ta jamur tiram

50
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu yang telah lapuk, Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram) tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Jamur termasuk jenis tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Oleh karena itu, jamur mengambil zat- zat makanan yang sudah di buat manusia atau yang dihasilkan oleh organisme lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Indonesia sebagai negara agraris memiliki komoditas pertanian yang beragam jenisnya. Keragaman komoditas ini merupakan aset yang potensial untuk 1

Upload: ade-arnelis

Post on 28-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ta Jamur Tiram

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur kayu yang

tumbuh berderet menyamping pada batang kayu yang telah lapuk, Jamur ini

memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit

kerang (tiram) tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe

atau stalk). Jamur termasuk jenis tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga

tidak bisa melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Oleh

karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah di buat manusia atau

yang dihasilkan oleh organisme lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki komoditas pertanian yang

beragam jenisnya. Keragaman komoditas ini merupakan aset yang potensial

untuk dikembangkan. Salah satu komoditas hortikultura yang kompetensi untuk

dikembangkan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostereatus). Daerah penghasil

jamur di Indonesia masih di dominasi oleh wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Beberapa komoditas jamur yang banyak dibudidayakan di Jawa Barat adalah

jamur tiram, jamur kuping, jamur merang, jamur shitake. Sebagai sentra jamur di

Jawa Barat tersebar di beberapa daerah Lembang, Cisarua, Pengalengan dan

Cipanas yang merupakan lokasi ideal, serta memiliki iklim yang cocok untuk

budidaya jamur tiram (Parjimo & Agus Andoko, 2009).

1

Page 2: Ta Jamur Tiram

Menurut data yang dibuat BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi sayur

masyarakat Indonesia pada tahun 2002 tercatat sebesar 30,8 kg/kapita/tahun.

Badan kesehatan makanan dunia (FAO) menyatakan bahwa jumlah konsumsi

sayuran untuk memenuhi standar kesehatan adalah sebesar 65 kg/kapita/tahun.

Dari kedua data tersebut terlihat bahwa konsumsi sayur masyarakat Indonesia

belum separuhnya dari rekomendasi FAO. Kondisi inilah yang menjadikan

peluang usaha jamur konsumsi di dalam negeri masih sangat terbuka lebar

(Parjimo & Agus Andoko, 2009).

Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) juga merupakan jamur kayu yang

sangat diminati masyarakat luas karena memiliki cita rasa tinggi dan nilai gizi

yang banyak Kalori (Energi), Protein, Karbohidat, Lemak, Thiamin, Robiflavin,

Niacin, Ca (kalsium), K (kalium), P (fosfor), Na (natrium), Fe (besi), (Parjimo &

Agus Andoko (2009). Menurut Sinaga (1990), jamur tiram mempunyai protein

yang lebih tinggi dibandingkan kandungan protein secara umum walaupun tidak

setinggi dengan protein hewani seperti ikan atau telur tetapi hampir sebanding

dengan protein susu, jagung, kacang-kacangan dan lebih tinggi dari protein

sayuran dan buah-buahan.

1.2. Tujuan

Adapun Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah :

1. Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan

khususnya di bidang budidaya jamur tiram putih.

2

Page 3: Ta Jamur Tiram

2. Melatih cara berfikir kritis dan mampu mengembangkan usaha baik usaha

kecil maupun besar.

1.3. Kontribusi

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi petani jamur tiram putih

tentang usaha jamur tiram putih dan dapat memberikan keuntungan maksimal.

2. Memberikan informasi dan masukan bagi kemajuan PT Dio Mushroom.

3. Menambah pengetahuan bagi penulis tentang budidaya jamur tiram dan

rencana bisnis yang mempunyai prospek yang sangat luas untuk berwirausaha.

3

Page 4: Ta Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada

batang kayu yang lapuk, Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar

membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram) tubuh buah jamur ini

memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk).

Jamur tiram mempunyai nama lain shimeji (Jepang), abalone mushroom

atau oyster mushroom (Eropa atau Amerika), supa liat (Jawa Barat). Warna

tubuhnya putih, kecoklat-coklatan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, kemerah-

merahan, dan sebagainya sehingga namanya tergantung pada warna tubuh

buahnya. Bila sudah terlalu tua, apalagi kalu sudah kering, jamur tiram akan alot

dan liat walau terus-menerus direbus (Suriawiria, 2002).

Jamur tiram putih termasuk dalam divisi Fungi, klas Eumycetes, sub klas

Basidiomycetes, ordo Agarricaceae, genus Pleurotus, dan spesies Pleurotus

ostreatus (Suriawiria, 2002).

Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media. Setiap

rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpannya lebih

lama bila dibandingkan dengan jamur tiram abu-abu, meskipun tudungnya lebih

tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat dan jamur tiram abu-abu (Cahyana,

2001).

4

Page 5: Ta Jamur Tiram

2.2 Komposisi Gizi Jamur Tiram

Jamur tiram Merupakan jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi

lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram

mengandung protein, lemak, Fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam

amino yang dibutukan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol

(Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001)

Table 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram per 100 gram

Zat GiziKandungan

Jumlah Satuan

Kalori (Energi)

Protein

Karbohidat

Lemak

Thiamin

Robiflavin

Niacin

Ca (kalsium)

K (kalium)

P (fosfor)

Na (natrium)

Fe (besi)

367

10,5 - 30,4

56,6

1,7 - 2,2

0,20

4,7 – 4,9

77,2

314,0

3793,0

717,0

837,0

3,4 – 18,2

kal

%

%

%

mg

mg

mg

mg

mg

mg

mg

mg

Sumber : Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001

5

Page 6: Ta Jamur Tiram

Table 2. Komposisi Gizi Beberapa Jenis Jamur Dibandingkan dengan Bahan Pangan Lainnya (g/100 g)

Bahan Pangan

Kadar Air

Protein Lemak Karbohidrat Mineral Energi (KJ)

Jamur Champignon

90,00 3.50 0,30 4,50 1,00 105

Jamur Merang 89,42 1,04 0,45 7,31 0,82 -Jamur Tiram Putih*)

89,60 27,00 1,60 58,00 9,30 265

Jamur Tiram Coklat*)

91,60 26,6 2,00 50,70 6,50 300

Jamur Shiitake

88,21 17,50 8,00 70,70 7,00 392

Bayam 93,00 2,20 0,20 1,00 1,90 63Asparagus 95,00 1,80 0,10 2,70 0,60 84Kentang 75,00 2,00 0,10 21,00 1,10 356Susu 87,00 3,50 3,70 4,80 0,70Daging 68,00 18,00 13,00 0,50 0,50 792

Sumber: Suriawiria (2002) dan Henky Isnawan Hendritomo (2010)*): Dihitung dalam berat kering

2.3 Taksonomi Jamur Tiram

Jamur tiram putih merupakan keluarga Agariceceae dari kelas

Basidomycetes. Klasifikasi jamur tiram putih menurut Isnaen Wiardani (2010)

sebagai berikut:

Super Kingdom : Eucaryota

Kingdom : Myceteae (fungi)

Divisio : Amastigomycota

Sub division : Basidomycetae

Ordo : Agaricales

Famili : Agaricaceae

Genus : Pleurotus

6

Page 7: Ta Jamur Tiram

Species : Pleurotus spp.

2.4 Morfologi Jamur Tiram Putih

Jamur tiram ini merupakan jamur kayu yang tumbuh berderet-deret

menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur tiram memiliki tubuh buah yang

tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh

jamur tiram ini memiliki tubuh dan tangkai, tudung mirip cangkang tiram

berukuran 5–15 cm dan bagian permukaan bawah barlapis-lapis, sedangkan

tangkai dapat pendek atau panjang antara 2–6 cm tergantung kondisi lingkungan

pertumbuhannya. Jamur tiram putih memiliki warna susu atau putih kekuningan

dengan garis tengah 3–14 cm, hifa jamur terdiri dari sel-sel yang berinti satu atau

haploid (Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001).

Kehidupan jamur tiram putih berasal dari spora yang kemudian

berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa akan

menyebar keseluruh media tumbuh, kemudian dari kumpulan hifa akan terbentuk

gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh jamur

mulai terbentuk. Pada stadia dewasa, jamur tiram putih lebih menyerupai bentuk

paying dengan bagian atasnya menebal membentuk setengah bola (Nunung

Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001).

Berdasarkan morfologinya, Suhardirman (1995), merinci bagian-bagian

jamur tiram menjadi:

1. Tudung Jamur, merupakan bagian teratas dari tubuh buah, berbentuk bulat

seperti payung, berwarna putih sampai abu-abu.

7

Page 8: Ta Jamur Tiram

2. Bilah (Lamella), merupakan bagian-bagian yang berbilah dibagian bawah

tudung jamur, pada bilah ini terdapat banyak spora.

3. Tangkai Jamur (stipe), merupakan jaringan yang berbentuk bulat memanjang

yang menopang tudung jamur, berwarna putih, berisi agak keras.

4. Tiram (ostrea), merupakan jaringan yang berbentuk seperti tiram yang

terdapat di dasar tangkai.

2.5 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih

Jamur tiram termasuk tanaman yang hidupnya tergantung pada lingkungan

dimana tempatnya tumbuh. Miselium jamur tiram dapat tumbuh optimal pada

suhu 220C−300C (Suriawiria 2002), sedangkan tubuh buah jamur tiram dari

sebagian spesies dapat tumbuh optimal pada suhu 180C−200C (Nunung Marlina

Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001).

Jamur tiram hidup dalam periode gelap dan kondisi asam dengan pH sekitar

5,5–6,5. Tangkai jamur dan tudung jamur abnormal jika saat pembentukan

primordia tidak memperoleh penyinaran lebih dari 40 lux. Masa pertumbuhan

miselium membutuhkan kelembaban udara antara 65%−70% tetapi untuk

merangsang pertumbuhan tunas membutuhkan kelembaban sekitar 80%−85%.

Miselium jamur dapat tumbuh optimal pada media tumbuh dengan kadar air

sekitar 60%. Jamur tiram dapat tumbuh diberbagai kayu baik di dataran tinggi

atau di dataran rendah dengan ketinggian 600 m–800 m di atas permukaan laut.

Pertumbuhan miselium jamur tiram membutuhkan kandungan CO2 dari volume

udara (Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001).

8

Page 9: Ta Jamur Tiram

2.5.1 Suhu

Jamur tiram mempunyai kisaran suhu untuk pertumbuhan misselium jamur

tiram berkisar antara 220C−300C, karena pada kisaran suhu tersebut miselium

jamur akan tumbuh dengan baik. Sedangkan suhu yang diperlukan pada saat

setelah media dibuka harus diatur sesuai dengan kebutuhan yaitu 160C−220C.

(Suriawiria, 2002).

2.5.2 Kelembaban

Menurut Suriawiria (2002), jamur tiram putih akan tumbuh baik pada

kelembaban udara berkisar 90%−96%. Sedangkan menurut Nunung Marlina

Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah 2001, Masa pertumbuhan miselium

membutuhkan kelembaban udara antara 65%−70% tetapi untuk merangsang

pertumbuhan tunas (tubuh buah) membutuhkan kelembaban sekitar 80%─85%.

2.5.3 Derajat Keasaman Media

Menurut Suriawiria 2002, menunjukkan bahwa pH optimum untuk

pertumbuhan miselia jamur tiram putih adalah 5,5–6,5.

2.5.4 Karbondioksida

Miselia beberapa jamur tiram putih tumbuh lebih tepat pada konsentrasi CO2

22%, tetapi hal ini bergantung pada jenis jamur. Konsentrasi CO2 sampai dengan

28% dapat merangsang pertumbuhan jamur tiram putih dan pleurotus florida,

tetapi pleurotus eryngii mencapai batas maksimum akan terangsang oleh CO2

pada konsentrasi 22%. Pada konsentrasi CO2 di atas 37,5% akan menyebabkan

pertumbuhan miselia pada jamur tiram putih terganggu (Jaelani. 2008)

9

Page 10: Ta Jamur Tiram

2.5.5 Oksigen

Menurut Rasmiyanto (1997), bahwa jamur tiram putih lebih sedikit

membutuhkan oksigen dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya.

Pertumbuhan miselia jamur tiram putih terjadi pada kondisi anaerob, sedangkan

perkembangan basidioma terjadi pada kondisi aerob.

2.5.6 Kadar Air Media

Kandungan air dalam media tumbuh sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan miselia dan perkembangan basidioma jamur tiram putih. Terlalu

sedikit air, pertumbuhan dan perkembangan jamur akan terganggu atau terhenti

sama sekali, terlampau banyak air, miselia akan membusuk atau mati. Menurut

Suriawira (2002), bahwa kandungan air di dalam media tumbuh sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur, terlalu

banyak air miselia akan membusuk dan mati. Kadar air media 40%−45%

(Suriawira 2002)

2.5.7 Pengomposan

Tujuan dari pengomposan dalam budidaya jamur adalah untuk menyiapkan

media tumbuh yang dapat memenuhi syarat bagi pertumbuhan jamur yang

dibudidayakan.

Pengomposan adalah suatu proses yang mengontrol mikroorganisme di

dalam media tumbuh. Melalui pengomposan substrat yang kaya akan bahan

organik diubah menjadi substrat yang stabil, layak untuk pertumbuhan jamur yang

di budidayakan tetapi tidak untuk mikroorganisme penyaing. Setiap

10

Page 11: Ta Jamur Tiram

mikroorganisme kompos generasi baru tidak hanya menggunakan bahan dalam

substrat, tetapi juga menggunakan komponen selulose dari pendahulunya

(Suriawiria 2002).

11

Page 12: Ta Jamur Tiram

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksananaan Tugas Akhir dilaksanakan bulan Maret sampai Mei

2010. Dan tempat pelaksanananya di PT Dio Mushroom Desa Kertawangi,

Kecamatan Ciasarua, Kabupaten Bandung Barat, Bandung - Jawa Barat.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam Tugas Akhir (TA) ini antara lain : Serbuk kayu,

dedak padi, kapur Dolomit (pertanian) dan bibit Jamur.

3.2.2 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam Tugas Akhir (TA) adalah drum

pasteurisasi yang dimodifikasi, gas, kompor, kubung jamur, timbangan, cangkul,

ayakan, tempat penanaman, ember, tali rafia, karung, kantong plastik ukuran 23 x

35 cm x 0,3 mm dan ukuran 40 x 60 cm x 0,3 mm, karet gelang, kain majun

(kapas), kereta dorong dan lain - lain.

3.3. Pengambilan Data

Pengambilan Data untuk Tugas Akhir (TA) dilakukan dengan cara

melakukan wawancara kepada pegawai perusahaan, petani, dan melakukan

praktik lapang di PT Dio Mushroom, serta mecari referesi dari buku–buku jamur

tiram.

12

Page 13: Ta Jamur Tiram

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembudidayaan Jamur Tiram Putih

Dalam teknik budidaya jamur tiram putih ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan diantaranya : bahan baku, bahan tambahan, pembuatan media tanam,

inokulasi, inkubasi, penumbuhan tubuh buah (growing), pemeliharaan, dan

pemasaran.

4.1.1. Bahan Baku

Untuk pengadaan bahan baku PT Dio Mushroom melakukan kerja sama

dengan panglong (pengergajian) kayu, penggilingan padi, dan toko–toko

pertanian. Adapun bahan baku yang digunakan budidaya jamur tiram di PT Dio

Mushroom adalah sebagai berikut :

1. Serbuk Kayu

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu dimana media yang

digunakan berasal dari kayu. Tetapi disini media tumbuh yang digunakan dari

limbah kayu (serbuk) yang didapat dari pengergajian (panglong) kayu.

Menurut Suhardiman 1995, jenisjenis kayu dibedakan menjadi tiga kategori:

Kayu yang sangat keras. Misalnya, kayu jati, kayu nangka, dll.

Kayu yang cukup keras. Misalnya, kayu mindi, kayu jambu dan kayu

mangga.

Kayu lunak. Misalnya, kayu dadap, kayu randu dan kayu sengon.

13

Page 14: Ta Jamur Tiram

Namun ada bebarapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih serbuk kayu

sebagai bahan baku media tanam, diantaranya :

Mengandung bahan yang diperlukan oleh jamur tiram putih yaitu

karbohidrat dan lignin.

Serbuk kayu berasal dari kayu lunak seperti sengon, randu.

Serbuk kayu berasal dari kayu yang bagus (tidak busuk)

Serbuk kayu tidak banyak mengandung getah dan minyak atsiri.

Serbuk kayu harus bersih.

2. Air Bersih

Air bersih berperan untuk melembabkan media tumbuah agar

pertumbuhan miselia tidak terhambat jika media terlalu kering terlalu basah, dan

untuk melunakkan serbuk kayu agar mudah diuraikan oleh jamur. Kelembaban

yang dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram ialah antara 45% – 50 %.

4.1.2. Bahan Tambahan

1. Dedak Padi

Dedak padi (bekatul) berfungsi untuk meningkatkan nutrisi subtract

sebagai sumber karbohidrat, karbon, nitrogen, dan vitamin. Dedak yang

digunakan dedak yang masih baru.

2. Kapur Dolomit (kapur Pertanian)

Kapur Dolonit yang berfungsi sebagai sumber kalsium dan sebagai

pengatur pH media tumbuh.

4.1.3. Pencampuran Media Tumbuh

14

Page 15: Ta Jamur Tiram

Media tumbuh jamur terdiri dari serbuk kayu sebagai bahan baku dan

beberapa bahan tambahan lainnya seperti dedak padi (bekatul), dan kapur

dolomite, dimana semua bahan baku dicampur hingga media merata. Sedangka

untuk komposisi medis tumbuh yang telah ditentukan. komposisi media media

tumbuh jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Media Tumbuh Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Untuk Satu Kali Adukan di PT Dio Mushroom.

No Bahan Media Tumbuh Jumlah Satuan

1 Sernuk Kayu 2400 Kg

2 Dedak 360 Kg

3 Kapur Dolomit 60 Kg

4 Kadar Air 40−50 %

Sumber : PT Dio Mushroom, Tahun 2010

Proses pencampuran dilakukan secara manual dan alat yang digunakan adalah

cangkul dan skop.

Langkah–langkah pembuatan media tumbuh jamur tiram putih di PT dio

Mushroom adalah sebagai berikut :

a. Metakkan serbuk gergaji di lantai sebanyak 120 karung dan ratakan dengan

cangkul.

b. Menaburkan dedak yang sudah ditimbang sebanyak 360 kg secara merata

diatas tumpukan serbuk gergaji.

c. Menaburkan kapur dolonit diatas media serbuk gergaji sebanyak 60 kg dan

sekaligus diayak.

15

Page 16: Ta Jamur Tiram

d. Setelah semua bahan baku ditumpuk mejadi satu kemudian dilakukan

pengadukan dengan menggunakan cangkul dan skop serta sekaligus semua

bahan diayak sedikit demi sedikit sampai semua bahan tercampur.

4.1.4. Pengayakan

Setelah bahan baku diaduk kemudian dilakukan pengayakan dengan

bertujuan untuk memisahkan antara potongan kayu dan sampah seperti plastik,

sisa-sisa potongan kayu yang ada pada media yang akan dijadikan sebagai media

tumbuh jamur tiram. Pengayakan dilakukan dengan cara maual yaitu : dengan

melempar serbuk gergaji ke ayakan dengan menggunakan skop. Ayakan yang

digunakan berukuran panjang 2 meter lebar 1 meter, diameter lubang ayakan 0,5

cm dan lubang berbentuk lingkaran.

Gambar 1. Pengadukan dan Pengayakan

4.1.5. Pemberian Air

Air berfungsi untuk untuk melembabkan media tumbuah agar

pertumbuhan miselia tidak terhambat jika media terlalu kering terlalu basah, dan

16

Page 17: Ta Jamur Tiram

untuk melunakkan serbuk kayu agar mudah diuraikan oleh jamur. Pemberian air

dilakukan setelah proses pencampuran dan pengayakan media dengan tujuan

untuk mempermudah pengdukan dan pencampuran, air yang diberikan harus air

yang bersih agat tidak membawa penyakit dan bakteri penyebab kontaminasi

media tumbuh. Kadar air yang cukup adalah 45%−50%, dengan cara mengambil

media yang telah dicampur lalu media digenggam dengan telapak tangan, bila

gengaman dibuka media terlihat menggumpal dan tidak pecah serta tidak ada air

yang menetes maka pemberian air sudah cukup.

4.1.6. Pengarungan

Pengarungan dilakukan setelah proses pencampuran media selesai.

Langkah–langkah pengarungan sebagai berikut :

1. Masukkan media yang telah dicampur ke dalam karung dengan kapasitas

20−25 kg dengan mengunakan skop.

2. setelah media dimasukkan dalam karung, kemudian karung diikat

ujungnya dengan tali rafia, lalu karung disusun didalam bangker (ruang

pengukusan) untuk dilakukan pengukusan (sterilisasi).

4.1.7. Pengukusan (Pasturisasi)

Pengukusan (Pasturisasi) dilakukan untuk membunuh mikroba, baik

bakteri, maupun khamir yang dapat menggangu pertumbuahn jamur yang

ditanam. Pengukusan dilakukan selama 18 jam dengan suhu 100°C, alat yang di

gunakan untuk memgukus adalah bangker dan bahan bakar gas.

17

Page 18: Ta Jamur Tiram

PT Dio Mushroom mempunyai ruang pengukusan dua buah dengan

ukuran panjang 3,5 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 2 meter, yang memiliki

kapasitas 650 karung dengan ukuran 2025 kg. Pada pintu pengukusan dilengkapi

dengan alat thermometer untuk pengukur suhu serta bagian atas ruang pengukusan

diberi pipa yang berfungsi untuk pembuangan uap yang terlalu banyak.

Langkah – langkah pengukusan (Pasturisasi) di PT Do Mushroom, sbagai berikut:

1. Menyusun karung berisi media dengan rapih sampai penuh.

2. Menutup pintu dengan mengencangkan baut menggunakan kunci inggris.

3. Menutup kran atau pipa pembuangan uap yang terletak diatas ruang

pengukusan, agar uap yang di dalam tidak keluar.

4. Sebelum kompor gasnya dihidupkan maka air sisa pengukusan yang lalu

dibuang dahulu.

5. Hidupkan termis listrik untuk mengisi air ketabung penampungan air dan

secara otomatis akan berhenti bila air sampai batas yang ditentukan.

6. Hidupkan kompor gas dan kompor dimatikan setelah 18 jam.

18

Page 19: Ta Jamur Tiram

Gambar 2. Alat pengukusan dan alat Thermometer pada pintu pengukusan

4.1.8. Pembuatan Baglog

Pembungkusan media dilakukan dengan mengunakan kantong plastik

bening PP dengan ukuran lebar 23 cm, panjang 35 cm, dan dengan ketebalan 0,3

mm, pada saat memasukkan media kedalam keadaan panas dengan suhu 300C.

Pembuatan bagloag dilakukan dengan cara memasukkan media kedalam kantong

plastik bening kemudian bagian bawah kanan dan kiri dilipat kedalam lalu media

dipadatkan dengan cara dipukul dengan botol. Baglog yang sudah dipadatkan

disusun ditempat itu sampai ketinggian tiga baglog, dan untuk baglog yang paling

atas disusun terbalik agar untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi, setelah itu

di dinginkan selama 12 jam (semalam).

19

Page 20: Ta Jamur Tiram

Gambar 3. Proses Pembuatan baglog

4.1.9. Inokulasi (Penanaman)

Inokulasi dilakukan dengan syarat yang perlu diperhatikan yaitu

kebersihan dan kualitas bibit. kebersihan meliputi kebersihan alat, tempat dan

pelaksananya. Oleh karena itu, sebelum melakukan inokulasi, alat disemprot

dengan alcohol 96%, dan tangan orang yang akan menginokulasikan bibit jamur.

Gambar 4. Persiapan Inokulasi (Tanam)

Inokulasi bibit di PT Dio Mushroom dilakukan sebelum masuk ruangan

alat (sendok makan) dan tangan pekerja inokulasi disterilkan dengan

menyemprotkan alcohol, guna untuk meminimalkan terjadinya terkontaminasi

jamur lain, meskipun demikian masih ada yang terkontaminasi.

Langkah–langkah inikulasi (penanaman) bibit jamur di PT Dio Mushroom :

20

Page 21: Ta Jamur Tiram

a. Menyiapkan alat yang akan digunakan yaitu sendok makan, alkohol 96%, karet

gelang, kain majun, dan tempat duduk.

b. Membuka baglog yang semula disusun dengan rapih sedikit demi

sedikit, kemudian menghancurkan bibit sampai remah.

c. Menaburkan bibit kedalam permukaan atas baglog sebanyak 3–5 sendok

makan, dan setiap satu baglog kecil bibit dapat menjadi 15−18 baglog besar.

d. Setelah permukaan baglog terisi oleh bibit, kenudian dipadatka

dengan tangan dan diikat dengan kart gelang lalu ditutup dengan kain majun.

e. Fungsi penutupan dengan kain majuan dan diikat karet untuk membantu laju

pertumbuhan misselium pada masa inkubasi (tahap pemutihan).

f. Kemudian baglog siap dipasarkan dan diinkubasi sampai berproduksi.

4.2.10. Inkubasi

Baglog yang sudah ditanami bibit kemudian dipindahkan kedalam ruangan

inkubasi yang mana ruang inkubasi juga digunakan untuk ruang growing

(penumbuhan), yakni dengan cara baglog dimasukkan dalam grobak dorong

kemudian baglog disusun rapih dalam rak pada ruangan inkubasi dimana ruang

tersebut adalah ruangan untuk mengkondisikan bibit jamur yang sudah ditanam

guna menunggu tumbuhnya miselia keseluruh permukaan baglog. Inkubasi

dilakukan selama 30–45 hari dengan suhu yang diperlukan inkubasi adalah

22−28°C dan kelembaban 90−100%.

21

Page 22: Ta Jamur Tiram

4.2. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan hal terpenting dalm budidaya jamur tiram.

Kegiatan pemeliharaan seperti sortasi baglog, pembukaan baglog, penumbuhan

tubuh buah dan penyiraman, sebagai berikut :

4.2.1. Sortasi Baglog

Baglog yang berada di ruang inkubasi selalu dilakukan sortasi, tujuan

untuk memisahkan antara baglog yang sehat dengan baglog yang terkontaminasi

serta yang terserang hama dan penyakit. Baglog yang sehat disusun rapih dirak

kubung untuk melakukan masa berikutnya yaitu growing (penumbuhan tubuh

buah), sedangkan baglog yang terkontaminasi langsung dimasukkan dalam

karung dan dibuang sejauh mungkin agar tidak menjadi sarang hama dan

menyebarkan penyakit. Untuk baglog yanmg terserang hama dan penyakit juga

yag tidak dapat dikendalikan juga ikut dibuang.

4.2.2. Pembukaan baglog

Pembukaan baglog dilakukan setelah inkubasi selesai, yang mana

Pembukaan baglog bertujuan untuk memberikan oksigen bagi pertumbuhan tubuh

buah jamur dan memudahkan jamur tiram tumbuh dengan baik.

Pembukaan baglog dilakukan secara manual dan alat yang digunakan sederhana

yaitu cater (pisau), langkah pembukaan baglog antara lain:

1. Membuka karet gelang yang terikat pada ujung baglog.

2. Merobek plastik baglog pada bagian atas dengan menggunakan cater (pisau),

Kemudian ujung plastic baglog dilipat.

22

Page 23: Ta Jamur Tiram

3. Setelah selesai pembukaan, sekitar 7−15 hari sejak pembukaan baglog jamur

akan tumbuh kecil dam sekitar 3−5 hari jamur akan tumbuh besar.

4.2.3. Penumbuhan Tubuh Buah (growing)

Baglog yang sudah berda dalam ruang inkubasi selama 30−40 hari, lalu

ditambah beberapa hari sebelum dilakukan pembuakan bagloag. Baglog tidak

dilakukan pemindahan diman tepat inkubasi sekaligus dijadikan untuk ruang

growing. Pada masa growing membutuhkan suhu kira–kira 20°C−28°C dan

kelembaban 80−90%.

4.2.4. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kelembapan media

tumbuh jamur tiram. Proses penyiraman dilakukan dengan menggunaka mesin

pompa air yang dihubungkan melalui selang dan stik (nozl), Namun ada juga yang

tidak menggunakan nozl yakni dengan cara menutup sedikit ujung selangnya saja.

Air yang disemprotkan berupa kabut dan merata keseluruh bagian baglog,

usahakan penyiraman jangan terlalu basah karena akan mengakibatakan jamur dan

media akan mudah busuk, tetapi jangan pula terlalu kering karena akan

menyebabkan jamur mrnjadi kering. Pada musim penghujan penyiraman

dilakukan 2 hari sekali, akan tetapi pada musim kemarau penyiraman dilakukan 1

–2 kali sehari.

23

Page 24: Ta Jamur Tiram

4.2.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

4.2.5.1. Hama

4.2.5.1.1. Ulat dari Lalat (Megaselia spp.)

Ulat ini adalah larva dari lalat Megaselia dan merupakan hama yang sering

merugikan dalam budidaya jamur tiram. Lalat ini biasanya masuk bersama para

pekerja, melalui ventilasi dan kondisi yang lembab ditambah dengan aroma

subtrat media sangat disukai serangga, akhirnya berkembiang biak di dalam

kubung dan setelah menetas larva−larva ini menyerang tubuh buah jamur dengan

cara memakan tubuh buah pada bagian dibawah tudung jamur. Hama ini dapat

dikendalikan dengan beberapa cara antara lain :

a. Melakukan sanitasi lingkungan dengan membersihkan ruangan (kubung)

dengan cara menyiram dan menyapu lantai dengan bersih dari tanah lumut dan

sisa-sisa jamur serta memasang perangkap berupa lem seranggayang dioleskan

pada lembaran kertas (plastik).

b. Jika serangan ulat sudah banyak maka dilakukan dengan menyemprot

insectisida Rizotin 50 EC (bahan aktif supermetrin) dengan konsentrasi 3ml/

liter air. Di PT Dio Mushroom pengendalian hama menggunakan Insectisida

tersebut dilakukan setelah panen ke-3 dengan interval waktu 1 bulan sekali.

4.2.5.1.2. Ulat dari Nyamuk (Lycoriella spp.)

Ulat ini adalah larva dari nyamuk lycorella dan juga merupakan hama yang

sering merugikan dalam budidaya jamur tiram. Nyamuk ini biasanya masuk

bersama para pekerja, melalui ventilasi dan kondisi yang lembab ditambah dengan

aroma subtrat media sangat disukai serangga, akhirnya berkembiang biak di dalam

24

Page 25: Ta Jamur Tiram

kubung dan setelah menetas larva−larva ini menyerang media dengan cara

merusak miselium media, menyebabkan pembusukan pada media dan memakan

bagian pangkal tubuh buah jamur. Hama ini dapat dikendalikan dengan beberapa

cara antara lain :

a. Melakukan sanitasi lingkungan dengan membersihkan ruangan (kubung)

dengan cara menyiram dan menyapu lantai dengan bersih dari tanah lumut dan

sisa-sisa jamur serta memasang perangkap berupa lem seranggayang dioleskan

pada lembaran kertas (plastik).

b. Jika serangan ulat sudah banyak maka dilakukan dengan menyemprot

insectisida Rizotin 50 EC (bahan aktif supermetrin) dengan konsentrasi 3ml /

liter air. Di PT Dio Mushroom pengendalian hama menggunakan Insectisida

tersebut dilakukan setelah panen ke-3 dengan interval waktu 1 bulan sekali.

Gambar 5. Insektisida yang sering digunakan

4.2.5.1.3. Klekat/ Janggel (Sejenis molusca).

Hama lain yang sering dijumpai dalam budidaya jamur tiram adalah

Klekat/ Janggel (Sejenis molusca). Untuk klekat/ janggel biasanya sering

dijumpai pada mulut baglog dan menyerang bagian bawah tudung jamur,

25

Page 26: Ta Jamur Tiram

sehinnga tudung jamur menipis. Untuk mengatasinya dilakukan dengan cara

mekanis yakni dengan mengambil satu per satu.

4.2.5.2. Penyakit

4.2.5.2.1. Penyakit Jamur Oncom (Neurospora sithophila)

Jamur ini kerap menghambat pertumbuhan miselium jamur tiram,

miselium Jamur ini berwarna orange. Gejala awalnya timbul tepung berwarna

orange pada permukaan baglog dan permukaan kain majun (kapas) penyumbat

baglog media tumbuh. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan

kumbung yang terlalu lembap dan Pasturisasi media tumbuh kurang baik. Untuk

mengatasi penyakit ini, maka kelembaban di dalam kubung juga diatur agar tidak

berlebihan dan memperbaiki cara pesturisasi. Penyakit ini dapat menyerang

baglog yang belum dibuka baik baglog bibit maupun baglog produksi. Jika

baglog sudah terserang, sebaiknya baglog segera dikeluarkan dari kumbung dan

dibuang.

4.2.5.2.2. Penyakit jamur hijau (Trichoderma spp.)

Jamur ini juga kerap menghambat pertumbuhan miselium jamur tiram.

Menurut Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah 2001, Miselium

jamur ini berwarna hijau dan gejala awalnya adalah timbulnya bintik (noda) hijau

pada permukaan baglog. Penyakit ini sering menyerang pada saat baglog belum

dibuka (pada masa inkubasi). Untuk pengendaliannya yaitu membuang media

tumbuh yang terkontaminasi, perbaiki cara pasturisasi media dan jaga kebersihan

pada waktu inokulasi.

26

Page 27: Ta Jamur Tiram

4.3. Panen dan Pascapanen

4.3.1. Panen

Pertumbuaha tubuh buah jamur tidak serentak, oleh karena itu pemanenan

dilakukan setiap hari dengan memilih jamur yang telah mencapai ukuran optimal

cukup besar. Jamur tiram putih dapat dipanen pertama pada umur hari setelah 7

pembukaan baglog, dengan ciri-ciri panen tudung jamur berdiameter 7 cm, ujung

tudung tipis, dan jamur belum mekar penuh. Pemanenan jamur tiram dilakukan

pada pagi hari karena jamur masih dalam kondisi segar dan selain itu karena

permintaan pasar (agen).

Cara panen jamur tiram adalah sebagai berikut :

1. Mencabut seluruh rumpun jamur yang ada, dalam satu rumpun terdapat

salah satu jamur yang sudah siap dipanen..

2. setelah selesai pemanenan, kemudian jamur dilakukan perlakuan pasca

panen.

Gambar 6. Cara Pemanenan

27

Page 28: Ta Jamur Tiram

4.3.2. Pascapanen

Jamur yang telah panen dimasukan kedalam keranjang ukuran tinggi 30

cm dan lebar 50 cm, kemudian dibersihkan dengan cara memotong bagian

pangkal jamur yang terkena kotoran, setelah dibersihkan jamur tersebut dikemas

kedalam kantong plastic PP dengan ukuran lebar 40 cm, panjang 60 cm dan tebal

0,3 mm. setiap satu bungkus jamur seberat 5 kg, dan ada juga yang 1 kg

tergantung pemesanan. Setelah jamur tersebut dikemas kedalam plastik jamur

tersebut siap dijual/ dipasarkan.

Gambar 7. Penaganan Pasca Panen

4.4. Pemasaran

4.4.1. Pemasaran baglog

Dalam pemasaran baglog pada PT Dio Mushroom biasanya pembeli atau

konsumen memesan baglog jamur langsung datang keperusahaan karena semua

pelanggan datang langsung membeli baglog jamur, dan baglog jamur tersebut

diantar kepada konsumen dengan memakai mobil bok. PT Dio Mushroom

menjual baglog sekitar 20.000─30.000 baglog/ hari, tergamtung bahan baku yng

ada mesipun demikian masih banyak pesanan yang belum dipenuhi dalam

seharinya.. Dan baglog baru tanam dijual dengan harga Rp 1550/ baglog,

28

Page 29: Ta Jamur Tiram

sedangkan baglog yang misseliumnya telah penuh (siap panen) dijual dengan

harga Rp 2200/ baglog. Dan berikut analisisnya.

4.4.2. Pemasaran jamur

Proses pemasaran jamur tiram putih pada perusahaan PT Dio Mushroom

hanya dilakukan dilokasi usaha karena semua pelanggan datang langsung

membeli jamur, biasanya para konsumen barkumpul sudah berada di depan ruang

penumbuhan dan bagitu jamur dipanen dibawa keluar dan masing-masing akan

mengemas jamus kedalam plastik berukuran 5 kg dan langsung dibawa

kepasaruntuk dipasarkan. Dalam proses pembayaran biasanya para pelanggan

yang mengambil jamur tersebut setelah jamur yang mereka ambil tersebut laku

habis dipasar penyalur barang yang ada di PT Dio Mushroom.

Gambar 8. Jamur yang siap dipasarkan

29

Page 30: Ta Jamur Tiram

Tabel 4. Analisis usaha budidaya jamur tiram

ANALISIS USAHA TANI JAMUR TIRAM

 URAIAN

VOLUME BIAYA (Rp)JUMLAH SATUAN SATUAN JUMLAH

A. A. BIAYA TETAP        

 

1) Sewa Kubung 20.000 baglog 300 6.000.000

2) Peralatan        a. Cangkul 10 buah 50.000 500.000b. Skop 5 buah 45.000 225.000c. Drum Plastik (200 lt) 7 buah 300.000 2.100.000d. Keranjang 5 buah 15.000 75.000e. Karung 650 karung 750 487.500f. Gerobak 1 buah 170.000 170.000g. Cutter 5 buah 2.000 10.000h. Mesin pompa air 1 buah 350.000 350.000i. Selang 8 meter 10.000 80.000j. Terpal (2mx3m) 2 buah 175.000 350.000TOTAL BIAYA TETAP       10.347.500

           

B.BIAYA OPERASIONAL        

 

1) Bibit Jamur 500 baglog 2500 1.250.000

2) Bahan media tanam        a) Serbuk kayu 120 karung 4.500 540.000b) Kapur 3 karung 15.000 45.000c) Dedak 360 Kg 1.500 540.000d) Gas (50kg) 4 tabung 375.000 1.500.000e) Kain majun 20 Kg 4.500 90.000f) Karet gelang 1 Kg 35.000 35.000g) Tali rapia 1 gulung 12.000 12.000h) Plastik pp (23cm x

25cm x 0,3 mm) 60 Kg 23.000 1.380.000i) Plastik pp (40cm x

60cm x 0,3mm) 40 Kg 25.000 1.000.000j) Insektisida Rhizotin 1 botol 37.000 37.0003) Tenaga Kerja        

30

Page 31: Ta Jamur Tiram

a) Pengadukan media (1 hari) 15 orang 17.000 255.000b) Pembuatan baglog

dan inokulasi (1 Hari) 25 orang 16.000 400.000c) Perawatan dan panen

(120 hari) 2 orang 17.000 4.080.000TOTAL BIAYA OPERASIONAL       11.164.000

 TOTAL

PENGELUARAN 21.511.500

C. PENJUALANBaglog yang dihasilkan 20.000 baglogKontaminasi 10% 2.000 baglogBaglog produksi 18.000 baglog

1. Jual baglog baru inokulasi  Pendapatan Rp 27.900.000 Keuntungan Rp 16.736.000

BEP (Break Event Point)  a) BEP jumlah produk 7202 baglogb) BEP harga produk Rp 620,22 B/C ratio 1,49

2. Jual baglog putih  a) Pendapatan Rp 39.600.000 b) Keuntungan Rp 18.088.500 BEP jumlah produk 5074 baglogB/C ratio 1,62

 a) Pendapatan Rp 63.000.000 b) Keuntungan Rp 41.488.500 c) BEP jumlah produk 1594,85 KgB/C ratio 3,71

31

Page 32: Ta Jamur Tiram

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pelaksanaan kegiatan Budidaya Jamur Tiram Putih di PT Dio Mushroom

sebagai sarana memperluas wawasan dan pengtahuan bagi mahasiswa serta

menjadi tempat belajar berwirausaha tentang budidaya jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus).

2. Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam budidaya jamur tiram yaitu

komposisi media, pengadukan, sterilisai, bibit, perawatan, panen dan pasca

panen serta pemasaran.

3. Sebagai alternatif setelah penaganan pasca panen jamur tiram dapat di olah

menjadi seperti khripsi jamur, kripik jamur, cicken jamur dan lain – lain.

5.6. Saran

1. Mengingat permintaan baglog makin meningkat seharusnya perusahaan

meningkatkan produksi baglognya.

2. Disarankan agar kedisiplinan pekerja, alat tanam dan kebersihan lingkungan

kubung lebih diperhatikan agar meminimalisasi terjadinnya kontaminasi dan

penyebaran hama dan penykit pada jamur.

32

Page 33: Ta Jamur Tiram

DAFTAR PUSTAKA

Cahyana Y A, Muchroji, dan M. Bakrun. 2001. Jamur Tiram. Jakarta : Penebar Swadaya.

Chazali Syammahfuz dan Putri Sekar Pratiwi. 2009. Usaha Budidaya Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.

Jaelani. 2008. Jamur Berkasiat obat. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Parjimo dan Agus Andoko. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram, Jamur Merang). Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Isnawan Henky Hendritomo. 2010. Jamur Konsumsi Berkasiat Obat. Yogyakarta: Lili Pulisher.

Isnaen Wardani. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lili Pulisher.

Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rusmiyanto. 1997. Budidaya Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suhardiman. 1995. Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadya.

Suriawiria Unus. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius.

33