step 1-5 kasus 1

84
KASUS 1 I Didn’t know I was Pregnant. Theres more than one! (video) STEP 1 1. Morning after pill : Pil kontrasepsi darurat digunakan secara teratur pagi hari untuk mencegah kehamilan setelah coitus tanpa pengaman 2. Major complication : Kelanjutan penyakit utama jika penyakit tidak disembuhkan 3. Breech Baby : Disebut juga bayi sungsang. Kondisi dimana letak bayi kepala di bagian atas sedangkan bokong pada bawah uterus. 4. Emergency section : Pembedahan dalam keadaan darurat STEP 2 1. Bagaimana proses kehamilan? 2. Apa saja tanda-tanda kehamilan? 3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan janin? 4. Mengapa kehamilan tidak disadari? 5. Mengapa bisa terjadi hamil walaupun sudah minum pil? 6. Mengapa bisa terjadi bayi sungsang? 7. Mengapa bisa terjadi bayi kembar? 8. Apa saja indikasi Caesar? 9. Bagaimana pemeriksaan bayi setelah lahir? 10. Bagaimana pemeriksaan antenatal care?

Upload: fajar-muhammad

Post on 29-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Step 1-5 Kasus 1

KASUS 1

I Didn’t

know I was Pregnant. Theres more than one! (video)

STEP 1

1. Morning after pill : Pil kontrasepsi darurat digunakan secara teratur pagi hari untuk

mencegah kehamilan setelah coitus tanpa pengaman

2. Major complication : Kelanjutan penyakit utama jika penyakit tidak disembuhkan

3. Breech Baby : Disebut juga bayi sungsang. Kondisi dimana letak bayi kepala di

bagian atas sedangkan bokong pada bawah uterus.

4. Emergency section : Pembedahan dalam keadaan darurat

STEP 2

1. Bagaimana proses kehamilan?

2. Apa saja tanda-tanda kehamilan?

3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan janin?

4. Mengapa kehamilan tidak disadari?

5. Mengapa bisa terjadi hamil walaupun sudah minum pil?

6. Mengapa bisa terjadi bayi sungsang?

7. Mengapa bisa terjadi bayi kembar?

8. Apa saja indikasi Caesar?

9. Bagaimana pemeriksaan bayi setelah lahir?

10. Bagaimana pemeriksaan antenatal care?

11. Apa saja komplikasi dari:

a. Kehamilan

b. Sungsang

c. Bayi kembar

Page 2: Step 1-5 Kasus 1

STEP 3

1. Koitus pertemuan sel sperma dan ovum pembelahan

2. Tanda-tanda kehamilan

- Terlambatnya menstruasi

- Nyeri payudara

- Mual pagi hari

- Mudah lemas

- Konstipasi

- Sakit kepala

- Penghentian haid

- Perubahan anatomis payudara

Dibagi menjadi

- Tanda pasti kehamilan

- Tanda tidak pasti kehamilan

3. Trimester I, II, dan III

4. Mengapa kehamilan tidak disadari?

- Obesitas

- Persepsi pasien karena sudah minum pil

- Persepsi pasien dalam menilai gejala yang muncul

- Kurang pengetahuan pasien

- Tidak mengetetahui tanda-tanda kehamilan

5. Mengapa bisa terjadi hamil walaupun sudah minum pil?

- Karena minum pilnya >72 jam setelah coitus

- Ketidakseimbangan hormon

6. Mengapa bisa terjadi bayi sungsang?

- Faktor ibu

- Faktor janin

7. Mengapa bisa terjadi bayi kembar?

- Genetik

- Hormone

8. Apa saja indikasi Caesar?

- Indikasi ibu

- Indikasi social

Page 3: Step 1-5 Kasus 1

- Indikasi Janin

9. Berdasarkan skor APGAR

10. – Anamnesis

- PF

- PP

11. Komplikasi

a. Kehamilan

- Pre-eklampsia dan eklampsia

- Perdarahan ante & post partum

b. Sungsang

- Prolaps plasenta

- Plasenta previa

c. Kembar

- Faktor ibu

- Faktor anak

STEP 4

1. Koitus sel sperma + ovum fertilisasi morulla blastula blastokista

menempel pada fundus uteri

- Morulla terdapat rongga eksoselom trofoblas Memberi nutrisi zigot

- Kromosom Y mempunyai protein SRY untuk menentukan jenis kelamin

2. Tanda-tanda kehamilan

a. Tanda tidak pasti kehamilan

- Amenore

- Mual dan muntah

- Mengidam

- Anoreksia

- varises

- mammae regang dan

membesar

- Miksi meningkat

- Konstipasi

- Hiperpigmentasi

Page 4: Step 1-5 Kasus 1

b. Tanda pasti kehamilan

- Peut membesar

- Uterus membesar

- Tanda hegar

- Tanda Chadwick

- Tanda piscaseck

- Tanda Braxton-hicks

- Tanda Ballotemen

c. Pemeriksaan

- Doppler (12 minggu)

- USG

- HCG

3. Pertumbuhan dan perkembangan janin

Bulan Perkembangan

1Terbetuk saluran jantung, kaki & tangan tebentuk tonjolan, badan

melengkung

2 Jenis kelamin tampak, tapi belum bisa di tentukan

3 Jenis kelamin dapat di tentukan, ada pergerakan halus

4Kulit kepala ditumbuhi rambut halus (lanugo), pergerakan janin

bisa dirasakan

5 Bunyi jantung dapat didengar dengan stetoskop monoaural

6 Kulit keriput & lemak mulai di timbun dibawah kulit

7 Posisi kepala dibawah, paru-paru terus berkembang

8 Permukaan kulit masih merah dan keriput. Lanugo hamper hilang

9 Janin sudah sempurna, cukup bulan untuk lahir (matur/aterm)

4. – Obestitas

Bahan dasar pil mengandung estrogen dan progestron (kandungan kolesterol)

Hormon steroid BB meningkat Pasien tidak mengetahui bahwa ia hamil

- minum obat pil > 72 jam

Mengandung progestron BB meningkat Obesitas pasien tidak sadar bahwa ia

hamil.

Page 5: Step 1-5 Kasus 1

5. – Telat minum obat

- Cara kerja obat pil KB

Mengandung 1,5 mg levonagestrel penebalan dinding, secret vagina meningkat

sperma tidak bisa masuk hasil fertilisasi tidak bisa menempel

6. Mengapa terjadi bayi sungsang?

a. Faktor janin

- Janin lebih kecil (<3 kg) janin bebas berputar

- Janin besar posisi kepala masih di atas, sulit berputar ke bawah

- Bayi kembar

b. Faktor ibu

- Bentuk rahim tidak normal

- Air ketuban yang terlalu banyak

- Tumor

- Plasenta previa

7. Mengapa terjadi bayi kembar

- Genetik : Punya riwayat keluarga kembar

- Hormon : FSH meningkat banyak folikel de graaf yang matang kembar

1 telur : identik

2 telur : tidak identik

8. Indikasi Caesar

a. Indikasi ibu

- Panggul sempit

- Gawat janin (ketuban pecah

dini)

- Plasenta previa

- Breech baby

- Kontraksi lemah

- Komplikasi pre-eklampsia &

eklampsia

- Riwayat persalinan Caesar

- Tumor pelvis obstruksi

- Kegagalan persalinan

Page 6: Step 1-5 Kasus 1

b. Indikasi janin

- BB > 4 kg

- Hidrocephalus

c. Sosial : sudah terencana atas keinginan

9. Pemeriksaan bayi setelah lahir

A: Appearance

P: Pulse

G: Grimace

A: activity

R: respiration

TandaPenilaian

1 2 3

Bunyi jantung - < 100 >100

Nafas - Lambat & tdk teratur Baik, menangis

Tonus otot lemas Fleksi anggota gerak Aktif

Refleks - menangis Menangis kuat

Warna biru Merah, anggota

kebiruan

merah

Hasil:

- Skor 0 : meninggal

- Skor <5 : memerlukan pertolongan

- Skor >5 : Bayi baik

10. Antenatal care (SB)

Page 7: Step 1-5 Kasus 1

Proses

Tanda-tanda

Kehamilan

Janin

pasti

Tidak pasti

Antenatal care Tidak baik Komplikasi

Tumbuh kembangBreech baby

Kembar

11. Komplikasi

a. Kehamilan

Pre-eklampsia (hipertensi, proteinuria, edema) eklampsia (kejang)

b. Sungsang

- Obruptio plasenta

- Solusio plasenta

- Previa plasenta

c. Kembar

- Ibu : anemia, hipertensi, premature, perdarahan pasca persalinan

- Janin :Hidroamnion, solusio plasenta, plasenta previa, ketuban pecah dini

STEP 5

1. Antenatal care

2. Komplikasi persalinan (patofisiologi dan penatalaksanaan)

3. Perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu dan janin saat kehamilan

STEP 6

(Belajar Mandiri)

Step 7

1. Antenatal Care

Page 8: Step 1-5 Kasus 1

Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin

semanjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada

setiap kunjungan ANC, petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi

ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosisi kehamilan

intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Syaifuddin, 2005 dalam

Harnany, 2006).

1.      Tujuan ANC

Menurut Depkes RI (2004), tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat

melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta

menghasilkan bayi yang sehat. Adapun tujuan umum ANC menurut Muchtar (2005)

dalam Febriani (2010), adalah sebagai berikut:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal, dan sosial ibu dan

bayi.

3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,

termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara optimal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan khusus ANC adalah menyiapkan wanita hamil

sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,

persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal,

tidak hanya fisik tetapi juga mental.

2.      Jadwal Pemerikasaan Kehamilan

Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak

minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu, yaitu sampai dengan kehamilan

trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester II (14-28 minggu)

Page 9: Step 1-5 Kasus 1

satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-

36) dua kali kunjungan (Hanafiah, 2006).

3.      Pelayanan Antenatal

Menurut Depkes (2009), pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh

profesional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan

perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukut tinggi badan, ukur tekanan

darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet

besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

1. Konsep Pemeriksaan Antenatal

Menurut Depertemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan

standar pelayanan antenatal dimulai dengan:

1)      Anemnese: meliputi identitas ibu hamil, riwayat KB, kehamilan sebelumnya dan

kehamilan sekarang.

2)      Pemeriksaan mum: meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kedidanan.

3)      Pemerisaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa.

4)      Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (Fe).

5)      Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-

hari, perawatan payu dara dan ASI, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan

kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah

melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.

Menurut Muchtar (2005), pelayanan Antenatal meliputi:

1)      Trimester I: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada 3 bulan pertama usia

kehamilan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan

darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat

besi) disebut juga K1 (kunjungan pertama ibu hamil).

2)      Trimester II: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada umur kehamilan 4-6

bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T  (timbang berat badan, mengukur tekanan

darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat

besi).

Page 10: Step 1-5 Kasus 1

3)      Trimseter III: ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali pada umur

kehamilan 7–9 bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan,

mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan

pemberian tablet zat besi), disebut juga K4 (kunjungan ibu hamil ke empat).

1. Kunjungan Ibu Hamil

Menurut Depkes RI (2002) dalam Pasaribu (2005), kunjungan ibu hamil adalah kontak

antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar

untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan kehamilan disini dapat

diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas

kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil

dlakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1)      Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan

untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan kesehatan trimester I dimana

usia kehamilan 1 sampai 12 minggu, meliputi identitas/ biodata, riwayat kehamilan,

riwayat kebidanan, riwayat kesehatan, riwayat sosial ekonomi, pemeriksaan kehamilan

dan pelayanan kesehatan, penyuluhan dan konsultasi.

2)      Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas

kesehatan untuk mendapatkan pemerisaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada

trimester III, usia kehamilan >32 minggu, meliputi anamnese, pemeriksaan kehamilan

dan pelayanan kesehatan, pemeriksaan psikologis, pemeriksaan laboratorium bila ada

indikasi/diperlukan, diagnosis akhir (kehamilan normal, terdapat penyakit, terjadi

komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi), sikap dan rencana tindakan

(persiapan persalinan dan rujukan).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit 4 kali selaman masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai

berikut:

1. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12minggu.

2. Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24 minggu.

3. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.

Page 11: Step 1-5 Kasus 1

Dengan pelayanan yang baik, dapat diidentifikasi kehamilan beresiko tinggi dan

dilanjutkan dengan perawatan khusus. Pelayanan antinatal yang berkualitas dan dilakukan

sedini mungkin secara teratur akan membantu pengurangan resiko terhadap kejadian

anemia. Secara ringkas pelayanan antinatal minimal 4 kali salama kehamilan, yaitu: 1 kali

pada trimester I, 1 kali pada trimester II. Dan 2 kali pada trimseter III untuk mendapatkan

pelayanan 5T (Depkes RI, 1994).

Pelaksanaa pelayana antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa,

bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan

kehamilan (Depkes RI, 2002).

2. Komplikasi persalinan

1. Pre-Eklampsia

 Definisi

Perkataan “eklampsia” berasal dari Yunani  yang berarti “halilintar” karena gejala

eklampsi datang dengan mendadak dan menyebabkan suasanan gawat dalam kebidanan.

Ditemukan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre-eklampsia dan

eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan preventif.

Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan

oedema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke

3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa.

Pre-eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan

dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria, dan oedema yang

kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibutersebut tidak menunjukan tanda-tanda

kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya.

Teori iskemik implantasi plasenta dianggap dapat menerapkan berbagai gejala pre-

eklampsia dan eklampsia.

1.      Kenaikan tekanan darah

2.      Pengeluaran protein urin.

3.      Edema kaki, tangan sampai muka.

4.      Terjadinya gejala subjektif :

Sakit kepala

Penglihatan kabur

Page 12: Step 1-5 Kasus 1

Nyeri pada epigastrium

Sesak napas

Berkurangnya urin

5.      Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma.

6.      Terjadi kejang.

Faktor yang Mempengaruhi Pre-eklampsia

Kejadian pre-eklampsia dan eklampsia bervariasi disetiap negara bahkan pada

setiap daerah. Dijumpai berbagai faktor yang mempengaruhi diantaranya :

Jumlah primigravida, terutama primigravida muda.

Distensi rahim berlebihan, hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.

Penyakit yang menyertai hamil : diabetes melitus, kegemukan.

Jumlah umur ibu di atas 35 tahun.

Pre-eklampsia berkisar anatar 3% sampai 5% dari kehamilan yang dirawat.

Gambaran Klinik Pre-eklampsia

Gambaran klinik mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau

tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada  pre-eklampsia

ringan gejala subjektif belum di jumpai, tetapi pada pre-eklampsia berat diikuti keluhan

subjektif :

Sakit kepala terutama daerah frontalis.

Rasa nyeri di daerah epigastrium.

Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur.

Terdapat mual sampai muntah.

Gangguan pernapasan sampai sianosis.

Terjadi gangguan kesadaran.

Dengan pengeluaraan proteinuria keadaan penyakit semakin berat, karena terjadi

gangguan fungsi ginjal.

Dasar diagnosis pre-eklampsia

Page 13: Step 1-5 Kasus 1

Kejadian pre-eklampsia dan eklampsia sulit dicegah, tetapi diagnosis dini sangat

menentukan prognosa janin. Pengawasan hamil sangat penting karena pre-eklampsia

berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di

negara berkembang. Diagnosis ditetapkan dengan dua dari trias pre-eklampsiayaitu

kenaikan berat badan – edema, kenaikan tekanan darah, dan terdapat proteinuria.

Klasifikasi Pre-eklampsia

Pre-eklampsia digolongkan ke dalam pre-eklampsia ringan dan pre-eklampsia berat

dengan gejala dan tanda sebagai berikut :

a.         Pre-eklampsia ringan

Pre-eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau

edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah melahirkan.

1.      Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemerikasaan 6

jam.

2.      Tekanan darah diastolik atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6

jam.

3.      Kenaikan Berat Badan 1 Kg atau lebih dalam seminggu.

4.      Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitas plus 1-2 pada urin kateter atau

urin aliran pertengahan.

5.      Oedema pada pretibia, dinding abdomen, lumbolsakral, wajah atau tangan.

b.         Pre-eklampsia berat

Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disetai protenuria dan oedema pada

kehamilan 20 minggu atau lebih.

Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat

digolongkan pre-eklampsia berat :

1.      Tekanan darah 160/110 mmHg.

2.      Oligouria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam.

3.      Proteinuria lebih dari 3 gr/liter.

4.      Keluhan subjektif :

Page 14: Step 1-5 Kasus 1

Nyeri epigastrium.

Gangguan penglihatan.

Nyeri kepala

Edema paru dan sianosis.

Gangguan kesadaran.

5.      Pemeriksaan :

Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus.

Perdarahan pada retina.

Trombosit kurang dari 100.000 mm.

Peningkatan gejala dan tanda gejala pre-eklampsia berat memberikan petujuk akan

terjadi eklampsia, yang mempunyai prognosa buruk dengan angka kematian maternal dan

janin tinggi.

c.       Pre-Eklampsia Berat Pada Persalinan

Penangan ibu dengan pre-eklampsia berat pada ibu saat persalinan, dilakukan

tindakan penderita dirawat inap antara lain :

1. Istirahan mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi; berikan diet rendah garam,

lemak, dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr dibokong kanan

dan 4 gr di bokong kiri; suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap jam; syarat

pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif,diuresis 100 cc dalam 4 jam

terakhir, respirasi 16x/menit dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium

glukonas 10% dalam ampul 10 cc; infus dekstros 5% dan Ringer Laktat; berikan

obat anti hipertensi: injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya dapat diberikan

tablet katapres 3x1/2tablet atau 2x1/2 tablet sehari; diuretika tidak diberikan,

kecuali terdapat oedema umum, oedema paru dan kegagalan jantung kongestif.

Untuk itu dapat disuntika 1 ampul IV Lasix; segera setelah pemberian MgSO4

kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi

dipakai oksitosin 10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi

dokter).

2. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi vakum atau forceps, jadi

ibu dilarang mengedan (dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan berikan

methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri;

Page 15: Step 1-5 Kasus 1

pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan

dosis 4gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.

3. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa: tidak terjadi

koagulapati; anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi umum jangan lakukan

anastesi lokal, sedangkan anastesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan

oleh dokter ahli kandungan).

4. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan

persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5

IU dalam 500 ml dextrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin (atas instruksi

dokter boleh diberikan oleh bidan).

Pengobatan Obstetric

1.    Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu :

a.       Induksi persalinan: tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan

denganfetal heart mmonitoring.

b.      Seksio sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila fetal assesment jelek.

Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya

kontaindikasi tetesan oksitosin; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum

masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi

dengan seksio sesaria.

2.    Cara teminalisi kehamilan yang sudah inpartu :

Kala I fase laten: 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria;

fase aktif : amniotomi saja, bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan

lengkap maka di lakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).

Kala II : pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus

buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya  3 menit

setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang;

bila keadaan memungkinka, terminasi di tunda 2 kali 24 jam untuk memberikan

kortikosteroid.

3.    Perawatan pre-eklampsia berat pada postpartum

Page 16: Step 1-5 Kasus 1

Pemberian anti kolvusan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang

terakhir; teruskan terapi anti hepertensi jika tekanan diastolic masih >110 mmHg;

panatau jumlah urin.

4.    Cara pemberian MgSO4

a. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selam 1 gr/menit

kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (3-5 menit). Diikuti segera 4 gr di

bokong kiri dan 4 gr di bokong kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21

panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2%

yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.

b. Dosis ulangan : diberikan 4 gr IM 40% setelah pemberian dosisi awal lalu dosis

ulangan diberikan 4 gr IM setiap 6 jam di mana pemberian MgSO4 tidak

melebihi 2-3 hari.

c. Syarat-syarat pemberian MgSO4: tersedia antidotum MgSO4 yaitu calsium

glokonas 10%, 1 garm (10% dalam cc) diberika intavena dalam 3 menit;

Refleks patella positif kuat; frekuensi pernapasan lebih 16 kali permenit;

produksi urine lebih 100 cc dalam 4 jam sebelum (0,5 cc/kg BB/jam).

d. MgSO4 dihentikan bila: ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot,

hipotensi, refleks fisologi menurun, fungsi hati terganggu, depresi SSP,

kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan

otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat

adala 4-7 mEq/liter. Refleks fisologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter.

Kadar 12-15 mEq/liter terjadi kematian jantung.

e. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat: hentiak pemberian

Magnesium sulfat; berikan calciumglukosa 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)

secara IV dalam waktu 3 menit; berikan oksigen; lakukan pernapasan buatan.

f. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah

terjadi perbaikan (normotensif).

g. Catatan : tindakanyang bersifat operatif dilakukan oleh dokter Obgyn, tindaka

yang bersifat bukan operatif hanya pemberian infus dan obat-obat dapat

dilakukan oleh bidan dengan instruksi dokter Obgyn.

5.     Diagnosa

Page 17: Step 1-5 Kasus 1

Diagnosa dini harus diutamakan bila diinginkan bila angka morbilitas dan

mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadi pre-eklampsia sukar dicegah,

namun pre-eklampsia berat dan eklampsia biasanya dapat dihindarkan dengan mengenal

secara dini penyakit itu dan denga penaganan secara sempurna.

Pada umumnya dianosis pre-eklampsia disebabkan atas adanya dua dari trias tanda

utama : hipertensi, oedema, proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan

statistik, tetapi dapat merigukan penderita karena tiap tanda dapat merupakan bahaya

kendatipun ditemukan tersendiri.

Diagnosis diferensial anatar pre-eklampsia dan hipertensi menahuan atau penyakit

ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan

darah yang meninggi sebelum hamil pada kehamilan muda atau 6 bulan postpartum akan

sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan funduskopi berguna karena

perdarahan dan eksudat jaringan ditemukan pada pre-eklampsia kelainan tersebut

biasanya menujukan hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya

proteinuria banyak menolong, proteinuria pada pre-eklampsia jarang timbul sebelum

trimester III, sedang pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Test fungsi ginjal juga

banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal noramal pada pre-eklampsia ringan.

6.    Deteksi Dini

Karena pre-eklampsia tidak dapat dicegah, yang tepenting adalah bagaimana

penyakit ini dapat dideteksi sedin mungkin. Deteksi didapatkan dari pemeriksaan tekanan

darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan. Karena itu pemeriksaan kehamilan

rutin mutlak dilakukan agar pre-eklampsia dapat terdeteksi cepat untuk meminimalisir

kemungkinan komplikasi yang lebih fatal. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan

dengan seksama, dan usahan dilakukan oleh orang yang sama misalkan oleh bidan atau

dokter. 

Pencegahan kejadian Pre-eklampsia

Pre-eklampsia dan Eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan

dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat

mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Page 18: Step 1-5 Kasus 1

Untuk dapat menegakan diagnosis dini di perlukan pengawasan hamil yang teratur

dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan

urin untuk menentukan proteinuria.

Untuk mencegah kejadian pre-eklampsia ringan dapat di lakukan nasehat tentang

dan berkaitan dengan :

1. Diet makanan.

2. Makanan protein tinggi, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.

Kurangi gaeram apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi

pada 4 sehat 5 sempurna. Untuk meningkatakan jumlah protein dengan tambahan

satu butir telur setiap hari.

3. Cukup Istirahat

4. Istirahat yang cukup pada ibu hamil semakin tua dalam arti berkerja seperlunya dan

sesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah

punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

5. Pengawasan antenatal (hamil).

6. Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke

tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :

d.      Uji kemungkinan pre-eklampsia.

Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya.

Pemeriksaan tinggi fundus uteri.

Pemeriksaan kenaiakn berat badan atau edema.

Pemeriksaan protein dalam urin.

Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran

darah umum, dan pemeriksaan retina mata.

e.       Penilaian kondisi janin dalam rahim.

Pemantauan tinggi fundus uteri.

Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,

pemantauan air ketuban.

Usulkan untuk melakukanpemeiksaan ultrasonografi

Dalam keadaan yang meragukan, maka mrujuk penderita merupakan sikap

yang terpilihdan terpuji.

Page 19: Step 1-5 Kasus 1

Akibat Pre-eklampsia pada Janin

Janin yang dikandung ibu hamil mengidap pre-eklampsia akan hidup dalam rahim

dengan nutrisi dan oksugen dibawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh

darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit. Karean buruknya nutrisi,

pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi bayi dengan berat lahir rendah.

Bisa juga bayi dilahirkan kurang bulan (prematur), komplikasi lanjutan dari kelahiran

prematur yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, sereberal palsy, dan masalah pada

pendengaran dan penglihatan, biru saat dilahirkan (asfiksia) dan sebagainya.

Pada kasus pre-eklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah

menunjukan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa

melihat apakah janin sudah dapat hidup diluar rahim atau tidak. Tapi, ada kalanya

keduanya tidak bisa ditolong lagi.

Penanganan  Pre-Eklampsia

Penanganan per-eklamsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan untuk mrnjadi

eklamsia den pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan yang

optimal dan pertolongan dengan trauma minmal.

 Pada pre-eklamsia ringan penanganan simtomatis dan berobat jalan dengan memberikan:

1.      Sedativa ringan

Phenobarbital 3 x 30 mgr

Valium 3 x10 mgr

2.      Obat penunjang

Vitamin B kompleks

Viamin C atau vitamin E

Zet besi

3.      Nesehat

Garam dalam makanan di kurangi

Lebih banyak istrahat berbaring kearah punggung janin

Segera datang memeriksakan diri bila terdapat gejala, sakit kepala, mata kabur,

edema mendadak atau berat badan naik, pernapasan semakin sesak, nyeri pada

Page 20: Step 1-5 Kasus 1

epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerakan janin berkurang, pengeluaran

urin berkurang.

4.      Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat

Petunjuk untuk segera memasukkan penderita kerumah sakit atau merujuk

penderita perlu memperhatikan hal berikut:

Bila tekananan darah 140/90 mmHg

Protein dalam urin 1 plus atau lebih

Kenaikan berat badan 1 1/2  kg atau lebih dalam seminggu

Edema bertambah mendadak

Terdapat gejala dan keluhan subjektif.

Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita pre-eklampsia berat

untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga penderita

mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya. Penderita di usahakan agar:

1.      Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.

2.      Dipasang infus glukosa 5%

3.      Dilakukan pemeriksaan:

Pemeriksaan umum: pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan.

Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan leopold, denyut jantung janin,

pemeriksaan dalam.

Pemasangan daur kateter

Evaluasi keseimbangan cairan

4.      Pengobatan:

Sedativa: phenobarbital 3 x 100 mgr, valium 3 x 20 mgr

Menghindari kejang:

a. Magnesium sulfat.

- Inisial dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4 gr/6jam

- Observasi: pernapasan tidak kurang16 menit, refleks patela positif, urin

tidak kurang dari 600 cc/24 jam

b. Valium

- Inisial dosis 20 mgr IV, dosis ikutan 20 mgr/drip 20 tetes/menit

- Dosis maksimal 120 mgr/24 jam

Page 21: Step 1-5 Kasus 1

c. Kombinasi pengobatan:

- Pethidine 50 mgr IM

- Klorpromazin 50 mgr IM

- Diazepam (valium) 20 mgr IM

d. Bila terjadi oligouria doberikan glikosa 40% IV untuk menarik cairan

dari jaringan, sehingga dapat merangsang diuresis.

5.      Setelah keadaan pre-eklamsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri

kehamilan berdasarkan:

a. Kehamila cukup bulan

b. Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan

c. Kegagalan pengobatan per-eklampsia berat kehamilan diakhiri tanpa

memandang umur

d. Merujuk penderita kerumah sakit untuk pengobatan yang adekuat. Mengakhiri

kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan pre-

eklampsia menjadi eklampsi.

2. Perdarahan

Pengertian

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28

minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan

sebelum 28 minggu (Mochtar, 1998). Jika perdarahan terjadi di tempat yang jauh dari

fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak mampu

melakukan tindakan yang diperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi

(Rochjati, 2003).

Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok

utama yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum

adalah perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi

sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan.

Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena terlepasnya plasenta

secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin bagian bawah (Depkes RI, 2000).

Page 22: Step 1-5 Kasus 1

Klasifikasi perdarahan

1   Plasenta previa

1)    Pengertian

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau

seluruh pembukaan jalan lahir.

2)   Gejala dan tanda

Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat

perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan terjadi

pada pagi hari sewaktu bangun tidur.

3)   Penanganan

Menurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester ketiga yang lebih

dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi

apapun, baik rektal maupun vaginal.

Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu,

kehamilan belum cukup 37 minggu, atau tafsiran berat janin dibawah 2500 gram, maka

kehamilan dapat dipertahankan, istirahat, pemberian obat-obatan dan dilakukan observasi

dengan teliti.

2   Solusio plasenta

1)   Pengertian

Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya

sebelum janin lahir.

2)   Gejala dan tanda

Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi

bagian janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang,

dapat terjadi gangguan pembekuan darah.

3)   Penanganan

Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan

perawatan inap dan pada plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan di

rumah sakit (Saifuddin, 2002 : 92).

Page 23: Step 1-5 Kasus 1

3. Kelainan Letak (Lintang dan Sungsang)

A. Letak Lintang

Pengertian

Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan

sumbu memanjang tubuh ibu.

Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan

kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya

bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sedangkan bahu berada pada

pintu atas panggul (Hariadi, 1999).

Penyebab

Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor.

Faktor – faktor tersebut adalah :

1)  Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta

previa, dan tumor – tumor pelvis.

2)   Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.

3)   Gemelli (kehamilan ganda).

4)   Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum.

5)   Lumbar skoliosis.

6)   Pelvic, kandung kemih, dan rektum yang penuh (Mochtar, 1998).

Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus

dan perut yang lembek (Hariadi, 1999).

Penanganan

Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut

dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut

dada sampai persalinan.

Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika

lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan

(Dasuki, 2000).

Page 24: Step 1-5 Kasus 1

B.  Letak Sungsang

Pengertian

Letak sungsang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua

(hamil 8-9 bulan), dengan kepala di atas dan bokong atau kaki di bawah. Bayi letak

sungsang lebih sukar lahir, karena kepala lahir terakhir (Rochjati, 2003).

Penyebab

Menurut Manuaba (1998), penyebab letak sungsang dapat berasal dari pihak ibu

(keadaan rahim, keadaan plasenta, keadaan jalan lahir) dan dari janin (tali pusat pendek,

hidrosefalus, kehamilan kembar, hidramnion, prematuritas) (Dewi, 2009).

Penanganan

Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut

dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut

dada sampai persalinan.

Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika

lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan

(Dasuki, 2000).

4. Ketuban Pecah Dini

Pengertian

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan

ditunggi 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai

terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (Manuaba, 1998 : 229).

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.

Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban

pecah dini pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).

Penyebab

Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat

dijabarkan sebagai berikut :

- Serviks inkompeten.

- Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.

- Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.

Page 25: Step 1-5 Kasus 1

- Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP,

sefalopelvik disproforsi.

- Kelainan bawaan dari selaput ketuban.

- Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam

bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.

2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah

dengan mengeluarkan air ketuban.

Penanganan

Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan 

sebagai berikut :

1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga

mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,

meningitis janin, dan persalinan prematuritas.

3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung

dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin

dapat terjamin.

4. Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin

cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan

janin tidak dapat diselamatkan.

5. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibu dan keluarga sehingga

terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan

untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.

6. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distantia biparietal

dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan

paru.

7. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24

jam, bila tidak terjadi his spontan (Manuaba, 1998 : 232).

Page 26: Step 1-5 Kasus 1

5. Anemia

Pengertian

Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat

proses persalinan (BKKBN, 2003 : 24). Kondisi ibu hamil dengan

kadarHemoglobin kurang dari 11 gr % pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 gr % pada

trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ibu maupun janin,

seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan (Prawirohardjo,

2008 : 281).

Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 sampai 15 gr %. Angka

tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan

selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan

darah rutin selama pengawasan antenatal, yaitu dilakukan setiap 3 bulan atau paling

sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada

triwulan terakhir.

Gejala dan tanda

Gejala dan tanda anemia antara lain adalah pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah

pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi.

Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat.

Keluhan yang dirasakan ibu hamil adalah lemas badan, lesu, lekas lelah, mata

berkunang-kunang, jantung berdebar. Pengaruh anemia terhadap kehamilan antara lain

dapat menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu mudah sakit, menghambat

pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah dan persalinan

prematur (Dewi, 2009).

Penanganan umum

Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan bergizi

dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi

sebanyak 60 mg/hari sekiranya cukup mencegah anemia (Maulana, 2008, : 187).

Page 27: Step 1-5 Kasus 1

6. Diabetes Melitus Gestasional

Definisi

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Mansjoer, 2000).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan

hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau

berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. (Francis dan John, 2000),

Etiologi

Factor predisposisi

a.       Umur sudah mulai tua

b.      Multiparitas

c.       Penderita gemuk

d.      Riwayat melahirkan anak lebih besar dari 4000 g

e.       Bersifat keturunan

f.       Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati,

Sering mengalami keguguran

g.      Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.

h.      Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan

epineprin.

i.        Obat-obatan.

Patofisiologi

Dengan makan masing-masing, wanita hamil mengalami serangkaian tindakan hormonal

kompleks ibu (yaitu, peningkatan glukosa darah; sekresi insulin pankreas sekunder,

glukagon, somatomedins, dan katekolamin adrenal).Penyesuaian ini menjamin bahwa

cukup, namun tidak berlebihan, pasokan glukosa tersedia untuk ibu dan janin.

Page 28: Step 1-5 Kasus 1

Ibu hamil cenderung untuk mengembangkan hipoglikemia (glukosa plasma rata-rata =

65-75 mg / dL) antara waktu makan dan saat tidur. Hal ini terjadi karena janin terus

menarik glukosa melalui plasenta dari aliran darah ibu, bahkan selama periode puasa.

hipoglikemia Interprandial menjadi semakin ditandai sebagai kehamilan berlanjut dan

permintaan glukosa meningkat janin. Tingkat steroid plasenta dan hormon peptida

(misalnya, estrogen, progesteron, dan somatomammotropin chorionic) meningkat secara

linear sepanjang trimester kedua dan ketiga.

Karena hormon ini memberi jaringan resistensi insulin meningkat naik tingkat mereka,

permintaan untuk sekresi insulin meningkat dengan semakin escalates makan selama

kehamilan.

Dua puluh empat jam berarti tingkat insulin 50% lebih tinggi pada trimester ketiga

dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Ini biasanya bermanifestasi sebagai episode

berulang Hiperglikemi postprandial.Episode ini postprandial yang paling signifikan

bertanggung jawab untuk pertumbuhan dipercepat dipamerkan oleh

janin.hiperinsulinemia janin mempromosikan penyimpanan kelebihan gizi, sehingga

macrosomia

Pengeluaran energi yang berhubungan dengan konversi kelebihan glukosa menjadi

penyebab penurunan lemak dalam kadar oksigen janin. Episode ini hipoksia janin yang

disertai dengan lonjakan di katekolamin adrenal, yang, pada gilirannya, menyebabkan

hipertensi, remodelling jantung dan hipertrofi, stimulasi eritropoietin, hiperplasia sel

darah merah, dan peningkatan hematokrit. Polisitemia (hematokrit> 65%) terjadi pada 5-

10% dari bayi yang baru lahir dari ibu diabetes. Temuan ini tampaknya berhubungan

dengan tingkat kontrol glisemik dan ditengahi oleh penurunan tegangan oksigen janin.

Hematokrit tinggi nilai-nilai dalam memimpin neonatus untuk sludging pembuluh darah,

sirkulasi yang buruk, dan hiperbilirubinemia pascakelahiran. Di sisi lain, gula darah

postprandial nilai puncak jarang melebihi 120 mg / dL. Meticulous replication of the

normal glycemic profile during pregnancy has been demonstrated to reduce the

macrosomia rate. Teliti replikasi dari profil glisemik normal selama kehamilan telah

ditunjukkan untuk mengurangi tingkat macrosomia.Secara khusus, ketika kadar glukosa 2

jam postprandial diselenggarakan kurang dari 120 mg / dL, sekitar 20% dari janin

Page 29: Step 1-5 Kasus 1

menunjukkan macrosomia. Sebaliknya, jika tingkat postprandial jangkauan hingga 160

mg / dL, harga macrosomia naik menjadi 35%.

Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) diakibatkan

karena Produksi  insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif

pada tingkat seluler.  Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel beta pulau langerhans di

prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel . apabila insulin tidak

cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia.

Hiperglikemia  menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel

ke dalam sisitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah.

Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk

mengatur kelebihan volume darah  dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan

(gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan

berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini

menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia).

Setelah jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang

bermakna. Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi

akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes

tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor genetic.

Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan

pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu

berarti bahwa individu akan mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak

individu yang memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai

mereka mengalami satu atau lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut

adalah peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat,

obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes

Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak

dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon

pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat

untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang

menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa

Page 30: Step 1-5 Kasus 1

dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah

janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga

kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama

dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan

plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang

relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin

meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan

diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila

ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi,

bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin

yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di

mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan

resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu

bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi

dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber

energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu

terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik

(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

Klasifikasi diabetes selama masa kehamilan

Kelas Karakteristik Implikasi

Intoleransi

glukosa

pada masa

hamil

Toleransi

glukosa

abnormal

selama masa

hamil;

hiperglikemia

pascaprandial

selama masa

Diagnosis sebelum

usia gestasi 30

minggu penting

untuk mencegah

makrosomia

Tangani dengan

diet kalori yang

adekuat untuk

Page 31: Step 1-5 Kasus 1

hamil

mencegah

penurunan berat

badan ibu.

Sasaran yang

dicapai : glukosa

darah

pasccaprandial 

<130 mg/dl 1 jam

setelah makan atau

< 105 mg/dl 2 jam

setelah makan.

Apabila insulin

dibutuhkan, tangani

seperti penanganan

kelas B dan C

A

Diabetes

kimiawi yang

didiagnosis

sebelum masa

hamil: diatasi

hanya melalui

upaya diet;

awitan dapat

terjadi terjadi

pada usia

berapapun

Penatalaksanaan

sama dengan

penanganan

intoleransi glukosa

pada kehamilan

B Terapi insulin

yang

dilakukan

Sekresi insulin

endogen dapat

menetap, resiko

Page 32: Step 1-5 Kasus 1

sebelum Masa

hamil; awitan

pada usia 20

tahun atau

lebih; durasi

kurang 10

tahun

pada neonates dan

janin sama dengan

resiko pada kelas C

dan D begitu juga

dengan

penatalaksanaannya

C

Awitan pada

usia 10 sampai

20 tahun, atau

durasi 10

sampai 20

tahun.

Diabetes

karena kurang

insulin

Diabetes karena

kurang binsulin

dengan awitan pada

masa kanak –

kanak.

 

D

Awitan

sebelum usia

10 tahun

samapai 20

tahun atau

durasi 10

sampai 20

tahun

 

 

Makrosomia janin

atau retardasi

pertumbuhan

intrauterine dapat

terjadi,

mikroaneurisme

retina, dot-

hemoragi, dan

eksudat meningkat

selama masa

hamil., kemudian

menurun setelah

melahirkan

Page 33: Step 1-5 Kasus 1

F

Nefropati

diabetic

disertai

dengan

proteinuria

Anemi dan

hipertensi umum

terjadi, proteinuria

meningkat pada

trimester ke 3,

menurun setelah

melahirkan.

Retardasi

pertumbuhan janin

intrauterine umum

terjadi, angka

kelangsungan hidup

perinatal sekitar

85%. Apabila

berada dibawah

kondisi optimal,

tirah baring

dibutuhkan

H

Penyakit

Arteri koroner

Resiko maternal

yang serius

R Retinopati

proliferatif

Neovaskularisasi

disertai resiko

hemoragi vitreus

atau retina tanggal,

foto koagulasi laser

bermanfaat aborsi

biasanya tidak

dibutuhkan, disertai

proses aktif neo

Page 34: Step 1-5 Kasus 1

vaskularisasi,

mencegah usaha

mengedan

 

Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer,

(2000), yaitu sebagai berikut :

a.       Polifagia

b.      Mata kabur

c.       Poliuria.

d.      Pruritus vulva

e.       Polidipsi

f.       Ketonemia

g.      Lemas

h.      Glikosuria

i.        BB menurun

j.        Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl

k.      Kesemutan

l.        Gula darah puasa > 126 mg/dl

m.    Gula darah sewaktu > 200 mg/dl

n.      Gatal

Pengobatan

Pengobatan secara medis

a.       Meningkatkan jumlah insulin

b.      Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)

c.       Meglitinide (repaglinide, nateglinide)

d.      Insulin injeksi

e.       Meningkatkan sensitivitas insulin

f.       Biguanid/metformin

Page 35: Step 1-5 Kasus 1

g.      Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)

h.      Memengaruhi penyerapan makanan

i.        Acarbose

j.        Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau permen)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan obstertik

a.       Persalinan dilakukan:

1.      Pertahankan janin sampai aterm (cukup umur) dan lahir dengan spontan

2.      Usahakan lakukan persalinan pada minggu 37-38 kehamilan.

3.      Bisa dilakukan Primer seksio sesarea.

b.      Penanganan bayi dengan DM

1.      Bayi dengan DM disamakan penanganannya dengan bayi prematur.

2.      Observasi kemungkinan hipoglisemia pada bayi.

3.      Rawat bayi di Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli

neonatologi.

Komplikasi

a.       Akut

1.      Hipoglikemia

2.      Koma Ketoasidosis

3.      Koma hiperosmolar nonketotik

b.      Kronik

1.      Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh

darah tepi, dan pembuluh darah otak

2.      Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati diabetik, nefropati diabetic

3.      Neuropati diabetic

4.      Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis

5.      dan infeksi saluran kemih

6.      Kaki diabetik

Page 36: Step 1-5 Kasus 1

Pemeriksaan Diagnostic

a.       Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada

waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.

b.       Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.

c.       Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,

serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi

daripada metode tanpa deproteinisasi

d.      Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka

sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini

akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.

e.       Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat

didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak

terdeteksi

f.       Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL,

LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)

Pencegahan

a.       Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB.

b.      Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anto rokok, perawatan.

c.       Tersier : Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan amputasi,

pemeriksaan optalmologist, albuminuria monitor penyakit ginjal, kontrol hipertensi,

status metabolic dan diet rendah protein, pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi

untuk mengontrol medikasi

3. Perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu dan janin saat kehamilan

Perubahan Anatomi dan Hormonal pada Ibu Hamil

Perubahan antomi dan fisiologi pada perempuan yang sedang hamil biasanya terjadi

setelahfertilisasi dan berlanjut selama kehamilan. Mayoritas perubahan yang terjadi

dikarenakan respontubuh terhadap janin.

Adaptasi secara fisiologis maupun anatomis pada seorang ibu terjadi ketikaibu

sedang hamil, keadaan ini bertujuan untuk

Page 37: Step 1-5 Kasus 1

Menyuport bayi di dalam kandungan untuk hidup (dalam hal nutrisi, oksigen,

dansebagainya)

Menjaga bayi di dalam kandungan dari kelaparan, obat-obatan, dan toksin

Mempersiapkan uterus untuk proses kelahiran

 Menjaga ibu dari kemungkinanan gagal kardiovaskular pada saat

melahirkanUniknya, perubahan ini akan kembali seperti semula ketika keadaan

sebelum hamil setelah prosespersalinan dan menyusui selesai. Perubahan anatomi

dan fisiologis dapat terjadi di berbagai system tubuh perempuan yang hamil tersebut,

diantaranya adalah

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

Pada perempuan yang tidak hamil uterus memiliki berat sebesar 70 gram

dankapasitasnya 10 mL bahkan kurang. Normalnya pada perempuan yang sedang hamil,

uterusharus mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion di dalamnya. Maka,

uterusdapat menampung volume dari 5 hingga 20 liter dengan berat rata-rata 1100 gram

padaakhir kehamilan.Pembesaran ini meliputi peregangan uterus dan penebalan sel-sel

otot pada uterus.Bersamaan dengan hal itu akan terjadi penumpukan jaringan ikat dan

elastin pada lapisanotot luar. Kerjasama seluruh jaringan ini akan membuat uterus

menjadi lebih kuat. Padadaerah korpus uterus akan menebal dibulan pertama namun

seiring bertambahnya usiakehamilan maka ketebalan pada korpus akan berkurang.

Penebalan uterus dipengaruhioleh hormone esterogen dan sedikit progesterone. Posisi

plasenta juga akanmempengaruhi penebalan dari sel otot uterus tersebut. Uterus akan

mengelilingi tempatdari implantasi plasenta dan akan bertambah besar lebih cepat

dibandingkan denganbagian uterus lainnya, maka hal ini akan menyebabkan uterus

menjadi tidak rata. Kejadianini disebut sebagai tandaPiscaseck .Pada awal kehamilan tuba

falopii, ovarium, dan ligamentum rotundum beradasedikit di bawah apeks fundus, namun

ketika pada akhir kehamilan letaknya akan bergeserke sebelah atas pertengahan

uterus.Pada minggu-minggu awal kehamilan bentuk uterus masih seperti

biasanya,berbentuk seperti buah alpukat. Seiring berjalannya waktu, maka bentuk fundus

dankorpus dari uteri akan menjadi sferis pada akhir trimester pertama. Panjangnya

Page 38: Step 1-5 Kasus 1

akanbertambah lebih cepat dibandingkan dengan lebar dari uterus sehingga akan

membentukoval. Pada minggu pertama ismus uteri akan mengalami hipertrofi layaknya

korpus uteriyang akan mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak. Hal ini

dikenal sebagaitanda Hegar.

Ketika akhir trimester pertama pula, uterus akan terus membebsar hingga

uterusmenyentuh rongga dinding abdomen, mendorong usus ke arah samping dan atas.

Janinakan terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Pertumbuhan uterus akan

berotasi kearah kanan (dekstrorotasi). Hal ini dikarenakan adanya rektosigmoid pada

daerah kiripelvis. Pada triwulan akhir kehamilan, ismus akan menjadi segmen bawah dari

uterus. Padasaat ini pula otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi hingga segmen

bawah uterussemakin melebar dan menipis. Batas antara segmen yang tebal dan tipis

tersebut disebutdengan lingkaran retraksi fisiologis.

b. Serviks

Pada perempuan yang tidak sedang hamil, serviksnya mengandung kolagen

yangterbungkus rapat namun tidak beraturan. Kolagen akan secara aktif disintesis pada

saatkehamilan. Sintesis ini dilakukan oleh kolagenase untuk meremodel kolagen yang

disekresioleh sel-sel serviks dan neutrofil. Kolagen akan didegradasi oleh kolagenase

intraselularagar prokolagen yang tidak sempurna hancur sehingga kolagen yang lemah

tidak terbentukdan janin di dalam rahim dapat tetap terjaga tidak keluar melalui serviks

begitu saja.Sedangkan peran kolagenase ekstraselular secara lambat akan membuat

matriks kolagenmelemah sehingga memudahkan proses persalinan pada ibu hamil yang

siap bersalin.

c. Ovarium

Pada saat hamil, proses ovulasi dan pematangan folikel akan terhenti sementara

danhanya akan ditemukan satu korpus luteum pada ovarium. Folikel ini akan berfungsi

secaramaksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan. Kemudian akan berperan sebagai

penghasilprogesterone dalam jumlah yang minimal.

d. Vagina dan Perineum

Page 39: Step 1-5 Kasus 1

Ketika perempuan sedang hamil, maka akan terjadi peningkatan dari

vaskularisasidan hiperemia pada kulit dan otot di perineum dan vulva. Keadaan ini

disertai penipisanmukosa dan menghilangnya jaringan ikat dan hipertrofi dari sel otot

polos. Hal inilah yangmenyebabkan vagina

berwarna keunguan dan dikenal dengan tanda Chadwick.Perubahan pada vagina ini

merupakan fase persiapan vagina untuk persalinan yangmembutuhkan vagina yang

regang dengan mukosa yang semakin tebal, jaringan ikat yangmengendor, dan hipertrofi

dari sel otot polos. Regangan ini akan menyebabkan vaginamenjadi lebih panjang. Papil

mukosa juga akan mengalami hipertrofi dan membentukgambaran seperti paku

sepatu.Vagina juga akan mengeluarkan cairan. Volume sekresi ini akan meningkat,

dimanasekresi yang dihasilkan vagina berwarna keputihan, menebal, dengan pH pada

kisaran 3,5-6. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan dari produksi asam laktat

glikogen yangdihasilkan oleh epitel dari vagina sebagai respons dariLactobacillus

acidophilus.

2. Kulit

Pada dinding perut akan terjadi perubahan kulit menjadi berwarna kemerahan

dankusam. Terkadang hingga daerah payudara dan paha. Hal ini disebut dengan nama

Striaegravidarum.Striae ini terjadi karena pembesaran berlebihan pada payudara.

Pembesaranpayudara ini disebabkan karena adanyachorionic somatotropin, esterogen,

dan progesterone.Pada perempuan yang multipara akan dapat ditemukan garis berwarna

Page 40: Step 1-5 Kasus 1

perak berkilau selainstriae tersebut. Garis ini adalah sikatrik dari striae sebelumnya.

Kejadian ini dapat terjadi serupadengan tempat predileksi lainnya, diantaranya adalah :

Ukuran dan variasi pada wajah dan leher (chloasmaataumelasma gravidum).

Pigmentasi berlebih pada aerola dan daerah genital. Namun pigmentasi ini

akanberkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga dapat menyebabkan keadaan

ini.

- Hiperpigmentasi ini dapat dihasilkan dari cadangan melanin pada epidermaldan

dermal, namun penyebab pastinya masih belum diketahui. Pada akhirbulan kedua

kehamilan, kadar yang MSH meningkat masih diragukan sebagaipenyebabnya.

- Esterogen dan progesterone yang memiliki peran dalam melanogenesis

didugamenjadi faktor pendorongnya. Kedua hormone ini dapat

menstimulasimelanosit sehingga terjadi hiperpigmentasi kulit.

Meningkatnya esterogen dapat menyebabkan perubahan pada kulit seperti

spiderangioma dan palmar eritema.

3. Payudara

Air susu dari payudara perempuan yang sedang hamil tidak dapat keluar

dikarenakanadanyaprolactin inhibiting hormoneyang menekan sekresi dari hormon

prolaktin. Namunsetelah bulan pertama kehamilan, perempuan ini akan mengeluarkan

cairan berwarnakekuningan yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum ini disekresi dari

kelenjar asinus.Pada awal kehamilan pula, payudara perempuan akan terasa lebih lunak.

Melewatibulan kedua, ukuran payudara akan bertambah dan vena di bawah kulit akan

mulai terlihat,puting payudara akan menjadi lebih besar hitam, dan tegak. Kadar

esterogen yang tinggi danprogesterone yang dihasilkan oleh plasenta dapat menyebabkan

bertambahnya ukuranpayudara dan menjadi tegang. Lebih spesifiknya, esterogen akan

merangsang pertumbuhanduktus kelenjar mamae dan jaringan payudara. Sedangkan

progesterone berperan dalamperkembangan dari sistem alveoli kelenjar susu.Seusai

persalinan, kadar progesterone dan esterogen menurun sehingga pengaruhinhibisi

progesterone terhadap alfa-laktalbumin akan hilang. Hal ini akan menyebabkanprolaktin

meningkat dan merangsang sintesis dari lactose dan pada akhirnya meningkatkanproduksi

air susu. Di bulan yang sama, aerola ibu akan menjadi lebih besar dan kehitaman.Kelenjar

Page 41: Step 1-5 Kasus 1

sebasea dari aerola (kelenja Montgomery) akan membesar dan cenderungmenonjol

keluar. Apabila payudara semakin membesar maka striae yang terlihat pada perut juga

akan muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak memiliki hubungan

dengan jumlah air susu yang akan dihasilkan nantinya ketika setelah persalinan.

4. Perubahan metabolit

Penambahan berat badan yang terjadi pada ibu hamil sebagian besar terjadi

karenabayi yang sedang tumbuh di dalam uterus ibu. Diikuti dengan perkembangan

payudara ibu,penambahan volume darah dan cairan ekstraselular. Diperkirakan

penambahan berat badanyang terjadi sebanyak 12,5 kg. Standart penambahan berat badan

dapat diperhitungkan daribesar IMT yang dimiliki ibunya.Tabel 1. Rekomendasi

penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massatubuh

Kategori IMT Rekomendasi penambahan BB

(kg)

Rendah <19,8 12,5–18

Normal 19,8 -

2

6

11,5–16

Tinggi 26 -

2

9

7 –11,5

Obesitas >29 ≥7

Gemeli 16 - 20,5

Pada saat awal kehamilan, akan terjadi peningkatan jumlah cairan. Hal ini terjadi

secarafisiologis. Hal ini terjadi karena menurunnya osmolaritas dari 10 mOsm/kg yang

Page 42: Step 1-5 Kasus 1

disebabkankarena menurunnya ambang rasa haus dan sekresi dari

vasopressin.Peningkatan tekanan vena kava pada bagian bawah uterus akan menyebabkan

oklusiparsial vena kava yang pada akhirnya akan menyebabkan pitting edemepada kaki

dan tungkai,terutama pada usia akhir kehamilan.Kadar konsentrasi lemak, lipoprotein,

apolipoprotein, pada plasma akan meningkatseiring dengan kehamilannya. Lemak ini

sebagian besar disimpan pada sentral dan kemudianakan digunakan oleh fetus sebagai

nutrisi. Regulasi lemak ini dipengaruhi oleh hormonprogesterone dan esterogen. LDL

akan sampai pada puncaknya ketika hamil usia ke-36 minggu.HDL sampai pada

puncaknya ketika usia kehamilan ke-25 minggu dan berkurang hingga mingguke-32

kemudian akan menetap.Gejala metabolit lainnya yang dirasakan ibu hamil adalah mudah

lelah pada trimesterpertama. Hal ini dikarenakan sedang menurunnya BMR. Seiring

bertambahnya usia kehamilan,maka rasa lelah yang dirasakan ibu hamil tersebut akan

sedikit demi sedikit berkurang danmenghilang. Maka ibu hamil akan tampak lebih segar

kembali.

5. Sistem Kardiovaskular

Progesteron akan menurunkan resistensi vascular sistemik ketika kehamilan,

yangkemudian akan diikuti oleh menurunnya tekanan darah. Respon yang ditemukan

adalahcardiacoutput akan bertambah sebanyak 30-50%.Aktivasi dari sistem rennin-

angiotensin akan membuat sirkulasi angiotensin IImeningkat. Hal ini akan menyebabkan

retensi sodium dan air sehingga volume darah akanbertambah sebanyak 40%.

6. Sistem Pencernaan

Semakin besarnya uterus tentunya akan menggeser letak lambung dan usus. Hal

inidapat menyebabkan penurunan motilitas otot polos pada saluran pencernaan dan

penurunansekresi asam hidroklorid dan peptin di dalam lambung sehingga

menyebabkanpyrosis(heartburn) yang disebabkan karena tonus sfingter bawahesofagus

menurun karena perubahanletak lambung sehingga menyebabkan refluks asam lambung.

Selain itu progesterone akanmembuat otot polos gastrointestinal menjadi relaksasi

sehingga menyebabkan keterlambatanpengosongan lambung dan meningkatkan

refluks.Penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas dapat menyebabkan mual

dankonstipasi. Konstipasi disertai peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena

adanyapembesaran uterus dapat menyebabkan pendarahan.Gusi yang lebih hiperemis dan

Page 43: Step 1-5 Kasus 1

lunak dapat menyebabkan mudahnya terjadi pendarahanapabila ada trauma sedang saja.

Sedangkan hati tidak mengalami perubahan anatomi maupunmorfologinya. Pada uji

fungsi hati, kadar alkalin fosfatase akan meningkat hingga dua kali lipat,sedangkan serum

aspartat, alani transamin, gamma-glutamil transferase, albumin, dan bilirubinakan

menurun. Kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi dari kolelitiasis (batu

empedu).Penyebab mayor pada kejadian batu empedu di ibu hamil adalah batu

kolesterol.Kehamilan adalah “diabetogenic state” dengan penampakan resistensi insulin

danberkurangnya uptake glukosa perifer (karena meningkatnya level hormon plasenta

anti-insulin,terutamahuman placental lactogen(hPL). Mekanisme ini diatur untuk

memastikan suplaiglukosa ke fetus secara terus menerus.

7. Sistem Kemih

Ketika bulan pertama kehamilan, uterus akan menekan kandung kemih

sehinggaperempuan hamil cenderung lebih sering ingin berkemih dibandingkan dengan

perempuantidak hamil. Keadaan ini akan semakin hilang ketika usia kehamilan

bertambah karena uteruskeluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, kepala janin

mulai turun ke pintu atas ronggapanggul, kemudian keluhan tersebut akan muncul

kembali.Ketika hamil, ukuran ginjal juga akan membesar. GFR danrenal plasma

flow juga akanmeningkat. Pada ureter akan terjadi dilatasi, sisi kanannya akan lebih

membesar dibandingkanureter kiri. Hal ini mungkin terjadi karena ureter kiri dilindungi

oleh kolon sigmoid dan terdapattekanan yang kuat pada sisi kanan uterus, karena adanya

kejadian deksorotasi uterus. Dapat juga disebabkan karena ovarium kanan dengan posisi

melintang di atas ureter kanan. Hormonprogesteron juga mempengaruhi kejadian ini.

8. Sistem endokrin

Hormon Estrogen

Estrogen dalam bentuk estradiol, estron, dan estriol ditemukan dalam

konsentrasi tinggidivena uterine yang berarati bahwa estrogen dibuat

di plasenta. Segi-segi produksi estrogen olehplasenta ini penting

diketahui bila dikaitkan dengan adanya janin dengan glandula

suprarenalis.Estriol dalam air kencing merupakan estrogen penting dlam

kehamilan, dan janian besar  peranannya dalam pembentukannya, maka

Page 44: Step 1-5 Kasus 1

kadar estriol dalam air kancing dapat digunakanuntuk menilai keadaan

janin.

Fungsi Estrogen :

Menebalkan dinding otot uterus

Meningkatkan suplai darah uterus

Memperbesar payudara

Mempermudah perkembangan embrio

Hormon HCG

Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran tuba

fallopii , telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat

pada dindingnya. Sejak saat itulahplasenta mulai berkembang dan

memproduksi hCG yang dapat ditemukan dalam darah  serta air seni.

Keberadaan hormon protein ini sudah dapat  dideteksi dalam darah sejak

hari pertamaketerlambatan haid, yang kira-kira merupakah hari keenam sejak

pelekatan janin pada dindingrahim.

Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan,

terhitung sejakhari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami

penambahan kadar hormon hCGsebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan

kadar hormon ini biasanya ditandai denganmual dan pusing yang sering

dirasakan para ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terussecara

perlahan, dan hampir mencapai kadar  normal beberapa saat setelah

persalinan. Tetapi adakalanya kadar hormon ini masih di atas normal sampai 4

minggu setelah persalinan atau keguguran.

Kadar hCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui

pada kehamilan kembar dankasus hamil anggur (mola). Sementara pada

perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki,kadar hCG di atas normal bisa

mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanyaitu, kadar hCG

yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat

berartikehamilan terjadi di luar rahim (ektopik ) atau kematian janin yang biasa

disebut aborsi spontan.

Page 45: Step 1-5 Kasus 1

Korionik gonadotropin adalah suatu glikoprotein dengan

kemempuan untuk berkhasiatluteinizing, interstitial cellstimulating, dan

luteotropic. Hormone ini ditemukan di dalam darah danair kencing wanita hamil.

Bukti bahwa hormon ini dibuat didi plasenta adalah karena jaringanplasenta yang

dibiakkan ternyata menghasilkan hormone tersebut. Hormone yang  khas

untukkehamilan ini dibentuk oleh trofoblas hubungan ini doproduksi dan

ekresi HCG meningkat pula.

Fungsi hormone HCG adalah mempertahankan korpus luteum yang membuat

estrogendan progesterone sampai saat  plasenta terbentuk sepenuhnya dan

dapat membuat sendiriestrogen dan progesteron.Korionik somato-

mammotropin adalah hormon protein yang

merangsang pertumbuhan,mempunyai efek lactogenic dan luteotropic. Perubahan

dalam metabolisme hidrat arang danlemak sewaktu kehamilan disebabkan oleh

hormon ini.

Hormon progesterone

Hormon ini berfungsi membangun lapisan dinding rahim untuk

menyangga plasenta,mencegah kontraksi/ oengerutan otot-otot rahim sehingga

menghindari persalinan dini, danmenyiapkan payudara untuk menyusui.

Di lain sisi, progesterone akan membuat pembuluh darahmelebar.

Akibatnya tekanan darah menjadi turun, dan ibu akan merasa pusing.

Terkadangmenyebabkan sistem pencernaan terganggu, seperti perut kembung atau

sembelit,mempengaruhi suasana hati ibu saat hamil, serta meningkatkan

suhu tubuh dan menyebabkan mual

Progesterone ditemukan dalam darah yang keluar dari plasenta

dalam konsentrasi yanglebih tinggi. Ini berarti bahwa progesterone dibentuk di

dalam plasenta. Enzim ±enzim di plasentamembentuk progesterone dari

kolesterol di dalam darah melalui pregnenolon.

Steroid yang dibentuk oleh plasenta adalah estrogen dan

progesteron. Pengaru estrogenpada tingkat sel pengaruhnya adalah terhadap

system enzim meningkatkan RNA, dan sintesaprotein. Estrogen juga mendukung

Page 46: Step 1-5 Kasus 1

pertumbuhan otot-otot uterus melalui system enzim danpeningkatan sirkulasi

darah di uterus. Retensi air dalam kehamilan juga pengaruh estrogen.

Progesterone yang pada permulaan kehamilan dibuat oleh korpus

luteum setelahplasenta terbentuk, sinsitium dari trofoblas yang

membuatnya. Progesterone dalam kehamilnmenenagkan otot-otot polos ,

terutama dari uterus , juga dari ureter, lambung dan usus. Selanjutnya

estrogen dan progesterone menumbuhkan tubulus-tubulus serta alveolus-alveolus

pada mamma.

Estrogen dan progesterone merupakan hormone yang penting

selama kehamilan.Masing-masing hormone ini mempunyai fungsi  yang

berbeda.

Fungsi Progesteron :

Mencegah ovulasi

Membantu dalam perkembangan endometrium

Relaksasi otot-otot dinding uterus sampai proses persalinan dimulai

Menyiapkan sel-sel khusus payudara menghasilkan ASI

9. Sistem muskuloskeletal

Page 47: Step 1-5 Kasus 1

Perubahan musculoskeletal yang sering terjadi pada ibu hamil adalah lordosis

yangterjadi pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan adanya perbesaran uterus ke arah

anterior, lordosisakan menggeser pusat daya berat ke arah kedua tungkai.

10. Sistem Imun

Imunitas selular akan menurun ketika sedang hamil. Perempuan yang sedang

hamilbiasanya risiko terkena infeksi virus akan bertambah.

11. Sistem Hematologi 

Ibu hamil biasanya menunjukkan hiperkoagulasi dengan meningkatnya level

sirkulasidari faktor 1 (fibrinogen), VII, VIII, IX, dan X. Perubahan ini untuk menjaga ibu

dari kehilangandarah yang berlebihan pada saat kelahiran.

12. Sistem Pernapasan

Page 48: Step 1-5 Kasus 1

Adaptasi pernapasan ketika sedang hamil dibuat untuk mengoptimalkan oksigenasi

ibudan bayi yang berada di dalam kandungannya, dan juga untuk memfasilitasi

transferkarbondioksida dari fetus ke ibunya. Mekanisme pernapasan akan berubah selama

hamil.Tulang rusuk akan menjadi lebih mengembang dan letak diafragma akan naik 4

cm.

Fisiologi Pertumbuhan Janin

               Suatu kehamilan matur biasanya akan berlangsung selama

280 hari atau 10 bulan arab (lunar monash) yang dihitung dari hari

pertama mendapat haid terakhir. Pada 2 minggu pertama, hasil

konsepsi masih merupakan perkembangan dari ovum yang dibuahi,

dari minggu ke-3 sampai ke-6 disebut mudigah (embrio), dan sesudah

minggu ke-6 mulai disebut fetus. Perubahan-perubahan dan

organogenesis terjadi pada berbagai periode kehamilan.

               Perubahan-perubahan dari organogenesis yang terjadi pada

berbagai periode kehamilan :

Umur

Kehamil

an

Panjan

g

Fetus

Pembentukan Organ

4

minggu

7,5 mm

– 10

mm

Rudimental mata, telinga, dan

hidung.

8

minggu

2,5 cm Hidung, kuping, jari-jemari mulai

dibentuk, kepala menekuk ke dada.

12

minggu

9 cm Daun kuping lebih jelas, kelopak

mata melekat, leher mulai

Page 49: Step 1-5 Kasus 1

berbentuk, alat kandungan luar

terbentuk namun belum

terdiferensiasi.

16

minggu

16-18

cm

Genetalia eksterna terbentuk dan

dapat dikenal, kulit tipis dan warna

merah.

20

minggu

25 cm Kulit lebih tebal, rambut mulai

tumbuh di kepala, dan rambut

halus (lanugo) tumbuh di kulit.

24

minggu

30-32

cm

Kedua kelopak mata tumbuh alis

dan bulu mata serta kulit keriput.

Kepala besar. Bila lahir dapat

bernafas tetapi hanya dapat

bertahan hidup beberapa jam saja.

28

minggu

35 cm Kulit warna merah ditutupi verniks

kaseosa. Bila lahir, dapat bernafas,

menangis pelan dan lemah, bayi

imatur.

32

minggu

40-43

cm

Kulit merah dan keriput. Bila lahir,

kelihatan seperti orang tua kecil

(little old man).

36

minggu

46 cm Muka berseri, tidak keriput. Bayi

premature.

40

minggu

50-55

cm

Bayi cukup bulan. Kulit licin, verniks

kaseosa banyak, rambut kepala

tumbuh baik, organ-organ baik.

Pada pria, testis sudah berada

dalam skortum, sedangkan pada

wanita, labia majora berkembang

baik. Tulang-tulang kepala

Page 50: Step 1-5 Kasus 1

menulang. Pada 80% kasus telah

terjadi center-osifikasi pada epifis

tibia proksimal.

Pernafasan Janin

Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah

memiliki kemampuan untuk melakukan pertukaran gas.

Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 – 4 generasi alvoulus. Epitel yang

semula berbentuk kubis merubah menjadi pipih saat pernafasan

pertama.

Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan saluran

nafas lain. Saat ini, paru mengeluarkan surfactan lipoprotein yang

memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir dan

membantu mempertahankan volume ruangan udara dalam paru.

Sampai kehamilan 35 minggu jumlah surfactan masih belum

mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin membrane

disease.

Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin

sering dengan bertambahnya usia kehamilan

Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas

sebanding dengan perbedaan tekanan partial masing-masing gas dan

luas permukaan dan berbanding terbalik dengan ketebalan membran.

Jadi plasenta dapat dilihat sebagai “paru” janin intrauterin.

Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah

ibu, namun oleh karena darah janin mengandung banyak HbF maka

saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat mencukupi kebutuhan.

PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih tinggi dibandingkan darah ibu

sehingga CO2 akan mengalami difusi dari janin ke ibu.

Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi

cairan amnion kedalam bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam

alveolus diperlukan tekanan yang lebih besar. Episode hipoksia berat

Page 51: Step 1-5 Kasus 1

pada kehamilan lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan

“gasping” sehingga cairan amnion yang kadang bercampur dengan

mekonium masuk keparu bagian dalam.

Sirkulasi Darah Janin

Perubahan mendadak dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin

memerlukan penyesuaian sirkulasi neonatus berupa :

pengalihan aliran darah dari paru,

penutupan ductus arteriosus Bottali dan foramen ovale serta

obliterasi ductus venosus Arantii dan vasa umbilikalis.

Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase :

1. Fase intrauterin dimana janin sangat tergantung pada plasenta

2. Fase transisi yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama

3. Fase dewasa yang umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan

pertama kehidupan

1.      Fase intrauterin

Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta

menuju janin (gambar 2 dan 3 )

Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan menuju plasenta melewati

arteri umbilikalis. Cardiac out-put terus meningkat sampai aterm

dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk

mempertahankan cardiac output tersebut 110 – 150 kali per menit.

Tekanan darah fetus terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan

35 minggu tekanan sistolik 75 mmHg dan tekanan diastolik 55 mmHg

Sel darah merah, kadar hemoglobin dan “packed cell volume” terus

meningkat selama kehamilan. Sebagian besar eritrosit mengandung

HbF

Pada kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung HbF.

Ada kehamilan 36 minggu, terdapat 70% HbF dan 30% Hb A.

HbF memiliki kemampuan mengikat oksogen lebih besar dibanding

HbA. HbF lebih resisten terhadap hemolisis namun lebih rentan

Page 52: Step 1-5 Kasus 1

terhadap trauma.

 Gambar 1. Sirkulasi Darah Janin

Gambar 2. Transfer O2 dan CO2 dalam Plasenta

2.      Fase transisi

Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika

janin

1. Ligasi talipusat yang menyebabkan kenaikan tekanan arterial

2. Kenaikan kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal

pernafasan janin

Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih

rendah (-40 sampai – 50 mmHg) ; setelah jalan nafas mengembang,

Page 53: Step 1-5 Kasus 1

tekanan meningkat kearah nilai dewasa yaitu -7 sampai -8 mmHg.

Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi terus menurun

sampai 75 – 80%. Tekanan dalam arteri pulmonalis menurun sampai

50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat.

Sirkulasi neonatus menjadi sempurna setelah penutupan ductus

arteriousus dan foramen ovale berlangsung, namun proses

penyesuaian terus berlangsung sampai 1 – 2 bulan kemudian.

3.      Fase Ekstrauterin

Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode

post natal sebagai reflek adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin.

Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang

berkurang saat diastolik (“machinery murmur”) yang terdengar diatas

celah intercosta ke II kiri.

Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 – 8 minggu.

Foramen ovale tetap ada pada beberapa individu tanpa menimbulkan

gejala. Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena cava menyisakan

ligamentum venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi

ligamentum teres hepatis.

Hemodinamika orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal :

1. Darah vena dan arteri tidak bercampur dalam atrium

2. Vena cava hanya membawa darah yang terdeoksigenasi menuju

atrium kanan, dan selanjutnya menuju ventrikel kanan dan kemudian

memompakan darah kedalam arteri pulmonalis dan kapiler paru

3. Aorta hanya membawa darah yang teroksigenasi dari jantung kiri

melalui vena pulmonalis untuk selanjutnya di distribusikan keseluruh

tubuh janin.

Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)

1.      Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah

menjalankan fungsi yang sebenarnya.

Page 54: Step 1-5 Kasus 1

2.      Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang

terkandung didalamnya melalui aktivitas enzymatik dan bakteri

dirubah menjadi mekonium. Mekonium tetap berada didalam usus

kecuali bila terjadi hipoksia hebat yang menyebabkan kontraksi otot

usus sehingga mekonium keluar dan bercampur dengan cairan

ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan mekonium dalam

cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan

bukan merupakan indikasi adanya hipoksia akut.

3.      Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen

dan zat besi

4.      Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oelh karena

pembentukannya tergantung pada aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin

K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada beberapa hari

pertama pasca persalinan.

5.      Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa

yang memadai dalam hepar belum terjadi saat kehidupan neonatus.

Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur karbohidrat seperti

cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien. Dengan

demikian, hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang

sering terjadi bila janin berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi.

6.      Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas

sehingga bilirubin tak dapat langsung dikonjugasi menjadi empedu.

Setelah hemolisis fisiologis pada awal neonatus atau adanya hemolisis

patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern icterus.

Saluran Kemih (Traktus Urinarius)

1.      Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai

kehamilan minggu ke 36. Ginjal tidak terlampau diperlukan bagi

pertumbuhan dan perkembangan janin.

2.      Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam keadaan normal akan

mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada janin. Pembentukan

Page 55: Step 1-5 Kasus 1

urine dimulai pada minggu 9 – 12. Pada kehamilan 32 minggu,

produksi urine mencapai 12 ml/jam, saat aterm 28 ml/jam. Urine janin

adalah komponen utama dari cairan amnion.

Sistem Imunologi

1.      Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi

terhadap antigen maternal atau invasi bakteri sangat buruk. Respon

imunologi pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke 20

2.      Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam

bentuk perlindungan pasif yang menetap sampai beberapa saat pasca

persalinan.

3.      Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit –

monosit dan limfosit

4.      Granulosit : granulosit eosinofilik – basofilik dan neutrofilik

5.      Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] dan B-cells [derivat dari

“Bone Marrow”]

6.      Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG –

IgM – IgA - IgD dan IgE

7.      Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM.

Pembentukan IgG semakin meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan.

8.      Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada

tidaknya infeksi intra uterin. Kadar serum IgG janin aterm sama

dengan kadar maternal oleh karena dapat melewati plasenta. IgG

merupakan 90% dari antibodi serum jain yang berasal dari ibu. IgM

terutama berasal dari janin sehingga dapat digunakan untuk

menentukan adanya infeksi intrauterin.

Sistem Endokrinologi

1.      Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada

tubuh janin.

Page 56: Step 1-5 Kasus 1

2.      Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh

sel B pankreas. Insulin maternal tidak dapat melewati plasenta

sehingga janin harus membentuk insulin sendiri untuk kepentingan

metabolisme glukosa.

3.      Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise

anterior terdapat pada janin, namun peranan sebenarnya dari hormon

protein pada kehidupan janin belum diketahui dengan pasti.

4.      Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi

hormon steroid dalam jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti

yang terjadi pada janin anensepali dapat menyebabkan kehamilan

postmatur.

5.      Janin memproduksi TSH – thyroid stimulating hormon sejak minggu

ke 14 yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 .

DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz G, Hanafiah TM. Ilmu Kebidanan: Diagnostik kehamilan. FKUI:

DepartemenObstetri Ginekologi. 2010. Pg. 214-20

Alison Burke Medical and Scientific Illustration. Pregnancy: Hegar sign and fundal

height.Available athttp://www.alison-burke.com/works-medicine.html(accessed on

Oct 23rd2012).4.

Cunningham et all. 2005. Williams Obstetric 22nd edition. USA.

Mcgraw - Hill. Edmonds, D. Keith. 2007. Dewhurst's Textbook of Obstetrics & Gynaecology.

7th edition. UK : Blackwell Publishing.

Norwitz E., Schorge JO. 2001. Obstetric and Gynecology at a Glance. London. Blackwell

Science.

Page 57: Step 1-5 Kasus 1

Norwitz ER, Schorge JO. Obstetrics and gynaecology at a glance. London: Blackwell

Science.2001. Pg. 80-1.3.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Sulin D. Ilmu Kebidanan: Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil.

FKUI:Departemen Obstetri Ginekologi. 2010. Pg. 174-86.2.