bahanbuku sle
TRANSCRIPT
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 1/17
SLE
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
SLE (Systemisc Lupus erythematosus) adalah penyakit autoimun
dimana organ dan sel mengalami kerusakan yang disebabkan oleh tissue-
binding autoantibody dan kompleks imun, yang menimbulkan peradangan
dan bisa menyerang berbagai sistem organ namun sebabnya belum diketahui
secara pasti, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan
atau kronik, terdapat remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya
berbagai macam autoantibody dalam tubuh.
Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ
yang berbeda. Beratnya penyakit bervariasi mulai dari penyakit yang ringan
sampai penyakit yang menimbulkan kecacatan, tergantung dari jumlah dan
jenis antibodi yang muncul dan organ yang terkena.
Semula SLE digambarkan sebagai suatu gangguan kulit, pada sekitar
tahun 1800-an, dan diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk
“kupu-kupu”, melintasi tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi yang
menyerupai gigitan serigala (lupus adalah kata dalam bahasa Latin yang
berarti serigala). Lupus diskoid adalah nama yang sekarang diberikan pada
penyakit ini apabila kelainannya hanya terbatas pada gangguan kulit.
SLE adalah salah satu kelompok penyakit jaringan ikat difus yang
etiologinya tidak diketahui. Kelompok ini meliputi SLE, skleroderma, polimiositis, artritis reumatoid, dan sindrom Sjogren. Gangguan-gangguan ini
seringkali memiliki gejala yang saling tumpang tindih satu dengan lainnya
dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis menjadi semakin sulit
untuk ditegakkan secara akurat.
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 2/17
SLE
2.2. Etiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar
termal).
Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan
antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi
ini akan menghasilkan antibodi secara terus menerus. Antibody ini juga
berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan
penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakkan multiorgan.
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi. Pada lupus dan penyakit autoimun
lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan tubuh, dimana
antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini
menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga terjadi penyakit
menahun.
Faktor genetik memegang peranan penting dalam kerentanan serta
ekspresi penyakit. Sekita 10-20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat ( first
degree relative) yang juga menderita SLE. Angka terdapatnya SLE pada
saudara kembar identik pasien SLE (24-69%) lebih tinggi daripada saudara
kembar non identik (2-9%). Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan
bahwa banyak gen yang berperan, terutama gen yang mengkode unsur-unsur sistem imun. Kaitan dengan haplotip MHC tertentu, terutama HLA-DR 2 dan
HLA-DR 3, serta dengan komponen komplemen yang berperan pada fase awal
reaksi ikatan komplemen (yaitu C1q, C1r , C1s, C4, dan C2) telah terbukti. Gen-
gen lain yang mulai terlihat ikut berperan ialah gen yang mengkode reseptor
sel T, imunoglobulin dan sitokin.
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 3/17
SLE
Faktor Resiko terjadinya SLE :
1. Faktor Genetik
Jenis kelamin, frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih sering
daripada pria dewasa
Umur, biasanya lebih sering terjadi pada akhir masa remaja atau awal
masa dewasa
Etnik, Faktor keturunan, dengan Frekuensi 20 kali lebih sering dalam
keluarga yang terdapat anggota dengan penyakit tersebut
2. Faktor Resiko Hormon
Hormon estrogen dan hormon prolaktin menambah resiko SLE
sedangkan androgen mengurangi resiko ini.
3. Sinar UV
Sinar Ultra violet mengurangi supresi imun sehingga terapi menjadi
kurang efektif, sehingga SLE kambuh atau bertambah berat. Ini
disebabkan sel kulit mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga
terjadi inflamasi di tempat tersebut maupun secara sistemik melalui
peredaran pebuluh darah.
4. Imunitas
Pada pasien SLE, terdapat hiperaktivitas sel B atau intoleransi
terhadap sel T.
5. Obat
Obat tertentu dalam presentase kecil sekali pada pasien tertentu dan
diminum dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat
(Drug Induced Lupus Erythematosus atau DILE). Jenis obat yang
dapat menyebabkan Lupus Obat adalah :
Obat yang pasti menyebabkan Lupus obat : Kloropromazin,
metildopa, hidralasin, prokainamid, dan isoniazid
Obat yang mungkin menyebabkan Lupus obat : dilantin,
penisilamin, dan kuinidin
Hubungannya belum jelas : garam emas, beberapa jenis antibiotic
dan griseofurvin
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 4/17
SLE
6. Infeksi
Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang-kadang
penyakit ini kambuh setelah infeksi.
7. Stres
Stres berat dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudah memiliki
kecendrungan akan penyakit ini.
2.3. Patogenesis
Adanya satu atau beberapa faktor pemicu yang tepat pada individu yang
mempunyai predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal
terhadapp sel T CD4+, mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap self
antigen. Sebagai akibatnya muncullah sel T autoreaktif yang akan menyebabkan
induksi serta ekspansi sel B, baik yang memproduksi autoantibodi maupun yang
berupa sel memori. Wujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian dari yang
diduga termasuk di dalamnya ialah hormon seks, sinar ultraviolet dan berbagai
macam infeksi.
Pada SLE, autoantibodi yang terbentuk ditujukan terhadap antigen yang
terutama terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protei
histon dan non histon. Kebanyakan di antaranya dalam keadaan alamiah terdapat
dalam bentuk agregat protein dan atau kompleks protein-RNA yang disebut
partikel ribonukleoprotein (RNA). Ciri khas autoantigen ini ialah mereka tidak
tissue-specific dan merupakan komponen integral semua jenis sel.
Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA(anti nuclear antibody).
Dengan antigennya yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi. Telah ditunjukkan bahwa penanganan kompleks imun pada SLE
terganggu. Dapat berupa gangguan klirens kompleks imun besar yang larut,
gangguan pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan penurunan uptake
kompleks imun pada limpa. Gangguan-gangguan ini memungkinkan terbentuknya
deposit kompleks imun diluar sistem fagosit mononuklear. Kompleks imun ini
akan mengendap pada berbagai macam organ dengan akibat terjadinya fiksasi
komplemen pada organ tersebut. Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 5/17
SLE
yang menghasilkan substansi penyebab timbulnya timbulnya reaksi radang.
Reaksi radang inilah yang menyebabkan timbulnya keluhan gejala pada organ
atau tempat yang bersangkutan seperti ginjal, sendi, pleura, pleksus koroideus,
kulit dan sebagainya.
Bagian yang penting dalam patogenesis ini ialah terganggunya mekanisme
regulasi yang dalam keadaan normal mencegah autoimunitas patologis pada
individu yang resisten.
2.4. Gejala
Gejala dari penyakit lupus:
- demam
- lelah
- merasa tidak enak badan
- penurunan berat badan
- ruam kulit
- ruam kupu-kupu
- ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
- sensitif terhadap sinar matahari
- pembengkakan dan nyeri persendian
- pembengkakan kelenjar
- nyeri otot
- mual dan muntah
- nyeri dada pleuritik
- kejang
- psikosa.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- hematuria (air kemih mengandung darah)
- batuk darah
- mimisan
- gangguan menelan
- bercak kulit
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 6/17
SLE
- bintik merah di kulit
- perubahan warna jari tangan bila ditekan
- mati rasa dan kesemutan
- luka di mulut
- kerontokan rambut
- nyeri perut
- gangguan penglihatan.
2.5. Manifestasi Klinis
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan
dengan pada penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnya
yang tidak diketahui) menentukan gejala mana yang akan berkembang.
Karena itu, gejala dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap penderita.
Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan
sampai penyakit yang berat.
Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas
gejala (remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi).
Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di
kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.
• Otot dan kerangka tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan
menderita artritis. Persendian yang sering terkena adalah persendian pada
jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian jaringan pada
tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri di daerah
tersebut.
• Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal
hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar matahari.
Ruam yang lebih tersebar bisa timbul di bagian tubuh lain yang terpapar oleh
sinar matahari.
• Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam sel-
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 7/17
SLE
sel ginjal, tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal yang
menetap). Pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu
menjalani dialisa atau pencangkokkan ginjal.
• Sistem saraf
Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Yang paling sering
ditemukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi kelainan
bisa terjadi pada bagian manapun dari otak, korda spinalis maupun sistem
saraf. Kejang, psikosa, sindroma otak organik dan sakit kepala merupakan
beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi.
• Darah
Kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa terbentuk bekuan
darah di dalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan emboli
paru. Jumlah trombosit berkurang dan tubuh membentuk antibodi yang melawan
faktor pembekuan darah, yang bisa menyebabkan perdarahan yang berarti.
Seringkali terjadi anemia akibat penyakit menahun.
• Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis
maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari
keadaan tersebut.
• Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari keadaan
tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 8/17
SLE
2.6. Diagnosis
Kriteria untuk klasifikasi SLE dari American Rheumatism Association
(ARA, 1992). Seorang pasien diklasifikasikan menderita SLE apabila
memenuhi minimal 4 dari 11 butir kriteria dibawah ini :
1. Artritis, arthritis nonerosif pada dua atau lebih sendi perifer disertai
rasa nyeri, bengkak, atau efusi dimana tulang di sekitar persendian
tidak mengalami kerusakan
2. Tes ANA diatas titer normal = Jumlah ANA yang abnormal
ditemukan dengan immunofluoroscence atau pemeriksaan serupa
jika diketahui tidak ada pemberian obat yang dapat memicu ANA
sebelumnya
3. Bercak Malar / Malar Rash (Butterfly rash) = Adanya eritema
berbatas tegas, datar, atau berelevasi pada wilayah pipi sekitar
hidung (wilayah malar)
4. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari = peka terhadap sinar UV /
matahari, menyebabkan pembentukan atau semakin memburuknya
ruam kulit
5. Bercak diskoid = Ruam pada kulit
6. Salah satu Kelainan darah;
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 9/17
SLE
- anemia hemolitik,
- Leukosit < 4000/mm³,
- Limfosit<1500/mm³,
- Trombosit <100.000/mm³
7. Salah satu Kelainan Ginjal;
- Proteinuria > 0,5 g / 24 jam,
- Sedimen seluler = adanya elemen abnormal dalam air kemih yang
berasal dari sel darah merah/putih maupun sel tubulus ginjal
8. Salah satu Serositis :
- Pleuritis,
- Perikarditis
9. Salah satu kelainan Neurologis;
- Konvulsi / kejang,
- Psikosis
10. Ulser Mulut, Termasuk ulkus oral dan nasofaring yang dapat ditemukan
11. Salah satu Kelainan Imunologi
- Sel LE+
- Anti dsDNA diatas titer normal
- Anti Sm (Smith) diatas titer normal
- Tes serologi sifilis positif palsu
2.7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat memberikan (1) penegakkan atau
menyingkirkan suatu diagnosis; (2) untuk mengikuti perkembangan penyakit,terutama untuk menandai terjadinya suatu serangan atau sedang berkembang
pada suatu organ; (3) untuk mengidentifikasi efek samping dari suatu
pengobatan.
6.1. Pemeriksaan Autoantibodi
Antibody Prevalensi,
%
Antigen yang
Dikenali
Clinical Utility
Antinuclear
antibodies (ANA)
98 Multiple nuclear Pemeriksaan skrining
terbaik; hasil
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 10/17
SLE
negative berulang
menyingkirkan SLE
Anti-dsDNA 70 DNA (double-
stranded)
Jumlah yang tinggi
spesifik untuk SLE
dan pada beberapa
pasien berhubungan
dengan aktivitas
penyakit, nephritis,
dan vasculitis.
Anti-Sm 25 Kompleks protein
pada 6 jenis U1
RNA
Spesifik untuk SLE;
tidak ada korelasi
klinis; kebanyakan
pasien juga memiliki
RNP; umum pada
African American
dan Asia dibanding
Kaukasia.
Anti-RNP 40 Kompleks protein
pada U1 RNAγ
Tidak spesifik untuk
SLE; jumlah besar
berkaitan dengan
gejala yang overlap
dengan gejala
rematik termasuk
SLE.
Anti-Ro (SS-A) 30 Kompleks Protein
pada hY RNA,
terutama 60 kDa
dan 52 kDa
Tidak spesifik SLE;
berkaitan dengan
sindrom Sicca,
subcutaneous lupus
subakut, dan lupus
neonatus disertai
blok jantung
congenital; berkaitan
dengan penurunan
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 11/17
SLE
resiko nephritis.
Anti-La (SS-B) 10 47-kDa protein
pada hY RNA
Biasanya terkait
dengan anti-Ro;
berkaitan dengan
menurunnya resiko
nephritis
Antihistone 70 Histones terkait
dengan DNA
(pada nucleosome,
chromatin)
Lebih sering pada
lupus akibat obat
daripada SLE.
Antiphospholipid 50 Phospholipids,β2
glycoprotein 1
cofactor,
prothrombin
Tiga tes tersedia –
ELISA untuk
cardiolipin dan β2G1,
sensitive
prothrombin time
(DRVVT);
merupakan
predisposisi
pembekuan,
kematian janin, dan
trombositopenia.
Antierythrocyte 60 Membran eritrosit Diukur sebagai tes
Coombs’ langsung;
terbentuk pada
hemolysis.
Antiplatelet 30 Permukaan dan
perubahan antigen
sitoplasmik pada
platelet.
Terkait dengan
trombositopenia
namun sensitivitas
dan spesifitas kurang
baik; secara klinis
tidak terlalu berarti
untuk SLE
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 12/17
SLE
Antineuronal
(termasuk anti-
glutamate
receptor)
60 Neuronal dan
permukaan antigen
limfosit
Pada beberapa hasil
positif terkait dengan
lupus CNS aktif.
Antiribosomal P 20 Protein pada
ribosome
Pada beberapa hasil
positif terkait dengan
depresi atau psikosis
akibat lupus CNS
Tabel 3 Autoantibodi yang ditemukan pada Systemic Lupus Erythematosus
(SLE)
Catatan: CNS = central nervous system, CSF= cerebrospinal fluid,
DRVVT = dilute Russell viper venom time, ELISA= enzyme-
linked immunosorbent assay.
Secara diagnostic, antibody yang paling penting untuk dideteksi
adalah ANA karena pemeriksaan ini positif pada 95% pasien, biasanya
pada onset gejala. Pada beberapa pasien ANA berkembang dalam 1
tahun setelah onset gejala; sehingga pemeriksaan berulang sangat
berguna. Lupus dengan ANA negative dapat terjadi namun keadaan ini
sangat jarang pada orang dewasa dan biasanya terkait dengan
kemunculan dari autoantibody lainnya (anti-Ro atau anti-DNA). Tidak
ada pemeriksaan berstandar internasional untuk ANA; variabilitas
antara pemeriksaan yang berbeda antara laboratorium sangat tinggi.
Jumlah IgG yang besar pada dsDNA (bukan single-strand DNA)
spesifik untuk SLE. ELISA dan reaksi immunofluorosensi pada sel
dengan dsDNA pada flagel Crithidia luciliae memiliki sekitar 60%
sensitivitas untuk SLE; identifikasi dari aviditas tinggi untuk anti-
dsDNA pada emeriksaan Farr tidak sensitive namun terhubung lebih
baik dengan nephritis
6.2. Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan adanya penyakit SLE
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 13/17
SLE
• Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear ,
yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi
ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika
menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan
untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari
kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua
penderita lupus memiliki antibodi ini.
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang
berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi
lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas
dan lamanya penyakit.
• Ruam kulit atau lesi yang khas
• Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis
• Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya
gesekan pleura atau jantung
• Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein
• Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel
darah
• Biopsi ginjal
• Pemeriksaan saraf.
2.8. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan, Pasien SLE dibagi menjadi:
1. Kelompok Ringan
Gejala : Panas, artritis, perikarditis ringan, efusi pleura/perikard ringan,
kelelahan, dan sakit kepala
2. Kelompok Berat
Gejala : efusi pleura perikard masif, penyakit ginjal, anemia hemolitik,
trombositopenia, lupus serebral, vaskulitis akut, miokarditis,
pneumonitis lupus, dan perdarahan paru.
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 14/17
SLE
Penatalaksanaan Umum :
Kelelahan bisa karena sakitnya atau penyakit lain, seperti anemi,
demam infeksi, gangguan hormonal, komplikasi pengobatan, atau stres
emosional. Upaya mengurangi kelelahan disamping obat ialah cukup
istirahat, pembatasan aktivitas yang berlebih, dan mampu mengubah
gaya hidup
Hindari Merokok
Hindari perubahan cuaca karena mempengaruhi proses inflamasi
Hindari stres dan trauma fisik
Diet sesuai kelainan, misalnya hyperkolestrolemia
Hindari pajanan sinar matahari, khususnya UV pada pukul 10.00
sampai 15.00
Hindari pemakaian kontrasespsi atau obat lain yang mengandung
hormon estrogen
Penatalaksanaan Medikamentosa :
1. Untuk SLE derajat Ringan;
a. Penyakit yang ringan (ruam, sakit kepala, demam, artritis, pleuritis,
perikarditis) hanya memerlukan sedikit pengobatan.
b. Untuk mengatasi artritis dan pleurisi diberikan obat anti
peradangan non-steroid
c. Untuk mengatasi ruam kulit digunakan krim kortikosteroid.
d. Untuk gejala kulit dan artritis kadang digunakan obat anti malaria
(hydroxycloroquine)
e. Bila gagal, dapat ditambah prednison 2,5-5 mg/hari.
f. Dosis dapat diberikan secara bertahap tiap 1-2 minggu sesuai
kebutuhan
g. Jika penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari, sebaiknya
pada saat bepergian menggunakan tabir surya, pakaian panjang
ataupun kacamata
2. Untuk SLE derajat berat;
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 15/17
SLE
a. Penyakit yang berat atau membahayakan jiwa penderitanya
(anemia hemolitik , penyakit jantung atau paru yang meluas,
penyakit ginjal, penyakit sistem saraf pusat) perlu ditangani oleh
ahlinya
b. Pemberian steroid sistemik merupakan pilihan pertama dengan
dosis sesuai kelainan organ sasaran yang terkena.
c. Untuk mengendalikan berbagai manifestasi dari penyakit yang
berat bisa diberikan obat penekan sistem kekebalan
d. Beberapa ahli memberikan obat sitotoksik (obat yang menghambat
pertumbuhan sel) pada penderita yang tidak memberikan respon
yang baik terhadap kortikosteroid atau yang tergantung kepada
kortikosteroid dosis tinggi.
3. Pengobatan Pada Keadaan Khusus
Anemia Hemolitik
Prednison 60-80 mg/hari (1-1,5 mg/kg BB/hari), dapat ditingkatkan
sampai 100-200 mg/hari bila dalam beberapa hari sampai 1 minggu
belum ada perbaikan.
Trombositopenia autoimun
Prednison 60-80 mg/hari (1-1,5 mg/kg BB/hari). Bila tidak ada
respon dalam 4 minggu, ditambahkan imunoglobulin intravena
(IVIg) dengan dosis 0,4 mg/kg BB/hari selama 5 hari berturut-turut.
Perikarditis Ringan
Obat antiinflamasi non steroid atau anti malaria. Bila tidak efektif
dapat diberikan prednison 20-40 mg/hari.
Perkarditis Berat
Diberikan prednison 1 mg/kg BB/hari.
Miokarditis
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 16/17
SLE
Prednison 1 mg/kg BB/hari dan bila tidak efektif dapat dapat
dikombinasikan dengan siklofosfamid.
Efusi Pleura
Prednison 15-40 mg/hari. Bila efusi masif, dilakukan pungsi
pleura/drainase.
Lupus Pneunomitis
Prednison 1-1,5 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu.
Lupus serebral
Metilprednison 2 mg/kg BB/hari untuk 3-5 hari, bila berhasil
dilanjutkan dengan pemberian oral 5-7 hari lalu diturunkan perlahan.
Dapat diberikan metilprednison pulse dosis selama 3 hari berturut-
turut.
2.9. Prognosis
Beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakin
membaik, banyak penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan.
Wanita penderita lupus yang hamil dapat bertahan dengan aman sampai
melahirkan bayi yang normal, tidak ditemukan penyakit ginjal ataupun
jantung yang berat dan penyakitnya dapat dikendalikan.
Angka harapan hidup 10 tahun meningkat sampai 85%.
Prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang mengalami
kelainan otak, paru-paru, jantung dan ginjal yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
1 Sidabutar, R.P. 1995. Lupus Eritematosus Sistemikdan Nefritis Lupus.
Simposium Nasional LES. Jakarta
By Riskawati Usman/07923076
5/10/2018 bahanbuku SLE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahanbuku-sle 17/17
SLE
2 Isbagio Hary, dkk. 2006. Lupus Eritematosus Sistemik. Ilmu Penyakit
Dalam jilid 2. FKUI : Jakarta. 1214-1221
3 A. Charter, Michael. 2005. Lupus Eritematosus Sistemik. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit volume2,edisi 6. EGC : Jakarta.
1392-1395. 1-6
4 American College of Rheumatology Ad Hoc Committee on systemic lupus
erythematosus guidelines.Arthritis Rheum 1999;42(9):1785-96.
5 Van Vollenhoven RF,Engleman EG ,McGuire JL.Dehydroepiandrosterone
in systemic lupuserythematosus:result of a double blind,placebo-
controlled,randomized clinical trial.Arthritis Rheum 1995;38:1826-31
6 Guzman J,Cardiel MH,Arce-Salinas,et al.Measurerement of disease
activity in systemic lupus erythematosus .Prospective validation of 3
clinical indices.J Rheumatol 1992;19:1551-1558
By Riskawati Usman/07923076