ppt jurnal sle

19
Studi Retrospektif Lupus Eritematosus di Subdivisi Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2005-2010 Ditulis oleh : Friska Jifanti, Alwi Mappiasse Sischa Widi Astuti (2014610173)

Upload: oktha-claudiuz

Post on 19-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

sle

TRANSCRIPT

Studi Retrospektif Lupus Eritematosus di Subdivisi Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2005-2010

Studi Retrospektif Lupus Eritematosus di Subdivisi Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2005-2010

Ditulis oleh :Friska Jifanti, Alwi Mappiasse

Sischa Widi Astuti(2014610173)PengantarLupus eritematosus (LE) adalah suatu penyakit autoimun yg menyerang jaringan penyangga (connective tissue disease) dimana penyakit ini dapat mengenai berbagai sistem organ dengan manifestasi klinis & prognosis yg bervariasi. Manifestasi yg paling umum : kelainan kulit. (Insawang, 2010)

Klasifikasi LEDiscoid Lupus Eritematosus (DLE)Menyerang kulit saja.Lesi berbentuk lingkaran, timbul di wajah, lengan, kulit kepala, telinga, punggung dan dada.Systemic Lupus Eritematosus (SLE)Menyerang banyak sistem dalam tubuh.

Epidemiologi LEUsia produktif (21-50 tahun)Perempuan > laki-laki (8:1)Di Eropa Utara, prevalensinya berkisar 40 kasus/100.000 penduduk & 200 kasus/100.000 penduduk ditemukan pada orang dengan kulit hitam.

Tujuan PenelitianMengetahui gambaran umum penyakit LE di Subdivisi Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo periode 2005-2010 yang meliputi distribusi kasus baru, kelompok usia, jenis kelamin, tipe LE, kelainan yg ditemukan dengan kriteria ARA, serta data laboratorium.Populasi penelitian12 pasien dengan kriteria 10 pasien wanita dan 2 pasien laki-laki.Metode PenelitianPenelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan mengambil data-data dari rekam medik penderita baru LE di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama 5 tahun, mulai Juni 2005-Mei 2010.Tahap-tahap penelitian retrospektif:

Hasil10Kelompok usiaJumlah pasienPersentase11-20325 %21-30325 %31-400041-50650 %Kelainan yg ditemukanJumlahPersentaseEritema fasial825,8 %Lesi diskoid412,9 %Fotosensitif26,4 %Ulkus mulut & rinofaring13,2 %Artritis516,1 %Proteinuria39,6 %Psikosis26,4 %Gg. imunologik412,9 %Pemeriksaan LabJumlahPersentaseLED631,6 %SGPT/SGOT315,8 %Ureum/kreatinin210,5 %ANA test210,5 %Reumatoid faktor15,2 %Ssel epitel, eritrosit, proteinuria15,2 %Darah rutin210,5 %histopatologi210,5 %Tipe LEJumlah pasienPersentase DLE758,3 %SLE541,6 %PembahasanBerdasarkan jumlah kasus baru

Hasil pada jurnalPembahasanKunjungan kasus baru adalah 12 kasus dengan kunjungan terbanyak pada 2009 yaitu sebanyak 5 pasien (41,6 %)Jumlah kasus yg tidak banyak ini dikarenakan kemungkinan :pasien datang dengan keluhan artritis, sehingga pasien langsung datang ke bag. penyakit dalam.Penderita enggan berobat ke RS besar & cenderung memilih ke fasilitas pengobatan lain.Berdasarkan jenis kelamin & kelompok usiaHasil pada jurnalPenelitian/Teori PembandingWanita 83% & laki-laki 17%Penderita baru paling banyak berada di kelompok usia 41-50 tahun (50%) dengan usia termuda 16 tahun & usia tertua 48 tahun.

Penelitian Komalig FM, dkk yg melaporkan bahwa wanita SLE di Jakarta tahun 2004 sebesar 94,6%, & kelompok umur terbanyak di usia subur 15-44 tahun (88,4%).Diketahui bahwa wanita memiliki predisposisi SLE > pria karena memiliki 2 kromosom X. Hormon seks mendukung patogenesis penyakit. (Rahman & Isenberg, 2008) Berdasarkan klasifikasi penyakit LEHasil pada jurnalTeori PembandingHanya didapatkan 2 diagnosis terhadap LE yaitu DLE (58,3%) & SLE (41,6%), dari 12 kasus yg ditemukan hanya 2 kasus (10,5%) yg dilakukan pemeriksaan histopatologi.Perubahan pada kulit merupakan gambaran yg paling menonjol pada semua penyakit jaringan konektif, sehingga pemeriksaan histopatologi kulit sangat penting dalam membantu membedakan & menegakkan diagnosis. (Komalig et al, 2007)Berdasarkan kelainan yg ditemukan dengan kriteria ARA

Berdasarkan data laboratorium

Hasil pada jurnalTeori PembandingEritema fasial 25,8% dan artritis 16,1%.Pada kepustakaan disebutkan kelainan pada kulit merupakan organ yang paling banyak terkena setelah artritis. (Kole & Gosh, 2009)Hasil pada jurnalTeori PembandingPemeriksaan LED merupakan pemeriksaan terbanyak yg mengalami peningkatan yaitu 31,6% & fungsi hati merupakan pemeriksaan terbanyak kedua 15,8% .Penderita SLE membentuk auto-antibodi, dimana auto-antibodi mempunyai spesifitas terhadap eritrosit, trombosit & limfosit yg berturut-turut dapat menyebabkan gejala anemia, trombositopenia & limfopenia. (Nurjanti et al, 1990)KesimpulanDari studi ini disimpulkan bahwa kasus LE terbanyak ditemukan tahun 2009 dengan jenis LED dan berdasarkan kriteria ARA paling banyak dijumpai adalah eritema fasial.Critical JournalPenelitian kurang spesifik, karena hanya mengambil data-data dari rekam medis.Peneliti tidak dapat menentukan populasi sendiri, tetapi berdasarkan data rekam medis yang sudah ada.Peneliti tidak melakukan penelitian secara mandiri, tetapi hanya mengobservasi.