skripsi -...

114
TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM (Analisis Putusan No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 / PT.MDN) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Disusun Oleh: Rasifah (11150450000020) PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 01-Jan-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK MENURUT

HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

(Analisis Putusan No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 / PT.MDN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun Oleh:

Rasifah (11150450000020)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan
Page 3: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan
Page 4: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan
Page 5: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

iii

Abstrak

Rasifah (11150450000020) “Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak

Menurut Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan

No.8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN)”. Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas

Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2019 M/1440

H.

Masalah utama dalam skripsi ini mengenai tindak pidana narkotika yang dilakkan oleh

anak terdapat di dalam putusan Pengadilin Tinggi Medan Nomor 8/Pid.Sus.Anak/2015/PT.MDN

yang memvonis anak yang bernama Zulkifli alias Zul dengan pidana penjara selama 2 (dua)

tahun dan denda Rp.1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan Pelatihan

Kerja. Skripsi ini bertujuan menjelaskan penyebab anak melakukan tindak pidana narkotika,

pandangan hukum positif dan hukum Islam mengatur sanksi terhadap anak yang melakukan

tindak pidana narkotika dan untuk menjelaskan serta menganalisa putusan pertimbangan hakim

pada perkara (No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 / PT.MDN)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan library research dengan

melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan dan sumber lain

yang berkaitan dengan objek kajian. Setelah data diperoleh, penulis menganalisis secara

kualitatif data yang diperoleh terhadap objek kajian (Putusan No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 /

PT.MDN).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam Hukum Pidana Islam anak yang terlibat

dalam narkotika maka tidak dikenakan sanksi hadd, ataupun ta’zir, sebab ia belum termasuk

mukallaf (dewasa) dan belum mengetahui hak dan kewajiban dalam Islam. Dalam hal ini

hukuman yang diberikan dalam hukum Islam untuk anak yang belum baligh diberikan ta’dib

(pendidikan/pembinaan). Sedangkan dalam hukum positif Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, diberikan alternatif lain dalam penyelesaian kasus anak pelaku tindak pidana

penyalahguna narkotika yaitu secara diversi, sehingga tidak melibatkan anak ke dalam proses

peradilan yang panjang dan cukup rumit bagi anak yang masih di bawah umur. Penyalahgunaan

narkotika yang dilakukan oleh anak masih cenderung memberikan sanksi berupa penjara bagi

Page 6: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

iv

anak yang menggunakan narkotika untuk konsumsi pribadinya. Sanksi pidana narkotika bagi

anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum memang terdapat ketentuan-ketentuan

yang mengatur mengenai batas usia anak yang dapat dipidana berdasarkan Undang-undang

Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang berusia di bawah 12

tahun tidak boleh dipidana, anak yang berusia di bawah 14 tahun tidak dapat dikenakan sanksi

pidana namun dapat dikenakan tindakan seperti pengembalian kepada orang tua/wali, dan anak

yang berusia di bawah 18 tahun dapat dikenakan sanksi pidana.

Pembimbing : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.A.

Daftar Pustaka : 1978 s.d 2016

Page 7: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Alhamdulillahirobbil’alamiin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Menurut Hukum Pidana

Positif Dan Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 /

PT.MDN)” saya berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangsih keilmuan khususnya di

Fakultas Syari’ah dan Hukum Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah maupun di dunia akademis pada umumnya.

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa risalah kebenaran untuk semua umat khususnya Islam.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih yang sedalam-

dalamnya atas bimbingan, masukan, saran dan dukungannya baik moril maupun materil kepada:

1. Kedua orang tua penulis Bapak Rozalih dan Mamah Asenih yang selalu berjuang

keras memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan banyak

perhatian dan semangat serta yang selalu mendoakan penulis dengan ikhlas agar

penulis mampu menyelesaikan kuliah Strata 1 ini. Semoga diberikan umur panjang

dan kesehatan oleh Allah SWT serta kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Kepada Dosen Pembimbing dan Kaprodi Hukum Pidana Islam yaitu Bapak Dr. H. M.

Nurul Irfan M.Ag yang telah sabar membimbing dan memberikan arahan serta

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepada Sekertaris Prodi Bapak M. Mujibur Rohman yang telah ikut andil dalam

membantu proses pembuatan skripsi ini.

4. Kepada Sekprodi HPI sebelumnya Bapak Nurohim Yunus yang sudah sangat

membantu dan mempermudah proses saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

vi

5. Kepada kekasih hati, Danu Aji Wijaya yang telah memberikan banyak perhatian,

dukungan, nasihat serta masukan agar penulis mampu menyelesaikan kuliah Strata 1

ini.

6. Kepada kedua adik sepupu yang lucu Wina dan Fatih, yang selalu menghibur dengan

tingkah lucunya. Tak lupa untuk saudara-saudara terdekat penulis yang banyak

membantu baik moril maupun materil.

7. Kepada Sahabat Rumah Aini, Nisa, Fauziah, Shella yang selalu menghibur dikala

penulis merasa jenuh dengan skripsi.

8. Kepada Sahabat perjuangan Salwa dan Amah yang telah membantu memotivasi dan

saling mensupport satu sama lain sehingga skripsi ini cepat terselesaikan.

9. Kepada teman-teman jurusan Hukum Pidana Islam angkatan 2015, terimakasih atas

bantuan, doa dan dukungan selama 4 tahun bersama dalam satu kelas. Terimakasih

atas kebersamaan dan waktu berharganya semoga kita semua menjadi orang sukses.

Tak lupa untuk teman-teman kelompok KKN 25 Kemilau Pasir Kronjo terimakasih

atas pengalaman berharganya selama pengabdian.

10. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga selain ucapan Alhamdulillahirabbil

‘Alamiin. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

bagi pembaca pada umumnya, aamiin. Sekian dan terimakasih.

Jakarta, 01 Juni 2019 M

27 Ramadhan 1440 H

Rasifah

Page 9: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESSAHAN ...................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................ii

ABSTRAK ................................................................................................................iii

KATA PENGANTAR .............................................................................................v

DAFTAR ISI ............................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................1

B. Identifikasi Masalah .....................................................................6

C. Pembatasan Masalah ...................................................................6

D. Rumusan Masalah .......................................................................7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................7

F. Metode Penelitian .......................................................................8

G. Kerangka Teori ............................................................................10

H. Review Studi Terdahulu ...............................................................11

I. Sistematika Penulisan .................................................................12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA NARKOTIKA

MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Narkotika dan Larangan Syurb Al-Khamr .................14

B. Tindak Pidana Narkotika Dan Jarimah Syurb Al-khamr .............21

Page 10: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

viii

C. Unsur-Unsur Tindak Pidana Narkotika Dan Syurb Al-Khamr............ 29

D. Landasan Hukum Terkait Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Narkotika Dalam

Hukum Pidana Positif (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009) Dan Hukum

Pidana Islam .................................................................................33

BAB III TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

A. Pengertian Anak Secara Hukum ..................................................44

B. Perlindungan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum .............50

C. Sanksi Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Dalam Hukum

Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam ......................................55

BAB IV ANALISIS PUTUSAN No. 8/PID.Sus.Anak /2015/PT.MDN TERHADAP

TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

A. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Balai

Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb…………………………..71

B. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan Nomor:

8/Pid.Sus.Anak/2015/PT.MDN…………………………………73

C. Analisis Putusan Ditinjau Dalam Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana

Islam .............................................................................................78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................83

B. Saran ............................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................ix

Page 11: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur dalam

Undang-undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah

Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945

menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa

negara Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Indonesia merupakan suatu negara yang bertujuan menyelenggarakan ketertiban

hukum untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat adil

dan makmur.1

Dalam menentukan suatu perbuatan yang dilarang dalam suatu peraturan

perundang-undangan salah satunya digunakan kebijakan hukum pidana. Dengan

landasan tersebut diatas maka semua warga negara Indonesia yang melakukan

pelanggaran dan kejahatan terhadap ketertiban umm harus tunduk pada aturan yang

berlaku, dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. Dalam

menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu kepastian,

kemanfaatan, dan keadilan. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel

terhadap tindakan sewenang-wenang, dengan adanya kepastian hukum masyarakat

akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

atau penegakan hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan dan

penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Unsur

1 Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,

(Jakarta: Kencana dan ICCE UIN Jakarta, 2012), h. 121.

Page 12: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

2

yang ketiga adalah keadilan, dalam pelaksanaan dan penegakan hukum harus adil,

baik secara komutatif maupun secara distributif.2

Kehidupan masyarakat Indonesia semakin mengalami perkembangan yang

kian meningkat dari tahun ketahun. Perkembangan ini diiringi dengan

berkembangnya tindak kriminal yang membawa dampak yang dapat merugikan diri

sendiri bahkan lingkungan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, Indonesia sebagai

negara yang berdasarkan atas hukum harus difungsikan untuk menjadi alat

pengendali sosial (social control) yang dilengkapi dengan sanksi sebagai alat

pemaksa agar kaidah-kaidahnya ditaati sehingga eksistensi negara bisa terwujud

secara konsisten. Yang menjai keprihatinan bangsa saat ini ialah permasalahan

perilaku anak baik sebagai pelaku maupun korban dari perbutan melanggar hukum,

seperti maslah yang dijumpai pada masyarakat yang kian berkembang saat ini salah

satunya mengenai penyalahgunaan narkotika. Di mana pada kenyataannya sekarang

tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa tetapi juga sudah melibatkan kalangan anak

di bawah umur.

Pada era modern sekarang penyalahgunaan narkotika menunjukkan

kecenderungan yang semakin meningkat dan meluas, terutama dikalangan anak-anak,

remaja, dan generasi muda pada umumnya. Anak yang sebagai bagian dari generasi

muda sepatutnya merupakan penerus cita-cita bangsa dan sumber daya manusia

Indonesia yang berkualitas dan mampu serta memelihara kesatuan dan persatuan

bangsa.

Anak merupakan karunia tuhan yang nantinya akan menjadi generasi penerus

bangsa yang akan memimpin dan menggerakan bangsa nantinya. Sebagai generasi

penerus bangsa maka diperlukan adanya pembinaan maupun perlindungan dari

berbagai pihak baik itu keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah,

2 Rahman Syamsuddindan Ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia, (Makassar: Mitra

Wacana Media, 2014), h. 69-70.

Page 13: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

3

maupun negara. Perlindungan tersebut dimaksudkan karna anak di dalam

perkembangan pendewasaan ketika memasuki masa remaja, sangat mudah

terpengaruh oleh lingkungan yang ada disekitarnya. Anak yang berhadapan dengan

hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, yang selanjutnya disebut anak

adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan

belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Anak merupakan bagian dari

mayarakat, mereka mempunyai hak yang sama dengan masyarakat lain yang harus

dilindungi dan dihormati. Setiap negara wajib memberikan perhatian serta

perlindungan yang cukup terhadap hak anak, yang antara lain berupa hak sipil,

ekonomi, sosial dan budaya.3

Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.4 Menurut Undang-undang Nomor 35

Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak.5 Perlindungan anak dapat diartikan sebagai segala upaya

yang ditujukkan untuk mencegah rehabilitasi dan memberdayakan anak yang

mengalami tindak perlakuan yang salah, eksploitasi, dan penelantaran, agar dapat

menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang secara wajar, baik fisik, mental

maupun sosialnya.

Masalah penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak semakin tinggi

intensitasnya, bahkan peredaran dan penggunaan narkotika secara melawan hukum

tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja bahkan telah menjangkau hampir semua

kota/kabupaten diseluruh Indonesia. Anak pada usia ini masih memiliki kemampuan

3 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, (Bandung: PT

Refika Aditama, 2012), h. 75.

4 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

Page 14: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

4

yang sangat rendah untuk menolak ajakan negatif dari lingkungan sekitarnya, anak-

anak yang mempunyai rasa keingintahuan sehingga awalnya hanya keinginan coba-

coba terhadap narkotika, kini dimanfaatkan sebagai pengguna bahkan sebagai jalur

peredaran yang bertujuan untuk mencari keuntungan materi juga untuk merusak

bangsa Indonesia melalui merusak fisik dan mental generasi penerus bangsa,

sehingga secara langsung atau tidak langsung anak-anak diperalat untuk melakukan

pidana.

Peran orang tua dalam pengawasan dan penjagaan agar anak tidak terlibat

dalam narkotika sangatlah penting, jika seorang anak terjerumus narkotika maka

orang tua wajib melapor kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau

lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah

untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial, sesuai dengan Pasal 55 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika. Kemudian dalam pasal 60 Undang-undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika disebutkan upaya pembinaan meliputi mencegah

generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan narkotika, termasuk

dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan narkotika dalam kurikulum

sekolah dasar sampai lanjutan atas.6

Narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba) adalah merupakan benda-benda

yang dapat menghilangkan akal pikiran yang hukumnya haram. Sebab salah satu illat

diharakannya benda itu adalah memabukkan sebagaimana disebutkan dalam hadis

Nabi Muhammad SAW :

كل مسكر خر وكل خر حرام

Artinya : “setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah

haram”.

6 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Page 15: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

5

Menggunakan narkoba di samping telah diharamkan, juga akan berakibat

buruk, dapat merusak akal dan fisik, serta akibat-akibat lainnya. Karena itu, hukum

Islam melarang menggunakan benda-benda seperti itu, baik dalam jumlah sedikit

apalagi dalam jumlah yang banyak. Bagi orang yang pernah menggunakan narkotika

akan merasakan kenikmatan dan menimbulkan ketagihan. Dalam hal ini Ibn

Taimiyah menerangkan bahwa ganja itu lebih jahat dari khamar, dilihat dari segi

merusak badan dan mengacaukan akal, ia membuat seseorang menjadi lemah akal,

lemah keinginannya, dan menghalangi orang dari mengingat Allah. 7

Pada zaman Nabi Muhammad, khamar masih bersifat tradisional dan cara

penggunaannya hanya dengan diminum. Hal ini sesuai dengan penamaannya, yaitu

jarimah syurb al-khamar atau meminum khamar. Namun, saat ini al-khamar yang

secara etimologis berarti menutup akal, disebut dengan narkotika. Narkotika adalah

zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

Narkotika dengan berbagai macam dan jenisnya tidak hanya diminum, tetapi juga

disuntik, dihisap, atau ditaburkan pada bagian angota tubuh yang telah dilukai. Kalau

zaman dahulu sanksi hukuman hanya dikenakan kepada peminum atau pecandu, saat

ini juga dikenakan kepada pengedar, bandar, bahkan produsen. Hal itu karena

pengedaran narkotika telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan

menggunakan modus operandi yang tinggi dan teknologi canggih serta didukung oleh

jaringan organisasi yang luas sehingga sudah banyak menimbulkan korban, terutama

di kalangan generasi muda yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat,

bangsa, dan negara.8

7 Hamzah Hasan, “Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan Narkoba”. Al-Daulah.

Vol. 1 No. 1, Desember 2012, h. 150-151.

8 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 59-60

Page 16: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

6

Maka berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik membahas

tentang Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak Menurut Hukum Pidana Positif

dan Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan Nomor: 8 / PID.Sus.Anak / 2015 /

PT.MDN).

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana narkotika yang

dilakukan oleh anak dibawah umur dapat di identifikasi perma salahannya sebagai

berikut :

1. Efektivitas penerapan pidana positif dan pidana Islam terhadap pelaku pidana

narkotika yang dilakukan oleh anak analisis putusan (No. 8 / PID.Sus.Anak /

2015 / PT.MDN)

2. Proses penyelesaian perkara narkotika yang dilakukan oleh anak sesuai sistem

peradilan anak di Indonesia.

3. Perbedaan pemidanaan terhadap pelaku pidana narkotika yang dilakukan oleh

anak menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam

C. Pembatasan Masalah

Mengingat pembahasan mengenai sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana

narkotika yang dilakukan oleh anak dibawah umur sangatlah luas, maka pada

pembahasan kali ini akan dibatasi seputar aspek :

1. Penulisan dan pembahsan skripsi ini hanya akan membahas tentang kasus

tindak pidana narkotika oleh anak menurut hukum pidana positif dan hukum

pidana Islam (analisis putusan No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 / PT.MDN).

2. Proses pemidanaan menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam

bagi anak yang melakukan tindak pidana narkotika.

3. Perbedaan hukuman pidana positif dan hukuman pidana Islam bagi anak yang

melakukan tindak pidana narkotika.

Page 17: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

7

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pokok permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pertimbangan dan putusan majelis hakim Pengadilan Negeri

Tanjung Balai Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb?

2. Bagaimana pertimbangan dan putusan majelis hakim Pengadilan Tinggi

Medan Nomor: 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN?

3. Bagaimana pandangan hukum pidana positif dan hukum pidana Islam

terhadap anak yang melakukan tindak pidana narkotika menurut putusan

(No.8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN)?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab seorang anak melakukan tindak pidana

narkotika.

2. Untuk mengetahui pandangan hukum pidana positif dan hukum pidana Islam

terhadap anak yang melakukan tindak pidana narkotika menurut putusan

(No.8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN).

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan

hukum pidana pada khususnya, terutama yang berkaitan dengan sanksi pidana

terhadap pelaku tindana narkotika anak di bawah umur.

2. Hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat menambah referensi di bidang

karya ilmiah dan dapat dipakai sebagai bahan penelitian sejenis di masa

mendatang.

Page 18: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

8

3. Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi atau masukan bagi proses

pembinaan kesadaran hukum di masyarakat untuk mencegah terulangnya

peristiwa serupa.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pelitian ini adalah metode

kepustakaan (library research), yaitu penelitian terhadap sumber-sumber

tertulis. Penelitian ini bersifat kualitatif, yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan kepustakaan atau data sekunder serta mengacu pada norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat. Keseluruhan data dianalisis dengan analisis kualitatif.

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan proposal skripsi ini

adalah pendekatan yuridis normatif artinya pendekatan tersebut dilakukan

dengan melihat Undang-Undang, kasus yang akan dibahas dan juga

perbandingan pada masalah skripsi ini. Penelitian ini bersifat normatif

empiris, yaitu memaparkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan putusan pengadilan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data menggunakan bahan-bahan pustaka

tentang sistem peradilan anak dan narkotika. Adapun sumber data dalam

penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

kepustakaan (library research) yang terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Page 19: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

9

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang memliki

kekuatan hukum yang mengikat, Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak dan Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Bahan hukum

sekunder sebagai pendukung dari data yang digunakan dalam

penelitian ini ini yaitu buku-buku teks yang ditulis para ahli

hukum, jurnal hukum, artikel, internet, dan sumber lainnya yang

memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder. Seperti, kamus besar Bahasa Indonesia,

kamus hukum, ensiklopedia dan lain sebagainya yang sifatnya

menunjang atau melengkapi bahan hukum primer dan sekunder.

4. Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode atau pola penulisan judicial case study

yaitu pendekatan studi kasus hukum yang melibatkan campur tangan

pengadilan untuk memberikan keputusan penyelesaian. Penulisan skripsi ini

juga mengacu pada “Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2017 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta”.

Page 20: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

10

G. Kerangka Teori

Agar penulis mudah dalam melakukan kegiatan penelitian, maka perlu ada

kerangka berfikir sebagai acuan dan mencegah terjadinya penyimpangan terhadap

obyek penelitian dan meluaskan pembahasan kearah yang tidak relevan, dalam

penelitian ini menggunakan kerangka teori tentang batas umur tindak pidana

narkotika oleh anak menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam.

Pengertian anak berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak “anak adalah orang

dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum

mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Pengertian anak

menurut hukum Islam merujuk pada hadis;

ب حت يتلم، وعن المجنون حت ي عقل رفع القلم عن ثلثة: عن النائم ح ت يست يقظ، وعن الص

Artinya: “tidak dibebankan sanksi/hukuman terhadap tiga hal yaitu, orang yang

tidur sampai ia bangun (sadar), seorang bayi sampai ia dewasa dan terhadap orang

gila sampai dia berakal”.9

Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa seorang anak adalah mulai dari

seorang bayi sampai ia dewasa (baligh).

Pada tahap ini penulis juga menggunakan teori pemidanaan terhadap anak pelaku

tindak pidana. Pemidanaan terhadap anak pelaku tindak pidana adalah rangkaian

proses untuk menjabarkan suatu nilai dan ide yang menjadi tujuan hukum. Tujuan

hukum harus memuat nilai-nilai moralitas, seperti keadilan dan kebenaran. Nilai-nilai

moral tersebut harus mampu diwujudkan didalam suatu realita nyata. Eksistensi

hukum diakui apabila nilai moral yang terdapat dalam hukum tersebut mampu

diimplementasikan atau tidak. Dengan demikian, proses pemidanaan terhadap anak

pelaku tindak pidana itu mengacu pada pelaksanaan yang dilakukan oleh para

9 Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h.

16

Page 21: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

11

penegak hukum itu sendiri. Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa

keberhasilan ataupun kegagalan para penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya,

sebetulnya sudah dimulai sejak peraturan hukum itu dibuat.10

H. Review Studi Terdahulu

Pada tahap penelitian ini penulis merujuk kepada beberapa skripsi yang di

dalamnya mencakup materi sesuai tema judul yang kemudian dijadikan sebagai

bahan-bahan materi yang diperlukan untuk penulisan penelitian tentang tindak pidana

narkotika oleh anak menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam Adapun

beberapa rujukan skripsi yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Skripsi karya Haidir Ali yang berjudul Sanksi Hukum Terhadap

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus

Putusan No.24/Pid.Sus-Anak/2015/PN Sungguminasa), Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, skripsi ini

menjelaskan tentang sanksi hukuman terhadap penyalahgunaan narkotika oleh

anak secara umum tidak menjelaskan dengan detail, dengan materi studi kasus

yang dilakukan oleh Andre Pareza alias Reza Bin Ridwan berumur 16 (enam

belas) tahun, yang terjadi pada tanggal 15 september 2015 di Sulawesi

Selatan. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk mengisi kekosongan

penelitian tersebut dengan menjelaskan secara rinci sanksi hukuman

penyalahgunaan narkotika anak.

2. Skripsi karya Siswono yang berjudul Penerapan Sanksi Pidana Penjara

Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan

Pengadilan Negeri Kendari Nomor: 07/Pid.Sus.Anak/2014//PN.KDI),

Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo Kendari, Skripsi ini hanya

menjelaskan tentang penerapan sanksi pidana penjara bagi anak yang

melakukan tindak pidana narkotia dengan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang

10

Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1989), h. 2

Page 22: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

12

Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Sedangkan

dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai perlindungan anak yang

berhadapan dengan hukum agar anak terbebas dari hukuman penjara yang

dapat menghilangkan hak-hak anak dan mencegah terjadinya pelecehan dan

kekerasan.

3. Skripsi karya Yusmasir yang berjudul Sanksi Pidana Narkotika Terhadap

Anak Di Bawah Umur Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif

(Analisis Terhadap Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Ar-Raniry Darussalam

Banda Aceh, skripsi ini menjelaskan tentang sanksi pidana bagi anak yang

melakukan tindak pidana narkotika menurut analisis Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Skripsi ini tidak menjelaskan analisis

hukuman sesuai dengan batas umur penyalahgunaan narkotika anak menurut

Islam. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melengkapi kekosongan

tersebut dengan menjelaskan batasan umur anak yang melakukan tindak

pidana terutama tindak pidana narkotika dalam hukum Islam.

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan dan

memberikan gambaran mengenai sistematika penelitian hukum yang sesuai

dengan aturan dalam penelitian hukum, maka penulis menjabarkannya

dalam bentuk sistematika penelitian hukum yang terdiri dari 1 (satu) bab yang

menjabarkan tiap-tiap bagian terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan

untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian.

Adapun penulis menyususn sistematika penelitian hukum sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Metode

Penelitian, Kerangka Teori, Review Studi Terdahulu, Sistematika Penulisan, Daftar

Pustaka.

Page 23: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

13

BAB II : Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Narkotika

Bab ini membahas kerangka teori yang melandasi pemikiran dalam menganalisa

dari data-data yang dikumpulkan. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori

yang berhubungan dengan tindak pidana narkotika, penerapan sanksi pidana

narkotika terhadap anak dibawah umur, dasar-dasar hukum tentang penerapan sanksi

pidana narkotika terhadap anak dibawah umur, dan teori perlindungan anak yang

berhadapan dengan hukum.

BAB III : Gambaran Umum Tentang Tindak Pidana Narkotika Yang

Dilakukan Oleh Anak

Bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai analisis putusan No.

8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN yang meliputi kronologi kasus, tuntutan dan amar

putusan.

BAB IV : Analisis Putusan No.8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN Terhadap Tindak

Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak

Pada bab ini membahas tentang analisa terhadap putusan hakim pada kasus

ini. Dalam bab ini akan kami analisa bagai manakah proses pertimbangan hakim

dalam memutus perkara tindak pidana narkotika oleh anak menurut hukum pidana

positif dan hukum pidana Islam.

BAB V : Penutup

Pada bab ini penulis menguraikan tentang penutup yang merupakan hasil

akhir meliputi kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Kemudian

pada penutup ini penulis juga memberikan saran-saran sesuai dengan pokok

permasalahan yang diteliti sehingga tercapai upaya untuk mencapai tujuan dari yan

dilakukan.

Page 24: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA

NARKOTIKA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN

HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Narkotika Dan Larangan Syurb Al-Khamr

1. Pengertian Narkotika

Pembahasan mengenai narkoba, terdapat beberapa akronim yang berkaitan

dengan hal tersebut, misalnya :

NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif)

NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif)

Dari akronim NAPZA, yang mempunyai arti lebih lengkap dibanding yang

pertama, maka obat yang dianggap berbahaya adalah narkotika, alkohol, psikotropika

dan zat adiktif. Karena psikotropika dan narkotika digolongkan dalam obat-obat atau

zat yang berbahaya bagi kesehatan maka mengenai produksi, pengadaan, peredaran,

penyaluran, penyerahan ekspor dan impor obat-obat tersebut diatur dalam undang-

undang. Ketentuan yang mengatur narkotika dan psikotropika terdapat dalam:

a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

b. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.

c. Sedangkan Zat Adiktif, disinggung dalam Undang-undang Nomor 23

Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

Secara terminologi, narkotika adalah obat yang dapat menenangkan syaraf,

menghilangkan sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang.1 Pengertian

1 Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana

Nasional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 78

Page 25: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

15

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan (Pasal 1 angka 1 UU No. 22/Th.1997).

Sedangkan Zat Adiktif, adalah bahan yang penggunaannya dapat

menimbulkan ketergantungan psikis, (Pasal 1 angka 12 UU No. 23/Th. 1992).2

Dari literatur tersebut, dapat kita ketahui bahwa pada saat itu tidak dibedakan

secara jelas antara narkotika dan psikotropika. setidak-tidaknya pada saat itu kedua

masalah tersebut dikelompokkan menjadi satu. Di Inggris dan Amerika Serikat

misalnya menggunakan istilah Narcotic and Dangerous Drug (Narkotika dan obat-

obat berbahaya).

Dalam buku Narkotika Masalah dan Bahayanya, M. Ridha Ma’roef (1976:

14-15) mengutip beberapa pendapat Smith Kline dan French Clinical Staff dan Biro

dan Beacukai Amerika Serikat menyangkut pengertian narkotika, menurut Smith

Kline dan French Clinical Staff (1968) membuat definisi sebagai berikut :

“Narcotics are drug which produce insesibility or stupor due to their

depressant effect on the central nervous system. Included in this definition are opium,

opium derivaties (morphine, codein, heroin) and synthetic opiates (meperidine,

methadone)”.3

Artinya lebih kurang sebagai berikut : “Narkotika adalah zat-zat (obat) yang

dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarnakan zat-zat tersebut

bekerja mempengaruhi susunan syaraf pusat. Dalam definisi narkotika ini sudah

termasuk jenis candu dan turunan candu (morphine, codein, heroine) dan candu

sintetis (meperidine dan methadone).

2 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Mandar

Maju, 2003), h. 4-5 3 M. Ridha Ma’Roef, Narkotika Masalah dan Bahayanya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1976) h. 14-15

Page 26: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

16

Sedangakan definisi lainnya dari Biro Bea dan Cukai America Serikat dalam

buku “Narcotic identification manual” (1973) antara lain mengatakan : bahwa yang

dimaksud dengan narkotika ialah candu, ganja, cocaine, zat-zat yang bhan mentahnya

diambil dari benda-benda tersebut yakni morphine, heroin, codein, hashish, cocaine.

Dan termasuk juga narkotika sintetis yang menghasilkan zat-zat, obat-obat yang

tergolong dalam Hallucinogen, Depressent dan Stimulant.

Dari kedua definisi tersebut, M. Ridha Ma’roef menyimpulkan :

a. Bahwa narkotika ada dua macam, yaitu narkotika alam dan narkotika sintetis.

Yang termasuk narkotika alam ialah berbagai jenis candu, morphine, heroin,

ganja, hashish, codein dan cocaine. Narkotika alam initermasuk dalam

pengertian narkotika sempit. Sedangkan narkotika sintetis adalah termasuk

dalam pengertian narkotika secra luas. Narkotika sintetis yang termasuk di

dalamnya zat-zat (obat) yang tergolong dalam tiga jenis obat yaitu :

Hallucinogen, Depressent dan Stimulant.

b. Bahwa narkotika itu bekerja mempengaruhi susunan syaraf pusat yang

akibatnya dapat menimbulkan ketidaksadaran atau pembiusan. Berbahaya

apabila disalahgunakan.

c. Bahwa narkotika dalam pengertian ini adalah mencakup obat-obat berbahaya

atau narcotic and dangerous drugs.4

Perkataan narkotika berasal dari Bahasa Yunani “narke” yang berarti terbius

sehingga tidak merasakan apa-apa (Sudarto, 1981 : 36). Namun, ada juga yang

mengatakan bahwa narkotika berasal dari kata Narcissus, sejenis tumbuh-tumbuhan

yang mempunyai buga yang dapat membuat orang menjadi tidak sadar (B.

Simanjuntak, 1981 : 124).

4 M. Ridha Ma’Roef, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2008) h. 34

Page 27: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

17

Pengertian narkotika secara farmakologis medis, menurut Ensiklopedia Indonesia

IV (1980 : 2336) adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang

berasal dari daerah Viseral dan yang dapat menimbulkan efek stupor (bengong, masih

sadar tetapi harus digertak) serta adiksi.

Pengertian yang paling umum dari narkotika adalah zat-zat (obat) baik dari alam

atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan ketidaksadran atau

pembiusan. Efek narkotika di samping membius dan menurunkan kesadaran, adalah

mengakibatkan daya khayal/halusinasi (ganja), serta menimbulkan daya

rangsang/stimulant (cocaine). Narkotika yang dibuat dari alam yang kita kenal adalah

candu (opium), ganja dan cocaine.5

Sedangkan pengertian narkotika menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

Pasal 1 angka 1 adalah “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan

ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini”.6

Penggolongan menurut pasal 6 Ayat 1 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, yaitu :

a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta

mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau

5 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana. h. 33-35

6 Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang Psikotropika, Narkotika Dan

Zat Adiktif Lainnya, (Bandung: Fokus Media, 2011), h. 52.

Page 28: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

18

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

tinggi mengakibatkan ketergantungan.

c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

2. Pengertian Syurb Al Khamr

Syurb Al-khamr berasal dari dua kata yaitu شرب artinya minuman dan ٱخلمر

artinya menutup. Asyirbah adalah bentuk jama’ dari kata syurbun. Yang dimaksud

asyirbah atau minum minuman keras adalah minuman yang bisa membuat mabuk,

apapun asalnya. Kata اخلمر berasal dari kata مخر yang berarti menutup akal. Oleh

karena itu, ada istilah kerudung wanita. Setiap benda yang menutup sesuatu yang lain,

selalu disebut khamr, seperti dalam kalimat “tutuplah wadah-wadah kalian”. Jadi

khamr dapat menutup akal, menyumbat, dan membungkusnya. Menurut Al-Zuhaili

sebagaimana dalam buku Nurul Irfan dan Msyrofah, menegaskan bahwa khamr

bahkan dapat merusak jaringan dan syaraf otak. 7

Istilah narkoba dalam konteks hukum Islam, tidak disebutkan secara langsung

dalam Alqur’an maupun dalam Sunnah. Dalam Alqur’an hanya menyebutkan istilah

khamr. Tetapi karena dalam teori ilmu Ushul Fiqih, bila suatu hukum belum

ditentukan status hukumnya, maka bisa diselesaikan melalui metode qiyas (analogi

hukum). Qiyas merupakan metode penetapan hukum dengan cara menyamakan

sesuatu kejadian yang tidak tertulis hukumnya secara tekstual dengan kejadian yang

telah ditetapkan hukumnya secara tekstual. Hal ini dimungkinkan dengan kesamaan

illat dalam hukumnya. Dengan demikian ketetapan hukum suatu peristiwa yang tidak

ada nashnya dapat dikategorikan sebagai qiyas.

7 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2016) h. 51-52

Page 29: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

19

Di dalam hukum Islam, narkoba dipandang sebagai zat yang sangat berbahaya.

Dalam al-Qur’an dan al-Hadis tidak disebutkan secara langsung masalah narkotika,

akan tetapi karena sifat maupun bahaya yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan

narkotika sama bahkan lebih dahsyat dari minuman keras atau khamar, maka al-

Qur’an dan hadis Rasulullah yang melarang atau mengharamkan minuman keras atau

khamar dapat dijadikan dasar atau dalil terhadap dilarang dan diharamkannya

penyalahgunaan narkotika.8 Untuk itu bila memang belum ditentukan status hukum

dari narkotika dalam syari’at Islam, maka para ulama (mujtahid) biasanya

menyelesaikan dengan jalan ijtihad mereka, melalui metodologi hukum Islam dengan

jalan pendekatan qiyas sebagai solusi istinbath hukum yang belum jelas hukumnya

dalam syari’at Islam.

Berikut ini dipaparkan metode penyelesaian ketentuan hukum

narkotika dengan pendekatan qiyas:9

a. Al-ashl, adalah khamar, karena sesuatu yang ada hukumnya dalam nash

(Al-Qur’ăn), sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 90.

b. Al-far’u (cabang) adalah narkotika, karena tidak ada hukumnya dalam

nash, tetapi ada maksud menyamakan status hukumnya kepada nash

yakni khamar. Narkotika dalam hal ini disebut al-musyabbah (yang

diserupakan).

c. Hukum ashl adalah khamar hukumnya haram, sebagaimana yang

tertuang dalam firman Allah (Q.S. Al-Maidah ayat 90), dengan itu

menjadi tolak ukur ketetapan hukum bagi cabang (al-far’u).

d. Al-Illat, karena dampak negatif dari pada khamar dapat memabukkan

menghilangkan akal pikiran dan melupakan kepada Allah SWT.

Sedangkan narkotika adalah făr’u karena tidak terdapat nash

8 Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan, Narkotika dalam

Pandangan Agama, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2010), h. 15

9 Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Ilmu Ushul Fiqh), (terj. Noel Iskandar

Al-Barsany), (Jakarta: Rajawali, 1989), h. 90

Page 30: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

20

mengenai hukumnya dan narkotika telah menyamai khamar dalam

kedudukannya adalah memabukkan.10

Khamr merupakan istilah yang digunakan di dalam Al-Qur’an dan Hadits yang

mempunyai arti sebagai benda yang dapat mengakibatkan mabuk. Menurut Bahasa,

kata khamr berasal dari kata khamara yang berarti tertutup, menutup atau juga

diartikan kalut.11

Sesuatu yang memabukkan dalam Al-Qur’an disebut khamr, artinya sesuatu yang

dapat menghilangkan akal. Meskipun benuknya berbeda, namun cara kerja khamr dan

narkoba sama. Keduanya merusak fungsi akal manusia.12

Sesuatu yang memabukkan dalam Al-Qur’an disebut khamr, artinya sesuatu yang

dapat menghilangkan akal. Meskipun benuknya berbeda, namun cara kerja khamr dan

narkoba sama. Keduanya merusak fungsi akal manusia.13

Islam melarang khamr (minuman keras), karena khamr dianggap sebagai induk

keburukan (ummul khabaits), disamping merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta.

Dari sejak semula, Islam telah berusaha menjelaskan kepada umat manusia, bahwa

manfaatnya tidak seimbang dengan bahaya yang ditimbulkannya. Dalam surah QS.

Al-Baqarah [2:219] Allah Berfirman:

ا يسألونك عن اخلمر والميسر قل فيهما إث كبري ومنافع للناس وإثهما أكب ر من ن ف ويسألونك ما عه

ت ت فكرون اليات لعلك اللو لك ينفقون قل العفو كذلك ي ب ين

10

Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan, Narkotika dalam Pandangan Agama, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2010), h. 16

11 Muallif Sahlany, Masalah Minum Khamr Sepanjang Ajaran Islam, (Yogyakarta:

Sumbangsih Offset, 1982), h. 2

12 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 289

13 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 289

Page 31: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

21

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “pada

keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa

keduanya lebih besar dari manfaatnya”.

B. Tindak Pidana Narkotika Dan Jarimah Syurb Al-khamr

1. Tindak Pidana Narkotika

Tindak pidana narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika. Pembentukan Undang-undang ini didasarkan pada pertimbangan

antara lain, bahwa narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat

di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan

dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan

apabila disalahgunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama.

Dipertimbangkan pula bahwa, tindak pidana narkotika telah bersifat transnasional

yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknlogi canggih,

didukung oleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban,

terutama dikalangan generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan

masyarakat, bangsa dan negara sehingga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi

yang berkembang untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana narkotika.14

Penyalahgunaan narkotika secara legal hanya bagi kepentingan-kepentingan

pengobatan atau tujuan ilmu pengetahuan. Menteri Kesehatan dapat memberi izin

lembaga ilmu pengetahuan dan atau lembaga Pendidikan untuk membeli atau

menanam, menyimpan untuk memiliki atau untuk persediaan ataupun menguasai

tanaman papaver, koka dan ganja.15

14

Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, (Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2016), hal.

120-121

15

Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika Di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 1990), hal. 53

Page 32: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

22

Menurut pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, yaitu Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa

hak atau melawan hukum. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang narkotika, memberikan pengertian, peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak

pidana nakotika dan prekursor narkotika.

Tindak pidana narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan pasal

148 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang merupakan ketentuan khusus,

walaupun tidak disebutkan dengan tegas dalam Undang-undang Narkotika bahwa

tindak pidana yang diatur di dalamnya adalah tindak kejahatan, akan tetapi tidak perlu

sangksikan lagi bahwa semua tindak pidana di dalam undang-undang tersebut

merupakan kejahatan. Alasannya kalau narkotika hanya untuk pengobatan dan

kepentingan ilmu pengetahuan, maka apabila ada perbuatan di luar kepentingan-

kepentingan tersebut sudah merupakan kejahatan mengingat besarnya akibat yang

ditimbulkan dari pemakaian narkotika secara tidak sah sangat membahayakan bagi

jiwa manusia.

Pelaku tindak pidana narkotika dapat dikenakan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika, hal ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Sebagai Pengguna, dikenakan ketentuan pidana berdasarkan Pasal 116

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, dengan ancaman

5 tahun dan paling lama 15 Tahun.

b. Sebagai Pengedar, dikenakan ketentuan pidana berdasrkan pasal 181 Undang-

Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman

paling lama 15 tahun dan denda.

Page 33: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

23

c. Sebagai Produsen, dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 113

Undang-Undang No.35 Tahun 2009, dengan ancaman hukuman paling lama

15 tahun atau seumur hidup atau mati dan denda.16

2. Jarimah Syurb Al-Khamr

Khamr adalah segala sesuatu yang memabukkan baik dinamakan khamr atau

bukan, baik terbuat dari anggur atau lainnya dan baik itu yang membuat mabuk

sedikit atau banyak.17

Khamr dalam pandangan ulama adalah mengkonsumsi segala sesuatu, baik dalam

bentuk cairan atau benda padat, yang mengandung unsur tertentu yang dalam kadar

tertentu dapat merusak fungsi akal, hukumnya adalah haram. Termasuk dalam

kategori ini minuman beralkohol, narkotika, dan sejenisnya yang disebut psikotropika

atau dalam sebutan narkoba.18

Syariat Islam melarang menkonsumsi minuman keras dan zat-zat sejenisnya.

Proses pengharaman ini dilakukan melalui tahapan yang berulang-ulang sebanyak

empat kali. Proses pertama, Allah SWT, Menurunkan ayat tentang khamr yang

bersifat informatif semata. Hal ini dilakukan karena tradisi minumnya sangat

membudaya masyarakat. Ayat yang diturunkan pertama kali adalah sebagai berikut.

لك لءاية لنقوم ي عقلون إ ن ف ومن ثرت ٱلنخيل وٱلعنب ت تخذون منو سكرا ورزقا حسنا

“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan

rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda

(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl : 67)

Proses kedua, diturunkan ayat yang menjelaskan secara lebih lanjut mengenai

khamr, Allah SWT, berfirman;

16

Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2001) hal. 81

17 M. Ichsan, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif, (Yogyakarta: Lab Hukum UM, 2008),

hal. 143 18

Ibid. hal. 153

Page 34: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

24

فع للناس وإثهما يس لونك عن ٱخلمر وٱلميسر قل فيهما يس لونك أكب ر من ن فعهما و إث كبري ومن

ت ت فكرون ٱلءايت لعلك ٱللو لك لك ي ب ين ا ينفقون قل ٱلعفو كذ ما

“mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, “pada keduanya

terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya

lebih besar dari pada manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah : 219)19

Apabila dibandingkan isi dan kandungan kedua ayat diatas, tampak jelas

bahwa ayat yang kedua sudah menyentuh sisi manfaat dan mudharat. Ketika

diturunkannya ayat ini, tradisi meminum khamr masih tetap berlangsung, tidak hanya

dilakukan oleh oranng-orang kafir, tetapi juga dilakukan oleh sahabat-sahabat Nabi

Muhammad SAW. Mengenai hal ini, sebagaimana dalam buku Nurul Irfan dan

Masyrofah, Al-Suyuthi memaparkan bahwa ali bin Abi Thalib menceritakan,

“Abdurrahman bin Auf mengundang kami untuk berpesta dan memberikann jamuan

berupa khamr. Ketika itu, banyak di antara kami yang meminum khamr. Selanjutnya,

datanglah waktu shalat dan kami pun shalat. Salah seorang di antara kami menjadi

imam. Karena sang imam masih sengah mabuk, maka tiga ayat pertama Surah Al-

Kafirun dibaca secara keliru: “Qul ya ayyuha al-kafirun, la a’budu ma ta’budun,

wanahnu na’budu ma ta’budun.”20

Proses ketiga, diturunkan ayat yang menerangkan tentang proses

pengharaman khamr. Allah SWT, berfirman:

سكارى يا أي ها الذين آمنوا ل ت قربوا الصلة وأن ت

19

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT Kumudasmoro

Grafindo, 2009) 20

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2016) h. 49

Page 35: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

25

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam

keadaan mabuk.” (QS. An-Nisa :43)21

Mengenai proses pengharaman khamr ini; sebagimana Imam Ahmad, Abu

Dawud, dan Al-Tirmidzi sebagaimana dalam buku Nurul Irfan dan Masyrofah dikutip

oleh Al-Shabuni; Umar bin Khattab berdoa kepada Allah agar hukum tentang khamr

dipertegas; “Ya Allah berikanlah kejelasan kepada kami tentang khamr dengan

penjelasan yang tegas.”

Proses keempat, diturunkan satu ayat terakhir yang mengharamkan khamr.

Ayat ini sekaligus menjadi jawaban dari doa Umar bin Khattab.

ا اخلمر والميسر والنصاب والزلم رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه يا أي ها الذين آمنوا إن

ت فلحون لعلك

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah termasuk

perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan. (QS. Al-Maidah : 90)22

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, khamr masih bersifat tradisional dan

cara penggunaannya hanya dengan diminum. Hal ini sesuai dengan penamaannya,

yaitu jarimah syurb al-khamr atau meminum khamr. Namun, saat ini al-khamr yang

secara etimologis berarti sesuatu yang bisa menutup akal, disebut dengan narkotika.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

21

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT Kumudasmoro

Grafindo, 2009) 22

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 48-50

Page 36: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

26

menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

Narkotika dengan berbagai macam dan jenisnya tidak hanya diminum, tetapi juga

disuntik, diisap, atau ditaburkan pada bagian anggota tubuh yang telah dilukai. Kalau

zaman dahulu sanksi hukum hanya dikerjakan keapada peminum atau pecandu, saat

ini juga dikenakan kepada pengedar, bandar, bahkan produsen. Hal itu, karena

pengedaran narkotika telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan

menggunakan modus operandi yang tinggi dan teknologi canggih serta didukung oleh

jaringan organisasi yang luas sehingga sudah banyak menimbulkan korban, terutama

di kalangan generasi muda yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat,

bangsa, dan negara.

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dibedakan

antara pecandu, ketergantungan, dan penyalah guna. Pecandu Narkotika adalah orang

yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan

Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika

secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang

sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,

menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Adapun Penyalah Guna adalah orang

yang menggunakan narkotika tanpa hak tau melawan hukum.23

Dalam rangka mencari relevansi antara teks klasik para ulama dan berbagai

jenis pelanggaran terkait narkoba ini perlu dikemukakan bahwa selain apa yang

disebutkan pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

tetap dinyatakan sebagai pelanggaran. Pasal tersebut berbunyi Narkotika hanya dapat

digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Di luar ketentuan ini, apa pun cara yang dilakukan para

pelaku tetap saja dianggap sebagai penyalahgunaan narkoba sebagaimana definisi

23

M. Nurl Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016) h. 59-60

Page 37: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

27

penyalahgunaan narkoba dalam undang-undang ini, yaitu orang yang menggunakan

narkotika tanpa hak atau melawan hukum.

Sementara itu, dalam hukum pidana Islam, sanksi bagi pelaku jarimah

meminum khamr berupa hukuman cambuk sebanyak empat puluh atau delapan puluh

kali. Menurut hukum pidana Islam, tidak ada aturan teknis hukuman bagi pelaku

jarimah ini kecuali hukuman cambuk tersebut sebab khamr pada saat itu masih sangat

terbatas dan cara mengkonsumsinya hanya dengan diminum. Para ulama kalangan

Hanafiyah, yang diaparkan Al-Zuhaili sebagaimana dikutip dalam buku Mustafa

Abdullah dan Ruben Ahmad, membedakan antara sanksi sekedar meminum khamr dan

sanksi mabuk. Karena sedikit atau banyak meminum khamr tetap saja haram, maka

peminum yang tidak sampai mabuk juga bisa dikenakan sanksi hukum. Jadi,

meminum atau mengkonsumsi khamr saja sudah bisa dikenai sanksi, apalagi kalu

pelaku sampai mabuk; tentu sanksi yang dikenakan akan lebih berat. Abdullah Qadir

Audah memberikan definisi hukuman, hukuman adalah pembalasan atas pelanggaran

perintah syara yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat. Esensi dari

pemberian hukuman bagi pelaku suatu jarimah menurut Islam adalah pencegahan (ar-

radu waz zahru), perbaikan dan pengajaran (al-islah wat tahdzib). Dengan tujuan tersebut

pelaku jarimah diharapkan tidak mengulangi perbuatannya lagi.24

Sementara itu, jumhur ulama tidak memisahkan antara sanksi sekedar

meminum dan sanksi mabuk. Bagi jumhur ulama meminum khamr dalam jumlah

banyak atau sedikit tetap saja haram, baik mabuk maupun tidak. Pendapat kalangan

Hanafiyah inilah yang tampaknya dianut oleh undang-undang pidana di Mesir. Di

sana orang yang mabuk ditempat umum bisa dituntut pidana, tetapi kalau sembunyi-

sembunyi tidak bisa dituntut. Hal inilah yang perlu dikritisi bahwa Islam tidak hanya

menghukum pemabuk, tetapi juga peminum sekalipun tidak sampai mabuk sebab

dampak negatif dari khamr, narkoba, dan zat-zat adiktif lainnya sangat berbahaya

24

Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1983), h. 47

Page 38: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

28

bagi jasmani dan rohani. Selanjutnya terdapat dua riwayat yang menjelaskan tentang

sanksi hukum bagi pelaku jarimah meminum khamr. Ada riwayat yang menyebut

sanksinya empat puluh kali cambuk dan ada yang menyebut delapan puluh kali

cambuk. Dari sinilah para fuqaha berbeda pendapat. Kalangan jumhur fuqaha

berpendapat bahwa sanksinya delapan puluh kali cambuk, sedangkan ulama

kelompok Syafi’iyah berpendapat bahwa sanksinya empat puluh kali cambuk.

Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa sanksi bagi pelaku jarimah meminum

khamr adalah empat puluh kali cambuk. Alasan mereka antara lain hadis Anas bin

Malik bahwa Nabi SAW dan Abu Bakar melaksanakan sanksi hukuman ini berupa

empat puluh kali cambuk. Sementara itu, tambahan empat puluh kali cambuk

sebagaimana yang dilakukan Umar bukanlah sebagai hudud, melainkan sebagai takzir

yang merupakan kebijakan Umar sendiri. Masalah takzir ini sepenhnya menjadi

kompetensi penguasa setempat. Jika ingin, bisa dilakukan, tetapi jika tidak ingin bisa

ditinggalkan. Hal itu tergantung tinjauan kemaslahatan. Pada saat itu Umar melihat

ada kemaslahatan sehingga ia menambahkan sanksi. Sementara itu, Rasulullah, Abu

Bakar dan Ali tidak melihat ada unsur kemaslahatan sehingga mereka tidak

menambahkan sanksi.25

Demikian penjelasan Al-Nawawi, sebagaimana dalam buku

Nurul Irfan. Oleh karena itu, sebagimana yang dikutip dalam buku Mustafa Abdullah

dan Ruben Ahmad, Imam Al-Syafi’i berpendapat bahwa penambahan sanksi dari

empat puluh menjadi delapan puluh kali cambuk merupakan wewenang penguasa.

jarimah meminum khamr di peringkat yang ketujuh belas dari tujuh puluh macam

perbuatan dosa.26

C. Unsur-Unsur Tindak Pidana Narkotika dan Syurb Al-Khamr

Unsur-unsur tindak pidana narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 sebagai berikut :

25

M. Nurl Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016) h. 60 26

Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1983), h. 47

Page 39: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

29

1) Menanam, memelihara, mempunyai dalam persediaan, memiliki,

menyimpan, atau menguasai narkotika (dalam bentuk tanaman atau bukan

tanaman) diatur dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 112.

2) Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika

golongan I, diatur dalam Pasal 113.

3) Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli menerima, menjadi perantara

dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I, diatur

dalam Pasal 114.

4) Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan

I, diatur dalam Pasal 115.

5) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

narkotika golongan I terhadap orang lain atau memberikan narkotika

golongan I untuk digunakan orang lain, diatur dalam Pasal 116.

6) Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau

menyediakan narkotika golongan II, diatur dalam Pasal 117.

7) Tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor

atau menyalurkan narkotika golongan II, diatur dalam Pasal 118.

8) Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi

perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan

II, diatur dalam Pasal 119.

9) Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan

II, diatur dalam Pasal 120.

10) Setia orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika

golongan II terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan II

untuk digunakan orang lain, diatur dalam Pasal 121.

11) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan narkotika golongan III, diatur dalam Pasal

122.

Page 40: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

30

12) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan III, diatur

dalam Pasal 123.

13) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukummenawarkan untuk

dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,

menukar, atau menyerahkan narkotika dalam golongan III, diatur dalam

Pasal 124.

14) Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan

III, diatur dalam Pasal 125.

15) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

narkotika golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika

golongan III untuk digunakan orang lain, diatur dalam Pasal 126.

16) Setiap penyalah guna: Pasal 127 ayat 1

a) Narkotika golongan I bagi diri sendiri

b) Narkotika golongan II bagi diri sendiri

c) Narkotika golongan III bagi diri sendiri

17) Pecandu narkoba yang belum cukup umur (Pasal 55 ayat 1) yang sengaja

tidak melapor (Pasal 128).

18) Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum: Pasal 129

a) Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan prekusor

narkotika untuk pembuatan narkotika

b) Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan

prekusor narkotika untuk perbuatan narkotika

c) Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi

perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan prekusor

narkotika untuk pembuatan narkotika

Page 41: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

31

d) Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito prekusor

narkotika untuk pembuatan narkotika27

Suatu perbuatan bisa dianggap sebagai jarimah apabila telah memenuhi beberapa

unsur, yaitu unsur umum dan unsur khusus. Unsur-unsur umum yang harus dipenuhi

yaitu:

a. Adanya Nash yang melarang perbuatan dan mengancam hukuman

terhadapnya. Unsur ini biasa disebut unsur formil (rukun syar’i). ketentuan

tentang larangan meminum-minuman keras ini tercantum dalam Surat Al-

Maidah ayat 90.

b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan-

perbuatan nyata ataupun sikap tidak berbuat. Unsur ini biasa disebut unsur

materiil (rukun maddi). Orang itu sudah meneguk walaupun baru beberapa

tegukan.

c. Pelaku adalah orang mukallaf yaitu orang yang dapat dimintai pertanggung

jawaban terhadap jarimah yang diperbuat. Unsur ini disebut unsur moril

(rukun adabi).28

Selain unsur umum tersebut di atas, unsur khusus yang harus dipenuhi jarimah

syurb al-khamr. Unsur khusus tersebut ada dua yaitu:

1) Asy-Syurbu

Seseorang dianggap meminum khamr apabila barang yang diminumnya telah

sampai ke tenggorokan. Apabila minuman tersebut tidak sampai ke tenggorokan

maka dianggap tidak meminumnya, seperti berkumur-kumur. Demikian pula

termasuk kepada perbuatan meminum, apabila meminum minuman khamr tersebut

dimaksudkan untuk menghilangkan haus, padahal ada air yang dapat diminumnya.

27

Ermansjah Djaja, KUHP Khusus Kompilasi Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 843-853

28 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hal. 6

Page 42: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

32

Akan tetapi, apabila hal itu dilakukan karena terpaksa (dharurat) atau dipaksa, pelaku

tidak dikenai hukuman.

Jumhur ulama menyatakan bahwa perbuatan meminum minuman keras yang

dikenakan hukuman hadd tersebut harus memenuhi dua rukun, yaitu:

a) Yang diminum itu minuman keras, tanpa membedakan materi atau benda

asal pembuat minuman tersebut;

b) Perbuatan itu dilakukan secara sadar dan sengaja.29

2) Niat yang melawan hukum

Unsur ini terpenuhi apabila seseorang melakukan perbuatan minum minuman

keras (khamr) padahal ia tahu bahwa apa yang diminumnya itu adalah khamr atau

musykir. Dengan demikian apabila seseorang minum minuman yang memabukkan,

tetapi ia menyangka bahwa apa yang ia minum adalah minuman biasa yang tidak

memabukkan maka ia tidak dikenai hukuman had, karena tidak ada unsur melawan

hukum. Apabila seseorang tidak tahu bahwa minuman keras (khamr) itu dilarang,

walaupun ia tahu bahwa barang tersebut memabukkan maka dalam hal ini unsur

melawan hukum (Qasad al-Jina’i) belum terpenuhi. Akan tetapi, sebagaimana yang

telah diuraikan dalam bab terdahulu, alasan tidak tahu dalam hukum tidak bisa

diterima dari orang-orang yang hidup dan berdomisili di negeri dan lingkungan

Islam.30

29

Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam, ahli Bahasa H. Mu’ammal Hamidi (Surabaya:

Bina Ilmu, 1980), hal. 102 30

Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 74

Page 43: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

33

D. Landasan Hukum Terkait Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Narkotika

Dalam Hukum Pidana Positif (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009) dan

Hukum Pidana Islam

1. Menurut Hukum Pidana Positif

Dalam hukum positif di Indonesia, ancaman hukuman terhadap pelaku tindak

pidana terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), KUHP

menetapkan jenis-jenis tindak pidana atau hukuman yang termasuk di dalam pasal 10

KUHP, yang terbagi dalam dua bagian yaitu hukuman pokok dan hukuman

tambahan.31

Pidana pokok terdiri atas pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan,

pidana denda, dan pidana tutupan. Sedangkan pidana tambahan terdiri atas

pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman

putusan hakim, pembayaran ganti kerugian, dan pemenuhan kewajiban adat 32

Berikut akan dijelaskan mengenai perumusan sanksi pidana dan jenis pidana

penjara dan jenis pidana denda terhadap perbuatan-perbuatan tindak pidana

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, yaitu:

1. Perbuatan melawan hukum yang berkaitan dengan penggolongan narkotika

(golongan I, II, dan III) meliputi 4 (empat) kategori, yakni;

a. Berupa memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika

dan prekusor narkotika.

b. Memproduksi, mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika dan

prekusor narkotika.

c. Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi

perantara dalam jual-beli, menukar atau menyerahkan narkotika dan

prekusor narkotika.

31 Laden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet ke

2, hal. 107-110 32

Andi Hamzah, KUHP&KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hal. 6

Page 44: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

34

d. Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransit narkotika dan

prekusor narkotika.33

Sanksi yang dikenakan minimal 2 tahun dan maksimal 20 tahun penjara,

pengenaan pidana denda diberlakukan kepada semua golongan narkotika, dengan

denda minimal Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) dan maksimal Rp.

8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah), untuk jenis-jenis pelanggaran terhadap

narkotika dengan unsur-unsur pemberatan maka penerapan denda maksimum dari

tiap-tiap pasal yang dilanggar ditambah dengan 1/3 (satu pertiga) penerapan pidana

penjara dan pidana denda menurut undang-undang ini bersifat kumulatif, yakni

pidana penjara dan pidana denda.

2. Ancaman sanksi pidana bagi orang yang tidak melaporkan adanya tindak pidana

narkotika (Pasal 131) sanksi yang dikenakan pidana penjara paling lama 1 (satu)

tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),

yang tidak melaporkan terjadinya perbuatan melawan hukum, meliputi :

a. Memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan narkotika.

b. Memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan.

c. Menawarkan untuk dijual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam

jual beli, menukar, atau menyerahkan.

d. Menggunakan, memberikan untuk digunakan orang lain.

3. Ancaman sanksi pidana bagi menyuruh, memberi, membujuk, memaksa dengan

kekerasan, tipu muslihat, membujuk anak diatur dalam ketentuan Pasal 133 ayat

(1) dan (2)

4. Ancaman sanksi pidana bagi pecandu narkotika yang tidak melaporkan diri atau

keluarganya kepada instansi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial (Pasal 134

ayat 1) sanksi yang dikenakan dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)

bulan dan pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).

33

Siswanto, H. S. Politik Hukum dalam Undang-Undang Narkotika (UU Nomor 35 Tahun 2009), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012) hal. 256

Page 45: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

35

Demikian pula keluarga dari pecandu narkotika dengan sengaja tidak melaporkan

pecandu narkotika (Pasal 134 ayat 2) sanksi yang di kenakan dengan pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan pidana denda paling banyak Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah).

5. Ancaman sanksi pidana bagi hasil-hasil tindak pidana narkotika dan/atau prekusor

narkotika, yang terdapat dugaan kejahatan money laundering sanksi yang dij

atuhkan pidana penjara 5-15 tahun atau 3-10 tahun, dan pidana denda antara Rp.-.

1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar

rupiah) atau Rp. 5.00.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau Rp. 5.000.000.000,-

(lima miliar rupiah), yang terdapat dalam pasal 137 ayat (1) dan (2). Dalam Pasal

2 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,

telah disusun secara limitatif tentang perbuatan tindak pidana yang ada kaitannya

dengan perbuatan pencucian uang, antara lain: tindak pidana korupsi, tindak

pidana narkotika, tindak pidana psikotropika dan sebagainya.

6. Ancaman sanksi pidana bagi orang yang menghalangi atau mempersulit

penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara terhadap tindak pidana

narkotika (Pasal 138) sanksi yang dikenakan penajara paling lama 7 (tujuh) tahun

dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

7. Ancaman sanksi pidana bagi nahkoda atau kapten penerbang, mengangkut

narkotika dan pengangkutan udara (Pasal 139) sanksi yang dikenakan ancaman

pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun, serta

pidana denda minimal Rp. 1.00.000.000,- (serratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

8. Ancaman sanksi pidana bagi PPNS, Penyidik polri, Penyidik, BNN yang tidak

melaksanakan ketentuan tentang barang bukti (Pasal 140 ayat 1), di mana bagi

PPNS untuk melaksanakan ketentuan Pasal 88 dan Pasal 89, yang diancam

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)

tahun. Kewajiban PNS menurut Pasal 88 dan Pasal 89 yang melakukan penyitaan

terhadap narkotika dan prekusor narkotika wajib membuat berita acara penyitaan

Page 46: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

36

dan menyerahkan barang sitaan tersebut berita acaranya kepada Penyidik BNN

atau Penyidik Polri, dengan tembusan Kepala Kejaksaan Negeri setempat, ketua

Pengadilan Negeri setempat, Menteri dan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan pada Pasal 140 ayat (2) Penyidik Polri atau Penyidik BNN yang

melakukan penyitaan dan prekusor narkotika wajib melakukan penyegelan dan

membuat berita acara penyitaan, dan wajib memberitahukan penyitaan yang

dilakukannya kepada Kepala Kejaksaan Negeri setempat dalam waktu paling

lama 3x24 jam sejak dilakukan penyitaan dan tebusannya disampaikan kepada

Kepala Kejaksaan Negeri setempat, Ketua Pengadilan Negeri Setempat, Menteri

dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Penyidik Polri atau

Penyidik BNN bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengamanan barang

sitaan yang berada di bawah penguasaannya.

9. Ancaman sanksi pidana bagi petugas laboratorium yang memalsukan hasil

pengujian (Pasal 142), dimana petugas tidak melaporkan hasil pengujian kepada

penyidik dan penuntut umum, merupakan perbuatan melawan hukum dan

dikenakan ancaman sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 7 (tujuh)

tahun dan pidana denda paling banyak lima ratus ribu rupiah. Penyidikan terhadap

penyalahgunaan narkotika atau prekusor narkotika, maka peranan laboratorium

amat menentukan unsur kesalahan sebagai dasar untuk menentukan pertanggung

jawaban pidana. Dalam kasus tertentu sering terjadi pemalsuan hasil tes

laboratorium, untuk menghindarkan diri pelaku tindak pidana terhadap hasil tes

laboratorium telah mengkonsumsi narkotika, atau menukarkan hasil tes

laboratorium tersebut menjadi milik orang lain.

10. Ancaman sanksi pidana bagi saksi yang memberikan keterangan tidak benar

dalam pemeriksaan perkara tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika di

muka pengadilan (pasal 143) diancam dengan penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.

60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,-

(enam ratus juta rupiah).

Page 47: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

37

11. Ancaman sanksi pidana bagi setiap orang yang melakukan pengulangan tindak

pidana (Pasal 144), di mana dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana maka ancaman pidana maksimum dari masing-masing

pasal ditambah dengan 1/3 (sepertiga). Ketentuan ini mempunyai tujuan untuk

membuat jera pelaku tindak pidana, agar tidak mengulangi perbuatan pidana lagi.

12. Ketentuan pidana bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di luar wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 145). Warga negara Indonesia yang

berbuat salah satu kejahatan-kejahatan sebagaimana disebut dalam sub I pasal ini

termasuk tindak pidana narkotika meskipun diluar Indonesia, dapat dikenakan

Undang-Undang Pidana Indonesia.

13. Putusan pidana denda yang tidak dapat dibayar oleh pelaku tindak pidana (pasal

148) ketentuan ini paling lama 2 (dua) tahun.34

2. Menurut Hukum Pidana Islam

Dalam hukum pidana Islam (jinayah) terdapat 4 bentuk hukuman yaitu;

Qishas, Diyat, Hudud, dan Ta’zir.

Qishas ialah hukuman yang telah ditetapkan Allah hukumnya di dalam al-

Qur’an dan Hadis. Hukuman ini wajib dikenakan dengan membalas perbuatan

tersebut seperti, membunuh dibalas dengan bunuh, melukai dibalas dengan

melukai.

Diyat ialah hukuman yang telah ditetapkan Allah hukumnya di dalam al-

Qur’an dan Hadis. Diyat merupakan hukuman pengganti yang berhubungan

dengan qishas atau harta yang wajib dibayar dan diberikan oleh pelaku kepada

korban/keluarga korban/walinya. Seperti apabila dalam perkara pembunuhan

sengaja keluarga korban memaafkan si pelaku atau orang yang membunuh maka

berlakulah diyat sebagai pengganti hukuman qishas.

34

Ermansjah Djaja, KUHP Khusus Kompilasi Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 843-869

Page 48: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

38

Hudud ialah hukuman yang telah ditetapkan Allah hukumnya di dalam al-

Qur’an dan Hadis. Hudud merupakan hak Allah yang tidak boleh diganti dan

tidak boleh dirubah hukumannya. Perbuatan yang wajib dikenakan hukuman

hudud adalah; berzina, menuduh orang berzina (qadzaf), minum-minuman keras

(khamr), mencuri (sariqah), murtad, merampok, dan pembangkangan (bughat).

Ta’zir ialah hukuman yang tidak ditetapkan dalam al-Qur’an dan Hadis.

Hukuman ta’zir merupakan hukuman yang diberikan penguasa (ulil amri) dengan

bentuk hukuman kebijakan masing-masing para penguasa

Dalam hal sanksi hukuman narkotika ulama berbeda pendapat (ikhtilaf) dalam

menentukan sanksi pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba, yaitu:

a. Sanksi hukumannya adalah had, seperti halnya sanksi peminum khamr.

Pendapat ini adalah pendapat Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip dalam

buku mardani, sebagai berikut: حيد متناوهلا كما حيد شارب اخلمر حرام ان احلشيشة

“sesungguhnya ganja itu haram, dijatuhkan sanksi had orang yang

menyalahgunakannya, sebagaimana dijatuhkan had bagi peminum

khamr”.35

Ibn Taimiyah berpendapat demikian, karena ia menganalogikan sanksi

narkoba dengan sanksi khamr, yaitu keduanya dapat merusak akal dan kesehatan,

bahkan menurutnya narkoba lebih berbahaya. Selain itu, ia juga berargumentasi

dengan hadis sebagai berikut:

وكل مخر حرام كل مسكر مخر

35

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana

Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) hal 126

Page 49: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

39

“setiap yang memabukkan itu khamr dan setiap yang memabukkan itu

haram.” (HR. al-Nasa’i)36

Mengenai sanksi pidana khamr, tidak disebutkan secara jelas dalam rangkaian

ayat tentang pengharaman khamr di atas. Dalam ayat yang terakhir hanya

ditegaskan dengan kalimat mmaka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapat keberuntungan.

Dalam buku Zainuddin Ali, Imam Al-Nawawi mengemukakan bahwa istilah

dua pelepah kurma ini mengakibatkan pemahaman yang beragam. Sebagian

memahami bahwa dua pelepah kurma itu dianggap sebagai alat semata, bukan

jumlahnya. Dengan demikian, jumlah cambuknya sebanyak empat puluh kali.

Sementara itu sebagian yang lain memahami sebagai jumlah, bukan sebatas alat.

Dengan demikian, jumlah cambuknya sebanyak empat puluh kali. Sementara itu

sebagian yang lain memahami sebagai jumlah, bukan sebatas alat. Dengan

demikian, jumlah cambukan yang sebanyak empat puluh kali itu dilakukan dua

pelepah, sehingga jumlahnya delapan puluh kali.37

Perbedaan pendapat mengenai sanksi jarimah syurb al-khamr adalah jumlah

cambukan yang harus dikenakan kepada pelaku. Apakah cukup diberi sanksi

empat puluh kali cambukan atau harus delapan puluh kali. Hadis tentang ijtihad

Umar bin Khattab untuk menambah jumlah cambukan menjadi delapan puluh

kali, secara lebih mendetail dikemukakan dalam hadis berikut.

عن انس بن ملك ان نيب اهلل عليو صلى اهلل عليو وسل جلد يف اخلمر باجلريد والنعال ث جلد

عي فلما كان عمر ودنا الناس من الريف والقرى قال ما ترون يف جلد اخلمر فقال عبد ابو بكر ارب

الرمحن بن عوف ارى ان جتعلها كاخف احلدود قال فجلد عمر ثاني

36

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana

Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 126-130. 37

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007) h. 92

Page 50: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

40

“Dari Anas bin Malik sesungguhnya Nabi SAW. Mencambuk pelaku jarimah

syurb al-khamr dengan pelepah kurma dan sandal. Kemudian Abu Bakar juga

mencambuk sebanyak empat puluh kali. Sementara itu pada masa pemerintahan

Umar, orang-orang berdatangan dari dusun dan kampung-kampung. Umar

bertanya, “Bagaimana menurut kalian tentang sanksi pelaku syurb al-khamr

(meminum minuman keras) ?” Abdurrahman bin Auf menjawab, “menurut saya,

sebaiknya engkau menentukannya sama dengan hudud yang paling ringan.”

Umar berkata, “Umar mencambuk sebanyak delapan puluh kali.” (HR. Muslim)

Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa sanksi jarimah syurb al-khamr ada

dua, yaitu empat puluh kali cambukan dan delapan puluh kali cambukan. Dari

sinilah para fuqaha berbeda pendapat; jumhur fuqaha berpendapat sanksinya

delapan puluh kali cambukan, sedangkan kelompok Syafi’iyah berpendapat

sanksinya empat puluh kali cambukan.38

Jumhur fuqaha di samping berpegangan pada kebijakan Umar bin Al-Khattab

di atas, juga berargumentasi dengan ucapan Ali yang mengatakan;

Seseorang kalu meminum khamr, ia akan mabuk. Kalau sudah mabuk, ia akan

mengigau. Kalau sudah mengigau ia akan mengada-ada (menuduh). Adapun

sanksi bagi penuduh adalah delapan puluh kali cambukan.

Sementara itu, ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa sanksi bagi pelaku

jarimah al-khamr adalah empat puluh kali cambukan. Alasan mereka di antaranya

adalah hadis Anas bin Malik di atas bahwa Nabi SAW dan Abu Bakar

melaksanakan empat puluh kali cambukan di luar itu sebagaimana yang dilakukan

Umar bukanlah hudud, melainkan ta’zir dan merupakan kebijakannya sendiri.

Masalah ta’zir ini sepenuhnya menjadi kompetensi penguasa setempat. Jika ingin,

dapat dilakukan; tetapi kalau tidak ingin, dapat ditinggalkan. Hal ini tergantung

tinjauan kemaslahatan, makai a melakukannya. Sementara itu Rasulullah dan Abu

Bakar tidak melihat ada unsur kemaslahatan, sehingga beliau berdua tidak

38

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007) h. 94

Page 51: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

41

melakukan penambahan had menjadi delapan puluh kali cambukan. Demikianlah

penjelasan Al-Nawawi. Oleh karena itu Imam Al-Syafi’I berpendapat,

sebagaimana dijelaskan Al-Nawawi dalam buku yang ditulis Nurul Irfan dan

Masyrofah, bahwa penambahan had dari empat puluh kali menjadi delapan puluh

kali bagi pelaku jarimah syurb al-khamr adalah wewenang penguasa.39

b. Sanksi Hukumnya Adalah Ta’zir

Pendapat ini adalah pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili dan Dr. Ahmad al-Hasari

sebagaimana dikutip dalam buku Mardani.

“Diharamkan setiap yang dapat menghilangkan akal (mabuk), walaupun tanpa

diminum, seperti ganja, opiat, karena jelas-jelas berbahaya. Padahal Islam melarang

pada hal-hal yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, tetapi tidak dikenakan

sanksi had bagi pelakunya, penyalahgunaan narkoba, karena narkoba tidak ada

kenikmatannya dan kelezatan, dan mengandung adiksi, karena itu hukumannya

adalah ta’zir.”40

Mereka berargumentasi sebagai berikut :

1) Narkoba tidak ada pada masa Rasulullah SAW.

2) Narkoba lebih berbahaya dibandingkan dengan bahaya khamr.

3) Narkba bukan diminum seperti halnya khamr.

4) Narkoba jenis dan macamnya banyak sekali. Masing-masing mempunyai jenis

yang berbeda-beda.41

Alqur’an dan Sunnah tidak menjelaskan tentang sanksi hukum bagi produsen dan

pengedar narkoba, karena itu menurut penulis, sanksi hukum bagi produsen dan

39

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 52-55 40

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana

Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 130 41

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana

Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 130-131.

Page 52: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

42

pengedar narkoba adalah ta’zir. Hukuman ta’zir bisa berat atau ringan tergantung

kepada proses pengadilan (otoritas hakim).

Sebagaimana dalam buku Mardani, Menurut Abdul Aziz Amir , sanksi ta’zir itu

banyak macamnya yaitu :

1. Sanksi yang mengenai badan seperti hukuman mati dan jilid,

2. Sanksi yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang seperti penjara dan

pengasingan,

3. Sanksi yang berkaitan dengan dengan harta seperti denda, penyitaan,

perampasan dan penghancuran.

Tujuan sanksi ta’zir menurut Prof. Drs. H. A. Jazuli dalam buku Mardani, adalah :

a. Sanksi ta’zir bersifat preventif. Maksudnya adalah sanksi ta’zir harus

memberikan dampak positif bagi orang lain (yang tidak dikenai sanksi ta’zir)

sehingga ia tidak melakukan hal sama.

b. Sanksi ta’zir bersifat refresif. Maksudnya adalah sanksi ta’zir harus

memberikan dampak positif kepada si terhukum itu sendiri supaya ia tidak

mengulangi lagi perbuatannya.

c. Sanksi ta’zir bersifat kuratif. Maksudnya adalah sanksi tersebut mampu

mebawa perbaikan sikap dan perilaku.

d. Sanksi ta’zir bersifat edukatif. Maksudnya adalah sanksi tersebut mampu

menyembuhkan hasrat terhukum untuk mengubah pola hidupnya ke arah yang

lebih baik.

Sanksi tersebut dikenakan kepada para pemakai yang telah mencapai batas

usia dewasa dan berakal sehat, bukan atas keterpaksaan, dan mengetahui kalau

benda yang dikonsumsinya itu memabukkan. 42

42

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana

Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 131-132.

Page 53: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

43

BAB III

TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

A. Pengertian Anak Secara Hukum

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa pengertian tentang anak menurut

peratuuran perundang-undangan, begtu juga menurut para pakar ahli. Namun di

antara beberapa pengertian tidak ada kesamaan mengenai pengertian anak tersebut,

karna dilatar belakangi dari maksud dan tujuan masing-masing undang-undang

maupun para ahli. Pengertian anak menurut peraturan perundang-undangan dapat

dilihat sebagai berikut:

a. Anak menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak.

Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002

tentang perlindungan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.1

b. Anak menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Dijelaskan dalam Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

mengatakan bahwa orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai

umut 21 tahundan tidak lebih dahulu telah kawin. Jadi anak adalah setiap

orang yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Seandainya seorang

anak telah menikah sebelum 21 tahun kemudian bercerai atau ditinggal mati

oleh suaminya sebelum genap umur 21 tahun, maka ia tetap dianggap sebagai

orang yang telah dewasa bukan anak-anak.2

c. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: Visimedia,

2007), h. 4 2 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pradnya

Paramita, 2002), h. 90

Page 54: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

44

Anak dalam Pasal 45 KUHP adalah anak yang umurnya belum

mencapai 16 (enam belas) tahun.

d. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Yang disebut anak adalah seseorang yng belum mencapai umur 21

(dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin (Pasal 1 butir 2).3

e. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak

Dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) anak adalah anak yang telah

berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun

yang diduga melakukan tindak pidana.4

f. Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Asasi Manusia adalah sebagai berikut:

“Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun

dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal

tersebut demi kepentingannya”.

g. Pengertian Anak menurut Islam

Seseorang yang lahir dalam rahim ibu, baik laki-laki maupun perempuan atau

khunsa yang merupakan hasil persetubuhan dua lawan jenis. Al-Qur’an

sendiri mendefinisikan anak dengan istilah yang beragam, seperti:

a. al-walad, anak yang dilahirkan oleh orang tuanya, baik berjenis kelamin

laki-laki maupun perempuan, besar atau kecil, baik untuk mufrad

(tunggal), tatsniyah (dua) maupun jama‟ (banyak).

b. Ibn, lafaz ibn menunjuk pada pengertian anak laki-laki yang tidak ada

hubungan nasab, yakni anak angkat (QS. Al-Ahzab: 4).

c. Bint, ketik disebut bint, jamaknya banat, berarti merujuk pada pengertian

anak perempuan (QS. An-Nahl: 58-59).

3 Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Kesejahteraan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997),

h. 52 4 Ibid, h. 52

Page 55: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

45

d. Dzurriyah, untuk menyebut anak cucu atau keturunan.

e. Hafadah, bentuk jamak dari hafid, dipakai untuk menunjukkan pengertian

cucu (al-asbath) baik untuk cucu yang masih hubungan kerabat atau orang

lain (QS. An-Nahl: 72).

f. al-Shabiy, anak yang masih dalam ayunan (QS. Maryam: 29).

g. al-Thift, bentuk jamak dari athfal yaitu anak yang perkembangannya

tersirat sehingga orang tua harus memperhatikan tumbuh kembangnya

(QS. Al-Hajj: 5).

h. al-Ghulam, kata Ghulam berarti seorang anak muda, yang diperkirakan

umurnya 14-21 tahun.5

Batasan umur anak tergolong sangat penting dalam perkara pidana anak,

karena dipergunakan untuk mengetahui seseorang yang diduga melakukan kejahatan

termasuk kategori anak atau bukan. Sedangkan membicarakan sampai batas usia

berapa seseorang anak dapat dikatakan tergolong anak, pembahasan pengerttian anak

menurut beberapa ahli yakni sebagai berikut:

Menurut Sugiri sebagai mana yang dikutip dalam karya Maidin Gultom

mengatakan bahwa: “selama ditubuhnya masih berjalan proses pertumbuhan dan

perkembangan, anak itu masih menjadi anak dan baru menjadi dewasa bila proses

perkembangan dan pertumbuhan itu selesai, jadi batas umur anak-anak adalah sama

dengan permulaan menjadi dewasa, yaitu 18 (delapan belas) tahun untuk wanita dan

21 (dua puluh satu) tahun untuk laki-laki”.6

Menurut Hilman Hadikusuma dalam buku Maidin Gultom, merumuskannya

dengan “menarik batas antara sudah dewasa dengan belum dewasa namun ia telah

5 Ensiklopedi Islam

6 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Cetakan Kedua, (Bandung, P.T.

Refika Aditama, 2010), h. 32

Page 56: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

46

dapat melakukan perbuatan hukum, misalnya anak yang belum dewasa telah

melakukan jual beli, berdagang, dan sebagainya, walaupun ia belum kawin”.7

Di negara-negara yang sudah maju dan negara yang masih berkembang

dihadapkan pada permasalahan perilaku anak dan remaja yang menyimpang dari

norma-norma dan nilai, terutama penyimpangan yang cenderung kearah kejahatan

yang sifatnya dapat merugikan dirinya sendiri dan merugikan orang lain, serta

mengganggu ketertiban umum. Penyimpangan-penyimpangan dari norma dan nilai

yang dilakukan anak dan remaja, atas pertimbangan psikologis dan pedagogis, maka

pembahasan masalah ini, penulis memberikan sebutan kenakalan remaja bukan anak

atau remaja jahat. Dikatakan anak jahat tampaknya tidak sesuai dengan sifat anak itu

sendiri, di mana sejak lahir manusia itu baik, sedangkan yang menentukan nakal atau

tidaknya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan situasi di mana anak tinggal.

Di Indonesia, masalah kenakalan remaja sangat menarik perhatian kalangan orang

tua, para pendidik, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, dan pemerintah.

Dalam problema remaja, tidaklah berlebihan jika pemerintah memperhatikan secara

serius, karena kenakalan remaja merupakan salah satu masalah nasional yang perlu

penanganan secara menyeluruh dan terpadu dengan mengikut sertakan seluruh

lapisan masyarakat. Perilaku remaja yang cenderung menyimpang dari norma dan

nilai itu, merupakan akibat perkembangan kehidupan manusia di perkotaan yang

semakin kompleks. Juga perkembangan kebudayaan masyarakat. Khususnya di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak disertai dengan unsur-unsur yang

membawa kearah positif, misalnya pengaruh video, film-film yang bernafaskan

sadisme/kekerasan dan pornografi. Keadaan tersebut juga diakibatkan oleh suatu

rumah yang sepi, karena kesibukan kedua orang tua yang semenatara tidak berada di

7 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, h. 45

Page 57: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

47

rumah. Pada saat-saat tersebut, kemungkinan untuk kecenderungan remaja ke arah

perbuatan menyimpang.8

Timbulnya kenakalan remaja bukan hanya merupakan gangguan terhadap

keamanan dan ketertiban masyarakat semata-mata, akan tetapi juga merupakan

bahaya yang dapat mengancam masa depan masyarakat suatu bangsa. Dengan

demikian, perlu mendapat pengawasan dan bimbingan dari semua pihak agar remaja

tidak terjerumus ke dalam jurang kenakalan yang bersifat serius. Karakteristik

perilaku remaja yang menyimpang dari norma dan nilai ini, ditimbulkan karena

perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat, antara lain sebagai berikut.

1. Broken home (pecahnya keluarga karena perceraian), kematian (meninggalnya

salah satu dari kedua orang tuanya) yang menyebabkan anak menjadi nakal

atau melanggar hukum, karena tidak mendapat bimbingan semestinya dari

orang tua, sehingga tidak tersalurkan ke arah kehidupan yang baik.

2. Kurangnya pengawasan, perhatian dan pengertian dari orang tua, merupakan

dasar-dasar yang dapat menyebabkan si anak menjadi nakal.

3. Pengaruh kebudayaan asing yang tidak relevan dengan kebudayaan bangsa

Indonesia.

4. Ketatnya pengawasan terhadap anak dari orang tua, baik terlampau

memanjakan maupun menanamkan disiplin yang keras dan kaku, sehingga

anak harus patuh pada orang tua.

5. Kurangnya mendapatkan kasih sayang dari orang tua, sehingga untuk

memenuhi kebutuhan tersebut mencarinya di luar keluarga, seperti kelompok

teman-temannya yang tidak semuanya berkelakuan baik.

6. Kurangnya pelaksanaan penerapan ajaran-ajaran agama pada anak oleh orang

tuanya. Sedangkan orang tua sangat dominan dalam mendidik moral anak.

8 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1989), h. 2

Page 58: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

48

7. Lemahnya tingkat ekonomi orang tua yang menyebabkan tidak dapat

memenuhi kebutuhan anak-anaknya, terutama pada masa remaja yang penuh

dengan keinginan-keinginan, cita-cita dan keindahan-keindahan.9

Segala tindakan remaja yang menyimpang dapat merugikan dan mengganggu

keamanan dan ketertiban masyarakat. Perbuatan ini merupakan perwujudan perilaku

tidak wajar, akibat dari tekanan pada diri remaja itu sendiri, misalnya perasaan

ketegangan, kegelisahan, kecemasan, dan kekecewaan. Perilaku mereka itu biasanya

disebut “kenakalan remaja”.

Kelakuan-kelakuan yang digolongkan termasuk kenakalan, misalnya mencuri,

merampas, perusakan, menganiaya orang lain, perkelahian, penyalahgunaan narkotika

dan mengganggu ketertiban umum yang dilakukan oleh anak-anak yang belum

dewasa. Semua perbuatan tersebut merupakan tindakan kriminalitas yang telah diatur

dalam peraturan hukum pidana atau Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang

KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dan undang-undang lain di luar

KUHP. Kejahatan merupakan perilaku atau perbuatan yang dilarang oleh negara,

karena perbuatan tersebut dapat merugikan negara dan benar-benar dapat merugikan

masyarakat. Dalam proses pembangunan tidak jarang ditemui hambatan-hambatan

yang terwujud dari bentuk-bentuk kejahatan. Kejahatan dapat dihukum sebagaimana

bunyi pasal 1 ayat (1) KUHP, antara lain: “tiada suatu perbuatan boleh dihukum,

melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang ada terdahulu

dari pada perbuatan itu”. (2) jikalau undang-undang diubah, setelah perbatan itu

dilakukan, maka kepada tersangka dikenakan ketentuan yang menguntungkan

baginya.

Dalam pasal 1 ayat (1) KUHP ini merupakan perundang-undangan hukum pidana

modern yang menuntut bahwa ketentuan pidana harus ditetapkan dalam undang-

undang yang sah, yang berarti bahwa larangan-larangan menurut adat tidak berlaku

9 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, h. 13-14

Page 59: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

49

untuk menghukum orang, selanjutnya menuntut pula, bahwa ketentuan pidana dalam

undang-undang tidak dapat dikenakan kepada perbuatan yang telah dilakukan

sebelum ketentuan pidana dalam undang-undang itu diadakan, yang berarti bahwa

undang-undang tidak mungkin berlaku surut (mundur). “Nullum delictum sine

praevia poenali”, artinya peristiwa pidana tidak akan ada, jika ketentuan pidana

dalam undang-undang sehingga terjaminlah hak kemerdekaan diri pribadi orang.10

B. Perlindungan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

Sesuai dengan Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui

Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990, maka seyogyanya Indonesia telah

berkomitmen dalam upaya perlindungan hak anak secara keseluruhan. Disamping itu,

Indonesia juga telah mempunyai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak sebagai satu upaya dalam memberikan upaya perlindungan

terhadap hak-hak anak seperti dibidang Pendidikan, kesehatan, agama, dan sosial

termasuk hak anak yang berhadapan dengan hukum termasuk dalam kriteria yang

diberikan perlindungan khusus seperti apa yang dinyatakan dalam Pasal 59 Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002. Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dan

masyarakat. Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menyatakan lebih

lanjut bahwa perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum meliputi anak yang

berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana. Perlindungan khusus yang

dimaksud adalah :

a) Perlakuan atas anak secara manusiawi, sesuai dengan martabat dan hak-hak

anak;

b) Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;

c) Penyediaan sarana dan prasarana khusus;

d) Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;

10

Marwan Setiawan, Karakteristik Kriminalitas Anak&Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia,

2015), h. 2-6.

Page 60: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

50

e) Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang

berhadapan dengan hukum;

f) Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orangtua atau

keluarga; dan

g) Perlindungan dari pemberian identitas melalui media massa dan untuk

menghindari labelisasi.

Dalam menangani anak yang melakukan tindak pidana dapat diketahui

melalui sistem peradilan pidana, yaitu pemenjaraan, dimana pemenjaraan tidak

hanya menghilangkan kemerdekaan anak tetapi juga menghilangkan hak-hak

anak yang melekat pada anak tersebut. Penjara menempatkan anak pada dua

keadaan yaitu menjadi korban kekerasan. Anak-anak yang ditahan sangat rentan

menghadapi resiko mendapatkan pelecehan dan kekerasan.11

1) Keadilan Restoratif

Keadilan restoratif adalah suatu proses penyelesaian yang melibatkan

pelaku, korban, keluarga mereka dan pihak lain terkait dalam suatu tindak

pidana secara bersama-sama mencari penyelesaian terhadap tindak pidana

tersebut dan implikasinya dengan menekankan pemulihan dan bukan

pembalasan.

Peradilan pidana anak dengan restorattif bertujuan untuk

mengupayakan perdamaian antara korban dengan anak, mengutamakan

penyelesaian diluar proses peradila, menjauhkan anak dari pengaruh

negatif proses peradilan, menanamkan rasa tanggung jawab anak,

mewujudkan kesejahteraan anak, menghindarkan anak dari perampasan

kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, dan

meningkatkan keterampilan hidup anak. Ide mengenai keadilan restoratif

masuk dalam Pasal 5, bahwa sistem peradilan pidana anak wajib

menggunakan pendekatan keadilan restoratif Undang- Undang Nomor 11

11

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1982), h. 38

Page 61: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

51

Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (ayat 1), yang

meliputi (ayat 2):

a. Penyelidikan dan penuntutan pidana anak yang dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali

ditentukan lain dalam undang-undang ini.

b. Persidangan anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan

peradilan umum.

c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan, dan/atau pendampingan

selama proses pelaksanan pidana atau tindakan dan setelah

menjalani pidana atau tindakan.

2) Diskresi

Konsep diversi yang tertuang didalam peraturan perundang-undangan

ini merupakan bagian dari diskresi. Diskresi berarti mengambil keputusan

dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri. Diskresi

diperlukan sebagai pelengkap dari asas legalitas, yaitu asas hukum yang

menyatakan bahwa setiap tindakan atau perbuatan administrasi negara

harus berdasarkan ketentuan undang-undang, akan tetapi tidak mungkin

bagi undang-undang untuk mengatur segala macam kasus posisi dalam

praktik kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu perlu adanya kebebasan atau

diskresi dari administrasi negara.

Diskresi dalam sistem peradilan pidana anak adalah kebijakan

penyidik anak dalam menetapkan suatu perkara anak nakal, tidak

dilanjutkan pemeriksaannya dengan pertimbangan hukum yang sesuai

dengan perundang-undangan dan demi kepentingan terbaik bagi anak.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam undang-undang sistem peradilan

pidana anak, diskresi diberikan kepada penyidik untuk bisa

mengupayakan diversi. Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 29 yakni:

a. Penyidik wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari

setelah penyidikan dimulai;

Page 62: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

52

b. Proses diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya diversi;

c. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan,

penyidik menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan

diversi kepada ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan;

d. Dalam hal diversi gagal, penyidik wajib melanjutkan penyidikan

dan melimpahkan perkara ke penuntut umum dengan

melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian

kemasyarakatan.

Dapat ditarik kesimpulan atas pasal tersebut bahwa penyidik

untuk mengupayakan diversi merupakan bentuk diskresi terikat,

karena bisa jadi upaya diversi itu berhasil bisa juga tidak.

Pemberian diskresi terikat kepada penyidik merupakan bentuk

amanah undang-undang agar penyidik selaku Pegawai Negara dapat

mempergunakan sarana yang ada dan melihat situasi yang terjadi

dalam rangka penyelesaian anak nakal.

3) Diversi

Diversi bertujuan untuk mencapai perdamaian antara korban dan anak,

menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan, menghindarkan anak dari

perampasan kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dan

menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.

Diversi dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam

dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan

pengulangan tindak pidana. Proses diversi dilakukan melalui musyawarah

dengan melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang

tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial professional

berdasarkan pendekatan keadilan restoratif. Proses diversi wajib

memperhatikan kepentingan korban, kesejahteraan dan tanggung jawab anak,

Page 63: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

53

penghindaran pembalasan, keharmonisan masyarakat, dan kepatutan,

kesusilaan dan ketertiban umum.

Penyidik, penuntut umum,, dan hakim dalam melakukan diversi harus

mempertimbangkan kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian

kemasyarakatan dari Bapas, dan dukungan lingkungan keluarga dan

masyarakat. Kesepakatan diversi harus mendapatkan persetujuan korban

dan/atau keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya, kecuali

untuk tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak

pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah

minimum provinsi setempat. Kesepakatan diversi dilakukan oleh penyidik

atas rekomendasi pembimbing kemasyarakatan dapat berbentuk :

a. Pengenbalian kerugian dalam hal ada korban,

b. Rehabilitasi medis dan psikososial,

c. Penyerahan kembali kepada orang tua/wali,

d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau LPSK paling lama 3 (tiga) bulan,

e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga) bulan.

Hasil kesepakatan disampaikan dalam bentuk kesepakatan diversi. Hasil

kesepakatan diversi disampaikan oleh atasan langsung pejabat yang bertanggung

jawab di setiap tingkat pemeriksaan ke pengadilan negeri sesuai dengan daerah

hukumnya dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya kesepakatan diversi.

Proses peradilan anak dilanjutkan dalam hal proses diversi tidak menghasilkan

kesepakatan, atau kesepakatan diversi tidak dilaksanakan. Selama proses diversi

berlangsung sampai dengan kesepakatan diversi dilaksanakan, pembimbing

kemasyarakatan wajib melakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan.12

12

Zulfikar Judge, Kedudukan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak

Pidana (Studi Kasus: 123/PID.SUS.PN.JKT.TIM), Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 3, Desember

2016, h. 231-233

Page 64: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

54

C. Sanksi Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Dalam Hukum

Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam

Pentingnya peredaran narkotika diawasi secara ketat karena saat ini

pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif. Begitu pula anak-anak yang

pada mulanya awam terhadap barang haram ini, telah berubah menjadi sosok

pecandu yang sukar untuk dilepaskan ketergantungannya. Pengguna narkotika

sangat beragam dan menjangkau semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak

hingga orang dewasa, orang awam hingga artis, bahkan hingga pejabat publik.

Efek negatif yang ditimbulkan akibat pengguna narkotika secara berlebihan dalam

jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya, dapat menimbulkan berbagai

dampak negatif pada penggunanya, baik secara fisik maupun psikis, tidak jarang

pengguna narkotika dapat memicu terjadinya berbagai tindak pidana.

Di dalam hukum pidana positif, tindak pidana narkotika merupakan salah satu

perbuatan melawan hukum yang bersifat khusus. Peraturan terhadap tindak

pidana narkotika ini dituangkan ke dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika. Tindak pidana narkotika di dalam masyarakat menunjukkan

berbagai kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun

kualitatif dengan korban yang meluas, terutama dikalangan anak-anak, remaja,

dan generasi muda pada umumnya.13

Tindak pidana narkotika tidak lagi

dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang secara

bersama-sama, bahkan merupakan suatu sindikat yang terorganisasi dengan

jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia.

Kebijakan hukum pidana terkait sanksi pidana, pemidanaan, tindakan dan

pemberatan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

adalah :14

13

Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bhakti,

1990), h. 3 14

Sunarso Siswantoro, Penegakan Hukum Psikotropika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h.

142

Page 65: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

55

a. Sanksi yang digunakan yaitu berupa sanksi pidana dan sanksi tindakan

(maatregel).

b. Untuk sanksi pidana meliputi pidana pokok berupa pidana mati, penjara

seumur hidup, penjara dengan batasan waktu tertentu, pidana kurungan,

pidana denda serta pidana tambahan berupa pencabutan hak tertentu

terhadap korporasi berupa pencabutan izin usaha dan/atau pencabutan

status badan hukum.

c. Untuk sanksi tindakan (maatregel) berupa rehabilitasi medis dan sosial

serta pengusiran dan pelarangan memasuki wilayah Indonesia bagi warga

negara asing yang melakukan tindak pidana di Indonesia setelah menjalani

sanksi pidana.

d. Jumlah dan lamanya sanksi pidana bervariasi, untuk pidana denda berkisar

antara Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sampai Rp. 10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah). Apabila kejahatan dilakukan oleh korporasi dapat

dikenakan pemberatan sebanyak 3 (tiga) kali lipat dari pidana denda yang

diancamkan, dan untuk pidana penjara berkisar antara 1 (satu) tahun

sampai 20 (dua puluh) tahun.

e. Sanksi pidana dirumuskan dalam 4 (empat) bentuk yaitu:15

1. Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

2. Dalam bentuk alternatif (pilihan antara penjara atau denda)

3. Dalam bentuk kumulatif (penjara dan denda)

4. Dalam bentuk kombinasi atau campuran (penjara maupun denda)

f. Terdapat ancaman pidana minimal khusus (penjara maupun denda)

Pemberatan terhadap tindak pidana berdasarkan pada jumlah ataupun

narkotika, akibat yang ditimbulkan, dilakukan secara terorganisasi, dilakukan oleh

korporasi, dilakukan dengan menggunakan anak yang belum cukup umur, dan

apabila ada pengulangan (recidive) dalam jangka waktu 3 (tiga tahun). Pemberatan

15

Tongat, Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia, (Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), h. 9

Page 66: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

56

ini dikecualikan terhadap pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana

penjara 20 (dua puluh) tahun. Kejahatan di bidang narkotika tidak seluruhnya

dilakukan oleh orang dewasa, tetapi ada kalanya kejahatan ini dilakukan pula

bersama-sama dengan anak di bawah umur (belum genap 18 tahun). Perbuatan

memanfaatkan anak di bawah umur untuk melakukan kegiatan narkotika merupakan

tindak pidana yang diatur dalam Pasal 133 undang-undang narkotika yang berbunyi

sebagai berikut:

“Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu,

memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan,

memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan

tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk

melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111,

Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117,

Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123,

Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129 dipidana dengan

pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun

dan pidana denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah) dan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar

rupiah)”.16

Ketentuan dari pasal tersebut di atas, hanya dikenakan terhadap orang

yang memanfaatkan anak yang belum dewasa saja, sedangkan anak yang

bersangkutan tetap dapat dipidana berdasarkan ketentuan undang-undang

narkotika sesuai dengan perbuatannya. Namun, dikarenakan anak di bawah

umur maka berlakulah ketentuan undang-undang peradilan anak sehingga

berkasnya harus dipisah. Apabila terjadi kasus yang melibatkan anak dalam

penyalahgunaan narkoba, maka anak tersebut merupakan anak nakal dan

ketentuan hukum yang dipergunakan adalah undang-undang peradilan anak.

Undang-undang tersebut tidak hanya mengatur ketentuan pidana formil,

namun juga mengatur ketentuan pidana materiil terhadap anak yang terlibat

16

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Page 67: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

57

dalam masalah hukum, khususnya dalam hukum pidana. Sedangkan anak

yang bersangkutan tetap dapat dipidana berdasarkan undang-undang

narkotika sesuai dengan perbuatannya. Berhubung anak di bawah umur

berlaku Undang-Undang Peradilan Anak, maka berkasnya harus terpisah,

kecuali pelaku pelanggaran adalah anak yang belum dewasa juga, berkas

perkaranya dapat dijadikan satu, hanya peran perbuatannya yang berbeda.17

Seseorang yang melakukan penyalahgunaan narkotika selain

dianggap telah melakukan tindakan kriminal, ia juga merupakan korban dari

perbuatannya sendiri. Selama ini, aparat penegak hukum cenderung

menjatuhkan sanksi pidana bagi para pelaku tindak pidana tersebut, tanpa

melakukan rehabilitasi. Dengan memberikan sanksi pidana berupa penjara,

diharapkan para pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika menjadi jera

dan tidak mengulangi perbuatannya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya,

sanksi pidana berupa penjara tersebut tidak efektif untuk membuat mereka

jera memakai narkotika.

Tanpa proses detoksifikasi melalui proses

rehabilitasi medis, mereka akan segera kembali mencari narkotika begitu

keluar dari lembaga pemasyarakatan.

Dalam perspektif Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, tidak diatur secara khusus mengenai anak sebagai pelaku tindak

pidana penyalahgunaan narkotika. Di dalam undang-undang ini juga,

diberikan alternatif lain dalam penyelesaian kasus anak pelaku tindak pidana

penyalahguna narkotika yaitu secara diversi, sehingga tidak melibatkan anak

ke dalam proses peradilan yang panjang dan cukup rumit bagi anak yang

masih di bawah umur. Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak

masih cenderung memberikan sanksi berupa penjara bagi anak yang

menggunakan narkotika untuk konsumsi pribadinya.

Di dalam hukum Islam, narkoba dipandang sebagai zat yang sangat

17

Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Nuansa, 2007), h. 21

Page 68: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

58

berbahaya. Dalam al-Qur’an dan al-Hadis tidak disebutkan secara langsung

masalah narkotika, akan tetapi karena sifat maupun bahaya yang ditimbulkan

oleh penyalahgunaan narkotika sama bahkan lebih dahsyat dari minuman

keras atau khamar, maka al-Qur’an dan hadis Rasulullah yang melarang atau

mengharamkan minuman keras atau khamar dapat dijadikan dasar atau dalil

terhadap dilarang dan diharamkannya penyalahgunaan narkotika.18

Untuk itu

bila memang belum ditentukan status hukum dari narkotika dalam syari‟at

Islam, maka para ulama (mujtahid) biasanya menyelesaikan dengan jalan

ijtihad mereka, melalui metodologi hukum Islam dengan jalan pendekatan

qiyas sebagai solusi istinbath hukum yang belum jelas hukumnya dalam

syari‟at Islam.

Berikut ini dipaparkan metode penyelesaian ketentuan hukum

narkotika dengan pendekatan qiyas:19

a. Al-ashl, adalah khamar, karena sesuatu yang ada hukumnya dalam nash

(Al-Qur’an), sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 90.

b. Al-far‟u (cabang) adalah narkotika, karena tidak ada hukumnya dalam

nash, tetapi ada maksud menyamakan status hukumnya kepada nash

yakni khamar. Narkotika dalam hal ini disebut al-musyabbah (yang

diserupakan).

c. Hukum ashl adalah khamar hukumnya haram, sebagaimana yang

tertuang dalam firman Allah (Q.S. Al-Maidah ayat 90), dengan itu

menjadi tolak ukur ketetapan hukum bagi cabang (al-far‟u).

d. Al-Illat, karena dampak negatif dari pada khamar dapat memabukkan

menghilangkan akal pikiran dan melupakan kepada Allah SWT.

Sedangkan narkotika adalah far‟u karena tidak terdapat nash

18

Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan, Narkotika dalam Pandangan Agama, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2010), h. 15

19 Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Ilmu Ushul Fiqh), (terj. Noel

Iskandar Al-Barsany), (Jakarta: Rajawali, 1989), h. 90

Page 69: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

59

mengenai hukumnya dan narkotika telah menyamai khamar dalam

kedudukannya adalah memabukkan.

Hukum Islam menjatuhkan hukuman delapan puluh kali dera bagi

pelaku tindak minuman keras (khamar). Ini merupakan hukuman yang

memiliki satu batas karena hakim tidak dapat mengurangi, menambahi atau

menggantinya dengan hukuman yang lain.20

Imam Syafi’i berpendapat

bahwa hukuman hudud terhadap pelaku tindak pidana meminum-minuman

keras adalah 40 (empat puluh) kali dera. Pendapatnya tersebut menyalahi

ulama mazhab yang lain. Imam Syafi’i beralasan karena tidak ada dalil

yang bersumber dari Rasulullah SAW bahwa beliau pernah mencambuk

para peminum minuman keras lebih dari 40 (empat puluh) kali. Menurut

Imam Syafi’i sisa 40 (empat puluh) dera yang lain bukan termasuk

hukuman hudud, melainkan hukuman ta‟zir.21

Menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah serta sebuah riwayat

dari Imam Ahmad bin Hanbal, orang yang meminum-minuman keras harus

didera sebanyak 80 (delapan puluh) kali. Menurut Imam Abu Hanifah,

hukuman hudud karena mabuk dan karena meminum-minuman keras adalah

sama. Perbedaan pendapat di kalangan fuqaha dalam menentukan kadar

hukuman hudud disebabkan tidak adanya ketentuan dalam Al-Qur’an tentang

hukuman tersebut. Selain itu, riwayat yang ada tidak menyebutkan dengan

pasti adanya ijma‟ para sahabat tentang hukuman hudud atas pelaku tindak

pidana meminum-minuman keras.22

Menurut pendapat yang kuat, penentuan 80 (delapan puluh) kali dera

baru ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a, ketika ia

bermusyawarah dengan para sahabat mengenai hukuman meminum khamar

20

Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III, (terj. Ali Yafie), (Bogor:

Kharisma Ilmu, 2008), h. 54.

21 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III, (terj. Ali Yafie), h. 54

22 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III, (terj. Ali Yafie), h. 67

Page 70: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

60

tersebut. Ali bin Abi Thalib r.a menyarankan agar hukumannya berupa dera

80 (delapan puluh) kali, dengan alasan apabila seseorang minum ia akan

mabuk, jika ia mabuk ia akan mengigau, jika ia mengigau, ia akan memfitnah

(qadzaf), sedangkan hukuman bagi pelaku qadzaf adalah 80 (delapan puluh)

kali dera, pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain. Jadi, sumber

larangan minuman keras adalah Al-Qur’an, sedangkan hukumannya

bersumber dari hadis dan berasal dari ijma‟ para sahabat.23

Ulama yang berpendapat bahwa hukuman hudud karena meminum-

minuman keras adalah 80 (delapan puluh) kali dera menganggap bahwa para

sababat sudah memiliki ijma‟ dalam hal ini, sedangkan ijma‟ adalah salah

satu sumber penerapan hukum. Ulama yang berpendapat bahwa hukuman

hudūd hanya 40 (empat puluh) kali dera mengunakan dalil perbuatan Ali r.a

yang mendera Walid bin Uqbah dengan 40 (empat puluh) kali deraan dan

perkataan Ali, Rasulullah SAW mendera empat puluh kali, Abu Bakar

mendera 40 (empat puluh) kali dan Umar mendera delapan puluh kali.

Semua adalah sunnah dan ini yang lebih aku sukai.24

Adapun sebab perbedaan ulama tentang jumlah jilid ini, karena Al-

Qur’an tidak menentukkannya secara tegas, dan demikian pula Rasulullah

SAW. Kadang- kadang beliau menjilidnya sedikit dan kadang-kadang

menjilidnya banyak, tetapi tidak pernah melebihi 40 (empat puluh) kali jilid.

Demikian pula Abu Bakar menjilid peminum khamar dengan 40 (empat

puluh) kali jilid. Pada zaman pemerintahan Umar bin al-Khathab peminum

khamar itu diberi hukuman 80 (delapan puluh) kali jilid, karena pada masa

itu mulai banyak lagi minum khamar. Ketentuan ini berdasarkan hasil

musyawarah belian bersama para sahabat yang lain, yakni atas usulan

23

Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h.

27

24 Moh. Rifa’i, Kifayatul Akhyar (Terjemahan) , (Semarang: Toha Putra, 1978), h. 390.

Page 71: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

61

Abdurrahman bin Auf. Pada pemerintahan Ali peminum khamar juga diberi

hukuman 80 (delapan puluh) kali jilid, dengan menganalogikankan kepada

penuduh zina. Disepakati para ulama bahwa sanksi itu tidak diberikan ketika

peminum itu mabuk, karena sanksi itu merupakan pelajaran, sedangkan

orang yang sedang mabuk tidak dapat diberi pelajaran, bila seseorang

berkali-kali minum dan beberapa kali pula mabuk, namun belum pernah

dijatuhi hukuman, maka hukumannya sama dengan sekali minum khamar

dan sekali mabuk.Dalam kasus ini ada kemungkinan diterapkannya teori at-

tadakhul, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bila minum dan mabuk beberapa kali maka hukumannya adalah satu

kali.

b. Beberapa kali minum dan hanya sekali mabuk, maka hukumannya

adalah satu kali.

c. Di kalangan Mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali, bila seseorang

mabuk, lalu sesudah sadar membunuh orang lain serta tidak mendapat

pemaafan dari keluarga korban, maka hukuman baginya hanya satu

yaitu hukuman mati (qisas).25

Kedudukan seorang anak dalam Islam merupakan “amanah” yang harus

dijaga oleh kedua orang tuanya. Kewajiban mereka pula untuk mendidiknya hingga

berperilaku sebagaimana yang dituntut agama. Jika terjadi penyimpangan dalam

tingkah laku anak, Islam dalam kadar tertentu masih memberi kelonggaran. Seperti

disyari„atkan sebuah hadis yang menyatakan “ketidakberdosaan” (raf„ul qalam)

seorang anak hingga mencapai aqil baligh yang ditandai dengan timbulnya

“mimpi” pada laki-laki dan haid bagi perempuan. Meski dalam kitab- kitab fikih

ditegaskan bahwa tidak dibenarkan menyeret anak kemeja hijau, tetap saja mereka

harus dihukum bila bersalah, cuma hukumannya berbeda dengan hukuman orang

25

A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menangulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1997), h. 99-100.

Page 72: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

62

dewasa. Dalam bahasa fikih disebut ta„dib (pembinaan), bukan ta„zir atau hadd

(hukuman) seperti yang berlaku bagi orang dewasa (baligh). Bentuk pelaksanaan

ta„dib ini beragam, tergantung pada kemampuan fisik dan jiwa anak.26

Menurut hukum pidana Islam, ancaman hukuman pidana anak-anak

yang melakukan kejahatan dibedakan menurut perbedaan umurnya.

Berdasarkan tahapan umur inilah hukum pidana Islam memberikan hukuman

(sanksi) terhadap tindakan kejahatan (jarimah) anak:27

a. Fase tidak adanya kemampuan berpikir (idrak)

Sesuai dengan kesepakatan fuqaha, fase ini dimulai sejak manusia

dilahirkan dan berakhir sampai usia tujuh tahun. Pada fase ini, seorang anak

dianggap tidak mempunyai kekuatan berpikir. Karenanya, apabila anak

kecil melakukan tindak pidana apa pun sebelum berusia tujuh tahun, dia

tidak dihukum, baik pidana maupun hukuman ta„dib (hukuman untuk

mendidik). Anak kecil tidak dijatuhi hukuman hudud, qisas, dan ta„zir

apabila dia melakukan tindak pidana hudud dan qisas (misalnya membunuh

atau melukai).

Walaupun adanya pengampunan tanggung jawab pidana terhadap

anak kecil, bukan berarti membebaskan dari tanggung jawab perdata atas

semua tindak pidana yang dilakukannya. Ia bertanggungjawab untuk

mengganti semua kerusakan harta dan jiwa orang lain. Tanggung jawab

perdata tidak dapat hilang, tidak seperti tanggung jawab pidana yang dapat

hilang, sebab menurut kaidah asal hukum Islam, darah dan harta benda itu

maksum (tidak dihalalkan/ mendapat jaminan keamanan) dan juga uzur-

uzur syar‟i tidak menafikan kemaksuman. Ini berarti uzur-uzur syar‟i tidak

menghapuskan dan menggugurkan ganti rugi meski hukumannya

26

Lutfi Syaukanie, Politik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fikih Kontemporer,

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), h. 601.

27 Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sianar Grafika, 2005), h. 76

Page 73: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

63

digugurkan.28

b. Fase kemampuan berfikir lemah

Fase ini dimulai sejak si anak menginjak usia tujuh tahun sampai ia

mencapai usia baligh. Dalam fase ini, anak kecil yang telah mumayiz tidak

bertanggungjawab secara pidana atas tidak pidana yang dilakukannya. Dia

tidak dijatuhi hukuman hudud bila ia mencuri atau berzina, misalnya dia juga

tidak dihukum qisas bila membunuh atau melukai, tetapi dikenai tanggung

jawab ta‟dib yaitu hukuman yang bersifat mendidik atas pidana yang

dilakukannya.

c. Fase kekuatan berpikir penuh (sempurna)

Fase ini dimulai sejak anak menginjak usia kecerdasan (dewasa) yaitu

kala menginjak usia lima belas tahun. Pada fase ini seseorang dikenai

tanggung jawab hukuman hudud apabila dia berzina atau mencuri, dan

diqisas apabila dia membunuh atau melukai, demikian pula dijatuhi hukuman

ta„zir apabila melakukan tindak pidana ta„zir.29

Hukuman bagi anak kecil yang belum mumayyiz adalah hukuman

untuk mendidik murni (ta„dibiyah khalisah), bukan hukuman pidana. Ini

karena anak kecil bukan orang yang pantas menerima hukuman. Hukum

Islam tidak menentukan jenis hukuman untuk mendidik yang dapat

dijatuhkan kepada anak kecil. Hukum Islam memberikan hak kepada

waliyal-amr (penguasa) untuk menentukan hukuman yang sesuai menurut

pendangannya. Para fuqaha menerima hukuman pemukulan dan pencelaan

sebagai bagian dari hukuman untuk mendidik.

Pembagian hak kepada penguasa untuk menentukan hukuman agar ia

dapat memilih hukuman yang sesuai bagi anak kecil di setiap waktu dan

tempat. Dalam kaitan ini, penguasa berhak menjatuhkan hukuman:

28

Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam), h. 253 29

Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, h. 257

Page 74: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

64

a. Memukul si anak

b. Menegur/mencelanya

c. Menyerahkan kepada wallyal-amr atau orang lain

d. Menaruhnya pada tempat rehabilitasi anak atau sekolah anak-anak nakal

e. Menempatkannya di suatu tempat dengan pengawasan khusus, dan

lain- lain.30

Jika hukuman bagi si anak dipandang sebagai hukuman untuk

mendidik (ta„dibiyah), bukan hukuman pidana, ia tidak dianggap sebagai

residivis ketika ia kembali melakukan tindak pidana yang pernah dilakukan

sebelum baligh pada waktu ia telah baligh. Ketentuan inilah yang

membantunya untuk menjalani jalan yang lurus dan memudahkannya untuk

melupakan masa lalu.31

Seorang anak tidak akan dikenakan hukuman hadd karena kejahatan

yang dilakukannya. Karena tidak ada tanggung jawab atas seorang anak yang

berusia berapa pun sampai dia mencapai usia puber. Qadhi (hakim) hanya

berhak untuk menegur kesalahannya/menetapkan beberapa pembatasan

baginya yang akan membantu memperbaikinya dan menghentikannya dari

membuat kesalahan lagi di masa yang akan datang. Menurut Abu Zaidal-Q

ayrawani dalam buku Abdur Rahman, seorang ulama Mazhab Maliki, tidak

akan ada hukuman hadd bagi anak-anak kecil, bahkan juga dalam hal

tuduhan zina (qadzaf) atau justru si anak sendiri yang melakukannya.32

Dari penjelasan di atas, bagi anak yang terlibat kasus narkotika tidak

dikenakan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009.

Namun demikian, tindakan bagi anak tersebut dikenakan sanksi sesuai

30

Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 83-84

31 Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, h. 25

32 Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syari‟at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h.

16

Page 75: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

65

dengan ketentuan dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Sanksi pidana narkotika bagi anak di bawah umur yang berhadapan dengan

hukum memang terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai batas

usia anak yang dapat dipidana berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun

2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang berusia di bawah 12

tahun tidak boleh dipidana, anak yang berusia di bawah 14 tahun tidak dapat

dikenakan sanksi pidana namun dapat dikenakan tindakan seperti

pengembalian kepada orang tua/wali, dan anak yang berusia di bawah 18

tahun dapat dikenakan sanksi pidana. Sehingga hambatan yang dihadapi

untuk menghindari anak dari sanksi pidana akan sulit apabila anak yang

berperkara dengan hukum tersebut berusia di bawa 18 tahun dengan ancaman

pidana yang lebih dari 7 tahun penjara, selain itu hal yang memperberat anak

untuk dapat dikenakan sanksi pidana adalah apabila anak yang berperkara

dengan hukum tersebut telah berulang-ulang kali melakukan tindak pidana

baik yang sejenis ataupun tidak sejenis. Hal tersebut yang merupakan

hambatan untuk menghindari anak dari sanksi pidana sehingga

memungkinkan anak untuk dikenakan sanksi pidana guna untuk

kepentingan umum dan kebaikan anak itu sendiri.

Dalam upaya penegakan hukumnya, sesuai dengan Undang-undang

Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak diatur bahwa ancaman

hukuman maksimum yang dapat dijatuhkan kepada terpidana anak adalah 1/2

(satu perdua) dari 11 ancaman maksimum dari ketentuan pidana yang akan

dikenakan (Pasal 26 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 ayat (1). Hal ini juga

diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan

Pidana Anak terbaru dalam Pasal 81 ayat (2). Sedangkan pada Pasal 81 ayat

(1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Pidana Anak,

dinyatakan bahwa anak dapat dijatuhi pidana penjara di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA) apabila keadaan dan perbuatan anak akan

membahayakan masyarakat.

Page 76: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

66

Dalam hukum Islam anak yang belum baliqh, bila melakukan

tindakan yang melanggar hukum, maka wajib dikenakan sanksi had ataupun

ta‟zir. Sebab ia belum termasuk (dewasa) dan belum mengetahui hak dan

kewajiban dalam Islam. Para fuqaha telah sepakat bahwa seorang anak yang

belum mencapai usia baligh tidak wajib dikenakan hukuman, bila anak

tersebut melakukan perbuatan dosa.33

33

Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syari‟at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h.

18

Page 77: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

67

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN No. 8/PID.Sus.Anak /2015/PT.MDN TERHADAP

TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

Pada berkas perkara Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor:

2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. tanggal 16 Maret 2015 dan surat-surat yang

bersangkutan dengan perkara tersebut, surat dakwaan dari Penuntut Umum

Kejaksaan Negeri Tanjung Balai tanggal 23 Februari 2015 dalam Nomor Register

Perkara: PDM-01/TBALAI/02/2015 sebagai berikut:1

Pada hari Selasa tanggal 10 Februari 2015 pukul 08.00 WIB, Zul bersama

Andi sedang duduk-duduk di rumah, lalu Zul berkata “Pak, CK mau pak” lalu

Andi bertanya “CK apa” lalu Zul berkata “beli ganja” sambil mengeluarkan

uang sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) dari kantong celana dan setelah

itu Andi juga mengeluarkan uang sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah),

sehingga uang yang terkumpul sebesar Rp. 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah).

Kemudian setelah itu Zul pergi ke pangkalan bettor yang berjarak sekitar 300 m

(tiga ratus meter), lalu Zul bertemu dengan Junaidi Abdullah Als Dedek, Zul

berkata “bang, ayo ke kampung baru” kemudian Dedek bertanya “ngapain”, lalu

terdakwa berkata “membeli ganja” lalu Dedek menjawab “ayolah”. Selanjutnya

Zul naik ke atas betor yang dikendarai oleh Dedek, lalu Zul bersama Dedek

mendatangi Andi, kemudian Andi naik ke atas betor dan setelah itu Zul bersama

Andi dan Dedek pergi ke Kampung Baru dan setelah sampai di jalan Damai

Ujung, selanjutnya betor yang kemudikan oleh Dedek berhenti, lalu Zul bersama

Andi turun, sedangkan Dedek menunggu di pinggir jalan, lalu Zul bersama Andi

pergi ke rumah Budi dan setelah bertemu Andi berkata “ganja abang ada”, lalu

Budi menjawab “ada”, lalu Budi bertanya “mau beli banyak?” lalu Andi berkata

“tidak bang” sambil menyerahkan uang sebesar Rp. 80.000,00 (delapan puluh

1 Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Page 78: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

68

ribu rupiah) kepada Budi dan setelah itu Budi menerima uang tersebut dan

langsung masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Zul bersama Andi menunggu di

depan rumahnya. Tidak lama kemudian, Budi keluar dari rumahnya lalu

menyerahkan 1 (satu) bungkus koran yang berisi narkotika jenis ganja kepada

Andi, lalu Zul bersama Andi mendatangi Dedek setelah itu mereka bertiga

kembali ke rumah di jalan Alpokat dengan mengendarai betor yang dikemudikan

oleh Dedek. Kemudian sekitar pukul 11.00 WIB, pada saat melintas di Jalan

Jendral Sudirman Kelurahan Gading, Kecamatan Datuk Bandar Kota

Tanjungbalai, tiba-tiba petugas kepolisian datang melakukan penangkapan setelah

mendapat informasi dari masyarakat dan menemukan barang bukti berupa 1 (satu)

bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja dari selipan celana

bagian belakang yang dipakai oleh Andi dan setelah itu petugas kepolisian

melakukan pengembangan dan berhasil menangkap Budi di rumahnya.

Selanjutnya, petugas kepolisian menangkap Zul beserta barang bukti berupa 1

(satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja dengan berat kotor

41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram dan 1 (sattu) unit betor

merk Suzuki Thunder warna biru tanpa nomor plat polisi ke kantor Polres

Tanjungbalai untuk dapat diproses sesuai hukum yang berlaku, karena Zul tidak

memiliki ijin untuk pemufakatan jahat menawarkan untuk dijual, menjual,

membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan

Narkotika Golongan I.2

Berdasarkan barang bukti yang dimiliki Zul dan Andi adalah positif ganja dan

terdaftar dalam golongan I (satu) nomor urut 8 lampiran Undang-undang

Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Perbuatan tersebut

diatur dan diancam pidana sesuai dengan pasal 111 ayat (1) jo pasal 132 ayat (1)

Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika jo

lampiran I Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang

2 Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Page 79: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

69

Narkotika jo UU RI No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Di dalam surat tuntutan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Tanjung Balai pada

tanggal 10 Maret 2015 No. Reg. Perk: PDM-01/TBALAI/03/2015 Zul dituntut

sebagai berikut:

1. Menyatakan ZUL terbukti sah dan bersalah melakukan tindak pidana

“permufakatan jahat tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman,

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 111 ayat (1) Jo Pasal 132

ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika Jo UU RI No. 11 tahun 2009 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

2. Menjatuhkan pidana terhadap ZUL yaitu pidana penjara selama 5 (lima)

tahun, denda Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsider 6 (enam)

bulan pelatihan kerja, dikurangi selama berada dalam tahanan.

3. Menyatakan barang bukti berupa:

1 (satu) bungkus kertas koran berisi narkotika jenis ganja dengan berat kotor

41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram, 1 (satu) unit

kendaraan motor merk SUZUKI THUNDER tanpa Nomor Polisi atau BK.

4. Menetapkan Zul, membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu

rupiah).

Pada saat persidangan berlangsung, setelah mendengar pembelaan dari

Penasihat Hukum Zul. Zul menyatakan secara lisan bahwa ia menyesal dan

berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya, disamping itu Zul masih muda

diharapkan masih dapat merubah dirinya menjadi lebih baik dimasa yang akan

datang. Kemudian adanya kesanggupan ibu kandung dan kakek Zul untuk lebih

Page 80: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

70

memperhatikan dan menjaga Zul setelah selesai menjalani masa pidananya dan

memohon kepada Hakim agar diberikan keringan hukuman.3

A. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tanjung

Balai Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb

Dalam putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor:

2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb, majelis hakim mempertimbangkan beberapa hal

sebelum memberikan putusan, sebagai berikut:

Bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum, Terdakwa Zul dan

Penasihat Hukum tidak mengajukan keberatan atau eksepsi;

Dalam hal pembuktikan dakwaan, Penuntut Umum telah mengajukan

saksi-saksi seperti saksi polisi yang melakukan penangkapan terhadap Zul

yaitu Indra H. Ritonga, saksi Andi yang juga sebagai terdakwa (dalam berkas

perkara terpisah), saksi Budi sebagai penjual narkotika jenis ganja;

Bahwa di dalam persidangan secara lisan Isnaniah (Ibu kandung Zul)

dan Jumain (Kakek/sebagai Wali Asuh yang mengasuh Zul selama 2 (dua)

bulan terakhir sebelum ditangkap) memberikan keterangan bahwa Zul sudah

tidak bersekolah lagi karena tidak ada biaya, Zul tinggal bersama Kakeknya di

Tanjung Balai, sedangkan Ayah dan Ibunya merantau ke Pekanbaru, Ibu dan

Kakek tidak mengetahui bahwa Zul sering menggunakan narkotika jenis

ganja;

Menyita 1 (satu) bungkus kertas Koran narkotika jenis ganja dengan

berat kotor 41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram, juga turut

disita 1 (satu) unit becak motor merk Suzuki Thunder tanpa Nomor Polisi atau

BK;

3 Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Page 81: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

71

Bahwa berdasarkan keterangan Zul dan Andi, narkotika jenis ganja

tersebut adalah milik mereka berdua yang dibeli secara patungan/kongsi,

dimana uang Zul sebesar Rp.30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah) dan uang Andi

sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah);4

Menimbang, bahwa Zul dan Andi sendiri tidak ada ijin dari pejabat

yang berwenang untuk memiliki narkotika jenis ganja tersebut; berdasarkan

fakta-fakta diatas, maka unsur “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki

narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman” telah dapat dibuktikan dan

terpenuhi dengan perbuatan Zul;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Zul, maka

perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang

meringankan;

Keadaan yang memberatkan:

1) Perbuatan Zul tidak mendukung program pemerintah dalam

pemberantasan narkotika;

Keadaan yang meringankan:

1. Zul mengakui terus terang perbuatannya dan berjanji tidak akan

mengulangi lagi perbuatannya di kemudian hari;

2. Zul belum pernah dihukum sebelumnya

3. Zul masih berusia anak-anak, dan berharap dapat memperbaiki

perbuatannya5

Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut maka majelis hakim

Pengadilan Negeri Tanjung Balai memberikan Putusan sebagai berikut:

4 Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb

5 Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb

Page 82: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

72

1. Menyatakan ZULKIFLI ALS ZUL terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pemufakatan jahat

tanpa hak atau melawan hukum memiliki Narkotika golongan I

dalam bentuk tanaman” sebagaimana dalam dakwaan Alternatif

Kedua;

2. Menjatuhkan pidana kepada Zul dengan pidana penjara selama 2

(dua) tahun dan denda sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar

diganti dengan pelatihan kerja selama 4 (empat) bulan;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

Zul dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Zul tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa: 1 (satu) bungkus kertas koran berisi

narkotika jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat puluh satu koma

tujuh puluh tujuh) gram, 1 (satu) unit becak motor merk SUZUKI

THUNDER tanpa Nomor Polisi atau BK, dipergunakan dalam perkara

lain;

6. Membebankan Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah

Rp2.000,00 (dua ribu rupiah);6

B. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan

Nomor: 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Membaca Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor:

2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. tanggal 16 Maret 2015 yang Amarnya sebagai

berikut:

6 Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb

Page 83: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

73

1. Menyatakan Terdakwa TERDAKWA ANAK tersebut diatas, terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Pemufakatan jahat tanpa hak atau melawan hukum memiliki Narkotika

golongan I dalam bentuk tanaman” sebagaimana dalam dakwaan Alternatif

Kedua;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 2 (dua) tahun dan denda sejumlah Rp1.000.000.000,00

(satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar

diganti dengan pelatihan kerja selama 4 (empat) bulan;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa:

1 (satu) bungkus kertas koran berisi narkotika jenis ganja dengan berat kotor

41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram, 1 (satu) unit becak

motor merk SUZUKI THUNDER tanpa Nomor Polisi atau BK, dipergunakan

dalam perkara lain;

6. Membebankan Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp.2.000,00

(dua ribu rupiah);7

Membaca surat-surat:

1. Akte permintaan banding yang dibuat oleh : MARADEN SILALAHI, SH.

Panitera Pengadilan Negeri Tanjung Balai bahwa pada tanggal 20 Maret

2015, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan permintaan banding

terhadap putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor :

2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. tanggal 16 Maret 2015 ;

2. Relaas pemberitahuan permintaan banding yang dibuat oleh SUBE΄TI

Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Tanjung Balai bahwa pada

7 Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Page 84: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

74

tanggal 23 Maret 2015 permintaan banding oleh Jaksa Penuntut Umum

tersebut telah diberitahukan kepada Terdakwa Anak ;

3. Akta Memori Banding yang diterima di Kepaniteraan dibuat oleh :

MARADEN SILALAHI, SH. Panitera Pengadilan Negeri Tanjung Balai

yang menerangkan Jaksa Penuntut Umum telah menyerahkan Memori

Banding tanggal 26 Maret 2015;

4. Akta penyerahan Memori Banding kepada Penasihat Hukum Terdakwa

Anak yang dibuat SUBE΄TI Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri

Tanjung Balai tanggal 26 Maret 2015;

5. Relaas Pemberitahuan untuk mempelajari berkas perkara yang dibuat oleh

MARADEN SILALAHI, SH. Panitera Pengadilan Negeri Tanjung Balai

tanggal 24 Maret 2015 ditujukan kepada Jaksa Penuntut Umum dan

Terdakwa Anak untuk mempelajari berkas perkara tersebut selama 7

(tujuh) hari sebelum pengiriman berkas perkara ke Pengadilan Tinggi

Medan;

Menimbang, bahwa keberatan Jaksa Penuntut Umum sebagaimana dalam

Memori Banding pada pokoknya sebagai berikut :8

Bahwa Jaksa Penuntut Umum keberatan atas penjatuhan hukuman yang

dijatuhkan oleh Hakim Anak pada Pengadilan Negeri Tanjung Balai yang

dalam amar putusannya menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa

Terdakwa Anak selama 2 (dua) tahun dan denda sejumlah

Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 4 (empat) bulan

Pelatihan Kerja ; yang sangat berbanding jauh sekali dengan apa yang

dituntutkan oleh Jaksa Penuntut Umum dan putusan Hakim tersebut

menurut kami tidak mencerminkan rasa keadilan. Kami Jaksa Penuntut

Umum berpendapat Tuntutan Pidana selama 5 (lima) Tahun denda

8 Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Page 85: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

75

Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan

Pelatihan Kerja terhadap Terdakwa Terdakwa Anak sudah sesuai dengan

rasa keadilan dan sesuai dengan fakta-fakta yang ada dipersidangan.

Tuntutan 5 (lima) Tahun denda Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

Subsidair 6 (enam) bulan Pelatihan Kerja yang dijatuhkan sudah sesuai

dengan apa yang ditentukan dalam Pasal yang di Dakwakan serta

perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa Terdakwa Anak tersebut

menurut pendapat kami tidak ditemukan adanya alasan pembenar atau

alasan pemaaf atau pun alasan yang meringankan sehingga Hakim

memutus tidak sampai dari 2/3 tuntutan Penuntut Umum atau kurang dari

setengah Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ;

Bahwa Putusan Hakim Anak pada Pengadilan Negeri Tanjung Balai

tersebut di atas tidak memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa benar akibat Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai

tersebut menunjukkan tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat

yang berkembang pada saat ini apalagi Pemerintah sedang giat-

giatnya memberantas Narkotika;

2. Bahwa benar akibat rendahnya putusan yang dijatuhkan oleh Hakim

Anak pada Pengadilan Negeri Tanjung Balai tersebut sehingga tidak

memberikan efek jera kepada Terdakwa;

3. Bahwa dengan rendahnya Putusan Hakim Anak pada Pengadilan

Negeri Tanjung Balai tersebut dikhawatirkan akan menjadi acuan

didalam masyarakat, sehingga kedepannya ada kemungkinan

semakin banyak anak-anak yang terjerumus dalam kasus Narkotika

karena menilai ringannya hukuman yang akan dijatuhkan;9

Menimbang, bahwa permintaan banding oleh Jaksa Penuntut Umum

telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut cara-cara serta syarat-

9 Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Page 86: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

76

syarat yang ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu permohonan

banding tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan – alasan atau keberatan Jaksa Penuntut

Umum yang diajukan dalam Memori Banding tersebut telah

dipertimbangkan Hakim Tingkat Pertama secara tepat dan benar oleh

karena itu keberatan - keberatan dalam Memori Banding tersebut haruslah

dikesampingkan;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi setelah

memeriksa dan mempelajari berkas perkara dan turunan resmi Putusan

Pengadilan Negeri Tanjung Balai tanggal 16 Maret 2015 Nomor :

2/Pid.Sus. Anak/2015/PN.Tjb. serta surat – surat lainnya yang

berhubungan dengan perkara tersebut, Terutama Memori Banding Jaksa

Penuntut Umum, maka Pengadilan Tinggi sependapat dengan

pertimbangan Hakim Tingkat Pertama dalam Putusannya bahwa

Terdakwa terbukti dengan sah dan menyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya dan

pertimbangan Hukum Hakim Tingkat Pertama tersebut telah tepat dan

benar, sehingga diambil alih dan dijadikan sebagai pertimbangan

Pengadilan Tinggi Sendiri dalam memutus perkara ini dalam tingkat

Banding;

Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan-

pertimbangan Hukum tersebut diatas maka putusan Pengadilan Negeri

Tanjung Balai tanggal 16 Maret 2015 Nomor:

2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. haruslah dikuatkan;10

Menimbang, bahwa oleh karena selama ini Terdakwa ditahan, maka

selama menjalankan penahanan dikurangkan seluruhnya dengan pidana

yang dijatuhkan;

10

Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Page 87: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

77

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa tetap dinyatakan bersalah

dan dipidana, maka Terdakwa harus pula dibebani untuk membayar biaya

perkara dalam kedua tingkat peradilan;

Memperhatikan Pasal 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo. UU RI No. 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan UU No. 8 Tahun 1981 tentang

KUHAP serta Peraturan Hukum lain yang berhubungan dengan perkara

ini.

Majelis hakim Pengadilan Tinggi Medan dalam memutus perkara ini

memperhatikan Pasal 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Jo. UU RI No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak, dan UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP serta peraturan hukum

lain yang berhubungan dengan perkara ini; Dalam Putusan Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Medan memutuskan;

1. Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Umum;

2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai tanggal 16 Maret

2015 Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. yang dimintakan banding

tersebut;

3. Memerintahkan Terdakwa Anak tetap dalam tahanan;

4. Membebankan Terdakwa Anak untuk membayar biaya perkara dalam

kedua tingkat peradilan yang untuk tingkat banding ini sebesar

Rp. 2.500.- (dua ribu lima ratus rupiah);11

C. Analisis Putusan Ditinjau Dalam Hukum Pidana Positif dan Hukum

Pidana Islam

11

Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN

Page 88: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

78

Menurut hukum positif, yang dimaksud dengan penyalahgunaan narkotika

adalah mempergunakan obat-obatan terlarang yang tidak untuk tujuan

pengobatan. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan ini mengacu

pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak

yang dilaksanakan berdasarkan asas, sebagaimana diatur dalam pasal 2 yang

berbunyi; Sistem Peradilan Anak dilaksanakan berdasarkan asas:

a. Perlindungan

b. Keadilan

c. Nondiskriminasi

d. Kepentingan terbaik bagi anak

e. Penghargaan terhadap pendapat anak

f. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak

g. Pembinaan dan pembimbingan anak

h. Proporsional

i. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir

j. Penghindaran pembalasan.12

Sistem Peradilan Pidana Anak dilaksanakan berdasarkan asas, dan bentuk

diversi, sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2012 Tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak, Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak

kesepakatan diversi adalah :

a. Pengembalian kerugian dalam hal ada korban

b. Rehabilitasi medis dan psikososial

c. Penyerahan kembali kepada orang tua/wali

d. Keikutsertaan dalam Pendidikan atau pelatihan di lembaga

Pendidikan atau LPKS paling lama 3 (tiga) bulan atau

e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga) bulan.

12

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Page 89: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

79

Dalam bentuk ketentuan umum sebagaimana diatur dalam pasal 21 ayat (1)

dan (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak berbunyi:

(1) Dalam hal belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga

melakukan tindak pidana, penyidik, pembimbing kemasyarakatan, dan

pekerja sosial profesional mengambil keputusan untuk:

a. Menyerahkannya kembali kepada orang tua/wali

b. Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan

pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang

menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun

daerah, paling lama 6 (enam) bulan.

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan ke pengadilan

untuk ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari.

Dalam bentuk pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 81 Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang berbunyi :

(1) Anak dijatuhi pidana penjara di LPKA apabila keadaan dan perbuatan anak

akan membahayakan masyarakat.

(2) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½ (satu

perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.

(3) Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai anak berumur 18 (delapan belas)

tahun.

(4) Anak yang telah menjalani ½ (satu perdua) dari lamanya pembinaan di LPKA

dan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat.

(5) Pidana penjara terhadap anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir

(6) Jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak pidana yang

diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang

dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Page 90: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

80

Dari penjelasan diatas, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Negeri Medan

memberikan sanksi terhadap Terdakwa Anak yang bernama Zulkifli Alias Zul

mengacu pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo. UU RI No. 11 Tahun

2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menyatakan bahwa terdakwa anak

yang bernama Zulkifli dinyatakan bersalah dan dipidana selama 2 (dua) tahun dan

denda Rp.1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan Pelatihan

Kerja. Dengan demikian, tindakan bagi anak tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Narkotika.

Sanksi pidana narkotika bagi anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum

memang terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai batasan usia anak

yang dapat dipidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang berusia di bawah 12 tahun tidak boleh

dipidana, anak yang berusia 14 tahun tidak dapat dikenakan sanksi pidana namun

dapat dikenakan sanksi tindakan seperti pengembalian kepada orang tua /wali, dan

anak yang berusia 18 tahun dapat dikenakan sanksi pidana. Sehingga hambatan yang

dihadapi untuk menghindari anak dari sanksi pidana akan sulit apabila anak yang

berperkara dengan hukum tersebut berusia dibawah 18 tahun dengan ancaman pidana

yang lebih dari 7 tahun penjara, selain itu hal yang memperberat anak untuk dapat

dikenakan sanksi pidana adalah apabila anak yang berperkara dengan hukum tersebut

telah berulang-ulang kali melakukan tindak pidana baik yang sejenis ataupun tidak

sejenis. Hal tersebut merupakan hambatan untuk menghindari anak dari sanksi pidana

sehingga memungkinkan anak untuk dikenakan sanksi pidana guna untuk

kepentingan umum dan kebaikan anak itu sendiri.

Dalam upaya ancaman pidana anak paling lama ½ dari maksimum ancaman

pidana penjara bagi orang dewasa sesuai dengan pasal 81 ayat (2) Undang-undang

Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Perdailan Pidana Anak. Dan dapat menjalani

pem binaan di dalam lembaga pemerintahan tergantung pada keputusan hakim sesuai

dengan pasal 80 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak.

Page 91: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

81

Pemeriksaan perkara terhadap pelaku anak haruslah dirahasiakan dan menegenai

putusan yang dijatuhkan oleh hakim haruslah berdasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan yang nantinya akan berdampak positif terhadap pelaku anak tersebut.

Dalam hukum Islam anak yang belum baligh, bila melakukan tindakan yang

melanggar hukum, maka tidak wajib dikenakan sanksi hadd, ataupun ta’zir, sebab ia

belum termasuk mukallaf (dewasa) dan belum mengetahui hak dan kewajiban dalam

Islam. Dalam hal ini hukuman yang diberikan dalam hukum Islam untuk anak yang

belum baligh diberikan ta’dib (pendidikan/pembinaan).

ب حت يتلم، وعن المجنون ي عقل حت رفع القلم عن ثلثة: عن النائم حت يست يقظ، وعن الص

Artinya: “tidak dibebankan sanksi/hukuman terhadap tiga hal yaitu, orang yang

tidur sampai ia bangun (sadar), seorang bayi sampai ia dewasa dan terhadap orang

gila sampai dia berakal”.13

Dalam perkara ini usia terdakwa anak dalam Tindak Pidana Narkotika yang

bernama Zulkifli alias Zul ialah 16 tahun. Dalam Undang-undang Nomor 11 tahun

2012 tentang Sistem Perdilan Pidana Anak, hukuman yang diberikan hakim

Pengadilan Tinggi Medan tersebut sudah sesuai dengan pertimbangan dan fakta

hukum yang ada dalam perkara tersebut, yaitu pidana penjara 2 (dua) tahun dan

denda sejumlah Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 4 (empat) bulan

Pelatihan Kerja. Hukuman tersebut juga sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Sistem Perdailan Pidana Anak dimana anak yang berusia di bawah 12 tahun tidak

boleh dipidana, anak yang berusia 14 tahun tidak dapat dikenakan sanksi pidana

namun dapat dikenakan sanksi tindakan seperti pengembalian kepada orang tua /wali,

dan anak yang berusia 18 tahun dapat dikenakan sanksi pidana penjara namun tidak

boleh melebihi 5 tahun. Sehingga hambatan yang dihadapi untuk menghindari anak

13

Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997),

h. 16

Page 92: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

82

dari sanksi pidana akan sulit apabila anak yang berperkara dengan hukum tersebut

berusia dibawah 18 tahun dengan ancaman pidana yang lebih dari 7 tahun penjara.14

Sedangkan dalam hukum Islam anak yang sudah baligh, bila melakukan tindak

pidana atau jarimah maka wajib diberlakukannya sanksi had atau ta’zir, karena ia

termasuk mukallaf (dewasa). Dalam perkara ini Zul yang berusia 16 tahun maka

dikategorikan sudah baligh (dewasa) yang dimana pada usia tersebut sudah baligh

dan dikelompokkan sebagai anak yang mempunyai masa kemampuan berfikir penuh

(sempurna) antara usia 15-18 tahun. Maka sanksi hukuman yang berlaku adalah

Hudud 40 kali cambukan.

14

Zulfikar Judge, Kedudukan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak

Pidana (Studi Kasus: 123/PID.SUS.PN.JKT.TIM), Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 3, Desember

2016, h. 235

Page 93: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian penulis di atas semua pembahasan yang telah di analisis

dalam permasalahan ini yang bekaitan dengan Tindak Pidana Narkotika Yang

Dilakukan Oleh Anak Menurut Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam,

Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba) adalah merupakan benda-

benda yang dapat menghilangkan akal pikiran yang hukumnya haram.

Sebab salah satu illat diharakannya benda itu adalah memabukkan

sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW :

كل مسكر خر وكل خر حرام

Artinya : “setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar

adalah haram”.

2. Sanksi tindak pidana narkotika bagi anak menurut hukum positif Undang-

Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tidak diatur secara khusus

mengenai anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

Di dalam undang-undang ini juga, diberikan alternatif lain dalam

penyelesaian kasus anak pelaku tindak pidana penyalahguna narkotika

yaitu secara diversi, sehingga tidak melibatkan anak ke dalam proses

peradilan yang panjang dan cukup rumit bagi anak yang masih di bawah

umur. Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak masih

cenderung memberikan sanksi berupa penjara bagi anak yang

menggunakan narkotika untuk konsumsi pribadinya. Sanksi pidana

narkotika bagi anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum

Page 94: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

84

memang terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai batas usia

anak yang dapat dipidana berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun

2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang berusia di bawah

12 tahun tidak boleh dipidana, anak yang berusia di bawah 14 tahun tidak

dapat dikenakan sanksi pidana namun dapat dikenakan tindakan seperti

pengembalian kepada orang tua/wali, dan anak yang berusia di bawah 18

tahun dapat dikenakan sanksi pidana.

3. Sanksi tindak pidana narkotika bagi anak menurut hukum pidana Islam

anak yang belum baligh, bila melakukan tindakan yang melanggar hukum,

maka tidak wajib dikenakan sanksi hadd, ataupun ta’zir, sebab ia belum

termasuk mukallaf (dewasa) dan belum mengetahui hak dan kewajiban

dalam Islam. Dalam hal ini hukuman yang diberikan dalam hukum Islam

untuk anak yang belum baligh diberikan ta’dib (pendidikan/pembinaan).

Jika anak tersebut sudah memasuki fase kemampuan berfikir penuh

(sempurna) maka diberlakukan jarimah hududd.

B. Saran

Setelah peneliti menelaah dalam skripsi ini. Peneliti memberikan beberapa

saraan yang bertujuan untuk mengantisipasi masalah tentang Tindak Pidana

Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Menurut Hukum Pidana Positif Dan

Hukum Pidana Islam, yang kerap terjadi dimasyarakat yang diharapkan bisa di

aplikasikan dan tidak ada lagi kasus yang serupa di kemudian hari. Adapun

saranya sebagai berikut:

1. Orang tua setidaknya dapat meluangkan waktu untuk anaknya. Hal

ini tujuannya agar orang tua dapat mengawasi keseharian atau

perilaku anak. Selain itu juga orang tua juga mesti mengetahui

tentang pergaulan anaknya baik itu di sekolah maupun di

lingkungan bermain.

2. Pemerintah dituntut lebih efektif dalam menangani permasalahan

Page 95: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

85

narkotika ini. Hal in menyangkut tentang masa depan anak-anak

karena anak-anak merupakan penerus masa depan negara. Hal yang

dilakukan pemerintah dapat dimulai dengan cara memantau atau

mengawasi pergerakan dalam pergaulan anak, setidaknya

pemerintah bisa menangkap para bandar narkotika ini.

3. Masyarakat yang bertindak penting juga mesti saling membantu

dengan pemerintah dan orang tua dalam mengatasi permasalahan

ini. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dan

pengawasan terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal dalam

pergaulan anak.

4. Bagi para remaja, pengetahuan akan bahayanya narkotika ini

hendaknya memang dipahami dengan serius. Hal ini ditujukan juga

untuk kepentingan mereka dan juga masa depan.

Page 96: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

ix

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mustafa dan Ahmad, Ruben. 1983. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ali, Zainuddin. 2007. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Departemen Agama RI. 2009. Alqur’an dan Terjemahannya. Semarang: PT Kumudasmoro

Grafindo.

Djaja, Ermansjah. 2013. KUHP Khusus Kompilasi Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang

Pidana Khusus. Jakarta: Sinar Grafika.

Djazuli, A. 1997. Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam). Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Dirjosisworo, Soedjono. 1990. Hukum Narkotika di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan. 2010. Narkotika dalam Pandangan

Agama. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.

Gatot, Supramono. 2001. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Gosita, Arif. 1989. Masalah Perlindungan Anak. Jakarta: Akademika Presindo.

Gultom, Maidin. 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan. Bandung: PT

Refika Aditama

Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Hamzah, Andi. 2014. KUHP&KUHAP. Jakarta: Rineka Cipta.

Hanafi, Ahmad. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Hasan, Hamzah. 2012. Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan Narkoba. Al-Daulah.

1(1).

Himpunan Peraturan Perundang-undangan. 2012. Undang-undang Psikotropika. Narkotika dan

Zat Adiktif Lainnya. Bandung: Fokus Media.

Huraerah, Abu. 2007. Kekerasan Terhdap AnaK. Bandung: Nuansa.

Ichsan, M. 2008. Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif. Yogyakarta: Lab Hukum UM

Irfan, Muhammad Nurul. 2016. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Amzah.

Irfan, Muhammad Nurul dan Masyrofah. 2016. Fiqh Jinayah. Jakarta: Amzah.

Ismail Aris, Rahman Syamsuddin. 2014. Merajut Hukum di Indonesia. Makassar: Mitra Wacana

Media.

Judge, Zulfikar. 2016. Kedudukan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak

Pidana (Studi Kasus 123/PID.Sus.PN.JKT.TIM). Lex Jurnalica. Vol. 13, No. 3.

Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta: Forum Media Utama.

Page 97: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

x

Mardani. 2008. Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana

Nasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Marpaung, Laden. 2005. Asas Teori Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN.

Qadir Audah, Abdul. 2008. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III (terj. Ali Yafie). Jakarta:

Kharisma Ilmu.

Qardawi, Yusuf. 1980. Halal Haram dalam Islam. Surabaya: Bina Ilmu.

Rahman, Abdur. 1997. Tindak Pidana dalam Syari’at Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Renggong, Ruslan. 2016. Hukum Pidana Khusus. Jakarta: Kencana Prenademida.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Lembaran Negara RI Tahun 2009.

Pemerintah Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak. Jakarta: Visi Media.

Repubik Indonesia. 2012. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Anak. Lembaran Negara RI Tahun 2012.

Rifai’i, Moh. 1978. Kifayatul Akhyar. Semarang: Toha Putra.

Sahlany, Mualif. 1982. Masalah Minum Khamr Sepanjang Ajaran Islam. Yogyakarta:

Sumbangsih Offiset

Santoso, Topo. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Sasangka, Hari. 2003. Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana. Bandung: Mandar

Maju.

Setiawan, Marwan. 2015. Karakteristik Kriminalitas Anak&Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Siswantoro, Sunarso. 2004. Penegakan Hukum Psikotropika. Jakarta: Rajawali Pers.

S. Praja, Juhaya. 2011. Teori Hukum dan Aplikasinya. Bandung: Pustaka Setia

Subekti dan Tjitrosudibio. 2002. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya

Paramita.

Sudarto. 1982. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Prenada Media

Syaukani, Lutfi. 1998. Politik, HAM, dan Isu-Isu Teknologi Dalam Fikih Kontemporer.

Bandung: Pustaka Setia.

Tongat. 2004. Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 98: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

xi

Ubaedillah dan Abdul Rozak. 2012. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani.

Jakarta: Kencana dan ICCE UIN Jakarta.

Undang-Undang Kesejahteraan Anak 1997. Jakarta: Redaksi Sinar Grafika.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Wahab Khalaf, Abdul. 1989. Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh) (terj. Noel

Iskandar Al-Barsany). Jakarta: Rajawali

Wardih Muslih, Ahmad. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Page 99: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

NOMOR : 8 / PID.Sus.Anak / 2015 / PT.MDN

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-

perkara pidana pada peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan

seperti tersebut dibawah ini dalam perkara Terdakwa :

Nama lengkap : TERDAKWA ANAK

Tempat lahir : Tanjungbalai

Umur/tanggal lahir : 16 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Tanjung balai

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Bangunan

Terdakwa ditahan dalam tahanan Rumah Tahanan Negara khusus Anak, oleh :

1. Penyidik dengan Tahanan Rumah Tahanan Negara sejak tanggal 11

Februari 2015 sampai dengan tanggal 17 Februari 2015 ;

2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 18 Februari 2015 sampai

dengan 25 Februari 2015 ;

3. Penuntut Umum sejak tanggal 25 Februari 2015 sampai dengan tanggal 1

Maret 2015 ;

4. Hakim sejak tanggal 27 Februari 2015 sampai dengan tanggal 8 Maret

2015;

5. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Balai sejak tanggal 9 Maret

2015 sampai dengan tanggal 23 Maret 2015 ;

6. Hakim Pengadilan Tinggi Medan sejak tanggal 20 Maret 2015 sampai

dengan tanggal 29 Maret 2015 ;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 100: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

7. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Tinggi Medan U.b. Hakim Tinggi

sejak tanggal 30 Maret 2015 sampai dengan tanggal 13 April 2015 ;

Pengadilan Tinggi tersebut ;

Telah membaca berkas perkara banding Nomor : 8/PID.Sus. Anak/2015/

PT.MDN. dan surat-surat berkaitan dengan perkara tersebut;

Telah membaca berkas perkara Pengadilan Negeri Tanjung Balai

Nomor : 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. tanggal 16 Maret 2015 dan surat-surat

yang bersangkutan dengan perkara tersebut;

Membaca, surat dakwaan dari Penuntut Umum Kejaksaan Negeri

Tanjung Balai tanggal 23 Februari 2015 dalam Nomor Register Perkara :

PDM-01/TBALAI/02/2015 yang berbunyi sebagai berikut :

DAKWAAN :

PERTAMA :

----Bahwa ia Terdakwa Anak bersama-sama dengan teman-temannya yakni

Saksi Andi dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek (masing-masing Terdakwa

dalam berkas perkara terpisah) ataupun masing-masing mereka dengan

tindakannya sendiri-sendiri, pada hari Selasa tanggal 10 Februari 2015

sekira pukul 11.00 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan

Februari 2015 bertempat di Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Gading

Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai atau setidak-tidaknya pada

suatu tempat lain yang masih termasuk di dalam daerah Hukum Pengadilan

Negeri Tanjungbalai yang masih berwenang memeriksa dan mengadilinya,

percobaan atau permufakatan jahat tanpa hak atau melawan hukum

menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi

perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika

Golongan I berupa 1 (satu) bungkus kertas koran diduga berisi

narkotika jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat puluh satu koma

tujuh puluh tujuh) gram, perbuatan mana dilakukan oleh terdakwa bersama

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 101: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

teman-temannya dengan cara sebagai berikut :

------------------------------------------------------------------------------------------

Bermula pada hari Selasa tanggal 10 Februari 2015 sekira pukul 08.00 WIB

Terdakwa Terdakwa Anak bersama Saksi Andi (Terdakwa dalam berkas

perkara terpisah) sedang duduk-duduk di rumah, lalu Terdakwa berkata

“Pak, CK mau pak” lalu Saksi Andi bertanya “CK apa” lalu Terdakwa berkata

“beli ganja” sambil mengeluarkan uang sebesar Rp.30.000,- (tiga puluh ribu

rupiah) dari kantong celana dan setelah itu Saksi Andi juga mengeluarkan

uang sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah), sehingga uang yang

terkumpul sebesar Rp.80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah). Kemudian

setelah itu Terdakwa pergi ke pangkalan betor yang berjarak sekitar 300 (tiga

ratus) meter, lalu Terdakwa bertemu dengan Saksi Junaidi Abdullah Als

Dedek (Terdakwa dalam berkas perkara terpisah), lalu Terdakwa berkata

“bang, ayo ke Kampung Baru” lalu Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek

bertanya “ngapain” lalu Terdakwa berkata “membeli ganja” lalu Saksi Junaidi

Abdullah Als Dedek menjawab “ayolah”. Selanjutnya Terdakwa naik ke atas

betor yang dikendarai oleh Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek, lalu Terdakwa

bersama Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek mendatangi Saksi Andi, lalu

Saksi Andi naik ke atas betor dan setelah itu Terdakwa bersama Saksi Andi

dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek pergi ke Kampung Baru dan setelah

sampai di Jalan Damai Ujung, selanjutnya betor yang dikemudikan oleh

Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek berhenti, lalu Terdakwa bersama Saksi

Andi turun, sedangkan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek menunggu di

pinggir jalan, lalu Terdakwa bersama Saksi Andi pergi ke rumah Saksi Budi

Sirait Als Komplek (Terdakwa dalam berkas perkara terpisah) dan setelah

bertemu selanjutnya Saksi Andi berkata “ganja abang ada” lalu Saksi Budi

Sirait Als Komplek menjawab “ada” lalu Saksi Budi Sirait Als Komplek

bertanya “mau beli banyak” lalu Saksi Andi berkata “tidak bang” sambil

menyerahkan uang sebesar Rp.80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah)

kepada Saksi Budi Sirait als Komplek dan setelah itu Saksi Budi Sirait Als

Komplek menerima uang tersebut dan langsung masuk ke dalam rumahnya

HALAMAN 3 dari 12 Halaman PUTUSAN NOMOR : 8/PID.Sus.Anak/2015/PT MDN.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 102: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sedangkan Terdakwa bersama Saksi Andi menunggu di depan rumahnya.

Kemudian tidak berapa lama Saksi Budi Sirait Als Komplek keluar dari

rumahnya lalu menyerahkan 1 (satu) bungkus kertas koran diduga berisi

narkotika jenis ganja kepada Saksi Andi, lalu Terdakwa bersama Saksi Andi

pergi mendatangi Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek dan setelah itu

Terdakwa bersama Saksi Andi kembali ke rumah di Jalan Alpokat dengan

mengendarai betor yang dikemudikan oleh Saksi Junaidi Abdullah Als

Dedek. Kemudian sekira pukul 11.00 WIB, pada saat Terdakwa bersama

Saksi Andi dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek melintas di Jalan Jenderal

Sudirman Kelurahan Gading Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai

tiba-tiba Petugas Kepolisian datang melakukan penangkapan setelah

mendapat informasi dari masyarakat dan menemukan barang bukti berupa 1

(satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja dari selipan

celana bagian belakang yang dipakai oleh Saksi Andi dan setelah itu

Petugas Kepolisian melakukan pengembangan dan berhasil menangkap

Saksi Budi Sirait Als Komplek di rumahnya. Selanjutnya Petugas Kepolisian

membawa Terdakwa serta barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas

koran diduga berisi narkotika jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat

puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram dan 1 (satu) unit betor merk Suzuki

Thunder warna biru tanpa nomor plat polisi ke Kantor Polres Tanjungbalai

untuk dapat diproses sesuai hukum yang berlaku oleh karena Terdakwa tidak

memiliki ijin untuk permufakatan jahat menawarkan untuk dijual, menjual,

membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan

Narkotika Golongan I.

• Berdasarkan Berita Acara

Analisis Laboratorium Barang

Bukti Narkotika Puslabfor

Bareskrim Polri Cabang Medan

No. Lab. 1327/NNF/2015

tertanggal 13 Februari 2015

yang dibuat dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 103: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ditandatangani oleh Zulni Erma

dan Deliana Naiborhu, S,Si,

Apt telah melakukan

pemeriksaan dengan

mengingat sumpah jabatannya

serta diketahui dan

ditandatangani oleh Dra. Melta

Tarigan, M.Si Waka

Laboratorium Forensik Cabang

Medan (terlampir dalam berkas

perkara) dengan hasil

pemeriksaan sebagai berikut :

No. Barang Bukti

Hasil Analisis

Fast Blue Salt B Test

Thin Layer Chromatography

1. BAB I Positif Positif Ganja

KESIMPULAN :

Bahwa Barang Bukti yang dianalisis milik Terdakwa Terdakwa Anak dan

Andi adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I (satu) nomor urut

8 Lampiran Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika.

----Perbuatan Terdakwa Terdakwa Anak tersebut sebagaimana diatur

dan diancam pidana sesuai dengan Pasal 114 ayat (1) Jo Pasal 132

ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika jo Lampiran I Undang-undang Republik Indonesia

No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo UU RI No. 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak---------------------------------------------

HALAMAN 5 dari 12 Halaman PUTUSAN NOMOR : 8/PID.Sus.Anak/2015/PT MDN.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 104: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ATAU :

KEDUA :

----Bahwa ia Terdakwa Terdakwa Anak bersama-sama dengan teman-

temannya yakni Saksi Andi dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek (masing-

masing Terdakwa dalam berkas perkara terpisah) ataupun masing-masing

mereka dengan tindakannya sendiri-sendiri, pada hari Selasa tanggal 10

Februari 2015 sekira pukul 11.00 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain

dalam bulan Februari 2015 bertempat di Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan

Gading Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai atau setidak-tidaknya

pada suatu tempat lain yang masih termasuk di dalam daerah Hukum

Pengadilan Negeri Tanjungbalai yang masih berwenang memeriksa dan

mengadilinya, percobaan atau permufakatan jahat tanpa hak atau

melawan hukum, menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk

tanaman berupa 1 (satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika

jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat puluh satu koma tujuh

puluh tujuh) gram, perbuatan mana dilakukan oleh Terdakwa bersama

teman-temannya dengan cara sebagai berikut : ---------------------------------------

• Bermula pada hari Selasa

tanggal 10 Februari 2015

sekira pukul 08.00 WIB

Terdakwa Terdakwa Anak

bersama Saksi Andi (Terdakwa

dalam berkas perkara terpisah)

pergi ke Kampung Baru

dengan mengendarai betor

yang dikemudikan oleh Saksi

Junaidi Abdullah Als Dedek

(Terdakwa dalam berkas

perkara terpisah) dan setelah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 105: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sampai di Jalan Damai Ujung

selanjutnya betor yang

dikemudikan oleh Saksi

Junaidi Abdullah Als Dedek

berhenti, lalu Terdakwa

bersama Saksi Andi turun

sedangkan Saksi Junaidi

Abdullah Als Dedek menunggu

di pinggir jalan, lalu Terdakwa

bersama Saksi Andi pergi ke

rumah Saksi Budi Sirait Als

Komplek (terdakwa dalam

berkas perkara terpisah) dan

setelah bertemu selanjutnya

Saksi Budi Sirait Als Komplek

memberikan 1 (satu) bungkus

kertas koran diduga berisi

narkotika jenis ganja kepada

Saksi Andi. Kemudian setelah

Terdakwa bersama Saksi Andi

menguasai narkotika jenis

ganja tersebut selanjutnya

Terdakwa bersama Saksi Andi

pergi mendatangi Saksi Junaidi

Abdullah Als Dedek dan

setelah itu Terdakwa bersama

Saksi Andi kembali ke rumah

di Jalan Alpokat dengan

mengendarai betor yang

dikemudikan oleh Saksi

Junaidi Abdullah Als Dedek.

Kemudian sekira pukul 11.00

HALAMAN 7 dari 12 Halaman PUTUSAN NOMOR : 8/PID.Sus.Anak/2015/PT MDN.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 106: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Wib pada saat Terdakwa

bersama Saksi Andi dan Saksi

Junaidi Abdullah Als Dedek

melintas di Jalan Jenderal

Sudirman Kelurahan Gading

Kecamatan Datuk Bandar Kota

Tanjungbalai tiba-tiba Petugas

Kepolisian datang melakukan

penangkapan setelah

mendapat informasi dari

masyarakat dan menemukan

barang bukti berupa 1 (satu)

bungkus kertas koran diduga

berisi narkotika jenis ganja dari

selipan celana bagian

belakang yang dipakai oleh

Saksi Andi dan setelah itu

Petugas Kepolisian melakukan

pengembangan dan berhasil

menangkap Saksi Budi Sirait

Als Komplek di rumahnya.

Selanjutnya Petugas

Kepolisian membawa

Terdakwa serta barang bukti

berupa 1 (satu) bungkus kertas

koran diduga berisi narkotika

jenis ganja dengan berat kotor

41,77 (empat puluh satu koma

tujuh puluh tujuh) gram dan 1

(satu) unit betor merk Suzuki

Thunder warna biru tanpa

nomor plat polisi ke Kantor

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 107: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Polres Tanjungbalai untuk

dapat diproses sesuai hukum

yang berlaku oleh karena

Terdakwa tidak memiliki ijin

untuk permufakatan jahat

memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan

Narkotika Golongan I dalam

bentuk tanaman.

• Berdasarkan Berita Acara

Analisis Laboratorium Barang

Bukti Narkotika Puslabfor

Bareskrim Polri Cabang Medan

No. Lab. 1327/NNF/2015

tertanggal 13 Februari 2015

yang dibuat dan

ditandatangani oleh Zulni Erma

dan Deliana Naiborhu, S,Si,

Apt telah melakukan

pemeriksaan dengan

mengingat sumpah jabatannya

serta diketahui dan

ditandatangani oleh Dra. Melta

Tarigan, M.Si Waka

Laboratorium Forensik Cabang

Medan (terlampir dalam berkas

perkara) dengan hasil

pemeriksaan sebagai berikut :

No. Barang Bukti

Hasil Analisis

Fast Blue Salt B Test

Thin Layer Chromatography

HALAMAN 9 dari 12 Halaman PUTUSAN NOMOR : 8/PID.Sus.Anak/2015/PT MDN.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 108: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1. BAB I Positif Positif Ganja

KESIMPULAN :

Bahwa Barang Bukti yang dianalisis milik Terdakwa Terdakwa Anak dan

Andi adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I (satu) nomor urut

8 Lampiran Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika.

----Perbuatan Terdakwa Terdakwa Anak tersebut sebagaimana diatur

dan diancam pidana sesuai dengan Pasal 111 ayat (1) Jo Pasal 132

ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika jo Lampiran I Undang-undang Republik Indonesia

No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo UU RI No. 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ---------------------------------------------

Membaca, surat tuntutan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri

Tanjung Balai tanggal 10 Maret 2015 No. Reg. Perk : PDM-01/TBALAI/03/2015

Terdakwa telah dituntut sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa ZULKIFLI Alias ZUL telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “permufakatan jahat

tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,

atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman,

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 111 ayat (1) Jo

Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Jo UU RI No. 11 tahun 2009 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 109: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa ZULKIFLI Alias ZUL

dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun penjara, denda

Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsider 6 (enam) bulan

pelatihan kerja, dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan.

3. Menyatakan barang bukti berupa:

1 (satu) bungkus kertas koran berisi narkotika jenis ganja dengan berat

kotor 41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram, 1 (satu) unit

becak motor merk SUZUKI THUNDER tanpa Nomor Polisi atau BK,

dipergunakan dalam perkara lain;

4. Menetapkan agar Terdakwa, membayar biaya perkara sebesar

Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah);

Setelah mendengar pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Anak

secara lisan yang pada pokoknya menyatakan bahwa Terdakwa Anak menyesal

dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya disamping itu Terdakwa

Anak masih muda diharapkan masih dapat merubah dirinya menjadi lebih baik

dimasa yang akan datang dan adanya kesanggupan ibu kandung dan kakek

Terdakwa Anak untuk lebih memperhatikan dan menjaga Terdakwa Anak

setelah selesai menjalani masa pidananya dan memohon kepada Hakim agar

diberikan keringan hukuman ;

Membaca Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor : 2/

Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. tanggal 16 Maret 2015 yang Amarnya sebagai

berikut:

MENGADILI:

1. Menyatakan Terdakwa TERDAKWA ANAK tersebut diatas, terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Pemufakatan jahat tanpa hak atau melawan hukum memiliki

Narkotika golongan I dalam bentuk tanaman” sebagaimana dalam

dakwaan Alternatif Kedua;

HALAMAN 11 dari 12 Halaman PUTUSAN NOMOR : 8/PID.Sus.Anak/2015/PT MDN.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 110: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 2 (dua) tahun dan denda sejumlah Rp1.000.000.000,00

(satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak

dibayar diganti dengan pelatihan kerja selama 4 (empat) bulan;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa:

1 (satu) bungkus kertas koran berisi narkotika jenis ganja dengan berat

kotor 41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram, 1 (satu) unit

becak motor merk SUZUKI THUNDER tanpa Nomor Polisi atau BK,

dipergunakan dalam perkara lain;

6. Membebankan Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah

Rp.2.000,00 (dua ribu rupiah);

Membaca surat-surat:

1. Akte permintaan banding yang dibuat oleh : MARADEN SILALAHI, SH.

Panitera Pengadilan Negeri Tanjung Balai bahwa pada tanggal 20 Maret

2015, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan permintaan banding

terhadap putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor : 2/

Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. tanggal 16 Maret 2015 ;

2. Relaas pemberitahuan permintaan banding yang dibuat oleh

SUBE΄TI Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Tanjung Balai bahwa

pada tanggal 23 Maret 2015 permintaan banding oleh Jaksa Penuntut

Umum tersebut telah diberitahukan kepada Terdakwa Anak ;

3. Akta Memori Banding yang diterima di Kepaniteraan dibuat oleh : MARADEN

SILALAHI, SH. Panitera Pengadilan Negeri Tanjung Balai yang

menerangkan Jaksa Penuntut Umum telah menyerahkan Memori Banding

tanggal 26 Maret 2015;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 111: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Akta penyerahan Memori Banding kepada Penasihat Hukum Terdakwa Anak

yang dibuat SUBE΄TI Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Tanjung Balai

tanggal 26 Maret 2015 ;

5. Relaas Pemberitahuan untuk mempelajari berkas perkara yang dibuat oleh

MARADEN SILALAHI, SH. Panitera Pengadilan Negeri Tanjung Balai

tanggal 24 Maret 2015 ditujukan kepada Jaksa Penuntut Umum dan

Terdakwa Anak untuk mempelajari berkas perkara tersebut selama 7 (tujuh)

hari sebelum pengiriman berkas perkara ke Pengadilan Tinggi Medan;

Menimbang, bahwa keberatan Jaksa Penuntut Umum sebagaimana

dalam Memori Banding pada pokoknya sebagai berikut :

@ Bahwa kami Jaksa Penuntut Umum keberatan atas penjatuhan hukuman

yang dijatuhkan oleh Hakim Anak pada Pengadilan Negeri Tanjung Balai

yang dalam amar putusannya menjatuhkan pidana penjara terhadap

Terdakwa Terdakwa Anak selama 2 (dua) tahun dan denda sejumlah

Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 4 (empat) bulan

Pelatihan Kerja ; yang sangat berbanding jauh sekali dengan apa yang

dituntutkan oleh Jaksa Penuntut Umum dan putusan Hakim tersebut

menurut kami tidak mencerminkan rasa keadilan. Kami Jaksa Penuntut

Umum berpendapat Tuntutan Pidana selama 5 (lima) Tahun denda

Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan

Pelatihan Kerja terhadap Terdakwa Terdakwa Anak sudah sesuai

dengan rasa keadilan dan sesuai dengan fakta-fakta yang ada

dipersidangan. Tuntutan 5 (lima) Tahun denda Rp.1.000.000.000,00

(satu milyar rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan Pelatihan Kerja yang

dijatuhkan sudah sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Pasal yang

di Dakwakan serta perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa Terdakwa

Anak tersebut menurut pendapat kami tidak ditemukan adanya alasan

pembenar atau alasan pemaaf atau pun alasan yang meringankan

HALAMAN 13 dari 12 Halaman PUTUSAN NOMOR : 8/PID.Sus.Anak/2015/PT MDN.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 112: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sehingga Hakim memutus tidak sampai dari 2/3 tuntutan Penuntut Umum

atau kurang dari setengah Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ;

@ Bahwa Putusan Hakim Anak pada Pengadilan Negeri Tanjung Balai

tersebut di atas tidak memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- Bahwa benar akibat Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai

tersebut menunjukkan tidak sesuai dengan rasa keadilan

masyarakat yang berkembang pada saat ini apalagi Pemerintah

sedang giat-giatnya memberantas Narkotika ; -----------------------------

- Bahwa benar akibat rendahnya putusan yang dijatuhkan oleh Hakim

Anak pada Pengadilan Negeri Tanjung Balai tersebut sehingga tidak

memberikan efek jera kepada Terdakwa ;

- Bahwa dengan rendahnya Putusan Hakim Anak pada Pengadilan

Negeri Tanjung Balai tersebut dikhawatirkan akan menjadi acuan

didalam masyarakat, sehingga kedepannya ada kemungkinan

semakin banyak anak-anak yang terjerumus dalam kasus Narkotika

karena menilai ringannya hukuman yang akan dijatuhkan ;

Menimbang, bahwa permintaan banding oleh Jaksa Penuntut Umum

telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut cara-cara serta syarat-syarat

yang ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu permohonan banding

tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan – alasan atau keberatan Jaksa Penuntut

Umum yang diajukan dalam Memori Banding tersebut telah dipertimbangkan

Hakim Tingkat Pertama secara tepat dan benar oleh karena itu keberatan -

keberatan dalam Memori Banding tersebut haruslah dikesampingkan ;-------------

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi setelah

memeriksa dan mempelajari berkas perkara dan turunan resmi Putusan

Pengadilan Negeri Tanjung Balai tanggal 16 Maret 2015 Nomor : 2/Pid.Sus.

Anak/2015/PN.Tjb. serta surat – surat lainnya yang berhubungan dengan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 113: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

perkara tersebut, Terutama Memori Banding Jaksa Penuntut Umum, maka

Pengadilan Tinggi sependapat dengan pertimbangan Hakim Tingkat Pertama

dalam Putusannya bahwa Terdakwa terbukti dengan sah dan menyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya

dan pertimbangan Hukum Hakim Tingkat Pertama tersebut telah tepat dan

benar, sehingga diambil alih dan dijadikan sebagai pertimbangan Pengadilan

Tinggi Sendiri dalam memutus perkara ini dalam tingkat Banding ;-------------------

-------Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan - pertimbangan

Hukum tersebut diatas maka putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai

tanggal 16 Maret 2015 Nomor : 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. haruslah

dikuatkan ;-------------------------------------------------------------------------------------------

-------Menimbang, bahwa oleh karena selama ini Terdakwa ditahan, maka selama menjalankan penahanan dikurangkan seluruhnya dengan pidana yang dijatuhkan ; ------------------------------------------------------------------------------------------

-------Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa tetap dinyatakan bersalah dan dipidana, maka Terdakwa harus pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan ; -------------------------------------------------------------

-------Memperhatikan Pasal 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo. UU RI No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP serta Peraturan Hukum lain yang berhubungan dengan perkara ini ;----------------

---------------------------------M E N G A D I L I ----------------------------------

--- Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Umum ; -----------------

--- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai tanggal 16 Maret 2015 Nomor : 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. yang dimintakan banding tersebut ;--------------------------------------------------------------------------------------

--- Memerintahkan Terdakwa Anak tetap dalam tahanan ; -------------------------

--- Membebankan Terdakwa Anak untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan yang untuk tingkat banding ini sebesar Rp. 2.500.- (dua ribu lima ratus rupiah) ; -------------------------------------------

-------DEMIKIANLAH, diputuskan pada hari Selasa tanggal 7 April 2015 oleh Kami : RUSTAM IDRIS, SH. Hakim Anak pada Pengadilan Tinggi Medan yang

HALAMAN 15 dari 12 Halaman PUTUSAN NOMOR : 8/PID.Sus.Anak/2015/PT MDN.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 114: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46886/1/RASIFAH-FSH.pdf · akan lebih tertib, sebaliknya masyarakat membutuhkan manfaat dalam pelaksanaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

memeriksa dan mengadili perkara ini, putusan mana diucapkan pada hari itu juga dalam suatu persidangan yang terbuka untuk umum, oleh Hakim Anak tersebut dibantu oleh Hj. DIANA SYAHPUTRI NASUTION, SH. Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Medan, tanpa dihadiri Jaksa Penuntut Umum mau pun Terdakwa ; ------------------------------------------------------------------------------

Panitera Pengganti, Hakim tersebut,

ttd. ttd.

Hj. DIANA SYAHPUTRI NASUTION, SH. RUSTAM IDRIS, SH.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16