strategi pengembangan koperasi serba usaha … · organisasi, yaitu sebagai ketua mpk periode...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI SERBA USAHA
LESTARI KECAMATAN CIJERUK KABUPATEN
BOGOR JAWA BARAT
SKRIPSI
SAPTA PRATAMA
H34104050
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
RINGKASAN
SAPTA PRATAMA. Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha
Lestari Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor. (Di bawah bimbingan HENY K DARYANTO)
Peningkatan kesadaran akan peduli lingkungan dan gaya hidup sehat
masyarakat secara tidak langsung memberikan dampak yang besar pada
pemilihan kualitas makanan yang di konsumsinya, mereka mulai menghendaki
adanya produk sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan mutunya baik. Dengan
adanya promosi gaya hidup sehat dengan slogan Back To Nature, membuat
semakin bertambahnya konsumen yang bersedia untuk membayar lebih demi
produk pangan yang sehat, aman dan ramah lingkungan. Melihat perkembangan
produk pangan organik tersebut, Badan Standar Nasional Indonesia mengesahkan
ketetapan tentang sistem pangan organik yang tersusun dalam SNI 01- 6729-2002
yang berisi tentang panduan cara-cara budidaya pangan organik. Melihat peluang
tersebut, sudah selayaknya petani anorganik merubah sistem pertaniannya
menjadi organik. Untuk merubah sistem pertaniannya memang bukan hal yang
mudah untuk petani, mereka terlebih dahulu harus mendapatkan informasi
pertanian yang relevan untuk mengembangkan sistem pertanian organik dan
adanya kemampuan untuk memasarkan produk organik yang mereka dihasilkan
dan jika hal tersebut dilakukan secara individu pasti akan terasa sulit untuk
mengatasinya, untuk itu petani bisa bergabung dalam suatu organisasi yang tidak
hanya bisa untuk saling tukar informasi tetapi organisasi tersebut juga bisa
dimanfaatkan sebagai wadah untuk memasarkan produk yang mereka hasilkan,
salah satunya adalah dengan mendirikan koperasi.
Koperasi Serba Usaha Lestari merupakan koperasi yang sebagian besar
anggotanya adalah petani organik dan memproduksi produk sayuran organik.
Peluang pasar yang cukup besar namun diiringi dengan berbagai kendala baik
internal maupun eksternal. Hal ini menyebabkan KSU Lestari harus memiliki
strategi yang tepat, sehingga dapat berkembang dan mampu bertahan di dunia
usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan
internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha KSU Lestari,
memformulasi alternatif strategi pengembangan usaha sayuran organik untuk
KSU Lestari, menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha sayuran organik
yang dapat diterapkan oleh KSU Lestari. Responden yang digunakan dalam
penelitian terdiri dari tiga orang pihak internal usaha dan satu orang pihak
eksternal.
Berdasarkan hasil pengolahan matriks IFE, total skor yang dihasilkan
adalah sebesar 3,055. Total rata-rata tertimbang KSU Lestari berada di atas 2,5
mengindikasikan bahwa kondisi internal KSU Lestari berada di atas rata-rata. Hal
tersebut menggambarkan bahwa KSU Lestari merupakan organisasi yang kuat
secara internal. Sedangkan, total skor pengolahan matriks EFE adalah sebesar
2,893 yang menunjukkan KSU Lestari berada di atas rata-rata (2,50). Nilai ini
memberikan pengertian bahwa KSU Lestari telah mampu memanfaatkan peluang
dan menghindari ancaman dengan baik. Berdasarkan nilai skor total IFE dan EFE
diperoleh bahwa kekuatan utama KSU Lestari adalah konsumen yang loyal,
kelemahan utama adalah fasilitas ruang penyimpanan yang kurang memadai,
peluang utama adalah meningkatnya jumlah masyarakat yang beralih kesajian
makanan sehat berbasis organik, serta ancaman utama adalah menguatnya fungsi
pengawas koperasi. Sedangkan berdasarkan Matriks IE KSU Lestari menempati
kuadran IV yang berarti tumbuh dan membangun, dimana strategi yang cocok
untuk direkomendasikan adalah strategi intensif yang terdiri dari penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan produk.
Berdasarkan analisis matriks QSP, urutan prioritas strategi pengembangan
usaha bagi KSU Lestari adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan kegiatan
promosi, (2) Peningkatan volume produksi, (3) Menambahkan inovasi dikemasan
produk, (4) Meningkatkan kualitas sarana produksi, (5) Bergabung dengan
asosiasi, dan (6) membuka unit usaha baru.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, saran yang dapat diajukan bagi
KSU Lestari diantaranya: (1) Sebaiknya KSU Lestari mengimplementasikan
strategi pengembangan usaha prioritas sesuai dengan hasil matrisks QSP dimana
strategi hasil analisis SWOT semuanya diimplementasikan dan dievaluasi
kemudian diselaraskan dengan rencana strategis, visi, misi, dan tujuan dari KSU
Lestari . (2) KSU Lestari sebaiknya segera melakukan kegiatan promosi dengan
upaya membuat terlebih dahulu perencanaan biaya untuk program promosi
sehingga nantinya berbagai kegiatan promosi dapat dilakukan sesuai dengan dana
yang telah dipersiapkan oleh KSU Lestari. (3) KSU Lestari sebaiknya
merealisasikan peningkatan volume produksi setelah melakukan promosi untuk
mengantisipasi peningkatan permintaan konsumen akan makanan berbasis
organik dengan terlebih dahulu meningkatkan kualitas sarana produksi yang telah
dimiliki.
STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI SERBA USAHA
LESTARI KECAMATAN CIJERUK KABUPATEN
BOGOR JAWA BARAT
SAPTA PRATAMA
H34104050
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha Lestari
Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat
Nama : Sapta Pratama
NIM : H34104050
Disetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec
NIP. 19610916 198601 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manjemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Strategi
Pengembangan Koperasi Serba Usaha Lestari Kecamatan Cijeruk Kabupaten
Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2013
Sapta Pratama
H34104050
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Morawa pada tanggal 30 September 1989.
Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Abdul
Rahman dan Ibunda Nurhayati.
Tahun 2001, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di
SDN 101898 Lubuk Pakam. Selanjutnya, masih di kota yang sama, penulis
berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP N 1 Lubuk
Pakam pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas
di SMU N 2 Lubuk Pakam. Di sekolah ini penyusun memperoleh pengalaman
organisasi, yaitu sebagai ketua MPK periode jabatan 2005/2006.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun
2007 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi
Diploma III Teknologi Industri Benih. Setamatnya dari DIII Teknologi Industri
Benih kemudian penulis melanjutkan studi pada Program Pendidikan Alih Jenis
Agribisnis pada Departemen Agribisnis pada tahun 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas Rahman dan Rahim-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Strategi Pengembangan
Koperasi Serba Usaha Lestari kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa
Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan
internal dan ekstenal yang mempengaruhi pengembangan Kelembagaan dari
Koperasi Serba Usaha Lestari, memformulasi alternatif strategi pengembangan
Koperasi Serba Usaha Lestari, menetapkan prioritas strategi pengembangan
kelembagaan yang dapat diterapkan oleh Koperasi Serba Usaha Lestari, dan
menyusun rencana strategi pengembangan bagi Koperasi Serba Usaha Lestari.
Penelitian dilaksanakan selama bulan November 2012 hingga Maret 2013.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan
karena keterbatasan yang dihadapi. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Juli 2013
Sapta Pratama
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta berbagai kemudahan dalam segala hal. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya :
1. Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, arahan, dan bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian
dan penyusunan skripsi.
2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji utama yang berkenan
memberikan saran, masukan dan koreksi dalam perbaikan skripsi penulis.
3. Rahmad Yanuar SP, M.Si selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan
yang berkenan memberikan saran, masukan dan koreksi dalam perbaikan
skripsi penulis serta sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa perkuliahan.
4. Ir.Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan masukan dalam proposal penelitian..
5. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa
yang diberikan. Semoga ini dapat menjadi persembahan terbaik.
6. Pengurus Koperasi Serba Usaha Lestari dan karyawannya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta
kesediaan dalam pemberian informasi.
7. Seluruh staf kependidikan Program Alih Jenis Agribisnis atas kerjasamanya
dalam pengurusan administrasi.
8. Riandinesa dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan, dukungan
dan motivasi selama penulisan skripsi.
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT senantiasa membalas dan
memberikan rahmat serta hidayah-Nya.
Bogor, Juli 2013
Sapta Pratama
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ................................... 8
II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9
2.1 Komoditi Sayuran .................................................................... 9
2.1.1 Jenis dan Karakteristik Sayuran ..................................... 10
2.2. Pertanian Organik .................................................................... 11
2.2.1. Pengertian Pertanian Organik......................................... 11
2.2.2 Tujuan Pertanian Organik ............................................... 12
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanian Organik ... 13
2.2.4 Perbedaan Pertanian Organik dan Pertanian Anorganik . 14
2.2. Koperasi .................................................................................. 15
2.2.1. Pengertian Koperasi ....................................................... 15
2.2.2. Prinsip Koperasi ............................................................. 17
2.3. Strategi Pengembangan Bagi Kelembagaan Koperasi ............ 18
2.4 Konsep Pertanian Organik Koperasi Serba Usaha Lestari ....... 20
2.5 Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................... 20
III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 23
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 23
3.1.1. Manajemen Strategi........................................................ 23
3.1.2. Tahap-Tahap Manajemen Strategi ................................ 24
3.1.3 Strategi Pengembangan Usaha ....................................... 25
3.1.4. Hirarki Strategi .............................................................. 26
3.1.5. Pernyataan Visi dan Misi ............................................... 27
3.1.6. Analisis Lingkungan Bisnis Koperasi ........................... 27
3.1.7. Matriks IFE dan EFE .................................................... 32
3.1.8 Matriks Internal-Eksternal (I-E) ..................................... 32
3.1.9 Matriks SWOT ................................................................ 33
3.1.10 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) ...... 33
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 34
IV METODE PENELITIAN .................................................................. 38
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 38
4.2. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 38
4.3. Desain Penelitian ..................................................................... 38
4.4. Data dan Instrumentasi ............................................................ 39
Halaman
4.5. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 39
4.6. Metode Pengolahan Data ........................................................ 39
4.6.1 Tahap Masukan (Input Stage) ........................................ 40
4.6.2. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ............................. 45
4.6.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) ................................ 49
V GAMBARAN UMUM USAHA .......................................................... 52
5.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha ........................................... 52
5.2. Visi dan Misi Usaha ................................................................ 53
5.3. Lokasi Usaha ........................................................................... 54
5.4. Struktur Organisasi Usaha ....................................................... 54
5.5. Keanggotaan KSU Lestari ....................................................... 57
5.6. Unit Usaha Produksi dan Pemasaran KSU Lestari .................. 58
VI HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 61
6.1. Analisis Lingkungan Perusahaan ............................................. 61
6.1.1 Analisis Lingkungan Internal ......................................... 61
6.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal ...................................... 66
6.2. Analisis Matriks IFE dan EFE ................................................. 78
6.2.1. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ....... 78
6.2.2. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) ..... 79
6.3. Matriks Internal Eksternal (IE) ............................................. 81
6.4. Matriks SWOT ......................................................................... 83
6.5. Matriks QSP ............................................................................. 87
VII KESIMPULAN .................................................................................. 89
8.1 Kesimpulan ............................................................................... 89
8.2 Saran ......................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 91
LAMPIRAN .............................................................................................. 93
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2008-2011 ................... 3
2 Pertumbuhan Koperasi di Jawa Barat Tahun 2008-2011 ................... 4
3 Jumlah Anggota yang Masuk dan Keluar Di KSU Lestari Tahun
2009-2011 (Orang) ............................................................................. 6
4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 21
5 Penentuan Peluang/Ancaman Pada Faktor Eksternal ......................... 41
6 Penentuan Kekuatan/Kelemahan Pada Faktor Internal ....................... 41
7 Penilaian Bobot Strategis Internal Perusahaan ................................... 42
8 Penilaian Bobot Strategis Eksternal Perusahaan ................................. 42
9 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ........................................... 44
10 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) ............................................... 44
11 Matriks SWOT .................................................................................... 47
12 Format Matriks QSP (QSPM) ............................................................. 50
13 Daftar Harga Sayuran Organik di KSU Lestari .................................. 60
14 Faktor-Faktor Lingkungan Internal ..................................................... 66
15 Konsumsi Protein (gram) Perkapita Menurut Kelompok Makanan
Tahun 2008-2012 ................................................................................ 68
16 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Pemakai Internet Tahun
2006-2010 .......................................................................................... 73
17 Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal ................................................. 77
18 Matrik IFE pada KSU Lestari ............................................................ 78
19 Matrik EFE pada KSU Lestari ........................................................... 80
20 Keselarasan Strategi Hasil Dari Matriks SWOT dan Matriks IE ....... 87
Halaman Nomor
DAFTAR GAMBAR
1 Model Komprehensif Manajemen Strategis................................................. 25
2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................... 37
3 Format Matriks I-E ...................................................................................... 47
4 Struktur Organisasi KSU Lestari ................................................................ 55
5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan .......... 67
6 Matriks IE KSU Lestari .............................................................................. 81
7 Matriks SWOT KSU Lestari ....................................................................... 83
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
1 Form Kuisioner Faktor-Faktor Internal .................................................... 94
2 Form Kuisioner Faktor-Faktor Eksternal .............................................. 100
3 Form Kuisoner Penentuan Attractiveness Score ....................................... 106
4 Hasil Pembobotan dan Rating Faktor Internal KSU Lestari ..................... 109
5 Hasil Pembobotan dan Rating Faktor eksternal KSU Lestari .................. 110
6 Hasil Perhitungan AS dan TAS Responden I
(Ketua Pengurus KSU Lestari) ................................................................ 111
7 Hasil perhitungan AS dan TAS responden II
(Staf Produksi UPP KSU Lestari) ........................................................... 112
8 Hasil perhitungan AS dan TAS responden III
(Staf Administrasi KSU Lestari) ............................................................. 113
9 Hasil perhitungan AS dan TAS responden IV
(Pengurus organisasi ELSPPAT) ............................................................. 114
10 Matriks QSP KSU Lestari ....................................................................... 115
Halaman Nomor
1. Harga Pupuk Diprediksi Naik 20%-25% http://old.indonesiafinancetoday.com/read/1904/Harga- Pupuk-Diprediksi-Naik-20-25
[diakses tanggal 12 Januari 2013 pukul 15:56]
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat mulai memberi perhatian lebih besar pada kualitas
makanan termasuk sayuran yang mereka konsumsi, mereka menghendaki adanya
produk sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan mutunya baik. Pola ini
didukung dengan menguatnya kesadaran peduli lingkungan dan gaya hidup sehat
masyarakat, sehingga memunculkan konsumen yang bersedia membayar lebih
mahal untuk produk pangan yang sehat, aman dan ramah lingkungan. Tidak
hanya itu, promosi gaya hidup sehat back to nature telah menjadi
kecenderungan baru yang meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan
bahan kimia.
Berkaitan dengan semakin berkembangnya produk pangan organik, Badan
Standarisasi Nasional mengesahkan Standar Nasional Indonesia tentang Sistem
Pangan Organik yang telah tersusun dalam SNI 01-6729-2002 dan berisi panduan
tentang cara-cara budidaya pangan organik. Sistem pertanian organik adalah
kegiatan usaha tani secara menyeluruh sejak proses produksi sampai proses
pengolahan hasil (pascapanen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola
secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika),
sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi. Jika dilihat manfaatnya,
pengembangan pertanian organik sudah selayaknya diupayakan, karena dapat
menjadi solusi bagi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dengan
memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia dan melestarikan praktik-praktik
kearifan lokal.
Melihat peluang tersebut, untuk meningkatkan pendapatannya, Petani
sayuran anorganik bisa merubah sistem pertaniannya yang anorganik menjadi
organik, hal ini dikarenakan harga jual sayuran organik dua kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan sayuran anorganik. Selain itu, Kenaikan harga pupuk kimia
merupakan kendala lain yang dihadapi petani anorganik, Ketua Asosiasi Niaga
Pupuk Indonesia, Johan Unggul menyampaikan bahwa harga jual pupuk
diprediksikan akan naik rata-rata 20%-25% tahun ini, hal ini dikarenakan adanya
penerapan bea masuk bahan baku pupuk yang ditetapkan naik hingga 5% 1.
2
Untuk merubah sistem pertanian sayuran anorganik menjadi sayuran
organik bukan hal yang mudah untuk petani. Mereka terlebih dahulu harus
mendapatkan informasi pertanian yang relevan untuk mengembangkan
usahataninya dan mereka juga harus mampu memasarkan produk yang mereka
hasilkan. Memperoleh informasi pertanian yang tepat dan mengetahui pasar yang
bersedia untuk menerima produk mereka akan sulit jika dilakukan secara
individu. Namun kendala ini dapat diatasi dengan bergabung dalam suatu
organisasi yang bisa mewadahi para petani untuk saling tukar informasi dan
memasarkan produk yang mereka hasilkan, salah satunya adalah koperasi.
Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menjelaskan bahwa perekonomian koperasi
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, sehingga yang
diutamakan adalah kemakmuran bersama bukan kemakmuran perseorangan.
Dengan mengembangkan koperasi, berarti akan terjadi peningkatan kemakmuran
keseluruhan secara merata (Permana, 2011).
Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Pasal 4 menjelaskan bahwa fungsi
dan peran koperasi adalah :
1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Melihat fungsi serta peran dari koperasi, kemungkinan tujuan petani
sayuran organik untuk memperoleh informasi tentang teknik usahatani dengan
sistem organik dan pemasaran produk organik mereka akan lebih mudah
dilakukan. Namun, untuk mendirikan suatu koperasi yang kuat tidak bisa hanya
dengan membicarakan fungsi dan peran dari koperasi, tetapi perlu juga adanya
dukungan dan perhatian pemerintah serta keinginan masyarakatnya sendiri yang
3
dalam hal ini petani untuk ikut bergabung dengan koperasi. Penilaian akan hal ini
dapat diketahui dengan melihat data perkembangan koperasi di Indonesia. Pada
tahun 2008 sampai tahun 2011, pertumbuhan koperasi terus mengalami
peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah koperasi, jumlah
koperasi yang aktif, jumlah anggota, kebutuhan tenaga kerja, (Rapat Anggota
Tahunan) RAT dan Sisa Hasil Usaha (SHU). Selengkapnya peningkatan
perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2008-2011
No Uraian Satuan Tahun
2008 2009 2010 2011
1
Jumlah
Koperasi
Unit 149.793 170.411 177.482 188.181
Aktif Unit 104.999 120.473 124.855 133.666
Tidak
Aktif
Unit 47.794 49.938 52.627 54.515
2 Anggota Orang 29.431.624 29.240.271 30.461.121 30.849.913
3 Karyawan Orang 322.592 326.161 326.718 342.896
4 Manager Orang 32.254 32.169 32.050 34.342
5 SHU RpJuta 5.092.456 5.303.813 5.622.164 6.336.480
6 RAT Unit 47.862 58.534 55.818 58.004
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2012)
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tahun 2008 hingga 2011 SHU
yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan koperasi mampu mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 12.7 persen dan jumlah anggota koperasi juga ikut
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4.8 persen, hal ini membuktikan bahwa
masih adanya minat masyarakat untuk bergabung dengan koperasi. Pemerintah
juga masih memberikan perhatian untuk terus mengembangkan koperasi, dimana
hal ini bisa dilihat dari jumlah koperasi yang terus meningkat setiap tahunnya
dengan rata-rata peningkatan sebesar 8.0 persen. Kemudian peningkatan yang
terjadi pada RAT dan jumlah koperasi yang aktif mengindikasikan bahwasanya
koperasi secara nasional mampu melaksanakan fungsinya manajemennya dengan
baik, sehingga organisasi ini mampu bertahan menghadapi persaingan dengan
organisasi-organisasi lain.
4
Perkembangan koperasi yang positif secara nasional ternyata tidak merata
terjadi pada seluruh daerah di Indonesia, Propinsi Jawa Barat contohnya.
Pertumbuhan koperasi di Propinsi ini justru cenderung memperlihatkan hasil yang
kurang baik, penilaian ini berdasarkan pada jumlah koperasi yang aktif dan RAT
yang dilakukan oleh koperasi. Data pada Tabel 2 akan memperlihatkan
pertumbuhan koperasi yang ada di propinsi Jawa Barat.
Tabel 2. Pertumbuhan Koperasi di Jawa Barat Tahun 2008-2011
No Uraian Satuan Tahun
2008 2009 2010 2011
1
Jumlah
Koperasi
Unit 21.272 22.664 22.664 23.091
Aktif Unit 14.659 7.893 7.893 8.235
Tidak
Aktif
Unit 6.613 14.771 14.771 14.856
2 Anggota Orang 4.251.889 4.543.760 4.543.760 4,908,954
3 Karyawan Orang 38.548 49.641 49.641 49.641
4 Manager Orang 2.417 2.697 2.697 2.878
5 SHU RpJuta 383.343 971.372 971.372 1,076,371
6 RAT Unit 5.489 5.104 5.104 4,995
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2012)
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tahun 2008 hingga 2011 SHU
yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan koperasi mampu mengalami
peningkatan sebesar 20.02 persen dan jumlah anggota koperasi juga ikut
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4.62 persen, hal ini membuktikan bahwa
masih adanya minat yang besar dari masyarakat Jawa Barat untuk bergabung
dengan koperasi. Pemerintah Daerah Jawa Barat juga masih memberikan
perhatian untuk terus mengembangkan koperasi, dimana hal ini bisa dilihat dari
jumlah koperasi yang terus meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata
peningkatan sebesar 2.66 persen. Namun peningkatan jumlah koperasi dan SHU
yang terjadi ternyata tidak sejalan dengan pertumbuhan jumlah koperasi yang
aktif, data menunjukkan bahwa jumlah koperasi yang aktif di Jawa Barat
cenderung mengalami penurunan rata-rata sebesar 14.0 persen. Semakin
berkurangnya jumlah koperasi yang aktif di Jawa Barat memunculkan dugaan
5
bahwa kurangnya kemampuan manajemen srategis dari koperasi, membuat
koperasi tidak mampu bersaing dengan badan usaha lainnya.
Berdasarkan fungsi dan peran dari koperasi serta prospek
perkembangannya yang masih terus positif, koperasi dapat menjadi suatu
perwujudan organisasi yang benar-benar membantu mengatasi permasalahan
yang dihadapi petani sayuran organik. Untuk mewujudkan hal tersebut,
pemerintah harus terus memberikan perhatiannya untuk terus mengembangkan
koperasi, semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya
berkoperasi dan kemampuan dari koperasi untuk terus berkembang dengan
menerapkan manajemen pelayanan yang baik, SDM yang berkualitas dan
kemampuan merumuskan strategi pengembangan.
Salah satu koperasi yang terdapat di Jawa Barat tepatnya di Kecamatan
Cijeruk Kabupaten Bogor serta memiliki unit usaha pemasaran sayuran organik
adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) Lestari. Sebagian besar anggota koperasi ini
adalah petani sayuran organik, latar belakang terbentuknya koperasi ini
didasarkan pada kebutuhan informasi petani mengenai teknik budidaya sayuran
organik, sehingga dengan bantuan sebuah organisasi yang bernama ELSPPAT,
dibentuklah KSU lestari sebagai basis informasi teknik budidaya sayuran organik
dan sebagai wadah dari pemasaran produk-produk sayuran organik yang
dihasilkan oleh anggotanya.
1.2. Perumusan Masalah
Koperasi Serba Usaha (KSU) Lestari adalah sebuah koperasi yang ada di
Propinsi Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Koperasi
ini berdiri pada tahun 2009 dan memiliki tiga unit usaha yaitu UPP (Unit
Pemasaran dan Produksi), Unit Simpan Pinjam serta Unit Pendidikan dan
Pelatihan. Unit usaha yang merupakan fungsi utama dari terbentuknya koperasi
ini adalah Unit Pemasaran dan Produksi sedangkan dua unit tersisa berguna untuk
membantu kelancaran dari usaha utama. Anggota dari koperasi ini sebagian besar
berprofesi sebagai petani tanaman sayuran organik dan masyarakat yang berada di
sekitar lokasi. KSU Lestari memberikan peran yang sangat penting kepada
anggotanya, hal ini terlihat dari kemudahan anggota untuk menjual produk yang
mereka hasilkan dengan harga yang pantas sehingga anggota dari KSU tidak perlu
6
menghawatirkan produk yang mereka hasilkan tidak akan laku terjual. Kemudian,
koperasi juga membantu anggotanya dalam hal permodalan untuk berproduksi
dan terus membantu meningkatkan pengetahuan anggotanya dengan secara aktif
memberikan penyuluhan tentang informasi pertanian yang terbaru. Koperasi ini
juga aktif mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan
koperasi mereka ke masyarakat. Salah satunya adalah mengikuti Pameran produk
pertanian organik dan makanan olahan yang diadakan di lapangan Kampus
Baranangsiang Institut Pertanian Bogor tanggal 9-10 juni 2012 lalu.
KSU Lestari dalam menjalankan fungsinya bukan tanpa hambatan, ada
beberapa masalah potensial yang dapat mempengaruhi perkembangan koperasi
ini. Peningkatan jumlah anggota merupakan salah satu acuan yang menunjukkan
bahwa sebuah koperasi mengalami perkembangan yang positif. Hal ini tidak
begitu terlihat pada KSU Lestari, anggota yang masuk justru cenderung
mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada Tabel 3 akan diperlihatkan data
jumlah anggota yang masuk dan keluar di KSU Lestari mulai dari tahun 2009-
2011.
Tabel 3. Jumlah Anggota yang Masuk dan Keluar Di KSU Lestari Tahun 2009-
2011 (Orang)
Tahun Anggota Masuk Anggota Keluar
2009 114 4
2010 140 43
2011 94 47
Sumber : KSU Lestari (2012)
Data pada tahun 2009 hingga 2011 selain menunjukkan kecenderungan
turunnya jumlah anggota yang masuk, indikasi akan terus berkurangnya jumlah
anggota dari KSU Lestari juga terlihat dari kecenderungan meningkatnya jumlah
anggota yang keluar setiap tahunnya. Jika kecenderungan yang sama akan terus
terjadi pada tahun-tahun berikutnya, maka KSU Lestari akan terus kehilangan
anggotanya yang membuat aktifitas dari koperasi semakin berkurang sehingga
menjadi tidak aktif dan risiko terbesar yang harus dihadapi ketika masalah ini
dibiarkan adalah pembubaran KSU Lestari.
7
Usaha yang dijalankan oleh KSU Lestari tak luput dari persaingan, hal ini
ditunjukkan dengan pangsa pasar mereka yang relatif kecil (hasil wawancara)
sedangkan untuk pangsa pasar pesaing sudah memasuki pasar internasional.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Pengurus KSU lestari, terdapat
sekitar 12 produsen organik yang berada di Bogor yaitu YBSB (Yayasan Bina
Sarana Bakti), ALDEPOS, Mega Tani, Mega Integrated Farming (MIF), Sumulur
Nugraha Sejati, Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kelompok Tani
Sugih Tani Desa Karehkel, PT Fujimelasari, PT Agro Lestari, Koperasi Taman
Palem Yasmin Sektor V, Vila Botani Cijeruk, Putro Ciapus.
Permasalahan lain yang masih ada di KSU Lestari seperti kredit macet dan
partisipasi anggota yang masih rendah membuat KSU Lestari membutuhkan suatu
perumusan strategi yang tepat dalam menjalankan aktifitasnya, sehingga koperasi
ini dapat terus meningkatkan kesejahteraan dari anggota dan membantu segala
kebutuhan masyarakat disekitarnya.
Prospek usaha yang terus berkembang sejalan dengan berbagai pengaruh
dari faktor eksternal dan internal membuat KSU Lestari membutuhkan suatu
perumusan strategi pengembangan agar usaha yang dijalankan dapat bertahan.
Untuk merumuskan suatu strategi pengembangan diperlukan terlebih dahulu
pengidentifikasian faktor lingkungan eskternal dan internal. Faktor eksternal
merupakan faktor yang berada di luar organisasi yang dapat mempengaruhinya.
Faktor eksternal mencakup peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman
yang harus dihindari. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berada di
dalam organisasi yang mempengaruhi pelaksanaan aktifitasnya (David, 2010)..
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan dianalisis adalah:
1) Apa saja faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh KSU Lestari ?
2) Berdasarkan situsasi lingkungan internal dan eksternal koperasi, bagaimana
alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh KSU Lestari ?
3) Apa yang menjadi strategi prioritas untuk pengembangan KSU Lestari ?
8
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan internal dan
eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman KSU
Lestari.
2) Merumuskan berbagai alternatif strategi yang dapat dijalankan KSU Lestari .
3) Menentukan prioritas strategi pengembangan KSU Lestari
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Sebagai referensi dan masukan untuk Koperasi Serba Usaha (KSU) Lestari
untuk mengambil keputusan dalam rangka menyelesaikan permasalahan
internal dan eksternal organisasinya.
2) Sebagai bahan kajian dan studi pustaka bagi pihak-pihak yang berminat
dalam bidang koperasi dan kelembagaan agribisnis dan sebagai sarana
pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti serta menerapkannya
dalam kehidupan masyarakat.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan penelitian hanya sampai tahap perumusan
strategi tidak sampai pada tahap implementasi dan evaluasi strategi . kemudian
karena di dalam KSU Lestari terdapat beberapa unit usaha, untuk lebih
memfokuskan proses perumusan strategi, penulis membatasinya dengan hanya
mengidentifikasi unit produksi dan pemasaran di KSU Lestari.
9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditi Sayuran
Sayuran sebagai bahan pangan merupakan pelengkap dari kebutuhan
manusia yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Sayuran adalah salah satu
komoditi hortikultura disamping buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat.
Istilah hortikultura dikenal di Eropa pada abad 17 yaitu di Italia dan Eropa
Tengah. Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun dan
colore yang berarti membudidayakan. Secara harafiah, hortikultura berarti ilmu
yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun. Kedatangan dan menetapnya
bangsa Eropa di Indonesia memulai pengembangan sayuran di dataran tinggi
seperti kentang, kubis, tomat, dan wortel. Bibit dan benih yang dibutuhkan untuk
budidaya sayuran didatangkan dari Eropa terutama Belanda. Kondisi ini
merupakan awal perkembangan sayuran di Indonesia terutama sayuran dataran
tinggi.
Sayuran sebagai makanan pelengkap yang memiliki ciri-ciri yaitu (1)
dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan segar atau hidup sehingga bersifat
mudah rusak, (2) komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air bukan
kandungan bahan kering seperti halnya tanaman agronomi (jagung) dan tanaman
perkebunan, (3) produk bersifat meruah (voluminous) sehingga susah dan mahal
diangkut, dan (4) harga sayuran ditentukan oleh mutunya (kualitas), bukan
jumlahnya (Setyati, 1989).
Pentingnya sayuran untuk kesehatan manusia sudah lama diketahui. Sayur
dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat yang salah satunya untuk
membantu metabolisme tubuh. Kandungan aneka vitamin, karbohidrat, dan
mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok. Karbohidrat
di dalam sayuran berbentuk selulosa, gula dan zat tepung. Selulosa yang
dikandung sayuran memberi manfaat yang lebih banyak bagi manusia. Secara
alami dikenal dengan serat. Serat pada sayuran berupa bahan relatif keras yang
memberi bentuk dan penampilan suatu jenis tanaman. Manfaat serat ternyata tak
seburuk penampilannnya kerena serat tidak dapat dicerna oleh usus manusia.
Serat berfungsi untuk membantu proses kerja usus manusia sehingga
menyehatkan perut. Bila hanya mengkonsumsi makanan yang lembut atau tidak
10
berserat justru pencernaan semakin rusak. Selain serat, kandungan vitamin dan
mineral dalam sayuran juga diperlukan manusia. Kandungan vitamin dan mineral
dalam sayuran sangat mudah sekali rusak oleh udara panas (rebusan air panas atau
terik matahari). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa mengkonsumsi
sayuran segar dengan cara memasak yang benar. Kalangan ilmuwan kesehatan
percaya mengkonsumsi sayuran secara teratur berpengaruh positif terhadap
kesehatan manusia (Nazarudin, 1999).
Menurut Soedharoedjian (1993) sayuran merupakan sumber seluruh
vitamin seperti vitamin A yang banyak terdapat dari jenis sayuran yang berwarna
merah dan kuning seperti wortel dan waluh. Untuk vitamin B1, B2, B6 terdapat
pada banyak sayuran, terutama sayuran yang daunnya yang berwarna hijau tua
dan kacang-kacangan. Hampir semua sayuran mengandung vitamin C seperti
tomat, lombok, kentang, dan sayuran yang berwarna tua yang merupakan sumber
yang kaya. Sedangkan untuk vitamin E dan K banyak terdapat pada sayuran
dedaunan dan pucuk tunas seperti bayam, kubis, selada, asparagus dan lain-lain.
Sayuran juga merupakan sumber utama mineral dalam diet. Beberapa mineral
penting yang dipasok oleh sayuran adalah besi, kalium dan fosfor.
2.1.1 Jenis dan Karakteristik Sayuran
Menurut Nazarudin (1999) sayuran dapat digolongkan menjadi dua
kelompok besar sayur-sayuran berdasarkan suhu dan ketinggian tempat dari
permukaan laut. Kedua golongan ini tidak terpisah secara nyata. Kedua jenis
sayuran tersebut adalah sayuran dataran tinggi dan sayuran dataran rendah.
Sayuran dataran tinggi tumbuh baik pada suhu rata-rata bulanan kurang dari 210
C. Pertumbuhan optimal diperoleh pada kisaran suhu 16-18,0
C. Sayuran dataran
tinggi dikonsumsi pada bagian vegetatifnya, seperti daun, kuncup, batang atau
bagian yang berada di permukaan tanah. Daerah perakaran yang dangkal adalah
ciri lain tanaman sayuran dataran tinggi. Penyesuaian dengan ketersediaan air
tanah yang banyak pada lapisan atas memungkinkan perakaran sayuran dataran
tinggi hanya sampai pada kedalaman 60 cm.
Sayuran dataran rendah akan lebih baik tumbuh pada kisaran suhu yang
lebih tinggi dengan rata-rata suhu untuk pertumbuhan optimum ialah 26-28,50 C.
Bagian yang dikonsumsi pada sayuran dataran rendah umumnya buahnya,
11
contohnya dapat dilihat pada kacang panjang, tomat, kecipir, mentimun, labu,
cabai, terong dan lain-lain. Sayuran dataran rendah memiliki daerah perakaran
yang relatif lebih dalam yaitu mencapai 120-180 cm. Selain pengklasifikasian di
atas, sayuran dapat juga dibedakan berdasarkan kebiasaan tumbuh yaitu sayuran
semusim dan tahunan. Pengklarifikasian juga dapat dilakukan berdasarkan bentuk
yang dikonsumsi, sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran daun, buah, bunga,
umbi, dan rebung (Rahardi,2001).
Sayuran juga dapat dibedakan berdasarkan letak penanamannya yaitu
sayuran yang biasa ditanam di atas tanah dan tanaman sayuran yang biasa ditanam
di bagian bawah tanah. Tanaman yang dapat ditanam di atas tanah meliputi :
1. Kubis-kubisan (kubis, bunga kubis, sayuran)
2. Kacang-kacangan (buncis, kapri, kacang panjang, kecipir)
3. Tanaman solanaceae berbuah (cabai, tomat, terung)
4. Ketimun (ketimun, melon, semangka)
5. Sayuran hijau (spinasi, bayam, kangkung, dan lain-lain)
6. Jamur (agaricus, vorvariela)
7. Sayuran lain (okra, asparagus, jagung manis, rebung)
Tanaman yang dapat ditanam di bagian bawah tanah meliputi :
1. Tanaman akar iklim sedang (bit, wortel, lobak)
2. Tanaman akar tropik (talas, ubi jalar)
3. Tanaman umbi (kentang)
4. Tanaman umbi lapis (bawang putih, bawang merah, bawang bombay).
(Setyati,1989).
2.2. Pertanian Organik
2.2.1. Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi
pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan
pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Sedangkan menurut
Pracaya (2004), pertanian organik merupakan sistem pertanian (dalam hal
bercocok tanam) yang tidak mempergunakan bahan kimia (dapat berupa pupuk,
pestisida, hormon pertumbuhan) tetapi menggunakan bahan organik. Jadi
12
pertanian organik adalah sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan
tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan
penggunaan bahan-bahan kimia dan merupakan praktek bertani alternatif secara
alami yang dapat memberikan hasil yang optimal.
Pada prinsipnya para petani organik berusaha untuk menghindari atau
membatasi penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Oleh karena itu, lahan yang
dijadikan media dalam penanaman tanaman organik harus mampu menyediakan
hara dan gizi bagi tanaman, dan petani harus mampu mengendalikan serangan
hama dengan cara lain di luar cara konvensional yang biasa mereka lakukan.
Sumber daya lahan dan kesuburannya dipertahankan serta ditingkatkan melalui
manajemen aktivitas biologi dari lahan itu sendiri, yaitu dengan memanfaatkan
residu hasil panen, kotoran ternak, dan pupuk hijau.
Pertanian organik juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi
pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa
sintetik baik pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Pertanian organik berbeda
dengan penanaman secara konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat
dan langsung dalam membentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran
dan waktu pemberian yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Afifi, 2007).
Langkah pencegahan dari kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan
oleh bahan-bahan kimia yang bisa dilakukan untuk pengolahan tanah,
pengendalian hama dan penyakit tanaman yaitu dengan dilakukannya sistem
pertanian secara organik. Sistem pertanian organik yang dilakukan tidak
menimbulkan pencemaran berbahaya dan tidak meracuni tubuh serta bahan input
dengan sistem organik mudah untuk diperoleh. Selain itu, pertanian organik
ramah lingkungan sehingga kelestarian yang ada akan tetap terjaga.
2.2.2 Tujuan Pertanian Organik
Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agriculture
Movements), tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian
organik adalah :
13
1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah
cukup.
2. Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang
mendukung semua bentuk kehidupan yang ada.
3. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan
mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta
hewan.
4. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.
5. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaharui yang berasal
dari sistem usahatani itu sendiri.
6. Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik yang di dalam
maupun di luar usahatani.
7. Menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan
perilakunya yang hakiki.
8. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin
dihasilkan oleh kegiatan pertanian.
9. Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat
tanaman dan hewan.
10. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian
(terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi
manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan
kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang amat sehat.
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanian Organik
Kelebihan dari digunakannya sistem pertanian organik antara lain sebagai
berikut:
1. Tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun
udara, serta produknya tidak mengandung racun.
2. Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman
non-organik.
14
Sistem pertanian organik juga mempunyai faktor kekurangan atau kelemahan,
yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan
penyakit. Pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual.
Apabila menggunakan pestisida alami, perlu dibuat sendiri karena pestisida
ini belum terdapat di pasaran.
2. Penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebi
kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman yan
dipelihara secara non organik.
3. Produk tanaman organik lebih mahal (Pracaya, 2007).
2.2.4 Perbedaan Pertanian Organik dan Pertanian Anorganik
Menurut Pangaribuan (1999) perbedaan pertanian organik dan pertanian
anorganik adalah :
1. Biaya Operasional di Lapang
Penggunaan pupuk buatan dan pestisida pada pertanian anorganik
menyebabkan biaya yang tinggi dalam pengusahaan tanaman. Penggunaan pupuk
kandang, pupuk hijau dan kompos pada pertanian organik biayanya lebuh rendah
dari pupuk buatan.
2. Pencemaran Lingkungan
Penggunaan pupuk buatan dan pestisida yang berlebihan dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan (tanah, air dan udara) dan merusak
keseimbangan alam, sehingga penggunaan bahan kimia ini harus disesuaikan.
3. Ketergantungan pada Musim
Pengusahaan sayuran secara organik hasilnya tergantung pada musim,
sehingga untuk menanam sayuran tertentu harus memperhatikan sesuai atau tidak
dengan waktu penanamannya. Misalnya penanaman tomat tidak dapat dilakukan
pada musim hujan karena banyak hama penyakit yang menyerang, sedangkan
pada pertanian anorganik dapat dilakukan karena adanya pengendalian dengan
pestisida dan penggunaan green house.
4. Harga Jual Tinggi
Produksi komoditi yang lebih berkualitas (bersih dan sehat) membuka
peluang harga yang lebuh tinggi. Sebagian masyarakat mulai menyadari mengenai
15
komoditi pertanian organik yang bebas pestisida sehingga harga yang dibayar
tidak terlalu dipermasalahkan. Pembelian komoditi organik masih dilakukan oleh
kalangan tertentu yang sudah mengerti pentingnya konsumsi sayuran organik.
5. Prinsip Penanaman
Penanaman pada pertanian organik dilakukan secara tumpang sari,
sehingga jika tanaman utama tidak berhasil masih dapat hasil dari tanaman yang
ditumpangsarikan. Hasil dari pertanian organik tidak dapat sebanyak hasil
pertanian anorganik yang ditanam secara monokultur, tetapi risiko kegagalan
untuk tanaman monokultur lebih tinggi jika terserang hama penyakit.
6. Modal dan Hasil
Pertanian organik memberikan hasil yang baik dalam waktu yang lama
dan modal awal yang cukup besar, karena diperlukan adanya keseimbangan secara
alami (tanah, tanaman, musuh alami, hama) dalam pengusahaan pertanian
organik, sehingga risiko kegagalan akibat serangan hama penyakit pada awalnya
cukup besar. Pertanian anorganik yang menggunakan pupuk buatan dan pestisida
pada awalnya dapat memberikan hasil yang baik dan waktu yang dibutuhkan lebih
cepat, tetapi di masa yang akan datang jika penggunaan pupuk buatan dan
pestisida yang tidak dibatasi dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
2.2. Koperasi
2.2.1. Pengertian Koperasi
Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan
budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara
demokratis (ICA dalam Hendrojogi, 2004) . Terdapat beberapa definisi koperasi
yang selama ini dikenal.
Koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan bersama yang terdiri
dari mereka-mereka yang lemah dan selalu berusaha untuk tidak memikirkan diri
mereka sendiri, sehingga masing-masing dari mereka sanggup menjalankan
kewajibannya dan mendapatkan imbalan yang pantas atas kerja mereka terhadap
organisasi (Dr. Fay dalam Hendrojogi, 2004).
Pengetian koperasi yang dikemukakan Dr. Fay mengandung unsur-unsur
kerjasama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dan terdapat unsur
16
demokratis didalamnya, unsur ini terlihat jelas dari pernyataannya bahwa mereka
yang menjalankan kewajibannya dan mendapatkan imbalan lebih untuk mereka
yang lebih banyak berpartisipasi. Pengertian koperasi yang tidak jauh berbeda
diungkapkan oleh guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, bahwa
koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan
derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik
secara sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kehidupan bersama yang bersifat
kebendaan atas tanggungan mereka (Prof. R. S. Soeriaatmadja dalam Hendrojogi,
2004). Persamaan pengertian koperasi antara Prof. R. S. Soeriaatmadja dengan
Dr. Fay terletak pada unsur demokrasinya. Sedikit perbedaan antar keduanya
terlihat pada pengertian Prof.R. S. Soeriaatmadja beliau menambahkan kalimat
tidak memandang haluan agama dan politik, maksud dari kalimat ini adalah
jangan sampai koperasi dibawa ke salah satu aliran agama atau politik karena
ditakutkan koperasi tersebut akan melanggar prinsip-prinsip koperasi yang telah
menjadi ciri khas organisasi tersebut.
Pengertian koperasi menurut tokoh-tokoh yang lainnya seperti Baswir dan
Hatta mengandung makna yang tidak berbeda jauh dengan pengertian-pengertian
yang dibahas di atas sebelumnya, dimana dalam pengertian tersebut terdapat
unsur-unsur kesukarelaan dalam berkoperasi, bahwa dengan bekerjasama manusia
akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya dan pendirian koperasi
mempunyai pertimbangan-pertimbangan ekonomis.
Pengertian koperasi menurut UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pengertian ini berbeda
dengan pengertian koperasi lainnya. Pada dasarnya koperasi bukanlah suatu badan
usaha tetapi koperasi adalah perkumpulan yang didalamnya terdapat satu atau
lebih unit usaha yang dijalankan oleh anggotanya. Perbedaan pengertian koperasi
tersebut menyebabkan koperasi kehilangan arah dan tujuannya bahkan tidak
sesuai dengan jati diri dan koridor koperasi sehingga koperasi di Indonesia sampai
saat ini sulit untuk berkembang (Permana, 2011).
17
2.2.2. Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi adalah suatu pedoman yang harus ada dalam
sebuah koperasi yang menjadi penuntun pelaksanaan nilai-nilai koperasi. Pada
dasarnya, prinsip-prinsip koperasi merupakan jati diri atau ciri khas dari koperasi.
Adanya prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai organisasi yang
berbeda dengan organisasi-organisasi yang lain. Prinsip koperasi yang mendunia
telah dirumuskan dalam Rapat Anggota ICA bulan September 1995 dalam
Hendorojogi tahun 2004 adalah :
1) Keanggotaan Bersifat Sukarela dan Terbuka.
Anggota koperasi tidak dapat dipaksakan oleh siapapun. Keputusan
seseorang untuk menjadi anggota koperasi harus berdasarkan pada kesadaran dan
kesiapan untuk menanggung resiko yang timbul dari keputusannya tersebut.
Keanggotaan koperasi tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam
bentuk apapun.
2) Pengelolaan Dilakukan Secara Demokratis.
Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota
dan terhadap seluruh anggotanya, koperasi wajib melaksanakan manajemen yang
terbuka.
3) Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Ekonomi
Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan
melakukan pengawasan secara demokratis terhadap modal tersebut. Paling tidak
sebagian modal tersebut merupakan modal milik bersama koperasi. Salah satu
modal koperasi bisa berasal dari sisa hasil usaha yang didapatkan anggota
berdasarkan besarnya kontribusi yang dilakukannya untuk koperasi. Modal yang
didapat dari sisa hasil usaha berguna untuk mengembangkan koperasi mereka dan
mendukung kegiatan lainnya yang disahkan dalam rapat anggota.
4) Otonomi dan Kemandirian
Koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, yang
dilandasi oleh kepercayaan pada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha
sendiri. Prinsip kemandirian mengharuskan para anggota untuk berpartisipasi
sebesar-besarnya terhadap koperasi, baik dalam kedudukannya sebagai pemilik
maupun sebagai pengguna jasa.
18
5) Pendidikan Perkoperasian
Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi
anggota yang memahami serta menghayati nilai-nilai dan prinsip-prinsip serta
praktik-praktik koperasi yang benar.
6) Kerjasama Antar Koperasi
Kerjasama antar koperasi dimaksudkan untuk saling memanfaatkan
kelebihan dan menghilangkan kelemahan yang ada, sehingga hasil akhir dapat
dicapai secara optimal. Kerjasama tersebut diharapkan akan saling menunjang
dalam pendayagunaan sumber daya yang terbatas.
7) Kepedulian Terhadap Masyarakat
Koperasi melakukan kegiatannya untuk pengembangan masyarakat
sekitarnya secara berkelanjutan, melalui kebijakan yang dihasilkan dalam rapat
anggota
2.3. Strategi Pengembangan Bagi Kelembagaan Koperasi
Menurut Undang-undang No. 25/1992, koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-perorangan atau badan hukum Koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Pengertian koperasi menurut
UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 tersebut kurang sesuai dengan dengan prinsip-
prinsip dan nilai-nilai koperasi, karena koperasi diartikan sebagai suatu badan
usaha. Pada dasarnya koperasi bukanlah suatu badan usaha, akan tetapi yang
memiliki badan usaha atau dengan kata lain badan usaha yaitu merupakan bagian
dari koperasi. Perbedaan pengertian koperasi tersebut menyebabkan koperasi
kehilangan arah dan tujuannya bahkan tidak sesuai dengan jati diri dan koridor
koperasi sehingga koperasi di Indonesia belum berkembang maksimal (Permana,
2011).
Pada umumnya, strategi pengembangan yang dilakukan bagi perusahaan
dan lembaga koperasi tidak jauh berbeda. Strategi yang dilakukan berorientasi
pada fungsi-fungsi manajemen. Menurut Permana (2011), fungsi manajemen yang
dilakukan oleh kelembagaan koperasi sebagai berikut :
19
1) Fungsi Perencanaan
Perencanaan yaitu suatu proses perumusan program kerja beserta anggarannya,
yang harus dilakukan koperasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan strategi yang
hendak dilaksanakan dan merupakan tindak lanjut juga dari keputusan rapat
anggota, oleh karena itu pelaksanaan fungsi perencanaan harus konsisten pada
tujuan dan misi koperasi dan perencanaan memiliki fungsi koordinasi antara
bagian dalam koperasi, serta fungsi pengendalian terhadap pelaksanaan berbagai
kegiatan koperasi.
2) Fungsi Pengorganisasian
Yaitu pembagian tugas dan wewenang dalam koperasi kepada para pelaku yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana koperasi, walaupun secara umum
perangkat organisasi koperasi telah terbagi dengan jelas, namun dalam
pelaksanaannya pengurus mempunyai kewajiban untuk menyusun organisasi
kepengurusan secara rinci.
3) Kepemimpinan
Menurut Ralp M. Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
aktivitas kelompok yang ditujukan pada pencapaian tujuan tertentu. Selanjutnya
berdasarkan hasil penelitiannya telah didefinisikan berbagai cara yang berbeda
oleh berbagai orang yang berbeda pula (Hendrojogi, 2004).
4) Pengendalian
Pengendalian mempunyai fungsi untuk memastikan bahwa hasil kegiatan usaha
koperasi atau kegiatan lainya sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya, serta menjamin agar usaha dapat berjalan dengan lancar dan apabila
terjadi penyimpangan-penyimpangan maka dapat diketahui sedini mungkin.
Pengembangan usaha memerlukan suatu proses manajerial berupa
perumusan dan penyusunan strategi yang tepat bagi perusahaan. Strategi yang
telah dirumuskan perlu dikelola dalam suatu proses manajerial yang baik dalam
suatu organisasi. Prasyarat pesatnya perkembangan organisasi koperasi menurut
(Sari,2012) adalah :
1) Koperasi harus meluaskan wawasan dalam manajemen dan organisasinya
2) Koperasi harus diorganisasikan dengan baik dan dikelola secara
professional.
20
3) Mempertahankan standar integritas koperasi yang tinggi
4) Penataan orientasi dan kontribusi pelayanan kepada anggota dan
masyarakat secara tepat.
2.4 Konsep Pertanian Organik Koperasi Serba Usaha Lestari
Arah pertanian organik yang sedang dikembangkan oleh Koperasi Serba
Usaha (KSU) Lestari adalah pertanian berkelanjutan berbasiskan ekonomi
keluarga. Pertanian berkelanjutan dengan membudidayakan sayuran organik
dilaksanakan menggunakan input alami dari sekitar sesuai lokalitas tanpa
tergantung dari pihak luar tetapi tetap menjaga keseimbangan lingkungan guna
keberlanjutan usahanya. Ekonomi keluarga mengandung rmakna bahwa usahatani
dikerjakan secara kolektif dengan semangat kekeluargaan mulai dari pengadaan
input, proses produksi, pengolahan dan pemasaran. Petani bekerjasama sebagai
subjek untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kebersamaan tersebut
diwujudkan dalam wadah ekonomi kerakyatan yang disebut koperasi. Persatuan
petani dalam koperasi akan meningkatkan posisi tawar yang kuat dari sektor hulu
sampai hilir.
2.5 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai topik strategi pengembangan usaha telah banyak
dilakukan sebelumnya. Pada umumnya tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji
topik penelitian mengenai strategi pengembangan adalah untuk menganalisis
kondisi internal dan eksternal suatu organisasi/organisasi, menganalisis peluang,
ancaman, kekuatan, dan kelemahan suatu perusahaan/organisasi, merumuskan
strategi terbaik untuk perusahaan/ organisasi yang diteliti. Beberapa judul
penelitian terdahulu yang dijadikan referensi untuk mengarahkan penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
21
Tabel 4. Penelitian Terdahulu
No Tahun Nama Judul Alat Analisis
1 2011 Dede Permana Strategi Pengembangan Koperasi
Jasa Agribisnis (KOJA) STA
Panambungan Kabupaten Ciamis
Propinsi Jawa Barat
Analisis
Kesenjangan,
Matriks SWOT
dan Arsitektur
Strategi
2 2008 Elsiana Brikmar Strategi pengembangan Koperasi
Perikanan Mina Jaya Muara Angke,
Jakarta Utara
Matriks IFE,
Matriks EFE,
Matriks IE dan
Matriks QSP
3 2009 De Aulia
Ramadhan
Analisis Strategi Pengembangan
KUD (Koperasi Unit Desa) Giri
Tani (Kec.Cisarua, Kab Bogor,
Jawa Barat)
Matriks IE,
Matriks EFE,
Matrikd IFE,
Matriks SWOT
dan Arsitektur
Strategi
4 2008 Amalia
Malawat
Strategi Pengembangan Usaha KUD
Minasari di Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis
Provinsi Jawa Barat
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks IE
Matriks SWOT
Analisis Rasio
5 2007 Mia Anggraeni Analisis Strategi Pengembangan
Usaha Unit Simpan Pinjam
Peternakan (Studi Kasus : Koperasi
Pegawai Dirjen Peternakan)
Matriks IFE,
Matriks EFE,
Matriks IE
Matriks SWOT
dan Matriks
QSP
6 2009 Defieta Strategi Pengembangan Usaha
Restoran Lasagna Gulung bogor,
Jawa Barat
Matriks IFE,
Matriks EFE,
Matriks IE
Matriks SWOT
dan Matriks
QSP
7 2012 Dewinta Mia
Sari
Strategi Pengembangan Unit Usaha
Pasteurisasi Koperasi Peternak
Garut Selatan, Jawa Barat
Matriks IFE,
Matriks EFE,
Matriks QSP,
Arsitektur
Strategi
Dari kajian penelitian terdahulu di atas, peneliti menganalisis bahwa
strategi pengembangan koperasi memiliki kecenderungan permasalahan yang
sama, yaitu berkaitan dengan masalah keanggotaan, SHU dan produktivitas
seperti yang terlihat pada penelitian Permana (2011), Brikmar (2008), Mawalat
(2008), Ramadhan (2009), Anggraeni (2007) dan Sari (2012) sedangkan pada
strategi pengembangan pada suatu bisnis seperti yang ditunjukkan pada penelitian
22
Defieta (2008) permasalahan yang muncul lebih berkaitan dengan persaingan
yang terjadi dengan usaha yang lain.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait langsung
dengan topik strategi pengembangan usaha yakni terletak pada objek kajian,
tempat penelitian, dan hasil penelitian. Adapun persamaannya terletak pada
penelitian Anggraeni (2007) dan Defieta (2008) dalam menganalisis kondisi
internal dan eksternal perusahaan/organisasi, menganalisis peluang, ancaman,
kekuatan, dan kelemahan suatu perusahaan/organisasi dengan menggunakan tiga
tahap formulasi strategi yaitu, tahap masukan (input stage) dengan matriks IFE
dan matriks EFE, tahap pencocokan (matching stage) dengan matriks IE dan
matriks SWOT dan tahap keputusan (decision stage) sebagai tahap terakhir
dengan menggunakan matriks QSPM. Kemudian topik kajian yang akan diteliti
sesuai dengan penelitian Permana (2011), Brikmar (2008), Mawalat (2008) dan
Ramadhan (2009) yaitu kajian pengembangan aspek kelembagaan dari koperasi.
Analisa terhadap penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi untuk
menggambarkan dan menyimpulkan sesuatu yang terkait dengan penelitian
strategi pengembangan yang dilakukan.
23
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Manajemen Strategi
Pearce dan Robinson (1997), mendefinisikan manajemen strategi sebagai
kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi. Karakteristik keputusan manajemen strategi bervariasi
menurut tingkat aktivitas strategi yang terlibat.
Menurut Hunger dan Wheelen (2003), manajemen strategi adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan
lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, evaluasi dan pengendalian.
Manajemen strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan
ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan organisasi.
Manajemen strategi sebagai suatu bidang ilmu menggabungkan kebijakan bisnis
dengan lingkungan dan tekanan strategi.
David (2010), mendefinisikan manajemen strategi sebagai seni dan
pengetahuan merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi keputusan-
keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai
tujuannya. Manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan
manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan
pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasional.
Manajeman strategi merupakan arus keputusan dan tindakan yang
mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif
untuk membantu mencapai sasaran organisasi. Manajemen strategi pada akhirnya
akan mendapatkan keputusan strategi. Keputusan strategi adalah sarana untuk
mencapai tujuan akhir. Keputusan ini mencakup definisi tentang bisnis, produk
dan pasar yang harus dilayani, fungsi yang harus dilaksanakan dan kebijakan
utama yang diperlukan untuk mengatur dalam melaksanakan keputusan ini demi
mencapai sasaran.
24
3.1.2. Tahap-Tahap Manajemen Strategi
Menurut David (2010), proses manajemen stategi terdiri dari tiga tahapan,
yaitu :
1) Perumusan Strategi
Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi
peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan
kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi
alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Melihat cakupan
rumusan dari strategi di atas, perumusan strategi sesungguhnya ikut menentukan
pilihan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang tidak dijalankan,
bagaimana mengalokasikan sumber daya, keputusan ekspansi atau diversifikasi
operasi organisasi, keputusan organisasi untuk memenuhi permintaan
internasional dan merger. Organisasi tidak bisa memilh secara keseluruhan dari
strategi yang ada dikarenakan sumber daya yang terbatas.
2) Penerapan Strategi
Penerapan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk
mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Implementasi atau
penerapan strategi menuntut organisasi untuk menetapkan obyektif tahunan,
melengkapi dengan kebijakan, memotifasi karyawan, dan mengalokasikan
sumberdaya, sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Selain itu,
yang termasuk penerapan strategi adalah mengembangkan budaya untuk
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah
usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan
sistem implementasi, serta menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi
organisasi. Penerapan strategi sering sekali dianggap sebagai tahapan yang paling
sulit dalam manajemen strategis, karena penerapan strategi tidak hanya
dibutuhkan kemampuan yang hebat, tetapi lebih kepada sebuah seni yang dimiliki
atasan untuk dapat memotivasi bawahannya.
3) Penilaian Strategi
Penilaian strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi. Tiga
macam aktifitas dasar untuk mengevaluasi strategi adalah : (1) meninjau faktor-
faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi sekarang, (2) mengukur
25
prestasi, dan (3) mengambil tindakan korektif. Penilaian strategi diperlukan
karena keberhasilan hari ini tidak menjamin keberhasilan di masa depan.
Penelitian ini membatasi tahap-tahap manajemen strategis hanya sampai
perumusan dan tidak melaksanakan tahap penerapan serta penilaian strategi.
Tahap-tahap manajemen strategi dapat dengan mudah dipelajari dan
diaplikasikan dengan sebuah model yang disebut model manajemen strategi.
Model manajemen strategi dapat merepresentasikan sebuah pendekatan yang jelas
dan praktis untuk merumuskan menerapkan dan menilai strategi. untuk lebih
jelasnya model dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Formulasi Penerapan Evaluasi Strategi Strategi Strategi
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2010)
3.1.3 Strategi Pengembangan Usaha
Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan
untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam bisnis utamanya. Pentingnya
keputusan strategi berkaitan dengan sumberdaya perusahaan. Sebagaimana kita
ketahui bahwa strategi memberikan stabilitas arah dan orientasi yang konsisten
dengan memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Menjalankan
Audit
Eksternal
Menjalankan
Audit Internal
Menetapkan
TujuanTujuan
Jangka Panjang
Mengembangkan
Pernyataan Visi
dan Misi
Menciptakan,
Mengevaluasi
dan Memilih
Penerapan
Strategi-Isu-Isu
Manajemen
Penerapan
Strategi
pemasaran,
Keuangaan DLL
Mengukur dan
Mengevaluasi
Kinerja
26
Strategi yang berhasil pada umumnya dengan mengkombinasikan beberapa hal
berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan yaitu:
1. Sasaran Sederhana Jangka Panjang
Setiap strategi bisnis harus merupakan kejelasan dari sasaran, jika tidak
strategi tidak dapat memberikan stabilitas dan kesatuan arah perusahaan.
Sasaran ini harus jelas dan konsisten serta tetap berorientasi pada tanggung
jawab terhadap pemegang saham, para pegawai, dan konsumen.
2. Analisis Lingkungan Persaingan
Kemampuan dalam mengidentifikasi kebutuhan yang umum dari konsumen
dapat berpengaruh pada penentuan posisi pasar. Kemampuan dalam
memahami lingkungan bisnis ini dapat berupa pemahaman tentang penilaian
pasar saham, pandangan terhadap potensi kemungkinan akuisisi serta
kemampuan dalam mengidentifikasi dan memotivasi sumberdaya manusia
perusahaan.
3. Penilaian Sumberdaya yang Objektif
Kesadaran akan kondisi sumberdaya dan kemampuan perusahaan, termasuk
reputasi yang berhubungan dengan nama perusahaan dan merek produk,
kemampuan untuk memotivasi pegawai, keefektifan dalam menangani
kemitraan dengan para pemasok, serta kemampuan dalam menangani dan
mengendalikan mutu produk.
4. Penerapan yang Efektif
Strategi yang paling tepat bagi perusahaan mungkin tidak akan berguna jika
tidak diterapkan secara efektif. Penerapan strategi yang efektif memerlukan
pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi dan sistem manajemen yang
mampu memegang komitmen dengan baik serta koordinasi seluruh pegawai
dan mobilisasi sumberdaya sebagai pelengkap strategi.
3.1.4. Hirarki Strategi
Manajemen strategi merupakan suatu aktifitas yang dijalankan oleh
seluruh level manajemen dalam perusahaan. Ditinjau dari tugas dan fungsinya,
manajemen strategi membentuk sebuah hirarki. Pearce dan Robinson (1997)
membagi strategi menjadi tiga tingkatan, antara lain:
27
1) Strategi tingkat korporasi yang disusun berdasarkan sasaran dan strategi
jangka panjang yang mencakup bidang fungsional. Manajer pada tingkat
korporasi berusaha memanfaatkan kompetensi organisasi dengan
menerapakan portofolio bisnis dan mengembangkan rencana.
2) Strategi tingkat bisnis yang menerjemahkan rumusan arah dan keinginan di
tingkat korporasi ke dalam sasaran dan strategi yang nyata untuk masing-
masing divisi. Para manajer pada tingkat bisnis menentukan bagaimana
organisasi akan bersaing di arena pasar produk tertentu.
3) Strategi tingkat fungsional yang disusun berdasarkan sasaran tahunan dan
strategi jangka pendek di tingkat fungsional. Strategi fungsional ini lebih
bersifat operasional, karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-
fungsi manajemen yang berada pada tingkat bawah.
3.1.5. Pernyataan Visi dan Misi
Visi merupakan pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di masa
depan dan misi merupakan pernyataan tentang alasan keberadaan organisasi.
Sebuah pernyataan visi yang jelas menjadi dasar bagi pengembangan pernyataan
visi yang komprehensif. Pernyataan visi haruslah singkat, diharapkan satu
kalimat, dan sebanyak mungkin manajer diminta masukannya dalam proses
pengembangannya. Pernyataan misi menjelaskan ingin menjadi apa suatu
organisasi dan siapa sajakah yang coba dilayaninya. Pernyataan visi dan misi
yang disiapkan secara cermat diakui secara luas baik oleh praktisi maupun
akademisi sebagai langkah pertama dalam manajemen strategis.
Pernyataan visi dan misi organisasi mencerminkan penilaian mengenai
arah dan strategi pertumbuhan masa depan yang didasarkan pada analisis
eksternal dan internal yang berpikiran ke depan. Sebuah pernyataan visi dan misi
bisnis organisasi harus mampu memberikan kriteria yang bermanfaat dalam
memilih beberapa strategi alternatif. Pernyataannya yang jelas menjadi dasar bagi
penciptaan dan pemilihan opsi strategis.
3.1.6. Analisis Lingkungan Bisnis Koperasi
Analisis lingkungan organisasi koperasi merupakan suatu kegiatan
monitoring, evaluasi dan diseminasi informasi dari lingkungan luar dan
lingkungan dalam kepada variabel-variabel kunci manajemen organisasi. Analisis
28
lingkungan organisasi bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor sinergis, baik
internal maupun eksternal yang akan menentukan masa depan organisasi (Hunger
& Wheleen, 2003). Secara umum lingkungan bisnis koperasi meliputi dua bagian
besar yang terdiri dari lingkungan eksternal dan internal sebagaimana dijelaskan
sebagai berikut :
3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal terdiri dari komponen-komponen atau variabel
lingkungan yang berasal atau berada di dalam organisasi. Komponen-komponen
dari lingkungan internal cenderung lebih mudah dikendalikan. David (2010)
membagi lingkungan internal menjadi enam bagian, yakni manajemen;
pemasaran; keuangan/ akuntansi; produksi/ operasi; penelitian dan
pengembangan; dan sistem informasi manajemen.
1) Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf dan pengendalian. Perencanaan
terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan
menghadapi masa depan. Tugas spesifik perencanaan termasuk meramalkan,
menetapkan sasaran, menetapkan strategi, dan mengembangkan kebijakan.
Perencanaan berada dalam tahap perumusan strategi. Proses perencanaan harus
melibatkan manajer dan karyawan di seluruh organisasi. Perencanaan dapat
memberikan dampak positif pada prestasi organisasi dan individu. Perencanaan
memungkinkan organisasi mengenali dan memanfaatkan peluang eksternal dan
meminimalkan dampak ancaman eksternal (David, 2010).
2) Pemasaran
Pemasaran dapat didekskripsikan sebagai proses pendefenisian,
pengantisipasian, penciptaan serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen akan produk dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis
konsumen, (2) penjualan produk/jasa, (3) perencanaan produk dan jasa, (4)
penetapan harga, (5) distribusi, (6) riset pemasaran, (7) analisis peluang (David,
2010).
29
3) Keuangan
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari posisi
bersaing organisasi dan daya tarik keseluruhan bagi investor. Menetapkan
kekuatan keuangan organisasi dan kelemahan penting untuk merumuskan strategi
secara efektif. Indikator keuangan yang sering digunakan adalah likuiditas,
solvabilitas, modal kerja, profitabilitas, pemanfaatan harta, arus kas dan modal.
James Van Horne dalam David (2010), fungsi keuangan terdiri dari tiga
keputusan, yakni keputusan investasi, keputusan finansial dan keputusan deviden.
keputusan investasi juga disebut anggaran modal merupakan alokasi dan
realokasi modal dan sumberdaya untuk proyek, produk, harta dan divisi dari
suatu organisasi. Keputusan keuangan berkaitan dengan menggunakan struktur
modal terbaik untuk organisasi dan termasuk meneliti berbagai metode yang
dapat meningkatkan modal. Keputusan deviden berkaitan dengan isu seperti
persentase penghasilan yang dibayarkan kepada pemegang saham, stabilitas
deviden yang dibayarkan dalam periode tertentu, dan pembelian kembali atau
penerbitan saham (David, 2010).
4) Produksi/ Operasi
Fungsi produksi/ operasi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang
mengubah masukan barang dan jasa. Roger Schroeder dalam David (2010)
menyatakan bahwa manajemen produksi terdiri dari lima fungsi dasar, yaitu
proses, kapasitas, persediaan, angkatan kerja dan kualitas.
5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Penelitian dan Pengembangan ditujukan untuk pegembangan produk baru,
perbaikan kualitas, perbaikan efisiensi produksi dan memperdalam atau
memperluas kemampuan teknologi organisasi. Banyak organisasi yang tidak
memiliki litbang dan banyak juga organisasi lain yang tergantung pada
kesuksesan aktivitas litbang agar dapat bertahan. Perusahaan/organisasi yang
menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi litbang
yang kuat (David, 2010).
6) Sistem Informasi Manajemen
Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan
bagi semua keputusan manajerial. Informasi merepresentasikan sumber penting
30
keunggulan atau kelemahan manajemen kompetitif. Menilai kekuatan dan
kelemahan sebuah perusahaan dalam sistem informasi adalah dimensi yang
penting dari suatu analisis lingkungan internal (David, 2010).
3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Manajemen strategis eksternal terkadang disebut pemindaian lingkungan
atau analisis industri. Audit eksternal berfokus pada upaya identifikasi atau
evaluasi tren dan kejadian yang berada di luar kendali suatu perusahaan. Audit
eksternal dapat mengungkap peluang-peluang dan ancaman-ancaman besar yang
dihadapi suatu organisasi. Tujuan audit eksternal adalah untuk mengembangkan
sebuah daftar dari peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan ancaman
yang harus dihindari. Kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi: (1) kekuatan
ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan; (3) kekuatan
politik, pemerintahan, dan hukum; (4) kekuatan teknologi; dan (5) kekuatan
kompetitif (David, 2010).
1) Kekuatan ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim
berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula
iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah siklus bisnis, ketersediaan
energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas,
dan tenaga kerja.
2) Kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan
Kondisi sosial masyarakat yang berubah-ubah dapat mempengaruhi
perusahaan. Aspek kondisi sosial seperti sikap, gaya hidup, adat-istiadat, dan
kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang
dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis, demografis, religius,
pendidikan dan etnis.
3) Kekuatan politik, pemerintah dan hukum
Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting
bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan
berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Beberapa hal utama
yang perlu diperhatikan dari faktor politik adalah undang-undang tentang
31
lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas
pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem
perpajakan.
4) Kekuatan teknologi
Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat,
baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis.
Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru, tetapi juga meliputi
cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu
pekerjaan.
5) Kekuatan Kompetitif (Analisis Lingkungan Industri)
Model lima kekuatan porter tentang analisis kompetitif adalah pendekatan
yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak
industri. Menurut Porter, Persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai
kombinasi atas lima kekuatan yaitu kemungkinan masuknya pesaing baru,
kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, kekuatan tawar-menawar
pembeli/konsumen, tekanan dari produk subtitusi, dan persaingan antar
perusahaan sejenis.
a) Masuknya Pesaing Baru
Kehadiran pendatang baru ke suatu industri akan membawa kapasitas
baru dan keinginan untuk merebut bagian pasar. Besarnya ancaman
masuk tergantung pada hambatan masuk yang ada.
b) Kekuatan Tawar-menawar Penjual/Pemasok
Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar menawarnya dengan
menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang/ jasa yang dijual.
c) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Pembeli atau pelangga