laporan teknologi sediaan farmasi liquida dan semi-solida - emulsi oleh tia fitriani kusuma...

57
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA Sediaan Emulsi Minyak Jarak 30%Dosen Pembimbing: Patihul Husni, M.Si., Apt. Disusun oleh: Tia Fitriani Kusuma P17335114008 Kelompok 1 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

Upload: thiaftrn

Post on 15-Jan-2016

706 views

Category:

Documents


102 download

DESCRIPTION

Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA

“Sediaan Emulsi Minyak Jarak 30%”

Dosen Pembimbing:

Patihul Husni, M.Si., Apt.

Disusun oleh:

Tia Fitriani Kusuma

P17335114008

Kelompok 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN D-III FARMASI

2015

Page 2: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Sediaan Emulsi Minyak Jarak 30%

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan formula yang tepat dalam pembuatan Emulsi Minyak Jarak 30%

2. Mampu mengidentifikasi permasalahan pada pembuatan Emulsi Minyak

Jarak 30% dan menemukan penyelesaiannya.

3. Mampu mengevaluasi sediaan Emulsi Minyak Jarak 30%.

II. LATAR BELAKANG

Sumber obat dapat berasal dari sumber tanaman atau hewan, produk

samping pertumbuhan mikroba, sintesis kimia, modifikasi molekular, atau secara

bioteknologi. Substansi obat jarang diberikan secara tersendiri dalam

bentuk/keadaan murni, tetapi biasanya diberikan sebagai bagian dari formulasi.

Obat dikombinasikan dengan satu atau lebih agen non obat yang memiliki fungsi

yang bermacam-macam dengan fungsi farmasetik sebagai fungsi khusus.

Pemilihan agen non obat secara selektif dikenal sebagai pharmaceutical

ingredients atau eksipien untuk menghasilkan berbagai bentuk sendiaan (dosage

form) dengan berbagai tipe dan bentuk (Agoes, 2012).

Komponen tambahan dalam formulasi sediaan memiliki aneka fungsi,

seperti pensolubilisasi, penemulsi, pengental, pengencer, pengemulsi, penstabil,

pewarna, dan peningkat cita rasa (flavour) untuk menigkatkan tampilan agat obat

menjadi bentuk sediaan yang bermanfaat (effecacious). Setiap tipe bentuk sediaan

bersifat unik ditinjau dari karakteristik fisika dan farmasetik.Dalam pengertian

farmasi, larutan adalah sediaan cair (likuida) yang mengandung sau atau lebih

bahan kimia yang melarut dalam suatu pelarut yang sesuai atau campuran dari

sistem pelarut yang tercampur (mutually miscible). Karena sediaan farmasi

berbentuk larutan untuk penggunaan oral, otik (telinga), oftalmik (mata), atau

topikal (Agoes, 2012).

Zat aktif yaitu Oleum Ricini merupakan minyak yang praktis tidak

bercampur dengan air (Rowe,dkk., 2009). Sehingga sediaan dibuat emulsi. Oleum

Ricini dan air memisah karena adanya perbedaan tegangan permukaan antara

permukaan air dan minyak, sehingga dibutuhkan suatu agen pengemulsi yang

Page 3: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air. Digunakan emulgator

surfaktan non-ionik (Tween 80 dan Span 80) sebagai penurun tegangan

permukaan antara minyak dan air. Tipe emulsi minyak dalam air lebih dinginkan

karena dapat meningkatkan akseptabilitas pasien, sehingga sediaan dibuat emulsi

dengan tipe minyak dalam air dengan komposisi minyak 30% sehingga air lebih

mendominan dan terbentuk emulsi minyak dalam air. Umumnya minyak

memiliki rasa yang tidak menyenangkan yang dapat menurunkan akseptabilitas

pasien sehingga perlu ditambahkan pemanis untuk menutupi rasa dari Oleum

Ricini dan akseptabilitas pasien meningkat. Sediaan disimpan dalam wadah

multiple doses sehingga sangat rentan terkontaminasi oleh mikroorganisme dalam

sediaan juga mengandung sukrosa sebagai pemanis yang menjadi nutrisi bagi

mikroorganisme. Sediaan juga mengandung air sebagai fasa luar yang merupakan

media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, untuk mencegah

pertumbuhan mikroorganisme sediaan ditambahkan pengawet yang sesuai.

Emulgator yang digunakan yaitu Tween 80 dan Span 80, merupakan

emulgator golongan surfaktan non-ionik. Sedangkan, metilparaben dan

propilparaben akan aktifitas antimikroba akan menurun dengan adanya surfaktan

non-ionik, hal ini dapat dicegah dengan melarutakn metilparaben dan

propilparaben dalam propilenglikol (Rowe, dkk., 2009). Sehingga propilenglikol

ditambahkan sebagai pelarut metilparaben dan propilparaben. Emulsi merpakan

sediaan yang mengandung minyak dan air, minyak umumnya mudah teroksidasi

dan terurai, hasil oksidasi minyak ini memliki bau yang tidak menyenangkan dan

memungkinkan stabilitas minyak terganggu, sehingga ditambahkan suatu

antioksidan yaitu BHT. Oleum Ricini harus dikemas dalam wadah terlindung

dari cahaya (Rowe, dkk., 2009)., sehingga kemasan primer digunakan botol

terlindung cahaya. Sediaan emulsi Oleum Ricini kali ini diperuntukan untuk

anak-anak sehingga perlu ditambahkan pengaroma agar aroma minyak tertutupi

dan menarik bagi anak-anak.

Fasa luar yang digunakan pada sediaan emulsi Oleum Ricini adalah

Aquadest, dalam pembuatan digunakan Aquadest bebas CO2 untuk menghindari

perubahan pH yang diakibatkan oleh ion CO2-. Dalam pembuatan sediaan sediaan

berbagai kemungkinan dapat terjadi seperti, menguapnya Aquadest saat

pemanasan atau beberapa yang terjatuh saat pembuatan sehingga dapat

Page 4: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

mengurangi volume keseluruhan sediaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut

volume total pembuatan ditambahkan sebanyak 10%. Tiap botol dari emulsi

Oleum Ricini volumenya dilebihkan sebanyak 3 % untuk terpenuhinya syarat

volume terpindahkan yang tidak satupun volume sediaan yang kurang dari 95%

(95 ml) dan volume rata-rata tidak kurang dari 100% (100 ml) dari volume yang

tertera pada etiket.

III. TINJAUAN PUSTAKA

1. Oleum Ricini

Zat Aktif Oleum Ricini (Minyak Jarak)

Struktur Tidak ditemukan dalam pustaka (FI V, Martindale, HOPE,

USP, BP, JP)

Rumus

molekul

Tidak ditemukan dalam pustaka (FI V, Martindale, HOPE,

USP, BP, JP)

Titik lebur Tidak ditemukan dalam pustaka (FI V, Martindale, HOPE,

USP, BP, JP)

Pemerian Cairan kental, transparan, kuning pucat atau hampir tidak

berwarna; bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik; rasa

khas. (FI V, hlm. 868)

Kelarutan Larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol mutlak,

dengan asam asetat glasial, dengan kloroform dan dengan eter.

(FI V, hlm. 868)

Dapat bercampur dengan kloroform, dietil eter, etanol,asam

asetat glacial, dan methanol. Mudah larut dalam etanol 95%

dan petroleum eter. Praktis tidak larut dalam air, praktis tidak

larut dalam minyak mineral kecuali dicampur dengan minyak

nabati. (HOPE 6th ed., p. 127)

Stabilita Minyak jarak stabil dan tidak menjadi tengik kecuali

mengalami panas yang berlebihan. Pada pemanasan dengan

suhu 300oC selama beberapa jam, minyak jarak terpolimerisasi

Page 5: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

dan menjadi larut dalam minyak mineral. Ketika didinginkan

sampai 0oC menjadi lebih kental. (HOPE 6th ed., p. 127)

Inkompabilitas Minyak jarak tidak stabil dengan zat pengoksidasi kuat.

(HOPE 6th ed., p.127)

Keterangan

lain

Sinonim : EmCon CO; Lipovol CO; oleum ricini; ricini oleum

virginale; ricinoleum; ricinus communis; ricinus oil;

tangantangan. (HOPE 6th ed., p.126)

Penyimpanan Wadah kedap udara, terlindung cahaya. Simpan pada suhu

tidak lebih dari 25oC. (HOPE 6th ed., p.127)

Kadar

penggunaan

30 %

2. Sukrosa

Zat Sukrosa / Sirupus Simpleks

Sinonim Gula bit; tebu, aD-glucopyranosyl-bD-fructofuranoside; gula

halus; sakarosa; saccharum; gula pasir.(HOPE 6th ed, p. 703)

Struktur

(HOPE 6th ed, p. 703)

Rumus

molekul

C12H22O11(HOPE 6th ed, p. 703)

Titik lebur 160–186oC (dengan dekomposisi) (HOPE 6th ed, p. 704)

Pemerian Gula yang diperoleh dari Tebu (Saccharum officinarum Linnè

(Fam. Graminae)), bit (Beta vulgaris Linnè (Fam.

Chenopodiaceae)) dan sumber lainnya. Tidak mengandung zat

Page 6: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

tambahan. Sukrosa merupakan kristal yang tidak berwarna,

massa kristal atau blok, bubuk kristal putih, tidak berbau dan

memiliki rasa manis.(HOPE 6th ed, p. 704)

Kelarutan Dalam air suhu 1000C 1:0,2, suhu 200C 1:0,5. Dalam propan-2-

ol suhu 200C 1:400. Dalam etanol (95%) suhu 200C 1:170,

etanol suhu 200C 1:400. Praktis tidak larut dalam Kloroform.

(HOPE 6th ed, p. 704)

Stabilita Sukrosa stabil pada suhu kamar dan pada kelembaban yang

rendah. Sukrosa akan menyerap sampai 1% kelebaban yang

akan melepaskan panas pada suhu 900C. Sukrosa akan menjadi

karamel pada suhu 1600C. Larutan sukrosa encer cenderung

mudah terfermentasi oleh mikroorganisme, tahan

terdekomposisi dalam konstentrasi yang lebih tinggi. (HOPE

6th ed, p. 704)

Inkompabilitas Bubuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh logam berat yang

akan berpengaruh terhadap zat aktif, seperti asam askorbat.

Sukrosa juga dapat terkontaminasi oleh sulfit dari proses

pemurnian. Dalam kandungan sulfit yang tinggi, terjadi

perubahan warna dan dapat terjadi pada tablet salut

gula.karena warna-warna tertentu yang digunakan dalam

sugarcoating batas maksimum untuk konten sulfit , dihitung

sebagai sulfur , adalah 1 ppm . Di hadapan encer atau asam

pekat , sukrosa adalah dihidrolisis atau terbalik untuk

dekstrosa dan fruktosa (gula invert). Sukrosa dapat bereaksi

dengan tutup aluminium. (HOPE 6th ed, p.706)

Keterangan

lain

Kegunaan: Pemanis (HOPE 6th ed, p. 703)

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk dan kering. (HOPE

6th ed, p. 706)

Kadar

penggunaan

Formulasi sirup oral 67%

Page 7: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Pemanis 67%

Pengikat tablet (Granulasi Kering) 2–20 %

Pengikat tablet (Granulasi Basah) 50–67%

Salut tablet (Sirup) 50–67% (HOPE 6th ed, p.704)

3. Tween 80

Zat Polyoxyethilen Sorbitan Fatty Acid Ester (HOPE 6th Ed., p

550).

Sinonim Tween 80, polysorbate 80 (HOPE 6th Ed., p 550).

Struktur

(HOPE 6th Ed., p 550).

Rumus molekul C64H124O26 (HOPE 6th Ed., p 550).

Titik lebur 149°C (HOPE 6th Ed., p 550).

Pemerian Cairan berminyak, warna kuning, bau khas dan hangat, rasa

agak pahit (HOPE 6th Ed., p 550).

Kelarutan Larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam minyak (HOPE

6th Ed., p 550).

Stabilitas Polisorbat stabil untuk elektrolit dan asam lemah dan basa

saponifikasi bertahap terjadi dengan asam kuat dan basa.

Ester asam oleat sensitive terhadap oksidasi. Polisorbat yang

higroskopis harus diperiksa untuk kadar air sebelum

digunakan dan dikeringkan jika diperlukan. Juga sama

dengan surfaktan polioksietilena lainnya, oenyimpanan lama

dapat menyebabkan pembentukkan peroksida (HOPE 6th Ed.,

p 550).

Inkompatibilitas Perubahan warna dan atau penggelapan terjadi dengan

berbagai zat, khususnya fenol, tannin, ter dan bahan tarlike.

Aktivitas antimikroba paraben berkurang dengan kehadiran

Page 8: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

polisorbat (HOPE 6th Ed., p 550).

Keterangan lain Digunakan sebagai emulsifying agent/ emulgator (HOPE 6th

Ed., p 550).

Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup baik, pada suhu sejuk, tepat

kering, terlindung dari cahaya (HOPE 6th Ed., p 550).

Kadar

penggunaan

1-15% sebagai emulgator tipe m/a (HOPE 6th Ed., p 550).

1,728 % dalam sediaan.

4. Span 80

Zat Sorbitan Fatty Acid Ester 80 (HOPE 6th Ed., p 676).

Sinonim Sorbitan Monooleat, Span 80 (HOPE 6th Ed., p 676).

Struktur

(HOPE 6th Ed., p 676).

Rumus molekul C24H44O6 (HOPE 6th Ed., p 676).

Titik lebur -

Pemerian Cairan kental, krim atau padatan berwarna kuning dengan

baud an rasa yang khas (HOPE 6th Ed., p 676).

Kelarutan Umunya larut atau terdispersi dalam minyak, larut dalma

sebagian besar pelarut organic, dalam air umumnya

terdispersi meskipun tidak larut (HOPE 6th Ed., p 676).

Stabilitas Pembentukkan sabun bertahap terjadi dengan asam kuat

atau basa. Sorbitan ester stabil dalam asam lemah atau

basa (HOPE 6th Ed., p 676).

Inkompatibilitas (HOPE 6th Ed., p 676).

Keterangan lain Digunakan sebagai emulsifying agent/ emulgator (HOPE

6th Ed., p 676).

Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup bail, pada suhu sejuk dan

tempat kering (HOPE 6th Ed., p 676).

Kadar penggunaan 1-10% sebagai emulgator tipe m/a (HOPE 6th Ed., p 676).

Dalam sediaan digunakan 3,272%

Page 9: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

5. Natrium CMC

Zat Carboxymethylcellulose Sodium (HOPE 6th Ed., p.118 -

121)

Sinonim Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D;

carmellosum natricum; Cel-O-Brandt; cellulose gum;

Cethylose; CMC sodium; Carboxymethylcellulose

Sodium E466; Finnfix; Glykocellan; Nymcel ZSB;

SCMC; sodium carboxymethylcellulose; sodium

cellulose glycolate; Sunrose; Tylose CB; Tylose MGA;

Walocel C; Xylo-Mucine. (HOPE 6th Ed., p.118)

Struktur

(HOPE 6th Ed., p.118 - 121)

Rumus molekul C8H16NaO8 (cas.chemnet.com)

Titik lebur 300℃ (cas.chemnet.com)

Pemerian Berwarna putih atau hampir putih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak berasa, granul sebuk. Higroskopik setelah

pengeringan. (HOPE 6th Ed., p.118 - 121)

Kelarutan Praktis larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluena.

(HOPE 6th Ed., p.118 - 121)

Stabilitas Carboxymethylcellulose Sodium stabil meskipun material

higroskopik. Dibawah kondisi kelmbapan yang tinggi

dapat menyerap air dalam jumlah besar (>50%). Larutan

stabil pada pH 2-10, endapan dapat terjadi pada pH

dibawah 2 dan kekentalan larutan menurun dengan cepat

di atas pH 10. Umumnya, larutan menunjukan kekentalan

maksimum dan stabil pada pH 7-9. (HOPE 6th Ed., p.118 -

121)

Inkompatibilitas Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan

Page 10: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

garam besi dan beberapa metal lainnya, seperti

alumunium, merkuri, dan zink. Inkompatibel juga dengan

xanthan gum. Endapan dapat terjadi pada pH <2, dan juga

ketika diaduk dengan etanol (95%0. CMC sodium

membentuk coacervative kompleks dengan gelatin dan

pectin. Juga membentuk kompleks dengan kolagen dan

mampu mengendapkan protein tertentu yang bermuatan

positif. (HOPE 6th Ed., p.118 - 121)

Kegunaan Kegunaan sebagai coating agent, stabilizing agent,

penemulsi, disintegran tablet dan kapsul, bahan pengikat

tablet, pengental, menyerap air (HOPE 6th Ed., p.118 -

121)

Penyimpanan Bahan berjumlah banyak harus disimpan dalam wadah

tertutup, ditempat yang sejuk dankering. (HOPE 6th Ed.,

p.118 - 121)

Kadar penggunaan Emulsifying agent 0.25–1.0 (HOPE 6th Ed., p.118 - 121)

Dalam sediaan digunakan 1%

6. Metilparaben

Zat Metilparaben

Sinonim Aseptoform M, CoSept M, 4-hydroxybenzoic acid methyl ester, metagin. (HOPE 6th ed., p. 441)

Page 11: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Struktur

(HOPE 6th ed., p. 441)

Rumus molekul

C8H8O3 , BM 152,15 (HOPE 6th ed., p. 441 )

Titik lebur 125 - 1280C. (HOPE 6th ed., p. 443)

Pemerian Berbentuk kristal, berwarna putih, tidak berbau, memiliki

sedikit rasa terbakar. (HOPE 6th ed., p. 442)

Kelarutan Dalam etanol (25 oC) 1 : 2

Dalam etanol 95 % (25 oC) 1 : 3

Dalam etanol 50 % (25 oC) 1 : 6

Dalam ether 1 : 10

Dalam gliserin 1 : 60

Dalam minyak mineral praktis tidak larut

Dalam minyak kacang 1 : 200

Dalam propilenglikol 1 : 5

Dalam air (25 oC) 1 ; 400

Dalam air (50 oC) 1 : 50

Dalam air (80 oC) 1 : 30

(HOPE 6th ed., p. 443)

Stabilitas Larut dalam air, disterilisasi oleh autoklaf pada suhu 120 oC

selama 20 menit, tanpa dekomposisi, larut pada air stabil

pada pH 3-6, larut air pada pH 8 hidrolisis cepat. (HOPE 6th

ed., p. 443)

Inkompabilitas Aktivitas antimikroba dari Metilparaben berkurang dengan

adanya surfaktan non ionik seperti polisorbat 80.

Propilenglikol terbukti mempotensiasi aktivitas mikroba dari

Page 12: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

paraben di surfaktan non ionik dan mencegah interaksi antara

metilparaben dan polisorbat 80. Tidak kompatibel dengan

bentonit, magnesium trisilikat, sorbitol dan atropin.

Metilparaben berubah warna dengan adanya besi dan pada

hidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat. (HOPE 6th 2009

hal 443)

Keterangan lain

Kegunaan: Pengawet anti mikroba (HOPE 6th ed., p. 441)

Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering.

(HOPE 6th ed., p. 443)

Kadar penggunaan

Pemakaian larutan oral dan emulsi adalah 0,015 - 0,2 %

(HOPE 6th ed., p. 444)

7. Propilparaben

Zat Propil Paraben

Sinonim Aseptoform P,CoSept P, 4-hydroxybenzoic acid propyl ester,

Nipagin P,Nipasol M, propagin, Propyl Aseptoform.

(HOPE 6th ed., p. 596)Struktur

(HOPE 6th ed., p. 596)

Rumus molekul

C10H12O3 , BM 180,20 (HOPE 6th ed., p. 596)

Titik lebur 0C.

(HOPE 6th ed., p. )

Page 13: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Pemerian Berbentuk kristal, berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa.

(HOPE 6th ed., p. 596)

Kelarutan Dalam aceton (20 oC) larut

Dalam etanol 95 % (20 oC) 1 : 1,1

Dalam etanol 50 % (20 oC) 1 : 5,6

Dalam ether (20 oC) larut

Dalam gliserin (20 oC) 1 : 250

Dalam mineral oil (20 oC) 1 : 3330

Dalam peanut oil (20 oC) 1 : 70

Dalam propilenglikol (20 oC) 1 : 3,9

Dalam propilenglikol 50 % (20 oC) 1 : 110

Dalam air (20 oC) 1 : 2500

Dalam air (15 oC) 1 : 4350

Dalam air (80 oC) 1 : 225

(HOPE 6th ed., p. 597)

Stabilitas Propilparaben pada pH 3 – 6 dapat disterilisasi oleh autoklaf.

Pada pH 3 – 6 stabil (kurang dari 10 % dekomposisi),

hidrolisis cepat pada pH 8. (HOPE 6th ed., p. 597)

Inkompabilitas Aktivitas antimikroba berkurang karena adanya surfaktan

non ionik. Magnesium alumunium silikat, magnesium

trisilikat, oksida besi menyerap propilparaben sehingga

mengurangi efektivitas pengawet. Propilparaben berubah

warna dengan adanya besi dan dihidrolisis oleh alkali lemah

dan asam kuat. (HOPE 6th ed., p. 597)

Keterangan lain

Kegunaan: Pengawet antimikroba. (HOPE 6th ed., p. 596)

Penyimpanan Disimpan dalam suhu kamar. (HOPE 6th ed., p. 597)

Kadar penggunaan

Pemakaian larutan oral dan emulsi adalah 0,01 – 0,02 %.

(HOPE 6th ed., p. 596)

8. Propilenglikol

Page 14: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Zat Propylengycol

Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl

ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;

propylenglycolum.(HOPE 6th , p. 592)

Struktur

( HOPE 6th , p. 592)

Rumus

molekul

H2O (HOPE 6th Ed, hal 766)

Titik lebur -590 C (HOPE 6th, p. 592)

Pemerian Jernih, tidak berwarna kental, praktis tidak berbau, rasa sedikit

tajam menyerupai gliserin. (HOPE 6th , p. 592)

Kelarutan Larut dalam aseton, kloroform, dan etanol (95%), gliserin dan

air, larut dalam 1:6 bagian eter, tidak larut dengan minyak atau

mineral, akan larut dalam beberapa minyak esensial (HOPE 6 th, p. 592)

Stabilitas Stabil saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin,

higroskopis, terlindung dari cahaya (HOPE 6 th , p. 592)

Inkompabilit

as

Tidak kompatibel dengan reagen oksidator seperti Kalium

Permanganat. (HOPE 6 th , p. 593)

Keterangan

lain

Kegunaan: Anti-caplocking agent.(HOPE 6th, p. 592)

Penyimpanan Simpan dalam wadah terutup, di tempat dingin dan bila

terbuka cenderung teroksidasi. (HOPE 6th, p.593)

Kadar

penggunaan

10-25% sebagai kosolven dalam sediaan oral. (HOPE 6 th , p.

592)

Page 15: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

9. Butylated Hydroxytoluene (BHT)

Zat Butylated Hydroxytoluene (BHT)

Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;

butylhydroxytoluene; butylhydroxytoluenum; Dalpac;

dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-di-

tert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol;

Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT;

Topanol; Vianol (HOPE 6th ed, p.75).

Struktur

(HOPE 6th ed, p.75).

Rumus

molekul

C15H24O (HOPE 6th ed, p. 75)

Titik lebur 700 C(HOPE 6th ed, p. 76)

Pemerian Kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau khas fenol

yang lemah (HOPE 6th ed, p. 75).

Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol; mudah larut

dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (FI V,hlm. 259)

Stabilitas Paparan cahaya, kelembaban dan panas menyebabkan

perubahan warna dan hilangnya aktivitas. Disimpan di wadah

tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan

kering. (HOPE 6th ed, p. 76)

Inkompabilit

as

BHT mengalami reaksi karakteristik fenol. Tidak kompatibel

dengan oksidator kuat seperti peroksida dan permanganat.

Kontak dengan oksidator dapat menyebabkan pembakaran

spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan

hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan sejumlah katalis asam

Page 16: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan pelepasan gas

isobutena yang mudah terbakar. (HOPE 6th ed, p. 77)

Keterangan

lain

Kegunaan: Antioksidan (HOPE 6th ed, p. 75)

Penyimpanan Wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk

dan kering (HOPE 6th ed, p. 77)

Kadar

penggunaan

0,10% (HOPE 6th ed, p. 75)

10. Aquadestilata

Zat Aquadest

Sinonim Aqua, hydrogen oxide (HOPE 6th ed, p.766)

Struktur

Rumus

molekul

H2O (HOPE 6th ed, p. 766)

Titik lebur 00 C(HOPE 6th ed, p. 766)

Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

(HOPE 6th ed, p. 766)

Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. (HOPE 6 th ed,

p. 766)

Stabilitas Stabil di semua keadaan fisik ( padat,cair dan gas) (HOPE 6 th

ed, p. 766)

Inkompabilit

as

Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang

rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat

air/kelembaban) pada peningkatan temperatur air beraksi

Page 17: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan

logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida dan

magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam

anhidrat menjadi bentuk hidrat. (HOPE 6th ed, p. 770)

Keterangan

lain

Kegunaan: Pelarut (HOPE 6th ed, p. 770)

Penyimpanan Simpan dalam wadah yang kedap udara. (Japanese

Pharmacopeia15th, p. 1236)

Kadar

penggunaan

Konsentrasi yang digunakan hampir 100% (HOPE 6th ed, p.

766)

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase

terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi

minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase

terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,

sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan

penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes

kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.

Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar

permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di

sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan

antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama

pencampuran (KEMENKES RI, 2014).

Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan bersama

surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar

permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi

kecepatan pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan

pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan

yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah dari pada

kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat,

Page 18: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

terbentuk krim. Makin besar kecepatan agregasi, makin besar ukuran tetesan dan

makin besar pula kecepatan pembentukan krim. Tetesan air dalam emulsi air

dalam minyak biasanya membentuk sedimen disebabkan oleh kerapatan yang

lebih besar (KEMENKES RI, 2014).

Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang

hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu

tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan

menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak

diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal

yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim asam stearat

atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya 15%. Sifat

setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal

setengah padat (KEMENKES RI, 2014).

Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah

pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi

minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur

dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat

fungistatik dan bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan

pengemulsi nonionik dan anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam

seperti tragakan dan gom guar (KEMENKES RI, 2014).

Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, sebagai akibat memisahnya

bahan antimikroba dari fase air yang sangat memerlukannya, atau terjadinya

kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi efektivitas. Karena

itu, efektivitas system pengawetan harus selalu diuji pada sediaan akhir. Pengawet

yang biasa digunakan dalam emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben,

asam benzoat, dan senyawa amonium kuaterner (KEMENKES RI, 2014).

Menurut British Pharmacopoeia 2013, Cairan Oral selain Emulsi oral dapat

diberikan sebagai cairan atau sediaan yang dipersiapkan sebelum digunakan

dengan melarutkan atau mendispersikan butiran atau serbuk dalam cairan yang

tercantum pada label.

Emulsi adalah sistem (sediaan) heterogen yan terdiri atas 2 cairan tidak

tercampur (secara konvensi dinyatakan sebagai minyak dalam air), salah satunya

terdispersi sebagai tetesan halus secara uniform pada fasa lainnya. Emulsi yang

secara termodinamika tidak stabil akan kembali menjadi fasa air dan fasa minyak

Page 19: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

bila dipanaskan atau mengalami koalensi tetesan, kecuali jika secara kinetika

distabilkan dengan komponen ketiga, yaitu agen pengemulsi. Fasa yang berada

dalam bentuk tetesan halus dinamakan fasa terdispersi atau fasa internal, dan

cairan di sekitar dikenal sebagai fasa kontinu atau fasa luar (Agoes, 2009).

Sifat Formulasi dari Emulsi dan Emulsi yang Baik (Aulton, 2002).

Produk harus tetap cukup homogen untuk setidaknya dalam waktu antara

pengocokan wadah dan mendispersikan jumlah yang diperlukan.

Endapan atau creaming terbentuk pada penyimpanan, jika ada, endapan

atau creaming harus mudah terdispersi kembali oleh moderat agitasi

wadah.

Produk mungkin diperlukan kekentalan yang cukup untuk mengurangi

pengaturan dari partikel atau tingkat creaming dari gelembung-

gelembung minyak. Viskositas yang dihasilkan tidak harus begitu tinggi

sehingga produk dapat terdispersi dari wadah dan transfer ke lokasi

aplikasi yang sulit.

Setiap partikel harus kecil dan berukuran seragam untuk memberikant

tekstur halus, produk yang elegan, bebas dari tekstur berpasir.

IV. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1. Minyak Jarak 30 % b/v Zat aktif

2. Span 80 1,5 % b/v Emulsifying Agent

3. Tween 80 3,5 % b/v Emulsifying Agent

4. Sirupus Simpleks 20 % b/v Pemanis

Page 20: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

5. Propilenglikol 2 % b/v Anti-caplocking agent

6. Metilparaben 0,2 % b/v Pengawet antimikroba

7. Propilparaben 0,02 % b/v Pengawet antimikroba

8. BHT 0,10 % b/v Antioksidan

9. Natrium CMC 0,5% v/v Peningkat Kekentalan

10. Ester Vanilla 2% v/v Penaroma

11. Aquadestilata ad 100% v/v Pelarut

V. PENIMBANGAN

Dibuat sediaan 5 botol (@ 100 ml) Tiap botol dilebihkan 3%

100 ml + (3

100 x 100 ml) = 103 ml

Volume total Dilebihkan 10%

103 ml X 4 = 412 ml X (10

100 x 412 ml) = 453 ml ~ 500 ml

No. Bahan Scale Up (100 ml @ 5) Optimasi (100 ml @ 1)

1. Minyak Jarak 30 g100 ml

x 500 ml = 150 g30 g

100 ml x 100 ml = 30 g

2. Span 80 5 g100 ml

x 500 ml = 25 g;

90,650 g100 ml

x 25 g = 22,662

g

5 g100 ml

x 100 ml = 5 g;

90,650 g100 ml

x 5 g = 4,533 g

3. Tween 80 5 g100 ml

x 500 ml = 25 g;

9 ,350 g100 ml

x 25 g = 2,335 g

5 g100 ml

x 100 ml = 5 g;

9 ,350 g100 ml

x 5 g = 0,467 g

4. Sirupus Simpleks (65%

Sukrosa)

20 g100 ml

x 500 ml = 100 g;

65 g100 ml

x 100 g = 65 g

20 g100 ml

x 100 ml = 20 g;

65 g100 ml

x 20 g = 13 g

5. Propilenglikol 2 g100 ml

x 500 ml = 10 g2 g

100 ml x 100 ml = 2 g

Page 21: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

6. Metilparaben 0,20 g100 ml

x 500 ml = 1 g0,20 g100 ml

x 100 ml = 0,200

g

7. Propilparaben 0,02 g100 ml

x 500 ml = 0,100

g

0,02 g100 ml

x 100 ml = 0,020

g

8. BHT 0,10 g100 ml

x 500 ml = 0,500

g

0,10 g100 ml

x 100 ml = 0,100

g

9. Natrium CMC 0,5 g100 ml

x 500 ml = 2,500

g

0,5 g100 ml

x 100 ml = 0,500 g

10. Ester Vanila 10 ml 2 ml

11. Aquadestilata 200,903 ml 67,18 ml

Spesifikasi Sediaan

a. Bentuk Sediaan : Emulsi

b. Warna : Putih Susu

c. Rasa : Manis

d. pH sediaan : 6 - 8

e. Kadar Sediaan : Mengandung Minyak Jarak 30%

f. Volume Sediaan : 100 ml

g. Viskositas Sediaan : 300 – 600 cps

DosisDewasa, 15 – 30 ml; Anak-anak (usia 2-11 tahun), 4 – 15 ml

Sediaan digunakan untuk anak-anak dengan konsentrasi 30%, sehingga dalam

100 ml mengandung 30 g

100 ml x 100 ml = 30 g ; BJ Minyak Jarak = 0,954

gml

Dosis anak 4 – 15 ml 4 ml1 ml

x 0,954 g = 3,816 g ; 15 ml1ml

x 0,954 g = 14,310 g

Tiap 5 ml sediaan mengandung minyak jarak 30 g

100 ml x 5 ml = 1,500 g

Dosis sediaan menjadi

3,816g1,500g

x 1 = 2,544 ~ 3 sendok takar ; 14,310 g1,500 g

x 1 = 9,54 ~ 10 sendok takar

Page 22: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Kesimpulan, dosis 3 – 10 sendok takar (5 ml)

HLB

HLBButuh = 14 ; HLBTween80 = 15 ; HLBSpan80 = 4,3

(HLBButuh x BobotEmulgator) = (HLBTween80 x BobotTween80) – (HLBSpan80 x BobotSpan80)

(14 x 100) = (15 x X) – (4,3 x (100-X))

1400 = (15X) – (430 - 4,3X)

970 = 15X - 4,3X

970 = 10,7X

X = 90,65% dari bobot emulgator

% Span 80 = 100% – X

= 100% – 90,65%

= 9,35% dari bobot emulgator

Perhitungan Acceptable Daily Intake (ADI)

(Obat-Obat Penting Edisi Keenam,

hlm. 904)

1. Span 80 25 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 678)

2 tahun = 10,43 kg x 25 mg/kg = 260,75 mg

Umur Berat Badan

2 – 5 tahun 10,43 – 16,00 kg

6 – 9 tahun 17,91 – 22,36 kg

10 – 11 tahun 24,50 – 27,14 kg

Page 23: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

5 tahun = 16,00 kg x 25 mg/kg = 400 mg

6 tahun = 17,91 kg x25 mg/kg = 447,75 mg

9 tahun = 22,36 kg x 25 mg/kg = 559 mg

10 tahun = 24,50 kg x25 mg/kg = 612,5 mg

11 tahun = 27,14 kg x 25 mg/kg = 678,5 mg

Tiap 5 ml mengandung Span 80 = 22,62 g500 ml

x 5 ml = 0,226 g = 226 mg

Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)

3 x 226 mg = 678 mg

Pemakaian Span 80 dalam formula melebihi ADI.

2. Tween 80 25 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 553)

2 tahun = 10,43 kg x 25 mg/kg = 260,75 mg

5 tahun = 16,00 kg x 25 mg/kg = 400 mg

6 tahun = 17,91 kg x25 mg/kg = 447,75 mg

9 tahun = 22,36 kg x 25 mg/kg = 559 mg

10 tahun = 24,50 kg x25 mg/kg = 612,5 mg

11 tahun = 27,14 kg x 25 mg/kg = 678,5 mg

Tiap 5 ml mengandung Span 80 = 2,337 g500 ml

x 5 ml = 0,023 g = 23 mg

Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)

3 x 23 mg = 69 mg

Pemakaian Tween 80 dalam formula tidak melebihi ADI.

3. BHT 125 µg / kg = 0,125 mg/kg BB (HOPE 6th ed., p. 76)

2 tahun = 10,43 kg x 0,125 mg/kg = 1,303 mg

Page 24: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

5 tahun = 16,00 kg x 0,125 mg/kg = 2 mg

6 tahun = 17,91 kg x 0,125 mg/kg = 2,238 mg

9 tahun = 22,36 kg x 0,125 mg/kg = 2,795 mg

10 tahun = 24,50 kg x 0,125 mg/kg = 3,062 mg

11 tahun = 27,14 kg x 0,125 mg/kg = 3,392 mg

Tiap 5 ml mengandung BHT = 0,05 g500 ml

x 5 ml = 0,0005 g = 0,5 mg

Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)

3 x 0,5 mg = 1,5 mg

Pemakaian BHT dalam formula untuk umur 2 tahun melebihi ADI .

4. Metilparaben 10 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 444)

2 tahun = 10,43 kg x 10 mg/kg = 104,3 mg

5 tahun = 16,00 kg x 10 mg/kg = 160 mg

6 tahun = 17,91 kg x 10 mg/kg = 179,1 mg

9 tahun = 22,36 kg x 10 mg/kg = 223,6 mg

10 tahun = 24,50 kg x 10 mg/kg = 245,0 mg

11 tahun = 27,14 kg x 10 mg/kg = 271,4 mg

Tiap 5 ml mengandung Span 80 = 1 g

500 ml x 5 ml = 0,01 g = 10 mg

Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)

3 x 10 mg = 30 mg

Pemakaian Metilparaben dalam formula tidak melebihi ADI.

5. Propilparaben 10 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 598)

2 tahun = 10,43 kg x 10 mg/kg = 104,3 mg

Page 25: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

5 tahun = 16,00 kg x 10 mg/kg = 160 mg

6 tahun = 17,91 kg x 10 mg/kg = 179,1 mg

9 tahun = 22,36 kg x 10 mg/kg = 223,6 mg

10 tahun = 24,50 kg x 10 mg/kg = 245,0 mg

11 tahun = 27,14 kg x 10 mg/kg = 271,4 mg

Tiap 5 ml mengandung Propilparaben = 0,1 g

500 ml x 5 ml = 0,01 g = 0,001 g

=0,1mg

Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)

3 x 0,1 mg = 0,3 mg

Pemakaian Propilparaben dalam formula tidak melebihi ADI.

6. Propilenglikol 25 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 593)

2 tahun = 10,43 kg x 25 mg/kg = 260,75 mg

5 tahun = 16,00 kg x 25 mg/kg = 400 mg

6 tahun = 17,91 kg x25 mg/kg = 447,75 mg

9 tahun = 22,36 kg x 25 mg/kg = 559 mg

10 tahun = 24,50 kg x25 mg/kg = 612,5 mg

11 tahun = 27,14 kg x 25 mg/kg = 678,5 mg

Tiap 5 ml mengandung Span 80 = 10 g

500 ml x 5 ml = 0,1 g = 100 mg

Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)

3 x 100 mg = 300 mg

Pemakaian Propilenglikol dalam formula untuk umur 2 tahun melebihi ADI

Page 26: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

VI. PROSEDUR PEMBUATAN

1. Kalibrasi

a. Botol Kemasan

1) Sebanyak 103 ml Aquadest dimasukkan pada gelas ukur 100 ml dan 10

ml.

2) Kemudian dituangkan pada wadah botol.

3) Batas kalibrasi ditandai, Aquadest yang ada dalam botol dibuang dan

dikeringkan. Botol siap dipakai.

b. Beaker Glass Utama

1) Sebanyak 500 mL Aquadest dimasukkan pada gelas ukur 1000 mL.

2) Kemudian dituangkan pada beaker glass 500 mL.

3) Batas kalibrasi ditandai, Aquadest yang ada dalam beaker glass

dibuang dan dikeringkan. Botol siap dipakai.

2. Pembuatan Aquadest bebas CO2

a. Air diambil ±1 Liter ke dalam beaker glass 1 Liter

b. Air dimasukkan kedalam erlenmeyer 1 Liter lalu dipanaskan diatas hot

plate hingga mendidih.

c. Tunggu selama 30 menit atau lebih, erlenmeyer 1 Liter ditutup

menggunakan gumpalan kapas.

d. Jika sudah tutup rapat, hot plate dimatikan, air dinginkan.

3. Pembuatan Sirupus Simpleks

a. Sukrosa yang telah ditimbang diberi penambahan air sehingga berat total

campuran mencapai 100 gram.

b. Campuran tersebut dipanaskan di atas hot plate sampai seluruh sukrosa

melarut sempurna.

c. Saring selagi panas.

Page 27: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

d. Filtrat yang diperoleh kemudiaan ditimbang seberat 60 gram dengan

menggunakan beaker glass 100 mL, diatas menimbangan analitik.

4. Penimbangan Bahan

a. Menimbang 22,662 gram span 80 dengan menggunakan cawan diatas

timbangan analitik.

b. Menimbang 2,337 gram tween 80 dengan menggunakan cawan diatas

timbangan analitik.

c. Menimbang 1 gram metilparaben dengan menggunakan kertas perkamen

di timbangan analitik.

d. Menimbang 0,1 gram propil paraben dengan menggunakan kertas

perkamen di timbangan analitik.

e. Menimbang 0,05 gram BHT dengan menggunakan kertas perkamen di

timbangan analitik.

f. Menimbang 2,5 gram Na CMC dengan menggunakan kertas perkamen di

timbangan analitik.

g. Menimbang 100 gram sirupus simplex dengan menggunakan beaker glass

50 ml di timbangan analitik.

h. Menimbang 150 gram Oleum Ricini dengan menggunakan beaker glass

250 ml di timbangan analitik.

5. Pembuatan Sediaan Emulsi

a. Melarutkan tween 80 dengan 90 ml aquadest di dalam beaker glass 100 ml,

aduk, Panaskan pada suhu 60-700C.

b. Masukkan span 80 ke dalam oleum ricini, aduk, panaskan pada suhu 60-700C.

c. Masukkan campuran tween 80 dan campuran span 80 tsb selagi panas ke

dalam mortir panas, gerus ad corpus emulsi.

d. Larutkan BHT di dalam cawan ke dalam 1 gram propilen glikol. Aduk ad

larut. Masukkan ke dalam mortir, bilas cawan dengan 2 ml aquadest sebanyak

2 kali, masukkan hasil bilasan ke dalam mortir, gerus ad homogen.

e. Larutkan metil paraben ke dalam 4 gram propilen glikol di dalam cawan.

Aduk ad larut.Masukkan ke dalam mortir, bilas cawan dengan 2 ml aquadest

sebanyak 2 kali, masukkan hasil bilasan ke dalam mortir, gerus ad homogen.

Page 28: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

f. Larutkan propil paraben ke dalam 1 gram propilen glikol di dalam cawan.

Aduk ad larut.Masukkan ke dalam mortir, bilas cawan dengan 2 ml aquadest

sebanyak 2 kali, masukkan hasil bilasan ke dalam mortir, gerus ad homogen

g. Mengencerkan sirupus simplex dengan ± 10 ml aquadest di dalam beaker

glass 50 ml, aduk ad larut. Masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen.

h. Larutkan Na CMC ke dalam aquadest sebanyak 7 kalinya. Masukkan ke dalam

mortir gerus ad homogen.

i. Masukkkan aquadest sedikit demi sedikit ke dalam mortir. Aduk ad homogen.

j. Masukkan sediaan ke dalam beaker glass utama, bilas mortir dengan 2 ml

aquadest sebanyak 2 kali, masukkan hasil bilasan ke dalam beaker glass utama

aduk ad homogen.

k. Cek pH sediaan dengan menggunakan ph indikator universal. pH sediaan telah

memenuhi spesifikasi sehingga tidak dibutuhkan adjust pH dengan HCl 0,1 N

atau NaOH 0,1 N.

l. Tambahkan aquadest hingga batas kalibrasi, aduk ad homogen.

m. Masukkan ke dalam masing-masing botol hingga batas kalibrasi. tutup botol

rapat rapat.

n. Beri etiket, sendok takar, dan masukkan ke dalam kemasan sekunder.

VII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No. Jenis Evaluasi Prinsip Evaluasi Jumlah

Sampel

Hasil

Pengamatan

Syarat

A. Evaluasi Fisika

1. Organoleptis

Pengujian rasa, bau

dan warna

1 botol Rasa manis,

warna putih

susu, aroma

vanilla.

Rasa manis,

warna putih

susu, aroma

vanilla.

2. Homogenitas Emulsi yang telah

dikocok diteteskan

pada kaca arloji,

ratakan menggunakan

sudip. Persebaran

partikel yang

1 botol Homogen,

persebaran

ukuran partikel

merata.

Homogen,

persebaran

ukuran partikel

merata.

Page 29: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

homogen akan sama

besar.

3. Penentuan

Ukuran Globul

Emulsi yang telah

dikocok diteteskan

pada object glass.

Diamati dengan

mikroskop cahaya.

1 botol Dispensasi Ukuran globul

seragam

4. Penentuan Bobot

Jenis (FI V,

hlm.1553)

Gunakan piknometer

bersih, kering dan

telah dikalibrasi

dengan menetapkan

bobot piknometer dan

bobot air yang baru

di didihkan pada suhu

25o C

1 botol 1,04 g/ml ≥ 1 g/ml

5.

Penentuan pH

larutan

(FI V, hlm.

1562)

Dilakukan

menggunakan

indikator universal

dengan mencelupkan

indikator ke dalam

emulsi dan hasil yang

didapatkan di

cocokkan dengan

trayek pH.

1 botol 6 6

6. Volume

Terpindahkan

Tuang isi perlahan-

lahan dari tiap wadah

ke dalam gelas ukur

kering terpisah

dengan kapasitas

gelas ukur tidak lebih

dari dua setengah kali

volume yang diukur

dan telah dikalibrasi,

secara hati-hati untuk

3 botol 101,2 ml Tidak satupun

volume

sediaan yang

kurang dari

95% (95 ml)

dan volume

rata-rata tidak

kurang dari

100% (100 ml)

dari volume

Page 30: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

menghindarkan

pembentukan

gelembung udara

pada waktu

penuangan dan

diamkan selama tidak

lebih dari 30 menit.

Jika telah bebas dari

gelembung udara,

ukur volume dari tiap

campuran

yang tertera

pada etiket.

(FI V,

hlm.1614)

7. Uji Pemisahan

Fase

Emulsi dituangkan ke

dalam gelas ukur,

amati pada sesudah

pembuatan, 1 hari

sesudah pembuatan,

dan 5 hari sesudah

pembuatan.

1 botol Hari ke-1:

Tidak terjadi

creaming,

emulsi stabil.

Hari ke-2:

Tidak terjadi

creaming,

emulsi stabil.

Hari ke-5: Pada

bagian bawa

gelas ukur

terdapat air

yang memisah

dari emulsi

dengan volume

7 ml.

Emulsi tidak

mengalami

creaming.

8. Viskositas Viskositas emulsi

diukur dengan

Viskometer Stormer,

menggunakan spindle

yang sesuai.

2 botol 600 cps 250 - 600 cps

Page 31: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

9. Uji tipe emulsi Dilakukan dengan

melakukan “Dye

Solubility Test”

dengan meneteskan

sediaan dengan

methylen blue.

1 botol Methylen Blue

menyebar, tipe

emulsi minyak

dalam air.

Methylen Blue

menyebar, tipe

emulsi minyak

dalam air.

B. Evaluasi Kimia

1. Penetapan Kadar

(FI V, hlm.92)

Lakukan penetapan

dengan cara

Kromatografi cair

kinerja tinggi seperti

tertera pada

Kromatografi <931>

1 botol Dispensasi 95 – 105 %

2. Identifikasi (FI

V, hlm. 92)

Larutkan dalam

heksan P, oleum

ricini hanya larut

sebagian.

Larutkan oleum ricini

dalam etanol

menghasilkan larutan

jernih

1 botol Dispensasi Positif

C. Evaluasi Biologi

1. Uji efektivitas

pengawet (FI V,

hlm.1356)

Pengujian dilakukan

dalam tiap lima

wadah asli,bila

volume mencukupi

dan wadah dapat

ditusuk secara aseptic

atau dalam lima

wadah bakteriologi

tertutup steril

berukurann

mencukupi untuk

volume sediaan yang

Dispensasi Sesuai dengan

yang tercantum

pada tabel 3

kriteria untuk

uji mikroba.

Page 32: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

dipindahkan.

VIII. PEMBAHASAN

Minyak Jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus communis

Linné (Familia Euphorbiaceae) (KEMENKES RI, 2014). Yang memiliki efek

farmakologi sebagai pencahar (Tjay, T.H. Rahardja, Kirana., 2007) Pencahar atau

laksansia adalah zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai

refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan demikian

menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan

sembelit (Tjay, Tan Hoan. Rahardja, Kirana., 2007). Minyak jarak merupakan

laksansia kontak, dengan mekanisme kerja merangsang secara langsung dinding

usus dengan peningkatan peristaltic dan pengeluaran isi usus dengan cepat (Tjay,

Tan Hoan. Rahardja, Kirana., 2007). Dosis minyak jarak sebagai pencahar untuk

anak-anak adalah 4 -15 ml (Tjay, Tan Hoan. Rahardja, Kirana., 2007). Namun

dosis yang tercantum dengan volume dikonfersikan ke dalam bobot,

diperhitungkan terhadap bobot jenis Oleum Ricini yang terdapat pada

labolatorium teknologi farmasi Poltekkes KEMENKES Bandung. Bobot jenis

yang didapatkan sebesar 0,954 g

ml. Sehingga dosis 4 ml minyak jarak setara

dengan 3,816 g minyak jarak, dan 15 ml minyak jarak setara dengan 14,310 g

minyak jarak.

Minyak jarak tidak dapat bercampur dengan air sehingga sediaan dibuat

emulsi. Sediaan berbentuk emulsi merupakan pendekatan yang efektif untuk

mengatasi banyak masalah dalam sistem penghantaran obat. Sediaan berbentuk

emulsi sering menunjukan manfaat dan keuntungan yang berbeda dari bentuk

sediaan lain melalui peningkatan ketersediaan hayati dan/atau mengurangi efek

samping yang merugikan. Di samping keuntungan dan manfaaat sediaan

berbentuk emulsi tersebut, bentuk sediaan emulsi tidak digunakan secara luas

untuk sediaan oral atau parenteral karena masalah yang mendasar, yaitu kestabilan

emulsi yang dapat menimbulkan masalah dalam profil pelepasasan obat dan

Page 33: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

masalah terkait toksisitas. Potensi pengembangan sediaan farmasi berbentuk

emulsi ini sudah harus dipertimbangkan sampai diperoleh sediaan berbentuk

emulsi yang stabil secara fisika dan kimia (Agoes, et. al., 2012).

Emulsi oral tipe minyak dalam ait secara eksklusif akan menimbulkan

penutupan rasa minyak yang berada sebagai fasa dalam, dengan fasa luar air yang

secara efektif mengisolasi minyak dari kontak langsung dengan lidah. Minyak

mineral dan minyak kastor (Oleum Ricini) diemulsikan dalam air dan diberikan

secara oral untuk pengobatan lokal konstipasi (emulsi minyak mineral menurut

USP). Penggunaan emulsi minyak dalam air sebagai pembawa obat lipofilik dapat

meningkatkan ketersediaan hayati secara oral dan efikasi obat (Agoes, et. al.,

2012).

Agar terbentuk suatu sediaan emulsi dibutuhkan agen pengemulsi. Agen

pengemulsi digunakan, baik untuk meningkatkan emulsifikasi pada saat

manufaktur maupun untuk mengontrol stabilitas selama usia guna. Dalam

kenyataannya agen pengemulsi yang banyak digunakan adalah kombinasi agen

pengemulsi dari agen pengemulsi tunggal. Secara farmasetik agen pengemulsi

yang digunakan terbagi dalam 3 kelompok (Agoes, 2009).:

a. Agen aktif permukaan (surfaktan)

b. Polimer alam (makromolekul) dan

c. Padatan halus

Pada formula ini digunakan Tween 80 dan Span 80 sebagai agen pengemulsi,

yang merupakan golongan surfaktan (Surface Active Agent). Sehingga cara

pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator surfaktan dengan

memperhitungan HLB (Hidrophyl Lipophyl Balance) surfaktan dengan HLB

butuh dari Oleum Ricini. Melarutkan bahan yang larut minyak dicampurkan

dengan fase minyak dan yang larut dalam air dicampurkan dengan fase air.

Masing-masing fase dipanaskan pada suhu 60o – 70o C yang kemudian

dicampurkan kedua fasa dengan pengadukan kecepatan tinggi selama waktu

tertentu. Namun pada fasa minyak pemanasan diperhatikan agar suhu tidak terlalu

tinggi, dikarenakan oleum ricini akan menjadi tengik dengan pemanasan berlebih

(Rowe, dkk., 2009).

Emulsi oleum ricini dirancang untuk menggunaan berulang (multiple doses)

dan dalam formulasi terdapat eksipien yang menjadi nutrisi bagi mikroorganisme

Page 34: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

yaitu sukrosa dan air yang merupakan media pertumbuhan yang baik untuk

mikroorganisme sehingga sangat rentan terkontaminasi oleh bakteri, ragi, jamur

dan mikroorganisme lainnya. Kontaminasi oleh mikroorganisme ini

mempengaruhi stabilitas sediaan. Umunya penggunaan pengawet secara

kombinasi dapat meningkatkan kemampuan spektrum antimikroba, efek sinergis

memungkinkan pengawet dalam kadar yang leibh kecil, semakin kecil kadar maka

efek toksisitas pada tubuh juga menurun. Kombinasi pengawet juga dapat

menurunkan resiko terjadinya resistensi. Pengawet yang umunya dikombinasi

adalah metil paraben dan propilparaben (Agoes, 2012). Pada formula kali ini

menggunakan pengawet kombinasi metilparaben dan propilparaben. Karena,

metil paraben pH aktivitasnya luas, kompatibel dengan pH sediaan yang

ditentukan yaitu 6.

Minyak umumya mudah teroksidasi dengan udara dan menghasilkan bau

tengik, sehingga pada sediaan ditambahkan BHT sebagai antioksidan. BHT tidak

larut dalam air dan dalam minyak, BHT juga tidak tahan terhadap pemanasan

(Rowe,dkk.,2009) sehingga BHT tidak ditambahkan pada fasa minyak maupun

fasa air. BHT ditambahkan ke dalam emulsi yang telah jadi dan dingin.

Pada proses pembuatan pengenceran emulsi yang telah terbentuk dengan air

sempat terjadi pemisahan yang kemungkinan disebabkan volume air yang

ditambahkan ke dalam emulsi terlalu banyak dan pengadukan kurang cepat. Untuk

mengembalikan globul-globul minyak yang terlepas dari sistem emulsi,

ditambahkan Natrium CMC sebanyak 0,5% sebagai peningkat viskositas. Setelah

ditambahkan Natrium CMC emulsi kembali terbentuk baik.

Upaya stabilisasi dari emulsi ini dilakukan untuk mencegh atau menunda

berbagai proses destabilisasi. Agen pengemulsi membentuk lapis tipis (film)

anatarmuka pada antarmuka minyak – air, dan atau mengentalkjan struktur fasa

kontinu. Lapis tipis antarmuka juga merupakan suatu penghalang terhadap

koalensi tetesan yang berdekatan (close proximity), terutama jika lapis tipis

tersebut dekat dan bersifat elastik (Agoes, et. al., 2009). Dari hal ini disimpulkan

bahwa pengenceran air ke dalam sistem emulsi harus dilakukan dengan hati-hati

dan pengadukan kecepatan tinggi.

Hasil evaluasi terhadap produk jadi untuk uji tipe emulsi dengan metode “Dye

Solubility Test” menunjukan warna methylen blue menyebar dalam sediaan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe emulsi yang terbentuk adalah minyak

Page 35: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

dalam air, sesuai dengan maksud penggunaan emulsi oral yang umumnya

memiliki tipe minyak dalam air.

Uji pemisahan fase pada sehari setelah pembuatan emulsi dalam gelas ukur

terlihat baik, tidak menunjukan periwtiwa creaming, dimana creaming merupakan

ketidakstabilan fisika dari emulsi. Creaming atau sedimentasi terjadi bila tetesan

terdispersi atau flokul yang memisah akibat pengaruh gravitasi membentuk satu

lapisan emulsi yang lebih pekat atau krem. Umumnya emulsi yang membentuk

krem dapat direstorasi ke keadaan awal (asli) melalui pengocokan intensif (Agoes,

et., al, 2009). Dari evaluasi yang telah dilakukan sediaan dinyatakan telah

memenuhi syarat yang ditentukan.

IX. KESIMPULAN

Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1. Minyak Jarak 30 % b/v Zat aktif

2. Span 80 1,5 % b/v Emulsifying Agent

3. Tween 80 3,5 % b/v Emulsifying Agent

4. Sirupus Simpleks 20 % b/v Pemanis

5. Propilenglikol 2 % b/v Anti-caplocking agent

6. Metilparaben 0,2 % b/v Pengawet antimikroba

7. Propilparaben 0,02 % b/v Pengawet antimikroba

8. BHT 0,10 % b/v Antioksidan

9. Natrium CMC 0,5% v/v Peningkat Kekentalan

10. Ester Vanilla 2% v/v Penaroma

11. Aquadestilata ad 100% v/v Pelarut

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan sediaan dinyatakan memenuhi syarat

yang ditentukan, karena hasil evaluasi yang memenuhi syarat.

Page 36: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

X. DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida. Bandung: Penerbit ITB

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.  Farmakope Indonesia,edisi V, Jakarta: Kementrian Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.  Farmakope Indonesia,edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan.

Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,London : Pharmaceutical Press.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Reference. London: The Pharmaceutical Press.

Syarif, Amir, dkk. 2012. Famakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

The Minister and Health. 2006. The Japanese Pharmacopoeia fifteenth. Japan : Ministry of Health.

Tjay Tan Hoan, Tahardja Kirana. 2007. Obat-obat Penting (Khasiat, Cara Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya) Edisi keenam. Jakarta: PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO.

Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics : The Science of Dosage Forms Design. London: Churchill Living Stone

The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. The Pharmaceutical Codex, 12th ed., Principles and Practice of Pharmaceutics.1994. London: The Pharmaceutical Press.

Page 37: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Jenkins, G.L. 2002. Scoville's:The Art of Compounding. USA: Burgess PublishingCo.

XI. LAMPIRAN

Kemasan Sekunder

Page 38: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Etiket

Page 39: Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Brosur

RICINOL®

Emulsi Minyak Jarak

KomposisiTiap 5 ml mengandung :Oleum Ricini (Minyak Jarak)......................... 30 %

IndikasiPencahar (Melancarkan Buang Air Besar)

Efek Samping Diare

Dosis Untuk anak-anak (2 - 11 tahun): 3 – 10 sendok takar (5 ml)

PerhatianKocok dahulu!Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya

No. Reg : DBL 1510110632 A1

Diproduksi oleh:PT. Pharafam FarmaBandung - Indonesia