step 1-5.docx

36
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Tutorial dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada : 1. drg . Kiswaluyo M.Kes sebagai Tutor dalam kelompok diskusi Tutorial, memberikan pengarahan dengan baik. 2. Petugas dan Anggota Tutorial 5 yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun pembuatan laporan ini. Semoga laporan Tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi pada blok Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan, untuk itu kritik dan saran kami butuhkan. Jember, 1 November 2013 Kelompok 5

Upload: aliful-nisa-noviga

Post on 25-Oct-2015

125 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

limbah medis

TRANSCRIPT

Page 1: STEP 1-5.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Tutorial dengan

baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada :

1. drg . Kiswaluyo M.Kes sebagai Tutor dalam kelompok diskusi Tutorial,

memberikan pengarahan dengan baik.

2. Petugas dan Anggota Tutorial 5 yang telah berperan aktif dalam diskusi

maupun pembuatan laporan ini.

Semoga laporan Tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi

pada blok Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Kami mohon maaf apabila terdapat

kesalahan, untuk itu kritik dan saran kami butuhkan.

Jember, 1 November 2013

Kelompok 5

Page 2: STEP 1-5.docx

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ 1

Daftar Isi ......................................................................................................... 2

SKENARIO ..................................................................................................... 3

STEP 1 ( Identifikasi Kata Sulit ) ..................................................................... 3

STEP 2 ( Menetapkan permasalahan ) ............................................................. 3

STEP 3 ( Analisis Masalah ) ............................................................................ 3

STEP 4 ( Mapping ) .........................................................................................8

STEP 5 ( Learning Objective ) .........................................................................8

STEP 7 ............................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... .23

2

Page 3: STEP 1-5.docx

Skenario II

Jarum Suntik Bekas Berserakan

Ibu Ani datang ke Balai Pengobaan Gigi (BPG) Sumber Waras

yang terletk di pemukiman padat penduduk untuk melakukan

perawatan giginya sambil membawa anaknya. Setelah selesai

dilakukan perawatan, anaknya datang menemuinya sambil

membawa jarum suntik bekas yang ditemukan di samping

tempat sampah di depan klinik. Tentu saja ibu Ani yang seorang

pegawai apotik merasa kaget dan memarahi anaknya untuk

segera membuangnya kembali, karena takut anaknya tertular

penyakit akibat dari limbah medis tersebut. Karena penasaran

maka dilihatnya tempat ditemukannya jarum suntik bekas

tersebut. Dilihatnya berbagai limbah medis berserakan misalnya

bekas hanscoon, kapas, botol bekas obat dll. Ibu Ani bermaksud

melaporkan kejadian tersebut ke dinas lingkungan hidup, karena

BPG tersebut pengelolaan limbah medisnya tidak baik yang akan

menyebabkan pencemaran di lingkungannya

STEP 1

1. Limbah Medis: hasil buangan dari aktivitas medis

(perawatan, pengobatan, penelitian), dapat berupa benda

padat, cair, atau gas. Limbah ini dapat memberikan

dampak yang buruk jika tidak ditangani dengan baik

STEP II

1. Apa saja jenis dari limbah medis?

2. Bagaimana dampak pengelolaan limbah medis yang tidak

baik?

3

Page 4: STEP 1-5.docx

3. Bagaimana limbah medis dapat menularkan penyakit?

4. Bagaimana pengelolaan limbah medis yang efektif?

5. Bagaimana perbedaan pengelolaan limbah medis dan

limbah biasa?

STEP III

1. Jenis Limbah Medis:

Limbah benda tajam : jarum

Limbah infeksius : perlu isolas dari penyakit menular

Limbah jaringan tubuh : plasenta dan jaringa tubuh

Limbah sitotoksik : limbah yang telah terkontaminasi

bahan sitotoksik

Limbah farmasi : obat kadaluarsa

Limbah kimia : sterilisasi

Limbah radioaktif : penelitian

Limbah plastik

Limbah genotoksik : yang mengandung obat –obatan

sitostatik (terapi kanker) dan sitotoksik

Limbah alat yang mengandung logam berat : pecahan

thermometer

Limbah yang bertekanan tinggi : tabung gas anestesi,

kaleng aerosol.

Limbah reaktif dari Rumah Sakit :

o Shock sensitive : senyawa – senyawa metal,

acid, dll

o Water reaktif : logam alkali dan alkali tanah

o Bahan reaktif lain : asam nitrit >70%

Jenis Limbah Medis di Kedokteran Gigi:

4

Page 5: STEP 1-5.docx

Limbah infeksius : Limbah infeksius dari praktik

kedokteran gigi dapat menularkan berbagai penyakit

apabila tidak diperhatikan pembuangannya.

Limbah kimia :

a)Limbah amalgam. Merkuri sebagai bahan

pencampur amalgam merupakan bahan toksik.

Terbuangnya limbah merkuri ke aliran limbah

dapat merugikan lingkungan kalau tidak

diperhatikan.

b)Limbah bahan kimia untuk fiksasi, developer dan

cleaner pada pencucian foto rontgen.

c) Limbah bahan sterilisasi alat kedokteran gigi

merupakan limbah berbahaya apabila

mengandung alkohol, glutaraldehyde dan bahan

berbahaya lain.

d)Cairan bleaching merupakan limbah yang

berbahaya apabila konsentrasinya tinggi.

Limbah B3: merupakan limbah infeksius dan beracun.

Limbah medis merupakan limbah B3 karena memnuhi

karateristi bahan berbahaya dan beracun.

2. Dampak dari pengelolaan limbah medis yang tidak baik :

a. Gangguan kenyamanan dan estetika : Berupa warna yang

berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan

rasa dari bahan kimia organik.

b. Kerusakan harta benda : Dapat disebabkan oleh garam-

garam yang terlarut, air yang berlumpur dan sebagainya

yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar

rumah sakit.

5

Page 6: STEP 1-5.docx

c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang : Dapat

disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia,

pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.

d. Gangguan terhadap kesehatan manusia : Ini dapat

disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-

senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan

Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. Gangguan ini

dapat disebebkan juga oleh limbah infeksius yang dapat

menular akibat virus, mikroorganisme dll, serta limbah

patologis yang dihasilkan dari penelitian, contohnya seperti

hewan coba.

e. Gangguan genetik dan reproduksi : Mekanisme gangguan

belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun

beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau

kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia salah

satunya adalah pestisida, bahan radioaktif.

f. Iritasi ringan

g. Karsinogenik : zat pencetus kanker

h. Pencemaran air dan udara : air yang telah tercemar

senyawa organic / anorganik dapat menajdi media

berkembangnya panyakit. Sedangkan pencemaran udara

dapat terjadi akibat gas CO dan Nitrogen oksida.

i. Infeksi nosocomial (infeksi silang)

Orang – orang yang beresiko terkena dampak :

a. Pasien

b. Karyawan rumah sakit

c. Pengunjung rumah sakit

d. Masyarakat sekitar

3. Limbah medis tidak tertangani dengan baik :

6

Page 7: STEP 1-5.docx

a. Vector – vector penyakit

b. Partikel debu yang menyebabkan pencemaran udara

c. Limbah infeksius berupa benda tajam dapat

menyebabkan infeksi, termasuk infeksi pada bagian

yang telah luka. Dapat menyebabkan tertusuk, dan

dapat menginfeksi melalui pernapasan, ingesti,

membrane mukosa, dan subkutan.

Penularan dari infeksi ini dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu:

a. Secara langsung : dari vector penyakit

b. Secara tidak langsung : dari air yang telah tercemar

(berkembang berbagai mikroorganisme yang terinfeksi)

apabila dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit

hepatitis, kolera, dan disentri.

4. Pengelolaan limbah medis yang efektif :

Memenuhi sanitasi

Tidak boleh mencemari lingkungan

Dilakukan pemisahan antara limbah padat dan cair

Pemisahan dapat dilakukan dengan kantong plastic

berbagai warna :

o Merah untuk limbah radioaktif

o Kuning untuk limbah sangat infeksius, limbah

infeksius, limbah patologi dan anatomi

o Ungu untuk limbah sitotoksis

o Coklat untuk limbah kimia dan farmasi

Pengelolaan limbah padat :

1. Penampungan

2. Pengangkutan :

7

Page 8: STEP 1-5.docx

- Conveyer dapat memusnahkan limbah

- Limbah dengan kategori easy to burn dapat

menggunakan incinerator

- Limbah dengan kategori difficult to burn dapat

dilakukan sterilisasi dengan autoclave

Pengelolaan limbah dalam praktek dokter gigi:

- Pemisahan : termasuk pemisahan jarum suntik

- Bila menggunakan disposable syringe (satu kali

pakai) dapat disimpan pada syringe safety box.

- Alat sterilisasi untuk saliva dan darah

- Incinerator SILIM

Tahapan pengolahan limbah :

1. Sterilisasi

2. Reduce

3. Reuse

4. Recycle

5. Treatment : menyangkut pemisahan dengan beberapa

warna kantung plastic. Untuk limbah patologis dan

infeksius harus dipisahkan.

6. Penanganan : disimpan dahulu, lalu di distilasi,

elektrolisis, kemudian di daur ulang, dan di buang ke

landfill.

Pihak rumah sakit juga harus melakukan pengawasan

terhadap stok bahan limbah agar limbah tidak berlebihan.

5. Perbedaan Limbah Medis dan Limbah biasa :

Pada limbah medis ada pemisahan berdasarkan

warna kantung

8

Page 9: STEP 1-5.docx

Pada limbah biasa dapat di recycle sedangkan pada

limbah medis belum tentu semuanya dapat di

recycle.

Waktu penyimpanan berbeda

Limbah medis memiliki tahapan tahapan tertentu

dalam pengolahannya.

STEP IV

STEP V

Mahasiswa diharapkan mampu memahami, dan menjelaskan :

1. Definisi limbah medis

2. Klasifikasi limbah medis

3. Factor – factor yang mempengaruhi pengelolaan limbah

medis

9

Limbah medis

Jenis Limbah Medis

Metode Pengelolaan

Pengelolaan yang buruk

Efek Negatif

pengelolaan yang baik

Efek positif

Faktor - faktor

Page 10: STEP 1-5.docx

4. Metode pengolahan limbah medis

5. Dampak negative dari pengolahan limbah medis yang tidak

baik

STEP VII

1. Definisi Limbah Medis

Menurut U.S Environmental Protection Agency (2011),

limbah medis adalah semua bahan buangan yang dihasilkan dari

fasilitas pelayanan kesehatan, sepereti rumah sakit, klinik, bank

darah, praktek dokter gigi, dan rumah sakit/klinik hewan, serta

fasilitas penelitian medis dan laboratorium. Menurut Depkes

(2002), limbah medis adalah limbah yang berasal dari perawatan

gigi, veterinary, farmasi atau sejenis, serta limbah rumah sakit

pada saat dilakukan perawatan/pengobatan atau penelitian.

Limbah medis termasuk ke dalam kategori limbah bahan

berbahaya dan beracun dengan kode limbah D227 sesuai

dengan PP 18 no 85 tahun 1999.

Menurut PP No. 18 Tahun 1999, karakteristik limbah

berbahaya dan beracun (B3) antara lain :

1. Mudah meledak (Explosive) adalah limbah yang melalui reaksi

kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan

tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.

2. Mudah terbakar (Ignitable dan Flamable) adalah limbah yang

bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau

sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan

bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu

lama. Contohnya adalah benzene dan toluene.

3. Bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran

karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah

10

Page 11: STEP 1-5.docx

peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. Contohnya

adalah sodium dan potassium.

4. Beracun (Toxic) adalah limbah yang mengandung racun yang

berbahay abagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat

menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh

melalui pernapasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun

untuk identifikasi limbah ini dengan menggunakan bahan

baku konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching

Prosedure). Contoh logam berat ini seperti arsenik, cadmium,

dan besi

5. Menyebabkan infeksi (Infectious) adalah limbah laboratorium

yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung

banyak penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang

diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.

6. Bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi

(terbakar) pada kulit, mempunyai pH ≤ 2 untuk limbah

bersifat asam dan ≥ 12,5 untuk limbah yang bersifat basa.

Contohnya adalah soda kaustik, asam sulfat, asam nitrat.

Ketika suatu limbah memiliki sifat atau karakteristik seperti

yang telah disebutkan di atas, walau hanya satu karakteristik,

maka sudah dapat dikategorikan sebagai limbah B3.

Pengertian limbah medis menurut EPA/U.S Environmental

Protection Agency (2011), adalah semua bahan buangan yang

dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah

sakit, klinik, bank darah, praktek dokter gigi, dan rumah

sakit/klinik hewan, serta fasilitas penelitian medis dan

laboratorium. Sementara Depkes RI (2002) memberikan

pengertian limbah medis sebagai limbah yang berasal dari

perawatan gigi, veterinary, farmasi atau sejenis, serta limbah

11

Page 12: STEP 1-5.docx

rumah sakit pada saat dilakukan perawatan/ pengobatan atau

penelitian.

2. Klasifikasi Limbah Medis

Prüss, A.(2005), Limbah rumah sakit adalah limbah yang

mencakup semua buangan yang berasal dari instalasi kesehatan,

fasilitas penelitian, dan laboratorium. Kepmenkes Republik

Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004, menyatakan Limbah

Rumah Sakit ada 3 macam yakni;

1. Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang

berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit

yang terdiri dari dua jenis, yaitu:

i. Limbah padat medis adalah limbah yang langsung

dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis

terhadap pasien, seperti limbah infeksius, limbah

patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah

sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah

kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan

logam berat yang tinggi.

ii. Limbah padat non medis dalah limbah padat yang

dihasilkan dari kegiatan rumah sakit diluar medis yang

berasal dari dapur,kantor,taman dan halaman.

2. Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja

yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang

kemungkinan mengandung mikrooganisme, bahan kimia

beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

3. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas

yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit

seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator,

anastesi, dan pembuatan obat Sitotoksik.

12

Page 13: STEP 1-5.docx

Menurut WHO (2005) klasifikasi limbah yang termasuk

limbah B3 yang berasal dari layanan kesehatan

meliputi :

i. Limbah Infeksius

Limbah Infeksius adalah limbah yang

terkontaminasi organisme patogen (bakteri, virus,

parasit, atau jamur), contohnya kultur jaringan.

Limbah Infeksius bisa dibedakan menjadi dua tipe

berdasarkan tingkat infeksiusnya, yaitu:

Limbah Infeksius adalah limbah yang

terkontaminasi organism pathogen, mempunyai

jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan

penyakit pada manusia yang rentan.

Limbah sangat infeksius adalah limbah dari hasil

pembiakan dan stok bahan infeksius, otopsi organ

atau jaringan dan bahan lain yang telah diinokulasi.

ii. Limbah Patologis

Limbah Patologis, contohnya adalah bagian tubuh

manusia (limbah anatomis). Limbah patologis

disebut juga limbah anatomis. Limbah patologis ini

termasuk ke dalam limbah infeksius walaupun

mencakup bagian tubuh yang sehat.

iii. Limbah Benda tajam

Benda tajam merupakan materi yang dapat

menyebabkan luka iris atau luka tusuk. Benda

tajam diantaranya jarum, jarum suntik, scalpel dan

jenis belati lain, pisau, peralatan infuse dan lain-

lain. Baik terkontaminasi ataupun tidak, benda

tajam merupakan limbah medis yang sangat

berbahaya.

13

Page 14: STEP 1-5.docx

iv. Limbah Farmasi

Limbah farmasi adalah limbah yang mencakup

seluruh produksi farmasi, namun limbah faramasi

yang paling banyak adalah limbah dari bahan-bahan

farmasi yang kadaluarsa. Contoh dari limbah

farmasi sendiri adalah vaksin, serum yang

kadaluarsa dan lain-lain. Selain itu beberapa limbah

yang akan terbuang setelah menangani produk

farmasi contohnya adalah sarung tangan, masker,

ampul obat dan lain-lain.

v. Limbah Genotoksik

Salah satu limbah yang termasuk limbah genotoksik

adalah limbah sitotoksik. Limbah Sitotoksik adalah

bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama

peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi

sitotoksik yang dilakukan pada penderita kanker.

vi. Limbah yang Mengandung Logam Berat

Limbah yang mengandung logam berat, limbah ini

akan berbahaya bila terdapat dalam konsentrasi

yang tinggi. Limbah ini termasuk juga libah kimia

berbahaya dan sangat sitotoksis. Contohnya adalah

limbah merkuri akibat pecahnya / rusaknya

thermometer / tensimeter, dan juga residu dari

ruang periksa gigi.

vii. Limbah Kemasan Bertekanan

Limbah kemasan bertekanan tinggi : contohnya

kaleng aerosol.

viii. Limbah Radioaktif

14

Page 15: STEP 1-5.docx

Limbah Radioaktif adalah jenis limbah yang

mengandung atau terkontaminasi radionuklida pada

konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas yang

diijinkan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas

Tenaga Nuklir. Jenis limbah radioaktif dapat dilihat

dari:

Dari segi besarnya aktivitas dibagi dalam

limbah aktivitas tinggi, aktivitas sedang dan

aktivitas rendah.

Dari umurnya dibagi menjadi limbah umur

paruh panjang, dan limbah umur paruh

pendek.

Dari bentuk fisiknya dibagi menjadi limbah

padat, cair dan gas.

ix. Limbah Kimia

Limbah ini berasal dari segala aktivitas medis yang

melibatkan bahan-bahan kimia sebagai

penyusunnya. Biasanya limbah ini memiliki ciri-ciri

seperti limbah B3,

o Toksik

o Korosif (asam dengan pH < 2 dan basa dengan

pH > 12)

o Mudah terbakar

o Reaktif (mudah terbakar, bereaksi dengan air)

o Genotoksik (contoh: obat-obatan sitostatik

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pengelolaan Limbah

Dalam mengelola limbah medis yang dihasilkan oleh tiap

pihak pelayanan kesehatan, ada faktor-faktor yang

15

Page 16: STEP 1-5.docx

mempengaruhi bagaimana limbah-limbah tersebut ditangani.

Ada faktor yang mendukung pengelolaan limbah, dan ada juga

faktor yang menghambat proses tersebut, sehingga tidak

berjalan secara semestinya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah:

1. Peraturan pemerintah

Peraturan pemerintah yang salah satunya adalah

Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 yang

diantaranya menjelaskan tentang persyaratan

pengelolahan limbah. Salah satu peraturannya adalah

proses penampungan limbah, berdasarkan peraturan ini

penampungan sementara selambat-lambatnya

dilakukan 24 jam bagi yang memepunyai inseneratir,

namun apabila tidak memiliki mesin insenerator maka

bekerja sama dengan rumah sakit lain dan pemusnahan

selambat-lambatnya 24 jam. Selain itu juga diatur tata

cara pengangkutan limbah medis yang harus diangkut

dengan mobil yang penampungan dan tempat

pengemudi benar-benar terpisah.

2. Kesadaran tenaga medis dalam menangani

limbah medis

Setiap limbah medis memiliki bahaya yang dapat

menyerang pasien maupun petugas medis itu sendiri.

Apabila petugas medis menyadari bahwa limbah

tersebut berbahaya, maka dengan sendirinya petugas

akan mengaplikasikan ilmu-ilmu pencegahan yang

diperoleh. Namun, ada kalanya petugas medis tidak

peduli atau kesadarannya kurang mengenai limbah

medis sehingga dia tidak mengaplikasikan teori yang

ada.

3. Metode Pengolahan Limbah

16

Page 17: STEP 1-5.docx

a. Pengangkutan

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah

harus dilengkaoi dengan alat pengumpul kebocoran.

Ruang sopir harus terpisah atau diberi sekat dengan

ruang limbah. Desain dari mobil harus dibuat

sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan

masyarakat dan sopir apabila terjadi kecelakaan.

b. Land fill

Kriteria lokasi landfill :

Kesesuaian dengan lahan

Dekat dengan penghasil limbah

Evaporasi tinggi / curah hujan rendah

4. Pertimbangan kesehatan dan lingkungan

5. Tipe limbah untuk pengolahan dan pembuangan

akhir

6. Biaya operasional dan perawatan

Tanggal 9 Maret 2010, disebutkan bahwa 40 dari 50

Rumah Sakit yang ada di Bandung belum memiliki

sarana pembuangan limbah B3 dan mereka

membuangnya begitu saja di parit dengan alasan

mahalnya biaya pengelolaan limbah medis.

7. Ruang yang tersedia

4. Metode Pengelolaan Limbah

Untuk mengelola limbah dengan baik dan benar,

perangkat-perangkat yang diperlukan haruslah tersedia dengan

baik. Perangkat ini contohnya adalah:

1. Wadah penampungan

Syarat dari wadah penampungan adalah:

17

Page 18: STEP 1-5.docx

Tidak mudah berkarat.

Mudah dibersihkan.

Mudah dikosongkan/diangkut.

Tidak menimbulkan bising.

Tahan terhadap benda tajam/runcing.

2. Sarana pengangkutan

Contohnya seperti kereta yang biasanya digunakan untuk

mengangkut limbah padat, cerobong sampah/lift yang biasanya

digunakan di RS bertingkat, dan sewerage system atau suatu

sistem saluran tersendiri bagi limbah cair. Biasanya sampah

yang sudah berbentuk bubur dialirkan ke bak penampungan

sementara baik dengan tekanan maupun memanfaatkan gaya

gravitasi.

3. Sarana pembuangan dan pemusnahan

Contohnya adalah:

Autoclave Alat untuk mematikan kuman atau

menstrerilisasi limbah infeksius dengan

memanfaatkan uap bertekanan tinggi.

Insinerator Untuk memusnahkan sampah padat

medis (perban, kassa, plester dan masker bekas).

Pertimbangkan ukuran, lokasi dan sarana gedung.

A. Pengelolaan Limbah Padat

A. 1 Limbah Medis Biasa

Tahap awal dalam pengelolaan limbah medis adalah

melakukan pencegahan pada sumbernya. Upaya

pencegahan pencemaran dan minimisasi limbah yang sering

dikenal dengan Produksi Bersih (Cleaner Production) akan

18

Page 19: STEP 1-5.docx

memberikan keuntungan bagi pengelola dan lingkungan. 

Dengan berkurangnya jumlah limbah yang harus dimusnahkan

dengan incinerator maka akan mengurangi jumlah biaya

operasionalnya dan akan mengurangi emisi yang dikeluarkan ke

lingkungan. Berikut adalah beberapa upaya dalam melakukan

pencegahan timbulan limbah:

a. Pelaksanaan ‘House Keeping’ yang baik, dengan

menjaga kebersihan lingkungan, mencegah terjadinya

ceceran bahan. Dengan pelaksanaan good house keeping

yang baik di laboratorium dan kamar rawat akan

menghindarkan terjadinya ceceran bahan kimia ataupun

racikan obat.

b. Pemakaian air yang efisien akan mengurangi jumlah air

yang masuk kedalam instalasi pengolahan limbah cair

(IPLC).

c. Pelaksanaan preventif maintenance, yang ketat akan

menghindarkan terjadinya kerusakan alat yang pada

akhirnya dapat mengurangi jumlah limbah yang terjadi.

d.  Pengelolaan bahan-bahan atau obat-obatan yang tepat,

rapi dan selalu terkontrol sehingga tidak terjadi ceceran dan

kerusakan bahan atau obat, berarti mengurangi limbah yang

terjadi.

Tahap kedua adalah langkah segregasi atau pemilahan.

Pemilahan dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan limbah

berdasarkan karakteristiknya. Limbah domestik harus terpisah

dari limbah B3 ataupun limbah infeksius. Hal ini bertujuan agar

jumlah ataupun limbah yang harus ditreatmen secara khusus

(limbah B3) tidak terlalu besar (minimal). Limbah kimia dari

laboratorium dan sisa racikan obat harus memiliki tempat

19

Page 20: STEP 1-5.docx

penampungan tersendiri agar tidak mengkontaminasi limbah cair

lainnya yang bukan limbah B3.  

Pemilahan dibedakan menjadi 5 jenis yaitu limbah

infeksius, limbah infeksius benda tajam, limbah toksik farmasi,

limbah toksik kimia, limbah patologi dan limbah radiologi.

Pemilahan ini menggunakan kantong plastik dengan warna dan

simbol yang berbeda yang sesuai dengan kode standar, yaitu:

Sampah infeksius: kantong berwarna kuning dengan

simbol biohazard berwarna hitam

Sampah sitotoksik kantong berwarna ungu dengan

simbol berbentuk sel dalam telofase

Sampah radio aktif kantong berwarna merah dengan

simbol radio aktif.

Tahap ketiga adalah pemanfaatan limbah. Limbah yang

masih bisa dimanfaatkan agar dipisahkan dari limbah yang

tercemar oleh limbah B3 ataupun limbah infeksius. Contoh

limbah yang bisa dimanfaat kembali yaitu:

a. Limbah domestik yang dapat didaur ulang ataupun

dimanfaatkan harus dipisah dalam tempat terpisah. Limbah

domestik berupa kertas/karton, plastik, gelas dan logam masih

mempunyai nilai jual untuk di reuse. Begitu pula dengan limbah

domestik berupa sampah organik bisa untuk kompos.

b. Limbah plastik bekas pengobatan lainnya seperti bekas

infus yang tidak terkontaminasi limbah B3 atau limbah infeksius

dapat didaur ulang. Pada saat ini hanya sekitar 19% limbah

domestik dari rumah sakit yang sudah dimanfaatkan untuk

didaur ulang. Limbah berbahaya dan beracun sendiri tidak

menutup kemungkinan untuk dapat dimanfaatkan ataupun untuk

direuse.

20

Page 21: STEP 1-5.docx

c. Beberapa limbah kimia yang dapat dimanfaatkan

kembali antara lain adalah limbah radiologi seperti fixer dan

developer dengan dikirimkan ke pihak ke-3 yang berizin.

A.2 Limbah Medis B3

Tahapan pengelolaan limbah medis bahan berbahaya dan

beracun agak berbeda dari limbah medis biasa

a. Reduksi merupakan kegiatan yang bertujuan

mengurangi jumlah dan sifat berbahaya dan racun sebelum

dihasilkan dari suatu kegiatan. Hal-hal yang harus dilakukan:

Menggunakan sesedikit mungkin bahan kimia

i. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah

ii. Mengutamakan metode pembersihan dengan fisik

daripada biologi

iii. Memesan bahan sesuai kebutuhan dan mengecek tanggal

kadaluarsa.

iv. Pewadahan dan Pelabelan

Tujuan dari pewadahan dan pelabelan ini untuk

memudahkan pengolahan selanjutnya. Syarat wadah yang harus

digunakan:

Antibocor

Antitusuk

Tidak mudah dibuka

Syarat untuk wadah ini digunakan untuk wadah limbah

infeksius benda tajam. Contohnya: syringe dan nail puder.

b. Pengumpulan dan Penyimpanan

Limbah ini tidak langsung dikelola namun dikumpulkan

terlebih dahulu lalu disimpan disuatu tempat setelah itu baru

dikelola. Saat melakukan pengumpulan limbah medis, lebih baik

menggunakan troli atau kontainer kuat dan tertutup, lalu

21

Page 22: STEP 1-5.docx

petugas harus menggunakan APD, lokasi pengumpulan berjarak

>300m dari fasilitas umum.

Syarat penyimpanannya maksimal untuk musim kemarau

24 jam sedangkan pada musim hujan maksimal 24 jam. Tidak

semua limbah bisa dikumpulkan karena limbah sepert kapas,

kain, dan pembalut yang bercampur dalam darah. Limbah yang

dapat disimpan, antara lain: limbah infeksius benda tajam dan

toksik farmasi.

c. Pengolahan

Pengolahan merupakan proses untuk mengubah

karakteristik dan komposisi. Tujuannya adalah untuk

menghilangkan atau mengurangi sifat bahaya serta mengurangi

kadar kontaminan dalam limbah B3. Pengolahannya dapat

menggunakan:

Furnace (tungku pembakaran): menggunakan suhu

100-200ᵒC lebih kecil dari incinerator. Dengan pemanasan

dibawah suhu 1000ᵒC dapat menimbulkan efek samping berupa

asap dioxine. Harus terdapat tulisan “berbahaya” yang terbaca

jarak 10 m pada daerah incinerator dan tinggi cerobong harus

lebih tinggi dari bangunan sekitarnya.

Incinerator: menggunakan suhu diatas 1000ᵒC sehingga

dapat memusnahkan sifat infeksius dan mengurangi sifat

beracun limbah

Ditimbun di landfill.

d. Pengangkutan

Pengangkutan merupakan kegiatan pemindahan limbah B3

dari penghasil, pengumpul, pemanfaat, atau pengolah ke

pengumpul dan pemanfaat. Dapat menggunakan kendaraan

pengangkut yaitu mobil box tertutup dan harus petugas harus

22

Page 23: STEP 1-5.docx

melengkapi surat pengangkutan limbah B3 medis. Limbah yang

dapat diangkut, antara lain:

Limbah infeksius benda tajam, berupa syringe dan nail

puder.

Limbah infeksius botol dan selang infuse

Limbah toksik farmasi, berupa: botol infuse, vial, dan

botol obat.

e. Pemusnahan Limbah Medis

Desinfeksi kimia

Desinfeksi kimia merupakan proses yang efisien

untuk limbah infeksius dalam jumlah kecil. Bahan kimia

yang digunakan seperti hypochloride atau permanganate.

Encapsulation (Pembungkusan)

Encapsulation merupakan teknologi yang paling

mudah untuk pembuangan benda tajam secara aman dan

sederhana.

B. Pengelolaan Limbah Cair

a) Sistem tangki septic untuk limbah yang berasal dari kamar

mandi dan ruang bersalin

b) Sistem biologi aerobik

a. Sistem ini menggunakan oksidasi air limbah yang

berbentuk bulat atau elips dan tidak memerlukan

lahan yang luas. Mekanismenya adalah air limbah

dialirkan secara berputar-putar ke dalam kolam

oksidasi agar ada kesempatan lebih lama kontak

dengan oksigen di udara. Kemudian dialirkan ke

dalam sedimentasi tank untuk pengendapan benda-

23

Page 24: STEP 1-5.docx

benda padat dan air yang jernih dialirkan ke bak

klorinasi. Lumpur yang mengendap diambil dan

dikeringkan pada tempat pengeringan.

c) Sistem biologi anaerobik, sistem ini hampir mirip dengan

sistem biologi anaerobik namun membutuhkan lahan yang

lebih luas.

d) Sistem extended aeration termasuk dalam proses

pertumbuhan biomasa tersuspensi, mikroorganisme

bertanggung jawab atas kelangsungan jalannya proses

dalam kondisi suspendi liquid dengan metode pengadukan

yang tepat.

Tahapannya adalah:

i. Mengalirkan limbah melalui influent chamber yang

merupakan pengelolahan perndahuluan melewati bar

screen yang berfungsi untuk menyaring partikel

berukuran besar

ii. Memasuki equalizing tank, pada tahap ini air limbah

dihomogenisasi dan alirannya diatur melalui flow

regulation yang digunakan untuk mengurangi fluktuasi

kualitas air limbah. Selanjutnya dialirkan ke aeration

tank yang mengubah bahan-bahan organik dalam

limbah didekomposisi oleh mikroorganisme, hal ini

membuat produk menjadi lebih sederhana. Bahan

organik akan berkurang karena menjadi karbondioksida

dan ampnia serta bahan sampingan lumpur.

iii. Tahap selanjutnya melalui calcifier tank, disini limbah

dicampur dengan khlorin. Air limbah sterril dialirkan

melalui effluent dan siap dibuang.

24

Page 25: STEP 1-5.docx

5. Dampak Pengelolaan Limbah yang Tidak

Baik

Pengelolaan limbah yang tidak mengikuti peraturan, tidak

sesuai prosedur dapat mengakibatkan pencemaran air,darat dan

juga udara.

a. Pencemaran air

Air yang terkontaminasi oleh senyawa organik ataupun

anorganik dapat menjadi media berkembangnya berbagai

penyakit secara langsung ataupun tidak langsung.

Penularan penyakit secara langsung seperti diare,tifus,

hepatitis dsb. Juga penyakit yang tidak menular seperti

keracunan merkuri dan air raksa.

b. Pencemaran darat

Pencemaran darat berasal dari limbah padat yang dibuang

atau dikumpulkan disuatu tempat penampungan.

Pencemaran darat dibagi menjadi 2,yaitu langsung ( bau

busuk, timbunan limbah dalam jumlah banyak

menimbulkan kesan kumuh dan kotor) dan tidak langsung (

TPA akan menjadi tempat perkembangbiakan tikus,lalat

dan nyamuk).

c. Pencemaran udara

Komponen pencemaran udara dapat berupa karbon

monoksida dan nitrogen oksida. Dimana karbon monoksida

apabila terhirup dan masuk kedalam paru-paru akan ikut

dalam peredaran darah dan akan menghalangi masuknya

oksigen yang dibutuhkan. Sedangkan konsentrasi gas

nitrogen oksida yang tinggi dapat menyebabkan gangguan

pada sistem saraf se[erti kejang.

25

Page 26: STEP 1-5.docx

Selain pencemaran pada lingkungan, limbah medis yang

infeksius dapat menyebabkan penularan penyakit baik secara

langsung maupun tidak langsung. Limbah infeksius, terutama

limbah benda tajam dan limbah patologis dapat mengandung

berbagai macam mikroorganisme pathogen. Pathogen tersebut

dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur :

Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit

Melalui membrane mukosa

Melalui pernafasan

Melalui ingesti

Keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan

desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul

akibat limbah medis yang pengelolaannya buruk. Jenis limbah

yang potensi bahayanya paling akut bagi kesehatan adalah

kultur jaringan pekat dan benda tajam yang terkontaminasi

(terutama jarum suntik).

Derajat keseriusan bahaya bagi pekerja medis yang

bertugas dalam pengelolaan atau pembuangan limbah

genotoksik bergantung pada toksisitas gabungan setiap zat dan

intensitas serta durasi pajanan pada limbah tersebut. Jalur

pajanan utama adalah dengan menghirup debu atau aerosol,

absorbs melalui kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang

terkontaminasi obat-obatan sitotoksik, zat kimia atau limbah,

dan kebiasaan buruk saat makan. Pajanan juga bisa terjadi

melalui kontak dengan cairan dan secret tubuh pasien yang

menjalani kemoterapi. Banyak obat sitotoksik yang memiliki efek

iritasi yang sangat kuat dan efek local yang berbahaya setelah

berkontak langsung dengan mata dan kulit. Obat tersebut juga

dapat menyebabkan pusing, mual, sakit kepala, atau dermatitis.

26

Page 27: STEP 1-5.docx

27

Page 28: STEP 1-5.docx

DAFTAR PUSTAKA :

Bapedal.1992.Pedoman Minimisasi Limbah.Jakarta.

Berlanga B (1998). Process, formula and installation for the

treatment and sterilization of biological, solid, liquid, ferrous

metallic, non-ferrous metallic, toxic and dangerous hospitalwaste

material. United States Patent : 541

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan.

Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit

di Indonesia.Jakarta : Direktorat Jenderal PPM & PPL dan

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan

Pengelolaan Limbah dan Limbah Cair di Rumah Sakit.Jakarta :

Direktorat Jenderal PPM & PPL dan Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik.

Jurnal Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit oleh Idkha

Anggraina Pramesti tahun 2011

Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Latief, A. Sutowo. 2010. Manfaat dan Dampak Penggunaan

Insinerator Terhadap Lingkungan. TEKNIS Vol. 5 No. 1 April 2010:

20-24

Peraturan Pemerintah No. 18 jo PP 85 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Libah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Pruss A, Giroult E, Rushbrook P. 2005. Pengelolaan Aman Limbah

Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC.

28

Page 29: STEP 1-5.docx

Rahmat. 2007. Identifikasi Karakteristik dan Pengendalian

Limbah Klinis Kedokteran Gigi. Jakarta : Universitas Indonesia

U.S Environmental Protection Agency (EPA).2011.Medical Waste.

Windasari, Dian dan Welly Nerumurti. Pengelolaan Limbah B3

Medis Rumah Sakit Khusus di Surabaya Pusat dan Selatan.

Jurusan Tehnik Lingkungan, Fakultas Tehnik Sipil, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember.

29