Jamur
5.2 Hasil dan Pembahasan5.2.1 Analisis Strategi Pemasaran yang Diterapkan
IKM Rumah Jamur dalam memasarkan produknya telah menerapkan strategi
pemasaran terkait bauran pemasaran 4P, yaitu product, price, place, dan
promotion. Hasil analisis strategi pemasaran yang telah digunakan oleh IKM
Rumah Jamur dikaitkan dengan volume penjualan dan pendapatan usaha untuk
membuktikan hipotesis penelitian, tersaji pada lampiran 1. Memanfaatkan bauran
pemasaran yang mencakup produk (product), harga (price), promosi (promotion),
dan distribusi (place) secara efektif dalam strategi pemasaran akan meningkatkan
volume penjualan dan pendapatan, tersaji pada tabel 6.Tabel 6. Strategi Pemasaran IKM Rumah Jamur 2016
Tahun2016
Strategi Pemasaran (4P) VolumePenjualan
(buah)
Pendapatan(Rp)Produk Harga Distribusi Promosi
Strategi1 (Feb)
Menjual tigajenis produk dan kemasandus kotak tanpa merek
Harga produk mulai dari Rp. 2.000-Rp. 3.000
Distribusi ke Malang melalui outlet sigura-gura
Promosi melalui mediainternet (wordpreess/blog)
2.582 8.071.500
Strategi2 (Mar)
Menjual tigajenis produk dan kemasandus kotak tanpa merek
Harga produk mulai dari Rp. 2.000-Rp. 3.000
Distribusi ke Malang melalui outlet sigura-gura
Promosi melalui mediasosial (FB,WA, BBM)
3.958 12.588.500
Tabel 6. (lanjutan)
Tahun2016
Strategi Pemasaran (4P) VolumePenjualan
(buah)
Pendapatan(Rp)Produk Harga Distribusi Promosi
44
Strategi3 (Apr)
Tambahan produk baru dan kemasandus kotak tanpa merek
Harga produk mulai dari Rp. 2.000-Rp. 3.000
Tambahan outlet distribusi di FP UB
Promosi melalui mediasosial (instagram)
3.547 10.651.000
Strategi4 (Mei)
Menjual empat jenis produk dan kemasan duskotak tanpa merek
Harga produk mulai dari Rp. 2.000-Rp. 3.000
Tambahan outlet distribusi di UMM
Promosi melalui pameran pangan nusantara jogja dan brosur
3.368 9.316.000
Strategi5 (Juni)
Menjual empat jenis produk dan kemasan mika plastik dan stiker merek
Harga produk mulai dari Rp. 2.000-Rp. 3.000
Distribusi ke Malang melalui outlet-outlet
Promosi melalui mediasosial
4.893 14.864.500
Strategi6 (Okt)
Menjual empat jenis produk dan kemasan mika plastik dan stiker merek
Kenaikan harga produk Rp.500-Rp. 1.000
Distribusi melalui open reseller bagi mahasiswa
Promosi melalui pameran hari pangan dunia 3.558 11.741.500
Strategi7 (Nov)
Menjual empat jenis produk dan kemasan mika plastik dan stiker merek
Harga produk Rp.2.500-Rp. 4.000
Distribusi melalui jasa kurir go-food
Promosi melalui mediasosial
2.681 8.127.000
Sumber : Data primer diolah, 2017
Pada tabel 6, tersaji 7 strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh IKM
Rumah Jamur pada tahun 2016 dikaitkan dengan volume penjualan produk (buah)
dan pendapatan usaha (Rp). Strategi pemasaran tersebut terkait dengan strategi
produk, strategi harga, strategi distribusi, dan strategi promosi yang akan
dijabarkan sebagai berikut.
1. Strategi 1Strategi 1 yang diterapkan oleh IKM Rumah Jamur dengan menjual tiga jenis
produk olahan jamur, yaitu tahu bakso jamur, risoles jamur, dan martabak jamur
dengan kemasan menggunakan dus kotak kue tanpa label merek. Harga yang
ditawarkan berkisar Rp. 2.000-Rp. 3.000. Strategi distribusi dilakukan dengan
membuka gerai outlet di Malang untuk mempermudah target pasar memperoleh
45
produk olahan jamur tiram. Promosi yang dilakukan menggunakan media internet
berupa wordpress/blog yang menyajikan profil usaha, daftar produk, daftar harga,
dan lainnya. Strategi 1 yang diterapkan ini menghasilkan pendapatan sebesar Rp.
8.071.500 dengan volume penjualan produk sebesar 2.582 buah.2. Strategi 2
Strategi 2 yang diterapkan oleh IKM Rumah Jamur memiliki kesamaan dengan
strategi 1 terkait produk, harga, dan distribusi. Perbedaan strategi 2 terletak pada
promosi yang dilakukan dengan menggunakan media sosial, yaitu facebook,
whatsapp, dan blackberry messenger. Strategi 2 yang diterapkan ini menghasilkan
pendapatan sebesar Rp. 12.588.500 dengan volume penjualan sebesar 3.958 buah.3. Strategi 3
Strategi 3 yang diterapkan oleh IKM Rumah Jamur dengan menambahkan
produk baru, yaitu lumpia jamur, sehingga terdapat empat jenis produk olahan
jamur tiram yang disajikan. Kemasan produk tetap menggunakan dus kotak kue
dengan harga yang ditawarkan berkisar Rp. 2.000-Rp. 3.000. Strategi distribusi
dilakukan dengan menambah jumlah outlet di FP UB. Promosi melalui media
sosial ditambahkan dengan menggunakan akun instagram untuk memperluas
promosi dengan target pasar mahasiswa. Strategi 3 yang diterapkan ini
menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 10.651.000 dengan volume penjualan
sebesar 3.547 buah.4. Strategi 4
Strategi 4 yang diterapkan oleh IKM Rumah Jamur memiliki kesamaan dengan
strategi 3 terkait produk, harga, dan distribusi. Perbedaan strategi 4 terletak pada
promosi yang dilakukan dengan mengikuti pameran pangan nusantara yang
diselenggarakan di Jogjakarta dan penyebaran brosur yang menyajikan profil
usaha, daftar produk, daftar harga, dan lainnya. Strategi 4 yang diterapkan ini
menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 9.316.000 dengan volume penjualan
sebesar 3.368 buah.5. Strategi 5
Strategi 5 yang diterapkan oleh IKM Rumah Jamur dengan menjual empat
jenis produk olahan jamur, yaitu tahu bakso jamur, risoles jamur, martabak jamur,
dan lumpia jamur. Kemasan produk dirubah dengan menggunakan kemasan mika
plastik dan diberi stiker merek. Harga yang ditawarkan berkisar Rp. 2.000-Rp.
3.000. Strategi distribusi tetap menggunakan gerai outlet dengan promosi melalui
media sosial, yaitu whatsapp, blackberry messenger, dan instagram. Strategi 5
46
yang diterapkan ini menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 14.864.500 dengan
volume penjualan sebesar 4.893 buah.6. Strategi 6
Strategi 6 yang diterapkan oleh IKM Rumah Jamur menjual empat jenis
produk dengan menggunakan kemasan mika plastik berstiker merek. Harga
produk mengalami kenaikan berkisar Rp. 500-Rp 1.000 karena biaya produksi
mengalami kenaikan dan menyesuaikan dengan produk lain di lingkungan
pemasaran. Harga produk yang ditawarkan setelah mengalami kenaikan berkisar
Rp. 2.500-Rp. 4.000. Strategi distribusi lain yang diterapkan yaitu dengan open
reseller kepada mahasiswa untuk menjualkan dan memperkenalkan produk olahan
jamur tiram. Mahasiswa yang ditawarkan menjadi reseller Rumah Jamur bias
mendapatkan keuntungan Rp. 10.000-Rp. 50.000 per hari tanpa menggunakan
modal awal. Promosi pada strategi ini dengan mengikuti pameran kewirasusahaan
mahasiswa dan pameran pangan dunia. Strategi 6 yang diterapkan ini
menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 11.510.500 dengan volume penjualan
sebesar 3.558 buah.7. Strategi 7
Strategi 7 yang diterapkan oleh IKM Rumah Jamur yaitu menjual empat jenis
produk dengan menggunakan kemasan mika plastik berstiker merek. Harga yang
ditawarkan berkisar Rp. 2.500-Rp. 4.000. Strategi distribusi diperluas dengan
melakukan kerjasama melalui jasa kurir go-food yang diselenggarakan oleh pihak
penyedia jasa go-jek. Strategi ini diterapkan untuk mempermudah konsumen
untuk memperoleh produk olahan jamur tiram. Promosi yang dilakukan dengan
menggunakan media sosial yaitu whatsapp, blackberry messenger, dan instagram.
Strategi 7 yang diterapkan ini menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 8.127.000
dengan volume penjualan sebesar 2.681 buah.Berdasarkan penjabaran strategi pemasaran 1-7, penerapan strategi produk,
strategi harga, strategi distribusi, dan strategi promosi telah dilakukan oleh IKM
Rumah Jamur, namun volume penjualan produk dan pendapatan usaha masih
bersifat fluktuatif. Hal ini disebabkan karena terdapat libur penjualan pada hari
kerja outlet, rekapan data penjualan banyak yang hilang, dan rekapan penjualan
hanya dilakukan pada satu cabang outlet yaitu sigura-gura, sehingga data
penjualan ini masih bersifat sementara. Pada tabel 6, dapat terlihat bahwa dari
tujuh jenis strategi pemasaran yang diterapkan oleh IKM Rumah Jamur, strategi 5
47
merupakan strategi yang menghasilkan volume penjualan dan pendapatan
terbesar. Pada startegi 5 diterapkan strategi dengan menjual empat jenis produk
olahan jamur, kemasan mika plastik dengan label stiker merek, harga terjangkau
berkisar Rp. 2.000-Rp. 3.000, melakukan distribusi dengan menggunakan gerai
outlet di Malang, dan melakukan promosi melalui media sosial karena target pasar
utama adalah mahasiswa. Pada strategi 5 berhasil menembus volume penjualan
sebesar 4.893 buah dengan pendapatan sebesar Rp. 14.864.500. Hal ini
dikarenakan strategi 5 memiliki kelengkapan variabel bauran pemasaran (4P) dan
dianggap sebagai strategi paling efektif.
5.2.2 Analisis Lingkungan sebagai Alternatif Strategi PemasaranAnalisis lingkungan dalam penelitian ini terbagi menjadi analisis lingkungan
internal (kekuatan dan kelemahan) dengan menggunakan analisis matriks IFE
(Internal Factor Evaluation) dan analisis lingkungan eksternal (peluang dan
ancaman) dengan menggunakan analisis matriks EFE (External Factor
Evaluation). Berikut ini disajikan hasil analisis dari masing-masing lingkungan
sebagai berikut.
5.2.2.1 Analisis Lingkungan Internal dengan Matriks IFEKondisi lingkungan internal berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh IKM Rumah Jamur dalam menjalankan kegiatan usaha produk
olahan jamur tiram. Kondisi lingkungan internal yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi manajemen, tenaga kerja, produksi, pemasaran (product, price,
promotion, place), dan keuangan. Berikut disajikan penjelasan dari masing-
masing faktor sebagai berikut.
1. Kekuatan (Strength)a. Variasi produk beragam
Produk olahan jamur tiram yang ditawarkan oleh IKM Rumah Jamur adalah
tahu bakso jamur, risoles jamur, martabak jamur, lumpia jamur, dan lainnya
seperti risoles mayo dan risoles coklat, tersaji pada lampiran 6 gambar 17, 18, 19,
dan 20. Produk yang menjadi unggulan yaitu tahu bakso jamur dan risoles jamur,
sedangkan produk lainnya disesuaikan dengan selera dari konsumen. IKM Rumah
Jamur berusaha untuk menyajikan produk serba olahan jamur dengan berbagai
macam varian produk, tersaji pada lampiran 6 gambar 24. Produk baru yang akan
48
disajikan sebagai menu baru di gerai outlet yaitu jamur krispi dengan level pedas
dan tahu bakso jamur spicy. Pengeluaran produk baru diharapkan mampu menarik
konsumen lebih banyak dan menjadi alternatif pilihan bagi para konsumen.
b. Memiliki rasa yang enak
Salah satu alasan konsumen dalam melakukan pembelian produk olahan jamur
yaitu karena kualitas rasa yang dimiliki. Kualitas rasa yang ditawarkan dari sisi
konsumen memiliki keunggulan tersendiri yaitu kualitas rasa yang enak. IKM
Rumah Jamur berusaha untuk menjaga kualitas rasa produk olahannya agar
konsumen tetap memilih produknya sebagai produk olahan serba jamur.
c. Harga relatif terjangkauHarga produk olahan jamur tiram yang ditawarkan memiliki harga yang
standart, artinya produk ini dapat dijangkau oleh semua kalangan karena memiliki
harga yang tidak terlalu mahal. Harga yang terlalu mahal atau terjadi kenaikan
harga cenderung akan mempengaruhi daya beli pelanggan dari IKM Rumah
Jamur. IKM Rumah Jamur berusaha untuk memberikan harga yang terjangkau
untuk semua kalangan, namun tetap dengan kualitas rasa yang sepadan.d. Gerai outlet mudah dijangkau
IKM Rumah Jamur memproduksi produk olahan serba jamur tiram di Dusun
Wonorejo Kota Batu. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan kemudahan dalam
memperoleh bahan baku. Lokasi ini dianggap jauh dari target pasar, yaitu
mahasiswa Kota Malang, sehingga IKM Rumah Jamur membuka gerai outlet
disekitar kawasan kampus untuk mempermudah jangkauan konsumen.
Keberadaan gerai outlet ini memudahkan konsumen di Kota Malang tanpa harus
menuju rumah produksi yang berada di Kota Batu, tersaji pada lampiran 6 gambar
1. Sejauh ini, kemudahan menjangkau produk olahan jamur tiram yang dirasakan
oleh konsumen adalah cukup mudah.
e. SDM yang terampil dan berpengalaman
Tenaga kerja dalam kegiatan usaha IKM Rumah Jamur merupakan karyawan
yang mampu memberikan jasanya dalam proses produksi hingga sampai ke
tangan konsumen. Tenaga kerja yang digunakan terbagi atas tiga bagian, yaitu tim
produksi, tim pemasaran, dan tim distribusi. Proses perekturan tenaga kerja
dilakukan dengan sistem wawancara dan perkenalan. Syarat yang diutamakan
dalam perekrutan tenaga kerja, yaitu ramah, rajin, disiplin, berpengalaman, dan
49
mampu memasak. Memiliki tenaga kerja yang terampil serta berpengalaman
dalam bidangnya, memudahkan pihak IKM Rumah Jamur dalam melaksanakan
kegiatan usaha makanan olahan jamur tiram ini.
f. Lokasi produksi dekat dengan sumber bahan bakuPemilihan lokasi produksi berada di rumah pemilik dari IKM Rumah Jamur,
yaitu berlokasi di Dusun Wonorejo Kota Batu. Pemilihan lokasi produksi sudah
dianggap tepat karena berorientasi pada lokasi produksi yang dekat dengan
sumber bahan baku. Sumber bahan baku berada dekat dengan lokasi produksi
dikarenakan kebanyakan pemasok bahan baku dari petani disekitar Kota Batu
untuk jamur tiram, tersaji pada lampiran 6 gambar 5. Keuntungan yang dirasakan
yaitu harga lebih terjangkau dan mendapatkan jamur tiram yang masih segar.g. Bahan baku jamur bersertifikat organik
Bahan baku jamur tiram yang dipasok oleh Agronusa Mushroom telah
tersertifikasi organik oleh LeSOS (Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman),
tersaji pada lampiran 6 gambar 25. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi
keberlangsungan usaha IKM Rumah Jamur. Bahan baku jamur tiram yang
digunakan merupakan jamur organik yang telah tersertifikasi, sehingga konsumen
tidak perlu meragukan produk olahan serba jamur tiram ini.
2. Kelemahan (Weakness)a. Kemasan masih sederhana
Kemasan yang digunakan oleh IKM Rumah Jamur dari sisi konsumen
dianggap cukup menarik namun masih tergolong sederhana. Kemasan dari
pengemasan produk Rumah Jamur perlu diperbaiki lebih unik dan kreatif
sehingga lebih menarik bagi konsumen. Sejauh ini pengemasan produk hanya
menggunakan kemasan dus kue dan/atau kemasan plastik mika, tersaji pada
lampiran 6 gambar 21 dan 22.
b. Promosi media sosial belum maksimalKegiatan promosi merupakan ajang untuk memperkenalkan produk usaha
kepada konsumen agar mereka menyadari keberadaan produk olahan serba jamur.
Strategi promosi yang telah dilakukan oleh IKM Rumah Jamur sejauh ini yaitu
dari teman ke teman, brosur, event, pameran, media sosial, dan bekerjasama
dengan mahasiwa untuk menjual dan memperkenalkan produknya, tersaji pada
lampiran 6 gambar 23, 26, 27, 28, 29, 30, dan 31. Promosi melalui media sosial,
pameran, ataupun brosur telah dilakukan oleh IKM Rumah Jamur, namun tidak
50
terlalu di update secara berkala. Penggunaan media sosial dianggap efektif untuk
media pemasaran produk dengan target pasar utama mahasiswa, namun
pemanfaatan media sosial ini belum terlaksana secara maksimal. Hal yang
menjadi kendala yaitu pemilik usaha lebih fokus pada penjualan produk, sehingga
promosi melalui media sosial hanya dilakukan saat memiliki waktu luang.c. Gerai outlet masih terbatas
Keberadaan gerai outlet bertujuan untuk mempermudah konsumen
memperoleh produk olahan jamur tiram yang diinginkan tanpa perlu menuju
lokasi produksi yang berada di Kota Batu. Sejauh ini keberadaan jumlah outlet
masih terbatas dikarenakan terbatasnya modal usaha dan biaya sewa yang
cenderung mahal.d. Belum adanya pemberian diskon/promo
Rumah Jamur belum memberlakukan pemberikan diskon/promo di gerai outlet
kepada konsumen. Pemberian diskon/promo belum diberlakukan karena pemilik
Rumah Jamur merasa harga produk yang ditawarkan sudah cukup terjangkau.
Adanya pemberian diskon/promo akan menjadi daya tarik sendiri bagi konsumen
untuk melakukan pembelian produk IKM Rumah Jamur.e. Produk tidak tahan lama
Produk olahan makanan serba jamur tiram ini sama sekali tidak menggunakan
bahan pengawet. Hal ini untuk tetap menjaga kualitas dan cita rasa produk.
Produk IKM Rumah Jamur tidak disarankan untuk dikonsumsi lebih dari 10 jam
setelah digoreng, karena produk ini tidak mampu bertahan lama di suhu ruangan.f. Dapur produksi belum sesuai standar
Dapur produksi yang dimiliki oleh IKM Rumah Jamur belum memiliki standar
seperti dapur produksi industri olahanan makanan pada umumnya. Hal ini
dikarenakan masih minimnya modal usaha yang dimiliki, sehingga dapur produksi
hanya berlokasi di lahan kosong dibelakang rumah pemilik usah, tersaji pada
lampiran 6 gambar 6.g. Minimnya modal usaha yang dimiliki
Usaha IKM Rumah Jamur merupakan usaha perseorangan yang menggunakan
modal pribadi untuk memulai usahanya. Modal awal usaha yang digunakan adalah
Rp. 20.000 dengan jumlah produk 10 buah. Usaha ini dimulai dari menjual
jajanan dari kelas ke kelas, merambah menuju kantin-kantin kampus, hingga
akhirnya berhasil membuka gerai outlet. Modal usaha yang ada dari hasil jualan
kelas ke kelas dan kantin-kantin kampus digunakan sebagai modal tambahan
untuk melanjutkan usaha. Sejauh ini modal yang ada sudah dirasa cukup dan
51
dapat digunakan untuk perputaran usaha 1-2 bulan kedepan. Kendala yang
dirasakan dalam hal modal yaitu keterbatasan modal yang dimiliki sehingga
pergerakan usaha sedikit lambat. Modal yang terbatas dengan sejuta angan untuk
memperbaiki kualitas usaha IKM Rumah Jamur dianggap sebagai kendala yang
masih bisa diatasi. IKM Rumah Jamur tidak menggunakan pinjaman modal uang
dari bank, karena khawatir akan angsuran biaya yang ditawarkan tidak dapat
dipenuhi.h. Sistem pembukuan (catatan keuangan) belum tertata rapih
Sistem pembukuan yang dilakukan oleh IKM Rumah Jamur sudah pernah
dilakukan dengan sistem harian dan mingguan. Pembukuan keuangan tidak
dilakukan setiap saat karena sempat terhenti dengan alasan belum adanya tenaga
kerja yang khusus di bagian keuangan, waktu yang ada lebih difokuskan pada
proses produksi dan pemasaran, serta pengalaman dibidang keuangan belum
cukup dikuasai.
i. Segmen pasar masih terbatasSejauh ini segmen pasar IKM Rumah Jamur terbatas kepada mahasiswa dan
masyarakat umum, dengan target pasar utama adalah mahasiswa. Jenis produk
olahan jamur tiram yang dijual, disajikan dalam dua bentuk, yaitu siap saji
digoreng pada outlet dan dalam bentuk frozen food. Produk frozen food yang
disajikan oleh IKM Rumah Jamur masih sulit untuk menembus pasar seperti
retailer frozen food supermarket dikarenakan dapur produksi belum sesuai standar
untuk mendapatkan izin produk frozen food.
Tabel 7. Matriks IFE IKM Rumah Jamur
No Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot Rating SkorKekuatan (S)
1 Variasi produk beragam 0,033 3 0,1002 Memiliki rasa yang enak 0,083 4 0,3333 Harga relatif terjangkau 0,092 4 0,3674 Gerai outlet mudah dijangkau 0,075 4 0,3005 SDM yang terampil dan berpengalaman 0,067 4 0,267
6Lokai produksi dekat dengan sumberbahan baku
0,092 4 0,367
7 Bahan baku jamur bersertifikat organik 0,017 3 0,050Kelemahan (W)
8 Kemasan masih sederhana 0,033 3 0,1009 Promosi media sosial belum maksimal 0,108 2 0,217
52
10 Gerai outlet masih terbatas 0,042 3 0,12511 Belum adanya pemberian diskon/promo 0,050 3 0,15012 Produk tidak tahan lama 0,075 3 0,22513 Dapur produksi belum sesuai standar 0,008 3 0,02514 Minimnya modal usaha yang dimiliki 0,125 2 0,250
15Sistem pembukuan (catatan keuangan) belumtertata rapih
0,000 3 0,000
16 Segmen pasar masih terbatas 0,100 2 0,200Total Kekuatan (S) + Kelemahan (W) 3,075
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 7, didapatkan hasil matriks IFE IKM Rumah Jamur yang
terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan melalui tahap pembobotan, tersaji pada
lampiran 7. Skor total hasil analisis internal sebesar 3,075 yang berarti IKM
Rumah Jamur merespon kuat terhadap kondisi internal usaha dengan
memanfaatkan kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang dimiliki. Kekuatan
utama yang dimiliki oleh IKM Rumah Jamur yaitu harga relatif terjangkau
(0,367), lokasi produksi dekat dengan sumber bahan baku (0,367), dan memiliki
rasa yang enak (0,333). Adapun kelemahan utama yang dimiliki oleh IKM Rumah
Jamur yaitu minimnya modal usaha yang dimiliki (0,250), promosi media sosial
belum maksimal (0,217), dan segmen pasar masih terbatas (0,200).
5.2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal dengan Matriks EFEKondisi lingkungan eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang
dimiliki oleh IKM Rumah Jamur dalam menjalankan kegiatan usaha produk
olahan jamur tiram. Kondisi lingkungan eksternal yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi konsumen, pemasok, pesaing, teknologi, dan pemerintah.
Berikut disajikan penjelasan dari masing-masing faktor sebagai berikut.
1. Peluang (Opportunities)a. Dapat dijadikan produk unggulan Kota Batu
Kota Batu tumbuh dan berkembang karena sektor wisata yang dimilikinya.
Banyak industri mikro, kecil, maupun menengah memanfaatkan peluang ini untuk
mengembangkan usaha guna memenuhi kebutuhan wisatawan yang beragam.
Salah satunya kebutuhan akan produk oleh-oleh khas Kota Batu. Produk usaha
IKM Rumah Jamur memiliki peluang untuk dijadikan produk unggulan Kota Batu
karena produk ini memiliki inovasi dengan memanfaatkan jamur tiram sebagai
53
isian produk, belum banyak di pasaran, dan memiliki rasa enak serta harga yang
terjangkau.b. Adanya dukungan pemerintah
Pemerintah yang berperan dalam perkembangan usaha IKM Rumah Jamur
adalah pihak Dinas Ketahanan Pangan Kota Batu. Secara umum, misi Dinas
Ketahanan Pangan yaitu mencitrakan kembali pangan lokal setempat sehingga
harapannya masyarakat lokal tidak tergantung pada satu jenis pangan yang hanya
mampu tumbuh di tempat-tempat tertentu. Upaya untuk mewujudkan misi
tersebut, Dinas Ketahanan Pangan bertugas untuk membina, mensosialisasi,
melakukan pelatihan, memberikan bantuan alat bahan, dan melakukan promosi
terhadap pangan lokal yang bersifat komersil. Tujuan akhir dari tugas yang
dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan yaitu agar kelompok binaan pengolah
hasil ini mampu memproduksi pangan olahan yang berciri khas.Kelompok binaan dibawah Dinas Ketahanan Pangan berhak mendapatkan
pelatihan, bantuan alat, bantuan promosi yang merupakan agenda rutin baik di
tingkat kota, tingkat provinsi, maupun tingkat nasional. Agenda rutin dalam
rangka promosi ini berupa lomba cipta menu, hari pangan sedunia, hari krida
pertanian, dan pameran pangan nusantara. Syarat yang ditentukan untuk dapat
mengikuti kegiatan promosi Dinas Ketahan Pangan yaitu usaha yang sudah
berdiri, berproduksi rutin dan sudah berjalan, serta telah terdaftar PIRT dan ada
izin dari DepKes (Departemen Kesehatan). Dinas Ketahanan Pangan Kota Batu
telah mendapingi IKM Rumah Jamur dalam bantuan promosi ditingkat kota,
provinsi, maupun nasional, bantuan alat produksi ditingkat provinsi, bantuan
sertifikasi organik untuk produksi jamur tiram, serta bantuan modal dana bergulir.c. Menjadi alternatif makanan untuk vegetarian
Produk olahan makanan yang ditawarkan oleh IKM Rumah Jamur disambut
positif bagi sebagian orang yang menjadi vegetarian. Produk olahan serba jamur
tiram ini bagi kaum vegetarian dapat dijadikan alternatif makanan ataupun
camilan bagi diri mereka.d. Pangsa pasar usaha masih terbuka luas
Pangsa pasar usaha IKM Rumah Jamur masih terbuka luas karena produk ini
masih berada di tahap pertumbuhan. IKM Rumah Jamur dapat memperluas
segmen pasar dan daerah pemasaran produknya untuk menarik lebih banyak
konsumen baru. Segmen pasar yang dapat dijadikan sasaran memperluas pasar
yaitu toko frozen food, supermarket, restoran, cafe, dan lainnya.
54
2. Ancaman (Threats)a. Pemasok jamur tiram tidak banyak
Bahan baku utama jamur tiram yang digunakan dipasok dari Agonusa
Mushroom sebagai pemasok utama. Sejak awal IKM Rumah Jamur memulai
usaha pada tahun 2013, Agronusa Mushroom telah menjalin kerjasama untuk
memasok jamur tiram segar bagi kebutuhan produksi. Pemasok jamur tiram selain
Agronusa Mushroom yaitu beberapa petani jamur yang tidak memiliki pasar
untuk menjual jamur tiramnya. Keberadaan petani jamur untuk memasok jamur
tiram ini dapat membantu keberlangsungan produksi, namun kuantitas panen tidak
dapat dipastikan.
b. Pasokan jamur tiram yang tidak menentuJamur tiram sebagai bahan baku utama produk IKM Rumah Jamur memiliki
pasokan yang tidak menentu karena pertumbuhan jamur tiram menyesuaikan
dengan kondisi cuaca. Pasokan jamur tiram menurun pada saat musim kemarau
dan musim hujan, karena kumbung baglog jamur tiram tidak boleh terlalu kering
atau terlalu lembap. Pasokan jamur tiram yang tidak menentu akibat kondisi cuaca
dapat menghambat proses produksi olahanan makanan serba jamur tiram ini.c. Muncul pesaing usaha sejenis karena produk mudah ditiru
Produk IKM Rumah Jamur jika di posisikan dengan pesaing dalam industri
olahan makanan, maka dapat dikatakan IKM Rumah Jamur sebagai follower
market, dikarenakan produk seperti tahu bakso, risoles, martabak, dan lumpia
sudah banyak dipasaran namun hanya isian produk yang diubah dengan
menggunakan jamur tiram. Kondisi ini memungkinkan muncul pesaing usaha
sejenis karena kompetitor tersebut meniru produk seperti olahan jamur tiram.
Munculnya pesaing usaha sejenis (kompetitor) ini dikarenakan usaha olahan serba
jamur sudah dapat diterima oleh pasar, pengusaha yang memasarkan masih
sedikit, dan berbagai alasan lainnya sehingga munculnya kompetitor dianggap
sebagai pesaing usaha sejenis.d. Harga produk pesaing lebih murah
Produk yang dianggap sebagai pesaing IKM Rumah Jamur yaitu pedagang
yang menjual segala macam jenis gorengan seperti sempol, risoles sayur, tahu
bakso tuna, lumpia rebung, sosis solo, dan lainnya. Harga produk yang ditawarkan
oleh pesaing tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga produk
55
Rumah Jamur. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi Rumah Jamur jika tidak
mampu untuk mengatasinya.e. Produk usaha serba jamur belum umum
Produk makanan olahan serba jamur tiram belum umum dikalangan
masyarakat Kota Batu dan Kota Malang. Pada umumnya lumpia berisi rebung,
tahu bakso dari daging sapi, risoles berisi sayuran, dan lainnya. Beberapa
konsumen cenderung ragu untuk mencoba produk olahan serba jamur yang
ditawarkan oleh IKM Rumah Jamur.
f. Konsumen mudah bosanProduk IKM Rumah Jamur yang tidak ada inovasi atau penambahan menu baru
akan membuat konsumen mudah bosan. Konsumen cenderung mudah bosan dan
mengurangi pembelian terhadap produk yang tidak ada pembaharuan. Sehingga
inovasi produk harus terus dilakukan agar penurunan jumlah konsumen tidak
terjadi.g. Berkembangnya produsen makanan modern
Ancaman lain yang harus dihadapi oleh IKM Rumah Jamur yaitu
berkembanganya produsen makanan modern. Produk ini dapat berupa makanan
cepat saji, makanan import, dan produk lainnya yang memiliki harga terjangkau,
kemasan menarik, memiliki rasa yang beragam, dan lainnya. Upaya yang harus
dilakukan oleh Rumah Jamur yaitu membentuk product branding agar masyarakat
secara luas mengenal produk olahan serba jamur tiram.
Tabel 8. Matriks EFE IKM Rumah Jamur
No Faktor-Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating SkorPeluang (O)
1 Dapat dijadikan produk unggulan Kota Batu 0,015 3 0,0452 Adanya dukungan pemerintah 0,106 4 0,4243 Menjadi alternatif makanan untuk vegetarian 0,030 3 0,091
4Memiliki pemasok bahan baku yangmenyediakan kualitas terbaik
0,076 4 0,303
5 Pangsa pasar usaha masih terbuka luas 0,091 4 0,364Ancaman (T)
6 Pemasok jamur tiram tidak banyak 0,061 2 0,1217 Pasokan jamur tiram yang tidak menentu 0,136 1 0,136
8Muncul pesaing usaha sejenis karena produkmudah ditiru
0,121 2 0,242
9 Harga produk pesaing lebih murah 0,136 2 0,27310 Produk usaha serba jamur belum umum 0,121 2 0,24211 Konsumen mudah bosan 0,076 3 0,22712 Berkembangnya produsen makanan modern 0,030 3 0,091
56
Total Peluang (O) + Ancaman (T) 2,561Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 8, didapatkan hasil matriks EFE IKM Rumah Jamur yang
terdiri dari faktor peluang dan ancaman melalui tahap pembobotan, tersaji pada
lampiran 8. Skor total hasil analisis eksternal sebesar 2,561 yang berarti IKM
Rumah Jamur merespon sedang/rata-rata terhadap kondisi eksternal usaha dengan
memanfaatkan peluang untuk mengantisipasi ancaman yang dihadapi. Peluang
utama yang dimiliki oleh IKM Rumah Jamur yaitu adanya dukungan pemerintah
(0,424), pangsa pasar usaha masih terbuka luas (0,364), dan memiliki pemasok
bahan baku yang menyediakan kualitas terbaik (0,303). Adapun ancaman utama
yang dihadapi oleh IKM Rumah Jamur yaitu harga produk pesaing lebih murah
(0,273), produk usaha serba jamur belum umum (0,242), dan muncul pesaing
usaha sejenis karena produk mudah ditiru (0,242).
5.2.2.3 Matriks IE
Hasil analisis pada matriks IFE dan EFE selanjutnya akan di gambarkan pada
matriks IE. Total skor IFE dan EFE digunakan pada matriks IE untuk
menunjukkan posisi usaha IKM Rumah Jamur serta merumuskan strategi
pemasaran yang disajikan pada gambar 5 sebagai berikut.
IX
I
VIII
VIV
III
VII
II
IV
Kuat3,0-4,0
Sedang2,0-2,99
Lemah1,0-1,99
Tinggi3,0-4,0
Sedang2,0-2,99
Rendah1,0-1,99
TOTAL SKOR IFE
TO
TA
L S
KO
R E
FE
Gambar 5. Matriks IE IKM Rumah Jamur
57
Berdasarkan gambar 5, menunjukkan bahwa total skor IFE sebesar 3,075 dan
EFE sebesar 2,561 yang menunjukkan usaha IKM Rumah Jamur berada pada sel
IV yang merupakan daerah strategi grow and build. Strategi-strategi yang cocok
bagi unit usaha pada sel ini yaitu strategi intensif seperti penetrasi pasar,
pengembangan pasar, pengembangan produk, atau strategi terintegrasi seperti
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal.5.2.2.4 Matriks SWOT
Tahap pencocokan (matching) selanjutnya menggunakan matriks SWOT untuk
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis terkait strategi SO,
strategi WO, strategi ST, dan strategi WT yang disajikan pada gambar 6 sebagai
berikut.
Internal Kekuatan (S)(S1) Variasi produk beragam(S2) Memiliki rasa yang enak(S3) Harga relatif terjangkau(S4) Gerai outlet mudah dijangkau(S5) SDM yang terampil dan
berpengalaman(S6) Lokasi produksi dekat dengan
sumber bahan baku(S7) Bahan baku jamur bersertifikat
organic
Kelemahan (W)(W1) Kemasan masih sederhana(W2) Promosi media sosial
belum maksimal(W3) Gerai outlet masih terbatas(W4) Belum adanya pemberian
diskon/promo(W5) Produk tidak tahan lama(W6) Dapur produksi belum
sesuai standar(W7) Minimnya modal usaha
yang dimiliki
58
Eksternal
(W8) Sistem pembukuan (catatankeuangan) belum tertata rapih
(W9) Segmen pasar masih terbatas
Peluang (O)(O1) Dapat dijadikan produk
unggulan Kota Batu(O2) Adanya dukungan dari
pemerintah(O3)Menjadi alternatif makanan
untuk vegetarian(O4) Memiliki pemasok bahan
baku yang menyediakan kualitas terbaik
(O5) Pangsa pasar usaha masih terbuka luas
Strategi SO1. Memperluas wilayah
pemasaran (S1,S2,S3,S7,O1,O2,O3,O5)
2. Meningkatkan kapasitas produksi (S5,S6,S7,O1,O3,O4,O5)
Strategi WO1. Mengoptimalkan promosi
produk untuk memperluas pangsa pasar (W2,W3,W4,W7,W9,O1,O2,O5)
2. Menambah jumlah outlet dengan strategi waralaba di tempat strategis lainnya(W2,W3,W7,W9,O1,O3,O5)
Ancaman (T)(T1) Pemasok jamur tiram tidak
banyak(T2) Pasokan jamur tiram yang
tidak menentu(T3) Muncul pesaing usaha
sejenis karena produk mudah ditiru
(T4) Harga produk pesaing lebih murah
(T5) Produk usaha serba jamur belum umum
(T6) Selera konsumen mudah berubah
(T7) Berkembangnya produsen makanan modern
Strategi ST1. Tetap menjaga dan
meningkatkan mutu produk (S1,S2,S5,S7,T3,T4,T5,T6,T7)
2. Menciptakan produk dengan bentuk dan cita rasa baru (S1,S2,S5,S7,T3,T4,T5,T6,T7)
Strategi WT1. Memperbaiki desain
kemasan produk untuk menarik konsumen lebih banyak (W1,W9,T3,T5,T7)
2. Melakukan kegiatan promosisecara maksimal untuk menarik pelanggan potensial(W2,W9,T3,T4,T5,T6,T7)
3. Menjalin kerjasama yang baik dengan pihak penyedia modal dan pemasok bahan baku untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi(W6,W7,T1,T2)
Gambar 6. Matriks SWOT IKM Rumah JamurBerdasarkan gambar 6, hasil analisis matriks SWOT IKM Rumah Jamur yang
dapat menghasilkan alternatif-alternatif strategi pemasaran untuk pengembangan
usaha sebagai beikut.
1. Strategi S-O (Kekuatan-Peluang)Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal usaha untuk menarik keuntungan
dari peluang-peluang eksternal yang ada di luar usaha IKM Rumah Jamur.
Berdasarkan strategi S-O yang terdapat pada matriks SWOT, alternatif strategi
yang dapat ditawarkan untuk pengembangan usaha IKM Rumah Jamur sebagai
berikut.a. Memperluas wilayah pemasaran (S1,S2,S3,S7,O1,O2,O3,O5)b. Meningkatkan kapasitas produksi (S5,S6,S7,O1,O3,O4,O5)2. Strategi S-T (Kekuatan-Ancaman)
59
Strategi ST memanfaatkan kekuatan usaha untuk mengurangi atau menghindari
dampak dari ancaman eksternal yang ada di luar usaha IKM Rumah Jamur.
Berdasarkan strategi S-T yang terdapat pada matriks SWOT, alternatif strategi
yang dapat ditawarkan untuk pengembangan usaha IKM Rumah Jamur sebagai
berikut.a. Tetap menjaga dan meningkatkan mutu produk (S1,S2,S5,S7,T3,T4,T5,T6,T7)b. Menciptakan produk dengan bentuk dan cita rasa baru (S1,S2,S5,S7,T3,T4,T5,
T6,T7)3. Strategi W-O (Kelemahan-Peluang)
Strategi WO bertujuan untuk memperkecil atau memperbaiki kelemahan-
kelemahan internal dengan cara memanfaatkan peluang eksternal yang dimiliki
oleh IKM Rumah Jamur. Berdasarkan strategi W-O yang terdapat pada matriks
SWOT, alternatif strategi yang dapat ditawarkan untuk pengembangan usaha IKM
Rumah Jamur sebagai berikut.a. Mengoptimalkan promosi produk untuk memperluas pangsa pasar(W2,W3,
W4,W7,W9,O1,O2,O5)b. Menambah jumlah outlet dengan strategi waralaba di tempat strategis lainnya
(W2,W3,W7,W9,O1,O3,O5)
4. Strategi W-T (Kelemahan-Ancaman)Strategi WT merupakan taktik defensif (bertahan) dengan cara mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal yang dihadapi oleh IKM
Rumah Jamur. Berdasarkan strategi W-T yang terdapat pada matriks SWOT,
alternatif strategi yang dapat ditawarkan untuk pengembangan usaha IKM Rumah
Jamur sebagai berikut.a. Memperbaiki desain kemasan produk untuk menarik konsumen lebih banyak
(W1,W9,T3,T5,T7)b. Melakukan kegiatan promosi secara maksimal untuk menarik pelanggan
potensial (W2,W9,T3,T4,T5,T6,T7)c. Menjalin kerjasama yang baik dengan pihak penyedia modal dan pemasok
bahan baku untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi (W6,W7,T1,T2)Berdasarkan hasil alternatif strategi pada tahap pencocokan (matching) dengan
menggunakan matriks IE dan SWOT, maka terdapat enam alternatif startegi
pemasaran yang akan direkomendasikan untuk keberlangsungan usaha IKM
Rumah Jamur sebagai berikut.
60
1. Strategi penetrasi pasar pada matriks IE menggunakan strategi WT/WO dengan
melakukan kegiatan promosi secara maksimal untuk menarik pelanggan
potensial dan memperluas pangsa pasar.2. Strategi pengembangan pasar pada matriks IE menggunakan strategi SO
dengan memperluas wilayah pemasaran dan strategi WT dengan memperbaiki
desain kemasan produk untuk menarik konsumen lebih banyak.3. Strategi pengembangan produk pada matriks IE menggunakan strategi ST
dengan menciptakan produk dengan bentuk dan cita rasa baru.4. Strategi integrasi ke belakang pada matriks IE menggunakan strategi WT
dengan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak penyedia modal dan
pemasok bahan baku untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi.5. Strategi integrasi ke depan pada matriks IE menggunakan strategi WO dengan
menambah jumlah outlet dengan strategi waralaba di tempat strategis lainnya.
5.2.2.5 Matriks QSPM
Pengambilan keputusan strategi menggunakan matriks QSPM dengan
melakukan pemberian skor nilai daya tarik (AS), yang tersaji pada lampiran 9, 10,
11,12, 13, dan 14. Berikut ini disajikan pada tabel 9 hasil matriks QSPM
berdasarkan nilai total TAS (total attractiveness score) sebagai berikut.
Tabel 9. Matriks QSPM IKM Rumah Jamur
Faktor-Faktor Utama
Alternatif StrategiStrategi
1Strategi
2Strategi
3Strategi
4Strategi
5Strategi
6TAS TAS TAS TAS TAS TAS
A. KekuatanVariasi produk beragam
0,133 0,133 0,067 0,133 0,033 0,133
Memiliki rasa yang enak
0,333 0,333 0,167 0,333 0,083 0,333
Harga relatif terjangkau
0,367 0,367 0,183 0,367 0,092 0,367
Gerai outlet mudah dijangkau
0,300 0,225 0,075 0,150 0,075 0,300
SDM yang terampil dan berpengalaman
0,067 0,067 0,067 0,267 0,067 0,133
Lokai produksi dekatdengan sumberbahan baku
0,092 0,092 0,092 0,092 0,367 0,092
61
Bahan baku jamur bersertifikat organik
0,050 0,050 0,050 0,033 0,050 0,050
B. KelemahanKemasan masih sederhana
0,133 0,133 0,133 0,100 0,033 0,100
Promosi media sosialbelum maksimal
0,433 0,433 0,217 0,433 0,108 0,433
Gerai outlet masih terbatas
0,125 0,125 0,042 0,042 0,042 0,167
Belum adanya pemberian diskon/promo
0,200 0,150 0,050 0,050 0,050 0,100
Produk tidak tahan lama
0,300 0,300 0,075 0,075 0,075 0,150
Dapur produksi belum sesuai standar
0,008 0,033 0,008 0,025 0,033 0,017
Minimnya modal usaha yang dimiliki
0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500
Sistem pembukuan (catatan keuangan) belumtertata rapih
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Segmen pasar masih terbatas
0,400 0,400 0,400 0,400 0,400 0,400
Tabel 9. (lanjutan)
Faktor-Faktor Utama
Alternatif StrategiStrategi
1Strategi
2Strategi
3Strategi
4Strategi
5Strategi
6TAS TAS TAS TAS TAS TAS
C. PeluangDapat dijadikan produk unggulan Kota Batu
0,061 0,061 0,061 0,061 0,045 0,045
Adanya dukungan pemerintah
0,424 0,424 0,318 0,318 0,424 0,318
Menjadi alternatif makanan untuk vegetarian
0,091 0,091 0,091 0,091 0,061 0,030
Memiliki pemasok bahan baku yangmenyediakan kualitas terbaik
0,152 0,227 0,076 0,303 0,303 0,152
Pangsa pasar usaha masih terbuka luas
0,364 0,364 0,364 0,364 0,364 0,364
D. AncamanPemasok jamur tiramtidak banyak
0,061 0,242 0,061 0,242 0,242 0,182
Pasokan jamur tiram 0,409 0,409 0,136 0,545 0,545 0,409
62
yang tidak menentuMuncul pesaing usaha sejenis karena produk mudah ditiru
0,485 0,485 0,485 0,485 0,242 0,364
Harga produk pesaing lebih murah
0,545 0,545 0,273 0,545 0,136 0,136
Produk usaha serba jamur belum umum
0,485 0,485 0,242 0,364 0,242 0,364
Konsumen mudah bosan
0,303 0,303 0,152 0,303 0,076 0,303
Berkembangnya produsen makanan modern
0,121 0,121 0,121 0,121 0,091 0,091
Total Nilai TAS 6,942 7,099 4,504 6,742 4,781 6,033Sumber : Data primer diolah, 2017
Urutan pemilihan strategi berdasarkan angka kemenarikan (TAS) pada
lampiran 15 adalah sebagai berikut.Prioritas 1 : Strategi 2, yaitu memperluas wilayah pemasaran dengan total nilai
daya tarik sebesar 7,099.Prioritas 2 : Strategi 1, yaitu melakukan kegiatan promosi secara maksimal untuk
menarik pelanggan potensial dan memperluas pasar dengan total nilai
daya tarik sebesar 6,942.Prioritas 3 : Strategi 4, yaitu menciptakan produk dengan bentuk dan cita rasa
baru dengan total nilai daya tarik sebesar 6,742.Prioritas 4 : Strategi 6, yaitu menambah jumlah outlet dengan strategi waralaba di
tempat strategis lainnya dengan total nilai daya tarik sebesar 6,033.Prioritas 5 : Strategi 5, yaitu menjalin kerjasama yang baik dengan pihak penyedia
modal dan pemasok bahan baku untuk meningkatkan kualitas dan
kapasitas produksi dengan total nilai daya tarik sebesar 4,781.Prioritas 6 : Strategi 3, yaitu memperbaiki desain kemasan produk untuk menarik
konsumen lebih banyak dengan total nilai daya tarik sebesar 4,504.
Strategi memperluas wilayah pemasaran menjadi strategi prioritas utama untuk
direkomendasikan pada usaha IKM Rumah Jamur. Strategi ini berupaya untuk
melakukan pengembangan pasar dengan menggunakan produk olahan jamur tiram
yang telah ada saat ini, seperti tahu bakso jamur, risoles jamur, martabak jamur,
dan lumpia jamur, kepada pasar sasaran baru (new market). Strategi memperluas
wilayah pemasaran usaha IKM Rumah Jamur bertujuan untuk memunculkan
konsumen atau pelanggan baru.
VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai mengenai strategi
pemasaran produk olahan jamur tiram pada IKM Rumah Jamur, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi pemasaran dikaitkan dengan volume penjualan dan pendapatan usaha
yang efisien terletak pada strategi kelima jika dibandingkan dengan tujuh
strategi pemasaran lainnya. Strategi pemasaran tersebut mengenai strategi
produk dengan menjual berbagai varian produk olahan serba jamur, yaitu tahu
bakso jamur, risoles jamur, martabak jamur, dan lumpia jamur. Kemasan
produk menggunakan plastik mika agar produk dapat terlihat dari luar dan
menggunakan label stiker untuk menunjukkan merek Rumah Jamur serta
contact person usaha. Strategi harga dengan menawarkan harga terjangkau
untuk semua kalangan, yaitu berkisar antara Rp. 2.500-Rp. 4.000. Strategi
distribusi dilakukan dengan membuka gerai outlet Rumah Jamur di Kota
Malang, melalui open reseller tanpa modal bagi mahasiswa, dan melalui jasa
kurir makanan. Strategi promosi dengan menggunakan wordpress/blog, media
sosial (facebook, whatsapp, blackberry messenger, dan instagram), brosur, dan
pameran-pameran baik tingkat kota, provinsi, maupun nasional. Hasil yang
diperoleh masih bersifat fluktuatif, hal ini dikarenakan terdapat libur penjualan
pada hari kerja outlet, rekapan data penjualan banyak yang hilang, serta
rekapan data penjualan hanya dilakukan pada satu cabang outlet saja.2. Alternatif strategi pemasaran yang direkomendasikan yaitu memperluas
wilayah pemasaran, melakukan kegiatan promosi secara maksimal untuk
menarik pelanggan potensial dan memperluas pasar, menciptakan produk
dengan bentuk dan cita rasa baru, menambah jumlah outlet dengan strategi
waralaba di tempat strategis lainnya, menjalin kerjasama yang baik dengan
pihak penyedia modal dan pemasok bahan baku untuk meningkatkan kualitas
dan kapasitas produksi, dan memperbaiki desain kemasan produk untuk
menarik konsumen lebih banyak.
6.2 Saran
64
65
Saran yang diberikan untuk keberlangsungan pemasaran usaha olahan jamur
tiram pada IKM Rumah Jamur sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan, mempertimbangkan hasil dari strategi pemasaran yang telah
dirumuskan sebagai altenatif strategi untuk meningkatkan volume penjualan
dan pendapatan usaha. Prioritas strategi pemasaran yang direkomendasikan
yaitu memperluas wilayah pemasaran. Upaya yang dapat dilakukan melalui
promosi dengan memanfaatkan media sosial, promosi word of mouth (mulut ke
mulut), dan promosi melalui event/pameran/bazar, serta membuka restoran
serba olahan jamur tiram.
Bagi peneliti lain, disarankan dapat menggunakan tahap perumusan perencanaan
strategi dalam pengambilan keputusan secara lengkap. Tahap tersebut meliputi
matriks IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks SWOT, matriks SPACE, matriks
BCG, matriks Grand Strategy, dan matriks QSPM.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. 2015. Manajemen Strategi Teori-Konsep-Kinerja. Jakarta : MitraWacana Media.
Cymbidiana, Rafika Epsilani dan Rosidi. 2013. Analisis Lingkungan Internal danEksternal Dalam Menetapkan Strategi Untuk Keberlangsungan HidupPerusahaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol. 1, No. 2.
David, Fred R. 2012. Manajemen Strategis : Konsep. Edisi 12, Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Kinnear, Thomas C. dan James R. Taylor. 1988. Riset Pemasaran PendekatanTerpadu. Edisi Ketiga, Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1,Edisi 8. Jakarta : Penerbit Erlangga.
____________________________. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1,Edisi 12. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Lamb, Charles W., Joseph F. Hair, dan Carl McDaniel. 2001. Pemasaran. Buku 1.Jakarta : Salemba Empat.
Ma’aruf, Hendri. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Mailina, Dina. 2014. Strategi Pemasaran Pada “Rumah Talas” Gurih 7 Bogor,Jawa Barat. Bogor : Skripsi FEM IPB.
Marcelina, Sherly. 2013. Analisis Strategi Pemasaran UKM Elsari Brownies andBakery di Kota Bogor, Jawa Barat. Bogor : Skripsi FEM IPB.
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2015. Manajemen Strategi : AnalisisLingkungan Perusahaan. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Pratiwi, Resty Mellida. 2015. Strategi Pemasaran Produk Olahan SalakBangkalan Studi Kasus di Agroindustri Salak Bangkalan, Dusun MorkolakTimur, Desa Kramat, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Malang : Skripsi FPUB.
Rachmawati, Rina. 2011. Peranan Marketing Mix terhadap PeningkatanPenjualan : Sebuah Kajian Terhadap Bisnis Restoran. Jurnal KompetensiTeknik Vol. 2, No.2.
Simanjorang, Ronal Donni Gabriel. 2014. Analisis Strategi Pemasaran Browniesdan Bolu Lapis Bogor Sangkuriang Pada CV Agrinesia Bogor, Jawa Barat.Bogor : Skripsi FEM IPB.
66
67
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif danR&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi III. Yogyakarta : ANDI.
Umar, Husein. 2001. Strategic Management in Action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Wibowo, Dimas Hendika, Zainul Arifin, dan Sunarti. 2015. Analisis StrategiPemasaran Untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM : Studi Pada BatikDiajeng Solo. Jurnal Administrasi Vol. 29, No.1.
Wijaya, Arik Adi. 2013. Analisis Strategi Pemasaran Makanan Tradisional StudiKasus Pada Home Industry Rengginang Halimatus Sa’diyah Kalibaru diKabupaten Banyuwangi. Jember : Skripsi FE Universitas Jember.
Yulianti, Devi. 2014. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal dalam
Pencapaian Tujuan Perusahaan. Jurnal Sosiologi, Vol. 16, No. 2 : 103-114.