3. presus sle
DESCRIPTION
SLETRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Nn. Maslahah
Usia : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Palimanan
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Masuk RS : 15 Juni 2014
Keluar RS : 20 Juni 2014
II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
Keluhan Utama
Tidak bisa menggerakkan kaki sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan tidak bisa
menggerakkan kakinya sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien sering mengalami
nyeri sendi pada lututnya. Nyeri sendi yang dirasakan Nn. M sering tiba-tiba sejak 2
bulan yang lalu.
Selain itu, pasien mengatakan tidak tahan terkena matahari, kulitnya mudah
memerah dan terasa panas. Pasien juga mengeluhkan timbul bintik-bintik merah
diseluruh tubuhnya yang sering hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu.
Sejak 6 bulan terakhir, pasien mengeluh sering terserang demam. Demam
dirasakan naik turun dan setelah sembuh mudah untuk kambuh kembali. Pasien
mudah lelah dan menjadi tidak bersemangat melakukan kegiatan sehari-hari. Pasien
mengaku menderita penyakit Lupus sejak bulan April tahun 2014.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tekanan darah tinggi (-)
1
Riwayat kencing manis (-)
Riwayat sakit maag (-)
Riwayat asthma (-)
Riwayat sakit kuning (-)
Riwayat Penyakit dalam keluarga
Riwayat tekanan darah tinggi (-)
Riwayat kencing manis (-)
Riwayat sakit maag (-)
Riwayat asthma (-)
Riwayat sakit kuning (-)
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 100 /60 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 26 x/ menit
Suhu : 37, 6 C
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi dan jaringan parut (-), pigmentasi masih
dalam batas normal, keringat umum dan lokal (+), turgor tidak menurun.
Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening submandibula, leher, axilla dan inguinal tidak ada
pembesaran.
Kepala
Normocephal, ekspresi biasa, rambut rontok (-).
2
Mata
Eksopthalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), conjunctiva palpebra
pucat (-) pada kedua mata, sklera ikterik (-) pada kedua mata, pupil isokhor, reflek
cahaya normal, pergerakan bola mata ke segala arah baik, lapangan pandang luas.
Hidung
Septum nasal normal, lapisan mukus normal, epistaksis (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga
Kedua meatus akustikus dalam keadaan normal, lubang telinga cukup bersih,
tophi(-), nyeri tekan proc. mastoideus (-), selaput pendengaran tidak ada kelainan.
Mulut
Bibir simetris, pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), rhagaden (-), stomatitis
(-), atropi papil (-), sianosis (-).
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP tidak meningkat, hipertrofi M.
Sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)
Dada
Paru-paru
Inspeksi : statis & dinamis simetris kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+), ronkhi basah halus (-) basal paru kanan dan kiri,
wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 LMCS
Perkusi : batas atas jantung atas ICS 2, batas kanan LS Dextra, atas kiri
LMC sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, lemas
3
Palpasi : Nyeri tekan (+) di epigastrium, Hepar/Lien sulit dinilai
Perkusi : Shifting dulness (+), undulasi (+)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Genital
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas : nyeri sendi (-), gerakan bebas, pitting edema (-), jaringan
parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (+), jari
tabuh (-) turgor kembali lambat (-)
Ekstremitas bawah : nyeri sendi (+), gerakan bebas, pitting edema (-), jaringan
parut (-), pigmentasi normal, telapak kaki pucat (+), jari tabuh
(-), turgor kembali lambat (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap 15 Juni 2014
LAB RESULT FLAGS UNIT NORMAL
WBC 6, 1 10^3/ 4.0 - 12.0
LYM 2, 5 10^3/ 1.0 - 5.0
MON 0, 5 10^3/ 0.1 - 1.0
GRANUL 3, 1 10^3/ 2.0 - 8.0
LYM % 41, 4 % 25.0 - 50.0
MON% 7, 5 % 2.0 - 10.0
GRANUL% 51, 1 % 50.0 - 80.0
RBC 3, 65 L 10^6/ 4.0 - 6.20
HGB 6, 6 L g/dl 11.0 - 17.0
HCT 28, 1 L % 35.0 - 55.0
MCV 77, 0 L 80.0 - 100.0
MCH 26, 8 Pg 26.0 - 34.0
4
MCHC 34, 9 g/dl 31.0 - 35.0
RDW 16, 1 H % 10.0 - 16.0
PLT 108 L 10^3/ 150.0 - 400.0
MPV 9, 2 7.0 - 11.0
PCT 0. 099 L % 0.200 - 0.50
POW 14, 7 % 10.0 - 18.0
Kimia klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Ureum 29,9 10 - 50 mg/dL
Kreatinin 0,82 0,6 - 1,38 mg/dL
Uric Acid 5,28 3,34 – 7,0 mg/dL
Urin rutin
Warna : kuning
pH : 7.0
Berat jenis : 1,015
Nitrit : negatif
Protein : negatif
Glukosa : negatif
Keton : +4
Bilirubin : +1
Urobilinogen: +4
Sedimen
Leukosit : + 2-4/ LPB
Eritrosit : + 2-4/ LPB
Epitel : + 1-2/ LPB
Kristal : + 0-2/ LPB
5
Bakteri : negatif
Silinder : negati
Fungsi hati
Protein total : 5, 90 gr/dl (nilai normal: 7,0 – 9,0)
Albumin : 2, 88 gr/dl (nilai normal: 3,5 – 5,0)
Globulin : 3, 02 gr/dl (nilai normal: 1,5 – 3,0)
V. RINGKASAN
Pasien datang dengan keluhan tidak bisa menggerakkan kakinya sejak 3 hari yang
lalu. Terdapat bintik-bintik merah diseluruh tubuhnya, mudah terserang demam
dan mudah lelah. Penurunan hemoglobin (6,6 g/dl), penurunan hematokrit
(28,1%), dan penurunan trombosit (108.000).
VI. DIAGNOSIS
Rheumatoid Artritis e.c. Lupus Eritematosus Sistemik
VII. DIAGNOSIS BANDING
Arthritis Gout
Osteoarthritis
VIII. PENATALAKSAAN (Ruangan 16 Juni 2014)
Non Medikamentosa:
- Bed rest
- Dower Cateter pantau balance cairan
Medikamentosa
- infus ringer laktat
- methyl prednisolon tablet 4 mg, 3 x sehari
- ketorolac 3 x 1 amp IV
- antasida 3 x Cl
- ranitidin 3 x 1 amp
6
IX. RENCANA PEMERIKSAAN
Elektrolit
Urin lengkap
Darah rutin
X. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad malam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanactionam : dubia ad malam
XI. DAFTAR MASALAH
- anemia
- trombositopenia
- nyeri sendi
XII. FOLLOW UP PASIEN SELAMA DIRAWAT
15 Juni 2014
S : CM, Dada terasa berat, tidak bisa menggerakkan kaki, pusing, kulit bintik merah
O :
KU : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 100/60 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 37,6 C
Mata : Sklera ikterik -/-
Konjunctiva anemis -/-
Edema Palpebra -/-
Cor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)
7
Pulmo : VBS +/+, Ronki basah halus +/-, wheezing -/-
Abdomen : cembung, lemas, NT sulit dinilai, shifting dulness (+),
BU(+)N
Extremitas : Edema extr. superior -/-
Edema extr. Inferior -/-
A : Rheumatoid Artritis e.c. Lupus Eritematosus Sistemik
P :
infus ringer laktat
methyl prednisolon tablet 4 mg, 3 x sehari
ketorolac 3 x 1 amp IV
Antasida 3 x Cl
ranitidin 3 x 1 amp
16 Juni 2014
S : CM, Dada terasa berat, tidak bisa menggerakkan kaki, pusing, kulit bintik merah
O :
KU : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 120/70 mmhg
Nadi : 75 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,0 C
Mata : Sklera ikterik -/-
Konjunctiva anemis -/-
Edema Palpebra -/-
Cor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS +/+, Ronki basah halus +/-, wheezing -/-
Abdomen : cembung, lemas, NT sulit dinilai, shifting dulness (+),
BU(+)N
Extremitas : Edema extr. superior -/-
Edema extr. Inferior -/-
A : Rheumatoid Artritis e.c. Lupus Eritematosus Sistemik
8
P :
infus ringer laktat
methyl prednisolon tablet 4 mg, 3 x sehari
ketorolac 3 x 1 amp IV
Antasida 3 x Cl
ranitidin 3 x 1 amp
17 Juni 2014
S : CM, Dada terasa berat, tidak bisa menggerakkan kaki, pusing, kulit bintik merah
O :
KU : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,3 C
Mata : Sklera ikterik -/-
Konjunctiva anemis -/-
Edema Palpebra -/-
Cor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS +/+, Ronki basah halus +/-, wheezing -/-
Abdomen : cembung, lemas, NT sulit dinilai, shifting dulness (+),
BU(+)N
Extremitas : Edema extr. superior -/-
Edema extr. Inferior -/-
A : Rheumatoid Artritis e.c. Lupus Eritematosus Sistemik
P :
infus ringer laktat
methyl prednisolon tablet 4 mg, 3 x sehari
ketorolac 3 x 1 amp IV
Antasida 3 x Cl
ranitidin 3 x 1 amp
9
18 Juni 2014
S : CM, Dada terasa berat, tidak bisa menggerakkan kaki, pusing, kulit bintik merah
O :
KU : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,2 C
Mata : Sklera ikterik -/-
Konjunctiva anemis -/-
Edema Palpebra -/-
Cor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS +/+, Ronki basah halus +/-, wheezing -/-
Abdomen : cembung, lemas, NT sulit dinilai, shifting dulness (+),
BU(+)N
Extremitas : Edema extr. superior -/-
Edema extr. Inferior -/-
A : Rheumatoid Artritis e.c. Lupus Eritematosus Sistemik
P :
infus ringer laktat
methyl prednisolon tablet 4 mg, 3 x sehari
ketorolac 3 x 1 amp IV
Antasida 3 x Cl
ranitidin 3 x 1 amp
19 Juni 2014
S : CM, Dada terasa berat, tidak bisa menggerakkan kaki, pusing, kulit bintik merah
O :
KU : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 100/60 mmhg
Nadi : 80 x/menit
10
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,6 C
Mata : Sklera ikterik -/-
Konjunctiva anemis -/-
Edema Palpebra -/-
Cor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS +/+, Ronki basah halus +/-, wheezing -/-
Abdomen : cembung, lemas, NT sulit dinilai, shifting dulness (+),
BU(+)N
Extremitas : Edema extr. superior -/-
Edema extr. Inferior -/-
A : Rheumatoid Artritis e.c. Lupus Eritematosus Sistemik
P :
infus ringer laktat
methyl prednisolon tablet 4 mg, 3 x sehari
ketorolac 3 x 1 amp IV
Antasida 3 x Cl
ranitidin 3 x 1 amp
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Lupus Eritematosus Sistemik (LES/Lupus) adalah suatu penyakit autoimmune
sistemik yang menyerang banyak organ, terutama mengenai wanita usia subur. Ciri
utama dari LES adalah ditemukannya zat anti terhadap inti sel dan autoantigen lainnya.
Perjalanan penyakitnya sangat beragam, sulit diprediksi, dan manifestasinya tidak khas.
Spektrum klinis bervariasi dari penyakit yang akut, fulminan dan sangat berat sampai
mengancam jiwa, tapi bisa juga bisa ringan dan kronis. Jadi walaupun secara umum LES
merupakan penyakit menahun, namun ada kalanya dimana aktivitas penyakitnya minimal
bahkan menghilang sama sekali (remisi), dan adakalanya aktif (relaps atau flare).
B. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Patogenesis LES belum diketahui secara utuh, namun demikian banyak fakta
yang menunjukan bahwa fatogenesis LES bersifat multifaktorial, meliputi genetik yakni
HLA-DR2 (ras Asia/Jepang) dan HLA-DR3 (ras Kaukasia), neuroendokrin dan
lingkungan yang berpengaruh pada respon imun. Penelitian terakhir menunjukan bahwa
banyak sekali gen (lebih dari 100) yang berperan, terutama yang berfungsi mengkode
unsur-unsur sistem imun. Selain HLA-DR2 , komplemen yang berperan pada fase awal
reaksi ikatan komplemen (yaitu C1q, C1r, C1s, dan C2) telah terbukti keterlibatannya. Gen-
gen lain yang mulai terlihat ikut berperan adalah gen yang mengkode reseptor sel T,
imunoglobulin dan sitokin.
12
Faktor genetik: berperan penting dalam kepekaan serta manifestasi klinis.
Sebagaimana penyakit autoimmune lainnya, odapus mempunyai sifat genetis tertentu.
Saudara kembar identik odapus mempunyai risiko terkena Lupus sebesar 3-10 kali lipat
dibanding yang kembar tidak identik. Demikian pula kerabat dekat (ibu, ayah, saudara
kandung) odapus mempunyai risiko 8-9 kali lipat untuk terkena lupus dibanding
masyarakat pada umumnya. Sekitar 10-20% pasien LES mempunyai keluarga dekat (first
degree relative) yang juga menderita LES.
Faktor lingkungan: Saudara kembar identik odapus berisiko lebih tinggi, namun
tidak semuanya akan mengalami Lupus (30-50%). Hal ini menunjukan adanya peran
lingkungan dalam patogenesis Lupus pada mereka yang mempunyai kepekaan genetis.
Beberapa zat kimia seperti formaldehida, debu silika dan zat makanan dikenal pula dapat
mencetuskan lupus. Paparan sinar matahari dan lampu fluoresens dapat memperberat
bercak kulit yang telah ada, bahkan dapat mencetuskan flare up.
Lupus karena obat: procainamide, hydralazine, isoniazide, antibiotika sulfa, agen
biologik untuk terapi artritis reumatoid seperti etanercept, infliximab, dan adalimumab
dapat mencetuskan lupus. Biasanya lupus karena obat akan membaik setelah obat yang
bersangkutan diberhentikan.
Pengaruh hormonal: odapus mengalami perburukan gejala pada masa ovulasi
(masa subur), dan membaik pada saat menstruasi. Estrogen diduga berperan, namun
mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Dengan demikian, sebaiknya tidak
menggunakan metoda KB yang mengandung estrogen. Pengaruh kehamilan pada
aktivitas penyakit, tidak menentu. Ada yang meningkat namun ada pula yang tetap.
Stress fisik dan psikis dapat mencetuskan penyakit dan menimbulkan
kekambuhan.
Adapun patogenesis LES dihipotesiskan sebagai berikut :
Adanya satu atau beberapa factor pemicu yang tepat pada individu yang
mempunyai predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal terhadap
sel T CD4+, mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap self antigen. Sebagai
akibatnya munculah sel T autoreaktif yang akan menyebabkan induksi serta ekspansi sel
B, baik yang memproduksi autoantibody maupun yang berupa sel memori.
13
Pada LES autoantibody yang terbentuk ditujukan terhadap antigen yang terutama
terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan non
histon. Kebanyakan diantaranya dalam keadaan alamiah terdapat dalam bentuk agregat
protein dan atau komplek ptotein-RNA yang disebut partikel ribonukleoprotein (RNA).
Ciri khas autoantigen ini ialah mereka tidak spesifik untuk jaringan tertentu tetapi
merupakan komponen integral semua jenis sel.
Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti nuclear antibody). Dengan
antigennya yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dalam
sirkulasi. Telah ditunjukkan bahwa penanganan kompleks imun pada LES terganggu.
Dapat berupa gangguan klirens kompleks imun besar yang larut, gangguan pemprosesan
kompleks imun dalam hati, dan penurunan uptake kompleks imun pada limpa.
Gangguan-gangguan ini memungkinkan terbentuknya deposit kompleks imun di luar
sistem fagosit mononuklear. Kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai macam
organ dengan akibat terjadinya fiksasi komplemen pada organ tersebut. Peristiwa ini
menyebabkan aktivasi komplemen yang menghasilkan substansi penyebab timbulnya
keluhan gejala pada organ atau tempat yang bersangkutan seperti
ginjal,sendi,pleura,pleksus koroideus, kulit dan sebagainya.
C. GAMBARAN KLINIS
1. Gejala konstitusional : demam, malaise, anoreksia dan penurunan berat badan.
Kadang-kadang untuk yang ringan hanya gejala-gejala tersebut yang muncul sebelum
ada gejala lain.
2. Kelainan Mukokutaneus :
a. Erupsi kulit, terdapat pada 40 % penderita. Erupsi di wajah (malar rash, discoid
rash) dengan bentuk seperti kupu-kupu terdiri dari eritema dan edem selama fase
akut. Sedangkan pada fase kronis muncul atrofi dan teleangiektasis. Erupsi kulit ini
dipresipitasi atau diperparah dengan paparan sinar ultraviolet.
b. Fotosensitifitas
c. Alopesia
d.Ulkus pada mukosa nasal atau oral
e. Xeroftalmia dan xerosmia = sicca syndrome/ Sjogren syndrome
14
f. Lupus hair yaitu rambut-rambut pendek yang patah-patah di atas dahi
3. Muskuloskeletal
a. Artritis dan atralgia, sendi yang terlibat yaitu tangan, kaki dan juga sendi-sendi
besar. Sendi terlihat kemerahan, hangat dan terdapat efusi sinovial.
b. Fibromialgia, miositis (disertai peningkatan CPK dan kelemahan otot proksimal)
c. Osteoporosis dan osteonekrosis, terutama penderita dengan pengobatan steroid
dosis tinggi jangka panjang.
4. Kelainan Ginjal
Merupakan manifestasi yang paling serius dari LES. Kelainan ginjal sangat
bervariasi dari proteinuri minimal dan sedikit cast sel-sel darah merah sampai hematuri
dan proteinuri masive. Nefritis lupus terdiri dari beberapa kelas :
Tabel 1. Klasifikasi Nephritis Lupus berdasarkan staging dari WHO (2003) :
Ke
las
Deskripsi Gambaran Klinis
I
II
III
Glomerulus normal (dengan pemeriksaan
mikroskop cahaya, imunofluoresen, mikroskop
elektron)
Perubahan pada mesangial :
a. Normal dengan mikroskop cahaya,
deposit pada mesangial dengan
imunofluoresen dan atau mikroskop
cahaya
b. Hiperselularitas mesangial dan terdapat
deposit pada imunofluoresen dan atau
mikroskop elektron
Fokal segmental Glomerulonephritis
a. Lesi nekrotik aktif
Tanpa gambaran klinis atau Proteinuri +
Proteinuria persisten
Hematuri mikroskopik dan bisa terdapat silinder
leukosit / eritrosit dan / proteinuria tanpa
hipertensi,tanpa sindroma nefrotik / gangguan
fungsi ginjal
Hematuri dan proteinuria ditemukan pada
seluruh pasien, sebagian pasien ditemukan
hipertensi, sindroma nefrotik dan penurunan
15
IV
V
VI
b. Lesi sklerotik aktif
c. Lesi sklerotik
Glomerulonephritis Difus (Proliferasi luas pada
mesangial, endokapiler atau mesangiokapiler dan
atau deposit luas subendotel)
a. Tanpa lesi segmental
b. Dengan lesi nekrotik aktif
c. Dengan lesi aktif dan sklerotik
d. Dengan lesi sklerotik
Glomerulonephritis membranosa difus :
a. Glomerulonephritis membranosa murni
b. Berhubungan dengan lesi kelas II (a atau
b)
Glomerulonephritis sklerotik lanjut
fungsi ginjal
Hematuri dan proteinuria ditemukan pada
seluruh pasien (sindroma nefritik akut)
sedangkan sindroma nefritik, hipertensi, dan
penurunan fungsi ginjal ditemukan pada hampir
seluruh pasien
Sindroma nefritik ditemukan pada hampir
seluruh pasien sebagian dengan hematuri atau
hipertensi akan tetapi fungsi ginjal masih
normal atau sedikit menurun
Biasanya menimbulkan penurunan fungsi ginjal
yang lambat dengan kelainan urin yang relayif
normal
5. Kelainan Neuropsikiatri : nyeri kepala, kejang, neuropati perifer, neuropati kranial dan
depresi
6. Kelainan Serosa : pleuritis eksudatif, perikarditis eksudatif namun jarang sampai
menimbulkan gangguan hemodinamika, peritonitis (ditandai dengan nyeri difus pada
abdomen)
7. Kelainan Vaskular : Fenomena Raynaud’s, vaskulitis, vaskulopati (inflamasi ringan
pembuluh darah), hipertensi, miokaditis, endokarditis Libman-Sacks,
thromboembolic events (terutama yang menggunakan antikardiolipin atau
antikoagulan lupus positif)
8. Lain-lain : Perdarahan paru, hipertensi pulmonal, pneumonitis interstitialis, ocular
(cytoid bodies), gastrointestinal (lupoid hepatitis, pankreatitis)
D. PEMERIKAAN PENUNJANG
16
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kelainan Hematologi
Anemia normositik ringan (50%-80%) seperti umumnya pada tipe penyakit
kronis; kadang-kadang terjadi anemia hemolitik autoimmune dengan hasil
Coombs’ test direk yang positif.
Leukopenia sedang sebagai akibat dari mekanisme autoimmune.
Lymphocytopenia, akibat lymphocytoxic antibodies; seringkali merupakan
kelainan laboratorium pertama yang ditemukan.
Thrombocytopenia, akibat mekanisme autoinum, sering menggambarkan aktivitas
penyakit.
Peningkatan fibrin split products, sering ditemukan pada nefritis lupus.
Pemeriksaan Protein Plasma
Penurunan kadar albumin (50%-60%), menggambarkan penyakit kronis atau kehilangan
albumin melalui urine pada sindroma nefrotik dari lupus nephiritis.
Peningkatan LED dan CRP,menggambarkan aktivitas penyakit.
Urinalisis
Heumaturia, cellular casts, dan proteinuria +++ (>500mg/dl) pada lupus nephritis.
Cairan Sinovial
Leukopenia (<3000/mm3); dengan predominan lymphocytes, LE cells dan antinuclear
antibodies positif. Penurunan kadar complement.
Cairan Spinal
Dapat ditemukan meningitis aseptik.
Pemeriksaan Immunologi
*Antinuclear antibodies positif ( 98% ) dengan pola homogen atau rim.
*Anti-DNA antibodies positif ( double stranded or native ),spesifitas sangat tinggi
untuk LES. Ditemukan pada hampir seluruh pasien dengan keterlibatan ginjal ( 90% )
dan pada pasien yang dengan aktivitas penyakitnya berat meski tanpa keterlibatan
ginjal (50%). Titernya menggambarkan aktivitas penyakit; tidak ditemukan pada
drug-induced LE.
*Antibodi yang menyerang antigen inti sel (extractable nuclear antigens). Terdiri dari
nuclear ribonuclear protein (nRNP ) dan nuclear nonnucleic acid glycoprotein ( Smith
17
{SM} antigen ). Anti SM ini memiliki sensitifitas yang tingggi untuk pasien LES;
ditemukan pada 25%-30% pasien LES.
*LE cells positif (70%-85%) spesifik untuk LES tapi tidak sesensitif antinuclear
antibobies ; LE cells dapat ditemukan pada cairan sinovium, pleural, dan pericardial.
*Ditemukannya circulating immune complexes, menggambarkan aktifitas penyakit.
Penurunan kadar complemen serum (75%), menggambarkan utilisasi oleh kompleks
immun pada penyakit yang sedang aktif.
Peningkatan y-globulins serum (80%),menggambarkan peningkatan aktivitas sistim
immun.
Rheumatoid factor dapat positif (20%-35%).
False-positive nontreponemal test untuk syphilis (15%-20%).
*Biopsi Ginjal dan Kulit
Pemeriksaan dengan Immunofluorescent memperlihatkan deposit
immunoglobulin dan komplemen.
*Bila ditemukan, penunjang diagnostik
GAMBARAN RADIOLOGIS
Subluksasi, dislokasi dan deviasi ulnar, osteoporosis, osteonekrosis ( hips, bahu,
lutut, tangan dan kaki ), atropi jaringan lunak dan pengapuran sendi.
Tangan: deviasi ulnar, boutonnierel, swan neck deformities, osteoporosis, fraktur
spontan.
Spine: instabilitas atlantoaxial, compression fractures.
Thorax: Efusi pleura dan penebalan pleura, kardiomegali, efusi pericardial.
E. DIAGNOSIS
Kriteria Klasifikasi American College of Rheumatology (ACR)1982 (Revisi 1997)
LES bila ditemukan minimal 4 dari 11 kriteria berikut :
1. Ruam malar
2. Ruam discoid
3. Fotosensitifitas
18
4. Ulkus Oral/Nasal
5. Arthritis
6. Serositis, yaitu pleuritis atau perikarditis
7. Gangguan Ginjal : Proteinuria 500 mg/hari ( +++) atau adanya silinder sel
8. Gangguan neuropsikitrik : Kejang atau psikosis
9. Kelainan darah : anemia hemolitik/ leukopenia (<4000/mm3) atau lymphopenia
(<1500/mm3) atau thrombocytopenia (<100.000/mm3)
10. Pemeriksaan Imunologik : sel LE positif atau anti dsDNA postif atau anti SM
positif atau positif palsu untuk VDRL
11. Antibodi antinuklear (ANA) positif
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan tergantung pada hasil penilaian mengenai aktifitas penyakit,
organ mana yang terkena serta berat ringannya penyakit.
Penilaian aktifitas penyakit dilakukan secara klinis dan laboratoris. Kelelahan, demam,
atau gangguan mood dapat merupakan tanda flare up.
TERAPI NON FARMAKOLOGIS
- Istirahat yang cukup
- Menghindari kelelahan
- Menggunakan topi atau paying jika bepergian atau berada di ruang terbuka
- Menggunakan tabir surya SPF 30%
- Baju yang lebih tertutup
TERAPI FARMAKOLOGIK
1. Untuk kasus-kasus yang ringan dengan keluhan arthritis, antralgia, mialgia dan
serositis, dapat diberikan :
- Anti Inflamasi Non Steroid
- Kloroquin 200 mg/hari atau Hidroksikloroquin 200-400 mg/hari, maksimal 6 bulan
- Kortikosteroid dosis rendah/ prednisone 15 mg/hari, setiap pagi
2. Terapi Agresif
19
Terapi agresif yang dimulai dengan pemberian glukokortikoid dosis tinggi harus
segera dimulai bila timbul manifestasi serius LES dan mengancam nyawa, misalnya
vaskulitis, lupus kutaneus yang berat, poliartritis, poliserositis, miokarditis pneumonitis
lupus, glomerulonefritis (bentuk proliferatif), anemia hemilitik, trombositopenia,
sindroma otak organic, defek kognitif yang berat, mielopati, neuropati perifer dan krisis
lupus (demam tinggi, prostrasi)
a. Prednison/Prednisolon atau Metilprednisolon: 0,4 mg/kgBB/hari untuk kasus
sedang, 1 – 2 mg/kgBB/hari untuk kasus yang berat, lalu tapering off. Untuk
kebanyakan kasus dosis induksi ini cukup 4-6 minggu, namun untuk yang mengenai
ginjal, minimal induksi remisi tercapai setelah lebih dari 6 minggu. Setelah
pemberian glukokortikoid dosis tinggi selama 6 minggu, maka harus mulai dilakukan
penurunan dosis secara bertahap, dimulai dengan 5–10% setiap minggu bila tidak ada
eksaserbasi akut. Setelah mencapai dosis prednisone 30 mg/hari, maka penurunan
dosis dilakukan 2,5 mg/minggu, dan setelah dosis prednisone mencapai 10-15
mg/hari, penurunan dosis dilakukan 1 mg/minggu. Bila timbul eksaserbasi akut, dosis
prednison dinaikkan sampai ke dosis efektif sebelumnya sampai beberapa minggu,
kemudian dicoba diturunkan kembali. Pada life threatening lupus (trombositopenia,
CNS lupus nefritis, serosistis berat ) biasanya diberikan Pulse therapy intravena
dengan dosis 15-30 mg/kgBB atau 500-1000 mg/hari selama 3-5 hari.
b. Methotrexate dan leflunaomide dengan dosis seperti pada AR diberikan untuk
kasus artritis erosit/sinovitas berat.
c. Siklofosfamid: induksi 1 – 3 mg/kgBB/hari untuk maintenance: 0,5 – 2
mg/kgBB/hari. Pada nefritis lupus yang berat dan CNS lupus bisa diberikan pulse
therapy dengan dosis 600–1000 mg sebulan sekali bersamaan dengan pulse steroid
therapy. Interval kemudian diperpanjang menjadi setiap 6 minggu sampai setiap 3
bulan.
d. Azathioprin 1-3 mg/kgBB diberikan untuk nefritis lupus dan aman pada penderita
lupus yang hamil. Biasanya diberikan sebagai steroid sparing agent, untuk
mengurangi pemakaian dosis tinggi steroid.
e. Siklosporin-A 2 – 3 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis.
20
f. Mofetil mikofenolat : 500 – 1500 mg/hari atau mycophenolate sodium 360 – 1080
mg/hari. Berfungsi sebagai induksi remisi atau maintenance ( dengan dosis yang lebih
kecil ) setelah pulse therapy siklofosfamid.
g. Intravenous gamma-globumin 400mg/kgBB/hari bersamaan dengan pulse steroid
pada kasus trombositopenia yang life threatening diberikan selama 5 hari, jika tidak
berespon dosis dapat dinaikkan sampai 1000mg/kg/hari.
3. Transplantasi ginjal pada pendarita yang mengalami ESRD. Transplantasistem cell
dilakukan di institusi tertentu dan belum menjadi pengobatan baku.
4. Hemodialisis dilakukan pada odapus yang mengalami ESRD.
5. Plasmapheresis dilakukan bila dengan pengobatan medikamentosa yang adekwat
tidak dicapai hasil yang memuaskan. Biasanya dilakukan pada kasus nefritis atau CNS
Lupus yang berat.
6. Splenektomi pada kasus trombositopenia yang refrakter dengan obat-obatan.
21
BAB III
PEMBAHASAN
Kriteria American Rheumatism Association (ARA) 1977
Kaku di pagi hari
Artritis pada 3 daerah
persendian atau tubuh
Artritis pada persendian
tangan
Artritis simetris
Nodul reumatoid
Faktor reumatoid serum
positif
Perubahan gambaran
radiologis
Pada persendian sekitar 1 jam sebelum perbaikan
maksimal.
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian 3 sendi
secara bersamaan selama 6 minggu.
Sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Keterlibatan sendi yang sama pada kedua sisi, bilateral
dapat diterima meskipun tidak mutlak bersifat simetris.
Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta artikuler.
Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang
memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok control
yang diperiksa.
Perubahan gambaran radiologis yang menunjukkan adanya
erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi
atau daerah yang berdekatan dengan sendi
22
Kriteria Diagnosis Lupus Eritematosus Sistemik
Menurut kristeria diagnosis diatas, Nn. M memenuhi kriteria diagnosis SLE, yaitu
ruam diseluruh tubuh, fotosensitivitas, artritis, gangguan imunologik dan test ANA
positif.
23
Algoritma penatalaksanaan SLE:
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmawan, J., Nasution, A.R., Kalim, H., Sidabutar, R.P., Diagnosis dan Terapi
Lupus Eritematosus Sistemik, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IDI.
2. Eugene Braunwald, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen Hauser, Dan L.
Longo, J. Larry Jameson. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi ke 15.
Mc.Graw Hill. New York, 2001 : 1922 - 1927
3. Gunadi R, Dewi S, Kamijoyo L, Pramudiya R. Diagnosis dan terapi penyakit
Reumatik. Jakarta. Sagung Seto.2006.
4. Hahn, B.H., Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4, Edisi 13,
EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 2000.
5. Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, Setiyohadi B. Lupus Eritematosus Sistemik.
Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Indonesia. 2006 : 1214–1220.
6. Rahmat Gunadi, Sumartini Dewi, Laniyati Hamijoyo, Riardi Pramudiyo.
Diagnosis dan Terapi Penyakit Reumatik Cetakan ke 1. Sagung Seto. Jakarta,
2006: 21 – 35.
25