laporan prakt solida granulasi kering

46
TABLET ASAM ASETIL SALISILAT GRANULASI KERING I. Tujuan Percobaan - Membuat sediaan tablet asam asetil salisilat 250 mg dengan bobot tablet 500 mg menggunakan metode granulasi kering sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan dan melakukan evaluasi terhadap sediaan yang dibuat. II. Teori Dasar Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif; kestabilannya terhadap panas, cahaya, dan kelembapan; sifat aliran, kompaktilitas, dan kompresibilitas yang dimiliki; serta besar kecilnya dosis zat aktif yang digunakan. Granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar, bongkahan kompak, atau lempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul yang dihasilkan secara mekanis, tanpa penambahan pelarut pengikat ke dalam massa serbuk, di mana ikatan partikel terbentuk melalui gaya adhesi dan kohesi partikel padat. Metode granulasi kering diterapkan pada pembuatan tablet dengan zat aktif yang memiliki dosis efektif terlalu tinggi untuk dikempa langsung,

Upload: vcvivace

Post on 02-Jul-2015

2.930 views

Category:

Documents


145 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

TABLET ASAM ASETIL SALISILAT

GRANULASI KERING

I. Tujuan Percobaan

- Membuat sediaan tablet asam asetil salisilat 250 mg dengan bobot tablet 500 mg

menggunakan metode granulasi kering sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan

dan melakukan evaluasi terhadap sediaan yang dibuat.

II. Teori Dasar

Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet biasanya disesuaikan dengan

karakteristik zat aktif; kestabilannya terhadap panas, cahaya, dan kelembapan; sifat aliran,

kompaktilitas, dan kompresibilitas yang dimiliki; serta besar kecilnya dosis zat aktif yang

digunakan.

Granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan cara menekan massa

serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar, bongkahan kompak, atau

lempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh

granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Prinsip dari metode ini adalah membuat

granul yang dihasilkan secara mekanis, tanpa penambahan pelarut pengikat ke dalam massa

serbuk, di mana ikatan partikel terbentuk melalui gaya adhesi dan kohesi partikel padat.

Metode granulasi kering diterapkan pada pembuatan tablet dengan zat aktif yang memiliki

dosis efektif terlalu tinggi untuk dikempa langsung, serta memiliki sifat aliran yang sukar

mengalir, kompresibilitas kurang, tidak tahan lembab dan panas.

Proses pembentukan granul dapat diperoleh dengan metode slugging maupun

penggunaan mesin roller compactor/chilsonator. Pada metode slugging, komponen-

komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan

dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug. Setelah itu, slug

diayak menggunakan ayakan dengan mesh tertentu untuk mendapatkan granul yang daya

mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat sifat alirannya belum

memuaskan, maka proses diatas dapat diulang. Roller compactor/chilsonator merupakan

mesin pembentuk granul yang prinsipnya menggunakan dua penggiling/roda yang

putarannya saling berlawanan antara yang satu dengan yang lainnya, dengan bantuan

Page 2: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

teknik hidrolik pada salah satu penggiling mesin sehingga dihasilkan tekanan tertentu pada

bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.

Keuntungan dan kerugian dari metode granulasi kering di antaranya :

Keuntungan Kerugian

Dapat digunakan untuk zat aktif yang sensitif

terhadap lembab dan panas.

Memerlukan mesin tablet khusus untuk

membentuk massa slug

Peralatan lebih sedikit karena tidak

menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk

berat, dan pengeringan yang memakan waktu

Tidak memungkinkan terjadinya distribusi warna

yang merata seperti pada proses granulasi basah.

Dapat meningkatkan solubilitas dan waktu

hancur karena partikel-partikel dalam tablet tidak

terikat dengan pengikat

Roll bertekanan seperti pada Chilsonator tidak

dapat digunakan untuk mempress bahan aktif

yang tidak larut karena dapat mengurangi laju

disolusi

Dapat meningkatkan pencampuran, karena tidak

terjadinya migrasi dari bahan aktif seperti yang

terjadi pada proses pengeringan dalam granulasi

basah

Proses granulasi menghasilkan lebih banyak debu

dan rentan terhadap kontaminasi silang

III. Preformulasi Zat Aktif

Asam Asetil Salisilat

Nama Lain Aspirin ; Asetosal

Struktur Molekul

Rumus Molekul C9H8O4

Bobot Molekul 180.16

PemerianHablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau

serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah.

KelarutanSukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam

kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak.

Data Kelarutan Larut pada 1 dalam 300 bagian air; 1 dalam 7 bagian etanol; 1 dalam

Page 3: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

17 bagian kloroform; dan 1 dalam 20 bagian eter.

Titik Lebur 1430C

Inkompatibilitas

Inkompatibel dengan asam bebas, garam Fe, sodium fenobarbiton,

garam kuinin, kalium iodida, natrium iodida, alkali hidroksida,

alkali karbonat, dan alkali stearat.

Konstanta

DisosiasipKa = 3.5 (pada T = 25OC)

Wadah dan

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat. Tablet berukuran 81 mg atau lebih

kecil disimpan dalam wadahberkapasitas tidak lebih dari 36 tablet.

StabilitasStabil di udara kering; di dalam udara lembab secara bertahap

terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat.

Pustaka : Farmakope Indonesia, edisi IV, hlm. 31-32

The Pharmaceutical Codex, 12nd ed. hlm. 741

IV. Preformulasi Eksipien

a. Povidone (PVP)

PemerianSerbuk, berwarna krim-putih, tidak berbau atau hampir tak berbau,

bersifat higroskopis.

KelarutanMudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95 %), keton, metanol,

dan air.

pH 3,0 – 7,0 (5% b/v larutan air)

Berat jenis 1,180 g/cm3

Berat jenis ruah 0,29 – 0,39 g/cm3

Berat jenis

mampat0,39 – 0,54 g/cm3

Titik leleh 150 ºC

Kecepatan aliran 16 – 20 g/detik

Fungsi Pengikat tablet (0,5 – 5 %)

StabilitasMenjadi gelap pada pemanasan suhu tinggi (150 oC), simpan dalam

wadah yang tertutup rapat karena sifatnya yang higroskopis.

Inkompatibilitas Tidak kompatibel dalam larutan dengan garam-garam anorganik,

Page 4: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

resin natural dan sintetik.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan kering.

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed. hlm 581

b. LHPC (Low Hidroksipropil Selulosa)

Nama Kimia Selulosa, 2-hidroksipropil eter (low-subtituted) selulosa

Rumus Empirik (CH2CH(CH3)O)n H

Bobot Molekul 50.000 – 1.250.000

Pemerian serbuk putih hingga kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa.

Kelarutan

Larut dalam 1 :10 diklorometan, 1:2.5 etanol 95 %, 1 :5 propanol, 1:5

propilen glikol, dan 1:2 air. Praktis tidak larut dalam hidrokarbon

alifatik, hidrokarbon aromatic, CCl4, gliserin, dan minyak.

Densitas Ruahan 0.5 g/cm3

Kandungan

Lembab

Hidroksipropil selulosa menyerap lembab di atmosfer, bergantung

pada bobot molekul. Semakin tinggi bobot molekul semakin banyak

lembab yang terserap. Juga tergantung pada kondisi udara, humidity

dan temperatur. Pada kesetimbangan, yaitu suhu 25°C, kandungan

lembab 4 % w/w.

pH 5-7,5 pada 1% w/v larutan

Titik leleh 130oC

Fungsi Pengikat (2-6%)

StabilitasStabil tetapi bersifat higroskopis setelah dikeringkan. Laruta LHPC

stabil pada pH 6-8. Pada pH rendah hidrolisis.

Inkompatibilitas Inkompatibel dengan subtansi basa/alkali.

Penyimpanan Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, kering, dan sejuk.

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed. hlm 322-324

c. N-HPC (Nisso Hidroksipropil Selulosa)

Nama Kimia Selulosa, 2-hidroksipropil eter

Rumus Empirik (CH2CH(CH3)O)n H

Bobot Molekul 50.000 – 1.250.000

Page 5: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

Pemerian serbuk putih hingga kekuningan, tidak berbau dan berasa.

Kelarutan

Larut dalam 1 :10 diklorometan, 1:2.5 etanol 95 %, 1 :5 propanol, 1:5

propilen glikol, dan 1:2 air. Praktis tidak larut dalam hidrokarbon

alifatik, hidrokarbon aromatic, CCl4, gliserin, dan minyak.

Densitas Ruahan 0.5 g/cm3

Kandungan

Lembab

Hidroksipropil selulosa menyerap lembab di atmosfer, bergantung

pada bobot molekul. Semakin tinggi bobot molekul semakin banyak

lembab yang terserap. Juga tergantung pada kondisi udara, humidity

dan temperatur. Pada kesetimbangan, yaitu suhu 25°C, kandungan

lembab 4 % w/w.

pH 5-8,5 pada 1% w/v larutan

Titik leleh 130oC

Fungsi Pengikat (2-6%)

StabilitasStabil tetapi bersifat higroskopis setelah dikeringkan. Laruta LHPC

stabil pada pH 6-8. Pada pH rendah hidrolisis.

InkompatibilitasInkompatibel dengan turunan fenol seperti metil paraben dan propil

paraben.

Penyimpanan Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, kering, dan sejuk.

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed. hlm 317-322

d. PEG 4000

Nama Kimia Polietilen glikol, carbowax

Rumus Empirik HOCH2(CH2OCH2)nCH2O, n = 69-84

Bobot Molekul 3000 – 4800

Pemerian Polimer adisi dari etilen oksida dan air dalam fasa solid, berupa serbuk

Page 6: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

putih dengan aroma sedikit manis.

KelarutanLarut dalam air dan pelarut organik seperti asetonitril, kloroform, dan

metilen klorida. Tidak larut dalam hidrokarbon alifatik,etilen glikol,

Densitas Ruahan 1.15–1.21 g/cm3

Kandungan

Lembab< 1%

Titik leleh 50-58oC

Fungsi Pengikat

Stabilitas Stabil terhadap panas, lembab,dan cahaya

Inkompatibilitas Inkompatibel terhadap beberapa zat warna

Penyimpanan Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, kering, dan sejuk.

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed. hlm 517-522

e. Laktosa

PemerianSerbuk putih atau partikel krisalin putih sampai pucat, tidak berbau dan

sedikit berasa manis

KelarutanPraktis tidak larut dalam etanol, larut dalam 6 bagian air, larut dalam

4,63 bagian air (40˚C)

Berat jenis nyata 1,552 g/cm3 (anhidrat), 1,552 g/cm3 (α-laktosa monohidrat)

Berat jenis ruah 0,619 g/cm3

Berat jenis

mampat0,935 g/cm3

Higroskopisitas

Laktosa monohidrat stabil dalam air dan tidak terpengaruh oleh

kelembaban pada suhu kamar, tetapi bentuk amorf tergantung oleh

kelembaban dan bisa mengalami konversi menjadi monohidrat.

Titik leleh 201-202oC untuk α-laktosa monohidrat

Kompresibilitas 2,517 MPa pada tekanan 191 MPa

Kadar air 4,5-5,5% b/b

Indeks ikatan 0,071 pada tekanan 191 MPa

Fungsi Pengisi tablet

Stabilitas Dapat berubah warna menjadi coklat saat penyimpanan, reaksi

Page 7: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

dipercepat saat kondisi panas dan kedap.

Inkompatibilitas

Reaksi kondensasi tipe Mailard terjadi antara laktosa dan senyawa

dengan grup amin primer, membentuk produk yang berwarna coklat

atau kuning kecoklatan. Interaksi ini juga terjadi antara laktosa dan

amin sekunder. Laktosa juga inkompatibel dengan asam amino,

amfetamin, senyawa yang sangat basa, asam askorbat, salisilamid,

pirilamin maleat, fenilefrin dan lisinopril.

PenyimpananSimpan pada wadah yang tertutup rapat, di tempat yang kering dan

sejuk.

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed. hlm 264-266

f. Amprotab

Pemerian

Serbuk tak berbau, tak berasa, halus berwarna putih terdiri dari granul

sferis atau ovoid yang sangat kecil yang ukuran dan jenisnya bervariasi

tergantung jenis tanamannya.

KelarutanPraktis tidak larut dalam etanol dingin dan air dingin. Pati mengembang

di air sekitar 5-10% pada suhu 37oC

pH 5,5-6,5 untuk 2% b/v dispersi berair dari pati jagung pada suhu 25oC

Berat jenis 1,478 g/cm3

Berat jenis ruah 0,4629 g/cm3

Berat jenis

mampat0,658 g/cm3

Suhu gelatinisasi 73º C

Kecepatan aliran 10,8-11,7 g/det

Fungsi Penghancur (3 – 5 % b/b)

Stabilitas

Lindungi dari kelembaban tinggi, Inert jika digunakan sebagai

penghancur pada tablet dibawah kondisi normal larutan pati panas atau

pasta secara fisik tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme

sehingga menghasilkan turunan pati dan modifikasinya yang berbentuk

unik.

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed. hlm. 691-694

Page 8: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

g. Amilum

Rumus Empirik (C6H10O5)n

Pemerian serbuk putih sampai pucat, tidak berbau, tidak berasa, lembut

Fungsi penghancur tablet : 3 – 15 %

pH 4 – 8

Densitas Ruaan 0,462 g/cm3

Densitas Ketuk 0,658 g/cm3

Densitas Nyata 1,478 g/cm3

HigroskopisitasSemua amilum bersifat higroskopis dan menyerap kelembaban lingkungan untuk

mencapai kesetimbangan.

Stabilitas

Amilum kering stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi. Amilum bersifat inert

pada kondisi penyimpanan normal. Larutan/pasta amilium secara fisik tidak stabil dan

mudah dimetabolisme oleh mikroba.

InkompatibilitasInkompatibel dengan senyawa pengoksidasi kuat. Senyawa inklusi berwarna

terbentuk dengan adanya iodin.

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed. hlm. 691-694

h. Talk

PemerianSerbuk kristal putih sampai putih keabuan, tidak berbau, ukuran

partikel bervariasi tergantung sumbernya

Kelarutan Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa

Kandungan

lembab

Tidak mengadsorbsi air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu 23oC

dan Rh 90%

Ph 6,5

Bentuk kristal Lamellar/triklinik

Higroskopisitas Tidak higroskopis

Kegunaan Glidan (1-10% b/v)

StabilitasStabil dan dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160 C selama

kurang dari 1 jam.

Inkompatibilitas Senyawa ammonium kuartener.

Penyimpanan Pada wadah sejuk, kering, dan tertutup.

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 4th ed. hlm 641-642

Page 9: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

i. Mg-stearat

Pemerian Serbuk putih, halus, terpresipitasi, kerapatan kecil, bau dan rasa khas

Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol, eter, dan air

Berat jenis nyata 1,092 g/cm3

Berat jenis ruah 0,159 g/cm3

Berat jenis

mampat0,286 g/cm3

Sifat aliran Sulit mengalir, bubuk kohesif

Titik leleh 117-150oC (sampel komersial), 126-130oC (kemurnian tinggi)

Bentuk kristalDalam kemurnian tinggi terisolasi dalam bentuk trihidrat, bentuk

asikular dan dihidrat, bentuk asikular dan anhidrat.

Kegunaan Lubrikan (0,25 – 5 %)

StabilitasStabil dan harus disimpan dalam kemasan tertutup rapat pada tempat

yang sejuk dan kering

Inkompatibilitas Asam kuat, alkali, dan garam-garam besi inkompatibel

Penyimpanan Pada wadah sejuk, kering, dan tertutup

Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed. hlm 430-431

V. Rasionalisasi Formula

Sediaan tablet dengan zat aktif asam asetil salisilat dibuat dengan proses granulasi

kering karena asam asetil salisilat tidak tahan terhadap panas dan lembap. Asam asetil

salisilat ini dapat mengalami hidrolisis di udara lembap sehingga terurai menjadi asam

salisilat dan asam asetat. Selain itu, asam asetil salisilat memiliki sifat aliran dan

kompresibilitas yang kurang baik sehingga dengan proses penggranulasian, sifat aliran dan

kompresibilitasnya dapat diperbaiki. Asam asetil salisilat juga memiliki densitas/bobot

jenis nyata yang rendah sehingga dapat menyebabkan voluminous saat pemrosesan. Akan

tetapi, dengan penggunaan metode granulasi kering ini bisa diperoleh granul dengan bobot

jenis nyata yang sesuai. Selain itu, karena dosis zat aktif yang digunakan dalam formulasi

Page 10: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

relatif tinggi (50% dari bobot total tablet) maka akan sulit jika dikempa langsung sehingga

digunakan metode granulasi kering.

Karena bobot zat aktif yang digunakan dalam formulasi tidak mencapai bobot tablet

yang dibutuhkan, maka perlu ditambahkan suatu pengisi untuk membuat bobot tablet

sesuai dengan yang diharapkan. Pengisi yang digunakan harus bersifat non toksik, inert,

kompatibel dengan komponen tablet lainnya, serta dapat memperbaiki sifat aliran dan

kompresibilitas tablet. Oleh karena itu, digunakan laktosa sebagai pengisi pada formulasi

tablet ini. Baik dalam bentuk hidrat maupun bentuk anhidrat, laktosa jarang bereaksi

dengan obat (inert). Selain itu, laktosa juga memiliki rasa sedikit manis sehingga dapat

sedikit menutupi rasa pahit yang diberikan oleh zat aktif aspirin.

Dalam metode granulasi kering, pengikat kering perlu ditambahkan untuk

meningkatkan kompaktibilitas dan kohesifitas zat aktif sehingga terbentuk granul yang

dapat ditabletasi. Pengikat ini bekerja untuk memfasilitasi terbentuknya ikatan partikel

melalui gaya adhesi dan kohesi partikel padat yang diberikan oleh mesin slugging. Pada

percobaan ini, keempat formulasi tablet dibedakan berdasarkan bahan pengikatnya.Hal ini

bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengikat mana yang paling bagus dan yang paling

jelek. Pengikat yang digunakan di antaranya PVP, L-HPC, N-HPC,dan PEG 4000. Kriteria

pengikat yang baik untuk formulasi tablet di antaranya inert, efektif dalam konsentrasi

rendah, memiliki daya ikat yang kuat dan tidak higroskopis, kompatibel dengan komponen

lain dalam tablet (dapat tersatukan tanpa mengubah sifat komponen lain) serta mempunyai

sifat kohesi yang cukup untuk membantu proses granulasi, tetapi tablet dapat terdisintegrasi

dan zat aktif terdisolusi dalam saluran cerna untuk kemudian diabsorpsi. Jumlah pengikat

yang digunakan harus diperhitungkan seteliti mungkin agar tablet utuh saat ditelan, namun

hancur saat masuk dalam saluran cerna.

Untuk mempermudah hancurnya granul menjadi partikel halus yang mudah larut,

maka digunakan penghancur/disintegran dalam di mana disintegran ini dicampur dengan

bahan fasa dalam lainnya saat granulasi. Oleh karena itu, digunakan amprotab (amilum pro

tablet) sebagai penghancur dalam pada formulasi tablet ini karena amprotab termasuk zat

yang inert, kompatibel dengan komponen tablet lainnya, dan merupakan serbuk yang

alirannya baik. Sifat hidrofilik yang dimiliki amprotab mampu menyerap air dan

Page 11: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

membentuk pori-pori dalam tablet. Hal ini akan menyebabkan penghancuran tablet menjadi

lebih baik.

Untuk mempermudah hancurnya tablet menjadi granul ketika berkontak dengan

cairan saluran cerna, maka diperlukan penghancur/disintegran luar di mana disintegran ini

dicampur sebagai fasa luar setelah granul terbentuk. Oleh karena itu, digunakan amilum

sebagai penghancur luar dalam formulasi ini karena amilum kompatibel dengan komponen

tablet lainnya.

Untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan

dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet digunakan lubrikan.

Penggunaan lubrikan juga cenderung meratakan distribusi tekanan pada saat pengempaan

tablet dan juga meningkatkan kepadatan partikel sebelum dikempa. Dalam formulasi tablet

ini digunakan Mg-Stearat sebagai lubrikan karena memiliki tidak mudah terhidrolisis, tahan

panas dan lembab, serta kompatibel terhadap zat aktif. Mg-stearat juga memiliki kestabilan

yang baik dalam kondisi tekanan yang tinggi.

Untuk menunjang karakteristik aliran dari granul atau meningkatkan aliran granul

dari hopper ke dalam die digunakan glidan. Glidan juga dapat meminimalisasi

kecenderungan granul untuk memisah/ segregasi selama tahap vibrasi yang berlebihan.

Dalam formulasi tablet ini digunakan talk sebagai lubrikan. Talk yang digunakan hanya 2%

(hasil eksperimen) karena jika digunakan terlalu banyak, menyebabkan tablet menjadi

capping. Talk dapat mengabsorbsi gas, sehingga meningkatkan sifat hidrofob bahan. Bahan

yang hidrofob akan capping (terbelah) ketika dicetak.

Pada fasa dalam diperlukan glidan karena selama proses granulasi kering, partikel

digranulasi membentuk slug kemudian dialirkan pada mesin chilsonator. Untuk dapat

mengalirkan granul sebelum dikempa, diperlukan glidan yang dapat melapisi granul

sehingga dapat mengalir dengan baik. Lubrikan juga diperlukan pada fasa dalam untuk

mengurangi friksi yang terjadi antara partikel dengan alat ketika partikel di-slugging dan

menjaga supaya mesin tidak cepat rusak serta kehilangan massa yang banyak akibat

gesekan.

VI. Formulasi dan Perhitungan

A. Formulasi

Page 12: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

FORMULASI

TABLET

KELOMPOK

Q-1

KELOMPOK

Q-2

KELOMPOK

Q-3

KELOMPOK

Q-4

FASA DALAM

Zat aktif Asam asetil

salisilat 250 mg

Asam asetil

salisilat 250 mg

Asam asetil

salisilat 250 mg

Asam asetil

salisilat 250 mg

Pengikat PVP 4% L-HPC 5% N-HPC 5% PEG 4000

Pengisi Laktosa q.s. Laktosa q.s. Laktosa q.s. Laktosa q.s.

Penghancur

dalam

Amprotab

10%

Amprotab

10%

Amprotab

10%

Amprotab

10%

Glidan Talk 1% Talk 1% Talk 1% Talk 1%

Lubrikan Mg stearat 0,5% Mg stearat 0,5% Mg stearat 0,5% Mg stearat 0,5%

FASA LUAR

Penghancur

Luar

Amilum

5%

Amilum

5%

Amilum

5%

Amilum

5%

Glidan Talk 1% Talk 1% Talk 1% Talk 1%

Lubrikan Mg stearat 0,5% Mg stearat 0,5% Mg stearat 0,5% Mg stearat 0,5%

B. Perhitungan dan Penimbangan

(Contoh perhitungan dan penimbangan untuk Formulasi Q-2)

Bobot tablet = 500 mg

Jumlah tablet = 300 tablet

Bobot tablet total = 500 mg x 300 tablet = 150 g

Fasa Dalam

Bobot Fasa Dalam = 92% x bobot tablet total = 92% x (500 mg x 300 tablet) = 138 g

No. Bahan Konsentrasi Perhitungan Jumlah

1. Asam asetil salisilat 250 mg 250 mg x 300 tablet 75 g

2. L-HPC 5% 5% x 150 g 7.5 g

3. Amprotab 10% 10% x 150 g 15 g

4. Laktosa q.s. 138 g – (75 + 7.5 + 15)g 40.5 g

5. Talk 1% 1% x 150 g 1.5 g

Page 13: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

6. Mg-Stearat 0.5% 0.5% x 150 g 0.75 g

Bobot granul teoritis = 92% fasa dalam + ½ (% lubrikan + % glidan) = 93.5%

= 138 g + (1.5 g + 0.75 g) = 140.25 g

Jika bobot granul yang diperoleh = A gram, maka :

Jumlah tablet yang diperoleh = A x 300 tablet = B

140.25 g

Fasa Luar

No. Bahan Konsentrasi Perhitungan Jumlah (gram)

1. Amilum 10% 10/93.5 x A X

2. Talk 1% 1/93.5 x A Y

3. Mg Stearat 0.5% 0.5/93.5 x A Z

Bobot tablet yang diperoleh = (A + X + Y + Z) gram = C tablet

B tablet

VII. Prosedur Pembuatan

1. Asam asetil salisilat dan bahan-bahan eksipien digerus halus terlebih dahulu kemudian

ditimbang sesuai kebutuhan.

2. Semua fase dalam (asam asetil salisilat, amprotab, L-HPC, laktosa) di-mixing selama

10 menit, lalu ditambah dengan sejumlah fase luar (0,5 % Mg-stearat + 1 % Talk) dan

di-mixing kembali selama 2 menit.

3. Campuran serbuk di-slug menggunakan mesin slugging sampai terbentuk bongkahan-

bongkahan tablet besar (diameter punch = 13-20 mm).

4. Bongkahan tersebut dihancurkan kembali dengan cara diayak dengan ayakan nomor

16 kemudian dicek sifat alirannya (aliran granul yang baik yakni > 4 g/s). Jika tidak

memenuhi syarat, granul tersebut di-slug kembali hingga diperoleh aliran yang

diharapkan (slugging maksimum dilakukan hingga 3 kali untuk menghindari

perubahan fisik atau kimia karena pengaruh gaya mekanik). Tiap selesai 1 tahap

slugging, aliran granul diperiksa.

Page 14: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

5. Granul yang diperoleh dievaluasi (bobot jenis, yakni BJ nyata dan BJ mampat; kadar

pemampatan; % kompresibilitas).

6. Setelah dievaluasi, granul yang diperoleh ditimbang (untuk menentukan jumlah fase

luar yang harus ditambahkan).

7. Fase luar ditimbang sesuai kebutuhan kemudian dicampur dengan granul dan di-

mixing selama ± 5 menit saat penambahan amilum, dan 2 menit saat penambahan talk

dan Mg-Stearat.

8. Campuran akhir dicetak menjadi tablet menggunakan mesin tablet dengan diameter

punch dan tekanan pengempaan yang telah distandardisasikan.

9. Setelah tablet terbentuk, lakukan evaluasi terhadap tablet (menurut persyaratan resmi

dari industri).

VIII.Prosedur Evaluasi

A. Evaluasi Granul

1. Uji Homogenitas campuran :

Tujuan : Memastikan bahwa zat aktif terdistribusi merata di dalam campuran

granul.

a) Visual

Jika serbuk berwarna, campuran dinyatakan homogen jika warna terdistribusi

merata di dalam campuran.

b) Sampling di lokasi tertentu

Menetapkan kadar zat aktif dengan cara sampling di beberapa titik (atas, tengah,

bawah) wadah pencampur. Campuran dinyatakan homogen jika kadar zat aktif

pada beberapa titik sama.

2. Kecepatan aliran

Prinsip : Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu

tertentu. Ada beberapa uji yang dapat digunakan sebagai pengukur aliran. Dua

metode yang paling umum dipakai yaitu:

a. Metode sudut baring/sudut istirahat

Page 15: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

tan α = H/R atau α = arc tan H/R

≤ 30° bebas mengalir

≥ 40° aliran kurang baik

b. Metode kecepatan aliran Hopper

Kecepatan aliran dipakai sebagai metode untuk menetapkan kemampuan

mengalir. Dihitung jumlah granul yang mengalir dalam suatu waktu (g/s).

- Timbang beker glass kosong (Wo)

- Set skala ke nol

- Masukkan serbuk/granul ke corong

- Hidupkan alat dan amati serbuk/granul

- Catat waktu aliran (T)

- Timbang beker glass berisi serbuk/granul (Wt)

- Hitung aliran serbuk/granul

Aliran = (Wt-Wo)/T

Tujuan penetapan:

Menjamin keseragaman pengisian ke dalam cetakan (bobot/tablet)

Kriteria penerimaan : > 4gram/detik memiliki aliran yang bagus

3. Bobot Jenis

Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas, porositas tablet, kelarutan, dan

sifat-sifat lainnya.

a. BJ Sejati

Ada dua metode untuk menentukan kerapatan granul, di mana keduanya

menggunakan piknometer. Yang pertama menggunakan air raksa sebagai cairan

Page 16: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

pengisi sela. Yang kedua memakai pelarut yang bertekanan permukaan rendah

(misalnya, benzena) yang tidak melarutkan granul. Ketepatan metode ini

tergantung pada kemampuan cairan pengisi sela memasuki pori-pori granul.

Kerapatan diukur dari volume cairan pengisi sela yang dipindahkan oleh

sejumlah tertentu granul dalam piknometer.

D = M/(Vp-Vi)

D = bobot jenis

Vp = volume cairan pengisi sela yang mengandung granul dalam jumlah tertentu

(M), yang diperlukan untuk mengisi piknometer

b. BJ ruah / BJ nyata

Prosedur :

- Timbang 100 gram serbuk/granul

- Masukkan ke dalam gelas ukur

- Amati volume

- Hitung BJ ruahan:

BJ = bobot/volume

Tujuan penetapan BJ ruahan :

- Kecepatan aliran

- Kesesuaian ukuran tablet(diameter/ketebalan)

c. BJ mampat

Perbandingan bobot dengan volume setelah proses pemampatan (ketukan

sebanyak 500 x).

Prosedur :

- Ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul. Mampatlkan 500 x dengan alat

volumeter.

- Lihat volume setelah pemampatan.

BJ nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan

Page 17: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

d. Bilangan Hausner

Perbandingan antara BJ mampat dengan BJ nyata.

Makin meningkat kemampuan untuk dikempa (BJ rendah), makin kurang daya

mengalirnya . Makin berkurang kmampuan untuk dikempa (BJ tinggi), makin

besar daya mengalirnya.

4. Kadar Pemampatan

%T = (Vo – V500)/Vo x 100%

%T = Kadar pemampatan

Vo = Volume sebelum pemampatan

V500 = Volume setelah pemampatan 500 x

%T < 20 atau ^V< 20 mL granul memiliki aliran yang baik

Kadar pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran.

5. Kompresibilitas

% K = (BJ mampat – BJ nyata)/BJ mampat x 100%

Jika % K : ------------5 – 10 % aliran sangat baik

11 – 20 % ------------aliran cukup baik

21 - 25 % -------------aliran cukup

>26 % ----------------aliran buruk

B. Evaluasi Sediaan Tablet

1. Organoleptik

Rupa : Tablet diamati secara visual, apakah terjadi ketidakhomogenan zat warna

atau tidak, bentuk tablet, permukaan cacat atau tidak dan harus bebas dari noda

atau bintik-bintik.

Bau

Rasa

2. Keseragaman ukuran

Perbandingan antara diameter dan tebal tablet.

Page 18: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

Prosedur : diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya

menggunakan jangka sorong.

Menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3

tebal tablet.

3. Kekerasan tablet

Tujuan: menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses:

pengemasan,

penghantaran (shipping). Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet

dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg.

Prosedur:

- 20 tablet diambil secara acak

- Ukur kekerasan masing-masing tablet

- Catat skala yang terukur

- Kekerasan tablet adalah harga rata2 ke-20 tablet

- Variasi kekerasan dilihat dari standar deviasinya

Syarat : tablet besar : 7-10 kg/cm2 ; tablet kecil : 4-6 kg/cm2

4. Friabilitas

Parameter untuk menguji ketahanan tablet bila dijatuhkan pada suatu ketinggian

tertentu. Friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet

terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.

Prinsip :

Menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator

selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat diputar sebanyak

100 kali putaran.

Prosedur :

Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari debunya kemudian ditimbang dengan

seksama. Untuk tablet dengan bobot < 650 mg, timbang sejumlah tablet hingga

beratnya mendekati 6,5 g. Untuk tablet dengan bobot > 650 mg, timbang tablet

Page 19: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

sebanyak 10 buah. Masukan seluruh tablet yang telah ditimbang ke dalam

friabilator lau dijalankan sebanyak 100 kali putaran. Setelah selesai, keluarkan

tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Hitung

persentase bobot yang hilang selama pengujian. Untuk tablet yang baik

(dipersyaratkan di Industri), bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 %.

% F = (Wo – Wt)/Wo x 100%

Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses

pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut

tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot

yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali.

Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan. (USP & NF

1994)

5. Friksibilitas

Friksibilitas adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami

gesekan antar sesama tablet.

Prosedur:

- 20 tablet diambil secara acak

- Tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)

- Masukkan uji (100 x) putaran

- Bersihkan tablet dan timbang (Wt)

- Hitung % friksibilitas tablet

% F = (Wo – Wt)/Wo x 100%

6. Keragaman bobot

Prosedur : diambil 20 tablet secara acak lalu timbang masing-masing tablet. Hitung

bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata. Tidak boleh ada 2 tablet

yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang

ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari

bobot rata-rata lebih dari harga kolom B.

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata

Page 20: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

A B

25 mg atau kurang 15 % 30 %

26 mg sampai 150 mg 10 % 20 %

151 mg sampai 300 mg 7,5 % 15 %

Lebih dari 300 mg 5 % 10 %

7. Uji waktu hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera

dalam masing- masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa

sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur

sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak

yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang

kapsul yang tidak larut.

Prosedur : bejana diisi dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi,

lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah mulut

tabung tetap di atas permukaan. Suhu pelarut 36-38ºC, 6 tablet dimasukkan satu

satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik-turunkan secara teratur 30 kali

tiap menit. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa

kecuali fragmen-fragmen bahan pembantu. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali

tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas kasa. Waktu

yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk

tablet yang tidak bersalut.

IX. Hasil Evaluasi

A. Evaluasi Granul

1. Bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat

EvaluasiKelompok

Q1

Kelompok

Q2

Kelompok

Q3

Kelompok

Q4

Bobot jenis nyata (g/mL) 0.64 0.68 0.74 0.71

Bobot jenis mampat (g/mL) 0.85 0.96 0.92 0.94

Bilangan Hausner 1.328 1.412 1.243 1.324

Page 21: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

2. Kadar Mampat

Kelompok Kadar mampat (%) Memenuhi syarat (√)

Q1 24 x

Q2 29.73 x

Q3 20.68 x

Q4 x

* Syarat : Kadar mampat < 20% aliran granul baik

3. Kompresibilitas

Kelompok Kompresibilitas (%) Aliran Granul

Q1 24.7 cukup baik

Q2 24.4 cukup baik

Q3 19.6 baik

Q4 24.47 cukup baik

* Syarat : Kompresibilitas : 5 - 10 % aliran sangat baik

11 - 20 % aliran baik

21 - 25 % aliran cukup baik

> 26 % aliran buruk

4. Kecepatan aliran

* Syarat kecepatan aliran : > 4 g/detik

B. Evaluasi Tablet

1. Organoleptik

Kelompok Homogenitas Warna Bintik-bintik Bentuk

Kelompok Kecepatan aliran rata-rata (g/s) Memenuhi syarat (√)

Q1 7.57 √

Q2 8.03 √

Q3 7.19 √

Q4 5.40 √

Page 22: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

QI Homogen Putih Tidak ada Bulat, Permukaan halus

Q2 Homogen Putih Tidak ada Bulat, Permukaan halus

Q3 Homogen Putih Tidak ada Bulat, Permukaan halus

Q4 Homogen Putih Tidak ada Bulat, Permukaan halus

2. Keseragaman Ukuran

Kelompok Diameter

(cm)

Tebal

(cm)

D/T Memenuhi Syarat

(√)

Q1 √

Q2 √

Q3 √

Q4 √

* Syarat : Diameter/Tebal (D/T) berada di rentang 1 1/3 sampai 3

3. Kekerasan Tablet

KelompokKekerasan Tablet

(kg/cm2)

Memenuhi Syarat

(√)

Q1 6.088 X

Q2 4.285 X

Q3 4.950 X

Q4 3.815 X

* Syarat : Untuk bobot tablet 400 – 700 mg = 7 – 12 kg/cm2

4. Friabilitas dan Friksibilitas

Kelompok Friabilitas

(%)

Memenuhi

Syarat (√)

Kelompok Friksibilitas

(%)

Memenuhi

Syarat (√)

Q1 0.93 √ Q1 2.02 x

Q2 3.71 x Q2 6.57 x

Q3 2.55 x Q3 3.06 x

Q4 1.18 x Q4 1.04 x

Page 23: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

* Syarat : % Friabilitas dan % Friksibilitas < 1%

5. Keragaman bobot

Kelompok Bobot

rata-rata

Memenuhi Syarat

(√)

Q1 X = 500.1 mg

SD = 3.77

Q2 X = 499.12 mg

SD = 3.79

Q3 X = 486.0 mg

SD = 7.24

Q4 X = 483.2 mg

SD = 14.26

x

* Syarat dipenuhi jika :

- tidak lebih dari 1 tablet dari 30 tablet ada di luar 85.0% atau 115.0% (A)

- tidak ada 1 tablet pun yang di luar rentang 75.0% atau 125.0% (B)

- SDR tidak lebih besar dari 7.8

6. Uji waktu hancur

Kelompok Waktu Hancur (detik) Memenuhi Syarat (√)

Q1 75.17 √

Q2 41 √

Q3 31 √

Q4 32.83 √

X. Pembahasan

Asam asetil salisilat atau aspirin (asetosal) merupakan suatu antibiotik yang

memiliki efek teurapetik berupa analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Aspirin tidak

stabil dalam kondisi panas dan lembap yang berlebihan, di mana adanya hidrolisis karena

Page 24: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

kelembapan dapat mengakibatkan asam asetil salisilat terurai menjadi asam salisilat dan

asam asetat. Penguraian ini dapat menyebabkan aspirin menjadi kehilangan efek teurapetik

dan stabilitasnya. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas aspirin, tidak hanya dari proses

penyimpanannya saja yang perlu diperhatikan, tetapi juga dalam proses formulasinya untuk

diproduksi menjadi suatu bentuk sediaan farmasi. Pada percobaan ini, asam asetil salisilat

akan dibuat menjadi bentuk sediaan tablet dan dipilih metode granulasi kering untuk

menghindari proses yang dapat mengganggu stabilitasnya (panas dan kelembapan). Selain

itu, penggranulan dalam metode granulasi kering ini juga diharapkan dapat meningkatkan

sifat aliran, kompresibilitas, dan kompaktibilitasnya pada saat proses pengempaan.

Formulasi tablet terdiri dari empat macam formula yang dibedakan berdasarkan

pengikatnya untuk mengetahui bahan pengikat mana yang efektiftivitasnya paling tinggi

serta menghasilkan hasil evaluasi yang paling bagus dan memenuhi persyaratan industri.

Pengikat yang digunakan antara lain PVP 4% (Q-1), L-HPC 5% (Q-2), N-HPC 5% (Q-3),

dan PEG 4000 4% (Q-4). Bahan pengikat merupakan zat inert secara farmakologi yang

ditambahkan dalam formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-

partikel serbuk dalam massa tablet yang diperlukan untuk pembuatan granul dan membuat

massa granul menjadi kompak padat/tablet. Yang ingin dicapai adalah kompresibilitasnya

yang baik. Jumlah/konsentrasi pengikat yang digunakan dan metode penambahan pengikat

harus diperhatikan agar tablet tetap utuh saat ditelan dan saat disimpan, tetapi hancur saat

masuk dalam saluran cerna.

Pada percobaan ini dilakukan evaluasi terhadap granul sebelum proses pengempaan

dan evaluasi tablet setelah proses pengempaan. Evaluasi granul yang dilakukan di

antaranya penentuan BJ nyata dan BJ mampat, kadar pemampatan, persen kompresibilitas,

dan kecepatan aliran. Evaluasi tablet yang dilakukan di antaranya pemeriksaan

organoleptik, keseragaman ukuran, keragaman bobot, friabilitas dan friksibilitas, kekerasan

tablet, dan uji waktu hancur tablet.

Penentuan BJ nyata dan BJ mampat dilakukan untuk mengetahui kadar

pemampatan dan persen kompresibilitasnya, di mana dari dua hal ini sifat aliran granul

juga dapat diketahui. Selain itu, perbandingan BJ mampat dan BJ nyata dapat

menghasilkan bilangan Haussner, di mana semakin besar bilangan Hausner yang diperoleh,

makin besar daya mengalirnya sehingga makin sedikit tekanan yang diperlukan untuk

Page 25: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

mengempa. Berdasarkan hasil evaluasi, dari keempat formulasi, formula Q-2 menghasilkan

bilangan Hausner yang paling tinggi, yaitu 1.412 dan formula Q-3 menghasilkan bilangan

Hausner paling rendah di antara formula yang lain, yaitu 1.243.

Pada evaluasi kadar pemampatan, keempat formulasi tidak ada yang memberikan

kadar pemampatan yang memenuhi syarat karena kadar pemampatan yang dihasilkan

>20%. Di antara keempat formulasi, hanya formula Q-3 yang kadar pemampatannya

mendekati 20%, yaitu 20.68%. Besarnya kadar pemampatan dapat disebabkan oleh massa

granul yang masih voluminus sehingga pada saat penuangan ke dalam alat ukur, banyak

udara yang ikut terperangkap dalam serbuk sehingga menghasilkan volume ruahan yang

besar. Granul yang voluminus ini dapat terbentuk karena bahan pengikat di dalam granul

tidak bekerja efektif sehingga granul pecah membentuk partikel-partikel yang lebih kecil

yang lebih bersifat hidrofobik dan menyerap udara. Pada evaluasi kompresibilitas, hanya

formula Q-3 yang memiliki nilai % kompresibilitas < 20%, yaitu 19.6%, sedangkan

formula lainnya menghasilkan % kompresibilitas di atas 20%.

Pada evaluasi kecepatan aliran, semua formulasi memberikan nilai kecepatan

aliran yang memenuhi syarat (> 4 g/detik), di mana formula Q-2 memberikan nilai

kecepatan aliran yang paling tinggi, yaitu 8.03 g/detik. Pengujian kecepatan aliran granul

juga bertujuan untuk memastikan homogenitas komposisi tablet selama proses pencetakan.

Kecepatan aliran yang baik yaitu > 4 gram/detik dianggap cukup optimal karena dapat

menghasilkan tablet dengan komposisi komponen tablet yang homogeny, sedangkan

kecepatan aliran < 4 gram/detik dapat menyebabkan terjadinya segregasi partikel granul

(pemisahan partikel di mana partikel dengan ukuran paling kecil berada pada posisi paling

bawah) sehingga partikel dengan ukuran paling kecil yang biasanya merupakan zat aktif,

akan turun terlebih dahulu selama pencetakan. Hal ini menyebabkan tablet yang dicetak

lebih awal akan memiliki dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tablet yang dicetak

di akhir. Oleh karena itu, kecepatan aliran yang buruk dapat menyebabkan

ketidakseragaman kandungan zat aktif atau dosis dalam sediaan tablet yang dibuat. Aliran

yang buruk juga bisa membuat granul turun lebih lama ke dalam cetakan sehingga

membuat udara di sekeliling granul terperangkap di dalam granul. Hal ini menyebabkan

ikatan antarpartikel granul kurang kuat sehingga tablet menjadi capping saat proses

pengempaan. Namun, kecepatan aliran yang terlalu tinggi juga kurang baik (biasanya

Page 26: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

terjadi karena penggunaan glidan (fines) yang terlalu banyak dan membuat ikatan kohesi

antarpartikel granul menjadi lebih lemah sehingga tablet menjadi capping).

Evaluasi terhadap tablet dilakukan setelah proses pengempaan tablet, di mana

evaluasi yang dilakukan di antaranya evaluasi organoleptik, keseragaman ukuran,

keragaman bobot, kekerasan tablet, friksibilitas dan friabilitas, serta uji waktu hancur. Pada

evaluasi organoleptik dilakukan pemeriksaan visual terhadap kehomogenan (warna), warna

(sesuai dengan warna massa cetaknya), penampilan (berbintik atau tidak), serta bentuk

tablet (bulat atau sesuai dengan bentuk cetakannya). Semua formulasi (Q-1, Q-2, Q-3, dan

Q-4) memenuhi persyaratan organoleptik ini. Sifat organoleptik suatu tablet dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya proses pencampuran atau pembuatan massa

cetak,di mana jika pengadukan atau pencampuran kurang baik, tablet akan terlihat tidak

homogen. Selain itu, kebersihan mesin cetak juga dapat mempengaruhi organoleptik tablet,

misalnya penggunaan oli pada mesin cetak dapat membuat oli mengenai tablet (terlihat

berbintik-bintik) sehingga dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan bahkan

berpengaruh kepada kesehatan pasien yang meminumnya. Bintik-bintik pada tablet juga

dapat disebabkan oleh pencampuran warna yang tidak homogen ataupun karena adanya

kotoran yang mengkontaminasi massa cetak karena pada metode granulasi kering ini,

kontaminan silang dari debu bias sangat tinggi jika pengerjaannya tidak hati-hati.

Pada evaluasi keseragaman ukuran, semua formulasi tablet memenuhi syarat,

dimana diameter tablet tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet dan tidak lebih dari 3 kali

tebal tablet. Keseragaman ukuran tablet sangat dipengaruhi oleh ukuran punch dan kinerja

mesin tablet (tekanan yang diberikan mesin tablet). Selain itu, data keseragaman ukuran

juga dapat menentukan sifat deformasi plastis dan elastis dari tiap campuran formulasi

tablet. Tablet yang diameternya > 3 x tebal tablet memiliki sifat deformasi elastis yang

terlalu tinggi sehingga bisa mengalami pemuaian yang signifikan setelah mengalami

kompresi. Tablet yang diameternya < 1 1/3 x tebal tablet tidak memiliki sifat deformasi

plastis sehingga tidak bisa memenuhi ukuran cetakan. Keseragaman ukuran juga dapat

memberikan nilai estetika yang baik terhadap tablet yang dibuat.

Pada evaluasi keragaman bobot, hanya formula Q-4 yang tidak memenuhi syarat

karena adanya lebih dari 1 tablet yang bobotnya < 85%. Selain itu, standar deviasi yang

dihasilkan formula Q-4 cukup besar, yaitu 14.26 (syarat : < 7.8). Hal ini disebabkan karena

Page 27: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

pada evaluasi granul sebelumnya, formula Q-4 memiliki kecepatan aliran yang paling kecil

dibandingkan dengan formula lainnya, walaupun masih memenuhi syarat. Oleh karena itu,

keragaman bobot sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran dari granul. Keragaman bobot

dilakukan pada tablet yang bobotnya lebih besar dari 50 mg atau kandungan zat aktifnya

lebih dari 50%. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa massa tablet akan sebanding

dengan kandungan zat aktif, jika zat aktif dan eksipien dalam tablet tercampur homogen,

dan pada bobot tablet yang besar atau pada tablet dengan komposisi zat aktif lebih dari 50

%, penyimpangan kandungan dari tiap tablet diasumsikan sangat kecil sehingga

keseragaman kandungan dapat ditentukan dengan cara ini.

Pada evaluasi kekerasan tablet, tidak ada satu pun formulasi yang memenuhi

persyaratan ini, karena umumnya kekerasan tablet yang diperoleh < 7 kg/cm2 (syarat : 7-12

kg/cm2 untuk bobot tablet > 300 mg). Hanya formula Q-1 yang cukup mendekati

persyaratan kekerasan tablet, yaitu sekitar 6.088 kg/cm2. Hal ini disebabkan pada formula

Q-1 digunakan bahan pengikat PVP, di mana PVP ini memiliki kekuatan daya ikat yang

paling tinggi dibandingkan dengan bahan pengikat lainnya (L-HPC, N-HPC, dan PEG

4000) sehingga kekerasan yang diperoleh juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan

formulasi yang lainnya. Kekerasan tablet merupakan parameter yang menunjukkan

ketahanan tablet terhadap kondisi penyimpanan. Tablet diharapkan memiliki tingkat

kekerasan yang cukup untuk membuat tablet tetap dalam bentuknya pada kondisi

penyimpanan, tetapi dapat hancur ketika digunakan dan berkontak dengan cairan saluran

serna di dalam tubuh. Kekerasan tablet juga sangat dipengaruhi oleh kinerja mesin tablet.

Mesin tablet yang cukup baik akan memberikan nilai kekerasan yang seragam.

Persen friabilitas menunjukkan ketahanan tablet jika dijatuhkan dari suatu

ketinggian tertentu, sedangkan persen friksibilitas menunjukkan ketahanan tablet terhadap

gesekan antartablet. Hal ini akan berkaitan dengan penggunaan jenis pengikat dan

distribusi pengikat dalam tablet. Pengikat yang efektivitasnya tinggi akan memberikan %

friabilitas dan % friksibilitas yang rendah karena pengikat tersebut akan mengikat kuat

massa tablet sehingga massa yang lepas dari tablet akan lebih sedikit. Persyaratan %

friabilitas dan % friksibilitas yang baik adalah < 1%. Berdasarkan hasil evaluasi friabilitas,

hanya formula Q-1 yang memberikan % friabilitas <1%, yaitu 0.93%. Pada hasil evaluasi

friksibilitas, tidak ada satu pun formulasi yang memberikan % friksibilitas < 1%. Apabila

Page 28: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

persentase friabilitas dan friksibilitas tidak memenuhi syarat (lebih dari 1%), dapat

disimpulkan bahwa tablet yang dibuat tidak cukup kuat terhadap perlakuan mekanik. Hal

ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti terlalu banyaknya fines atau debu

yang mengkontaminasi/ikut serta dalam pencetakan, karena salah satu kelemahan metode

granulasi kering yaitu banyaknya kontaminan silang debu yang dihasilkan dari proses ini.

Debu/fines yang ikut tercetak ini memiliki ikatan yang lemah sehingga saat diberi

perlakuan uji friabilitas dan friksibilitas, debu/fines ini akan terlepas dari tablet sehingga

memberikan pengurangan bobot yang cukup berarti dan membuat persentase friabilitas dan

friksibilitas tinggi nilainya. Selain itu, terlalu banyaknya jumlah fasa luar yang

ditambahkan juga dapat mempengaruhi karena kemungkinan besar akan semakin banyak

pula fines yang terdapat di dalam tablet. Hal ini membuat nilai friabilitas dan friksibilitas

tablet lebih tinggi. Selain itu, pada saat sebelum pengujian, seharusnya dilakukan

pembersihan terhadap partikel yang menempel pada permukaan tablet sehingga membuat

hasil uji dan penimbangan lebih akurat, serta persen friabilitas dan friksibilitas yang

dihasilkan pun bisa lebih akurat.

Jika dihubungkan dengan jenis pengikat yang digunakan, formula Q-1 yang

menggunakan jenis pengikat PVP memberikan nilai friabilitas yang masih bagus. Hal ini

disebabkan karena PVP merupakan pengikat yang daya ikatnya paling bagus di antara

formulasi pengikat lain yang digunakan. PVP merupakan hasil polimerisasi N- vinil

pirolidon (polimerisasi radikal bebas) yang mempunyai struktur rantai panjang dan

menghasilkan ikatan granul yang baik di dalam tablet. Selain itu, PVP juga menghasilkan

granul yang keras dan bebas mengalir, dengan sedikit kontaminan debu sehingga

penggunaan PVP sebagai bahan pengikat dapat memberikan nilai friabilitas yang rendah

dan tablet yang lebih mudah dikompresi. Formula yang menghasilkan persen friabilitas dan

friksibilitas paling buruk adalah formula Q-2 yang menggunakan jenis pengikat L-HPC.

HPC (hidroksipropil selulosa) terdiri atas dua macam, yaitu L-HPC dan N-HPC. Efektivitas

pengikat N-HPC lebih baik dibandingkan L-HPC, karena L-HPC (Low HydroxyProphyl

Cellulose) memiliki jumlah hidroksi propil yang lebih sedikit dibandingkan N-HPC

sehingga ikatan yang diberikan oleh bahan pengikat ini lebih lemah. Oleh karena itu,

formulasi yang menggunakan bahan pengikat L-HPC memberikan persen friabilitas dan

friksibilitas yang jauh lebih tinggi.

Page 29: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan suatu sediaan untuk hancur di dalam

saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau menjadi lunak

karena tidak memiliki inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul

yang tidak larut. Waktu hancur berkaitan erat dengan penggunaan penghancur/disintegran

dalam formulasi tablet dan daya ikat pengikat pada tablet. Uji ini dimaksudkan untuk

menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi

zat aktif. Berdasarkan hasil evaluasi, formula Q-4 yang menggunakan PVP sebagai bahan

pengikat memiliki waktu hancur yang paling lama dibandingkan formulasi tablet lainnya (t

= 75.17 detik). Hal ini disebabkan efektivitas pengikat PVP yang paling tinggi

dibandingkan pengikat lainnya.

XI. Kesimpulan

Kesimpulan Hasil Evaluasi :

Evaluasi Granul

Formula Q-2 menghasilkan bilangan hausner (perbandingan BJ mampat dan BJ

nyata) yang paling tinggi.

Tidak ada satu pun formula yang memenuhi persyaratan kadar pemampatan.

Hanya formula Q-3 yang memenuhi persyaratan persen kompresibilitas.

Semua formula menghasilkan kecepatan aliran yang memenuhi persyaratan, di

mana formula Q-2 menghasilkan kecepatan aliran yang paling tinggi.

Evaluasi Tablet

Semua formula memenuhi persyaratan organoleptik dari segi homogenitas, warna,

bentuk, dan penampilan (ada tidaknya bintik pada tablet).

Semua formula memenuhi persyaratan keseragaman ukuran.

Hanya formula Q-4 yang tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot karena ada

lebih dari 1 tablet yang bobotnya di luar rentang 85-115% dan tingginya nilai

standar deviasi yang diperoleh.

Tidak ada satu pun formula yang memenuhi persyaratan kekerasan tablet, tetapi jika

dibandingkan dengan formula yang lain, formula Q-1 memiliki kekerasan yang

paling tinggi.

Hanya formula Q-1 yang memenuhi persyaratan friabilitas tablet.

Page 30: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering

Tidak ada satu formula pun yang memenuhi persyaratan friksibilitas tablet.

Formula Q-1 menghasilkan waktu hancur yang paling lama dibandingkan formula

lainnya.

Kesimpulan Keseluruhan :

Formulasi tablet Q-1 memberikan hasil evaluasi paling baik dibandingkan formulasi

lainnya karena menggunakan bahan pengikat berupa PVP.

Urutan efektivitas bahan pengikat mulai dari yang paling efektif hingga yang

palingtidak efektif berdasarkan formulasi tablet pada percobaan ini yaitu sebagai

berikut :

1. PVP 4% (Q-1)

2. PEG 4000 4% (Q-4)

3. N-HPC 5% (Q-3)

4. L-HPC 5% (Q-2)

XII. Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :

Depkes RI.

Florey, Klaus. 1982. Analytical Profiles of Drug Substances Volume 11. New York :

Academic Press.

Lieberman, Herbert A., Leon Lachman. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets Volume

1. New York : Marcell Dekker Inc.

Lund, Walter. 1994. The Parmaceutical Codex 12th Edition. London : The Parmaceutical

Press.

Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, dan Paul J. Weller. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London : Pharmaceutical Press.

Page 31: Laporan Prakt Solida Granulasi Kering