solida

9
78 Mahdi Jufri, Rosmala Dewi Akhmad Ridwan Firli Departemen Farmasi FMIPA-Universitas Indonesia, Depok PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Banyak penelitian melaporkan bahwa jenis pati dari berbagai tanaman dapat dimanfaatkan sebagai substitusi bahan-bahan pembantu yang telah dikenal dalam formulasi tablet (Wade & Weelr PJ, 1994). Salah satu bahan yang dapat dikembang- STUDI KEMAMPUAN PATI BIJI DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DALAM TABLET KETOPROFEN SECARA GRANULASI BASAH Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus 2006, 78 - 86 ISSN : 1693-9883 ABSTRACT Many type of starch from various plants can be exploited as an alternative for additional materials in tablet formulation. One of the source that have been devel- oped as a pharmaceutical excipient is durian seed starch, which relatively easy to find in tropic area such as Indonesia. The objective of this research was to observe the ability of durio seed starch as binder in wet granulation of ketoprofen tablet formu- lation. Durio seed starch obtained by extraction and drying methode. Starch as a paste used in wet granulation as a binder. Tablet made by wet granulation with ketoprofen (25%) as a drug model; calcium phosphate dihidrate as a diluent; Avicel® PH 102 as a disintegrant; magnesium stearat (1%) and talc (2%) as a lubricant. Placebo formula with various durio seed starch concentration (5%, 6%, 8%, 10%) in tablet compared to other binder that is cassava starch. Placebo tablet formula with better hardness and friability used in ketoprofen tablet formula and compared to cassava starch as a binder with the same concentration. Formula with durio seed starch as binder have smaller hardness and more friable than cassava starch as a binder. Thereby tablet with durio seed starch as binder have faster disintegration time than tablet with cassava starch as a binder. The dissolution test for both ketoprofen formula did not meet the pharmacopeial requirements. Key words : durio, starch, ketoprofen kan sebagai bahan eksipien dalam sediaan farmasi yaitu pati biji durian. Biji durian relatiff mudah di dapat karena tanaman durian dibudidaya- kan di daerah tropis seperti Indone- sia. Pencarian bahan-bahan baru yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat untuk granulasi basah telah dimulai antara lain penggunaan pati biji durian dalam formulasi tablet. Corresponding author : E-mail : [email protected].

Upload: oktavia-catur-xenograf

Post on 25-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

solida

TRANSCRIPT

Page 1: solida

78

Mahdi Jufri, Rosmala Dewi Akhmad Ridwan Firli

Departemen Farmasi FMIPA-Universitas Indonesia, Depok

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBanyak penelitian melaporkan

bahwa jenis pati dari berbagaitanaman dapat dimanfaatkan sebagaisubstitusi bahan-bahan pembantuyang telah dikenal dalam formulasitablet (Wade & Weelr PJ, 1994). Salahsatu bahan yang dapat dikembang-

STUDI KEMAMPUAN PATI BIJI DURIAN

SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DALAM

TABLET KETOPROFEN SECARA

GRANULASI BASAH

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus 2006, 78 - 86ISSN : 1693-9883

ABSTRACT

Many type of starch from various plants can be exploited as an alternative foradditional materials in tablet formulation. One of the source that have been devel-oped as a pharmaceutical excipient is durian seed starch, which relatively easy tofind in tropic area such as Indonesia. The objective of this research was to observe theability of durio seed starch as binder in wet granulation of ketoprofen tablet formu-lation. Durio seed starch obtained by extraction and drying methode. Starch as apaste used in wet granulation as a binder. Tablet made by wet granulation withketoprofen (25%) as a drug model; calcium phosphate dihidrate as a diluent; Avicel®PH 102 as a disintegrant; magnesium stearat (1%) and talc (2%) as a lubricant.Placebo formula with various durio seed starch concentration (5%, 6%, 8%, 10%)in tablet compared to other binder that is cassava starch. Placebo tablet formula withbetter hardness and friability used in ketoprofen tablet formula and compared tocassava starch as a binder with the same concentration. Formula with durio seedstarch as binder have smaller hardness and more friable than cassava starch as abinder. Thereby tablet with durio seed starch as binder have faster disintegrationtime than tablet with cassava starch as a binder. The dissolution test for both ketoprofenformula did not meet the pharmacopeial requirements.

Key words : durio, starch, ketoprofen

kan sebagai bahan eksipien dalamsediaan farmasi yaitu pati biji durian.Biji durian relatiff mudah di dapatkarena tanaman durian dibudidaya-kan di daerah tropis seperti Indone-sia. Pencarian bahan-bahan baru yangdapat digunakan sebagai bahanpengikat untuk granulasi basah telahdimulai antara lain penggunaan patibiji durian dalam formulasi tablet.

Corresponding author : E-mail : [email protected].

Page 2: solida

79Vol. III, No.2, Agustus 2006

Pada penelitian ini pati biji durianyang digunakan diharapkan memilikikemampuan sebagai bahan pengikatdalam pembuatan tablet granulasibasah. Akan diselidiki konsentrasioptimum dari pati biji durian yangmemenuhi persyaratan sebagai bahanpengika tablet. Selain itu ingindiketahui sampai sejauh mana penga-ruh penggunaan pati biji durian padaberbagai tahap pembuatan tablet,serta pengaruhnya terhadap karak-teristik tablet.

Pada penelitian ini ketoprofendigunakan sebagai model. Obat initermasuk anti inflamasi dengan efekanalgesik,antipiretik. Ketoprofenterbukti efektif secara oral dan diindi-kasikan untuk mengatasi arthritisrheumatoid dan osteoarthritis.

B. TUJUAN PENELITIANPenelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuanpati biji durian, yang digunakansebagai bahan pengikat (binder)dalam formulasi tablet ketoprofensecara granulasi basah dan diharap-kan dapat menghasilkan tablet yangmemenuhi persyaratan farmakope.

BAHAN DAN CARA KERJA

A. BAHANPati biji durian, Ketoprofen

(Chemo S.A, Swiss), Avicel® PH 102(PT Eka Cita Dian Persada), Magne-sium Stearat, Talk, Pati singkong,Natrium hidroksida P (Merck), Asamsulfat LP (Merck), Amonium kar-

bonat P (Merck), Kalium dihidrogenfosfat P (Merck).

B. ALATPengayak, oven, spektrofoto-

meter UV-Visibel (Shimadzu UV-1601), pHmeter (Jenway 3010), mesinpencetak tablet single punch (ErwekaGDT), hardness tester (Erweka TBH28), friabilator (Erweka TAR), disin-tegrator tester (Erweka 273), alat ujidisolusi tipe-1 (electrolab), white-nessmeter (Kett), dan alat-alat gelas.

C. CARA KERJA

1. Pembuatan Pati biji durianPati biji durian dibuat dengan

menggunakan metode ekstraksi, danpengeringan. Pati diperoleh denganmengekstraksi pati yang terdapatpada bagian kotiledon dari biji. Bijidengan panjang 5 cm lebar 3 cmberumur 4 bulan diperoleh dari pasarPalmerah. Biji dibersihkan daribagian selubung luar dan kulit arinya.Selanjutnya biji dipotong kecil-kecilberdiameter 2 cm, dan dihancurkanmenggunakan blender dengan ban-tuan air. Bahan selanjutnya diperasmenggunakan kain flanel melaluisaringan ke dalam wadah hinggaampas tidak mengeluarkan airperasan lagi. Suspensi yang dihasil-kan kemudian didekantasi. Pati yangdihasilkan kemudian dikeringkandengan cara dijemur pada sinarmatahari hingga kering, lalu diserbukkan dan diayak dengan ayak-an 125 mesh.

Page 3: solida

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN80

2. Karakterisasi Pati biji durianPati yang telah selesai diisolasi,

lalu di uji karakterisasi antara lainpenetapan susut pengeringan, pene-tapan sisa pemijaran, penetapan pHderajat putih, kadar amilosa, indekskompresibilitas, bentuk dan ukuranpartikel.

3. Pembuatan Tableta. Pembuatan tabet plaseboBerbagai formula tablet plasebo

dibuat dengan metoda granulasibasah dengan pati durian sebagaibahan pengikat. Hasilnya dilakukanevaluasi sesuai persyaratan uji fisikpada farmakope Indonesia edisi IV.Formula tablet plasebo dengan pa-rameter yang terbaik (A dan B)dipilih untuk pembuatan tabletketoprofen (lihat tabel 1).

b. Evaluasi tablet KetoprofenEvaluasi masing-masing formula

tablet ketoprofen seperti massa tab-let, keseragaman ukuran, kekerasan,keregasan, keseragaman kandungandan uji waktu hancur serta disolusimengikuti metoda yang dipersyarat-kan farmakoe Indonesia edisi IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Pati Biji DurianPati yang diperoleh dari biji

durian dengan rendemen sebesar18,46% berupa serbuk berwarna pu-tih kecoklatan dengan nilai derajatputih sebesar 71,23%. Susut penge-ringan dan sisa pijarnya masing-masing sebesar 12,05% dan 4,41%.Suspensi pati biji durian mempunyaipH 4,96. Kadar amilosa dari pati bijidurian yang diperoleh sebesar26,607%. Sedangkan densitas bulkdan densitas mampatnya masing-masing 0,3704 g/cm3 dan 0,513 g/cm3

dengan indeks kompresibilitas se-besar 27,78% (Tabel 1). Mikrografelektron dari partikel pati biji durianyang diamati dengan menggunakanScanning electron Microscopy terlihatseperti Gambar 1.

2. Formulasi Tablet KetoprofenFormula tablet ketoprofen di-

pilih dari formula tablet plasebo yangmengandung pati biji durian sebagaibahan pengikat dengan parameterevaluasi yang memenuhi syarat. For-

Tabel 1. Formula tablet Ketoprofen

Bahan Jumlah (mg)A B

Ketoprofen 50 50

Dikalsium fosfat 118 118

Avicel® PH 102 10 10

Pati singkong - 16

Pati biji durian 16 -

Mg Stearat 2 2

Talk 4 4

Keterangan :Setiap formula dibuat 200 tablet denganbobot masing-masing 200 mg/tablet.Formulasi tablet Ketoprofen dibuatsetelah memperoleh konsentrasi pati bijidurian yang dapat digunakan sebagaibahan pengikat.

Page 4: solida

81Vol. III, No.2, Agustus 2006

mula tablet keto-profen dengan patibiji durian sebagaibahan pengikat di-bandingkan de-ngan formula yangmenggunakan patisingkong sebagaipengikat dengankonsentrasi yangsama sehingga da-pat dilihat kemam-puan pati biji du-rian sebagai bahanpengikat. Hasilevaluasi masing-masing formulatablet ketoprofen seperti laju alirmassa tablet, kompresibilitas, kese-ragaman ukuran, kekerasan, kere-

gasan, keseragaman kandungan danuji waktu hancur dapat dilihat padaTabel 2.

Tabel 2. Data evaluasi tablet ketoprofen formula A dan B

Parameter

Formula FormulaA B

Laju alir massa (g/dtk) 5,128 5,00

Densitas bulk (g/cm3) 0,4762 0,50

Densitas mampat (g/cm3) 0,5882 0,5882

Indeks kompresibilitas (%) 19,047 15,0

*Bobot rata-rata (mg) 200,85 + 1,76 198,0 + 2,50

*Diameter (mm) 8,04 8,05

*Tebal rata-rata (mm) 3,19+ 0,29 3,18+ 0,21

Kekerasan rata-rata (kP) 2,176 4,034

Kadar ketoprofen (%) 100,11 + 0,99 101,9 + 1,39

Keregasan (%) 0,6753 0,2274

^Waktu hancur (menit) 0,11 15,925

*n = 20

Gambar 1. Micrograph elektron pati biji duriandengan perbesaran 2000 kali.

Page 5: solida

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN82

Grafik jumlah ketoprofen terdi-solusi dalam medium dapar fosfatpH 7,2 terhadap waktu dapat dilihatpada Gambar 2.

PEMBAHASAN

1. Karakterisasi Pati biji durian Sisa pijar pati biji durian yang

diperoleh sebesar 4,41%. Besarnyasisa pijar dari pati biji durian menun-jukkan tingginya kandungan mineraldalam pati tersebut. Kation-kationdalam pati bisa berasal dari pati itusendiri dan dari proses pembuatanpati dengan menggunakan air tanahyang banyak mengandung mineral(Swinkels JJM 1985).

Amilosa dapat mempengaruhiproses pengembangan pati dantingkat kekentalan pati. Amilosa

berperan dalam pembentukan gelsedangkan amilopektin membentuksifat viskoelastis. Semakin besarkadar amilosa, maka semakin kecilkemampuan mengembangnya patidan kekuatan gel semakin rendah.Peningkatan kadar amilosa mengu-rangi daya ikat pati dan menurunkankekuatan gel. Pati biji durian memiikikadar amilosa sekitar 26,607%. (ZobelHF, 1992).

Pati biji durian hasil isolasiberwarna putih kecoklatan denganderajat putih 71,23%. Nilai derajatputih pati dipengaruhi oleh warnadari bahan yang akan diisolasi, dalamhal ini adalah kotiledon dari biji du-rian yang berwarna putih keku-ningan. Selain itu kualitas air yangdigunakan pada proses isolasi patijuga menentukan derajat putih pati.Kebersihan dan kualitas air yang baik

Gambar 2. Grafik jumlah ketoprofen terdisolusi pada tablet formula A dan Bdalam medium dapar fosfat pH 7,2.

Page 6: solida

83Vol. III, No.2, Agustus 2006

selama proses isolasi akan meng-hasilkan pati yang lebih putih dankualitas yang lebih baik.

Dari mikrograf elektron pati bijidurian terlihat bentuk partikel patibiji durian serupa dengan bentuk patipada umumnya yaitu bentuk granulbulat dengan bagian ujung yangmembulat seperti topi baja.

Indeks kompresibilitas merupa-kan parameter kemampuan serbukuntuk dapat dimampatkan. Indekskompresibilitas ditentukan dari duavariabel yaitu densitas bulk dandensitas mampat. Indeks kompre-sibilitas pati biji durian sebesar yangdiperoleh sebesar 27,78%.

Pati biji durian memiliki densitasbulk 0,3704 g/cm3. Hal tersebutmenunjukkan bahwa pati biji durianmemiliki ukuran partikel yang relatifkecil. Partikel dengan ukuran lebihkecil akan membentuk massa dengankerapatan lebih besar, akibat pengu-rangan rongga-rongga antar partikel.Selain itu bentuk partikel juga mem-pengaruhi densitas bulk dimanapartikel– partikel dengan bentuk irre-gular cenderung memiliki porositasbesar diakibatkan rongga-ronggaantar partikel yang terisi oleh udarasehingga densitas bulk lebih kecil.(Gordon RE et all 1989).

a. Evaluasi tablet ketoprofen

1) Uji visualTablet formula A dan B memiliki

permukaan yang halus dan tepi yanglicin. Penampakan warna tablet pada

masing–masing formula hampir samayaitu berwarna putih.

2) Keseragaman ukuranDiameter tablet formula A dan

B relatif konstan karena digunakan-nya punch yang sama, begitu jugadengan ketebalan tablet. Kedua for-mula menunjukkan keseragamanukuran tablet yang hampir sama. Halini menunjukkan bahwa pada formu-lasi tablet ketoprofen, kedua bahanpengikat memiliki kesamaan dayaikat terhadap massa tablet ketopro-fen, sehingga dihasilkan tablet de-ngan ukuran relatif sama (Tabel 2).

Ketebalan tablet pada kedua for-mula yang berkisar antara 3,18 – 3,19mm dapat diterima dan memenuhisyarat Farmakope Indonesia edisi IVyaitu diameter tablet tidak lebih dari3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kalitebal tablet.

3) Keseragaman bobotTablet formula A dan B memiliki

keseragaman bobot yang baikdilihat dari koefisien variasi yangdihasilkan. Tablet tersebut memenuhipersyaratan keseragaman bobot padafarmakope Indonesia edisi III yaitutidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang daribobot rata-ratanya lebih besar dari7,5% dan tidak satu tabletpun yangbobotnya menyimpang dari bobotrata-ratanya lebih dari 15%. Kese-ragaman bobot pada formulasi harusdisesuaikan untuk mempertahankankuantitas dari unit dosis zat aktif(Anonim, Depkes RI, 1979).

Page 7: solida

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN84

4) KekerasanPada konsentrasi pati yang sama,

formula D memiliki kekerasan lebihrendah dibandingkan dengan for-mula F. Bila dikaitkan dengan den-sitas bulk, massa tablet dengandensitas bulk yang rendah meng-hasilkan tablet dengan kekerasanyang rendah. Hal ini terlihat padanilai densitas bulk dari formula Alebih rendah dari pada formula Bsehingga nilai kekerasan tablet Alebih rendah dari pada tablet B.

5) KeregasanDari hasil uji keregasan terlihat

bahwa formula A lebih regas dari for-mula B, namun masih memenuhipersyaratan keregasan tablet.

Perbedaan nilai kekerasan ber-pengaruh terhadap keregasan tabletyang dihasilkan. Tablet dengan keke-rasan yang kecil cenderung lebihregas dan pecah menjadi serpihan-serpihan. Faktor lain yang mem-pengaruhi keregasan tablet adalahkelembaban, dimana granul dengankadar air yang rendah memiliki dayakohesif yang kecil, sehingga meng-hasilkan tablet dengan keregasanyang lebih tinggi dibandingkandengan yang memiliki kadar air 2-4% (Banker GS & Anderson NR,1986))

6) Penetapan kadarFarmakope Indonesia edisi IV

mencantumkan bahwa kapsul keto-profen mengandung ketoprofentidak kurang dari 92,5% dan tidaklebih dari 107,5% dari jumlah yang

tertera pada etiket. Kedua formulatablet yang dibuat memenuhi per-syaratan tersebut dengan nilai ko-efisien variasi yang sesuai denganpersyaratan.

7) Waktu hancurFormula A dan B memiliki waktu

hancur yang sangat berbeda (Tabel3). Perbedaan ini terutama disebab-kan karena perbedaan nilai kekerasandari masing-masing tablet. Tablet Adengan kekerasan yang lebih kecilmempunyai waktu hancur yang lebihcepat dari pada formula B yangmemiliki nilai kekerasan lebih besar.Tablet yang keras mempunyaibentuk yang lebih kompak denganporositas yang kecil sehingga meng-hambat penetrasi air ke dalam tabletdan akhirnya memperlama waktuhancur tablet.

8) Uji disolusiUji disolusi merupakan para-

meter yang menunjukkan kecepatanpelarutan obat dari tablet. Lajudisolusi terkait dengan efikasi dariproduk tablet serta terhadap per-bedaan bioavailibilitas antar formula.Pada dasarnya laju disolusi diukurdari jumlah zat aktif yang terlarutpada waktu tertentu ke dalam me-dium cair yang diketahui volumenyapada suatu waktu tertentu pada suhuyang relatif konstan. Pada penelitianini digunakan medium cair daparfosfat pH 7,2 yang mewakili cairansaluran cerna seperti yang terterapada Farmakope Indonesia edisi IV.Kemudian dilakukan uji disolusi tab-

Page 8: solida

85Vol. III, No.2, Agustus 2006

let ketoprofen pada alat disolusi tipekeranjang dengan kecepatan 150 rpmdalam variasi waktu pada menit ke5; 10; 15; 30; 45; dan 60 setelah tabletdimasukkan ke dalam alat uji. Lalukadarnya diperiksa dengan alatspektrofotometer UV-visibel padapanjang gelombang 260,6 nm. Setelahitu ditentukan jumlah pelepasanketoprofen dengan menggunakanperhitungan . Dari jumlah ketoprofenyang dilepaskan tiap interval waktudapat dibuat grafik ketoprofen ter-disolusi dari kedua formula (Gb. 2)

Menurut Farmakope Indonesia(Anonim, Farmakope Indonesia,1995)jumlah ibuprofen yang dilepaskandalam waktu 30 menit tidak kurangdari 70% (Q) dari jumlah yang terterapada etiket. Ketentuan ini dijadikansyarat penentuan disolusi ketoprofenkarena ketoprofen dan ibuprofenmerupakan obat AINS dari golonganyang sama yaitu turunan asam pro-pionat. Kedua formula ketoprofentersebut jauh dibawah persyaratan,hanya sekitar 30% pada menit ke 60.Hal ini disebabkan karena pengisiyang digunakan yaitu dikalsiumfosfat yang merupakan pengisi yangtidak larut air dan bersifat sedikithidrofob. Sifat ini dapat membatasikelarutan dari partikel obat yangmengakibatkan mengurangi disolusi-nya. Penggunaan pati dalam formu-lasi juga menyebabkan terbentuknyalapisan gel tipis yang dapat meng-hambat pelepasan obat.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULANDari penelitian ini dapat disim-

pulkan bahwa pati biji durian dapatdigunakan sebagai bahan pengikattablet ketoprofen granulasi basah.Tablet yang menggunakan pati bijidurian sebagai bahan pengikatmemiliki waktu hancur yang lebihcepat dari pada tablet yangmenggunakan pati singkong sebagaibahan pengikat. Kedua formula tab-let ketoprofen tidak memenuhi syaratuji disolusi pada Farmakope Indone-sia edisi IV.

B. SARANPada pengembangan selanjutnya

sebaiknya dilakukan penelitian lebihlanjut untuk mengetahui kemampuanpati biji durian sebagai bahan peng-hancur dalam granulasi kering atautablet kempa langsung.

DAFTAR ACUAN

Anonim, Direktorat Jenderal POMDepartemen Kesehatan RI. Far-makope Indonesia Edisi III. Jakarta:Departemen Kesehatan RI, 1979:6-8.

Anonim, Direktorat Jenderal POMDepartemen Kesehatan RI. Far-makope Indonesia Edisi III. Jakarta:1995, Departemen Kesehatan RI.

Anonim, US Pharmacopoeia & Na-tional Formulary. The OfficialCompendia of Standards USP 24 -NF 19. Vol 2. Philadelphia, USA:

Page 9: solida

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN86

The US Pharmacopoeial Conven-tion, Inc., 2000: 1639-1640.

Banker, G.S dan Anderson, N.R. Tab-lets. Dalam: Lachman, L., Lie-berman, H.A dan Kanig, J.L(eds). The Theory and Practise ofIndustrial Pharmacy. Vol 2. 3rd ed.Philadelphia, USA: Lea &Febiger, 1986: 293-329, 702.

Becker, D., Rigassi, T., and Bauer-Brandl, A. Effectiveness of Bind-ers in wet Granulation: A Com-parison using Model Formula-tions of Different Tabletability.Drug Development and Indus-trial Pharmacy. 1997; No. 23(8):791-808.

Brown, J Michael. Durio-A Biblio-graphic Review. 1997. Diambilpada tanggal 14 Januari 2005, pkl13:00. http://www.ipgri.cgiar.org/regions/apo/publications/durio/durio.pdf.

Fred J, Bandelin. Compressed Tab-lets by Wet Granulation. Dalam:Lachman, L., Lieberman, H.Adan Schwartz, J.B (eds). Pharma-ceutical Dosage Forms: Tablets. Vol1 2nd ed. New York & Basel:Marcel Dekker Inc., 1989:131-190.

Gordon, R E., Rosanske, T W., Fon-ner, D E., Anderson, N R danBanker, G S. Granulation tech-nology and tablet characteriza-tion. Dalam: Lieberman, H A.,Lachman, L dan Schwartz, J B.

Pharmaceutical dosage forms: Tab-lets. Vol 2. 2nd Ed. New York:Marcel Dekker, Inc., 1989. Hal:317 - 338.

Marshal, K. Compression and Con-solidation of Powdered Solids.Dalam: Lachman, L., Lieberman,H.A dan Kanig, J.L (eds). TheTheory and Practise of IndustrialPharmacy. Vol 1 3rd ed. Philadel-phia, USA: Lea & Febiger, 1986:56 - 98.

Marshall, K. & Rudnic, E. M. Tabletdosage forms. Dalam: Banker, G.S. & Rhodes, C. T. (eds.). Mod-ern pharmaceutics. New York &Basel: Marcel Dekker, Inc., 1990:372.

Swinkels, J.J.M. Source of Starch, ItsChemistry and Physics. Dalam:Van Beynum, G.M.A dan Roels,J.A (eds). Starch Conversion Tech-nology. New York & Basel:Marcel Dekker, 1985: 15 - 46.1995: 717 - 718.

Wade, A dan Weller, P.J (eds). Hand-book of pharmaceutical excipient. 2nd

ed. Washington: American Phar-maceutical Association, 1994.Hal: 151 - 153.

Zobel, H.F. Starch: Source, Produc-tion dan Properties. Dalam:Schenck , F.W dan Hebeel, R.E.Starch Hydrolysis Product. NewYork: VCH Publisher ,Inc., 1992:23 - 29.