skripsi inovasi perkebunan cabai di kelurahan bonto … · pada perkebunan cabai dengan sistem...

100
SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO MANAI KECAMATAN BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG oi Oleh: KIKI RESKY INDRAYANTI Nomor Induk Mahasiswa : 105610537515 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

SKRIPSI

INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO MANAI

KECAMATAN BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG

oi

Oleh:

KIKI RESKY INDRAYANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 105610537515

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan
Page 3: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan
Page 4: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan
Page 5: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Berkat limpahan rahmat-Nya yang masih memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Inovasi Perkebunan Cabai di

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng”.

Berbagai kendala yang dihadapi penulis dalam penyelesaian skripsi ini dijadikan

sebagai proses pembelajaran dan pengalaman.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan baik secara materi maupun non materi.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Almarhumah Ibunda tercinta ST.

Syamsiah yang semasa hidupnya selalu memperjuangkan dan memberikan

motivasi kepada penulis dan Ayah tercinta Jumanai yang telah mendidik,

membesarkan, menyayangi sepenuh hati dan senantiasa mendoakan dengan tulus

untuk kebaikan penulis serta ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Abdi, M.Pd

selaku pembimbing I dan Ibu Riskasari, S.Sos.,M.AP selaku pembimbing II yang

telah meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya untuk memberikan

bimbingan mulai dari penyusunan proposal sampai penyelesaian skripsi ini. Rasa

terimakasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberi pengaruh

kepada penulis selama ini yaitu:

1. Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Abdul

Rahman Rahim, SE, MM.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Bapak NasrulHaq, S.Sos, M.PA atas

bimbingan yang telah diberikan selama ini.

Page 6: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan
Page 7: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

ABSTRAK

Kiki Resky Indrayanti, 2020. Inovasi Perkebunan Cabai di Kelurahan Bonto

Manai Kecamatan Bissappu (dibimbing oleh Abdi & Riskasari)

Inovasi merupakan hal yang penting dalam membangun adanya

perkembangan untuk melihat sebuah perubahan ataupun kualitas dari hasil

peningkatan pencapaian sebuah ide yang dikembangkan khususnya dalam

perkebunan cabai. Berdasarkan hal tersebut peneliti terdorong untuk mencoba

menggambarkan dan menjelaskan mengenai Inovasi Perkebunan Cabai di

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun

jumlah informan sebanyak 5 orang adalah Kepala Kelurahan, Sekretaris

Kelurahan, Staff bagian Kesejahteraan, Ketua Kelompok Tani, Tokoh Masyarakat.

Sumber data adalah data primer dan data sekunder Teknik pengumpulan data

dengan wawancara, observasi, penelitian kepustakaan, dokumentasi. Adapun

pengabsahan data yang digunakan adalah tringulasi sumber, tringulasi teknik, dan

tringulasi waktu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inovasi perkebunan cabai di

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu telah di lakukan perluasan lahan

pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator,

kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan cabai di Kelurahan Bonto

Manai serta memiliki faktor pendukung dari swadaya masyarakat, dan alat

kultivator, kompa, ajir/penegak serta pemilihan bibit yang kualitas standar.

Dengan faktor penghambat minimnya biaya dalam pengelolaan cabai, terbatasnya

alat teknologi, kurangnya bantuan pemerintah.

Kata kunci: Inovasi, Perkebunan Cabai

Page 8: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN TIM .................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................................... v

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 4

C. Kegunaan Penelitian ............................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 4

BAB II TINJAUN PUSTAKA ......................................................................................... 6

A. KONSEP DAN TEORI .......................................................................................... 6

1. Konsep Inovasi .................................................................................................. 6

2. Pengertian Inovasi ............................................................................................. 6

3. Manajemen Inovasi ........................................................................................... 8

4. Faktor Pendorong Inovasi .................................................................................. 9

5. Teori Inovasi ..................................................................................................... 10

6. Perkebunan Cabai .............................................................................................. 12

7. Pengertian Tanaman Cabai ................................................................................ 12

8. Klasifikasi Tanaman Cabai ................................................................................ 12

9. Strategi Pengelolaan Tanaman Cabai ................................................................ 14

10. Teknik Pengendalian Hama ............................................................................... 17

11. Pemeliharaan Cabai ........................................................................................... 19

Page 9: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

B. Kerangka Pikir ....................................................................................................... 20

C. Fokus Penelitian ..................................................................................................... 21

D. Deskriptif Penelitian .............................................................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 24

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................................. 24

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ....................................................................................... 24

C. Sumber Data ........................................................................................................... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 25

E. Informan Penelitian ................................................................................................ 26

F. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 26

G. Pengabsahan Data .................................................................................................. 27

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 28

A. Deskriptif Objek Penelitian .................................................................................... 28

1. Geograafis Kabupaten Bantaeng ...................................................................... 28

2. Administrasi Geografis Kabupaten Bantaeng .................................................. 28

3. Kependudukan ................................................................................................. 29

4. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Bantaeng .................................................... 32

5. Potensi Wilayah Kabupaten Bantaeng ............................................................. 34

6. Geografis Kantor Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng ......................................................................................................... 39

B. Hasil Penelitian

1. Keadaan Demografi Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng ........................................................................................ 40

2. Jumlah Penduduk ............................................................................................. 40

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga/RW ..................................... 41

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ..................................................... 41

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................................... 42

6. Sarana dan Prasarana Kantor Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng ........................................................................................ 43

7. Struktur Organisasi Kantor Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng ........................................................................................ 44

Page 10: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

C. Pembahasan Penelitian ........................................................................................... 49

1. Kreatifitas ....................................................................................................... 50

a. Keahlian .................................................................................................... 54

b. Kemampuan Berpikir ................................................................................ 58

c. Imajinatif ................................................................................................... 62

d. Motivasi Internal ....................................................................................... 66

2. Pengambilan Resiko Terukur ........................................................................... 69

3. Faktor Pendukung ............................................................................................ 72

4. Faktor Penghambat .......................................................................................... 75

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 80

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 80

B. Saran ...................................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 82

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 11: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1 Keterangan Jabatan Informan Penelitian ......................................... 26

Tabel 2 Posisi Geografis Kabupaten Bantaeng Menurut Kecamatan .......... 29

Tabel 3 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kecamatan,

Tahun 2018 ...................................................................................... 30

Tabel 4 Jumlah Penduduk Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 40

Tabel 5 Jumlah Penduduk Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng Berdasarkan Kepala Keluarga/RW .............. 41

Tabel 6 Jumlah Penduduk Kelurahan Bonto Manai berdasarkan Tingkat

Pendidikan ....................................................................................... 42

Tabel 7 Jumlah penduduk Kelurahan Bonto Manai berdasarkan Mata

Pencaharian ....................................................................................... 43

Page 12: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman

Gambar 1 Diagram Definisi Inovasi (Baregheh, 2009) .................................. 7

Gambar 2 Kerangka Pikir .............................................................................. 21

Gambar 3 Wawancara oleh Ibu SN Kepala Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng ................................... 85

Gambar 4 Wawancara oleh Bapak AR sekretaris Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng ................................... 85

Gambar 5 Wawancara oleh Bapak NA, Ketua Kelompok Tani Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng ............. 86

Gambar 6 Wawancara oleh Ibu IR Staff Kesejahteraan Kelurahan Bonto

Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng ....................... 86

Gambar 7 Wawancara oleh Ibu JU dan Ibu AS Tokoh Masyarakat

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng ........................................................................................ 87

Gambar 8 Wawancara oleh Bapak AH Anggota Tani Kelurahan Bonto

Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng ....................... 87

Page 13: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi di Indonesia, mempunyai peranan penting yang

sangat bermanfaat bagi kehidupan setiap penduduk karena bertujuan untuk

menghasilkan dan mengembangkan perekonomian mereka terutama dalam bidang

Perkebunan. Undang-undang Republik Indonesia nn 39 Tahun 2014 tentang

Perkebunan “Bahwa Perkebunan berperan penting dan memiliki potensi besar

dalam pembangunan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan”. Hal ini merupakan

tujuan penting untuk diterapkan dalam pembangunan perkebunan agar tingkat

perekonomian semakin berkembang.

Melonjaknya para pedagang perkebunan cabai di Indonesia dalam

persaingan pasar semakin signifikan karena mengakibatkan sejumlah pedagang

mengalami persaingan yang begitu ketat. Sehingga, banyak dari sekian pedagang

menentukan lebih awal target pemasarannya sudah ditentukan agar supaya

persaingan pasar dalam memasarkan bisa teratasi dengan baik. Khususnya yang

berada di daerah Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng.Bantaeng merupakan salah satu propinsi yang dikenal sebagai sektor

pertanian dalam menghasilkan sayuran-sayuran misalkan tanaman cabai. Cabai

merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai manfaat bagi setiap

pengolahan makanan yang berbahan baku cabai. Dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Bantaeng Pasal 1 Nomor 20 Tahun 2013 sudah dijelaskan bahwa

Page 14: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

usaha tani adalah kegiatan dalam bidang pertanian mulai dari sarana , produksi,

pemeliharaan, produksi/budidaya, penanganan pascapanen, pemasaran hasil,

dan/atau jasa penunjang untuk mencapai kedaulatan dan kesejahteraan yang

bermartabat. Akan tetapi dengan adanya peraturan daerah mengenai

pemberdayaan tanaman masih banyak masyarakat yang memberikan keluhan

mengenai pengelolaan tanaman mereka. Khususnya di wilayah Kecamatan

Bissappu termasuk wilayah yang potensial untuk tanaman pertanian tanaman

pangan, selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan tanaman pangan

lainnya yang dihasilkan di wilayah Kecamatan Bissappu adalah cabai.

Wilayah perkebunan cabai dari tahun lalu sudah diterapkan dibeberapa

wilayah dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Bantaeng dengan areal panen seluas 6.00 hektar dengan hasil produksi 22 ton.

Sedangkan untuk di wilayah Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

memiliki areal panen masih begitu sempit dengan ukuran 25 are. Pemerintah

Kabupaten Bantaeng masih mengusahakan bagaimana memberikan solusi terbaik

untuk meningkatkan kualitas dari hasil panen perkebunan tersebut. Menggunakan

strategi baru dalam meningkatkan pengembangan perkebunan adalah cara yang

paling efektif karena bertujuan untuk menghasilkan panen berkualitas. Sehingga

dalam hal ini dikemukakan oleh Bapak Manajemen Dunia Peter Drucker (2005)

dalam upaya untuk menciptakan perubahan yang bertujuan dan fokus dalam suatu

potensi ekonomi atau sosial.

Inovasi dalam pengembangan cabai memerlukan sebuah ide baru atau

rancangan produksi cabai yang lebih baik dari sebelumnya serta pencapaian suatu

Page 15: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

tujuan diperlukan perubahan baru untuk melihat seperti apa hasil dari pencapaian

suatu perkembangan penanam cabai khususnya di Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Maka dari itu diperlukan suatu

gagasan baru sehingga mengaitkan dimensi-dimensi dalam inovasi itu sendiri.

Berdasarkan pendapat dari Nasution & Kartajaya (2018) dalam bukunya yang

berjudul “Inovasi” menetapkan 2 (dua) dimensi yang mendasari pengelolaan

inovasi yatitu: (1) Kreativitas, dan (2) Pengambilan resiko, yang mendorong

kearah pencapaian kinerja yang lebih efisien dan efektif.

Permasalahan yang terjadi dalam pengembangan perkebunan cabai

dikarenakan sempitnya areal panen, dan hasil produksi yang masih belum

mempunyai wadah pemasaran pada perkebunan cabai. Oleh sebab itu para petani

di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

mengharapkan dari Pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk memberikan bantuan

penambahan luas lahan agar memperoleh hasil panen yang lebih banyak dan

petani juga berharap pemerintah membantu terkait persoalan wadah pemasaran

produksi agar tanaman cabai bisa menghasilkan lebih banyak serta sukses

dipasarkan. Pengelolaan perkebunan cabai memerlukan beberapa bantuan baik

dari segi biaya perawatan ataupun dari segi bantuan alat teknologi untuk

menunjang adanya upaya peningkatan dalam mengembangkan perkebunan cabai

yang berada di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng. Maka hal itu, sangat diperlukan perhatian dari pemerintah setempat

untuk mengembangkan perkebunan cabai dengan memproduksi hasil buah yang

berkualitas.

Page 16: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Berdasarkan uraian di atas bahwa pentingnya diupayakan adanya ”Inovasi

Perkebunan Cabai Di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng” untuk mengelola perkebunan dalam meningkatkan

sumber daya manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah.

1. Bagaimana kreativitas dalam inovasi Perkebunan Cabai di Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

2. Apa pengambilan resiko dalam inovasi Perkebunan Cabai di Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam inovasi

Perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kreativitas dalam inovasi Perkebunan Cabai di Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

2. Mengetahui pengambilan resiko dalam inovasi Perkebunan Cabai di

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

3. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam inovasi

Perkebunan Cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng..

Page 17: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

acuan untuk digunakan sebagai berikut:

1. Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai

suatu karya ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu

pengetahuan dan sebagai bahan masukan yang dapat mendukung bagi

peneliti maupun pihak lain yang tertarik dalam bidang penelitian yang

sama.

1. Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan

masukan dan pertimbangan bagi pihak pemerintah daerah khususnya

pada Dinas Pertanian Kabuapaten Bantaeng dalam upaya memberikan

Inovasi pada perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Page 18: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Inovasi

1. Definisi Inovasi

Menurut Nasution & Kartjaya (2018) dalam bukunya yang berjudul

“Inovasi”, Inovasi menjadi kalimat sakral dalam kemajuan dan kesejahteraan

suatu bangsa, baik di level mikro ekonomi (korporasi) hingga level makro

ekonomi (Negara). Di level korporasi, jargon “inovasi atau mati” selalu

didengungkan untuk menginspirasi para karyawan dan professional untuk

berkreasi serta menghasilkan “nilai tambah” ekonomis, baik dari sisi produk/jasa,

proses, hingga system manajemen. Bila penemuan (invention) bisa dimaknai

sebagai penciptaan konsep atau teknologi baru yang terjadi secara kebetulan atau

“trial error” dengan tujuan memenuhi suatu perbaikan berkelanjutan, maka

inovasi memiliki beragam definisi tergantung dari sudut pandang bidang k ajian.

Studi yang dilakukan Baregheh Nasution & Kartjaya (2018). Memberikan

analisis berdasarkan 60 definisi inovasi dari berbagai macam paradigma dan

disiplin keilmuan yang berbeda. Dari ke 60 definisi tersebut, diperoleh 22 kata

kunci yang sering disebutkan sebagai representasi dari definisi inovasi. Ke-22 kata

kunci tersebut dapat dikelompokkan ke dalam diagram enam (6) bidang umum

sebagaimana Gambar di bawah ini :

Page 19: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Gambar 1. Diagram Definis Inovasi (Baregheh, 2009)

Menurut Zainal Muchlas (2015) inovasi merupakan strategi dinamis

(terhadap lingkungan bisnis) yang harus diterapkan oleh manajemen agar mampu

bersaing dan memiliki kinerja tinggi. Inovasi dapat dilakukan dengan berbagai

tingkatan, antara lain pada level produk (ornamen, warna, kemasan, bentuk, dll),

proses (penambahan bahan,efisiensi teknologi produksi, produksi, dll), dan pada

level manajemen (pelayanan konsumen, strategi pemasaran, strategi kerjasama,

dll). Inovasi itu sendiri merupakan sebuah informasi bagi organisasi untuk

menghasilkan hal-hal baru untuk sebuah program yang dijalankan baik itu dalam

bidang ekonomi ataupun dalam bidang lainnya.

Menurut Caesar & Wayan (2017). Kunci utama untuk memenangkan

persaingan karena inovasi merupakan salah satu sumber pertumbuhan suatu

perusahaan serta inovasi yang tinggi baik itu inovasi proses maupun inovasi

produk yang akan meningkatkan kemampuan suatu perusahaan bisa menciptakan

produk yang berkualitas.

Page 20: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

2. Manajemen inovasi

Kemampuan berinovasi adalah kompetensi inti yang dibutuhkan dalam

persaingan bisnis di abad 21. Bukan hanya untuk mampu bersaing dan tumbuh,

tetapi terlebih lagi adalah untuk bertahan hidup dalam persaingan global, sehingga

setiap bisnis perlu berinovasi sebagaimana jargon terkemuka “Inovasi atau Mati”.

Dengan semakin meningkatnya persaingan global, inovasi mulai memainkan

sebuah peran utama dalam menembus pasar baru serta mempertahankan pangsa

pasar yang sudah ada dan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.

Kuratko (2005), dengan demikian wajar jika menajemen inovasi telah

menjadi fokus utama dari penelitian akademik maupun industry secara intensif,

dalam rangka mengatasi berbagai problematika bisnis yang sedang dihadapi oleh

perusahaan untuk mencapai sebuah keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

dalam persaingan global. Manajemen inovasi sebuah ide yang dikelola secara

maksimal untuk membantu meningkatkan daya saing pasar yang ada di setiap

perusahaan itu. Pengelolaan inovasi secara konvensional, inovasi lebih sering

dikaitkan dengan proses pengembangan produk baru semata. Karenanya, kita

perlu mengembangkan pendekatan komprehensif baru dalam meredefinis

pengelolaan inovasi yang melampaui sekedar inovasi produk, melalui kerangka

inovasi terpadu sebagai suatu pendekatan menyeluruh yang meliputi konsep

manajemen inovasi.

Briessen dan De Ende (Nasution & Kartjaya : 2018) sebuah konsep inovasi

merupakan kerangka yang relevan untuk semua jenis bisnis, terlepas dari sektor

Page 21: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

dan skala bisnisnya dalam konteks ini telah di kembangkan suatu model inovasi

yang komprehensif serta terpadu.

Berdasarkan pendapat dari Nasution & Kartjaya (2018) dalam bukunya

yang berjudul “Inovasi” menetapkan dua dimensi yang mendasari pengelolaan

inovasi, yaitu: (1) kreativitas, kemampuan untuk mengembangkan ide baru yang

terdiri dari berbagai aspek seperti keahlian, kemampuan berpikir fleksibel,

imajinatif, dan juga motivasi internal; (2) pengambilan risiko, kemampuan untuk

mendorong ide baru, memilih strategi denga resiko terukur, menghadapi rintangan

yang ada sehingga pengambilan risiko merupakan cara mewujudkan ide yang

kreatif menjadi realistis.

3. Faktor pendorong inovasi

a. Efesiensi

Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau bagaimana

kita bisa menggunakan input terendah untuk mencapai output tertinggi (yang

diinginkan). Efesiensi merupakan suatu perbandingan output atau input yang

dapat dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditentukan.

Deddy dan Ayuningtyas (Nasution & Kartjaya : 2018) mengemukakan

bahwa organisasi sektor tertentu dinilai semakin efisien apabila rasio efesiensi

cenderung diatas satu. Semakin besar rasio, maka semakin tinggi tingkat

efesiensinya. Sebagai satuan kinerja, efesiensi harus dibandingkan dengan angka

acuan tertentu , seperti efesiensi periode sebelumnya (inward looking bases) atau

efesiensi di organisasi benchmark sektor tertentu lainnya yang menantang

(outward looking bases).

Page 22: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

b. Efektifitas

Tingkat pencapaian hasil (pelaksanaan program) dengan target yang

ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome (hasil

akhir yang ingin dicapai) dengan output (aktivitas/program yang dijalankan agar

outcome tercapai). Semakin besar konstribusi output terhadap outcome,

mengindikasikan semakin efektif struktur organisasi dan tepat sasaran program

atau kegiatan yang dirancang dan diimplementasikan. Jika efesiensi berfokus pada

output dan proses, maka efektivitas berfokus pada outcome (hasil).

c. Need and Want

Seperti yang dikemukakan Widyaningdyah dan Aryani (Nasution &

Kartjaya : 2018) suatu perusahaan dikatakan mempunyai keunggulan kompetitif,

jika dapat menciptakan nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan lain dalam industrinya. Data survey yang dilakukan oleh Standard &

Poors 500, lembaga rating terkemuka, yang dilakukan sejak tahun 2005

menunjukkan telah terjadi pergeseran komposisi nilai korporasi dari yang sifatnya

tangible assets (aset fisik) ke intangible assets (aset tak berwujud) yang berupa

intellectual capital SDM. Nasution & Kartjaya (2018) Pergeseran dalam konteks

aset ini, meskipun tidak bisa dimasukkan ke dalam struktur akuntansi,

menunjukkan bahwa kualifikasi SDM merupakan aspek output terpenting dalam

menentukan kinerja keuangan perusahaan.

4. Teori Inovasi

Teori inovasi menurut Nasution & Kartajaya (2018) dalam bukunya yang

berjudul “inovasi”.

Page 23: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

a. Kreativitas yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide baru yang

terdiri dari berbagai aspek seperti keahlian, kemampuan berpikir

fleksibel, imajinatif dan motivasi internal.

1. Keahlian, bagaimana keahlian atau skill masyarakat dalam

mengelola perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu.

2. Kemampuan berfikir secara fleksibel, yaitu bagaimana

masyarakat bisa memikirkan seperti apa harapan kedepannya

agar bisa di kembangkan produksi cabai yang lebih baik.

3. Imajinatif, yaitu bagaimana seorang masyarakat bisa

memberikan harapan atau gambaran seperti apa produksi cabai

yang akan dikembangkan agar bisa menghasilkan cabai-cabai

yang berkualitas.

4. Motivasi internal. Bagaimana peran pemerintah dalam

pengembangkan produksi cabai misalkan memotivasi

masyarakat dengan bantuan bibit, ataupun tenaga

penyuluh/pendamping.

b. Pengambilan resiko adalah ketika orang yang ada di dalam

perkebunan itu baik pemerintah ataupun masyarakat setempat.

Mereka bisa mengambil ide baru dan sudah memikirkan seperti apa

dampaknya kemudian ketika itu terjadi apa yang harus dilakukan dan

memilih strategi dengan resiko terukur, menghadapi rintangan yang

Page 24: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

ada sehingga pengambilan resiko merupakan cara mewujudkan ide

yang kreatif menjadi realistis.

B. Perkebunan Cabai

1. Definisi Tanaman Cabai

Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) merupakan buah dan

tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat dibuat sebagai sayuran

maupun bumbu, tergantung bagaimana cara penggunaannya. Sebagai bumbu,

buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa

makanan. Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae)

dan merupakan sebuah tanaman yang mudah ditanam di area dataran rendah

ataupun dataran tinggi.

Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung

minyak atsiri capsaicin, yang dapat menyebabkan rasa pedas. Tanaman cabe

cocok ditanam pada tanah yang kaya akan humus, gembur dan sarang serta tidak

tergenang air ; pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam yang baik untuk

lahan kering yaitu pada akhir musim hujan (Maret-April). Tanaman cabai telah

diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari

serangan hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk dapat dibibit

dijemur hingga kering. jika panasnya cukup dalam lima hari telah kering

kemudian dapat diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg

buah cabe (300-500 gr biji).

2. Klasifikasi tanaman cabai :

1. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Page 25: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

2. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

3. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

4. Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

5. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

6. Sub Kelas : Asteridae

7. Ordo : Solanales

8. Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)

9. Genus : Capsicum

10. Spesies : Capsicum annum L.

Buah cabai merupakan tanaman sayuran yang bisa meningkatkan nilai

ekonomis yang tinggi bagi pedagang serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan

masakan atau bumbu dapur dan bukan hanya itu tanaman cabai juga bisa

digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional. Buah cabai bermanfaat untuk

membantu pencernaan tubuh manusia sehingga tidak heran jika manusia

mengomsumsi makanan yang bercampur dengan cabai, pencernaannya menjadi

terganggu atau perutnya terasa mules bukan karena gangguan yang fatal tetapi

untuk membantu melencarkan pencernaan yang tadinya susah buang air besar

menjadi lencar buang air besar.

Waritek (2006). Selain mengandung capsaicin, cabai juga mengandung

minyak atsiri, yaitu capsicol. Minyak atsiri ini dimanfaatkan untuk mengganti

fungsi minyak kayu putih. Minyak ini diketahui dapat mengurangi rasa pegal,

rematik, sesak nafas, dan gatal-gatal. Selain kegunaan tersebut, bubuk cabai pun

dapat dijadikan sebagai bahan obat penenang. Kandungan bioflavonoids yang ada

Page 26: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

di dalamnya, selain dapat menyembuhkan radang akibat udara dingin, juga dapat

menyembuhkan polio.

Tinggi tanaman cabai merah yaitu 50-120 cm. Tanaman cabai dapat

beradaptasi dengan baik pada tanah berpasir, tanah liat, tanah liat berpasir. Bahan

organik yang berupa pupuk kandang dan kompos, yang sangat disukai tanaman

cabai. Tanaman cabai dapat bertoleransi dengan tanah masam (pH 4-5) dan tanah

basa (pH 8). Pada umumnya cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai

ketinggian 2000 mdpl. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24-

27 ºC, dengan kedudukan yang tidak terlalu tinggi.

3. Strategi Pengelolaan Tanaman Terpadu Cabai

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu strategi atau

model pengelolaan tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman melalui

integritas teknologi yang memiliki efek sinergis. PTT pada prinsipnya adalah

suatu upaya mengoptimalkan bagi setiap penggunaan sumber daya dan

memanfaatkan teknologi pertanian. Komponen teknologi PTT cabai merah hasil

penelitian Balitsa (Rahmat & Herdi : 2017) dapat diterapkan di lapangan di

antaranya adalah sebagai berikut:

a. Penyiapan Benih

1. Benih cabai yang berkualitas dan berlabel.

2. Penggunaan benih unggul.

3. Keperluan benih per hectare 300-400 gram.

b. Persemaian

1. Penyamaian dilakukan pada tempat khusus berupa bedengan.

Page 27: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

2. Medium persemaian adalah tanah halus dan pupuk kandang.

3. Sterilisasi medium persemaian dengan uap panas selama 6 jam.

4. Perendaman benih cabai di dalam air hangat (± 50 oC) atau

larutan Previcur N (1 cc/liter) selama 1 jam.

5. Benih cabai disebar rata pada bedengan

6. Setelah berumur 12-14 hari atau telah berbentuk 2 helai daun,

bibit, cabai dipindahkan ke dalam bumbungan atau bekongan.

c. Penyiapan lahan

1. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki drainase dan

aerasi tanah.

2. Pembajakan, pecangkulan, pembersihan gulma, perataan tanah.

3. Bedengan dibuat selebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, dan jarak antar

bedengan 30-50 cm.

4. Gunakan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP.

d. Penanaman

1. Penanaman dilakukan pada setiap lubang tanam yang telah

disiapkan dengan jarak 50-60 x 40-50 cm.

2. Pada saat tanam, bedengan berada pada keadaan kapasitas lapang.

3. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari.

e. Pengairan

1. Kelembapan tanah dijaga pada kondisi kapasitas lapang (60-

80%).

Page 28: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

2. Masa kritis pada saat masa vegetative cepat, pembungaan dan

pembuahaan.

3. System penyiraman disesuaikan dengan keadaan air dan kondisi

lahan.

f. Pemupukan

1. Pupuk dasar berupa pupuk kandang, diberikan pada saat

pengelolaan tanah dengan dosis 15-30 ton/ha, di atas pupuk

kandang disebar sebagian pupuk buatan dengan dosis SP-36 300-

400 kg/ha.

2. Pupuk susulan terdiri atas Urea 200-300 kg/ha, ZA 400-500

kg/ha, dan KCI 250-300 kg/ha atau NPK 16-16-16 sebanyak 300-

500 kg/ha dengan cara dicor.

g. Pengendalian OPT

1. Dilakukan berdasarkan konsep PHT.

2. Pestisida kimia digunakan sebagai alternative terakhir dengan

memperhatikan cara, waktu dan dosis yang tepat.

3. Dapat juga menggunakan bahan-bahan alami (pestisida nabati)

h. Panen dan Pascapanen

1. Panen pertama pada umur 60-75 hari interval 3-7 hari sekali.

2. Bila untuk dikirim ke tempat yang jauh sebaiknya dipanen

sebelum matang penuh.

3. Buah cabai yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh.

Page 29: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

4. Kemasan cabai dapat berupa karung jala atau kotak yang

berlubang.

4. Taktik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Cabai

Pengendalian hama terpadu (PHT) pada tanaman cabai merah yang

diadaptasi dari hasil penelitian Soedarwohadi S., dkk (Rahmat & Herdi : 2017)

adalah melakukan berbagai teknik pengendalian hama. Secara terinci taktik PHT

cabai sebagai berikut:

a. Penggunaan varietas cabai yang tahan terhadap hama dan penyakit

penting.

b. Pengelolaan ekosistem dengan cara bercocok tanam, yaitu:

1. Pengelolaan tanah yang baik untuk dapat mematikan pupa dalam

tanah.

2. Pemupukan yang berimbang dapat mendukung pertumbuhan agar

tahan terhadap OPT.

3. Penggunaan pupuk kandang yang matang dapat mengurangi

serangan Gryllotalpa sp.

4. Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) untuk

mengurangi serangan trips dan kutu daun.

5. Sanitas kebun untuk mengurangi serangan Agrotis sp.,

Helicoverpa sp., Spodoptera sp., Bactrocera sp., dan penyakit

tanaman yang lain.

6. Penyiraman yang cukup serta melakukan tumpang sari dengan

tanaman kobis atau tomat.

Page 30: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

7. Penggunaan perangkat lekat biru atau putih untuk dapat menekan

serangan trips (40 buah/ha), perangkat baki berwarna kuning

untuk dapat menekan serangan dari kutu daun (40 buah/ha),

perangkat lekat kuning untuk menekan serangan hama Liriomyza

sp., dan Bemisia sp., (40 buah/ha), perangkat yang dilengkapi

dengan eugenol untuk menekan serangan lalat buah (40 buah/ha),

dan perangkat yang dilengkapi feromon seks Spodoptera sp., atau

Helicoverpa sp., (40 buah/ha).

8. Penggunaan tanaman pada perangkap jagung atau bunga matahari

untuk dapat menghindari migrasi kutu daun bersayap dan

tanaman tagetes untuk mengurangi serangan kutu kebul.

Penggunaan biopestisida SINPV, AGONAL dan tanaman

biopestisida yang lainnya.

c. Pengendalian secara mekanis dengan mengumpulkan ulat tanah

(Agrotis sp.) pada malam hari kemudian memusnahkannya, dengan

menggunakan umpan beracun atau pengecoran lubang gangsir serta

menggunakan air sabun untuk pengendalian gangsir.

d. Pengendalian hayati dapat menggunakan musuh alami antara lain

Menochilus sexmaculatus.

e. Penggunaan insektisida secara selektif berdasarkan ambang kendali,

pulihkan, pemilihan insektisida, dosis, volume semprot, waktu

aplikasi, interval aplikasi serta cara aplikasi yang tepat.

Page 31: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

5. Pemeliharaan Cabai

Pemeliharaan cabai sangat diperlukan dalam pengelolaan agar bisa

menghasilkan cabai-cabai berkualitas dan pertumbuhannya juga semakin optimal

sehingga bisa menunjang hasil panen yang lebih baik. Seperti yang dikemukakan

oleh (Syukur : 2018) memberikan 5 langkah pemerliharaan cabai agar tumbuh

secara optimal. Sebagai berikut:

a. Pengairan

Lakukan pengairan atau penyiraman secara teratur. Pastikan jumlah air

yang disiramkan ke tanaman cabai sesuai dengan kebutuhan tanaman

tersebut, tidak boleh kurang atau lebih.

b. Penyulaman

Lakukan penyulaman pada minggu awal, maksimal 2 minggu setelah

pindah tanam, pada sore hari, agar bibit dapat mudah beradaptasi.

c. Perempelan

Buang tunas air di bawah cabang pertama dan bunga pertama yang

keluar dari cabang pertama agar pertumbuhan tanaman lebih optimal.

d. Pengajiran

Pasang penopang atau penguat berupa ajir sehingga tanaman dapat

berdiri tegak dengan baik. Gunakan bambu yang dibelah berukuran

lebar 5 cm, tebal 2 cm, dan panjang 120-200 cm sebagai ajir.

e. Pemupukan Susulan

Lakukan pemupukan susulan, baik pupuk kocor maupun tabor, sesuai

dengan fase pertumbuhan tanaman.

Page 32: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

C. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran yang merupakan penjelasan terhadap hal-hal yang

menjadi objek suatu permasalahan dan disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan

hasil penelitian yang relevan. Dalam penelitian tersebut penulis akan meneliti

inovasi perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu disusun

atas dasar analisa obyek dari pendapat dari Nasution & Kartjaya (2018) yang

memberikan 2 (dua) dimensi inovasi yang mendasari pengelolaan inovasi, yaitu:

(1) Kreativitas, kemampuan untuk mengembangkan ide baru yang terdiri dari

berbagai aspek seperti keahlian, kemampuan berpikir fleksibel, imajinatif, dan

juga motivasi internal; (2) Pengambilan risiko, kemampuan untuk mendorong ide

baru, memilih strategi dengan resiko terukur, menghadapi rintangan yang ada

sehingga pengambilan risiko merupakan cara mewujudkan ide yang kreatif

menjadi realistis.

Page 33: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2 : Kerangka Pikir

Inovasi Perkebunan Cabai Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Kreativitas

1.Perluasan lahan

2.Teknik pengolahan

tanah.

3. Ide kreatif.

4.Kolaborasi pengelolah

cabai dengan

pemerintah

5.Partisipasi masyarakat.

Pengambilan Resiko

1. Penggunaan

anggaran

2. Pemakaian tanpa

.mulsa/plastik

perkebunan.

Pelaksanaan Inovasi Cabai di Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng

Faktor

Penghambat

Faktor

Pendukung

Page 34: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

D. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah mengenai inovasi perkebunan cabai yang

dilihat dari beberapa aspek yang menjadi indikator utama dari penelitian tersebut.

disusun atas dasar analisa obyek dari pendapat dari Nasution & Kartjaya (2018)

yang memberikan 2 (dua) dimensi inovasi yang mendasari pengelolaan inovasi,

yaitu: (1) Kreativitas, (2) Pengambilan risiko.

E. Deskriptif Fokus Penelitian

Untuk dapat mempermudah dan memperjelas pada pemahaman terhadap

konsep-konsep penting yang digunakan untuk penelitian ini. Maka yang

dikemukakan oleh Nasution & Kartjaya (2018).

c. Kreativitas yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide baru yang

terdiri dari berbagai aspek seperti keahlian, kemampuan berpikir

fleksibel, imajinatif dan motivasi internal.

a. Keahlian, bagaimana keahlian atau skill masyarakat dalam

mengelolah perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu.

b. Kemampuan berfikir secara fleksibel, yaitu bagaimana masyarakat

bisa memikirkan seperti apa harapan ke depannya agar bisa

dikembangkan produksi cabai yang lebih baik.

c. Imajinatif, yaitu bagaimana seorang masyarakat bisa memberikan

harapan atau gambaran seperti apa produksi cabai yang akan

dikembangkan agar bisa menghasilkan cabai-cabai yang berkualitas.

Page 35: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

d. Motivasi internal. Bagaimana peran pemerintah dalam

pengembangkan produksi cabai misalkan memotivasi masyarakat

dengan bantuan bibit, ataupun tenaga penyuluh/pendamping.

2. Pengambilan resiko adalah ketika orang yang ada di dalam perkebunan

itu baik pemerintah ataupun masyarakat setempat. Mereka bisa

mengambil ide baru dan sudah memikirkan seperti apa dampaknya

kemudian ketika itu terjadi apa yang harus dilakukan dan memilih

strategi dengan resiko terukur, menghadapi rintangan yang ada

sehingga pengambilan resiko merupakan cara mewujudkan ide yang

kreatif menjadi realistis.

Page 36: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian kurang lebih dilakukan 2 bulan dan lokasi penelitian

dilakukan di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena menjelaskan

bagaimana kenyataan atau fakta yang terjadi terkait inovasi perkebunan

cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu.

2. Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus karena meneliti

fenomena yang terjadi dalam masyarakat untuk mempelajari secara

mendalam terkait inovasi perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu.

C. Sumber Data

Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dengan melakukan

wawancara terhadap informan dalam hal ini Lurah bersama perangkat

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

selaku informan kunci serta beberapa masyarakat yang dapat

memberikan keterangan terkait strategi inovasi perkebunan cabai di

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu.

Page 37: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

2. Data Sekunder

Diperoleh dengan cara pengambil data dari buku, jurnal, artikel, serta

aturan-aturan yang berkaitan dengan judul penelitian penulis.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Wawancara

Wawancara yang dilakukan langsung kepada Lurah, sekretaris dan staf

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dan

melakukan tanya jawab kepada masyarakat serta pihak-pihak terkait

yang mampu memberikan keterangan yang berkaitan dengan inovasi

perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng

b. Observasi

Penelitian dengan pengamatan langsung tentang bagaimana perkebunan

cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng dengan mengindentifikasikan inovasi perkebunan

cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu.

c. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data dengan

menggunakan dan mempelajari literature buku-buku yang ada dan

mencari konsep-konsep atau teori yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Studi kepustakaan bersumber pada laporan, dan dokumen

Page 38: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

yang menyangkut tentang masalah inovasi perkebunan cabai di

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

d. Dokumentasi

Peneliti akan mengumpulkan beberapa dokumen yang berada di

Kantor Kelurahan Bonto Manai terkait tentang perkembangan inovasi

perkebunan cabai.

E. Informan Penelitian

Adapun Informan kunci yang di maksud dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 1 Keterangan jabatan informan penelitian

No JABATAN JUMLAH

1 Lurah Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng.

1

2 Sekertaris Lurah Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng.

1

3 Staff Bagian Kesejahteaan 1

4 Ketua Kelompok Tani 1

5 Anggota kelompok tani 1

6 Tokoh Masyarakat 2

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lokasi baik data primer maupun data sekunder,

akan disusun dan disajikan serta dianalisis dengan menggunakan deskriptif

kualitatif berupa pemaparan yang kemudian dianalisis dan dinarasikan sesuai

dengan mekanisme penulisan skripsi.

Page 39: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

G. Pengabsahan Data

Pengabsahan data menurut Patton (Lusiana : 2012) tringulasi dengan

sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Dengan teknik tringulasi ini. Peneliti membandingkan hasil wawancara

yang diperoleh dari sumber atau informan yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Selain itu peneliti juga melakukan pengecekan terhadap hasil penelitian

dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi. Sehingga

kepercayaan data dapat valid.

Page 40: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Objek Penelitian

1. Geografis Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan

Makassar, ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi

5o21’13’’5

o35’26’’ dengan posisi lintang selatan dan 119

o51’42’’-120

o05’27’’

Bujur Timur. Berada di kaki gunung Lompobattang. Kabupaten Bantaeng

memiliki letak geografis dengan strategis yang berada di pesisir pantai dan

bukit pegunungan serta berada pada lembah dataran dengan musim iklim

tropis basah dengan curah hujan. Luas wilayah dataran mencapai 395.83 km2

dan luas wilayah perairan mencapai 144 km2

.59,33 km2

atau sekitar 14,99%.

Dengan jumlah penduduk mencapai 170.057 jiwa dengan rincian laki-laki

sebanyak 82.605 jiwa dan perempuan 87.452 jiwa. Kabupaten Bantaeng

bagian selatan propinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan :

Sebelah utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba

Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

Sebelah Selatan : Laut Flores

Sebelah barat : Kabupaten Jeneponto

2. Secara Administrasi geografis Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 kecamatan dengan 67

kelurahan/desa. Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 3

kecamatan tepi pantai ( Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukang), dan

Page 41: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

5 kecamatan bukan pantai (Kecamatan Uluere, Sinoa, Gantarangkeke,

Tompobulu, dan Eremerasa) dengan perincian 17 desa/kelurahan pantai dan

50 desa/kelurahan bukan pantai .

Table 2

Posisi Geografis Kabupaten Bantaeng Menurut Kecamatan

Kecamatan Bujur Lintang Ketinggian

(mdpl)

Bissappu 119054’47’’ BT 05

032’54’’ LS 25 – 100 m

Uluere 119054’47’’ BT 05

026’46’’ LS 500 – 1000 m

Sinoa 119055’39’’ BT 05

030’10’’ LS 100 – 500 m

Bantaeng 119056’58’’ BT 05

032’37’’ LS 25 – 100 m

Eremerasa 119058’45’’ BT 05

031’07’’ LS 500 – 1000 m

Tompobulu 120002’26’’ BT 05

027’08’’ LS 500 – 1000 m

Pa’jukukang 120001’08’’ BT 05

033’30’’ LS 25 – 100 m

Gantarangkeke 120002’19’’ BT 05

030’01’’ LS 300 – 500 m

3. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng pada tahun 2018 adalah sekitar

186.612 jiwa yang terdiri dari 96.731 perempuan dan 89.881 laki-laki yang

tersebar di 8 kecamatan yang ada di Kabupaten dengan laju pertumbuhan

penduduk sebesar 0,56 persen dari tahun 2017. Berikut ini adalah proyeksi

penduduk Kabupaten Bantaeng tahun 2018 menurut kecamatan:

Page 42: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Table 3

Proyeksi Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kecamatan, Tahun 2018

No Kecamatan Penduduk

1 Bissappu 32.663

2 Uluere 11.419

3 Sinoa 12.491

4 Bantaeng 38.776

5 Eremerasa 19.660

6 Tompobulu 24.201

7 Pajukukang 30.643

8 Gantarangkeke 16.757

Total 186.612 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantaeng

Berdasarkan table diatas, penduduk paling banyak terkosentrasi di

Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Bissappu yaitu sebanyak 38.776 jiwa dan

32.663 jiwa. Sedangkan kecamatan Uluere merupakan kecamatan dengan jumlah

penduduk paling sedikit yaitu sebesar 11.416 jiwa atau 6.12 persen dari jumlah

penduduk Kabupaten Bantaeng.

Dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Bantaeng pada

tahun 2017 sebesar 185.581 jiwa, penduduk Bantaeng mengalami peningkatan

sebanyak 1.031 jiwa pada tahun 2018. Banyaknya jumlah penduduk ini

merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Kabupaten Bantaeng untuk dapat

menyejahterakan kehidupan masyarakat. Jumlah penduduk yang semakin

bertambah dan memiliki kualitas yang baik adalah asset yang sangat bermanfaat

dalam mendorong laju perekonomian. Penyediaan sarana dan prasarana

mendukung seperti sarana kesehatan, pendidikan, dan perekonomian harus

ditingkatkan untuk dapat mencapai penduduk yang berkualitas dengan

mempertimbangkan konsentrasi penduduk disetiap wilayah.

Page 43: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan diantaranya terlihat

pada komposisi penduduk menurut jenis kelamin (sex ratio) dan angka

ketergantungan (dependency ratio). Sex ratio didefenisikan sebagai perbandingan

jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan.

Pada tahun 2018 rasio jenis kelamin di Kabupaten Bantaeng menunjukkan

angka dibawah 100 yaitu 93. Artinya jumlah penduduk perempuan di Kabupaten

Bantaeng 7 persen lebih banyak dari penduduk laki-laki, dengan kata lain untuk

setiap 100 penduduk wanita terdapat 93 penduduk laki-laki. Lebih banyaknya

jumlah penduduk perempuan dibandingkan laki-laki ini diduga salah satu

penyebabnya karena penduduk laki-laki banyak yang bekerja untuk mencari

nafkah dan menetap di luar daerah, seperti Kota Makassar dan sekitarnya, namun

tidak mengesampingkan bahwa jumlah kelahiran lebih dominan jenis kelamin

perempuan.

Dilihat sebesarannya menurut kecamatan, bahwa kecamatan yang

memiliki sex ratio paling tinggi adalah Kecamatan Uluere yaitu sebesar 97,

sedangkan Kecamatan Tompobulu merupakan kecamatan dengan nilai sex ratio

terendah yaitu sebesar 89. Selain sex ratio, pengelompokkan penduduk

berdasarkan umur produktif dan tidak produktif juga sangat penting. Semakin

banyak penduduk usia produktif yang berpendidikan berarti semakin mampu

suatu daerah mengembangkan aktivitas ekonominya. Indikator yang biasa

digunakan adalah indikator dependency ratio yang menggambarkan total rasio

ketergantungan penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan

Page 44: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

kelompok umur 65 tahun keatas) bagi penduduk usia penduduk usia produktif

(kelompok umur 15-64 tahun).

Indikator ini merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur dampak keberhasilan pembangunan kependudukan disuatu daerah.

Pembangunan di bidang kependudukan dikatakan berhasil jika nilai dependency

ratio-nya rendah. Semakin rendah nilai dependency ratio berarti semakin rendah

angka beban ketergantungan, karena semakin kecil angka beban ketergantungan

akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan

kualitas dirinya.

4. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Bantaeng

Sejarah terbentuknya kabupaten Bantaeng berawal dari nama “Bantayan”

yang kemudian diganti dengan “Bhontain” dan terakhir terganti nama menjadi

“Bantaeng” berdasarkan keputusan DPRD-GR Kabupaten Bantaeng Nomor

1/Kpts/DPRD-GR/I/1962 tanggal 22 januari 1962. Bantaeng memiliki makna

yakni tempat pembantaian hewan dan sapi/kerbau dimasalalu untuk menyambut

dan menjamu utusan Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit ketika

memperluas wilayahnya ke bagian timur Nusantara sekitar abad ke XII dan XIII.

Bantaeng merupakan kabupaten yang dikenal dengan julukan “Butta Toa”,

oleh sebab itu Bantaeng memiliki latar belakang sejarah yang sudah diketahui

dimana telah terbentuk sejak tanggal 7 Desember 1254 sesuai dengan hasil

keputusan Musyawarah Besar Kerukunan Keluarga Bantaeng (KKB) yang

diselenggarakan pada tanggal 24 Juli 1999, dimana sesuai pertimbangan, saran

dan alasan para narasumber, pakar dan ahli sejarah serta tokoh pemuka

Page 45: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

masyarakat yang berasal dari Bantaeng maupun tokoh yang masih mempunyai

keterkaitan moral dengan Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan penulusuran sejarah

dan budaya, baik pada awal masa pemerintahan Kerajaan, masa pemerintahan

Hindia Belanda, masa pemerintahan awal kemerdekaan hingga terbentuknya

Kabupaten Daerah Tingkat II Bantaeng Berdasarkan Undang-Undang No. 29

tahun 1959 sampai sekarang.

Masa Terbentuknya Kabupaten Bantaeng Daerah TK. II Bantaeng

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan

daerah-daerah tingkat II di Sulawesi, maka status Bhontain sebagai daerah

Afdeeling berakhir dan selanjutnya menjadi Kabupaten Daerah Tingkat I

Bonthain berubah menjadi Bantaeng dengan alasan nama itu tidak sesuai dengan

alasan kemerdekaan, karena nama Bonthain berbau ciptaan belanda. Perlu

diketahui bahwa Drs. H. Azikin Sulthan M.Si adalah sebagai Bupati Kepala

Daerah pertama pada era reformasi hingga memasuki berlakunya undang-undang

No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang merubah status sebagai

pemerintah daerah otonomi. Maka tanggal 25 Juni 208 terjadi sejarah baru di

daerah Bantaeng yakni diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

dimana dilaksanakan pemilihan pemimpin Pemerintah oleh rakyat tanpa terwakili

DPRD maka pada saat itulah hanya empat pasangan putra terbaik dipilih rakyat

yang diusung oleh sejumlah partai yang duduk di parlemen sebagai wakil rakyat

telah menempatkan yakni:

Page 46: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

a. Drs. H. Syahan Solthan, M.Si

b. DR. Ir. HM.Nurdin Abdullah, M.Agr

c. Ir. H. Arfandi Idris, S. H

d. H. Ibrahim Solthan, S.Sos

Namun dalam pelaksanaan pesta Demokrasi Rakyat Bantaeng yang ditentukan

127 ribu suara rakyat dengan tingkat persentasi sebesar 46 persen, maka dengan

secara otomatis DR. Ir. HM. Nurdin Abdullah, M.Agr. adalah terpilih sebagai

pemimpin Bantaeng periode 2008 sampai tahun 2013.

Kabupaten Bantaeng sebagian besar penduduknya petani, maka wajar bila

Bantaeng sangat mengandalkan sektor pertanian. Masuk dalam pengembangan

Karaeng Lompo sebab memang jenis tanaman sayur-sayurannya sudah

berkembang pesat selama ini. Kentang adalah salah satu tanaman holtikultura

yang paling menonjol. Selain kentang holtikultura lainnya seperti kool, wortel

maupun buah-buahan seperti pisang dan mangga.

4. Potensi Wilayah Kabupaten Bantaeng

a. Potensi Ekonomi

Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian

barat dan timur sepanjang 21,5 kilometer yang cukup potensial untuk

perkembangan perikanan dan rumput laut.

Kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Bantaeng menghasilkan

keragaman hayati dan hewani yang dapat bernilai ekonomis. Dengan kondisi alam

yang sangat cocok dengan berbagai jenis hewan dan tanaman memberikan

peluang daerah Bantaeng untuk dikembangkan menjadi sentra produksi beberapa

Page 47: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

komoditas unggulan, sehingga Bantaeng bisa menjadi sentra penghasil benih dan

bibit unggul.

Beberapa komoditi yang sudah berhasil dikembangkan adalah tanaman

pangan yaitu padi, jagung, talas, ubi kayu, kacang hijau, dan kacang tanah.

Khusus untuk tanaman talas, daerah ini akan menjadi penghasil bibit tanaman

talas dan akan disuplai ke daerah lain yang membutuhkan. Sedangkan untuk

tanaman sayuran yang telah dikembangkan seperti kol, kentang,wortel, labu siam,

bawang merah dan petai, menjadikan Kabupaten Bantaeng menjadi menyuplai

komoditi inidi kawasan Sulawesi Selatan. Tanaman buah-buahan yang sudah

berhasil dikembangkan seperti manga, strawberry dan apel. Pengembangan

budidaya tanaman apel dan stroberry di daerah ini menjadi pemicu banyaknya

wisatawan local yang berkunjung ke Bantaeng. Di bidang peternakan, selain ayam

di daerah ini cocok dikembangkan ternak sapi, kuda dan kambing. Di bidang

perkebunan iklim sebagian besar wilayah kabupaten Bantaeng cocok untuk

tanaman kakao, kapuk, kopi, cengkeh, dan kelapa.

Di bidang perikanan khususnya budidaya rumput laut daerah ini berhasil

merubah perekonomian masyarakat pesisir yang identik dengan masyarakat

berpenghasilan rendah menjadi masyarakat yang berpenghasilan rendah menjadi

masyarakat yang berpenghasilan memadai. Selain itu, telah dikembangkan

budidaya ikan air tawar yang kedepannya Kabupaten Bantaeng akan menjadi

Kabupaten produsen bibit ikan air tawar.

Page 48: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

b. Potensi Pariwisata

Kabupaten Bantaeng kaya dengan potensi objek wisata baik wisata alam

maupun wisata budaya dan merupakansalah satu sumber pendapatan ekonomi

Kabupaten Bantaeng, beberapa diantaranya adalah:

1. Objek Wisata Alam

a. Permandian Alam Eremerasa

Permandian ini terletak di desa Kampala Kecamatan Eremerasa yang

berjarak 16 km dari ibu kota Kabupaten Bantaeng atau sekitar 30 menit dengan

perjalanan mobil.

b. Air Terjun Bissappu

Letaknya di Desa Bontosalluang Kecamatan Bissappu, jaraknya sekitar 5

km dari ibu kota Kabupaten Bantaeng melewati tanjakan yang berkelol-kelok.

c. Pantai Pasir Putih Korong Batu

Letaknya tidak jauh dari jalan raya. Pantai ini berada di Desa Baruga,

Kecamatan Pa’jukukang yang letaknya tidak jauh dari perbatasan Bantaeng-

Bulukumba, jaraknya sekitar 18 km dari ibu kota Kabupaten Bantaeng

d. Pantai Seruni

Letaknya di Kelurahan Tappanjeng Kabupaten Bantaeng. Berada dalam

kota Kabupaten Bantaeng, perjalanan menuju ke sana dapat ditempuh sekitar 5

menit melewati jalan poros.

e. Wisata Agro

Terdiri dari kawasan holtikultura (lading wortel, kentang, lading kol, bawang

merah) dan kawasan perkebunan (kebun kopi, cengkeh, durian, apel, rambutan,

langsat, manggis, dan strowbery).

Page 49: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

a. Desa Wisata Bonto Lojong

Merupakan salah satu desa destinasi pariwisata di Kabupaten Bantaeng

yang perlu perhatian dari pihak pemerintah. Desa ini berpotensi sebagai desa

wisata, letaknya di Kecamatan Uluere, 21 km dari ibukota kabupaten. Dengan

kondisi jalan yang sudah di aspal hotmix, memungkinkan desa ini bisa pula

melalui empat rute yang berbeda.

b. Wisata Outbond Loka

c. Taman Bunga Mini Shofram

d. Areal Persawahan

e. Areal Penanaman Rumput Laut

f. Kawasan Mancing

2. Objek Wisata Budaya, diantaranya:

a. Rumah Adat Balla Lompoa Letta

b. Lantebung

c. Lembang

d. Bassia

e. Kawasan Adat Gantarangkeke Gua Batu Ejayya

f. Pangngangreang Tudea

g. Masjid Tua Taqwa Tompong

h. Makam Datuk Pakkalimbung

i. Makam Tau Tetea ri Je’ne

j. Makam Pra Islam

k. Komplek Makam Raja La Tenri Rua

Page 50: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

l. Komplek Pekuburan Belanda

m. Pesta Adat Pajukukang

n. Pesta Adat Gantarangkeke

o. Atraksi Pepeka

p. Hari Jadi Bantaeng

Potensi Kabupaten Bantaeng memiliki luas lahan mencapai 0,63% dari

luas Sulawesi selatan, dan masih memiliki potensi alam untuk dikembangkan

lebih lanjut serta lahan yang dimiliki saat ini ± 39.583 Ha. Selain itu Bantaeng

juga memiliki hutan produksi dengan luas lahan 1.262 Ha dan hutan lindung

2.773 Ha. Secara keseluruhan luas wilayah hutan yang berada di Kabupaten

Bantaeng sebesar 6.222 Ha. Pengembangan potensi Kabupaten Bantaeng

memiliki beberapa sektor yang dapat meningkatkan kualitas dari daerah

Kabupaten Bantaeng diantaranya adalah:

1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan potensi kabupaten Bantaeng yang

memiliki komoditi unggul seperti jagung, kentang, wortel, pisang dan

ubi jalar.

2. Sektor Perkebunan

Sektor perkebunan merupakan potensi Kabupaten Bantaeng yang

memiliki komoditi unggul seperti kakao, kopi, cengkeh, jambu mete,

jarak, kapuk, kemiri, pala, dan tembakau.

3. Sektor Perikanan

Page 51: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Sektor perikanan memiliki potensi dengan komiditi yang unggul

seperti perikanan tangkap, budidaya kolam, budidaya laut, budidaya

tambak dan rumput laut.

4. Sektor Industri

Sektor industri merupakan potensi Kabupaten Bantaeng yang

berpeluang adanya peningkatan dimasa mendatang, namun untuk

sektor industry memerlukan dana investor yang lebih besar agar bisa

memberikan dampak positif, dan meningkatkan pendapatan

masyarakat serta peluang kerja memberikan peluang kerja.

5. Sektor Pariwisata

Sektor pariwisata merupakan potensi Kabupaten Bantaeng yang

berkembang pesat karena adanya peningkatan pengunjung dari

beberapa daerah dikarenakan Kabupaten Bantaeng adalah daerah

tempat peninggalan-peninggalan sejarah. Setelah beberapa tempat

wisata yang telah direnovasi seperti Eremerasa, Taman Mini

Showfram, pantai marina, air terjun bissappu tak heran jika mencuri

perhatian masyarakat untuk berkunjung.

B. Geografis Kantor Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng memiliki

tempat strategis yang berada di wilayah Panaikang tepatnya jalan poros Bantaeng-

Jeneponto. Letak Kelurahan berada di tengah-tengah pemukiman warga.

Kelurahan Bonto Manai memiliki luas lahan 3,37 km. Kelurahan Bonto Manai

Page 52: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Kecamatan Bissappu merupakan induk dari beberapa Desa dan Lurah yang berada

di Kecamatan Bissappu. Kelurahan Bontomanai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng merupakan kelurahan yang berada di lingkungan pertanian masyarakat.

C. Keadaan Demografi Kelurahan Bontomanai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng

1) Jumlah Penduduk

Dari data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng mempunyai penduduk

sebesar 3163 jiwa. Dengan rincian laki-laki sebesar 1618 jiwa, dan

perempuan sebesar 1545 jiwa, serta jumlah kepala keluarga sebesar 940

jiwa. Adapun untuk lebih jelasnya sebagaimana yang tertera dalam table

dibawah ini.

Table 4

Jumlah Penduduk Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Keterangan

1 Laki-laki 1618

2 Perempuan 1545

Jumlah 3163

Sumber: Kelurahan Bonto Manai

2) Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga/RW

Klasifikasi penduduk Kelurahan Bonto Manai berdasarkan Kepala

Keluarga/RW.

Page 53: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Tabel 5

Jumlah Penduduk Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng Berdasarkan Kepala Keluarga/RW

No Kelurahan Bonto Manai

Jumlah

RW KK/RW

1 RW 001 73

2 RW 002 108

3 RW 003 78

4 RW 004 126

5 RW 005 131

6 RW 006 149

7 RW 007 181

8 RW 008 94

Jumlah 940

Sumber: Data Kelurahan Bontomanai

Dari table diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kepala keluarga di Kelurahan

Bonto Manai sebanyak 940 kepala keluarga yang tersebar di 8 RW. Dari table

diatas juga dapat dilihat bahwa, jumlah kepala keluarga yang lebih banyak berada

pada RW 7 sebesar 181 kepala keluarga.

3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang utama dalam membangun,

mengembangkan, dan memajukan sumber daya manusia. Sebagai wadah

dari pemerintah untuk memaksimalkan aset Negara untuk kemajuan

bangsa. Maka dari itu Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng mengelompokkan jumlah penduduk berdasarkan

tingkat pendidikan sebagai berikut.

Page 54: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Table 6

Jumlah Penduduk Kelurahan Bonto Manai berdasarkan Tingkat

Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

1 Taman Kanak-Kanak/TK 50

2 SD/Sederajat 330

3 SMP/Sederajat 337

4 SLTA/Sederajat 414

5 D1 25

6 D2 27

7 D3 27

8 S1 157

9 S2 10

Jumlah 1377

Sumber: Data Kelurahan Bonto Manai

Dapat dilihat diatas bahwa, penduduk Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng mayoritas memiliki penduduk

yang berpendidikan 1377 jiwa dengan mayoritas pendidikan lebih banyak

ada pada pendidikan SLTA/Sederajat dengan jumlah 414 jiwa.

4) Jumlah penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Klasifikasi penduduk Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada table dibawah ini.

Table 7

Jumlah penduduk Kelurahan Bonto Manai berdasarkan Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 600

2 Pegawai Negeri 60

3 Wiraswasta 100

Page 55: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

4 TNI/POLRI 7

5 Pegawai Swasta 67

6 Pensiunan 15

Jumlah 849

Sumber: Kantor Kelurahan Bonto Manai

Bisa dilihat diatas bahwa, jumlah penduduk Mata Pencaharian yang berada

di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng memiliki

849 jiwa dengan berbagai jenis Pekerjaan. Dari jenis pekerjaan yang lebih banyak

diatas ditunjukkan pada pekerja Petani dengan jumlah 600 orang dan yang paling

sedikit ditunjukkan pada TNI/POLRI dengan jumlah 7 orang.

D. Sarana dan Prasarana Kantor Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Sarana dan Prasarana yang tersedia untuk menunjang keberhasilan pekerjaan

dan sebagai faktor pendukung pelaksanaan tugas-tugas dari Kantor Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

a. Sarana

Gedung kantor memiliki 5 ruangan dengan tambahan 1 ruangan Aula,

ruangan WC, dan 1 ruangan perpustakaan, serta tambahan 1 ruangan

gudang

b. Prasarana

Gedung Kantor Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu memiliki

prasarana untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas yang dilengkapi

dengan Meja 14 buah, kursi pejabat 2 buah, kursi lipat 34 buah, kursi

plastik 47 buah, lemari 4 buah, kipas angina 2 buah, televise 1 buah, jam

Page 56: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

dinding 4 buah, laptop 3 buah, komputer 1 buah, printer 2 buah, microfon

3 buah, warles 1 buah, dan photo presiden 1 pasang.

Dalam melaksanakan tugas Kantor Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu Kabupaten Bantaeng memiliki fungsi sarana dan prasarana untuk

menunjang pelaksanaan pekerjaan diantaranya ialah:

a. Dapat mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga mampu

menghemat waktu

b. Meningkatkan produktivitas baik barang maupun jasa

c. Memudahkan pekerjaan dalam melaksanakan tugas kantor

d. Mempercepat pelayanan pengurusan bagi masyarakat

e. Memberikan kenyamanan terhadap pegawai kantor maupun

masyarakat

f. Memberikan kepuasan bagi masyarakat dalam pelayanan

E. Stuktur Organisasi Kantor Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu Kabupaten Bantaeng

Struktur organisasi memegang peranan penting dalam sebuah organisasi dan

sebagai tujuan untuk perkembangan kinerja dari setiap tugas dan tanggungjawab

bagian dari struktur tersebut. Pada dasarnya struktur organisasi diterapkan

berdasarkan pola kerja dan tanggungjawab agar bisa memberikan informasi serta

pelayanan yang baik untuk masyarakat yang berada di Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Adanya struktur organisasi kelurahan

memberikan fungsi serta pembagian wewenang dan tanggungjawab antar

departemen yang jelas serta mengurangi konflik internal yang terjadi dalam

Page 57: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

sebuah organisasi. Dapat meningkatkan moral dan motivasi kerja serta membantu

memberikan informasi dan pelayanan bagi warga dari kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Adanya pembagian tugas dari struktur kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu Kabupaten Bantaeng diantaranya adalah Kepala Lurah, Sekretaris

Lurah, Seksi Pemerintahan dan Ketertiban Masyarakat, Seksi Pemberdayaan

Ekonomi dan Masyarakat, Seksi Penyusunan Program. Adapun tugas pokok dan

rincian tugas dari struktur Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu adalah

sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Kantor kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang mempunyai tugas

pokok menyelenggarakan Usaha Pemerintahan, Pembangunan dan

Kemasyarakatan.

Adapun rincian tugas Kepala Kantor ialah:

a. Pelaksanaan Kegiatan Pemerintahan Kelurahan

b. Pemberdayaan Masyarakat

c. Pelayanan Masyarakat

d. Pelayanan Ketentraman dan Ketertiban Umum

e. Pemeliharaan prasaranan dan fasilitas pelayanan umum

f. Pembinaan lemaga kemasyarakatan

2. Sekretaris Lurah

Sekertaris Lurah mempunyai tugas pokok membantu mencatat semua

kegiatan Lurah sehari-hari dengan segala sesuatu pekerjaan yang

Page 58: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

menyangkut tentang pengadministrasian Pemerintahan di wilayah

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

khususnya urusan pemerintahan, pembangunan, dan pemasyarakatan.

Adapun rincian tugas Sekretaris Lurah ialah:

a. Membantu Lurah dalam penataan organisasi kelurahan

b. Membantu Lurah dalam penataan administrasi dalam rangka

pelaksanaan pelayanan prima

c. Membantu Lurah dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat

d. Membantu Lurah dalam menginverisasi Aset Daerah yang dikuasai

oleh kelurahan dan Aset Daerah lainnya.

e. Menyusun laporan hasil pembangunan didalam wilayah kelurahan

f. Melaksanakan Tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

3. Seksi Pemerintahan dan Ketertiban

Seksi pemerintahan dan Ketertiban dipimpin oleh Kepala Seksi yang

mempunyai tugas pokok Pelaksanaan Kegiatan Pemerintahan Kelurahan

yang menyangkut tentang pemeliharaan sarana dan fasilitas pelayanan

umum dan pendataan-pendataan seperti pendataan penduduk, mobilisasi

penduduk, pendataan wajib pilih serta pengamanan, ketertiban dan

kedisiplinan dalam berbagai hal sesuai dengan perda yang berlaku.

Adapun rincian tugas Seksi Pemerintahan dan Ketertiban ialah:

a. Membantu Lurah dalam menciptakan ketertiban dan ketentraman

dalam wilayah kelurahan.

b. Membantu Lurah dalam pelayanan administrasi kependudukan

Page 59: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

c. Membantu Lurah dalam mengsosialisasikan Perda kepada

masyarakat

d. Membantu Lurah dalam mengawasi Pelaksanaan Pemungutan PBB

dan penyaluran Raskin pada masyarakat

e. Memelihara prasarana dan fasilitas umum lainnya

f. Melaksanakan Tugas lain diberikan oleh pimpinan

4. Seksi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Seksi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dipimpin oleh kepala seksi

yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan

pemberdayaan masyarakat serta pembinaan lembaga ekonomi dan

lembaga masyarakat lainnya yang ada dalam wilayah kelurahan.

Adapun rincian tugas dari Seksi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat:

a. Membantu Lurah dalam melaksanakan program peningkatan

pendapatan masyarakat guna menekang kemiskinan

b. Membantu Lurah dalam melaksanakan program peningkatan

kesejahteraan masyarakat

c. Membantu Lurah dalam melaksanakan program bersih lingkungan

dan go green

d. Membantu Lurah dalam melaksanakan program penyaluran Raskin

e. Membantu Lurah dalam pelaksanaan program pembinaan lembaga -

lembaga atau organisasi masyarakat yang ada dalam wilayah

Kelurahan.

f. Melaksanakan Tugas lain yang diberikan oleh pimpinan

Page 60: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

5. Seksi Penyusunan Program

Seksi Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan

pengumpulan data, menyusun dan menetapkan program pemberdayaan

yang timbul dari inisiatif masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat

di wilayah kelurahan.

Adapun rincian tugas dari Seksi Penyusunan Program ialah:

a. Membantu Lurah dalam menyusun Program Kelurahan

b. Membantu Lurah dalam menggali potensi yang ada dikelurahan

c. Membantu Lurah dalam melaksanakan Musrembang di tingkat

Kelurahan

d. Membantu Lurah dalam melaksanakan dan mengevaluasi

pelaksanaan program di Kelurahan

e. Membantu Lurah dalam melaksanakan tugas pendataan dan

mengakomudir pelaksanaan pemungutan PBB

f. Menyusun laporan tentang hasil yang telah dicapai dalam

pelaksanaan program di wilayah kelurahan

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Page 61: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN BONTO MANAI

KECAMATAN BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG

KMDMJD

Gambar 3 Struktur Organisasi Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng.

B. Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui Inovasi Perkebunan

Cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng,

maka penulis melakukan metode penelitian kualitatif dengan narasumber yang

berkaitan inovasi terhadap Perkebunan Cabai di wilayah Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dengan melakukan wawancara

terhadap informan yang terkait dengan fokus penelitian.

Hal yang perlu diketahui bahwa Inovasi Perkebunan Cabai merupakan ide

yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah ataupun dari pihak pengelolah cabai

LURAH

HJ. SITTI NURHAYATI S.Sos

JABATAN FUNGSIONAL

PENYULUHAN PERTANIAN

LAPANGAN

SEKRETARIS LURAH

MUH. ANWAR RAZAK, S.SE

SEKSI PEMERINTAHAN

DAN KETERTIBAN

MASYARAKAT

NUR INDAWATI S.Sos

SEKSI PEMBERDAYAAN

EKONOMI MASYARAKAT

IRMA SAID

SEKSI PENYUSUNAN

PROGRAM

NURHAYATI, S.Sos

Page 62: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

untuk mengembangkan perkebunan cabai dengan menghasilkan buah yang

berkualitas dengan kenaikan harga yang maksimal.

Perkebunan cabai hanya berada di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu Kabupaten Bantaeng tepatnya di RW 8. Adanya inovasi perkebunan

cabai di Kelurahan Bonto Manai merupakan salah satu daya tarik masyarakat dan

pihak instansi terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng dalam

mengembangkan perkebunan cabai di wilayah tersebut karena posisi perkebunan

cabai berada di lahan terbuka yang memiliki tingkat cuaca panas lebih tinggi dan

memungkinkan hasil produksi cabai memiliki tingkat kualitas rasa lebih pedas.

Sehingga, pemerintah Kabupaten Bantaeng mengusulkan adanya Inovasi

Perkebunan Cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng.

Inovasi merupakan hal yang penting untuk melihat sebuah kualitas ataupun

perubahan khususnya dalam perkebunan cabai tersebut. Melalui teori dari

Nasution & Kartajaya penulis ingin mengetahui & mengkaji yang dilakukan

pihak terkait dalam mengembangkan perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Berikut adalah dimensi-dimensi dari

Inovasi.

1. Kreatifitas

Kreatifitas yang dimaksud ialah kemampuan untuk membuat suatu

perubahan yang baru dan memecahkan masalah serta membentuk sebuah ide

kreatif yang diantaranya adalah penggunaan lahan dengan kondisi cuaca yang

panas, pengelolaan dengan sistem tradisional/cara lama, penggunaan ajir/penegak

Page 63: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

pohon. Untuk membangun perkebunan cabai dengan kualitas buah yang sangat

baik diperlukan beberapa ide kreatif dalam menunjang pengembangan inovasi

untuk perkebunan cabai. Oleh karena itu, untuk memperkuat pernyataan penulis,

beberapa hasil wawancara penulis kepada pihak-pihak terkait. Adapun beberapa

unsur dalam kreatifitas tersebut adalah keahlian, kemampuan berpikir, imajinatif,

dan motivasi internal Nasution & Kartajaya (2018).

Berikut adalah hasil wawancara penulis kepada Ibu SN selaku Kepala

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, yang

mengatakan bahwa:

“Jika sebelumnya masyarakat hanya menanam cabai di rumah-rumah

menggunakan pot untuk konsumsi pribadi maka, saat ini masyarakat

Kelurahan Bonto Manai mencoba menanam cabai di ruang terbuka dengan

luas lahan 1,5 hektar dengan kondisi cuaca yang panas. Dengan luas lahan

yang cukup diharapkan memberikan perubahan pada jumlah yang lebih

banyak dan kualitas cabai yang lebih baik sehingga selain untuk dimakan

juga bisa dijual”

(Hasil wawancara SN,17 November 2019)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa

penanaman cabai di Kelurahan Bonto Manai memiliki kreatifitas dalam

penanaman cabai dengan penggunaan lahan yang cukup luas karena melihat dari

kondisi cabai masih menggunakan pot, maka pihak masyarakat dan pengelolah

memberikan lahan yang luas untuk penanaman cabai. Kemudian, dilihat dari hasil

observasi peneliti di lapangan melihat bahwa, memang adanya perluasan lahan

pada perkebunan cabai yang sebelumnya luas lahan 25 are menjadi 1,5 hektar.

Mengatur lahan sempit menjadi luas akan lebih efektif dan lebih

berkembang pada perkebunan cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai

Page 64: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Sesuai dengan teori dari Rifa’i dan

Fadhli (2013) yang mengatakan bahwa kegiatan manajemen selalu saja

melibatkan alokasi, pengendalian uang, dan sumberdaya manusia untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa kreatifitas dari perkebunan cabai yaitu adanya

perluasan lahan yang berada di Kelurahan Bohgnto Manai dengan pengamatan

langsung yang dilakukan peneliti pada perkebunan tersebut. Perluasan lahan

merupakan upaya dalam meningkatkan perkembangan perkebunan cabai dari segi

jumlah maksimal yang dihasilkan.

Sementara pernyataan oleh Ibu IR selaku staff Kesejahteraan Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu, mengatakan bahwa :

“Saat ini, banyaknya alat-alat teknologi yang digunakan untuk mengelolah

sebuah perkebunan tetapi untuk perkebunan cabai di wilayah Kelurahan

Bonto Manai ini, sistem pengelolaannya masih menggunakan cara

tradisional atau cara lama dalam mengembangkan produksi cabai”

(Hasil wawancara IR, 17 November 2019)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa perkebunan

cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai masih menggunakan sistem

pengelolaan dengan cara tradisional atau cara lama karena bisa meminimalkan

biaya terhadap pengeluaran dalam mengelolah perkebunan cabai. Kemudian,

dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa pengelolaan cabai untuk

saat ini memang masih menggunakan cara tradisional/cara lama dalam

mengelolah perkebunan cabai yang berguna untuk mengurangi pengeluaran

terhadap biaya-biaya dari perawatan perkebunan cabai.

Page 65: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Sehingga dicocokan dengan pernyataan dari teori Admosudirjo (Siska :

2015) yang mengatakan bahwa pengelolaan pada proses mengendalikan dan

memanfaatkan semua faktor sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu sesuai

dengan perencanaan yang telah dibuat. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengelolaan

dengan cara tradisional/cara lama merupakan ide kreatif dari pihak pengelolah

guna untuk meminimalkan biaya pengeluaran terhadap perawatan perkebunan

cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan oleh Bapak NA selaku Ketua

Kelompok Tani, yang mengatakan bahwa :

“Untuk perkebunan cabai di RW 8 Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu saat ini, sistem pengelolaanya memang menggunakan cara

tradisional atau cara lama dengan menggunakan ajir/tangkai pohon dari

bambu, dan tanpa pemakaian mulsa/plastik serta pemakaian alat kultivator

untuk pembuatan bedengan.”

(Hasil wawancara NA, 17 November 2019)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, maka bisa disimpulkan bahwa

perkebunan cabai Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng memiliki beberapa ide kreatif dalam mengelolah perkebunaan cabai

diantarannya adalah penggunaan lahan terbuka dengan kondisi cuaca yang panas,

pengelolaan dengan sistem tradisional/cara lama, penggunaan ajir/penegak pohon.

Beberapa ide tersebut merupakan salah satu bentuk kreatifitas petani cabai dalam

meningkatkan produktivitas dari perkebunan dan bisa lebih meminimalisir

pengeluaran biaya dalam mengelolah perkebunan cabai. Dengan Kreatifitas dari

pengelolah cabai, telah menunjukkan perubahan yang cukup baik dengan

Page 66: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

menghasilkan beberapa perubahan baru baik dari jumlah maupun dari kualitas

buahnya.

a. Keahlian

Keahlian yang dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam mengolah

tanah untuk pembuatan bedengan pada perkebunan cabai. Pengolahan tanah yang

dilakukan dengan menggunakan beberapa alat teknologi untuk menunjang

kelancaran pekerjaan dalam mengelolah perkebunan cabai, pemberian bibit benih,

pemasangan mulsa/plastik, pemasangan ajir/penegak dari bambu, dan keahlian

dalam memetik buah harus sesuai petunjuk dalam pengelolaan cabai. Maka dari

itu, untuk memperkuat penjelasan dari penulis, beberapa hasil wawancara yang

dilakukan penulis terhadap beberapa informan yang terkait.

Berikut adalah hasil wawancara penulis kepada Bapak NA selaku Ketua

Kelompok Tani di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten

Bantaeng, mengatakan bahwa :

“Keahlian yang dimiliki para petani dalam mengembangkan perkebunan

mereka khususnya untuk perkebunan cabai salah satunya adalah memiliki

keahlian berupa pengolahan tanah yang dilakukan untuk pembuatan

bedengan dengan menggunakan alat kultivator. Pembuatan bedengan yang

dibuat dengan ukuran lebar bedengan 0,5 - 1 meter serta panjang bedengan

disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki.”

(Hasil wawancara NA, 17 November 2019)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa pengolahan

tanah merupakan salah satu keahlian yang dilakukan untuk pembuatan bedengan

dengan menggunakan alat kultivator agar bisa memaksimalkan pengelolaan cabai

dalam proses penanaman. Kemudian, dilihat dari hasil observasi peneliti

Page 67: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

sebelumnya bahwa memang adanya penggunaan alat kultivator yang berfungsi

pada pengolahan tanah dalam pembuatan bedengan untuk perkebunan cabai.

Pengembangan dari perkebunan cabai menghasilkan produksi cabai dengan

jumlah yang lebih banyak serta kualitas buah sangat baik yang merupakan adanya

peningkatan dalam pengelolaan cabai khususnya dalam penggunaan alat-alat

teknologi. Sehingga, dicocokkan dalam teori Jean Piaget (Ibda Fatimah : 2015)

yang mengatakan bahwa perkembangan adalah tahapan-tahapan mengembangan

saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempersentasikan informasi yang

didapatkan.

Hasil tersebut didukung oleh pernyataan Ibu SN selaku Kepala Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, yang mengatakan bahwa

:

“Bahwa perkebunan cabai memang dilakukan dengan mengolah tanah

terlebih dahulu agar memudahkan pengakaran terhadap budidaya setiap

tanaman cabai, pengolahan tanah juga penting adanya beberapa alat

pendukung seperti alat kultivator untuk pembuatan bedengan.”

(Hasil wawancara SN, 18 November 2019)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa salah satu

keahlian dalam menanam cabai dengan menggunakan alat kultivator yang

berfungsi sebagai alat menggemburkan tanah pada lahan yang kering serta cocok

untuk digunakan pada proses pertanian terutama perkebunan cabai. Kemudian

dilihat dari hasil observasi peneliti sebelumnya bahwa betul adanya pengolahan

tanah untuk perkebunan cabai yang berguna untuk membudidayakan sebuah

tanaman cabai yang berada di wilayah cuaca panas dengan menggunakan

beberapa alat teknologi demi menunjang kelancaran dalam proses pengelolaan.

Page 68: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Selain hal itu, pernyataan Bapak AR selaku Sekretaris Kelurahan, yang

mengatakan bahwa :

“Salah satu keahlian dalam menanam cabai ialah adanya pemberian bibit

atau benih dengan kualitas yang terbaik agar menghasilkan buah cabai

dengan kondisi yang segar serta ketahanan buah cabai agar tidak cepat

rusak ketika mengalami pergantian musim. Pemberian obat pestisida

dalam penanaman cabai sangat diperlukan agar buah cabai terhindari dari

penyakit hama ataupun serangga”.

(Hasil wawancara AR, 18 November 2019)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa pengelolaan

cabai sangat dianjurkan untuk memberikan bibit unggul agar supaya bisa

menghasilkan buah cabai cabai dengan kualitas yang lebih banyak dan buah yang

segar serta pemberian obat berupa pestisida untuk penanggulangan hama.

Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, memang

adanya penggunaan bibit dalam pengelolaan cabai serta dianjurkan menggunakan

bibit unggul serta obat pestisida dalam pengelolaan perkebunan cabai yang

berguna untuk menghasilkan buah-buah cabai dengan kualitas yang segar dan

baik.

Di tempat yang berbeda Ibu AS selaku Tokoh Masyarakat, mengatakan bahwa :

“Untuk mengembangkan sebuah perkebunan tanaman sayuran ataupun

buah cabai, salah satu keahlian yang dibutuhkan dalam menanam cabai

adalah adanya perawatan tanaman yang maksimal, seperti pemasangan

mulsa/plastik, pemasangan ajir atau penegak dari bambu, dan pemasangan

tali, tetapi untuk penanaman saat ini kami tidak menggunakan

mulsa/plastik”.

(Hasil wawancara AS, 17 November 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa untuk perawatan dalam

mengelolah cabai agar terjalankan secara maksimal yaitu dengan perawatan

Page 69: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

menggunakan ajir/ penegak pohon agar supaya pohon tidak terjatuh ketika dalam

proses pertumbuhan. Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi penulis di

lapangan bahwa memang dalam perawatan cabai menggunakan ajir/penegak

pohon yang berfungsi sebagai sandaran pohon agar tidak terjatuh.

Hal yang sama disampaikan oleh Ibu JU selaku tokoh masyarakat,

mengatakan bahwa :

“Keahlian dalam menanam cabai yaitu dengan menanam dan memetik

buah, cara menanamnya juga harus sesuai petunjuk penanaman buah cabai

sama halnya dengan cara memetiknya harus dengan tangkai yang ada di

buahnya.”

(Hasil wawancara JU, 17 November 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa salah satu keahlian

penanaman cabai dengan menggunakan petunjuk baik dari proses penanaman

maupun dari proses panen agar supaya bisa menghasilkan pertumbuhan cabai

dengan sangat baik. Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di

lapangan bahwa memang adanya petunjuk proses penanaman pada pengelolaan

cabai yang berguna merawat tanaman cabai dari proses penanaman sampai proses

panen.

Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

keahlian dalam menanam cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamtan Bissappu

Kabupaten Bantaeng diantaranya adalah penggunaan beberapa alat kultivator

untuk menunjang kelancaran pekerjaan dalam pengolahan tanah, pemberian bibit

benih dengan kualitas standar, pemasangan mulsa/plastik, pemasangan

ajir/penegak dari bambu guna untuk sandaran pohon, dan keahlian dalam memetik

buah harus sesuai petunjuk dalam pengelolaan cabai. Akan tetapi, untuk

Page 70: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

perkebunan saat ini tanpa pemakaian mulsa/plastik karena ada beberapa kendala

dalam hal ekonomi. Beberapa keahlian yang telah dijelaskan merupakan hal yang

sangat berperan penting untuk peningkatan kualitas dari perkebunan cabai, dan

bukan tanaman cabai saja tetapi tanaman sayuran lainnya juga sangat diperlukan

keahlian untuk memperoleh hasil yang maksimal.

b. Kemampuan Berpikir

Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah bagaimana pihak pemerintah

ataupun pihak pengelolah perkebunan cabai bisa berpikir secara kreatif dengan

memberikan ide untuk melihat perubahan baru dan perkembangan perkebunan

cabai dengan kualitas cabai yang segar serta menghasilkan buah cabai yang lebih

banyak. Adapun beberapa kemampuan berpikir dalam mengelolah cabai yaitu

diantaranya adalah adanya penyesuaian lingkungan terhadap iklim cuaca pada saat

perawatan tanaman cabai, adanya kemampuan dalam menggunakan alat

kultivator, penanaman cabai tanpa penggunaan mulsa/plastik.

Kemampuan berpikir dalam kreatifitas memang sangat menunjang adanya

perubahan baru pada perkebunan cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai

Kecamatam Bissappu Kabupaten Bantaeng disebabkan sebuah perubahan tidak

akan bisa terjadi jika kemampuan berpikir dalam mengembangkan perkebunan

cabai tidak dilakukan. Maka dari itu, untuk memperkuat penjelasan penulis terkait

kemampuan berpikir dalam mengembangkan perkebunan cabai, beberapa hasil

wawancara penulis terhadap informan yang terkait.

Berikut adalah hasil wawancara penulis kepada Bapak AH selaku Anggota

Tani, mengatakan bahwa :

Page 71: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

“Perlunya penyesuaian lingkungan terhadap kondisi iklim pada saat

penanaman cabai maupun saat panen yaitu dengan cara perawatan yang rutin

dengan menggunakan alat penyemprotan hama untuk penyiraman tanaman

buah cabai agar kondisi cabai disaat panen bisa menghasilkan buah yang

segar dan berkualitas.”

(Hasil wawancara AH, 17 November 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa perlunya perawatan rutin

untuk sebuah pengelolaan cabai demi memaksimalkan perawatan dalam upaya

peningkatan pengelolaan pada kualitas cabai dengan menggunakan alat teknologi

berupa alat penyemprotan hama untuk penyiraman pada perkebunan cabai agar

terhindar dari penyakit hama. Sehingga, dilihat dari hasil observasi peneliti di

lapangan bahwa memang adanya perawatan yang maksimal pada perkebunan

cabai dengan adanya penggunaan alat penyemprotan hama yang berguna untuk

pembasmi hama pada buah-buah cabai.

Hal yang sama disampaikan oleh Ibu IR selaku Staff Kesejahteraan

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, yang

mengatakan bahwa :

“Penggunaan alat kultivator untuk membajak tanah dalam pembuatan

bedengan juga bisa memberikan ide-ide baru yang dulunya tanpa

penggunaan alat yang hanya digunakan secara manual atau tenaga manusia.”

(Hasil wawancara IR, 20 November 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa penggunaan alat

merupakan salah satu ide masyarakat demi menunjang pengelolaan cabai secara

maksimal meskipun perawatan sebelumnya menggunakan tenaga manual.

Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, memang

adanya penggunaan alat kultivator pada perkebunan cabai yang berfungsi sebagai

pembajakan tanah pada pembuatan bedengan dan merupakan salah satu ide baru

Page 72: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

masyarakat karena alat yang digunakan sebelumnya masih memakai tenaga

manual.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bapak NA selaku Ketua Kelompok Tani,

mengatakan bahwa :

“Bukan hanya penggunaan alat kultivator yang memberikan beberapa ide

untuk penanaman buah cabai tetapi tanpa pemakaian mulsa/plastik juga

merupakan bentuk kreatif masyarakat dan kelompok tani dalam mengelolah

perkebunan cabai karena bisa menetralisir keuangan dari beberapa anggota

kelompok tani karena bantuan pemerintah belum ada.”

(Hasil wawancara NA, 17 November 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa bentuk kreatif dari

masyarakat atau kelompok tani adalah dengan perawatan tanpa pemakaian

mulsa/plastik guna untuk meminimalkan biaya pengeluaran karena pengelolaan

cabai menggunakan banyak biaya. Sehingga, dapat dilihat dari hasil obsevasi

peneliti di lapangan bahwa, memang adanya ide kreatif yang dimunculkan pada

perkebunan cabai dengan pengelolaan tanpa penggunaan mulsa/plastik yang

berguna untuk meminimalisir pengeluaran biaya pada perkebunan cabai.

Hal yang sama dikatakan oleh pernyataan Ibu JU selaku Tokoh

masyarakat, mengatakan bahwa :

“Untuk penanaman buah cabai dengan kualitas buah yang baik adalah

dengan cara pemakaian mulsa/plastik karena dengan cara pemakaian mulsa

buah-buah cabai terlihat besar dan segar”

(Hasil wawancara JU, 17 November 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa untuk menghasilkan buah

cabai yang jumlah banyak dan kualitas buah yang segar yaitu dengan

menggunakan mulsa/plastik karena bisa menjaga kelembapan tanah dan menekan

perkembangan gulma serta mengurangi kehilangan pupuk akibat penguapan.

Page 73: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, memang

adanya ide kreatif dengan menganjurkan memakai mulsa/plastik karena

menghindari yang terjadinya penguapan air dan terpaan sinar matahari serta yang

berguna untuk menghasilkan buah cabai dengan jumlah yang maksimal.

Dari beberapa kutipan wawancara dalam indikator kemampuan berpikir,

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir dalam inovasi perkebunan cabai yaitu

adanya penyesuaian lingkungan terhadap kondisi iklim pada saat penanaman

cabai maupun saat panen dengan cara perawatan yang rutin, penggunaan alat

kultivator untuk membajak tanah, dan penanaman cabai tanpa penggunaan

mulsa/plastik merupakan cara berpikir kreatif masyarakat dalam memanimalisir

keuangan untuk perawatan tanaman cabai, tetapi tanpa pemakaian mulsa/plastik

juga merupakan hal yang berpengaruh pada pertumbuhan kualitas cabai.

Hal itu sangat penting untuk menunjang keberhasilan perkebunan cabai agar

bisa memiliki perubahan, baik dari sistem pengelolaannya maupun dari kualitas

buahnya. Dilihat dari hasil wawancara sebelumnya, kemampuan berpikir untuk

menciptakan sebuah inovasi perkebunan cabai cukup kreatif karena salah satu

bahan yang harus digunakan seperti mulsa/plastik untuk menutup pori-pori tanah

dan menjaga kesuburan tanah serta tangkai pohon cabai tidak mereka gunakan dan

itu tetap bisa menghasilkan buah cabai yang segar meskipun tidak menghasilkan

buah cabai lebih banyak. Perkebunan cabai juga memerlukan perawatan yang

rutin disaat kondisi iklim yang tidak kondusif.

Page 74: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

c. Imajinatif

Imajinatif yang dimaksud ialah bagaimana pihak pengelolah perkebunan

cabai bisa berimajinasi atau memberikan ide/gambaran seperti apa perubahan baru

dan perkembangan dari perkebunan cabai dimasa yang akan datang. Adapun

imajinatif dari perkebunan di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng adalah adanya penggunaan bibit unggul, adanya bantuan dari

pihak instansi terkait, dan adanya bantuan pengawalan terhadap pemasaran

dengan jangkauan luas, serta adanya penggunaan mulsa/plastik pada perkebunan

cabai guna untuk menunjang perkembangan dari hasil pengelolaan cabai.

Imajinatif sangat dibutuhkan untuk memberikan peningkatan yang sangat

baik untuk perkebunan cabai karena bisa memunculkan beberapa ide kreatif untuk

membuat buah cabai tidak hanya menghasilkan buah segar dan berkualitas tetapi

bisa memiliki cakupan pemasaran yang sangat luas serta berharap adanya bantuan

pemerintah setempat dalam membiayai perkebunanan cabai di Kelurahan Bonto

Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Oleh karena itu, untuk

memperkuat pernyataan penulis terhadap imajinatif perkebunan cabai beberapa

hasil wawancara penulis terhadap informan terkait.

Berikut hasil wawancara penulis kepada Bapak NA selaku Ketua

Kelompok Tani, yang mengatakan bahwa :

“Harapan ke depannya untuk produksi cabai yang lebih baik adanya

penggunaan bibit yang unggul karena saat ini yang digunakan dalam

perawatan masih pupuk kualitas standar oleh sebab itu bibit yang

berkualitas akan menghasilkan hasil panen yang berkualitas.

(Hasil wawancara NA, 22 November 2019)

Page 75: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa masyarakat berharap ke

depannya pengelolaan perkebunan cabai bisa menggunakan bibit yang unggul

sehingga akan menghasilkan pertumbuhan buah cabai dengan kondisi yang sangat

baik karena bibit yang mereka gunakan saat ini adalah masih kualitas standar.

Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, memang

pihak pengelolah dan masyarakat berharap adanya bantuan bibit unggul dari

pemerintah pada perkebunan cabai yang berguna untuk menghasilkan kualitas dari

buah-buah cabai yang dihasilkan karena kualitas cabai yang lebih baik berasal dari

kualitas pemakaian bibit yang unggul.

Pernyataan tersebut didukung oleh Ibu SN selaku Kepala Kelurahan Bonto

Manai, yang mengatakan bahwa :

“Berharap adanya bantuan biaya ataupun alat teknologi seperti mesin

kultivator dan alat penyemprotan hama dari pemerintah khususnya instansi

terkait seperti Dinas Pertanian untuk pengembangan produksi cabai yang

berada di dataran rendah Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng”

(Hasil wawancara SN, 25 November 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa harapan masyarakat

adalah adanya bantuan dari pemerintah berupa biaya perawatan ataupun alat

teknologi seperti kultivator, dan penyemprotan hama karena pengelolaan cabai

membutuhkan beberapa teknologi untuk memaksimalkan perawatan dalam

mengembangkan perkebunan cabai. Sehingga, dilihat dari hasil observasi peneliti

di lapangan bahwa, memang pengelolah berharap adanya bantuan yang bukan

hanya dari segi bibit tetapi berharap pemerintah memberikan bantuan berupa alat

teknologi mesin kultivator dan alat penyemprotan hama untuk mengembangkan

Page 76: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

produksi cabai yang lebih baik di wilayah Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Sementara itu direspon oleh Ibu IR selaku Staff Kesejahteraan Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, yang menyatakan bahwa

:

“Bukan hanya bantuan biaya saja yang kami inginkan tetapi berharap

adanya pemasaran dengan jangkauan luas seperti kerjasama dengan

perusahaan yang memproduksi bahan dasar cabai, agar supaya

meningkatkan hasil panen produksi cabai”

(Hasil wawancara IR, 25 November 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa bantuan pemerintah

bukan hanya dari segi pemberian bibit tetapi harapan ke depannya bagaimana

hasil panen perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai tersebut bisa dipasarkan

melalui beberapa perusahaan agar supaya bisa meningkatkan upaya

pengembangan perkebunan cabai melalui peningkatan hasil penjualan atau

pemasaran. Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan

bahwa, pihak pengelolah berharap pemerintah memikirkan target pemasaran

dengan jangkauan luas dari hasil panen perkebunan yang berguna untuk

meningkatkan omset penjualan dari produksi cabai pada perkebunan yang berada

di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Hal yang sama disampaikan oleh Ibu JU selaku Tokoh masyarakat,

menyatakan bahwa :

“Perkembangan untuk perkebunan cabai dilihat dari bibit dan alat

perawatannya seperti adanya pemakain mulsa pada bagian bawah pohon

cabai serta adanya bibit unggul yang bisa menghasilkan pohon cabai,

menghasilkan buah dengan jumlah yang lebih banyak”

(Hasil wawancara JU, 23 November 2019)

Page 77: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa harapan masyarakat ke

depannya adalah memiliki perawatan yang maksimal dalam mengelola cabai

dengan adanya bantuan mulsa/plastik serta bibit yang unggul guna untuk

mengembangkan pertumbuhan buah cabai dengan kualitas yang sangat baik.

Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, memang

adanya harapan masyarakat dan pihak pengelolah untuk perkebunan cabai dengan

bantuan mulsa/plastik serta bibit unggul yang berguna untuk menghasilkan

pertumbuhan cabai dengan kualitas yang terbaik.

Bisa dilihat dari hasil wawancara bahwa indikator imajinatif sangat

diperlukan dan sangat penting untuk melihat perubahan baru dari sistem

pengelolaan perkebunan cabai dengan beberapa imajinatif dari pengelolaan

perkebunan cabai yaitu mengharapkan adanya penggunaan bibit unggul pada

perkebunan cabai, adanya bantuan dari pihak instansi terkait dalam bentuk biaya

maupun teknologi, dan adanya bantuan pengawalan terhadap pemasaran dengan

jangkauan luas, serta adanya penggunaan mulsa/plastik pada perkebunan cabai

guna untuk menunjang perkembangan dari hasil pengelolaan cabai.

Perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan yang banyak menggunakan

alat serta biaya perawatan cukup besar. Maka hal itu, sangat dianjurkan bagi pihak

pemerintah memberikan bantuan berupa bibit altau alat demi menunjang

perkembangan buah cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappau dan

bisa memberikan ide atau gambaran dengan kreatif untuk menunjang upaya

peningkatan perkebunan cabai agar bisa menghasilkan buah cabai dengan kondisi

yang sangat baik.

Page 78: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

d. Motivasi Internal

Motivasi internal yang dimaksud ialah adanya dorongan untuk

mengembangkan perkebunan cabai dari pihak pemerintah ataupun dari pihak

pengelolah. Motivasi internal sangat penting untuk diterapkan dalam perkebunan

cabai. Maka dari itu, perlunya dorongan dengan bantuan biaya dari pemerintah

atau instansi terkait, diperlukan adanya tambahan tenaga kerja, dan bantuan alat

teknologi traktor mini dan alat penyemprotan yang berguna untuk pembajakan

tanah dan pembasmi hama khusus perkebunan cabai. Oleh karena itu, untuk

memperkuat penjelasan penulis terhadap motivasi internal dari perkebunan cabai,

beberapa hasil wawancara penulis terhadap informan terkait yang berada di

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Berikut hasil wawancara penulis kepada Ibu SN selaku Kepala Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, yang mengatakan bahwa

:

“Untuk wilayah Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu dibutuhkan

bantuan pemerintah untuk mengembangkan kualitas dari produksi cabai

tersebut, akan tetapi untuk saat ini belum ada bantuan dari pemerintah

daerah.”

(Hasil wawancara SN, 1 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa harapan masyarakat di

Kelurahan Bonto Manai tersebut adalah adanya bantuan pihak pemerintah atau

instansi terkait berupa bibit dan alat teknologi mengenai pengelolaan cabai guna

untuk mengembangkan kualitas dari perkebunan cabai sehingga bisa

menghasilkan buah yang sangat baik serta jumlah yang lebih banyak. Sehingga,

dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, harapan-harapan

Page 79: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

pengelolah dalam pengembangan produksi cabai yaitu adanya bantuan dari segi

biaya, bibit, dan alat teknologi yang bertujuan untuk peningkatan dalam

pengembangkan produksi cabai yang lebih baik dan berkualitas.

Hal yang sama disampaikan oleh Bapak NA selaku Ketua kelompok tani,

beliau mengatakan bahwa :

“Berharap, perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai ini adanya

kerjasama masyarakat dengan ikut jadi tenaga kerja dengan menanam dan

merawat perkebunan cabai agar bisa memaksimalkan pengelolaan cabai.”

(Hasil Wawancara NA, 3 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa perkebunan cabai

memerlukan beberapa bantuan tenaga kerja dengan harapan adanya partisipasi

masyarakat untuk ikut serta dalam mengelolah serta mengembangkan perkebunan

cabai di Kelurahan Bonto Manai. Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi

sebelumnya bahwa, memang adanya harapan pengelolah pada perkebunan cabai

memerlukan kerjasama baik dari pihak masyarakat untuk ikut jadi tenaga kerja

dalam pengembangkan produksi cabai yang lebih baik.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak AH selaku Tokoh Masyarakat,

mengatakan bahwa:

“Diperlukan perhatian dari pihak pemerintah daerah dengan melakukan

peninjauan terhadap perkebunan cabai akan tetapi, peninjauan saat ini

hanya dilakukan oleh masyarakat yang mengelolah dan untuk pemerintah

itu sendiri terakhir peninjauan dilakukan akhir tahun 2018”.

(Hasil wawancara AH, 6 Desember 2019)

Hal yang sama disampaikan oleh Ibu JU selaku Tokoh masyarakat, mengatakan

bahwa :

Page 80: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

“Diperlukan adanya bantuan traktor mini untuk pembajakan tanah khusus

perkebunan cabai agar supaya kami tidak meminjam lagi ke masyarakat

setempat”

(Hasil wawancara JU, 6 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan diatas menunjukkan bahwa masyarakat ataupun

kelompok tani memerlukan bantuan berupa alat traktor mini serta perhatian dari

pemerintah atau instansi terkait mengenai peninjauan terhadap proses pengelolaan

dalam mengembangkan perkebunan cabai yang berada di RW 8 Kelurahan Bonto

Manai. Dengan adanya peninjauan dari instansi terkait bisa melihat bagaimana

proses pengembangan dari pertumbuhan buah cabai serta bisa memberikan

beberapa motivasi baik dari segi tambahan alat ataupun adanya penyuluhan

tambahan khusus untuk perkebunan cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai.

Sehingga, dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, memang

diperlukan adanya bantuan alat traktor mini dalam pembajakan tanah untuk

perkebunan cabai serta pengelolah berharap adanya peninjauan dari pemerintah

setempat untuk melihat sejauh mana perkembangan dari perkebunan cabai.

Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada beberapa informan,

menunjukkan bahwa motivasi internal sangat dibutuhkan dalam proses

pengembangan serta pengelolaan cabai. Dengan adanya motivasi internal

pengelolaan cabai bisa diperhatikan terutama dalam hal perawatan. Dibutuhkan

beberapa tenaga kerja serta perhatian dari pemerintah setempat dengan

memberikan alat teknologi seperti traktor mini dan alat penyemprotan untuk

pembasmi hama serta biaya perawatan perkebunan cabai. Motivasi internal juga

berpengaruh terhadap semangat para tenaga kerja karena bisa mengakibatkan

sistem pengelolaan tidak terjalankan secara maksimal dan bisa terjadi

Page 81: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

pengunduran diri terhadap para tenaga kerja jika motivasi dari pihak pengelolah

ataupun pihak pemerintah tidak ada.

2. Pengambilan Resiko Terukur

Pengambilan resiko terukur merupakan hal yang sudah dipikirkan secara

matang bahwa tindakan yang dilakukan memiliki resiko ke depannya. Maka dari

itu, merupakan salah satu hal penting karena berani menerima sebuah resiko atas

tindakan yang dilakukan terutama dalam hal pengembangan perkebunan cabai

seperti bisa meminimalkan biaya terhadap perawatan cabai dengan bergantung

pada swadaya masyarakat dan bantuan dari pihak pengelolah. Perawatan tanpa

penggunaan mulsa/plastik. Banyak yang harus dipikirkan sebelum memutuskan

untuk mengambil suatu tindakan dalam mengelolah perkebunan cabai. Maka hal

itu, sangat dibutuhkan untuk upaya peningkatan perkebunan cabai. Oleh karena

itu untuk memperkuat penjelasan penulis mengenai pengambilan resiko dari

perkebunan cabai, beberapa hasil wawancara penulis terhadap informan terkait.

Berikut hasil wawancara penulis kepada Bapak AH selaku tokoh

masyarakat, yang mengatakan bahwa :

“Pengelolaan buah cabai memiliki tingkat perawatan dengan anggaran biaya

yang cukup besar. Untuk mengurangi biaya perawatan maksimal,

perkebunan cabai saat ini tidak memerlukan pemakaian mulsa/plastik pada

tanaman cabai dengan resiko ke depannya bahwa tanaman tersebut akan

mengalami penguapan air, dan mengalami terpaan sinar matahari.”

(Hasil Wawancara AH, 12 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa untuk meminimalkan biaya

yaitu tidak menggunakan mulsa/plastik pada perkebunan cabai disebabkan

terbatasnya biaya pada pengelolaan perkebunan cabai. Tetapi, tanpa penggunaan

Page 82: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

mulsa, masyarakat sudah memikirkan bahwa dampak yang dihasilkan tersebut

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan cabai. Sehingga dapat dilihat dari hasil

observasi peneliti di lapangan bahwa, memang adanya minimalisir biaya pada

perkebunan cabai dengan tidak menggunakan mulsa/plastik pada perawatan

perkebunan yang disebabkan karena bantuan dari pemerintah belum ada.

Hal yang sama disampaikan oleh Ibu IR selaku Staff kesejateraan Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, beliau mengatakan

bahwa :

“Dalam pengelolaan perkebunan cabai memerlukan biaya yang cukup

besar dengan kondisi lahan perkebunan yang luas maupun sempit maka

dari itu, untuk melakukan pengelolaan yang baik kita sudah memikirkan

sebelumnya bahwa anggaran yang dikeluarkan cukup besar.”

(Hasil wawancara IR, 14 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam mengembangkan

perkebunan cabai perlunya perluasan lahan dengan biaya yang digunakan untuk

pengelolaan ini cukup besar, sehingga pihak dari masyarakat ataupun pihak

pengelolah sudah memikirkan resiko yang terjadi ketika melakukan perluasan

lahan pada perkebunan cabai. Sehingga, dilihat dari hasil observasi peneliti di

lapangan bahwa, memang adanya penggunaan anggaran yang banyak dalam

pengelolaan cabai maka dari itu pihak pengelolah sudah memikirkan resiko yang

terjadi ketika melakukan pengembangan produksi cabai.

Pernyataan didukung oleh Bapak NA selaku Ketua Kelompok Tani, yang

mengatakan bahwa :

“Benar bahwa pengelolaan perkebunan cabai memerlukan biaya yang

cukup besar dengan harapan adanya bantuan dari pemerintah untuk

memberikan anggaran dalam pengelolaan cabai. Akan tetapi, bantuan dari

pemerintah tidak memberikan kepastian dalam memberi anggaran maka

Page 83: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

dari itu, kita sudah memikirkan resikonya bahwa biaya yang dikeluarkan

adalah dari pengelolah dan kerjasama masyarakat.”

(Hasil wawancara NA, 12 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa adanya ketidakpastian

pemerintah dalam memberikan bantuan berupa biaya, bibit, ataupun teknologi

sehingga masyarakat ataupun pihak pengelolah sudah memikirkan resikonya

bahwa biaya yang dikeluarkan adalah dari pengelolah dan tambahan dari swadaya

masyarakat. Sehingga, dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa,

pengeluaran biaya dalam pengelolaan cabai cukup besar dan memerlukan bantuan

dari pemerintah tetapi untuk saat ini bantuan dalam hal biaya belum ada maka

pengelolah sudah memikirkan bahwa biaya yang digunakan saat ini dari swadaya

masyarakat serta tambahan dari pengelolah.

Berdasarkan beberapa kutipan wawancara sebelumnya, terkait

pengambilan resiko terukur harus diperhatikan dalam pengelolaan cabai karena

masalah pengelolaan cabai bisa teratasi lebih awal, karena sudah mengetahui

tindakan yang diambil memiliki resiko, baik untuk pengelolaan maupun dari

sistem bantuan biaya. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa pengambilan resiko

dari pengelolaan cabai adalah bisa meminimalisir cakupan biaya terhadap

perawatan cabai karena anggaran yang digunakan cukup besar sehingga yang

digunakan untuk mengelolah perkebunan cabai adalah dengan swadaya

masyarakat dan tambahan bantuan dari pihak pengelolah sedangkan bantuan dari

pihak pemerintah belum dapat dipastikan.

Selain itu, tanpa penggunaan mulsa/plastik juga berpengaruh terhadap

perkebunan cabai, sehingga sudah memikirkan dampak ke depannya bahwa tanpa

Page 84: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

penggunaan mulsa/plastik mengakibatkan perkebunan cabai tidak menghasilkan

buah cabai dengan jumlah yang lebih banyak, dan pohon menjadi pendek, serta

buah yang mengecil. Peranan pemerintah serta pihak pengelolah sangat

diperlukan untuk upaya peningkatan dalam perkebunan cabai serta mengatasi

beberapa resiko yang terjadi pada sistem pengelolaan perkebunan cabai karena

dapat menunjang keberhasilan dalam mengembangkan perkebunan cabai di

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

c. Faktor Pendukung

Inovasi perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng memerlukan upaya peningkatan dalam pengelolaan baik dari

perawatannya maupun dari segi bantuan biaya pemerintah daerah. Maka hal itu,

sangat menunjang keberhasilan inovasi perkebunan cabai dengan sistem

pengelolaan yang baik serta adanya bantuan dari swadaya masyarakat dan

tambahan biaya dari pihak pengelolah, serta peminjaman alat teknologi dari

swadaya masyarakat yang merupakan hal yang mendukung untuk pengembangan

perkebunan cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng. Maka dari itu, untuk memperkuat penjelasan dari penulis

mengenai faktor pendukung dari perkebunan cabai, beberapa hasil wawancara

penulis terhadap informan yang terkait.

Berikut hasil wawancara penulis kepada Ibu SN selaku Kepala Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, yang mengatakan bahwa

:

“Bahwa dalam pengelolaan cabai memang sangat diperlukan adanya

bantuan anggaran dari pemerintah serta bantuan dari beberapa masyarakat

Page 85: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

seperti, meminjamkan alat kultivator maupun alat lainnya yang bisa

digunakan untuk mengelolah perkebunan cabai.”

(Hasil wawancara SN, 15 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa masyarakat memerlukan

bantuan pemerintah khususnya dalam bentuk biaya untuk mengelolah perkebunan

cabai serta adanya bantuan dari swadaya masyarakat berupa peminjaman alat

kultivator, ataupun alat lainnya demi memaksimalkan perawatan dalam

perkebunan cabai. Sehingga, dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan

bahwa, hal yang mendukung dalam perkebunan cabai adalah adanya swadaya dari

masyarakat berupa peminjaman alat perkebunan berupa alat kultivator.

Hal ini didukung pula dengan pernyataan dari Bapak NA selaku Ketua

Kelompok Tani, yang mengatakan bahwa :

“Untuk bisa menghasilkan buah yang segar dan dalam kondisi yang baik

memang sangat memerlukan bibit/benih yang unggul, obat-obatan

pembasmi hama serta tambahan biaya dari pengelolah.”

(Hasil wawancara NA, 20 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa adanya pemberian bibit

benih yang kualitas unggul guna untuk menghasilkan pertumbuhan cabai yang

sangat baik serta adanya bantuan tambahan biaya dari pihak pengelolah demi

menunjang perkembangan dari perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai.

Sehingga, dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, memang adanya

kebutuhan bibit/benih yang unggul dalam mengembangkan produksi cabai serta

obat-obatan yang merupakan salah faktor pendukung.

Hal yang sama disampaikan oleh Bapak AH selaku Toko Masyarakat, yang

mengatakan bahwa :

Page 86: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

“Untuk perkebunan cabai di lahan terbuka wilayah Kelurahan Bonto

Manai Kecamatan Bissappu bukan hanya dari segi anggaran ataupun jenis

bahan perawatannya yang dibutuhkan akan tetapi, alat teknologi seperti

kultivator, dan traktor mini, yang merupakan hal yang penting dalam

pengelolah perkebunan cabai karena tanpa alat tersebut akan sulit

berkembang dengan baik”

(Hasil wawancara AH, 20 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa perkebunan cabai di

lahan terbuka memerlukan biaya untuk perawatan dan adanya kebutuhan alat

teknologi berupa kultivator, dan traktor mini, yang berguna untuk pengolahan

tanah dalam pembuatan bedengan baik untuk lahan basah dan kering. Sehingga,

dilihat dari hasil observasi di lapangan bahwa, memang dibutuhkan alat teknologi

berupa alat kultivator, traktor mini serta bantuan berupa biaya perawatan dalam

menunjang perkembangan produksi cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Hal tersebut didukung pula oleh pernyataan Ibu AS selaku Tokoh

Masyarakat, mengatakan bahwa:

“Salah satu yang mendukung berjalannya proses pengelolaan dengan

adanya alat penyemprotan ham untuk penyiraman obat demi

mengendalikan adanya hama penyakit tumbuhan cabai tersebut.”

(Hasil wawancara AS, 20 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa salah satu faktor

pendukung dari pengelolaan cabai adalah adanya alat penyemprotan yang berguna

untuk pembasmi hama pada pertumbuhan cabai di Kelurahan Bonto Manai.

Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di lapangan bahwa, memang

adanya faktor pendukung salah satunya adalah penggunaan alat penyemprotan

hama yang berguna untuk penyemprotan hama pada tanaman.

Page 87: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Bisa disimpulkan dari beberapa hasil wawancara penulis kepada informan

yang terkait bahwa faktor pendukung merupakan salah satu upaya peningkatan

untuk menunjang keberhasilan atas inovasi perkebunan cabai di Kelurahan Bonto

Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten bantaeng. Dalam hal ini, pengembangan

dalam perkebunan sangat diperlukan tinjauan dari masyarakat itu sendiri terutama

pengelolahnya maupun pemerintah setempat.

Keberhasilan inovasi perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan yang

baik serta adanya bantuan dari swadaya masyarakat dan tambahan biaya dari

pihak pengelola, serta peminjaman alat teknologi dari swadaya masyarakat yang

merupakan hal yang mendukung untuk pengembangan perkebunan cabai yang

berada di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Dalam upaya peningkatan perkebunan cabai memerlukan faktor pendukung baik

dari segi bahan maupun alat. Bukan hanya itu akan tetapi, paling mendukung

untuk pengelolaan perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan

Bissappu adalah bantuan dari pemerintah Kabupaten Bantaeng karena apapun

yang menyangkut upaya peningkatan dalam hal perkebunan, pemerintah berperan

penting.

d. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam pengelolaan perkebunan cabai yaitu keterbatasan

penggunaan alat teknologi seperti traktor mini, kultivator, alat penyemprotan, dan

mulsa/plastik yang saat ini penggunaan alat tersebut berupa peminjaman dari

swadaya masyarakat setempat. Adanya faktor penghambat baik dari sistem

pengelolaannya ataupun dari persoalan bantuan anggarannya yang mengakibatkan

Page 88: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

proses pengelolaan tidak berjalan secara maksimal. Oleh karena itu, untuk

memperkuat penjelasan dari penulis, beberapa hasil wawancara yang dilakukan

oleh penulis terhadap informan terkait.

Berikut adalah kutipan wawancara penulis kepada Ibu IR selaku Staff

Kesejateraan Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng,

mengatakan bahwa :

“Yang menghambat dalam pengelolaan cabai yaitu persoalan minimnya

anggaran biaya dan itu sangat berpengaruh pada pengembangan

pengelolaan cabai.”

(Hasil wawancara IR, 16 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi

dalam pengelolaan cabai yaitu persoalan bantuan biaya dari instansi terkait karena

masyarakat membutuhkan bantuan biaya untuk perawatan tanaman guna

memaksimalkan kualitas dari buah cabai tersebut sehingga hal itu sangat

berpengaruh pada perkembangan perkebunan cabai. Sehingga, dilihat dari hasil

observasi peneliti di lapangan bahwa, memang adanya hambatan persoalan biaya

dalam pengelolaan perkebunan cabai karena pemerintah belum memberikan

bantuan dalam segi biaya perawatan.

Ditambahkan pula oleh pernyataan Bapak NA selaku Ketua Kelompok

Tani, yang mengatakan bahwa :

“Adapun faktor penghambat dari sisi internal pengelolaan cabai tersebut

adalah alat kultivator. Alat kultivator ini berguna untuk membajak tanah

agar mudah membuat bedengan tetapi, untuk saat ini kami hanya

meminjam alat kultivator kepada masyarakat setempat dengan jumlah

yang terbatas karena untuk perkebunan cabai di tempat kami tidak

memiliki alat kultivator tersebut. Sedangkan dari sisi eksternalnya ialah

kurang perhatian dari pemerintah setempat menyangkut pengembangan

perkebunan cabai”

Page 89: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

(Hasil wawancara NA, 20 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa adanya

hambatan dalam pengelolaan cabai yaitu terbatasnya penggunaan alat yang

digunakan untuk pengolahan tanah serta berbagai hambatan lainnya yaitu

kurangnya perhatian pemerintah setempat untuk mengembangkan perkebunan

cabai yang berada di Kelurahan Bonto Manai. Sehingga, dapat dilihat dari hasil

observasi peneliti di lapangan bahwa, memang adanya hambatan dari segi

penggunaan alat kultivator karena saat ini alat yang digunakan masih pinjaman

masyarakat setempat.

Sementara disampaikan oleh Bapak AH selaku Tokoh Masyarakat,

mengatakan bahwa :

“hal yang menghambat dalam pengembangan cabai adalah turunnya harga

cabai karena saat ini masalah harga menjadi salah satu keluhan petani.

Belum ada jaminan harga disaat memasuki masa panen.”

(Hasil wawancara AH, 20 Desember 2019)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa salah satu hal

yang menghambat adanya pengembangan dari perkebunan cabai adalah turunnya

harga cabai di pasaran yang membuat harga penjualan tidak sesuai dengan biaya

yang di keluarkan sehingga hal tersebut sangat mengkhawatirkan pihak

pengelolah ataupun masyarakat. Sehingga, dilihat dari hasil observasi peneliti di

lapangan bahwa, memang terjadi penurunan harga cabai di pasaran yang membuat

penjualan tidak sesuai dengan biaya yang di keluarkan maka hal itu sangat

berpengaruh terhadap target pemasaran dalam mencapai omset yang ingin dicapai.

Hal yang sama disampaikan oleh Ibu JU selaku Tokoh Masyarakat,

mengatakan bahwa :

Page 90: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

“Salah satu hal yang menghambat perkebunan cabai yaitu turunnya harga

cabai yang ketika penjualan tidak sesuai dengan pengeluaran pada proses

pengelolaan cabai dan tidak adanya pemakaian mulsa/plastik karena hal ini

sangat menhambat adanya proses pengembangan cabai. Tanpa pemakaian

mulsa pohon cabai terlihat pendek dan tidak menghasilkan buah yang

jumlah banyak.”

(Hasil wawancara JU, 20 November 2019)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa hal yang

menghambat dari proses pengelolaan cabai yaitu salah satunya sistem penjualan

yang tidak stabil, serta pemakaian mulsa/plastik yang tidak digunakan dalam

pengelolaan cabai saat ini karena terbatasnya biaya yang dimiliki pihak

pengelolah dan masyarakat. Sehingga, dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di

lapangan bahwa, salah satu hambatan dalam pengelolaan cabai yaitu tanpa

pemakaian mulsa/plastik yang mengakibatkan terbatasnya anggaran dalam

pengelolaan cabai sehingga tidak digunakan mulsa/plastik tersebut.

Dari kutipan hasil wawancara di atas mengenai faktor penghambat dalam

inovasi perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng bahwa dalam hal ini bisa dikatakan berjalannya suatu

program perkebunan cabai Kelurahan Bonto Manai memiliki penghambat dalam

proses pengelolaan yaitu dari pupuk yang tidak unggul, persoalan biaya yang

selalu jadi kendala, serta penggunaan alat yang khusus untuk perkebunan cabai

masih berasal dari peminjaman alat tani masyarakat setempat. Faktor penghambat

ataupun masalah yang paling menonjol adalah persoalan biaya. Bantuan

pemerintah setempat khususnya instansi yang terkait sangat dibutuhkan oleh

petani cabai karena hal itu merupakan salah satu pendukung untuk peningkatan

dalam pengelolaan cabai. Dalam hal ini sangat diperlukan perhatian dari berbagai

Page 91: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

pihak seperti instansi yang terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng, dan

penyuluhan pertanian serta adanya budidaya tanaman cabai sehingga program

yang dijalankan lebih optimal dalam upaya peningkatan dan keberlanjutan

produksi perkebunan cabai.

Page 92: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Inovasi perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng dari aspek kreatifitas bahwa adanya perluasan lahan

terhadap perkebunan cabai dengan luas 1,5 hektar, dengan sistem

perawatan menggunakan cara tradisional, keahlian dalam penggunaan alat

teknologi kultivator dan penyemprotan, mampu berpikir dengan adanya

penyusaian kondisi iklim pada saat penanaman cabai, mampu memberikan

gambaran dengan cara kerjasama pihak pengelolah dan pemerintah terkait

serta adanya motivasi dari masyarakat dalam bentuk tenaga kerja dan

peminjaman alat. Kreatifitas dari inovasi perkebunan cabai tersebut

mengalami meningkatan dari segi perluasan lahan dan sistem pengelolaan

dengan adanya faktor pendukung dari swadaya masyarakat berupa

peminjaman alat.

2. Inovasi perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupatem Bantaeng dari aspek pengambilan resiko yaitu dengan adanya

penggunaan anggaran, saat ini dibantu oleh swadaya masyarakat dan

pemakaian tanpa mulsa/plastik yang akan mengalami penguapan air.

Dilihat dari pengambilan resiko, sistem pengelolaan terhadap perkebunan

cabai tidak mengalami meningkatan yang mengakibatkan hambatan terjadi

yaitu belum adanya bantuan pemerintah terkait dalam bentuk biaya

ataupun dari segi bantuan bibit dan alat.

Page 93: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terkait dengan

inovasi perkebunan cabai di Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng. Maka adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian

ini adalah :

1. Bantuan berupa bibit, pupuk dari pemerintah dalam hal ini Dinas

Pertanian.

2. Bantuan berupa alat produksi untuk pengelolaan cabai selama proses

pemeliharaannya sampai proses panen.

3. Dibutuhkan perhatian lebih dari pemerintah khususnya pada Dinas terkait

dalam pengawalan pemasaran hasil produksi sehingga harga jual dapat

stabil. Dengan demikian dapat meningkatkan penjualan atau yang

berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

4. Adanya pembudiyaan cabai dengan sistem penanaman memakai bambu

atau pipa untuk pengelolaan yang berada di rumah-rumah.

Page 94: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

DAFTAR PUSTAKA

Ardhona Syamsu, Hendarto Kus, Karyanto Agus, Ginting Cahya Yohannes. 2013.

“Pengaruh Pemberian Dua Jenis Mulsa dan Tanpa Mulsa Terhadap

Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah”.

Jurnal Agroteknologi. Diakses pada tanggal 2 Desember, pukul 14.23.

Depari Hismanta David, Salmiah, Kusuma Indra Sinar. 2015. “Pengaruh Sistem

Pengelolaan Usahatani Cabai Merah Terhadap Jumlah Produksi dan

Tingkat pendapatan”. Jurnal Agribisnis.

Diakses pada tanggal 28 Desember, pukul 21.15

Fred R, David. 2005. ”Manajemen Strategis”. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Hit Michael A, Ireland Duane, Hoskisson Robert E. 2001. “Manajemen Strategi”.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Irawaty. 2018. “Strategi pemasaran pendidikan vokasi di Indonesia”. Jurnal

Administrasi Negara. Diakses pada tanggal 4 April, pukul 14.56.

Iriani Endang, Mulanjari Eti M. 2018. “Pengembangan Produksi Cabai Merah

Melalui Pendekatan Standar Operasional Prosedur Pada Musim

Kemarau di Lahan Kering Kabupaten Blora”.Jurnal Teknologi

Pertanian. Diakses pada tanggal 28 Desember, pukul 22.10.

Ibda Fatimah. 2015.”Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget”.Jurnal Ilmu

Pendidikan. Diakses pada tanggal 2020 Februari, pukul 15.30.

Lusiana. 2012. “Strategi Museum Perjuangan Kota Yogyakarta Dalam Menarik

Minat Wisatawan”. Jurnal Administrasi. Diakses pada tanggal 25 April, pukul

22.15.

Muhammad Suwarsono. 2017. “Manajemen Strategik”. Yogyakarta: URP STIM

YKPN Yogyakarta.

Muhammad Sholeh. 2008. ”Analisis Strategi Inovasi dan Dampaknya Terhadap

Perusahaan”. Jurnal: Manajemen. Diakses pada tanggal 2 Mei, pukul

16.24.

Made Caesar Surya Dwi Putra, Wayan Ekawati. 2017. “Pengaruh Inovasi Produk,

Harga, Citra Merek Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas

Pelanggan Sepeda Motor Vespa”. Jurnal Ilmu Administrasi Negara.

Diakses pada tanggal 4 April 13.24.

Page 95: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Nasution A.H, Hermawan Kartajaya, 2018. “Inovasí”. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Perwiranegara Abdul Haris. 2014. ”Strategi Inovasi terhadap Kinerja UKM”.

Jurnal: Aplikasi Manajemen. Diakses pada tanggal 6 April, pukul 21.30.

Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Pasal 1 Nomor 20 Tahun 2013 Tentang

Pemeliharaan Pertanian.

Rukmana Rahmat H, Yudirachman Herdi H. 2017.”Untung Selangit dari

Agribisnis Cabai”. Yogyakarta: Lily Publisher.

Rifai Muhammad H, Fadhli Muhammad. 2013.”Manajemen Organisasi”.

Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Syukur Muhammad, SP.,M.Si, 2018.”8 Kiat Sukses Panen Cabai Sepanjang

Musim”. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Siska, 2015.”Pengelolaan Retribusi Parkir Kota Makassar”. Skripsi: Ilmu

Administrasi Negara. Diakses pada tanggal 19 Februari 2020, pukul

20.28.

Umar Husein, 2005.”Strategic Management In Action”. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan.

Zainal Muchlas. 2015. “Strategi Inovasi dan Daya Saing Industri Kecil

Menengah (IKM) Agro Industri di Kota Batu”. Jurnal: Administrasi

Negara. Diakses pada tanggal 4 April, pukul 11.13.

http://ditjenbun.pertanian.go.id/statis-42-undang-undang.html (Diakses pada

tanggal 5 April, pukul 22.35)

https://bantaengkab.bps.go.id/ (Diakses pada tanggal 3 April, pukul 21.40)

https://bukuteori.com/2017/09/28/pengertian-tanaman-cabai (Diakses pada

tanggal 25 April, pukul 21.25)

https://id.wikipedia.org/wiki/Cabai (Diakses pada tanggal 26 April, pukul 3.50)

https://sulselprov.go.id/pages/des_kab/1 (Diakses pada tanggal 15 Desember

2019, pukul 22.03)

Page 96: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 97: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Gambar 4. Wawancara oleh Ibu SN Kepala Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Gambar 5. Wawancara oleh Bapak AR sekretaris Kelurahan Bonto Manai

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Page 98: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Gambar 6. Wawancara oleh Bapak NA, Ketua Kelompok Tani Kelurahan

Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Gambar 7. Wawancara oleh Ibu IR Staff Kesejahteraan Kelurahan Bonto

Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Page 99: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

Gambar 8. Wawancara oleh Ibu JU dan Ibu AS Tokoh Masyarakat

Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Gambar 9. Wawancara oleh Bapak AH Anggota Tani Kelurahan Bonto

Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Page 100: SKRIPSI INOVASI PERKEBUNAN CABAI DI KELURAHAN BONTO … · pada perkebunan cabai dengan sistem pengelolaan menggunakan alat kultivator, kompa, untuk pembuatan bedengan pada perkebunan

RIWAYAT HIDUP

Kiki Resky Indrayanti, Lahir pada Tanggal 20

November 1996 Bantaeng, Kabupaten Bantaeng

Sulawesi Selatan. Anak kedua dari pasangan suami

istri Jumanai dan ST.Syamsiah, Penulis menempuh

pendidikan di SD Inpres Tappanjeng Kabupaten

Bantaeng Sulawesi Selatan dan selesai pada tahun

2009, penulis melanjutkan pendidikan di SMP 3 Bissappu Bantaeng Sulawesi

Selatan dan selesai pada tahun 2012, pada tahun yang sama penulis melanjutkan

Pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMK Negeri 1 Bantaeng Sulawesi

Selatan dan selesai pada tahun 2015. Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan

pada Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh

Makassar) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi Ilmu

Administrasi Negara. Peneliti sangat bersyukur, karena telah diberikan

kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan yang nantinya dapat diamalkan

dan memberikan manfaat.