sle

33

Upload: yuliana-puspita-sari

Post on 24-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lupus

TRANSCRIPT

Page 1: Sle
Page 2: Sle

APA ITU SLE?

Penyakit autoimun yang ditandai dengan terjadinya

kerusakan jaringan dan sel-sel oleh auto-antibodi

patogen dan kompleks imun.

Penyakit multisistem yang bermanifestasi sebagai “lesi

kulit seperti kupu-kupu” di wajah, perikarditis,

kelainan ginjal, artritis, anemia dan gejala-gejala

susunan saraf pusat.

Page 3: Sle

INSIDEN dan PREVALENSI Terutama menyerang wanita muda. Insiden puncak usia 15-40

tahun selama masa reproduksi. Ratio wanita : laki-laki 5:1. Dalam 30 tahun terakhir menjadi salah satu penyakit rematik

utama di dunia. Prevalensi SLE di berbagai negara sangat bervariasi (antara

2,9/100.000 – 400/100.000). Prevalensi SLE di Amerika 15-50 per 100.000 penduduk dengan

etnis terbanyak yakni Amerika Afrika. SLE lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti bangsa negro,

China, dan mungkin juga Filipina. Dari berbagai laporan kejadian LES ini tertinggi didapatkan di negara Cina dan Asia Tenggara.

Faktor ekonomi dan geografi TIDAK mempengaruhi distribusi penyakit.

Page 4: Sle

Cont...

• Di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ditemukan 37,7 % kasus pada tahun 1998-1990.

• RS Dr Soetomo Surabaya melaporkan 166 penderita dalam 1 tahun (Mei 2003 - April 2004). Dari 2000 kehamilan dilaporkan sebanyak 1-2 kasus LES

Page 5: Sle
Page 6: Sle

Kegagalan fungsi dari aktivitas supresi CD8+ sel T suppressor

Interaksi antara CD4+ & CD8+ sel T helper dengan sel B

Berikatan dengan antigen

Mengendap

PATOFISIOLOGI SLE

• Hilangnya toleransi imun

• Meningkatnya beban antigenik

• Sel T helper yang berlebihan

• Gangguan supresi sel B

• Peralihan respon imun dari T helper 1 (Th1) ke Th2

Hiperaktifitas sel B

Produksi autoantibodi berlebihan

Terbentuknya kompleks imun

Inflamasi di berbagai organ

Page 7: Sle

Cont...Konstributor penting Gangguan dalam mekanisme pengaturan imun

seperti gangguan pembersihan sel-sel apoptosis dan kompleks imun.

Pada LES, sel tubuh dikenali sebagai antigen. Autoantibodi terbentuk

ditujukan terhadap antigen yang terutama terletak pada nukleoplasma.

Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan non-histon.

Antibodi tsb disebut ANA (Anti Nuclear Antibodi). ANA + antigen

spesifik kompleks imun beredar di sirkulasi.

Page 8: Sle

Klirens kompleks imun <<<, kelarutan kompleks imun >>>, gangguan pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan penurunan uptake kompleks imun pada limpa terjadi pada SLE kompleks imun deposit (mengendap) ke luar sistem fagosit mononuklear aktivasi komplemen melepas C3a dan C5a yang merangsang sel basofil untuk membebaskan kemotaksin, sitokin, chemokin, enzim perusak dan vasoaktif amin seperti histamin peningkatan permeabilitas vaskuler memudahkan mengendapnya kompleks imun terdeposit pada organ/sistem sehingga radang pada organ/sistem dan lisis selaput sel sehingga akan memperberat kerusakan jaringan yang terjadi.

Organ tersebut bisa berupa ginjal, sendi, pleura, pleksus koroideus, kulit, dll.

Page 9: Sle

ETIOLOGI PENYAKIT

• Faktor genetik• Faktor imunologi• Hormonal • Faktor lingkungan

Page 10: Sle

a. Faktor Genetik

10-20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang juga menderita SLE.

Angka terdapatnya SLE pada kembar identik 24-69% lebih tinggi dari saudara kembar non identik 2-9%.

Beberapa gen berperan dalam mengkode unsur sistem imun: HLA-DR 2 dan HLA-DR 3.

Page 11: Sle

B. Faktor Hormonal

• Estrogen >>> resiko LES >>>

• Abnormalitas metabolisme estrogen faktor resiko terjadinya SLE.

• Estrogen mengaktifasi sel B poliklonal sehingga mengakibatkan produksi autoantibodi berlebihan pada pasien LES.

Page 12: Sle

C. Faktor Imunologi• Kelainan antigen

Normal makrofag yang berupa APC (Antigen Presenting Cell)

memperkenalkan antigen kepada sel T.

Pada penderita lupus reseptor yang berada di permukaan sel T

mengalami perubahan struktur dan fungsi salah mengenali perintah dari

sel T.

• Kelainan intrinsik sel T dan sel B

Sel T dan sel B teraktifasi menjadi sel autoreaktif yaitu limfosit yang

memiliki reseptor untuk autoantigen dan memberikan respon autoimun.

Sel T dan sel B juga akan sulit mengalami apoptosis sehingga menyebabkan

produksi imunoglobulin dan autoantibodi menjadi tidak normal.

Page 13: Sle

Cont..

• Kelainan antibodi

Substrat antibodi yang terlalu banyak, idiotipe dikenali

sebagai antigen dan memicu limfosit T untuk memproduksi

autoantibodi, sel T mempengaruhi terjadinya peningkatan

produksi autoantibodi, dan kompleks imun lebih mudah

mengendap di jaringan.

Page 14: Sle

d. Faktor Lingkungan

• Sinar UVPENGARUH:

Self-immunity dan hilangnya toleransi karena menyebabkan

apoptosis keratinosit.

Mempengaruhi sel imunoregulator (penekan inflamasi kulit)

terapi menjadi kurang efektif dan penyakit SLE dapat kambuh

atau bertambah berat sel pada kulit mengeluarkan sitokin dan

prostaglandin inflamasi secara sistemik melalui peredaran

pembuluh darah.

Page 15: Sle

Cont..

• StressStress respon imun terganggu Memicu terjadinya SLE pada

pasien yang sudah memiliki kecenderungan akan penyakit ini.

Stres tidak akan mencetuskan SLE pada seseorang yang sistem autoantibodinya tidak ada gangguan sejak awal.

Page 16: Sle

Cont..

• Obat-obatan Pengaruh obat salah satunya yaitu dapat meningkatkan apoptosis

keratinosit.

Jenis obat: kloropromazin, quidine, metildopa, sulfazalasine,

prokainamid, dan isoniazid

Ex: Hydrallazine yang digunakan secara luas untuk terapi pada

hipertensi. Sindrom ini terjadi pada 6-7% penderita hipertensi, setelah

terapi selama 3 tahun dengan hydrallazine,dengan dosis 100 mg/hari

(5,4%) dan 200 mg/hari (10,4%). Tetapi tidak terjadi pada pemberian

dengan dosis 50 mg/hari.

Page 17: Sle

Cont..

• Infeksi virus dan bakteri

Agen infeksius, seperti virus dan bakteri, dapat berperan dalam

timbulnya SLE.

Agen infeksius tersebut terdiri dari Epstein Barr Virus (EBV),

bakteriStreptococcus dan Clebsiella

Page 18: Sle

MANIFESTASI KLINIK

Umum lemah, demam, malaise, anoreksia dan berat badan menurun.

Pada penyakit yang sudah lanjut dan berbulan bulan sampai tahunan barulah menunjukkan manifestasi klinis yang lebih spesifik dan lengkap serta cenderung melibatkan multiorgan.

Page 19: Sle

Spesifik

• Fatigue• Penurunan berat badan. Dapat dibarengi dengan gejala

gastrointestinal.• Demam yang sifatnya tidak mengancam jiwa. Demam dapat lebih

dari 40°C tanpa leukositosis. • Menggigil (-)

Gejala konstitusi

Page 20: Sle

Komplikasi ini mengancam jiwa dan terjadi pada 30% pasien dengan

SLE. Nefritis terjadi pada beberapa tahun awal SLE. Gejala awal bisa

asimtomatik, sehingga pemeriksaan urinalisis dan tekanan darah

penting. Karakteristik:

• Proteinuria > 500 mg/urin 24 jam

• Sedimen eritrosit

Klasifikasi glomerulonefritis akibat SLE terdiri dari beberapa kelas:

1. Minimal mesangial lupus nefritis

2. Mesangial proliferatif lupus nefritis

3. Fokal lupus nefritis

4. Difus lupus nefritis

5. Membranosa lupus nefritis

6. Sklerosis lupus nefritis Manifestasi renal

Page 21: Sle

Terdapat 19 manifestasi lupus neuropsikiatrik yang bisa dibuktikan

hanya dengan biopsi.

Gejala: nyeri kepala, kejang, depresi, psikosis, neuropati perifer.

• Manifestasi sistem saraf pusat aseptik meningitis, penyakit

serebrovaskuler, sindrom demielinasi, nyeri kepala, gangguan

gerakan, mielopati, kejang, penurunan kesadaran akut,

kecemasan, disfungsi kognitif, gangguan mood, psikosis.

• Manifestasi sistem saraf perifer polineuropati perifer akut,

gejala autonom, mononeuropati, miastenia gravis, neuropati

kranial, pleksopati.

Manifestasi neuropsikiatrik

Page 22: Sle

Manifestasi yang paling sering mengungkap terjadinya SLE pada pasien.

Gejala tersering Atralgia dan mialgia

Keluhan ini sering kali dianggap mirip dengan artritis reumatoid dan bisa disertai dengan faktor reumatoid positif. Perbedaannya SLE biasanya tidak menyebabkan deformitas, durasi kejadian hanya beberapa menit.

Manifestasi muskuloskeletal

Page 23: Sle

Gejala:• Rash malar dan diskoid (sering dicetuskan oleh fotosensitivitas) • Bisa terjadi alopesia.

 

Manifestasi oral

terbentuknya ulkus atau kandidiasis, mata dan vagina kering.

Manifestasi kulit

Page 24: Sle

Berupa anemia normokrom normositer, leukopenia, dan

trombositopenia.

Limfopenia < 1500/uL terjadi pada 80% kasus.

 

 

Berupa pneumositis, emboli paru, hipertensi pul, onal,

perdarahan paru, pleuritis.

Pleuritis memiliki gejala nyeri dada, batuk, sesak napas.

Efusi pleura juga bisa terjadi dengan hasil cairan berupa eksudat.

Shrinking lung syndrome merupakan sistemik yang terjadi akibat

atelektasis paru basal yang terjadi akibat disfungsi diafragma.

Manifestasi paru

Manifestasi hematologi

Page 25: Sle

Gejala tersering

• Dispepsia, yang bisa terjadi baik akibat penyakit SLE itu sendiri atau efek samping pengobatannya.

• Hepatosplenomegali (+).

Terjadinya vaskulitis mesenterika merupakan komplikasi paling mengancam nyawa karena dapat menyebabkan terjadinya perforasi sehingga memerlukan penatalaksanaan berupa laparotomi.

Manifestasi gastrointestinal

Page 26: Sle

Fenomena raynaud, livedo reticularis yang merupakan abnormalitas mikrovaskuler pada ekstremitas, trombosis merupakan komplikasi yang terjadi.

aterosklerosis infark miokard.

Manifestasi lain gagal jantung dan angina pektoris, valvulitis, vegetasi pada katup jantung

Manifestasi kardiovaskuler

Manifestasi vaskuler

Page 27: Sle

DIAGNOSA

Kriteria diagnosis yang digunakan adalah dari American College of

Rheumatology 1997 yang terdiri dari 11 kriteria,

dikatakan pasien tersebut SLE jika ditemukan 4 dari 11 kriteria

yang ada

Page 28: Sle

PENATALAKSANAAN

A. Sistemik lupus eritematosus ringan • Artritis, artalgia, mialgia.

Ringan analgetik atau NSAID.

Jika tidak membaik, dipertimbangkan pemberian hidroksiklorokuin 400mg/hari. Jika dalam 6 bulan tidak berefek juga maka stop. Dapat diberikan kortikosteroid dosis rendah 15 mg tiap pagi atau metrotreksat 7,5-15 mg/minggu. Atau bisa dipertimbangkan pemberian COX-2 inhibitor.

Page 29: Sle

• Lupus kutaneus.

Sunscreen untuk melindungi tubuh sehingga mengurangi gejala fotosensitivitas.

Sunscreen topikal berupa krem, minyak, lotio atau gel yang mengandung PABA, ester, benzofenon, salisilat dan sinamat. Sunscreen dipakai ulang setelah mandi atau berkeringat.

Dermatitis lupus diberikan kortikosteroid topikal krem, salep atau injeksi. Antimalaria juga dapat digunakan karena memiliki efek sunblock dan sunscreen.

Page 30: Sle

• Fatiq dan keluhan sistemik

Tidak memerlukan terapi spesifik. Cukup menambah waktu istirahat dan menunjukkan empati.

• Serositis

Tanda nyeri dada dan abdomen.

Atasi dengan NSAID, antimalaria atau glukokortikoid dosis 15 mg/hari.

Pada keadaan berat memerlukan kostikosteroid sistemik.

Page 31: Sle

B. Sistemik lupus eritematosus yang mengancam jiwa

• Glukokortikoid

Prednison oral 1-1,5 mg/kg/hari atau metil-prednisolon bolus 1 gram selama 3-5 hari yang dilanjutkan dengan prednison oral.

Respon terapi dilihat selama 6 minggu pertama, jika respon baik maka dosis steroid diturunkan 5-10% tiap minggu. Setelah sampai dosis 30 mg/hari diberikan penurunan 2,5 mg/minggu, jika sudah sampai dosis 10-15 mg/hari, turunkan dosis 1mg/minggu. Jika terjadi eksaserbasi berikan dosis efektif, lalu turunkan lagi.

Page 32: Sle

• Imunosupresan

Diberikan jika hanya tidak respon dengan terapi steroid setelah 4 minggu pemberian.

Contoh obat siklofosfamid, azatioprin, metotreksat, klorambusil, siklosporin.

Pilihan obat tergantung keadaan. Untuk artritis berat pilihannya adalah metotreksat.

Page 33: Sle