skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/badru...

173
SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) DI KABUPATEN KARAWANG (Studi Terhadap Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan) Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : BADRU TAMAM, S.Sy NIM : 1613048000084 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA ( D O U B L E D E G R E E ) P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/2017M

Upload: truongque

Post on 04-Jul-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN

PERATURAN DAERAH (PERDA) DI KABUPATEN KARAWANG

(Studi Terhadap Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

BADRU TAMAM, S.Sy

NIM : 1613048000084

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

( D O U B L E D E G R E E )

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H/2017M

Page 2: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

ii

SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN

PERATURAN DAERAH (PERDA) DI KABUPATEN KARAWANG

(Studi Terhadap Pembentukan dan Implementasi Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

BADRU TAMAM, S.Sy

NIM : 1613048000084

Di Bawah Bimbingan:

PROF. DR. H. A. SALMAN MAGGALATUNG, S.H., M.H

NIP. 19540303 197611 1 001

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

( D O U B L E D E G R E E )

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H/2017M

Page 3: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) DI KABUPATEN

KARAWANG (Studi Terhadap Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Ketenagakerjaan)” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Syariah dan Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Januari 2017. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu

(S1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 12 Januari 2017

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.

NIP. 19691216 199603 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Drs. Asep Syarifudin Hidayat, S.H., M.H (.....................)

NIP. 19691121 199403 1 001

Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum ( ....................)

NIP. 19650908 199503 1 001

Pembimbing : Prof. Dr. H. A. Salman Maggalatung, S.H., M.H ( .....................)

NIP. 19540303 197611 1 001

Penguji I : Dr. Muhammad Maksum, S.H., MA., MDC ( .....................)

NIP. 19780715 200312 2 007

Penguji II : M. Yasir, SH., MH ( .....................)

NIP.

Page 4: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya asli yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Desember 2016

BADRU TAMAM, S.Sy

Page 5: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

v

ABSTRAKSI

Badru Tamam, S.Sy., 1613048000084, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan

Peraturan Daerah (Perda) di Kabupaten Karawang (Studi Terhadap Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan).

Partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan diatur

dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa

masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan, yang dapat dilakukan melalui: Rapat

Dengar Pendapat Umum, Kunjungan Kerja, Sosialisasi dan/atau Seminar, Lokakarya

serta Diskusi. Serupa dengan Undang-Undang tersebut Peraturan Daerah Nomor 7

Tahun 2014 Pembentukan Produk Hukum Daerah Kabupaten Karawang pada pasal 84

menyatakan hal yang sama yakni menegaskan bahwa para pengagas atau pemrakarsa

perlu menyerap aspirasi yang berkembang di masyarakat dalam rangka penyiapan

dan/atau pembahasan rancangan undang-undang dan rancangan peraturan daerah. Sama

halnya juga dengan dua perturan di atas, Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan dalam pembentukannya.

Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat,

untuk mengetahui proses pembentukan yang digunakan dalam penyusunan peraturan

daerah serta untuk mengetahui Implementasi peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011

tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang. Adapun data yang digunakan dalam

penulisan penelitian skripsi ini adalah data yang bersifat deskriptif analisis yaitu untuk

melukiskan secara sistematis fakta yang diperoleh langsung dilapangan dengan

melakukan wawancara kepada para responden, yaitu berupa wawancara dengan

Sekretaris Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretaris Pemerintah

Daerah Kabupaten Karawang dan Tokoh Serikat Pekerja/buruh pabrik yang dilibatkan

dalam penyusunan Peraturan daerah. Dalam penelitian ini membatasi masalah tentang

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang. Selain menggunakan diatas, penulis

juga menggunakan data yang bersifat sekunder yaitu data yang menunjang kelengkapan

yang dilakukan dengan cara studi pustaka.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa Partisipasi Masyarakat Dalam

Pembentukan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan adalah

bentuk Partisipasi masyarakat antara lain: Pertama, anggota DPRD Kabupaten

Karawang mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan perwakilan pemerintah

dan masyarakat. Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk

mendengar masukan atau aspirasi masyarakat ketika masa reses. Ketiga, para perwakilan

elemen masyarakat memberikan masukan secara tertulis kepada anggota DPRD

Kabupaten Karawang berupa surat permohonan agar para anggota DPRD mebuat

kebijakan sesuai dengan surat yang diajukan. Sedangakan prosesnya yaitu Perencanaan

Pembentukan Rancangan, Pembentukan Penyusunan, Pembahasan Rancangan serta

Pengundangan dan Penyebarluasaan Peraturan Daerah. Adapun implementasi perda ini

memang belum berjalan maksimal dikarenakan lemahnya pengawasan dan ada sebagian

perusahaan yang belum menjalankan sepenuhnya perda tersebut.

Dosen Pembimbing : Prof. DR. H. A. Salman Maggalatung, S.H., M.H

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Daerah

Page 6: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

vi

KATA PENGANTAR

حين حوي الر بسن للا الر

الة والسالم عل يي، والص يا والد ى أشرف الورسليي، الحود هلل رب العالويي، وبه ستعيي على أهىر الد

د صلى للا عليه وسلن وعلى ا هحو يي بي آله وأصحابه والتابعيي وهي تبعهن بإحساى إلى يىم الد

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan, yang telah memberikan nikmat dan ujian,

yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga bisa

menyelesaikan tugas akhir perkuliahan pada tingkat Strata 1 ini (Skripsi).

Shalawat beriring dengan salam marilah kita curah limpahkan kepada junjungan

manusia, mahluk yang tidak memiliki dosa (ma’sum), mahluk yang memiliki

derajat yang paling tinggi diantara mahluk-mahluk lainnya, mahluk yang merubah

peradaban dunia yaitu Nabi Besar Muhammad SAW, kepada para keluarganya,

kepada sahabat-sahabatnya, serta kepada para pengikutnya hingga akhir zaman

semoga kita mendapatkan pertolongannya di hari kiamat kelak.

Dengan izin dan ridho Allah SWT, skripsi dengan judul “PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

(PERDA) DI KABUPATEN KARAWANG” (Studi Terhadap Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan) telah selesai ditulis

guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

dalam Konsentrasi Hukum Tata Negara Program Studi Ilmu Hukum Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam penulisan tugas akhir perkuliahan ini (Skripsi)

masih banyak sekali kekurangan dan kelemahan baik dari segi penyusunan

redaksi kalimat, segi penyajian dan penyusunan, maupun dari segi pengetikannya.

Page 7: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

vii

Hal tersebut dikarenakan keterbatasan akan kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki oleh penulis.

Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan

yang setingi-tingginya kepada PROF. DR. H. A. SALMAN MAGGALATUNG,

S.H., M.H sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan begitu

banyak kontribusi berupa saran-saran yang bersifat konstruktif, meluangkan

banyak waktu dalam penyusunan serta motivasinya dalam menyusun skripsi ini,

serta tak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan

yang setingi-tingginya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh

staff jajarannya, baik bapak/ibu dosen yang telah membekali penulis dengan

ilmu pengetahuan, maupun para staff yang telah membantu kelancaran

administrasi.

2. Dr. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH dan Drs. Abu Tamrin SH.,

M.Hum sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhsiyyah

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidatullah Jakarta.

3. Ismail Hasani SH., MH sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah

banyak memberikan sokongan dan dukungan kepada penyusun hingga skripsi

ini selesai.

4. Pengurus Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

yang telah menyediakan berbagai macam literatur dalam proses belajar di

Page 8: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

viii

Universitas Islam Negeri (UIN) Syaruf Hiayatullah Jakarta, khususnya pada

saat pembuatan skripsi.

5. Keluargaku yang tercinta yaitu Bapak Drs. H. Mayadi Abu Bakar dan ibuku

tersayang Dra. Hj. Sugiharti serta saudara-saudara kandungku yang tercinta,

teruntuk kaka dan keluarga (Rusyda Kamelia Am. Keb dan Asep Wahyu

Sopanji serta buah hati mereka yaitu dede Muhammad Azka Kenanda),

teruntuk abangku terganteng (Bukhari Muslim, S.Pd, dan teh Mela serta buah

hati mereka yaitu Muhammad Ali Al-Fatih) serta adik-adikku tersayang Maya

Sofia Azqia, Fauzan Muhammad Iqbal dan Aulia Tazqia Ramadhani yang

telah mencurahkan kasih sayang serta do’a nya yang terus menerus diucap nan

lantunkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat

pada waktunya.

6. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Karwang

yaitu ibu Hj. Lilis Haerani, SE., beserta para staf jajarannya, yang telah

banyak membantu penulis dalam memberikan data dan informasinya yang

amat sangat berguna dalam penyusunan skrispsi ini.

7. Sekretariat Pemerintah Kabupaten Karwang kasubag Hukum yaitu ibu Dewi

Handayani Subekti SH., MH., beserta para staf jajarannya, yang telah banyak

membantu penulis dalam memberikan data dan informasinya yang amat

sangat berguna dalam penyusunan skrispsi ini.

8. Kepada bapak Dadan Hendar staf FSPMI, yang telah membantu dalam

memberikan data dan informasinya yang amat sangat berguna dalam

penyusunan skripsi ini.

Page 9: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

ix

9. Kepada Kekasihku tercinta nan tersayang Indriyani Lestari Mahasiswi

STIKES Widya Dharma Husada yang tidak pernah bosan mengingatkan saya

untuk selalu semangat mengerjakan tugas akhir perkuliahan ini.

10. Sahabat-sahabat dari Keluarga Besar Prodi Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah

(KBPA). Terimakasih atas kebersamaan selama penulis menuntut ilmu di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Sahabat-sahabat Legend Kosan Haji Hadromi (Ibnu Iqbal Maulana, SH.,

Mohammad Ilham Fuadi, SH., Muhammad Yusuf Afifurrahman, S. Kom. I.,

Muhammad Fazri, Muhammad Munawar, Muhammad Yusuf, Muhammad

Farid Wajdi Gumilang) dan seluruh sahabat-sahabat yang telah memberikan

semangat dan warna kepada penulis selama ini.

12. Seluruh teman-teman Double Degree angkatan 2013

13. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatunya terima kasih

atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya segala usaha dan doa telah penulis lakukan, semoga apa yang

telah penulis ikhtiarkan dalam penyusunan skripsi ini menjadi suatu pengalaman

yang baik dan mendapatkan hasil yang baik pula. Hanya kepada Allah SWT lah

kita beribadah dan memohon pertolongan, semoga karya tulis ilmiyah ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya pada para pembaca.

Amieen……

Ciputat, 12 Januari 2017

Penulis,

Page 10: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAH DOSEN PEMBIMBING…………………………. ii

LEMBAR PENGESAH DOSEN PENGUJI SIDANG ……………………. iii

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………….... ix

ABSTRAKSI………………………………………………………………... v

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………... 12

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 12

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 20

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….. 21

D. Review Studi Terdahulu ………………………………………. 23

E. Kerangka Teori dan Konseptual ……………………………… 25

F. Metode Penelitian ……………………………………………... 30

G. Sistematika Penulisan …………………………………………. 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PARTISIPASI …………… 37

A. Dasar Hukum Pembentukan Peraturan Daerah ……………… 37

B. Asas-Asas Pemerintah daerah ………………………………... 45

C. Materi Peraturan Perundang-Undangan………………………. 53

D. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten

Karawang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan .. 67

BAB III HASIL PENELITIAN…………………………………………….. 85

A. Sekilas tentang Kabupaten Karawang …………………………. 85

B. Potensi Kekayaan Alam Kabupaten Karawang ……………….. 100

C. Perusahaan-Perusahaan di Kabupaten Karawang ……………. 106

D. Data Kependudukan di Kabupaten Karawang ..………………. 108

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) NOMOR

1 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGAKERJAAN DI

KABUPATEN KARAWANG …………………………………… 109

A. Partisipasi masyarakat dalam kaitannya dengan Peraturan

Daerah di Kabupaten Karawang ……………………………… 109

B. Partisipasi masyarakat dalam proses Pembentukan dan

Implementasi Peraturan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang ……. 117

C. Analisis Penulis ……………………………………………….. 131

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………….. 135

B. Saran-saran …………………………………………………….. 136

Page 11: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

xi

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Surat Permohonan Pembimbing Skripsi

B. Surat Permohonan Data/Wawancara Kepada Sekretaris Daerah Kabupaten

Karawang

C. Surat Permohonan Data/Wawancara Kepada Sekretaris DPRD Kabupaten

Karawang

D. Surat Permohonan Data/Wawancara Kepada Serikat Buruh/Pekerja Aneka

Industri FSPMI Kabupaten Karawang

E. Surat Disposisi dari Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang

F. Surat Rekomendasi dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

Karawang

G. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dari Sekretaris Daerah

Kabupaten Karawang

H. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dari Sekretaris DPRD

Kabupaten Karawang

I. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dari Serikat Buruh/Pekerja

Aneka Industri FSPMI Kabupaten Karawang

J. Dokumentasi Wawancara dengan para pihak terkait

K. Draf dan Hasil Wawancara dengan pihak Sekretaris Daerah Kabupaten

Karawang

L. Draf dan Hasil Wawancara dengan pihak Sekretaris DPRD Kabupaten

Karawang

M. Draf dan Hasil Wawancara dengan pihak Serikat Buruh/Pekerja

Kabupaten Karawang

N. Daftar Tabel Hasil Penelitian

Page 12: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem hukum suatu negara sangat tergantung kepada keadaan dan

perkembangan negara itu sendiri. Setiap negara manapun selalu berupaya

mengembangkan sistem hukumnya, dengan tidak terpaku pada sistem hukum

yang sudah ada. Oleh karena itu, Indonesia perlu menentukan sistem

hukumnya sendiri dengan tidak terpaku pada sistem hukum warisan Belanda,

yaitu mengambil hal-hal yang paling baik dari berbagai sistem hukum yang

diterapkan diberbagai negara, yang sesuai dengan tata nilai dan ciri

masyarakat Indonesia sendiri.1

Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum (Rechstaat), bukan

negara Kekuasaan (Machstaat). Ini berarti bahwa kedaulatan atau kekuasaan

tertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum

(Rechtsidee) yang di dalamnya mengandung cita-cita luhur bangsa Indonesia.2

Hukum yang adil di Indonesia adalah hukum yang bersumber kepada

kepribadian dan filsafat hidup bangsa Indonesia yang mencerminkan rasa

keadilan bangsa Indonesia, mampu melindungi kepentingan-kepentingan

material dan spiritual dan mampu melindungi kepribadian dan kesatuan

1 Marcus Einfeld, Kolom Hukum, Temukan Sistem Hukum Sendiri, (Kompas, Jakarta,

2013), h. 74. 2 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1986) h. 538

Page 13: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

13

bangsa, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar

cita-cita nasional.3

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara pada umumnya

memberikan pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan

ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang menyangkut kehidupannya,

termasuk dalam menilai kebijakan pemerintah, karena kebijakan tersebut akan

menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian, negara demokrasi adalah

Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kekuasaan rakyat,

atau jika ditinjau dari sudut organisasi ia berarti sebagai suatu

pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas

persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.4

Demokrasi dipandang memiliki arti yang sangat penting bagi manusia

didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan

demokrasi, rakyat dapat menentukan arah dan tujuan suatu negara

kedepannya.5

Sedangkan berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyebutkan

bahwa Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.

Artinya dalam negara yang berbentuk kesatuan (Unitary State, eenheidsstaat)

3 …, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1986), h. 539. 4 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Tata Negara, (Konstitusi Pers, Jakarta, 2006),

h. 64. 5 Mahfud M.D., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Bandung: Rieneka

Cipta, 2001), h. 19.

Page 14: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

14

segala kewenangan pemerintahan diletakan pada satu pemerintahan dan

dipusatkan pada organ-organ pemerintah.6

Sistem ketatanegaraan Negara Republik Indonesia adalah Negara

Kesatuan yang berbentuk Republik yang terbagi menjadi daerah-daerah

berdasarkan atas Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan serta Desa.

Sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 18 UUD Tahun 1945. Artinya ada

pembagian kewenangan serta tersedianya ruang gerak yang memadai untuk

memaknai kewenangan yang diberikan kepada unit pemerintahan yang lebih

rendah (Pemerintah daerah), yang merupakan perbedaan antara konsep

Desentralisasi dan konsep Sentralisasi.7

Indonesia sebagai negara yang masih dalam masa pembaharuan atau

yang biasa dikenal dengan istilah masa transisi, sering kali melakukan

perubahan atas pembentukan peraturan daerah agar mendapatkan peraturan

yang cocok atau ideal untuk melaksanakan sistem kenegaraan yang

mengutamakan sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan

adanya penyerahan kewenangan yang diberikan kepada daerah, dan

berdasarkan urusan-urusan yang menjadi dasar otonomi daerah, juga

menyangkut kewenangan dalam mengatur urusan rumah tangga daerah,

termasuk pengaturan peraturan perundang-undangan di tingkat daerah.

Sebagaimana ketentuan dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, jenis dan

hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas :

6 Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1993) Cetakan ke 3, h. 224.

7 Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, (Bandung: Nusa Media, Tahun

2009), h. 61.

Page 15: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

15

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Berbicara jenis peraturan perundang-undangan, kita perlu pemahaman

lebih dalam terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan, dimana

yang dimaksud didalamnya lebih menekankan pada ketentuan hierarki atau

perjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada

asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Setiap

jenis peraturan perundang-undangan tersebut di atas memiliki fungsi, tujuan,

teknik pembentukan yang berbeda-beda, karena dalam pemakaiannya itu pun

berbeda.

Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan bahwa:

“Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-Undangan

yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota

dengan persetujuan bersama Bupati /Walikota”.

Berdasarkan pengertian peraturan daerah tersebut di atas, jelas

menyebutkan bahwa kedudukan DPRD, baik di tingkat provinsi maupun di

Page 16: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

16

Kabupaten/kota jelas merupakan lembaga menjalankan kekuasaan legislatif di

daerah. Di samping itu, pengisian jabatan keanggotaannya juga dilakukan

melalui pemilihan umum. Baik DPRD maupun Kepala Daerah, yaitu

Gubernur, Bupati, dan Walikota sama-sama dipilih langsung oleh rakyat.

Keduanya lembaga legislatif dan eksekutif, sama-sama dipilih langsung oleh

rakyat, dan sama-sama terlibat dalam proses pembentukan suatu Peraturan

Daerah. Karena itu, seperti halnya Undang-Undang di tingkat pusat, Peraturan

Daerah dapat dikatakan juga merupakan produk legislatif di tingkat daerah

yang bersangkutan, dan tidak disebut sebagai produk regulatif atau executive

acts.8

Disusunnya Badan-Badan Perwakilan di daerah bukan untuk

menyusun dan membentuk ataupun mendirikan negara baru atau merubah

Undang-Undang Dasar 1945 baik sebagian maupun keseluruhan, melainkan

untuk menegakan, mempertahankan, mengamalkan dan mengamankan

Pancasila dan UUD 1945 serta melaksanakan demokrasi.9

Berkaitan dengan itu menurut Kranenbrug, kewenangan membentuk

peraturan perundang-undangan dari satuan-satuan pemerintah tersebut,

memperoleh kewenangan berdasarkan penentuan dari pemerintah melalui

Badan Legislatif Nasional yang mempunyai kewenangan membentuk undang-

undang.10

Dengan mengatasnamakan Desentralisasi yang utuh, daerah banyak

8 Jimly Assiddiqqie, Pengantar Ilmu Tata Negara, (Konstitusi Pers, Jakarta, 2006),

h. 32-33 9 Kansil,C.S.T., Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, (Jakarta: Aksara Baru, 1979),

h. 12 10

Kranenbrug, Ilmu Negar Umum, Diterjemahkan oleh Tk. B. Sabaroedin, (Jakarta:

Pradnya Aramita, 1980), Cetakan Ke 11, h. 81.

Page 17: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

17

membentuk berbagai macam kebijakan namun kebijakannya hanya

berorientasi pada peningkatan kewenangan yang telah diserahkan kepada

pemerintahan daerah.

Sistem desentralisasi pemerintahan tidak pernah surut dalam teori

maupun praktek pemerintahan daerah dari waktu ke waktu. Desentralisasi

menjadi salah satu isu besar yakni teori pemisahan kekuasaan. Sistem

desentralisasi (Otonomi daerah) diatur dalam Pasal 18 UUD 1945 serta

dioperasionalkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004.11

Perubahan perundang-undangan pemerintahan daerah di Indonesia

dengan mengakibatkan sistem pemerintahan bergerak dari sistem

pemerintahan yang sebagian besar tersentralisasi ke sistem yang sebagian

besar terdesentralisasi. Diharapkan melalui kebijakan tersebut dapat

mendorong kemandirian pada tingkat lokal dan memberikan ruang gerak pada

bidang politik, pengelolaan keuangan daerah dan pemanfaatan sumber-sumber

daya daerah untuk kepentingan masyarakat lokal, sehingga tercipta corak

pembangunan baru di daerah.12

Mewujudkan kemandirian daerah, kepala

pemerintah daerah diberikan pula tanggung jawab yang besar dalam hal

pengaturan dibidang peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan untuk kepentingan masyarakat daerahnya.

11

…. , Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Pusat Studi Hukum, UII,

2002), h. 75. 12

Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Pusat Studi

Hukum, UII, 2002), h. 86

Page 18: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

18

Hal ini diwujudkan dengan kebijakan yang mendasar, yaitu bahwa

rancangan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah tidak lagi

memerlukan pengesahan dari pemerintah pusat, maka dengan demikian setiap

produk hukum daerah yang bersifat mengatur, langsung diundangkan yang

mempunyai daya laku dan daya mengikat langsung setelah ditempatkan dalam

Lembaran Daerah atau Berita Daerah.13

Terlihat jelas bahwa penyusunan produk hukum daerah merupakan

kegiatan yang sangat pokok dan mendasar, karena produk hukum tersebut

akan menjadi dasar dalam penyelengaraan pemerintahan di daerah. Setiap

perancangan dan penyusunan produk daerah harus senantiasa memperhatikan

dan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011 tentang Rancangan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,

juga berlaku bagi penyusunan produk daerah. Dalam penyusunan produk

hukum daerah, perlu adanya standarisasi dalam bentuk/penyusunan produk

daerah, baik dari segi format maupun dari segi teknis penulisan, sehingga

terdapat pembakuan dalam teknis penyusunan produk hukum daerah.

Partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan daerah diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rancangan

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Bab XI mengenai

partisipasi masyarakat yang terdapat pada pasal 96 menyatakan bahwa:

“Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan”.

13

Sadu wasistiono, Kapita Selekta Managemen Pemerintah Daerah, (Bandung:

Fokus Media, 2003), h. 53

Page 19: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

19

Hak partisipasi masyarakat dalam pembahasan peraturan daerah

ditegaskan dalam pasal 139 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan bahwa: “Masyarakat berhak

memberikan masukan secara lisan/atau tertulis dalam rangka penyampaian

atau pembahasan rancangan peraturan daerah”.

Munculnya peraturan daerah Kabupaten Karawang Nomor 1 Tahun

2011 tentang Ketenagakerjaan dapat dijadikan sebagai contoh produk hukum

yang sangat menarik untuk diteliti karena materi yang diatur banyak

bersentuhan dengan kehidupan masyarakat terutama dalam hal mata

pencaharian yang mana sebagian masyarakat di Kabupaten Karawang ini

berstatus sebagai buruh pabrik/serikat pekerja yang menggantungkan

kehidupannya dari hasil kerja buruhnya itu serta ditegaskan pula dengan

adanya kawasan khusus untuk perusahaan-perusahaan di kabupaten Karawang

yang dikenal dengan KIIC (Karawang International Industri Central) dan

kawasan industri Surya Cipta.

Jika ditinjau dari latar belakang masyarakat di kabupaten Karawang

yang dikenal sebagai kota penghasil padi (Pangkal Perjuangan) memang

sangat kontradiktif. Dimana masyarakat dikabupaten Karawang terutama

masyarakat dalam usia produktif (18-30 Tahun) mulai berangsur-angsur

meninggalkan sektor pertanian yang notabene menghasilkan buah padi dalam

2 sampai 3 kali penen dalam setahun, banyak masyarakat lebih memilih untuk

menjadi buruh/serikat pekerja pabrik dikarenakan penghasilan yang

didapatkan dalam setiap bulannya dianggap cukup untuk menutupi

Page 20: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

20

keperluannya dalam keseharian, serta ditambah lagi dengan adanya Surat

Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep.1322-Bangsos/2015 tentang

Upah Minimum Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

yang didalamnya menyatakan bahwa Kabupaten Karawang memiliki

upah/gaji tertinggi se-Jawa Barat diantara Kabupaten/Kota yang berada

dibawah naungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Bertitik tolak pada uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam

Rancangan Pembentukan Peratuan Daerah di Kabupaten Karawang,

khususnya terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Ketenagakerjaan. Dari hasil penelitian tersebut dituangkan

dalam bentuk skripsi dengan judul “PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) DI

KABUPATEN KARAWANG (Studi Terhadap Peraturan Daerah Nomor

1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan)”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

diatas, permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat

diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:

a. Faktor yang melatarbelakangi lahirnya Peraturan daerah Nomor 1

Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan

Page 21: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

21

b. Partisipasi masyarakat dalam pembentukan Peraturan Daerah Nomor

1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang

c. pihak mana saja yang ikut berpartisipasi dalam Rancangan

Pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten Karawang

d. Mekanisme yang digunakan dalam pembentukan peraturan daerah

Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten

Karawang

e. Implementasi dari peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang telah disebutkan di

atas, maka penelitian ini difokuskan hanya pada masalah partisipasi

masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka

penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

f. Bagaimana bentuk patisipasi masyarakat dalam pembentukan

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan di

Kabupaten Karawang?

g. Bagaimana proses pembentukan peraturan daerah Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang?

Page 22: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

22

h. Bagaimana bentuk implementasi peraturan daerah Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Penelitian skripsi ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pembentukan

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan di

Kabupaten Karawang.

b. Untuk mengetahui proses pembentukan yang digunakan dalam

penyusunan peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang.

c. Untuk mengetahui Implementasi peraturan daerah Nomor 1 Tahun

2011 tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian tidak lepas dari aspek kegunaan yang akan diperoleh untuk

pihak-pihak yang berkepentingan dengan keberadaan dan substansi materi

Peraturan Daerah yang telah diundangkan, khususnya untuk

penyelenggara Pemerintahan di Kabupaten Karawang, yaitu:

a. Secara Teoritis, bahwa penyelenggara pemerintahan Kabupaten

Karawang berwenang dan berkewajiban untuk membentuk peraturan

daerah, sebagaimana diatur dan ditegaskan dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 23: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

23

b. Secara Praktis, bahwasanya hasil penelitian ini akan dituangkan dalam

bentuk penulisan karya ilmiah yang berguna untuk kepentingan dimasa

mendatang, baik penyelenggaraan pemerintahan maupun masyarakat

umum, apabila masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan

maupun pembahasannya, sehingga diharapkan isi dari peraturan daerah

dapat mencerminkan aspirasi dan kepentingan masyarakat dikemudian

hari.

c. Dapat memberikan informasi dan gambaran yang komprehensif serta

sistematis dalam menjabarkan peran partisipasi masyarakat dalam

pembentukan peraturan daerah.

d. Dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pecinta penelitian

hukum dalam rangka pengembangan ilmu hukum umumnya dan

khususnya hukum tata negara mengenai partisipasi masyarakat.

e. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai bahan perbandingan bagi

penulis selanjutnya.

D. (Review) Kajian Terdahulu

Pernah ada penelitian tentang Rancangan Pembentukan Peraturan

Daerah yang dilakukan oleh Agus Budi setiyono, Fakultas Hukum Universitas

Diponegoro dengan judul “Pembentukan Peraturan Daerah yang Demokratis

oleh Pemerintah Daerah”. Dimana didalamnya membahas mengenai asas-asas

umum perundang-undangan yang baik dalam proses Pembentukan Peraturan

Daerah yang demokratis.

Page 24: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

24

Selanjutnya ada pula penelitian yang ditulis oleh Simson Werimon

yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan

Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran

Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)” dimana didalamnya

membahas mengenai pengaruh partisipasi masyarakat dan transparansi

kebijakan publik terhadap hubungan antara pengetahuan Dewan tentang

anggaran dengan pengawasan keuangan daerah (APBD), yang di moderasikan

oleh partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik.

Adapun penelitian yang ditulis oleh Wahyu Ishardino Satries yang

terbit pada Jurnal Kybernan, Vol. 2, No. 2, September 2011 membahas

tentang “Mengukur Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Bekasi Dalam Penyusunan

APBD Melalui Pelaksanaan Musrenbang 2010”. Dimana didalamnya membahas

mengenai tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Bekasi dalam Penyusunan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di kota Bekasi.

Yang membedakan Skripsi yang telah disebutkan di atas dengan

penelitian yang akan penulis lakukan adalah fokus kajian dari penelitian ini

adalah membahas mengenai partisipasi masyarakat dalam pembentukan

Peraturan Daerah dengan melakukan studi kasus terhadap Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang.

Review kajian selanjutnya adalah buku yang berjudul “Hukum

Konstitusi dan Konsep Otonomi Daerah” yang disusun oleh Didik Sukrino

dimana membahas tentang Hakekat Peraturan Perundang-undangan tingkat

daerah dan hubungan pusat dengan daerah dalam pengawasan produk hukum

Page 25: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

25

daerah14

. Jika dilihat pada kajian yang dilakukan pada penelitian tersebut,

sudah sangat jelas perbedaan fokus kajian yang dilakukan pada skripsi

tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

Kemudian yang membedakan Skripsi yang telah disebutkan di atas

dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah fokus kajian dari

penelitian ini adalah membahas mengenai partisipasi masyarakat dalam

pembentukan Peraturan Daerah dengan melakukan studi kasus terhadap

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di

Kabupaten Karawang.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Untuk mewujudkan negara hukum perlu adanya tata tertib di bidang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Tertib Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan harus dirintis sejak saat perencanaan

sampai dengan pengundangannya. Untuk membentuk Peraturan

Perundang-undangan yang baik diperlukan berbagai persyaratan yang

berkaitan denga sistem, asas, tata cara penyampaian dan pembahasan,

teknik penyusunan maupun pengundangannya.

Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, terdapat beberapa

asas dalam pembentukan peraturan yang baik, yaitu:

14

Didik Sukrino, “Hukum Konstitusi dan Konsep Otonomi Daerah”, (Malang:

Setarrapres, 2013).

Page 26: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

26

a. Kejelasan Tujuan;

b. Kelembagaan atau Pejabat pembentuk yang tepat;

c. Kesesuain antara jenis, hierarki dan materi muatan;

d. Dapat dilaksanakan;

e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. Kejelasan rumusan, dan

g. Keterbukaan.

Partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan daerah

merupakan salah satu syarat mutlak dalam era kebebasan dan keterbukaan.

Pengabaian terhadap faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya deviasi

yang cukup signifikan terhadap tujuan pembentukan peraturan daerah itu

sendiri yaitu keseluruhan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.15

Sebagai contoh: dari sekian banyak program pembangunan bidang hukum

di Kabupaten Karawang yang menyangkut isu sentral seperti produk-

produk hukum daerah, sosialisasi produk-produk hukum daerah, serta

penegakan produk-produk hukum daerah ternyata implementasinya

dilapangan dianggap kurang begitu maksimal.

Pada hakikatnya partisipasi masyarakat dalam pembentukan

peraturan daerah mengandung makna agar masyarakat lebih berperan

dalam proses tersebut, mengusahakan penyusunan program-program

pembangunan melalui mekanisme dari bawah ke atas (Botton Up), dengan

15

Bambang Indra, Peranan Bawasda Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintah Daerah, (Medan: Fakultas Hukum USU, 2006) h. 64

Page 27: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

27

pendekatan memperlakukan manusia sebagai subjek dan bukan objek

pembangunan. Hal ini dipertegas oleh Eldrigde16

“Participation means a

shift in decision making power from more powerfull to poor,

disavadvantages, and less influential groups”. Keberadaan rakyat

merupakan kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan,

baik yang menyangkut penentuan nasib sendiri atas kekuatan sendiri

sebagai faktor penentu.

2. Kerangka Konseptual

Jika dilihat dari judul dan permasalahan yang telah disebutkan diatas,

maka perlu dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah-istilah yang

berkaitan dengan penulisan ini, diantaranya:

a. Partisipasi, menurut Santoso Sastropoetro memberikan definisi bahwa

Partisipasi adalah keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai

tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai

tujuan bersama.17

b. Masyarakat, menurut Hasan Shadily mendefinisikannya sebagai

golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang berkumpul,

bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebathinan satu

sama lainnya.18

16

Dalam Korten, David C., People Centered Development Contribution Toward

Theory and Planning Framework, Terjemahan A. Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1984), h. 93 17

Santoso Sastropoetro, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam

Pembangnan Nasional, (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), h.39-40. 18

Bambang Pramono, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Laboratium Sosiologi

Agama, 2010), h. 140.

Page 28: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

28

c. Partisipasi Masyarakat, menurut Isbandi adalah keikutsertaan

masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang

ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang

alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya

mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses

mengevaluasi perubahan yang terjadi.19

d. Perundang-undangan, menurut Bagir Manan perundang-undangan

memiliki dua pengertian yang berbeda istilah. Pertama, perundang-

undangan diartikan sebagai proses pembentukan/proses membentuk

peraturan-peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun ditingkat

daerah. Kedua, perundang-undangan diartikan sebagai segala peraturan

negara, yang merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik

di tingkat pusat maupun ditingkat daerah.20

e. Peraturan Daerah, merupakan peraturan yang dibentuk oleh

Pemerintah Daerah atau salah satu unsur Pemerintah Daerah oleh yang

berwenang (DPRD atau Pemerintah Daerah).21

f. Keputusan Kepala Daerah, adalah Peraturan Perundang-Undangan

tingkat daerah yang dibuat oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebagai

Kepala Daerah dan bukan sebagai kepala wilayah.22

19

Santoso Sastropoetro, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam

Pembangnan Nasional, (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), h.41. 20

Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-Undangan Indonesia, (Jakarta: Ind-

Hill.co., 1992), h.65. 21

Maria Farida Indrati Soeprato, Ilmu Perundang-Undangan, Jenis, Fungsi dan

Materi Muatan, (Jogjakarta: Kanasius, 2007), h. 132. 22

Seandainya sebagai Kepala Wilayah dapat membuat peraturan Perundang-

Undangan, maka peraturan itu bukan sebagai peraturan tingkat daerah tetapi peraturan tingkat

pusat, karena Kepala Wilayah adalah unsur Pemerintah Pusat. Dalam prakteknya memang

Page 29: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

29

g. Pembentukan Peraturan Daerah, adalah proses legislasi yang

mencangkup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,

pengesahan atau penetapan dan pengundangan.

h. Tenaga kerja, adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

i. Serikat Pekerja/Seikat Buruh, adalah organisasi yang dibentuk, oleh

dan untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan,

yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung

jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan

kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan

pekerja/buruh dan keluarganya.

j. Perusahaan, adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau

tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan

hukum, baik milik swasta maupun milik negara, yang mempekerjakan

pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

k. Pengusaha, adalah orang perseorang, persekutuan atau badan hukum

yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri atau bukan miliknya.

l. Pemerintahan Daerah, menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

Keputusan Kepala Daerah tidak selalu mempunyai sifat atau berbentuk peraturan perundang-

undangan. Kepala Daerah juga mempunyai kewenangan membuat ketetapan (Beschikking)

dan peraturan kebijakan (Beleidsregels) seperti pembuatan juklas dan juknis.

Page 30: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

30

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

m. Otonomi Daerah, adalah suatu kebijakan atau strategi untuk

memberdayakan dan memandirikan daerah, untuk itu syarat yang

paling penting untuk dipenuhi oleh Pemerintah Daerah adalah

terwujudnya struktur kelembagaan yang adaptif dan sumber daya

manusia atau aparatur demokrsi daerah yang memiliki kemauan

(Willingness) dan kemampauan (Capability).23

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 angka

(5) adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

F. Metode Penelitian

Metode merupakan hal yang cukup penting untuk mencapai tujuan dari

penelitian itu sendiri. Dalam melakukan penelitian ini demi mencapai hasil

yang diharapkan, yaitu untuk menjawab persoalan yang penyusun teliti, maka

dari itu dibutuhkan langkah-langkah kerja penelitian. Adapun metode yang

penyusun pakai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research),

yaitu penelitian untuk memperoleh data langsung dilapangan. Sedang

23

Kaho, Riwu, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, (Jakarta:

Rajawali Press, 1997), h. 64.

Page 31: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

31

penelitian ini bersifat deskriptif-analisis, yaitu untuk melukiskan secara

sistematis fakta atau karakteristik populasi atau bidang tertentu secara

aktual dan cermat.24

Yang kemudian dilakukan analisis yang lebih

mendalam terhadap pokok permasalahan yang telah ditentukan.

Fokus utama penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam

pembentukan peraturan daerah sehingga termasuk dalam penelitian yuridis

sosiologis, maksudnya adalah penelitian hukum yang menggunakan data

sekunder sebagai data awalnya, kemudian dilanjutkan dengan data primer

atau data lapangan.25

Pada tahap pertama penelitian ini memaparkan

mengenai asas, norma serta ketentuan-ketentuan yang berhubungan

dengan proses pembentukan peraturan daerah. Pada tahap kedua penelitian

ini memaparkan aturan-aturan yang dipaparkan pada tahap pertama.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

sosiologis, artinya disamping melihat ketentuan Perundang-undangan yang

mengatur masalah partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan

daerah juga melihat langsung kenyataan di lapangan (masyarakat).

Adapun alasan peneliti memilih pendekatan yuridis sosiologis,

karena data-data yang dibutuhkan berupa informasi dari masyarakat di

Kabupaten Karawang mengenai masalah yang diteliti melaui wawancara.

Selanjutnya peneliti medeskripsikan tentang objek yang diteliti secara

24

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 22. 25

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 2000), h. 86.

Page 32: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

32

sistematis dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan objek yang

diteliti kemudian mengorganisir data-data yang diperoleh sesuai dengan

fokus penelitian.

3. Sumber dan Kriteria Data Penelitian

a. Bahan Hukum Primer, berupa wawancara dengan Sekretaris Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretaris Pemerintah

Daerah Kabupaten Karawang dan Tokoh Serikat Pekerja/buruh pabrik

yang dilibatkan dalam penyusunan Peraturan daerah Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang. Dan studi

literature yang berhubungan dengan penelitian ini untuk memperoleh

landasan teoritis yang dapat digunakan untuk menganalisis Partisiapsi

Masyarakat dalam pembentukan peraturan daerah di Kabupaten

Karawang.

b. Bahan Hukum Sekunder, berupa ketentuan hukum dan peraturan

perundang-undangan, mulai dari Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996

tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara

Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang, Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Bentuk dan Tata Cara

Peran Serta Masyarakat dalam proses pembentukan peraturan di

Kabupaten Karawang, Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor

Page 33: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

33

1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang serta

wawancara dengan responden.

c. Bahan Hukum Tersier, berupa kamus hukum, ensiklopedia dan kamus

hukum yang lain yang masih relevan, artikel maupun bahan hukum

berupa majalah atau surat kabar yang erat kaitannya dengan

pembentukan peraturan perundang-undangan khususnya pembentukan

peraturan daerah di Kabupaten Karawang.

4. Teknik Pengumpulan data

a. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan dengan narasumber dari Sekretaris anggota

DPRD Kabupaten Karawang yang merupakan panitia khusus

Pembentukan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang, sekretaris pemerintah

daerah Kabupaten Karawang dan tokoh serikat pekerja/buruh pabrik

dengan maksud menguatkan data dan memperoleh informasi yang

lebih mendalam mengenai partsipasi masyarakat dalam pembentukan

peraturan daerah.

b. Studi Literatur/Kepustakaan

Melakukan pengumpulan data dengan cara studi pustaka, baik

bahan hukum primer berupa buku-buku dan berbagai literature yang

menyangkut mengenai partisipasi masyarakat di Kabupaten Karawang

maupun bahan hukum sekunder berupa perundang-undangan, mulai

dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

Page 34: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

34

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan

Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang.

Kajian terhadap peraturan perundang-undangan bertujuan untuk

mengetahui sinkronisasi partisipasi masyarakat dalam pembentukan

peraturan daerah yang ditelusuri secara Vertikal dan Horizontal.

5. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kabupaten

Karawang, pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan

bahwa Kabupaten Karawang yang mulai dikenal dengan kota Industri

dengan adanya daerah khusus KIIC (Karawang Internasional Industri

Central) dan lekat dengan masyarakat, dimana masyarakat tersebut

ingin berpartisipasi serta berkontribusi dalam rancangan peraturan

daerah yang dibuat oleh para anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) di Kabupaten Karawang.

6. Pengolahan dan Analisis Data

Adapun bahan Hukum yang telah dikumpulkan, baik bahan hukum

dari beberapa literatur maupun hasil penelitian dilapangan akan

diuraikan sedemikian rupa sehingga dapat menampilkan dalam

penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan.

Page 35: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

35

Cara pengolahan data yang digunakan oleh penulis adalah

pengolahan data secara Kualitatif, yaitu mengkaji peraturan yang

berlaku, baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan

Presiden, Perturan Menteri maupun Peraturan Daerah Kabupaten

Karawang yang mengatur dan berhubungan dengan proses Rancangan

Peraturan Daerah, kemudian dianalisa implikasinya secara yuridis

terhadap kepentingan masyarakat. Apakah peraturan daerah yang

berkaitan dengan Rancangan Pembentukan Peraturan Daerah yang

diberlakukan selama ini dapat berimplikasi secara positif terhadap

kepentingan masyarakat dan memberikan gambaran menyeluruh

tentang aspek hukum yang berhubungan dengan masalah yang akan

diteliti.

G. Sistematik Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” dengan

terbitan tahun 2012 dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-

masing bab terdiri dari sub bab sesuai dengan pembahasan dan materi yang

diteliti. Adapun perinciannya sebagai berikut :

Bab I Merupakan bab pendahuluan, memuat Latar Belakang Masalah,

dilanjutkan dengan Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review)

Page 36: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

36

Kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

Bab II Menyajikan tentang tinjauan umum Dasar Hukum Pembentukan

Peraturan Daerah, Asas-asas pemerintah daerah, materi peraturan

perundang-undangan, serta Proses Pembentukkan Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan di

Kabupaten Karawang.

Bab III Menyajikan bahasan hasil Penelitian tentang Gambaran Lokasi

Penelitian, menyangkut sekilas tentang Kabupaten Karawang,

Perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten Karawang,

Potensi Kekayaan Alam Kabupaten Karawang serta Data

Kependudukan di Kabupaten Karawang.

Bab IV Menyajikan tentang Partisipasi masyarakat dalam kaitannya

dengan undang-undang di kabupaten Karawang, Partisipasi

masyarakat dalam proses Pembentukan dan implementasi

Peraturan perundang-undangan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang serta di analisis.

Bab V Kesimpulan dan Saran, bab ini merupakan bab terakhir dari

penulisan skripsi ini, untuk itu penulis menarik beberapa

kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu penulis

mencantumkan beberapa saran yang dianggap perlu.

Page 37: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PARTISIPASI

A. Dasar Hukum Pembentukan Peraturan Daerah

1. Pasal 18 Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

Pasal 1 ayat (I) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara kesatuan

berbentuk republik”. Sehingga adanya daerah yang mempunyai

kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri harus

diletakkan dalam kerangka negara kesatuan. Selain itu, Pasal 18 Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dibentuklah daerah

otonom yang tujuannya adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil

guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap

masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, yang berbunyi sebagai

berikut:1

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang

tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan

daerah yang diatur dengan undang-undang.

b. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan.

1 B.N Marbun, DPRD Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983), h. 83.

Page 38: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

38

c. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki

Dewan Perwakilan Rakyat daerah yang anggotanya dipilih melalui

pemilihan umum.

d. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala

pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara

demokratis.

e. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan pemerintah pusat.

f. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan–peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan.

g. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur

dalam undang-undang.

Agar dapat berfungsi dan dicapai tujuan pembentukannya sesuai

dengan Pasal 18 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka

kepada daerah diberikan wewenang-wewenang untuk melaksanakan

berbagai urusan rumah tangganya. Oleh karena itu, setiap pembentukan

daerah otonom tingkat I ataupun II harus selalu memperhatikan syarat-

syarat kemampuan ekonomi, jumlah penduduk, luas daerah pertahanan

dan keamanan yang memungkinkan daerah otonom melaksanakan

otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.

Selanjutnya bahwa di dalam Pasal 18A UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, disebutkan bahwa hubungan wewenang antara

Page 39: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

39

pemerintah pusat dengan daerah provinsi, kabupaten dan kota, atau antara

provinsi dan kabupaten dan kota, diatur sebagaimana mestinya oleh

undang-undang dengan tetap memperhatikan keragaman daerah.

Hubungan yang diatur antara lain hubungan keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur berdasarkan undang-

undang dan dilaksanakan secara selaras, serasi dan seimbang. Selain itu

dalam Pasal 18B UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

ditegaskan bahwa:2

a. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan

daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dengan undang-

undang.

b. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yang diatur didalam undang-undang.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah

Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, dipandang perlu untuk

2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Page 40: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

40

menekankan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,

pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah.3

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah dan Lembaran Negara Republik Indonesia, diatur secara jelas

mengenai otonomi daerah yang tertulis dalam penjelasan UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu: “Penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945”.

Menghadapi perkembangan keadaan baik didalam maupun diluar

negeri serta tantangan persaiangan global dipandang perlu adanya

penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang

luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional

yang diwujudkan dengan peraturan, pembagian, pemanfaatan sumber daya

nasional serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan

prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan

keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan

dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.4

3 HAW Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, (PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2005), h. 36. 4 …………, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, (PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2005), h. 40.

Page 41: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

41

Sejak dimunculkannya otonomi daerah yang pelaksanaannya

didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang ternyata

dalam kenyataannya tidak sesuai dengan perkembangan keadaan

ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga

perlu direvisi dan kemudian disahkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah berarti hak,

wewenang dan kewajiban suatu pemerintahan daerah untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai peraturan perundang-undangan otonomi daerah.

Otonomi daerah itu harus merupakan otonomi yang bertanggung

jawab dalam arti bahwa pemberian otonomi itu harus benar-benar sejalan

dengan tujuannnya yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar

diseluruh pelosok negara atau tidak bertentangan dengan pengarahan-

pengarahan yang diberikan oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara.

Selanjutnya dalam pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dikemukakan bahwa daerah

otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan masyarakat dalam sistem negara Kestuan Republik Indonesia.

Selain itu dalam pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

disebutkan bahwa dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya di

daerah, pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Sehingga pada

Page 42: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

42

hakekatnya pembentukan daerah otonom dimaksud untuk memperlancar

roda pemerintahan yang berorientasi pada pembangunan yang melibatkan

adanya partisipasi dari masyarakat.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah daerah

berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang dalam

Hukum Administrasi Negara dikenal dengan “Asas-asas umum

pemerintahan yang baik” atau “AUPB”. Di negara Belanda, AUPB ini

sudah diterima dan sebagai norma hukum tak tertulis yang harus ditaati

oleh penyelenggara pemerintahan. Secara Yudiris asas-asas

penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam pasal 20 Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang terdiri atas:5

a. Asas Kepastian Hukum Yaitu asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan landasan peraturan perundang-

undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijaksanaan

penyelenggaraan negara.

b. Asas Tertib Penyelenggara Negara Yaitu asas yang menjadi landasan

keteraturan dan keseimbangan dalam mengendalikan penyelenggaraan

negara.

c. Asas Kepentingan Umum Yaitu asas yang mendahulukan

kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif dan selektif.

d. Asas Keterbukaan Yaitu asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak

diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap

5 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 43: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

43

memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi golongan dan

rahasia negara.

e. Asas Profesionalitas Yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan

antara hak dan kewajiban penyelenggaraan negara.

f. Asas Akuntabilitas Yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang

berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan

g. Asas Proporsionalitas Yaitu asas yang menentukan bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

h. Asas Efisiensi dan Efektivitas Yaitu asas yang menyangkut tentang

pencapaian tujuan dari kebijaksanaan yang ditetapkan yaitu untuk

mewujudakan pemerintahan berdaya guna dan berhasil guna

khususnya berkenaan dengan prosedur.

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, mengatur bahwa dalam menyelenggarakan otonomi

daerah, daerah mempunyai hak dan kewajiban. Adapun hak yang dimiliki

dalam menyelenggarakan otonomi meliputi:

1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

2. Memilih pimpinan daerah;

3. Mengelola aparatur daerah;

4. Mengelola kekayaan daerah;

Page 44: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

44

5. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya yang berada di daerah;

6. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

7. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Selain itu, dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

daerah juga dibebani beberapa kewajiban yaitu:

1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan

nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Inodnesia;

2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

3. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;

5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

6. Menyediakan pelayanan fasilitas kesehatan;

7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

8. Mengembangkan sistem jaminan sosial;

9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

10. Mengembangkan sumber produktif di daerah;

11. Melestarikan lingkungan hidup;

12. Mengelola administrasi kependudukan;

13. Melestarikan nilai sosial budaya;

14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan kewenangannya;

15. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Page 45: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

45

Hak dan kewajiban tersebut di atas, diwujudkan dalam bentuk

rencana kerja dalam sistem pengelolaan di daerah. Sesuai dengan asas-

asas yang dikemukakan diatas, bahwa dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan dilakukan secara efektif, efisien dan bertanggung.

B. Asas-Asas Pemerintah Daerah

Pengaturan mengenai hubungan antara pusat dan daerah dalam suatu

konteks negara kesatuan merupakan salah satu hal yang penting. Adanya

satuan pemerintahan di tingkat daerah adalah konsekuensi adanya pembagian

kekuasaan sebagai salah satu unsur negara hukum. Pembagian kekuasaan

antara pusat dan daerah adalah pembagian kekuasaan secara vertikal, yang

mana dalam hal tugas dan wewenang pemerintah yang sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah harus berpedoman

terhadap beberapa asas yaitu :6

a. Asas Keahlian, asas keahlian dapat dilihat pada susunan pemerintah pusat.

Semua hak/masalah diolah oleh para ahli-ahli antara lain dalam susunan

kementerian-kementerian. Yang memegang pimpinan pada kementerian-

kementerian itu seharusnya ahli-ahli urusan-urusan yang menjadi

kompetensinya;

b. Asas Kedaerahan, dengan bertambah banyaknya kepentingan–

kepentingan yang harus diselenggarakan oleh pemerintah pusat (dalam arti

luas) karena bertambah majunya masyarakat, pemerintah tidak dapat

6 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan Daerah, Kajian Tentang Hubungan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, (Purwokerto: STAIN Press, 2002), h. 16.

Page 46: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

46

mengurus semua kepentingan-kepentingan itu dengan baik tanpa

berpegang pada asas kedaerahan dalam melakukan pemerintahan.

Berdasarkan asas keahlian di atas, maka setiap urusan pemerintahan

harus secara benar diserahkan kepada mereka yang mempunyai keahlian

dalam bidangnya. Adapun asas kedaerahan memberikan peluang kepada

pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan-urusan pemerintahan tertentu.

Selain itu, adanya keterlibatan pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan dilaksanakan melalui beberapa

asas penyelenggaraan pemerintahan. Dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah ada 3 asas yang digunakan, antara

lain :

a. Asas Desentralisasi

Secara etimologis istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin de =

lepas, dan centrum = pusat, dengan demikian berarti melepaskan dari

pusat. Dari sudut ketatanegaraan, yang dimaksud dengan desentralisasi

ialah pelimpahan kekuasaan pemerintah dari pusat ke daerah yang

mengurus rumah tangganya sendiri.7 Desentralisasi sebagai suatu sistem

yang dipakai dalam bidang pemerintahan yang merupakan kebalikan dari

sentralisasi. Desentralisasi adalah pembentukan daerah otonom dengan

kekuasaan–kekuasaan tertentu dan bidang-bidang kegiatan tertentu yang

diselenggarakan berdasarkan pertimbangan, inisiatif dan administrasi

sendiri.

7 Victor M Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan di Daerah, (Jakarta:

Sinar Grafika, 1994), h. 33.

Page 47: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

47

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah, desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan dari

pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 yang dimaksud dengan desentralisasi adalah

penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Beberapa pakar asing maupun dalam negeri juga memberikan

pendefinisian mengenai desentralisasi dengan berbagai variasi dan

perkembangannya, antara lain:8

1. Webser

Webser mengatakan bahwa : “To decentralize means to devide

and distribute, as governmental administration; to withdraw from the

center or place of concentration”. (Desentralisasi berarti membagi dan

mendistribusikan, misalnya administrasi, pemerintahan, mengeluarkan

dari pusat atau tempat konsentrasi).

2. Rondinelli dan Chemma

Menurut Rondinelli dan Chemma desentralisasi adalah “… the

transfer of planning, decision making, or administrative authority

from the central government to its field organizations, local

administrative units, semi-autonomous and parastatal organizations.”

(Desentralisasi adalah penyerahan perencanaan, pembuatan keputusan

8 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan Daerah, Kajian Tentang Hubungan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, (Purwokerto: STAIN Press, 2002), h. 44.

Page 48: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

48

atau kewenangan administratif dari pemerintah pusat kepada

organisasi-organisasi tingkat bawah, kesatuan-kesatuan administrasi

daerah, semi otonomi dan organisasi).

3. J.H.A Logemann

Menurut J.H.A Logemann desentralisasi adalah “Van

decentralizatie spreek men als regel, iindien overheidswerkzaamheid

va de landoverheid wordt afgewenteld op zelfregerende

gemeenschappen.” (Orang berbicara desentralisasi sebagai ketentuan,

jika pekerjaan penguasa negara dilimpahkan kepada persekutuan-

persekutuan yang berpemerintahan sendiri).

Desentralisasi merupakan suatu bentuk pemencaran kekuasaan

yang mempunyai kedudukan lebih tinggi, karena desentralisasi bersifat

kenegaraan, sehingga penyelenggaraan desentralisasi merupakan bagian

dari organisasi negara dan menunjukan adanya suatu tatanan negara.

Berkaitan dengan desentralisasi, ciri-ciri desentralisasi meliputi :

1. Bentuk pemencaran adalah penyerahan;

2. Pemencaran terjadi kepada daerah;

3. Yang dipencarkan adalah urusan pemerintahan; dan

4. Urusan pemerintahan yang dipencarkan menjadi urusan daerah.9

Ada dua jenis desentralisasi yaitu desentralisasi teritorial dan

desentralisasi fungsional. Desentralisasi teritorial adalah suatu penyerahan

kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dan

batas pengaturannya adalah daerah. Sedangkan desentralisasi fungsional

9 ……………, Hukum Pemerintahan Daerah, Kajian Tentang Hubungan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, (Purwokerto: STAIN Press, 2002), h. 44.

Page 49: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

49

adalah penyerahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus suatu fungsi

tertentu dan batas pengaturan yang termaksud adalah jenis dan fungsi itu

sendiri.

Apabila dilihat dari sudut pandang organisasi pemerintahan,

desentralisasi semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang

efisien yaitu yang lebih dianggap utama untuk diurus pemerintah setempat

dan pengurusannya diserahkan kepada daerah.10

b. Asas Dekonsentrasi

Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah

dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah.

Amrah muslimin mengartikan dekonsentrasi ialah pelimpahan dari

sebagian kewenangan pemerintah pusat pada alat-alat pemerintah pusat

yang ada di daerah. Irawan Soejito mengartikan dekonsentrasi adalah

pelimpahan kewenangan penguasa kepada pejabat bawahannya sendiri.

Sedangkan Joeniarto mengatakan dekonsentrasi adalah pemberian

wewenang oleh pemerintah pusat (atau pemerintah atasannya) kepada alat-

alat perlengkapan bawahan untuk menyelenggarakan urusan-urusannya

yang terdapat di daerah.11

R.D.H Koesoemahatmadja memberikan batasan bahwa yang

dimaksud dengan dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari alat

10

Victor M Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan di Daerah, (Jakarta:

Sinar Grafika, 1994), h. 35. 11

Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.

314.

Page 50: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

50

perlengakapan negara tingkatan lebih atas kepada bawahannya, misalnya

menteri kepada Gubernur, dari Gubernur kepada Bupati dan seterusnya.12

Dekonsentrasi dianggap sebagai salah salah satu bentuk

sentralisasi karena ada pemusatan kekuasaan negara pada pemerintah

pusat atau penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat-

pejabat atau aparatnya untuk melakukan wewenang tertentu dalam hal

penyelenggaraan urusan pemerintahan pusat di daerah. Dekonsentrasi

lebih menunjuk pada kecenderungan-kecenderungan untuk menyebarkan

fungsi – fungsi pemerintahan pada suatu jenjang tertentu secara meluas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri

dekonsentrasi antara lain:

1. Adanya suatu bentuk pemencaran kekuasaan yang berupa

pelimpahan;

2. Pemencaran kekuasaan terjadi pada pejabat itu sendiri (perorangan);

3. Yang dipencarkan adalah wewenang untuk melaksanakan sesuatu;

4. Hal yang dilimpahkan tidak menjadi urusan rumah tangga sendiri.

Asas dekonsentrasi dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:

1. Segi Wewenang, asas ini memberikan atau melimpahkan wewenang

dari pemerintah pusat ke pejabat daerah untuk meelaksanakan tugas

pemerintah pusat yang ada di daerah;

2. Segi Pembentuk Pemerintah, dapat membentuk pemerintah lokal

administrasi di daerah, untuk diberi tugas menyelenggarakan urusan

pemerintah pusat di daerah.

12

R.D.H Koesoemahatmadja dalam Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan

Daerah, Kajian Tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,

(Purwokerto: STAIN Press, 2002), h. 51.

Page 51: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

51

3. Segi Pembagian wilayah, asas ini membagi wilayah negara menjadi

wilayah daerah-daerah pemerintah lokal administratif.13

c. Asas Tugas Pembantuan

Istilah medebewind sebagai terjemahan dari tugas pembantuan

untuk pertama kali diperkenalkan oleh Van Vollenhoven. Secara

etimologis, tugas pembantuan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda

medebewind yang berasal dari kata „mede‟= serta, turut dan bewind =

berkuasa atau memerintah. Medebewind merupakan pelaksanaan

peraturan yang disusun oleh alat perlengkapan yang lebih tinggi, oleh

yang rendah.14

Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang

dimaksud dengan tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah

kepada Daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada

Kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota

kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Apabila ditinjau dari kaitan tugas pembantuan dengan

desentralisasi dan hubungan antara pusat dan daerah, maka dalam

pelaksanaan tugas pembantuan seharusnya bertitik tolak dari hal-hal

sebagai berikut:

1. Tugas pembantuan adalah bagian dari desentralisasi. Dengan demikian

seluruh pertanggungjawaban mengenai penyelenggaraan tugas

pembantuan adalah tanggung jawab daerah yang bersangkutan;

13

Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.

315-316 14

Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, …, h. 69

Page 52: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

52

2. Tidak ada perbedaan pokok antara otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam tugas pembantuan terkandung unsur otonomi karena itu daerah

mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri cara-cara

melaksanakan tugas pembantuan; dan

3. Tugas pembantuan sama halnya dengan otonomi, mengandung unsur

penyerahan (overdragen) bukan penugasan (opdragen). Perbedaan

kalau otonomi adalah penyerahan penuh, sedangkan tugas pembantuan

adalah penyerahan tidak penuh.15

Tugas Pembantuan “medebewind” itu merupakan suatu realisasi

dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

dimana dalam pelaksanaanya diperlukan adanya koordinasi antara

pemerintah daerah dengan berbagai instansi yang terkait yang menyangkut

segala aspek kehidupan masyarakat yang ruang lingkup wewenangnya

bercirikan dua hal yaitu :

1. Materi yang dilaksanakan tidak termasuk rumah tangga daerah otonom

untuk melaksanakannya. Dalam penyelenggaraan pelaksanaan itu

daerah otonom mempunyai kelonggaran untuk menyesuaikan segala

sesuatu dengan kekhususan daerahnya sepanjang peraturan yang

mengharuskan memberi kemungkinan untuk itu.

2. Yang dapat diserahkan hanya daerah-daerah saja.

Berdasarkan pasal tersebut, maka yang terpenting dalam pelaksanaan

tugas pembantuan adalah adanya pertanggungjawaban yang diemban

oleh satuan pemerintahan yang membantu. Ketika menjalankan

15

Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, …, h. 75.

Page 53: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

53

“medebewind” urusan-urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah

daerah masih tetap menjadi urusan pusat dan daerah yang lebih atas

tidak beralih menjadi urusan rumah tangga yang dimintakan bantuan,

dan apabila dalam hal daerah yang dimintakan bantuan tidak dapat

diminta pertanggungjawaban maka pelaksanaan tugas pembantuan itu

dapat dihentikan.16

C. Materi Peraturan Perundang-Undangan

1. Pengertian Perundang-undangan

Ilmu perundang-undangan adalah suatu ilmu yang berorientasi

dalam hal melakukan perbuatan (dalam hal ini adalah pembentukan

peraturan perundang-undangan dan bersifat normatif). Selanjutnya

Burkhardt Krems dalam bukunya Maria Farida Indrati menjelaskan bahwa

Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan (Gezetzgebungswissenschaft)

merupakan ilmu yang interdisipliner yang berhubungan dengan ilmu

politik dan sosiologi yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua

bagian besar yaitu :

a. Teori Perundang-undangan (Gezetzgebungtheorie), yang berorientasi

pada mencari kejelasan dan kejernihan makna atau pengertian-

pengertian dan bersifat kognitif;

b. Ilmu Perundang-undangan (Gezetzgebungzlehre), yang berorientasi

pada melakukan perbuatan dalam hal pembentukan peraturan

perundang-undangan dan bersifat normatif.

16

Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, …, h. 78.

Page 54: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

54

Burkhardt Krems membagi lagi ke dalam tiga bagian yaitu :

a. Proses Perundang-undangan (Gezetzgebungfahren);

b. Metode Perundang-undangan (Gezetzgebungmethode);

c. Teknik Perundang-undangan (Gezetzgebungtechnik).17

Lingkup batasan pengertian undang-undang tidak diterangkan

dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 20 Undang-Undang Dasar 1945

hanya menyebutkan kewenangan DPR untuk membentuk undang-undang

dengan persetujuan bersama dengan pemerintah. Pasal 24C ayat (1) hanya

menentukan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang menguji undang-

undang terhadap UUD.

Salah satu bentuk undang-undang atau statute yang dikenal dalam

literatur adalah local statute atau locale wet, yaitu undang-undang yang

bersifat lokal. Dalam literature dikenal pula adalah istilah local

constitution atau locale grondwet. Di lingkungan negara-negara federal

seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Jerman, dikenal adanya pengertian

mengenai Konstitusi Federal (Federal Constitution) dan Konstitusi

Negara-negara Bagian (State Constitution).18

Sudikno Mertokusumo dalam bukunya Mengenal Hukum (Suatu

pengantar) menyebutkan bahwa pengertian undang-undang dapat

dikategorikan kedalam 2 (dua) pengertian, diantaranya :

a. Undang-undang dalam arti materiil

17

Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan

Pembentukannya, (Yogyakarta: Kansius, 2007) Jilid I, h. 2-3. 18

Jimly Asshiddiqqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta : Konstitusi Press, 2006) h.

17

Page 55: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

55

Undang-undang merupakan keputusan atau ketetapan penguasa,

yang dilihat dari isinya disebut undang-undang dan mengikat setiap

orang secara umum.

b. Undang-undang dalam formil

Keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara terjadinya

disebut undang-undang. Jadi undang-undang dalam arti formil tidak

lain merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan

“undang-undang” karena cara pembentukannya.19

Istilah “perundang-undangan” (legislation atau gezetsgebung)

mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu :

a. Perundang-undangan sebagai sebuah proses pembentukan atau proses

membentuk peraturan-peraturan negara baik ditingkat pusat maupun di

tingkat daerah; dan

b. Perundang-undangan sebagai segala peraturan negara, yang

merupakan hasil proses pembentukan peraturan-peraturan baik

ditingkat pusat maupun di tingkat daerah.20

Disamping itu, ada 3 (tiga) fungsi utama dari ilmu perundang-

undangan, yaitu :

a. Untuk memenuhi kebutuhan hukum dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang senantiasa berkembang;

b. Untuk menjembatani lingkup hukum adat dengan hukum yang tidak

tertulis lainnya; dan

19

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,

1996), h. 72. 20

Azis Syamsudin, Praktek dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2011), h. 2.

Page 56: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

56

c. Untuk memenuhi kebutuhan kepastian hukum tidak tertulis bagi

masyarakat.21

2. Azas Perundang-undangan

Peraturan-peraturan negara dalam keberlakuannya berpedoman

pada asas-asas perundang-undangan. Asas dapat diartikan sebagai aksioma

yang memberi jalan pemecahannya jika sesuatu aturan diperlakukan atau

aturan yang mana harus diperlakukan bila terjadi bentrokan beberapa

aturan dalam pelaksanaannya atau dapat diartikan sebagai suatu

kesepakatan universal yang berupa pemikiran-pemikiran dasar untuk

dijadikan landasan pengaturan bersama dalam membuat peraturan

perundang-undangan. Asas-asas sebagai dimaksud dapat disebutkan

sebagai berikut :22

a. Asas lex speciali derogat lex generalis

b. Asas le posteriore lex priori

c. Asas undang-undang tidak berlaku surut

d. Asas undang-undang tidak dapat diganggu gugat

e. Asas welvaartstaat

Asas-asas lain yang perlu dikemukakan adalah asas yang

merupakan pegangan para pembuat peraturan perundang-undangan, yaitu :

a. Asas deskresi

b. Asas adaptasi

c. Asas kontinuitas

21

Azis Syamsudin, Praktek dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, …, h. 13. 22

Faried Ali, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 197.

Page 57: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

57

d. Asas prioritas.23

I.C Van der Vlies, membagi asas-asas dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan yang patut ke dalam asas formal dan asas

material.

Asas-asas formal meliputi :

a. Asas tujuan yang jelas (Beginsel van duidelijke doelstelling)

b. Asas organ atau lembaga yang tepat (Beginsel van het juiste organ)

c. Asas perlunya pengaturan (Het noodzakelijkheids beginse)

d. Asas dapat dilaksanakan (Het beginsel van uitverbaarheid)

e. Asas Konsensus (Het beginsel van consensus)

Asas – asas material meliputi :

a. Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar (Het beginsel van

duidelijke terminology en duidelijke systematiek);

b. Asas tentang dapat dikenali (Het beginsel van de kenbaarheid);

c. Asas perlakuan yang sama dalam hukum (Het rechszekerheidsbeginse)

d. Asas kepentingan hukum (Het rechtszekerheidsbeginsel);

e. Asas ini merupakan salah satu sendi asas umum negara berdasar atas

hukum yang dianut negara Indonesia

f. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (Het

beginsel van de individuele rechtsbedeling).

A. Hamid Attamimi dalam bukunya Aziz Syamsuddin berpendapat

bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan Indonesia yang patut

adalah sebagai berikut:

23

……., Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1997), h. 200.

Page 58: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

58

a. Cita hukum Indonesia adalah Pancasila;

b. Asas negara berdasarkan atas hukum dan asa pemerintahan

berdasarkan sistem konstitusi;

c. Asas-asas lainnya :

1. Asas–asas negara berdasarkan atas hukum yang menempatkan

undang-undang sebagai alat pengaturan yang khas berada dalam

keutamaan hukum;

2. Asas pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi yang

menempatkan undang-undang sebagai dasar dan batas

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintahan.24

Menurut Purnadi Purbacaraka, ada enam jenis asas perundang

undangan yaitu:

a. Undang-undang tidak berlaku surut;

b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula;

c. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang

yang bersifat umum (lex specialis derogate lex generali);

d. Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-

undang yang berlaku terdahulu (lex posteriore derogate lex priori);

e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat;

f. Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat

mencapai kesejahteraan individu, melalui pembaharuan atau

pelestarian.25

24

Azis Syamsudin, Praktek dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2011), h. 29-31.

Page 59: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

59

Berdasarkan perkembangannya ada 2 (dua) jenis asas, yaitu:

a. Berdasarkan perkembangannya ada 2 (dua) jenis asas, yaitu:

Untuk membuat perundang-undangan terdapat 5 (lima) asas yaitu:

1. Lex specialis derogate legi generali

2. Lex Posterior derogate legi priori

3. Lex superior derogate legi inferiori

4. Undang-undang tidak berlaku surut (Asas Retroaktif)

5. Undang-undang tidak boleh diganggu gugat.

b. Asas yang berlaku secara Nasional

Asas-asas peraturan perundang-undangan di Indonesia yang

berdasarkan ketentuan terbaru dalam pasal 5 dan pasal 6 Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, antara lain :26

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, antara lain :

1. Kejelasan Tujuan;

2. Kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi muatan;

3. Dapat dilaksanakan;

4. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;

5. Kejelasan Rumusan;

6. Keterbukaan.

25

Purnadi Purbacaraka dkk, Perundang-undangan dan Yurisprudensi, (Bandung:

Alumni, 1979), h. 15. 26

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Page 60: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

60

Sedangakan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, menyebutkan

bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan asas :

1. Pengayoman;

2. Kemanusiaan;

3. Kebangsaan;

4. Kekeluargaan;

5. Kenusantaraan;

6. Bhineka Tunggal Ika;

7. Keadilan;

8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

9. Ketertiban dan kepastian hukum, dan/atau

10. Keselarasan, Keserasian dan Keseimbangan.

3. Teori Perundang-undangan

Suatu norma hukum memiliki masa berlaku yang relatif tergantung

dari norma hukum yang lebih tinggi atau di atasnya. Sehingga apabila

norma hukum di atas dihapus maka norma hukum yang di bawahnya

secara otomatis terhapus.

Norma dasar yang merupakan norma tertinggi dalam sistem norma

tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, tetapi

norma dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai norma

Page 61: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

61

dasar yang merupakan gantungan bagi norma-norma yang berada di

bawahnya sehingga suatu norma dasar itu dikatakan pre-supposed.27

Dalam kaitannya dengan hierarki norma hukum Hans Kelsen

mengemukakan teorinya mengenai jenjang norma hukum (Stufentheorie),

dimana ia berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang

dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan, dimana suatu norma

yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang

lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar

pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu

norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan

fiktif, yaitu Norma Dasar (Grundnorm).28

Selain itu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

dikenal ada 3 (tiga ) landasan teori agar suatu perundang-undangan itu

baik. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Gustav Redburg dari Eropa

bahwa ada 3 (tiga) landasan pembentukan peraturan perundang-undangan

yang diterapkan di negara demokrasi antara lain :

a. Bahwa peraturan tersebut harus berlandaskan aspek yuridis.

b. Bahwa peraturan tersebut harus berlandaskan aspek filosofis.

c. Bahwa peraturan tersebut harus berlandaskan aspek sosiologis.29

27

Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan

Pembentukannya, (Yogyakarta: Kansius, 2007) Jilid I, h. 25 28

Azis Syamsudin, Praktek dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2011), h. 15. 29

Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan

Pembentukannya, (Yogyakarta: Kansius, 2007) Jilid I, h. 27

Page 62: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

62

Hal serupa juga dikemukakan oleh Rosjidi Ranggawijaya, bahwa

peraturan perundang-undangan yang baik harus memiliki tiga landasan

yaitu landasan folosofis, landasan sosiologis dan landasan yuridis.30

a. Landasan Filosofis

Dasar filosofis merupakan cita hukum. Atau dengan kata lain

bahwa filsafat adalah pandangan hidup bangsa dan merupakan nilai-

nilai moral dari suatu bangsa tersebut. Dimana dalam moral itu berisi

nilai baik dan nilai buruk. Nilai baik adalah nilai yang mengandung

keadilan, kebenaran, kejujuran dan semua nilai-nilai yang dianggap

baik oleh masyarakat.

b. Landasan Sosiologis

Dalam membuat suatu peraturan perundang-undangan harus

didasarkan pada daya guna dan hasil guna, mempertimbangkan nilai-

nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Peraturan yang dibuat

harus berdasarkan pada keyakinan umum dan kesadaran masyarakat

karenan nantinya peraturan itu akan diberlakukan kepada masyarakat.

c. Landasan Yuridis

Landasan yang menekankan bahwa dalam pembuatan

peraturan perundang-undangan itu harus memberikan kepastian hukum

seperti: ketepatan waktu, tidak ada diskriminasi. Selain itu, landasan

yuridis sangat penting karena akan menunjukan adanya kewenangan

dari pembuat undang-undang, adanya hierarki (tidak bertentangan

dengan peraturan yang lebih tinggi), adanya kesesuaian jenis, materi

30

Rosjidi Ranggawijaya, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia,

(Bandung: Mandar Maju, 1998 ), h. 43.

Page 63: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

63

muatan yang akan diatur. Landasan yuridis menjadi dasar kewenangan

pembuat peraturan perundang-undangan. Sehingga apabila pejabat

atau badan hukum tidak disebutkan dalam undang-undang memiliki

kewenangan membuat suatu peraturan maka pejabat atau badan hukum

itu tidak berwenang untuk itu. Seperti dalam pasal 20 ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945 memberikan kewenangan kepada DPR untuk

membentuk Undang-undang.

4. Materi Muatan Peraturan

Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa: “Materi

Muatan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam peraturan

perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan”.

Dalam hal membuat suatu perundang-undangan terkait dengan

adanya materi muatan yang akan diatur, dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan menentukan bahwa materi muatan peraturan

perundang-undangan harus mencerminkan asas :

a. Pengayoman;

b. Kemanusiaan;

c. Kebangsaan;

d. Kekeluargaan;

e. Kenusantaraan;

Page 64: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

64

f. Bhineka Tunggal Ika;

g. Keadilan;

h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. Keseimbangan, keserasian, keselarasan.

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa materi

muatan yang diatur dengan undang-undang berisi:

a. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi :

1. Hak-hak asasi manusia

2. Hak dan kewajiban warga negara

3. Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian

kekuasaan negara;

4. Wilayah negara dan pembagian daerah;

5. Kewarganegaraan dan kependudukan; dan

6. Keuangan negara.

b. Perintah suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang;

1. Pengesahan perjanjian internasional tertentu;

2. Tindak lanjut atas putusan mahkamah konstitusi; dan/atau

3. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.31

5. Landasan Hukum Peraturan Perundang-undangan

31

Azis Syamsudin, Praktek dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2011), h. 43.

Page 65: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

65

Indonesia adalah negara hukum, sehingga konsekuensi dari negara

hukum bahwa harus mencakup elemen penting seperti: adanya

perlindungan Hak Asasi Manusia, pembagian dan pemisahan kekuasaan,

pemerintahan berdasarkan dengan undang-undang. Terkait dengan

pemerintahan berdasar dengan undang-undang maka segala tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah harus berdasarkan hukum. Hukum yang dibuat

untuk mengatur segala penyelenggaraan pemerintahan itu berlandaskan

sumber hukum yang lebih tinggi. Berdasarkan perkembangannya

Indonesia mempunyai 4 (empat) landasan hukum perundang-undangan,

antara lain :

a. Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 Tentang Memorandum DPRGR

mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan

Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia. Merupakan

Produk Hukum yang pertama yang menghasilkan peraturan

perundang-undangan yang isinya:

1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

2. Undang-undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;

3. Peraturan pemerintah;

4. Keputusan Presiden; dan

5. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya seperti:

a) Peraturan menteri;

b) Instruksi menteri;

c) Dan lain-lainnya.

Page 66: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

66

b. Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-undangan :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-undang;

4. Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang;

5. Peraturan Pemerintah;

6. Keputusan Presiden; dan

7. Peraturan Daerah.

c. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;

3. Peraturan Pemerintah

4. Peraturan Presiden;

5. Peraturan Daerah:

a) Peraturan Daerah Provinsi yang dibuat oleh dewan perwakilan

rakyat daerah provinsi bersama dengan gubernur;

b) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang dibuat oleh dewan

perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota bersama dengan

bupati/walikota;

Page 67: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

67

c) Peraturan Desa/peraturan yang setingkat yang dibuat oleh

badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan

kepala desa atau lainnya.

d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi; dan

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

D. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten Karawang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Peraturan daerah pada dasarnya disebut sebagai undang-undang daerah

karena peraturan ini dibuat dan berlaku untuk mengatur daerah otonomi

sendiri. Oleh karena itu, peraturan daerah bersifat mengatur, sehingga perlu

diundangkan dan menempatkannya dalam lembaran daerah.

Peraturan daerah memiliki beberapa fungsi, antara lain:32

32

Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan

Pembentukannya, (Yogyakarta: Kansius, 2007) Jilid I, h. 121-122

Page 68: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

68

a. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan

kepentingan umum;

b. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Yang dimaksud disini

adalah tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan ditingkat

pusat.

c. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan

peraturan daerah yang lebih tinggi. Ketentuan ini merupakan syarat bagi

pembentukan peraturan daerah tingkat II.

d. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang belum diatur oleh peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam hal ini suatu Peraturan

Daerah Tingkat I itu boleh mengatur masalah-masalah yang belum diatur

oleh peraturan-peraturan ditingkat pusat saja, tetapi bagi Peraturan Daerah

Tingkat II hal-hal yang diatur bukan saja masalah-masalah yang belum

diatur oleh peraturan di tingkat pusat, tetapi juga hal-hal yang belum diatur

oleh Peraturan Daerah Tingkat I dan Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I.

e. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang belum diatur oleh peraturan

daerah yang lebih tinggi. Ketentuan ini diperuntukan bagi Peraturan

Daerah Tingkat II.

f. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak mengatur rumah tangga

daerah bawahannya. Ketentuan ini diperuntukan bagi Peraturan Daerah

Tingkat I. Dalam hal ini peraturan daerah tingkat I, tidak boleh mengatur

Page 69: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

69

masalah-masalah yang sebenarnya merupakan kewenangan Daerah

Tingkat II.

Dalam perkembangannnya peraturan daerah mengalami perubahan

dalam pembentukannya. Di daerah dibentuk adanya DPRD sebagai badan

legislatif daerah dan Pemerintah Daerah sebagai eksekutif daerah, pada masa

orde baru dalam hal pembentukan peraturan daerah didominasi oleh eksekutif

daerah atau pemerintah daerah. Namun dalam era reformasi ini baik eksekutif

maupun legislatif daerah mempunyai keseimbangan dalam hal pembentukan

peraturan daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ada dua macam peraturan

daerah yaitu Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Pasal 1 ayat 7 menegaskan bahwa: “Peraturan Daerah Provinsi adalah

Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur”. Serta dalam Pasal 1

ayat 8 menegaskan pula bahwa: “Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah

Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.”

Dalam hal materi muatan yang harus diatur dalam pembentukan

peraturan daerah, Pasal 14 menentukan bahwa: “Materi muatan Peraturan

Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan

dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta

menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi”.

Page 70: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

70

Berikut ini adalah Prosedur pembentukan Peraturan Daerah atau tata

cara pembentukan Peraturan Daerah :

1. Tahap Perencanaan Peraturan Daerah.

Pembentukan Peraturan Daerah baik Provinsi maupun

Kabupaten/Kota agar dapat dilaksanakan secara berencana dan terpadu

harus didasarkan pada Prolegda (Program Legislasi Daerah). Dalam pasal

32 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa :

“Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda

adalah instrument perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah

Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun secara

terencana, terpadu, dan sistematis”.

Dalam program legislasi daerah (Prolegda) ditetapkan suatu skala

prioritas sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum. Penyusunan

program legislasi daerah (Prolegda) perlu ditetapkan pokok materi yang

hendak diatur serta kaitannya dengan peraturan perundang-undangan

lainnya. Seperti halnya yang disebutkan dalam pasal 33 bahwa:

1) Prolegda sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan memuat program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi

dengan judul Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, materi yang

diatur, dan keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan

lainnya.

2) Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-

undangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

keterangan mengenai konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

yang meliputi:

a. Latar belakang dan tujuan penyusunan;

b. Sasaran yang ingin diwujudkan;

c. Pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan

d. Jangkauan dan arah pengaturan.

3) Materi yang diatur sebagaimana ayat (2) yang telah melalui pengkajian

dan penyelarasan dituangkan dalam naskah akademik.

Page 71: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

71

Proses penyusunan program legislasi daerah (Prolegda)

dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan

Pemerintah Daerah yang ditetapkan untuk jangka waktu (1) satu tahun.

Dalam penyusunan program legislasi daerah dilingkungan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dikoordinasikan oleh alat kelengkapan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menangani bidang legislasi,

sedangkan penyusunan program legislasi daerah dilingkungan pemerintah

daerah dikoordinasikan oleh biro hukum atau bagian hukum ataupun

instansi vertikal yang terkait. Hal tersebut lebih lanjut sebagaimana

ditentukan dalam pasal 36 yang menyatakan bahwa:

1) Penyusunan prolegda Provinsi antara DPRD Provinsi dan Pemerintah

Daerah Provinsi dikoordinasikan oleh DPRD Provinsi melalui alat

kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi.

2) Penyusunan prolegda Provinsi di lingkungan DPRD Provinsi di

lingkungan DPRD Provinsi dikoordinasikan oleh alat kelengkapan

DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi.

3) Penyusunan prolegda Provinsi di lingkungan Pemerintah Daerah

Provinsi dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan

instansi vertikal terkait.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan prolegda

Provinsi di lingkungan DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur dengan Peraturan DPRD Provinsi.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan prolegda

Provinsi di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Selanjutnya dalam hal hasil penyusunan program legislasi daerah

antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan pemerintah daerah

disepakati dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan

ditetapkan dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal ini

sesuai dengan ketentuan pada pasal 37 yang menyatakan bahwa:

Page 72: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

72

1) Hasil dari penyusunan prolegda provinsi antara DPRD Provinsi dan

Pemerintah daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 36

ayat (1) disepakati menjadi prolegda provinsi dan ditetapkan dalam

rapat paripurna DPRD Provinsi.

2) Prolegda Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan Keputusan DPRD Provinsi.

Pasal 38 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan selanjutnya menegaskan

bahwa :

1) Dalam Prolegda Provinsi dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang

terdiri atas :

a. Akibat putusan mahkamah agung; dan

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

2) Dalam keadaan tertentu, DPRD Provinsi atau Gubernur dapat

mengajukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di luar Prolegda

Provinsi:

a. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau

bencana alam;

b. Akibat kerja sama dengan pihak lain; dan

c. Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas

suatu Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang dapat disetujui

bersama oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus

menangani bidang legislasi dan biro hukum.

Ketentuan terhadap tahap perencanaan penyusunan peraturan

daerah provinsi berlaku secara mutatis mutandis terhadap tahap

perencanaan penyusunan peraturan daerah kabupaten/kota. Sebagaimana

dimaksud dalam pasal 40 bahwa: “Ketentuan mengenai perencanaan

penyusunan peraturan daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal

32 sampai dengan pasal 38 berlaku secara mutatis mutandis terhadap

perencanaan penyusunan peraturan daerah Kabupaten/Kota.”

Selanjutnya dalam hal daftar kumulatif terbuka yang dapat dimuat

dalam prolegda Kabupaten /Kota itu berbeda dengan yang dapat dimuat

Page 73: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

73

dalam prolegda Provinsi, hal tersebut sesuai dengan pasal 41 yang

menyatakan bahwa: “Dalam Prolegda Kabupaten/Kota dapat dimuat daftar

kumulatif terbuka mengenai pembentukan, pemekaran, dan penggabungan

kecamatan atau nama lainnya dan/atau pembentukan, pemekaran, dan

penggabungan Desa atau nama lainnya”.

2. Tahap Penyusunan Peraturan Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan dikenal ada dua jenis peraturan daerah

yaitu Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam hal penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari

Kepala Daerah (Eksekutif) dan usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (Legislatif). Ketentuan mengenai penyusunan atau pembentukan

Peraturan Daerah Provinsi berlaku secara mutatis mutandis terhadap

penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan

ketentuan pasal 63 yang menegaskan bahwa :

“Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 62

berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota”.

a. Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah

(eksekutif)

Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh unit kerja

dijajaran pemerintah daerah. Dalam hal pengajuan Pra-Rancangan

Peraturan Daerah itu harus disertai dengan penjelasan-penjelasan

pokok pikiran (naskah akademik) dan diajukan kepada kepala daerah

melalui sekretaris daerah, apabila daerah Provinsi yang mengkaji

Page 74: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

74

adalah biro hukum untuk diadakan kajian awal dan koreksi sedangkan

daerah Kabupaten/kota adalah bagian hukum.

Setelah dilakukan pengkajian awal atau koreksi oleh

biro/bagian hukum maka usulan pra-raperda diajukan kepada kepala

daerah disertai dengan pertimbangan-pertimbangan, saran dan

penjelasan. Apabila pra-raperda ditolak maka akan dikembalikan ke

unit kerja yang bersangkutan sedangkan apabila pra-rancangan

peraturan daerah diterima maka akan diproses lebih lanjut.

Pra-raperda yang diterima akan dikaji ulang untuk diadakan

penyempurnaan oleh biro/bagian hukum atas perintah dari sekretaris

daerah untuk mendapatkan tanggapan yuridis. Apabila perlu dibahas

pada forum yang lebih luas maka biro/bagian hukum dapat

mengikutsertakan unit kerja instansi yang terkait sehingga ada

persesuaian. Setelah rancangan peraturan daerah itu final (selesai)

disertai dengan penjelasan pokok, Rancangan Peraturan Daerah itu

disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya biro/bagian hukum

menyiapkan nota pengantar penyampaian rancangan peraturan daerah

dari kepala daerah kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, sekaligus pengantar penjelasan rancangan peraturan daerah

pada rapat pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Mengenai prosedur atau tata cara pembentukan rancangan

peraturan daerah yang berasal dari kepala daerah baik Gubernur,

Bupati/Walikota lebih lanjut diatur dengan Peraturan Presiden. Hal ini

sebagaimana dalam pasal 59 yang menyatakan sebagai berikut:

Page 75: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

75

“Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur

diatur dengan Peraturan Presiden”.

Sebagaimana hal tersebut diatas bahwa Ketentuan mengenai

penyusunan atau pembentukan Peraturan Daerah Provinsi berlaku

secara mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 63 yang

menegaskan bahwa:

“Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 62

berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota”.

b. Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD)

Usulan Rancangan Peraturan Daerah berasal dari Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. Tata cara pelaksanaannya adalah dapat

diajukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sekurang-

kurangnya 5 (lima) orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

yang tidak terdiri hanya dari 1 (satu) fraksi, barulah dapat mengajukan

usul prakarsa mengenai pengaturan suatu urusan daerah. Kemudian

usulan itu disampaikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan

pokok penjelasannya secara tertulis biasanya dengan bentuk naskah

akademik.

Page 76: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

76

Usul prakarsa yang telah diajukan kepada Pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah kemudian oleh Sekretaris Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah diberi nomor pokok, dan setelah itu oleh

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disampaikan dalam rapat

paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setelah mendapat

pertimbangan dari Panitia Musyawarah. Dalam rapat paripurna

tersebut, pemrakarsa menyampaikan penjelasan atas usulnya (inisiatif)

dan anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun

kepala daerah (eksekutif) hadir dan memberikan tanggapan atas

usulan.

Pembentukan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

tata cara pelaksanaan dapat disampaikan oleh anggota, komisi,

gabungan komisi, atau alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah yang khusus menangani bidang legislasi. Ketentuan ini diatur

lebih lanjut pada pasal 60 yang menyatakan bahwa:

1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat diajukan oleh anggota,

komisi, gabungan komisi, atau alat kelengakapan DPRD Provinsi

yang khusus menangani bidang legislasi.

2) Ketentuan lebh lanjut mengenai tata cara mempersiapkan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dalam peraturan daerah provinsi.

Selain itu dalam hal apabila rancangan peraturan daerah yang

diajukan baik dari kepala daerah maupun Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah mengenai materi yang sama dalam satu masa sidang, maka

Page 77: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

77

yang akan dibahas adalah rancangan peraturan daerah yang berasal

dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, hal ini sesuai dengan

ketentuan pasal 62 yang menyatakan :

“Apabila dalam satu masa sidang DPRD Provinsi dan

Gubernur menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah mengenai

materi yang sama, yang dibahas adalah Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi yang disampaikan oleh DPRD Provinsi dan Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi yang disampaikan oleh Gubernur

digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.”

Sebagaimana hal tersebut diatas bahwa Ketentuan mengenai

penyusunan atau pembentukan Peraturan Daerah Provinsi berlaku

secara mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 63 yang

menegaskan bahwa:

“Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 62

berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota”.

3. Tahap Teknik Penyusunan Peraturan Daerah.

Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota

sebagai bagian dari peraturan perundang-undangan yang dilakukan dengan

teknik penyusunan peraturan perundang-undangan yang pada umumnya.

Ketentuan ini diatur secara tegas dalam pasal 64 yang menyatakan bahwa:

1) Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dilakukan

sesuai dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan.

2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan perundang-

undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dlam

lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Undang-Undang ini.

Page 78: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

78

3) Ketentuan mengenai perubahan terhadap teknik penyusunan Peraturan

Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur

dengan Peraturan Presiden.

4. Tahap Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah.

a. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

Tata cara atau prosedur pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah sama.

Proses pembahasan rancangan peraturan daerah sebagaimana diatur

dalam pasal 75 yang menegaskan bahwa:

1) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan oleh

DPRD Provinsi bersama Gubernur.

2) Pembahasan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan.

3) Tingkat-tingkat pembicaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan

DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat

paripurna.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan DPRD

Provinsi.

Berdasarkan pasal 75 tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dilakukan oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi bersama dengan Gubernur yang mana

dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan dalam rapat komisi/

panitia/badan/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang

Page 79: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

79

legislasi dan rapat paripurna. Sedangkan ketentuan lebih lanjut

mengenai tata cara pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi.

Pasal 76 selanjutnya menegaskan bahwa :

1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat ditarik kembali

sebelum dibahas bersama oleh DPRDProvinsi dan Gubernur.

2) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang sedang dibahas hanya

dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD

Provinsi dan Gubernur.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan kembali

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan

DPRD Provinsi.

Berdasarkan uraian pasal 76 di atas dapat dijelaskan bahwa

Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas

bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama

Gubernur berdasarkan pada persetujuan bersama antara Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Gubernur. Sedangkan

ketentuan mengenai tata cara penarikan kembali Rancangan Peraturan

Daerah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi.

Sebagaimana yang telah disebutkan pada pasal 75 dan 76

tentang tata cara pembahasan dan penarikan kembali Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi. Bahwa tata cara pembahasan dan

penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah Provinsi itu berlaku

sama pada tata cara dalam hal pembahasan dan penarikan kembali

Racangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini diatur dalam

pasal 77 yang menegaskan bahwa :

“Ketentuan mengenai pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 dan pasal 76

Page 80: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

80

berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembahasan Peraturan

Daerah Kabupaten/ Kota.”

b. Penetapan Rancangan Peraturan Daerah.

Suatu Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui antara

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Daerah

berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan diatur dalam pasal 78

yang menegaskan bahwa:

1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui bersama

oleh DPRD Provinsi dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan

DPRD Provinsi kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi

Peraturan Daerah Provinsi.

2) Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah seagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari

terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

Dari uraian tersebut Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

dan Gubernur akan disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi

Peraturan Daerah Provinsi dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh)

hari dari tanggal persetujuan bersama.

Pasal 79 selanjutnya menegaskan bahwa:

1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 78 ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan

tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui oleh

DORD Provinsi dan Gubernur.

2) Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam

jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan

Page 81: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

81

Peraturan Daerah Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah

Provinsi dan wajib diundangkan.

3) Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kalimat pengesahannya

berbunyi : Peraturan Daerah ini dinyatakan sah.

4) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) harus dibubuhkan pada halaman terakhir Peraturan Daerah

Provinsi sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah Provinsi

dalam Lembaran Daerah.

Berdasarkan uraian dari pasal 79 tersebut di atas dapat

dijelaskan bahwa rancangan peraturan daerah provinsi yang telah

disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

bersama Gubernur dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)

hari sejak rancangan peraturan daerah provinsi itu disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama Gubernur

ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan tandatangan. Apabila

dalam hal rancangan peraturan daerah provinsi tersebut yang telah

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama Gubernur

tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam jangka waktu paling lama

30 (tiga puluh) hari sejak rancangan peraturan daerah provinsi

disetujui bersama maka rancangan peraturan daerah provinsi tersebut

sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib diundangkan.

Berdasarkan ketentuan pasal 78 dan 79 menngenai tata cara

pengesahan/penetapan rancangan peraturan daerah provinsi yang telah

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama

Gubernur itu berlaku secara mutatis mutandis terhadap

pengesahan/penetapan peraturan daerah Kabupaten/Kota. Hal ini

sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 yang menegaskan bahwa:

Page 82: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

82

“Ketentuan mengenai penetapan Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 78 dan 79 berlaku secara

mutatis mutandis terhadap penetapan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota”.

5. Pengundangan dan Penyebarluasan.

a. Pengundangan Peraturan Daerah

Agar setiap orang mengetahui peraturan perundang-undangan

maka peraturan perundang-undangan harus di undangkan, seperti

halnya peraturan daerah yang harus diundangkan dalam lembaran

daerah dan peraturan yang berasal dari kepala daerah diundangkan

dalam berita daerah. Hal ini diatur dalam pasal 86 yang menegaskan

bahwa :

1) Peraturan Perundang-undangan yang diundnagkan dalam

Lembaran Daerah adalah Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota.

2) Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota diundangkan

dalam Berita Daerah.

3) Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran

Daerah dan Berita Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan

ayat (2) dilaksanakan oleh sekretaris daerah.

b. Penyebarluasan Program Legislasi Daerah dan Rancangan Peraturan

Daerah

Penyebarluasan Program Legislasi Daerah yang telah disetujui

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Daerah

dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan tujuan untuk

memberikan informasi dan atau memperoleh masukan dari masyarakat

maupun para pemangku kepentingan (Stake holders). Hal ini sesuai

dengan ketentuan pasal 92 yang menegaskan bahwa:

Page 83: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

83

1) Penyebarluasan Prolegda dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah

Daerah sejak penyusunan Prolegda, penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah, pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

hingga pengundangan Peraturan Daerah.

2) Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

untuk dapat memberikan informasi dan/ atau memperoleh masukan

masyarakat dan para pemangku kepentingan.

Pasal 93 selanjutnya menegaskan bahwa :

1) Penyebarluasan Prolegda dilakukan bersama oleh DPRD dan

Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang

dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus

menangani bidang legislasi.

2) Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari

DPRD dilaksanakan oleh alat kelengkapan DPRD.

3) Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari

Gubernur atau Bupati/Walikota dilaksanakan oleh Sekretaris

Daerah.

Berdasarkan uraian pasal 93 tersebut diatas bahwa program

legislasi daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota disebarluaskan oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota

yang dikoordinasikan dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang khusus menangani bidang legislasi. Sedangkan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang

berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disebarluaskan oleh

alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Rancangan

Peraturan Daerah yang berasal dari Gubernur maupun Bupati/Walikota

disebarluaskan oleh Sekretaris Daerah. Dalam hal penyebarluasan

Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang telah

diundangkan dalam Lembaran Daerah dilakukan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota dan

Page 84: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

84

Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Hal ini diatur

dalam pasal 94 yang menegaskan bahwa:

“Penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota yang telah diundngkan dlam Lembaran Daeah

dilakukan bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah Provinsi atau

Kabupaten/Kota”.

Pasal 95 selanjutnya menegaskan bahwa:

“Naskah Peraturan Perundang-undangan yang disebarluaskan

harus merupakan salinan naskah yang telah diundangkan dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan

Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan

Lembaran Daerah, dan Berita Daerah.”

Berdasarkan uraian tersebut di atas bahwa Naskah Akademik

Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang

disebarluaskan adalah salinannya dari naskah yang telah diundangkan

dalam Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah dan Berita

Daerah.

Page 85: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

85

BAB II

HASIL PENELITIAN

A. Sekilas tentang Kabupaten Karawang

1. Sejarah

Bila melihat jauh ke belakang, ke masa Tarumanegara hingga

lahirnya Kabupaten Karawang di Jawa Barat, berturut-turut berlangsung

suatu pemerintahan yang teratur, baik dalam sistem pemerintahan pusat

(Ibu Kota). Pemegang kekuasaan yang berbeda, seperti Kerajaan Taruma

Negara (375-618 M) Kerajaan Sunda (Awal Abad VIII-XVI). Termasuk

pemerintahan Galuh, yang memisahkan diri dari kerajaan Taruma Negara,

ataupun Kerajaan Sunda pada tahun (671 M). Kerajaan Sumedanglarang

(1580-1608), Kasultanan Cirebon (1482 M) dan Kasultanan Banten ( Abad

XV-XIX M).

Sekitar Abad XV Masehi, Agama Islam masuk ke Karawang yang

dibawa oleh ulama besar Syeikh Hasanudin bin Yusup Idofi dari Champa

yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro. Pada masa itu daerah

Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan berawa-

rawa. Keberadaan daerah Karawang yang telah dikenal sejak Kerajaan

Padjajaran yang berpusat di daerah Bogor, karena Karawang pada masa itu

merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan

Kerajaan Pakuan Padjajaran dengan Galuh Pakuan yang berpusat di

daerah Ciamis.

Page 86: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

86

Luas wilayah Kabupaten Karawang pada saat itu, tidak sama

dengan luas wilayah Kabupaten Karawang pada masa sekarang. Pada

waktu itu luas wilayah Kabupaten Karawang meliputi Bekasi, Purwakarta,

Subang dan Karawang sendiri. Setelah Kerajaan Padjajaran runtuh pada

tahun 1579 M, pada tahun 1580 M berdiri Kerajaan Sumedanglarang

sebagai penerus Kerajaan Padjajaran dengan Rajanya Prabu Geusan Ulun.

Kerajaan Islam Sumedanglarang, pusat pemerintahannya di Dayeuhluhur

dengan membawahi Sumedang, Galuh, Limbangan, Sukakerta dan

Karawang.

Pada tahun 1608 Prabu Geusan Ulun wafat dan digantikan oleh

putranya Ranggagempol Kusumahdinata. Pada masa itu di Jawa Tengah

telah berdiri Kerajaan Mataram dengan Rajanya Sultan Agung (1613 -

1645). Salah satu cita-cita Sultan Agung pada masa pemerintahannya

adalah dapat menguasai Pulau Jawa dan mengusir Kompeni (Belanda) dari

Batavia. Ranggagempol Kusumahdinata sebagai Raja Sumendanglarang

masih mempunyai hubungan keluarga dengan Sultan Agung dan mengakui

kekuasaan Mataram. Maka pada Tahun 1620 M, Ranggagempol

Kusumahdinata menghadap ke Mataram dan menyerahkan kerajaan

Sumedanglarang di bawah naungan Kerajaan Mataram.

Ranggagempol Kusumahdinata oleh Sultan Agung diangkat

menjadi Bupati (Wadana) untuk tanah Sunda dengan batas-batas wilayah

disebelah Timur Kali Cipamali, disebelah Barat Kali Cisadane, disebelah

Utara Laut Jawa, dan disebelah Selatan Laut Kidul. Pada Tahun 1624

Page 87: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

87

Ranggagempol Kusumahdinata wafat, dan sebagai penggantinya Sultan

Agung mengangkat Ranggagede, Putra Prabu Geusan Ulun.

Ranggagempol II, putra Ranggagempol Kusumahdinata yang

semestinya menerima tahta kerajaan, merasa disisihkan dan sakit hati.

Kemudian beliau berangkat ke Banten untuk meminta bantuan Sultan

Banten agar dapat menaklukkan Kerajaan Sumedanglarang dengan

imbalan apabila berhasil, maka seluruh wilayah kekuasaan

Sumedanglarang akan diserahkan kepada Banten. Sejak itu banyak tentara

Banten yang dikirim ke Karawang terutama di sepanjang Sungai Citarum,

di bawah Pimpinan Sultan Banten bukan saja untuk memenuhi permintaan

Ranggagempol II, Tetapi merupakan awal usaha Banten untuk menguasai

Karawang sebagai persiapan merebut kembali pelabuhan Banten yang

telah dikuasai oleh Kompeni (Belanda), yaitu pelabuhan Sunda Kelapa.

Masuknya tentara Banten ke Karawang beritanya telah sampai ke

Mataram. Pada Tahun 1624, Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria

Wirasaba) dari Mojo Agung, Jawa Timur untuk berangkat ke Karawang

dengan membawa 1000 Prajurit dengan keluarganya, dari Mataram

melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari

pengaruh Banten, mempersiapkan logistik dengan membangun gudang-

gudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia.

Langkah awal yang dilakukan Aria Surengrono adalah dengan

mendirikan 3 (tiga) Desa yaitu Waringinpitu (Telukjambe), Desa

Parakansapi (di Kecamatan Pangkalan yang sekarang telah terendam

Page 88: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

88

Waduk Jatiluhur) dan Desa Adiarsa (Sekarang termasuk di Kecamatan

Karawang Barat), dengan pusat kekuatan di ditempatkan di Desa

Waringinpitu. Karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang

dengan Mataram, Aria Wirasaba belum sempat melaporkan tugas yang

sedang dilaksanakan kepada Sultan Agung. Keadaan ini menjadikan

Sultan Agung mempunyai anggapan bahwa tuqas yang diberikan kepada

Aria Wirasaba gagal dilaksanakan.

Demi menjaga keselamatan Wilayah Kerajaan Mataram sebelah

barat, pada tahun 1628 M dan 1629 M, bala tentara Kerajaan Mataram

diperintahkan Sultan Agung untuk melakukan penyerangan terhadap VOC

(Belanda) di Batavia. Namun serangan ini gagal disebabkan keadaan

medan yang sangat berat. Sultan Agung kemudian menetapkan daerah

Karawang sebagai pusat logistik yang harus mempunyai pemerintahan

sendiri dan langsung berada dibawah pengawasan Mataram serta harus

dipimpin oleh seorang pemimpin yang cakap dan ahli perang sehingga

mampu menggerakkan masyarakat untuk membangun pesawahan guna

mendukung pengadaan logistik dalam rencana penyerangan kembali

terhadap VOC (belanda) di Batavia.

Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus kembali Wiraperbangsa

Sari Galuh dengan membawa 1.000 prajurit dengan keluarganya menuju

Karawang. Tujuan pasukan yang dipimpin oleh Wiraperbangsa adalah

membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik

sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda)

Page 89: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

89

di Batavia, sebagaimana halnya tugas yang diberikan kepada Aria

Wirasaba yang dianggap gagal. Tugas yang diberikan kepada

Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan baik dan hasilnya langsung

dilaporkan kepada Sultan Agung. Atas keberhasilannya Wiraperbangsa

oleh Sultan Agung dianugrahi jabatan Wedana (Setingkat Bupati) di

Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi III serta diberi hadiah

sebilah keris yang bernama "Karosinjang".

Setelah penganugrahan gelar tersebut yang dilakukan di Mataram,

Wiraperbangsa bermaksud akan segera kembali ke Karawang, namun

sebelumnya beliau singgah dahulu ke Galuh untuk menjenguk

keluarganya. Atas takdir IIlahi Beliau kemudian wafat saat berada di

Galuh. Setelah Wiraperbangsa Wafat, Jabatan Bupati di Karawang

dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Singaperbangsa dengan

gelar Adipati Kertabumi IV yang memerintah pada tahun 1633-1677 M.

Pada abad XVII kerajaan terbesar di Pulau Jawa adalah Mataram,

dengan raja yang terkenal yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo. la tidak

menginginkan wilayah Nusantara diduduki atau dijajah oleh bangsa lain

dan ingin mempersatukan Nusantara. Dalam upaya mengusir VOC yang

telah menanamkan kekuasaan di Batavia, Sultan Agung mempersiapkan

diri dengan terlebih dahulu menguasai daerah Karawang, untuk dijadikan

sebagai basis atau pangkal perjuangan dalam menyerang VOC.

Ranggagede diperintahnya untuk mempersiapkan bala tentara/prajurit dan

Page 90: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

90

logistik dengan membuka lahan-Iahan pertanian, yang kemudian

berkembang menjadi lumbung padi.

Tanggal 14 September 1633 M, bertepatan dengan tanggal 10

Maulud 1043 Hijriah, Sultan Agung melantik Singaperbangsa sebagai

Bupati Karawang yang pertama, sehingga secara tradisi setiap tanggal 10

Maulud diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Karawang. Berawal dari

sejarah tersebut dan perjuangan persiapan proklamasi kemerdekaan RI,

Karawang lebih dikenal dengan julukan sebagai kota pangkal perjuangan

dan daerah lumbung padi Jawa Barat.1

2. Kondisi Geografis

Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa

Barat yang secara geografis terletak antara 107002’ - 107040’ BT dan

5056’-6034’ LS, termasuk daerah daratan yang relatif rendah, mempunyai

variasi ketinggian wilayah antara 0-1.279 meter di atas permukaan

laut dengan kemiringan wilayah 0-20, 2-150, 15-400, dan diatas 400

dengan temperatur udara rata-rata 270 C, tekanan rata-rata 0,01 milibar,

penyinaran matahari 66% serta kelembaban nisbi 80%. Curah hujan

tahunan berkisar 1.100-3.200 mm/tahun.

Topografi di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk

dataran yang relatif rendah (25 m dpl) terletak pada bagian utara

mencakup Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Pedes,

Rengasdengklok, Kutawaluya, Tempuran, Cilamaya, Rawamerta,

1 Webite resmi Kabupaten Karawang http://www.karawangkab.go.id

/sekilas/sejarah-karawang diakses pada tanggal 26 Juni 2016/ 20 Ramadhan 1437 H pada

pukul 16.41 WIB

Page 91: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

91

Telagasari, Lemahabang, Jatisari, Klari, Karawang, Tirtamulya,

sebagian Telukjambe, Jayakerta, Majalaya, sebagian Cikampek dan

sebagian Ciampel. Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang

dan berbukit-bukit di bagian selatan dengan ketinggian antara 26 –

1.200 dpl. Daerah perbukitan tersebut antara lain: Gunung Pamoyanan,

Dindingsari, Golosur, Jayanti, Godongan, Rungking, Gadung, Kuta,

Tonjong, Seureuh, Sinalonggong, Lanjung dan Gunung Sanggabuana.

Terdapat pula Pasir Gabus, Cielus, Tonjong dengan ketinggian

bervariasi antara 300-1.200 m dpl dan tersebar di Kecamatan

Tegalwaru, sebagian kecil Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan

Ciampel.

Kabupaten Karawang terutama di Pantai Utara tertutup pasir pantai

yang merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas

terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati

oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedangkan

dibagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ±

1.291 m dpl, yang mengandung endapan vulkanik. Kabupaten

Karawang dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara di Laut Jawa.

Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang

dengan Kabupaten Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya merupakan

batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat tiga

buah saluran irigasi yang besar, yaitu: Saluran Induk Tarum Utara, Saluran

Induk Tarum Tengah, dan Saluran Induk Tarum Barat yang

Page 92: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

92

dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga

listrik. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 Km2 atau 175.327

Ha, luas tersebut merupakan 4,72% dari luas Provinsi Jawa Barat

(37.116,54 Km2) dan memiliki laut seluas 4 Mil x 84,23 Km, dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Bagian Utara berbatasan dengan Laut Jawa;

b. Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Subang;

c. Bagian Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta;

d. Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur;

e. Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Bekasi.2

Kabupaten Karawang menurut peta :

2 Webite resmi Kabupaten Karawang http://www.karawangkab.go.id /

dokumen/gambaran-umum diakses pada tanggal 26 Juni 2016/ 20 Ramadhan 1437 H

pada pukul 17.10 WIB

Page 93: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar
Page 94: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

94

4. Visi dan Misi

a. Visi :

“Terwujudnya Masyarakat Karawang yang Sejahtera Melalui

Pembangunan di Bidang Pertanian dan Industri yang Selaras dan

Seimbang Berdasarkan Iman dan Taqwa.”

b. Misi :

1. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan;

2. Meningkatkan Cakupan Layanan dan Kualitas Kesehatan

Masyarakat;

3. Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan Pada Sektor Pertanian

dengan Pola Agroindustri yang didukung oleh sektor Industri

lainnya;

4. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur Wilayah;

5. Meningkatkan Kualitas Angkatan Kerja dan Peluang Kerja;

6. Meningkatkan Pelayanan, Pembinaan Kehidupan Beragama,

Kesadaran Hukum dan Hak Asasi Manusia;

7. Menciptakan Tata Pemerintahan Kabupaten Karawang Yang

Bersih dan Berwibawa;

8. Mengutamakan Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dan

Berwawasan Lingkungan Pada Seluruh Kegiatan Pembangunan;

9. Pemberdayaan Perempuan Dan Pengarusutamaan Gender.4

4 Webite resmi Kabupaten Karawang di Provinsi Jawa Barat http:// www.

jabarprov.go.id /index.php/pages/id/1055 diakses pada tanggal 26 Juni 2016/ 20

Ramadhan 1437 H pada pukul 17.30 WIB.

Page 95: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

95

5. Demografi

Penduduk Kabupaten Karawang umumnya adalah suku Sunda

yang menggunakan Bahasa Sunda. Di daerah utara Kabupaten Karawang,

seperti di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kecamatan

Tempuran Kecamatan Cilamaya, mereka menggunakan Bahasa Sunda

Kasar, beberapa kosakata yang mereka gunakan adalah 'aing' (bahasa

Sunda standarnya kuring/abdi), 'nyanéh' (bahasa Sunda standarnya

manéh/anjeun), nyanéhna (bahasa Sunda standarnya manéhna/anjeunna),

nyaranéhna (bahasa Sunda standarnya maranéhna/aranjeunna), manyaho

(bahasa Sunda standarnya nyaho/terang). Tetapi di daerah selatan

Kabupaten Karawang, mereka menggunakan bahasa Sunda standar.

Penduduk Kabupaten Karawang mempunyai mata pencaharian

yang beragam, tetapi di sejumlah kecamatan, mayoritas masyarakatnya

bekerja sebagai petani atau pembajak sawah karena Kabupaten Karawang

adalah daerah penghasil padi.5

6. Pendidikan

Secara umum, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang

pendidikan yang mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pendidikan, pemuda

dan olahraga serta tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah

Daerah.

5 https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Karawang diakses pada tanggal 27

Juni 2016/ 21 Ramadhan 1437 H pada pukul 04.30 WIB.

Page 96: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

96

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 9

tahun 2011 tentang Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah,

Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan, Untuk melaksanakan

tugas tersebut Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga mempunyai

fungsi :

a. Pengaturan dan pengurusan kegiatan teknis operasional di bidang

pendidikan meliputi; pendidikan nonformal dan informal,

pendidikan menengah, pendidikan dasar, serta pemuda dan

olahraga berdasarkan kebijakan Bupati;

b. Pelaksanaan pengembangan program pemerintah daerah di bidang

pendidikan, pemuda dan olahraga;

c. Pelaksanaan pelayanan di bidang pendidikan, pemuda dan

olahraga.

Dinas Pendidikan, Pemuda dan olahraga Kabupaten Karawang

mempunyai tugas pokok yang luas dan kompleks. Secara umum tugas

pokok tersebut adalah membantu bupati dalam melaksanakan kewenangan

daerah di bidang pendidikan.

Rincian uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing jabatan dan

unit kerja dalam lingkup Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Karawang berdasarkan Peraturan Bupati Karawang Nomor 7

Page 97: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

97

tahun 2012 tentang Rincian tugas, fungsi dan Tata Kerja Dinas

Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang.6

Untuk lebih jelas dan rincinya terdapat dilampiran Tabel 1

7. Kesehatan

Dasar menyelenggarakan Pembangunan Kesehatan yang

berkualitas dan juga dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah

serta berbagai kecenderungan Pembangunan Kesehatan ke depan, maka

ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yaitu ;

“Terwujudnya Masyarakat Karawang Yang Sehat Dan Mandiri Tahun

2015 " Pernyataan visi tersebut mengandung dua makna yaitu masyarakat

Karawang yang sehat dan mandiri.

Masyarakat Karawang yang sehat adalah gambaran masyarakat

Karawang masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan

kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku

sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Sedangkan mandiri mengandung pengertian masyarakat yang menyadari,

mau dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan

kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan.

Indikator masyarakat sehat dan mandiri meliputi :

a. Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat;

6 Webite resmi Dinas Pendidikan di Kabupaten Karawang

http://www.disdikpora.karawangkab.go.id/artikel/sejarah-dinas-pendidikan-kabupaten-

karawang, diakses pada tanggal 26 Juni 2016/ 20 Ramadhan 1437 H pada pukul 17.30

WIB.

Page 98: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

98

b. Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya

peningkatan kesehatan (health promotion), pencegahan penyakit

(health prevention), penyembuhan penyakit (Curative), dan pemulihan

kesehatan (health rehabilitation) terutama untuk ibu dan anak;

c. Berupaya selalu meningkatkan kesehatan lingkungan, terutama

penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup;

d. Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan

peningkatan status sosial ekonomi masyarakat;

e. Berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari

berbagai sebab dan penyakit.

Untuk lebih jelas dan rincinya terdapat dilampiran Tabel 2,3 dan 4

8. Sosial Budaya

Penduduk, masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan

yang erat antara satu sama lainnya. Dimana penduduk adalah sekumpulan

manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Sedangkan

masyarakat merupakan sekumpulan penduduk yang saling berinteraksi

dalam suatu wilayah tertentu dan terikat oleh peraturan – peraturan yang

berlaku di dalam wilayah tersebut. Masyarakat tersebutlah yang

menciptakan dan melestarikan kebudayaan. Baik yang mereka dapat dari

nenek moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh seiring

dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu penduduk, masyarakat dan

kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan

Page 99: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

99

sendiri berarti hasil karya manusia untuk melangsungkan ataupun

melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang

melekat dan menjadi ciri khas dari pada manusia (masyarakat) tersebut.7

Masyarakat Karawang Jawa Barat yang terkenal dengan sebutan

Kota Padi. Warga Karawang yang dominan menggantungkan hidupnya

pada pertanian. Setiap musim panen di Karawang selalu identik dengan

hajatan atau bahasa Karawangnya “kariaan”, baik khitanan atau

pernikahan. Hal ini sudah menjadi salah satu kebiasaan (budaya)

masyarakat Karawang. Alasannya jika mengadakan sebuah hajatan itu

membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan biaya itu ada di saat musim

panen tiba.

Selain faktor panen, masyarakat Karawang juga masih percaya

dengan perhitungan penanggalan Jawa. Umumnya bulan-bulan saat panen

itu sesuai perhitungan di penanggalan Jawa dinilai secara tradisi baik

untuk mengadakan hajatan.

Ada juga tradisi lain masyarakat Karawang yang tinggal di dekat

laut, yang dominan warganya berpropesi sebagai nelayan. Ruwat laut atau

pesta laut merupakan tradisi tahunan masyarakat nelayan, di pantai utara

Pasir Putih, Desa Suka Jaya Kecamatan Cilamaya Wetan Karawang, Jawa

Barat. Puncak acara pesta laut, ditandai dengan pelepasan kepala kerbau,

dan sesaji untuk dilarung di laut lepas.

7http://www.indosiar.com/ragam/ruwat-laut-berharap-berkah-rejeki_88343.

html diakses pada tanggal 27 Juni 2016/ 21 Ramadhan 1437 H pada pukul 03.45 WIB.

Page 100: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

100

Acara diawali dengan doa dari tokoh agama, di depan andong yang

berisi sesaji dan kepala kerbau, serta air kembang berbagai rupa. Usai

berdoa, para nelayan berebut air kembang, untuk disiramkan pada perahu

mereka. Selanjutnya, kepala kerbau dan sesaji, di dinaikan ke atas perahu

untuk dilarung.

Menggunakan perahu-perahu motor, para nelayan kemudian

dengan antusias mengiringi perahu pembawa sesaji, hingga menambah

semarak suasana pesta laut. Dengan pesta laut yang dilaksanakan tiap

tahun ini, para nelayan berharap hasil usaha mereka dari tangkapan ikan,

akan semakin baik. Selain menggelar larung kepala kerbau, dalam pesta

laut tahun ini, masyarakat nelayan pasir putih karawang, juga dihibur

dengan kesenian tradisional, wayang golek.

Dilihat dari dua kebiasaan (budaya) masyarakat Karawang sudah

jelas, bahwa karakter masyarakat karawang itu masih melekat dengan

tradisi. Sehingga dari setiap generasi ke generasi akan terus dilakukan

selama mereka masih percaya dengan tradisi seperti itu. Dari kebudayaan

masyarakat Karawang itu ada nilai positif, yaitu akan mempererat

kekerabatan antar masyarakat Karawang dan melestarikan budaya yang

sudah ada sehingga dapat diperkenalkan dari generasi ke generasi.8

B. Potensi Kekayaan Alam Kabupaten Karawang

Kabupaten Karawang adalah kabupaten yang terletak di pantai

utara Jawa Barat. Daerah ini terkenal dengan julukannya sebagai daerah

8 http://www.karawanginfo.com/?p=7666 diakses pada tanggal 27 Juni 2016/ 21

Ramadhan 1437 H pada pukul 04.00 WIB

Page 101: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

101

“lumbung padi”, hal ini dikarenakan daerah ini merupakan salah satu

penghasil beras terbesar di Indonesia sejak jaman kerajaan dulu. Dahulu

kala, ketika jaman penjajahan Belanda yang terpusat di Batavia (Jakarta),

kerajaan Mataram yang berpusat di Yogyakarta mengirimkan pasukan

untuk menyerang Belanda di Batavia, dan daerah Karawang ini digunakan

sebagai daerah transit untuk perbekalan makanan dikarenakan hasil

berasnya yang melimpah. Cerita tersebut membuktikan bahwa dari sejak

dulu daerah Karawang sudah terkenal sebagai daerah penghasil beras.

Akan tetapi, dengan kemajuan industri saat ini menjadi ancaman

tersendiri bagi pertanian di Kabupaten Karawang. Daerah industri

bermunculan di sekitar Karawang Barat dan Cikampek, apalagi dengan

adanya rencana untuk pembangunan pelabuhan taraf Internasional di Utara

Karawang sebagai perluasan pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta. Padahal

daerah pantai Utara Karawang memiliki lahan padi yang sangat luas, yang

sampai tulisan ini dibuat masih dipertahankan sebagai daerah penghasil

beras.

Secara kehidupan sosial, Kabupaten Karawang dapat digolongkan

sebagai daerah peralihan dari desa ke kota. Didaerah utara masih banyak

ditemukan desa-desa pertanian, dengan juragan-juragan tanah yang kaya,

tapi di daerah Barat dan Timur (Cikampek) sudah banyak terlihat

pengusaha-pengusaha industri dan karyawan yang lebih dominan.

Pendatang dari berbagai daerah-pun sudah sangat banyak di daerah-daerah

industri tersebut. Dari segi pola pikir masyarakatnya pun, daerah

Page 102: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

102

Karawang sudah tidak cocok lagi disebut dengan desa, tapi belum cocok

juga bila disebut Kota, sehingga daerah Karawang termasuk daerah

peralihan.

Penghasilan daerah Kabupaten Karawang cukup besar, terutama

dari bidang pertanian beras dan industri. Akan tetapi sebenarnya masih

banyak potensi yang dapat dikembangkan di kabupaten Karawang ini,

tanpa harus meninggalkan kekayaan agraris yang dimiliki. Berikut

potensi-potensi yang dapat dikembangkan di Kabupaten Karawang9:

1. Pariwisata

Pariwisata di Karawang memiliki potensi yang besar dari segi

sumberdaya alam, manusia, ataupun pasarnya. Dari segi sumberdaya

alam, di Karawang terdapat potensi wisata dari pantai, danau, sampai

gunung. Dari segi sumberdaya manusia, di daerah Karawang masih

terlihat banyak pengangguran yang dapat diberdayakan dengan adanya

daerah wisata tersebut. Dari segi pasar, kebanyakan pengusaha-

pengusaha industri dan orang-orang kaya di Karawang lebih suka

melakukan pertemuan bisnis atau wisata di luar daerah Karawang

misal Bekasi, Subang, atau Purwakarta, hal ini dikarenakan di

Karawang tidak ada tempat wisata atau pertemuan yang bagus. Berikut

adalah potensi wisata di Kabupaten Karawang:

a. Pantai

9 https://embunhatiku.wordpress.com/2011/07/28/potensi-kabupaten-karawang/

diakses pada tanggal 22 September 2016 pada pukul 16.00 WIB

Page 103: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

103

Daerah Utara Karawang merupakan daerah pantai. Salah satu

pantai yang terkenal adalah pantai “Tanjung Baru” dan “Pondok

Bali”. Akan tetapi kedua pantai tersebut tidak memiliki fasilitas

yang memadai hingga tidak dapat disebut daerah wisata. Kondisi

air yang keruh dan pantai yang kotor terlihat tidak terurus. Rumah

makan sudah ada, tapi dengan kondisi yang kurang baik. Fasilitas

penginapan belum ada. Tidak ada tiket masuk, kecuali pungutan

liar oleh warga sekitar. Tidak ada wisata-wisata air seperti perahu,

banana boot, dan lain-lain. Mungkin langkah pertama yang perlu

dilakukan untuk pengembangan pantai Karawang adalah dengan

melakukan restorasi pantai, sehingga pantai di Karawang menjadi

indah kembali sehingga cocok untuk daerah wisata.

b. Gunung

Didaerah Barat Daya perbatasan dengan Bogor, terdapat

gunung “Sangga Buana”. Di gunung tersebut terdapat curug,

sungai yang indah, dan daerah perkemahan. Pemandangan alamnya

pun tak kalah dibandingkan puncak Bogor, Cuma bedanya tidak

ada perkebunan teh seperti di puncak. Akan tetapi infrastruktur

jalan ke gunung tersebut masih kurang baik, fasilitas penginapan

masih kurang, pengelolaan yang kurang terhadap objek wisata, dan

tentunya promosi yang kurang. Padahal jika dikelola dengan baik,

tentunya bisa menjadi maestro pariwisata daerah Karawang.

c. Danau/Bendungan

Page 104: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

104

Di daerah Karawang terdapat bendungan yang cukup

terkenal dikalangan masyarakat yaitu bendungan Walahar. Tempat

ini sering dijadikan objek wisata masyarakat karena lokasinya yang

cukup dekat dengan perkotaan dan akses jalannya yang bagus. Di

lokasi ini sudah terdapat rumah makan dengan menu khasnya

adalah berbagai jenis ikan air tawar. Akan tetapi masih dapat

dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan daerah wisata

air, outbond, dan budidaya ikan disepanjang aliran sungai, serta

penginapan.

Selain itu ada juga danau tadah hujang “Kamojing”.

Didaerah ini hampir setiap sore ramai oleh warga cikampek dan

sekitarnya untuk sekedar nongkrong-nongkrong, baik ketika danau

penuh ataupun saat kering. Dan masih banyak lahan kosong di

sekitar danau tersebut, sehingga berpotensi untuk membuat rumah

makan dan tempat perbelanjaan. Akan tetapi penerangan di daerah

ini masih kurang, sehingga di malam hari terasa gelap dan

keamanan yang kurang.

d. Taman Rekreasi

Di daerah Karawang belum ada satupun tempat rekreasi

yang bertaraf nasional, bahkan untuk bersaing di tingkat rayon pun

masih belum ada. Sehingga terkadang warga Karawang yang ingin

berwisata lebih memilih berwisata ke luar daerah seperti

Purwakarta, Subang, Bekasi, Jakarta, bahkan sampai ke Bogor dan

Page 105: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

105

Bandung. Taman Rekreasi yang bisa dibuat di daerah Karawang

misalnya Water Boom, tempat bermain anak-anak, agritourism,

wisata air, pegunungan, outbond, dan lain-lain.

e. Festival

Festival yang sudah terkenal di Karawang ada “Mojang

Jajaka Karawang” dan parade Kemerdekaan. Dan ditambahkan

dengan festival Panen Raya akan lebih menampilkan identitas dari

Kabupaten Karawang itu sendiri.

2. Bisnis

a. Perhotelan

Di Kabupaten Karawang belum ada satupun Hotel

Berbintang, padahal potensi pengusaha dan bisnisnya cukup tinggi.

Kebanyakan pengusaha atau pembisnis lebih memilih menginap di

daerah Purwakarta kerena terdapat hotel berbintang dan

penginapan wisata yang bagus. Dengan potensi wisata yang bagus,

maka seharusnya potensi penginapan dan perhotelan di Karawang

juga seharusnya menjanjikan.

b. Hiburan

Bisnis hiburan di Kabupaten Karawang juga cukup

menjanjikan. Dengan jumlah warga yang banyak dan bervariasi

dari berbagai suku, maka pasar untuk bisnis hiburan cukup

berpotensi.

c. Perbelanjaan

Page 106: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

106

Daerah perbelanjaan modern seperti mall belum dikelola

dengan baik, misalnya mall yang terdapat dipusat Kota Karawang,

mall di Galuh Mas serta di kecamatan Cikampek, yang tidak

seperti mall yang berada di kota-kota besar.

C. Perusahaan-Perusahaan di Kabupaten Karawang.

Kabupaten Karawang dalam rangka meningkatkan dan/atau

mempertahankan kinerja pembangunan menghadapi perkembangan perubahan

lingkungan strategis yang sangat dinamis serta faktor-faktor berpengaruh yang

berubah dengan cepat dan sering tidak terduga, maka diwujudkan visi dan

misi berbasis pada analisis lingkungan strategis dan isu-isu strategis. Seperti

motto Dinas Perindustrian Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten

Karawang yaitu “Serasi dan Berdaya guna” yang artinya bekerja keras secara

serasi yang diharapkan karyanya dapat bermanfaat untuk masyarakat

Karawang, diharapkan visi Dinas Perindustrian Perdagangan, Pertambangan

dan Energi Kabupaten Karawang sebagai pemicu bagi seluruh komponen

masyarakat (stakeholders), Pemerintah dan dunia usaha untuk terus bekerja

keras membangun daerah dalam rangka untuk mencapai visi yang dicita-

citakan.

Pembentukan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan

Energi Kabupaten Karawang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Karawang Nomor 10 Tahun 2008, tentang Sekretariat Daerah, Sekretariat

DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

Page 107: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

107

Dan dijabarkan dalam Peraturan Bupati Karawang Nomor: 38 tahun 2008

tentang Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Perindustrian, Pertambangan

dan Energi Kabupaten Karawang.

Berdasarkan peraturan dimaksud, Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang mempunyai Tugas Pokok:

Membantu Bupati Karawang dalam melaksanakan sebagian kewenangan

daerah Bidang Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi dan

tugas pembantuan yang ditugaskan dari Pemerintah kepada Daerah.

Adapun dalam melaksanakan tugas pokok dimaksud Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang

memiliki fungsi dalam penyelenggaraan tugas pokok sebagaimana dimaksud

Dinas mempunyai fungsi :10

a. Pengaturan dan Pengurusan kegiatan teknis operasional di Bidang

Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi serta kemetrologian

perlindungan konsumen berdasarkan kebijakan Bupati,

b. Pelaksanaan pengembangan program pemerintah daerah di Bidang

Perindustrian, Perdagangan, pertambangan dan Energi.

c. Pelaksanaan pelayanan di Bidang Perindustrian, Perdagangan,

Pertambangan dan Energi.

Adapun daftar perusahaan-perusahaan yang ada dikabupaten

Karawang adalah sebagai berikut:

Untuk lebih jelas dan rincinya terdapat dilampiran Tabel 5, 6 dan 7

10

Webite resmi Kabupaten Karawang http://www.karawangkab.go.id /

sites/default/files/pdf/Dinas%20Perindagtamben.pdf diakses pada tanggal 27 September

2016/ pada pukul 10.40 WIB

Page 108: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

108

D. Data Kependudukan di Kabupaten Karawang

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Karawang terus naik hingga 1,76

persen atau mencapai 40 ribu jiwa pertahun dari jumlah penduduk yang

hingga kini lebih dari 2 juta jiwa. saat ini jumlah penduduk Karawang

mencapai angka 2,1 juta penduduk. Jika pertahunnya laju pertumbuhan

penduduk mencapai 1,76 persen, maka diprediksi akan ada penambahan

penduduk 35 hingga 40 ribu orang pertahun.11

Untuk mengatur laju pertumbuhan penduduk ini BKBPP terus

melakukan program Keluarga Berencana (KB), hingga ini kesertaan KB di

Karawang sudah mencapai 71,54 persen. Namun pihaknya sangat

menyayangkan disetiap tahunnya ada sekitar 90 hingga 100 ribu pertahun

peserta memilih drop out menggunakan KB.

Adapun pertumbuhan dunia industri yang makin pesat di Kabupaten

Karawang ternyata menjadi daya tarik kuat bagi para penduduk dari daerah

lain untuk berbondong-bondong datang ke Kabupaten Karawang dengan

alasan mencari pekerjaan. Akibatnya tiap tahun jumlah penduduk Kabupaten

Karawang makin menggemuk dan diperkirakan pada akhir tahun 2016,

jumlahnya mencapai 3,5 juta jiwa.12

Untuk lebih jelas dan rincinya terdapat dilampiran Tabel 8 dan 9

11

Wawancara dengan Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan (BKBPP) Kabupaten Karawang, Banuara Nadeak pada tanggal 20 Juli 2016 12

Wawancara dengan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(Disdukcapil) Kabupaten Karawang, Yudi Yudiawan pada tanggal 13 Juli 2016.

Page 109: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

109

BAB IV

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP RANCANGAN

PERATURAN DAERAH (PERDA) NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN KARAWANG

A. Partisipasi masyarakat dalam kaitannya dengan Peraturan Daerah di

Kabupaten Karawang

Peraturan perundang-undangan dalam suatu konteks di negara

Indonesia adalah merupakan peraturan tertulis yang memuat norma hukum

yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga

negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam

Peraturan Perundang-undangan.

Hukum sebagai salah satu subjek dalam penyelenggaraan

pemerintahan diharapkan dapat menjadi sarana pembaruan perilaku dan

mendorong partisipasi masyarakat, sehingga menuju arah yang diinginkan,

yaitu masyarakat madani yang maju dan mandiri. Oleh karena itu,

pembangunan hukum mempunyai arti yang sangat penting bagi upaya

pembangunan nasional secara keseluruhan. Penyelenggara pembangunan

hukum tidak hanya pembangunan materi hukum serta sarana dan prasarana,

melainkan juga pembangunan para birokrasi hukum itu sendiri, baik sebagai

penegak hukum maupun sebagai perancang dan penyusun peraturan

perundang-undangan.

Di dalam suatu praktek penyelenggaraan pemerintahan, adanya

peraturan perundang-undangan yang baik akan banyak menunjang

Page 110: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

110

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, sehingga lebih

memungkinkan tercapainya tujuan negara. Untuk membuat suatu peraturan

perundang-undangan yang baik sangat diperlukan adanya persiapan-persiapan

yang matang seperti materi muatan yang akan diatur, teknik penyusunan

peraturan perundang-undangan. Maria Farida Indrati S mengatakan bahwa

proses pembentukan Undang-Undang terdiri atas tiga tahap, yaitu :

1. Proses penyiapan rancangan Undang-Undang, yang merupakan proses

penyusunan dan perancangan di lingkungan Pemerintah, atau di

lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat (Dalam hal RUU usul inisiatif).

2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan di Dewan

Perwakilan Rakyat.

3. Proses pengesahan (Oleh Presiden) dan pengundangan (Oleh Menteri

Negara Sekretaris Negara atas perintah Presiden).1

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, pembentukan Undang-Undang

dapat dilakukan oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini dapat

dilihat dan diketahui dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1). Dalam pasal 5

ayat (1) menegaskan tentang hak presiden untuk mengajukan rancangan

undang-undang, sebagai berikut: “Presiden berhak mengajukan rancangan

undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”. Pasal 20

ayat (1) menegaskan mengenai kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat dalam

membentuk Undang-Undang, sebagai berikut: “Dewan Perwakilan Rakyat

memegang kekuasaan membentuk undang-undang”.

Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk Undang-

Undang merupakan bentuk imbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat terhadap

1 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan

Pembentukannya, (Yogyakarta: Kansius, 2007) Jilid I, h. 134.

Page 111: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

111

pemerintah, sebagai wakil rakyat yang membawa aspirasi rakyat, hal ini sesuai

dengan pendapat Soehino sebagai berikut :

“Dalam negara yang berasaskan demokrasi adanya hak mengajukan

Rancangan Undang-Undang atas usul Inisiatif dari Dewan Perwakilan Rakyat

merupakan imbangan dari pada hak pemerintah untuk mengajukan Rancangan

Undang-Undang, sehingga dengan demikian prakarsa untuk mengatur sesuatu

hal atau materi dengan Undang-Undang tidak saja tergantung daripada

kemauan Pemerintah, melainkan diharapkan prakarsa itu datang pula dari

Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat yang membawakan aspirasi

rakyat yang diwakilinya”.2

Kekuasaan dalam membentuk peraturan perundang-undangan

mengalami pergeseran, salah satunya dalam membentuk peraturan daerah.

Sebelum amandemen Undang-Undang Dasar 1945 atau pada masa orde baru

pembentukan peraturan daerah didominasi oleh eksekutif, namun di era

reformasi atau sesudah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 adanya

keseimbangan antara eksekutif dan legislatif daerah dalam pembentukan

peraturan daerah. Irawan Soejito dalam hal peraturan daerah mengatakan

bahwa:

“Salah satu kewenangan yang sangat sangat penting dari suatu

Daerah yang berwenang mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

adalah kewenangan untuk menetapkan Peraturan Daerah. Hak untuk

2 Soehino, Hukum Tata Negara Teknik Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Liberty,

2003), h. 59

Page 112: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

112

menetapkan Peraturan Daerah disebut hak legislatif. Peraturan Daerah

adalah nama dari hasil pekerjaan legislatif daerah”.3

Peraturan daerah dalam penetapannya terlebih dahulu haruslah dibuat

rancangan peraturan daerah tersebut. Membuat rancangan peraturan daerah

yang baik sama halnya dengan membuat rancangan undang-undang,

merupakan pekerjaan yang sulit. Suatu peraturan perundang-undangan yang

baik, menghendaki dalam persiapannya pengetahuan yang mendalam dari

materi yang akan diatur dan pengetahuan akan daya upaya yang tepat untuk

mencegah penghindaran diri dari ketentuan-ketentuan itu, kecakapan untuk

mencari dan menemukan sarinya dari kumpulan fakta-fakta yang sudah

tumbuh sejak lama dan untuk menuangkannya di dalam bentuk peraturan yang

singkat tetapi jelas, agar maksud yang harus diperhatikan dapat dicapai

dengan sebaik-baiknya. Isi peraturan daerah dikatakan baik apabila dapat

dituangkan dalam suatu bentuk dan dengan suatu adat bahasa yang sopan, baik

dan mudah dipahami oleh siapapun, disusun secara sistematis, dengan

meninggalkan hal-hal yang kurang perlu, tidak membuat istilah yang dapat

memberikan interpretasi yang kembar, cukup memberikan kepastian tetapi

sebaliknya cukup luwes atau elastis sehingga dapat mengikuti perkembangan

keadaan.4

Berkaitan dengan Undang-Undang, peraturan daerah atau dapat

disebut juga sebagai undang-undang daerah (dalam arti luas) dapat dibuat atas

usul dari Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang akan

3 Irawan Soejito, Teknik Membuat Peraturan Daerah, (Jakarta: Bina Aksara, 1989),

h. 1 4 Irawan Soejito, Teknik Membuat Peraturan Daerah, ….., h. 3

Page 113: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

113

dibahas dalam beberapa tingkat pembicaraan dalam sidang di Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. Selanjutnya Soenobo Wirjosoegito menegaskan

bahwa:

Penyusunan rancangan peraturan daerah dapat diusulkan oleh kepala

daerah atau atas usul prakarsa DPRD. Rancangan peraturan daerah yang

disampaikan dari kepala daerah disampaikan kepada pimpinan DPRD dengan

nota pengantar. Sedangakn rancangan peraturan daerah yang berasal dari usul

prakarsa DPRD disertai penjelasannya, disampaikan secara tertulis kepada

pimpinan DPRD, yang selanjutnya akan diperbanyak dan disampaikan kepada

seluruh anggota DPRD, untuk dibahas dalam sidang DPRD.5

Peraturan daerah di Kabupaten Karawang sebagai bagian dari suatu

pertauran perundang-undangan, dalam proses pembentukannya memberikan

adanya kesempatan bagi masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Karawang

untuk memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka

pembentukan peraturan perundnag-undangan yang akan dibuat oleh para

Legislatif dan Eksekutif. Partisipasi masyarakat dalam hal memberikan

masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan ditingkat

Kabupaten/Kota diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 pasal

96 yang menegaskan bahwa:

1. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis

dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

2. Masukkan secara lisan dan/ atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat dilakukan melalui :

a. Rapat dengar pendapat umum;

5 Soenobo Wirjosoegito, Proses dan Perencanaan Peraturan Perundangan, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2004), h. 36.

Page 114: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

114

b. Kunjungan kerja;

c. Sosialisasi; dan/atau

d. Seminar, lokakarya, dan/atau diskusi

3. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang

perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas

substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan .

4. Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan

dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancnagan

Peraturan Perundang-undnagan harus dapat diakses dengan mudah oleh

masyarakat.

Penyelenggaraan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas,

wewenang, kewajiban dan tanggungjawabnya serta atas kuasa Peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi dapat menetapkan kebijakan daerah

yang dirumuskan, antara lain: dalam bentuk perturan daerah, Peraturan Kepala

Daerah dan ketentuan daerah lainnya. Kebijakan daerah dimaksud tidak boleh

bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dan

kepentingan umum serta perturan daerah lainnya.

Peraturan Pemerintah (Pusat) memuat aturan-aturan umum untuk

melaksanakan undang-undang. Sedangkan Peraturan Pemerintah Daerah

memuat aturan-aturan umum untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah

Pusat. Peraturan Pemerintah Daerah, isinya tidak boleh bertentangan dengan

Peraturan Pemerintah Pusat, dan jika ternyata bertentangan maka Peraturan

Pemerintah Daerah yang bersangkutan dengan sendirinya batal (tidak

berlaku).

Pada pasal 4 ayat (1) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Nomor III/MPR/2000 menegaskan bahwa sesuai dengan tata urutan Peraturan

Perundang-undangan ini, maka setiap aturan hukum yang lebih rendah tidak

boleh bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi.

Page 115: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

115

Sedangkan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pasal 7

menegaskan bahwa:

1. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-undang/Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah.

2. Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:

a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi bersama dengan Gubernur;

b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten/Kota bersama dengan Bupati/Walikota;

c. Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat, dibuat oleh Badan

Perwakilan Desa atau nama lainnya bersama dengan Kepala Desa atau

nama lainnya.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Pembuatan Peraturan

Desa/Peraturan yang setingkat diatur dengan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Adapun permasalahan yang muncul berkaitan dengan Pelaksanaan

Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten

Karawang yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 dan

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011, pada kenyataannya terdapat beberapa

kendala yang berpotensi menjadi masalah, antara lain sebagai berikut:

1. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan DPRD. Hali ini menunjukan bahwa

adanya pergeseran kedudukan dan fungsi DPRD yang tadinya merupakan

wakil rakyat menjadi penyelenggara pemerintahan daerah sehingga pada

Page 116: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

116

prakteknya aspirasi masyarakat kurang terakomodir dengan baik dalam

proses pembentukan peraturan daerah.

2. Partisipasi masyarakat yang diatur dalam Bab XI pasal 96 Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2011 masih mengatur secara umum dan belum

ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah sebagai petunjuk teknik

pelaksanaan partisipasi yang dimaksud. Hal ini dapat berakibat timbulnya

penafsiran yang berbeda diantara Pemerintah Daerah dalam upaya

melibatkan masyarakat pada proses Penyusunan Peraturan Daerah,

khususnya menyangkut tentang kriteria dan batasan golongan masyarakat,

sangat sulit untuk mewujudkan partisipasi tersebut.

3. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan tidak secara tegas mengatur mengenai partisipasi

masyarakat. Pengaturan partisipasi masyarakat ini hanya menjelaskan

sekelompok masyarakat yang dilibatkan dalam pembentukan Peraturan

Daerah tersebut dan tidak menjelaskan teknis pelaksanaan partisipasi

masyarakat.

Pada dasarnya masyarakat mempunyai hak untuk mencari,

memperoleh dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan negara

(termasuk penyelenggaraan pemerintah daerah), serta menyampaikan saran

dan pendapat terhadap kebijakan penyelenggaraan negara, (termasuk

penyelenggaraan pemerintah daerah). Tantangan yang berkaitan dengan

Page 117: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

117

partisipasi masyarakat dalam pembuatan dan evaluasi kebijakan daerah, antara

lain karena:6

1. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan erat dengan

pembuatan dan evaluasi kebijkan daerah, tidak mengatur mekanisme

partisipasi masyarakat secara rinci dan tegas.

2. Belum seluruh komponen masyarakat yang ada memahami akan hak dan

kewajibannya, untuk berpartisipasi dalam pembuatan dan evaluasi atas

suatu kebijakan daerah.

Mekanisme partisipasi masyarakat tersebut, diharapkan dapat memuat

substansi yang penting antara lain:

1. Hak partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan daerah yang baik

maupun usulan pencabutan kebijakan daerah yang sudah tidak relevan

lagi;

2. Meletakan kewajiaban kepada DPRD maupun Eksekutif daerah untuk

menampung dan menindaklanjuti usulan masyarakat;

3. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan naskah akademik dan Raperda;

4. Sosialisasi rencana penyusunan dan pembahasan kebijakan daerah kepada

publik.7

Dengan demikian, partisipasi masyarakat tersebut pada dasarnya

meliputi seluruh proses yang relevan dalam pembuatan suatu kebijakan

daerah. Dalam hal ini masyarakat diposisikan sebagai subjek pembuatan

kebijakan daerah sejajar dengan Eksekutif dan Legislatif dan bukan sekedar

simbol legitimasi Eksekutif dan Legislatif saja.

B. Partisipasi masyarakat dalam proses Pembentukan dan Implementasi

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di

Kabupaten Karawang

6 Maria, Farida Indrati Suprapto, Ilmu Perundang-undangan (Yogyakarta: Kanisius,

1998), h. 73 7 Suhardi, Kebijakan Daerah Yang Partisipatif, (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2002),

h. 5

Page 118: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

118

1. Partisipasi masyarakat dalam proses Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu unsur penting yang

harus diperhatikan dalam Pembentukan Peraturan Daerah. Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan mengatur mengenai partisipasi masyarakat dalam

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan termasuk didalamnya

Peraturan daerah yang menegaskan bahwa masyarakat berhak memberikan

masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan. Hak masyarakat dalam ketentuan ini dilaksanakan

sesuai dengan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat/ Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.8

Peluang dan partisipasi masyarakat dalam pembuatan dan evaluasi

kebijakan daerah, termasuk didalamnya kebijakan daerah di Kabupaten

Karawang cukup besar dan strategis. Hal tersebut pada hakikatnya telah

diatur dalam berbagai peraturan Perundang-undangan, sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana perubahan kedua Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Pemerintahan Daerah;

2. Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun

2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

8 Akmal Boedianto, Hukum Pemerintahan Daerah, Pembentukan Perda APBD

Partisipatif, (Surabaya: CV Putra Media Nusantara, 2010), h. 89.

Page 119: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

119

3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan;

4. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Pelaksanaan tahapan partisipasi masyarakat pada penyusunan

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan terlihat

bahwa perda tersebut dibentuk akibat kekhawatiran masyarakat yang

bekerja di pabrik sebagai buruh/ serikat pekerja yang disebabkan oleh

adanya Kontrak Kerja dan Outsoursing yang tidak memberikan jaminan

atas hak-hak para pekerja/buruh yang ada di Kabupaten Karawang. DPRD

Kabupaten Karawang berupaya untuk melibatkan masyarakat dalam

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011.

Masyarakat yang dilibatkan dalam penyusunan perda tersebut berasal dari

serikat buruh/ serikat Pekerja, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Karawang dan Asosiasi Pengusaha Indonesia.9 Adapun

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaanya biasanya berbentuk: Pertama,

anggota DPRD mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan

perwakilan pemerintah dan masyarakat. Kedua, mengadakan kunjungan

kerja ke daerah-daerah untuk mendengar masukan atau aspirasi

masyarakat ketika masa reses. Ketiga, para perwakilan elemen masyarakat

memberikan masukan secara tertulis kepada anggota DPRD berupa surat

9 Wawancara dengan Dewi Handayani Subekti, SH., MH, Staf Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kabupaten Karawang, pada tanggal 02 November 2016.

Page 120: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

120

permohonan agar para anggota DPRD mebuat kebijakan sesuai dengan

surat yang diajukan.10

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pembentukan

Produk Hukum Daerah menegaskan bahwa masyarakat hanya dilibatkan

dalam rapat yang dilaksanakan oleh Balegda. Balegda meminta

masyarakat untuk memberi masukan atas raperda yang disusun oleh

Pansus dalam rangka penyempurnaan substansi materi Raperda. Namun

demikian, secara keseluruhan proses penyusunan Perda Nomor 1 Tahun

2011 tentang Ketenagakerjaan belum sepeuhnya mencerminkan Perda

yang Partisipatif. Suatu Perda bisa dikatakan sebagai Perda yang

partisipatif jika keseluruhan proses perumusan Perda sampai pada

penetapan Perda melibatkan masyarakat. Sementara dalam penyusunan

Perda Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan belum sepenuhnya

melibatkan masyarakat, karena perwakilan publik (serikat buruh/serikat

Pekerja, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Asosiasi Pengusaha

Indonesia) hanya dilibatkan dalam Rapat Dengan Pendapat

Umum/diskusi/seminar.11

Menurut Dewi Handayani Subekti, SH., MH, menegaskan bahwa ketika

Perda tersebut sepenuhnya melibatkan masyarakat maka diharapkan Pertama,

Peraturan tersebut dapat mementingkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat

serta dapat memenuhi harapan-harapan masyarakat terutama kaum buruh yang

10

Wawancara dengan Dewi Handayani Subekti, SH., MH, Staf Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kabupaten Karawang, pada tanggal 02 November 2016. 11

Wawancara dengan Dadan Hendar, Staf Serikat Buruh /Pekerja Aneka Industri

FSPMI Kabupaten Karawang pada tanggal 09 November 2016.

Page 121: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

121

ada di Kabupaten Karawang. Kedua, masyarakat akan lebih patuh pada peraturan

daerah tersebut karena dalam pembuatannya melibatkan unsur masyarakat secara

aktif.

Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, bahwa

fungsi legislasi yang melekat pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dapat dilaksanakan melalui pembentukan dan pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah baik yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

maupun Pemerintah Daerah di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam

pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten Karawang mengacu kepada

Keputusan Bupati Karawang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pembentukan

Produk Hukum Daerah di Kabupaten Karawang.

Adapun penjelasan mengenai tahapan pembentukan Peraturan

Daerah Kabupaten Karawang menurut Keputusan Bupati Karawang

Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah di

Kabupaten Karawang, adalah sebagai berikut:12

1. Perencanaan Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

Sebagaimana ketentuan mengenai kekuasaan membentuk

undang-undang yang berada pada tangan Dewan Perwakilan Rakyat

dan juga Presiden, itu seperti halnya dengan kekuasaan membentuk

Peraturan Daerah yang berada di tangan Dewan Perwakilan Rakyat

12

Wawancara dengan Lilis Haerani, SE., Kasubag Perundang-undangan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Karawang, pada tanggal 02 November

2016.

Page 122: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

122

Daerah dan Bupati. Dalam kaitannya ini Rancangan Peraturan Daerah

dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun Bupati

yang harus disertai dengan penjelasan atau naskah akademik terkait

dengan Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan dan didasarkan

pada skala prioritas program legislasi daerah yang sudah disetujui

bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati. Dalam

hal ikhwal atau keadaan tertentu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

maupun Bupati dapat mengajukan Rancangan Peraturan Daerah diluar

dari program legislasi daerah yang sudah disetujui bersama antara

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari

Dewan Perwakilan Daerah tata cara pelaksanaanya adalah dapat

diajukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, komisi,

gabungan komisi, atau Badan Legislasi Daerah yang mana

disampaikan secara tertulis kepada pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang disertai dengan penjelasan atau keterangan

dan/atau naskah akademik yang disertai nama dan tanda tangan

pengusul yang nantinya akan diberi nomor pokok oleh sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan akan dilakukan pengkajian oleh

Badan Legislasi Daerah. Hasil dari pengkajian oleh Badan Legislasi

disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-lambatnya 7

Page 123: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

123

(tujuh) hari sebelum rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

Dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

pengusul akan memberikan penjelasan atas Rancangan Peraturan

Daerah dan fraksi serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

akan memberikan pandangan atas penjelasan pengusul serta pengusul

akan memberikan jawaban atas pandangan yang diberikan oleh fraksi

dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Setelah adanya jawab

terkait dengan rancangan peraturan daerah itu, maka dalam rapat

paripurna akan memutuskan usul rancangan peraturan daerah yang

dapat berupa persetujuan, persetujuan dengan pengubahan, dan

penolakan. Apabila dalam hal persetujuan dengan pengubahan maka

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menugasi komisi, Badan Legislasi

Daerah atau panitia khusus untuk menyempurnakan rancangan perda

tersebut dan setelah siap akan disampaikan kepada Bupati dengan surat

pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

2. Pembentukan Penyusunan Peraturan Daerah

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari

Kepala Daerah (Eksekutif) dan usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (legislatif).

a. Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah

(Eksekutif).

Page 124: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

124

Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh unit kerja

dijajaran pemerintah daerah. Dalam hal pengajuan Pra-Rancangan

Peraturan Daerah itu harus disertai dengan penjelasan-penjelasan

pokok pikiran (Naskah Akademik) dan diajukan kepada kepala

daerah melalui sekretaris daerah, apabila daerah Provinsi yang

mengkaji adalah biro hukum untuk diadakan kajian awal dan

koreksi sedangkan daerah Kabupaten/kota adalah bagian hukum.

Setelah dilakukan pengkajian awal atau koreksi oleh biro/bagian

hukum maka usulan pra-raperda diajukan kepada kepala daerah

disertai dengan pertimbangan-pertimbangan, saran dan penjelasan.

Apabila pra-raperda ditolak maka akan dikembalikan ke unit kerja

yang bersangkutan sedangkan apabila pra-rancangan peraturan

daerah diterima maka akan diproses lebih lanjut.

Pra-raperda yang diterima akan dikaji ulang untuk diadakan

penyempurnaan oleh biro/bagian hukum atas perintah dari

sekretaris daerah untuk mendapatkan tanggapan yuridis. Apabila

perlu dibahas pada forum yang lebih luas maka biro/bagian hukum

dapat mengikutsertakan unit kerja instansi yang terkait sehingga

ada persesuaian. Setelah rancangan peraturan daerah itu final

(selesai) disertai dengan penjelasan pokok, Rancangan Peraturan

Daerah itu disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya

biro/bagian hukum menyiapkan nota pengantar penyampaian

rancangan peraturan daerah dari kepala daerah kepada pimpinan

Page 125: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

125

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sekaligus pengantar penjelasan

rancangan peraturan daerah pada rapat pembahasan di Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

b. Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD).

Usulan Rancangan Peraturan Daerah berasal dari Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. Tata cara pelaksanaannya adalah dapat

diajukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang tidak terdiri hanya dari 1 (satu) fraksi, barulah

dapat mengajukan usul prakarsa mengenai pengaturan suatu urusan

daerah. Kemudian usulan itu disampaikan kepada pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dalam bentuk Rancangan Peraturan

Daerah disertai dengan pokok penjelasannya secara tertulis

biasanya dengan bentuk naskah akademik.

Sebagaimana usulan prakarsa yang telah diajukan kepada

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kemudian oleh

Sekretaris Daerah diberi nomor pokok, dan setelah itu oleh

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disampaikan dalam

rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setelah

mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah. Dalam rapat

paripurna tersebut, pemrakarsa menyampaikan penjelasan atas

usulnya (Inisiatif) dan anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Page 126: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

126

Daerah maupun kepala daerah (Eksekutif) hadir dan memberikan

tanggapan atas usulan. Pembentukan Peraturan Daerah yang

berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan tata cara pelaksanaan dapat

disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat

kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus

menangani bidang legislasi. Selain itu dalam hal apabila rancangan

peraturan daerah yang diajukan baik dari kepala daerah maupun

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai materi yang sama

dalam satu masa sidang, maka yang akan dibahas adalah rancangan

peraturan daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

3. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama dengan Bupati atau yang

ditunjuk mewakilinya melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan untuk

mendapatkan persetujuan bersama. Apabila Rancangan Peraturan

Daerah itu tidak mendapat persetujuan bersama maka Rancangan

Peraturan Daerah tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan

yang sama.

Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum

dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama dengan

Page 127: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

127

Bupati dengan disertai alasan-alasan penarikan. Selain itu, dalam hal

rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas dapat ditarik kembali

dengan persetujuan bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dan Bupati dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

yang dihadiri oleh Bupati. Apabila rancangan peraturan daerah yang

telah ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada masa sidang yang

sama.

4. Penetapan, Pengundangan dan Penyebarluasaan Peraturan

Daerah

Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah setelah

disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati

dan ditetapkan oleh Bupati. Penetapan Rancangan Peraturan Daerah

menjadi Peraturan Daerah didahului dengan penyampaian oleh

pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Bupati dalam jangka

waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan

bersama.

Penetapan Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan

Daerah oleh Bupati dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan

paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan peraturan

daerah tersebut disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dan Bupati. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak tanggal persetujuan bersama oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dan Bupati, Bupati tidak menandatangani rancangan

Page 128: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

128

peraturan daerah yang telah disetujui bersama, maka rancangan

peraturan daerah tersebut sah menjadi Peraturan Daerah dan wajib

diundangkan dalam Lembaran Daerah yang pengesahannya berbunyi

“Perda ini dinyatakan sah” dan kalimat ini dibubuhkan pada halaman

terakhir Peraturan Daerah sebelum pengundangan naskah Peraturan

Daerah ke dalam Lembaran Daerah dan berlaku setelah diundangkan

dalam Lembaran Daerah. Ada pengecualian dalam hal Peraturan

Daerah yang berkaitan dengan APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah

dan Tata Ruang Daerah sebelum diundangkan dalam Lembaran

Daerah harus diadakan evaluasi oleh pemerintah dan/atau Gubernur

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setelah Peraturan

Daerah diundangkan dalam Lembaran Daerah maka harus

disampaikan kepada Pemerintah dan/atau Gubernur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Untuk lebih jelas dan rincinya terdapat dilampiran Tabel 10

2. Partisipasi masyarakat dalam Implementasi Peraturan Perundang-

Undangan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di

Kabupaten Karawang

Menurut pakar ilmu kebijakan publik Edward III tahapan penting

dalam siklus kebijakan publik adalah implementasi kebijakan.

Implementasi sering dianggap hanya merupakan pelaksanaan dari apa

yang telah diputuskan oleh legislatif atau para pengambil keputusan,

Page 129: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

129

seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam

kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting karena suatu

kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan

baik dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana

suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan

kebijakan itu sendiri.

Implementasi merupakan suatu kebijakan yang tidak hanya sekadar

bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan

politik kedalam presedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi belaka,

melainkan lebih dari itu dalam mengimplementasikan kebijakan yang

menyangkut kompleksitas, keputusan siapa, mendapat apa dari suatu

kebijakan. Pemenuhan sumber daya dimaksud dapat berupa sarana,

presedur, dan lainnya yang mendukung implementasi secara efektif.13

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaaan di Kabupaten Karawang belum begitu maksimal dalam

pelaksanaannya disebabkan oleh kendala-kendala yang terjadi

dimasyarakat yang hampir ada pada setiap perusahaan, diantaranya:14

1. Menghapus kontak kerja;

2. Outsoursing kerja;

3. Carut marut dalam pengrekrutan karyawan di perusahaan;

4. Adanya oknum-oknum yang nakal;

13

Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika 2012) h. 82. 14

Wawancara dengan Lilis Haerani, SE., Kasubag Perundang-undangan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Karawang, pada tanggal 02 November

2016.

Page 130: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

130

5. Rezim upah murah disebagian perusahaan.

Berdasarkan masalah sosial yang terjadi tersebut atas laporan

masyarakat, maka kami dari pihak DPRD Kabupaten Karawang agar

senantiasa melakukan evaluasi-evaluasi terhadap perda tersebut.

Namun demikian masyarakat Kabupaten Karawang yang

berpropesi sebagai buruh pabrik/serikat pekerja menyambut Peraturan

Daerah ini dengan baik dan senang hati dikarenakan pada pasal 25

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 menyebutkan bahwa setiap

perusahaan yang ada di Kabupaten Karawang wajib mengupayakan,

mengutamakan serta memprioritaskan Tenaga Kerja Lokal sekurang-

kurangnya sebanyak 60 persen dari tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

perusahaan, maka dari itu para putra-putri daerah khususnya di Kabupaten

Karawang bisa lebih mandiri secara finansial dengan berdasarkan

Kabupaten Karawang merupakan Kabupaten/Kota yang memiliki Upah

Minimum Regional (UMR) tertingi di Jawa Barat dan secara langsung bisa

mengentaskan kemiskinan masyarakat.15

Senanda dengan pernyataan diatas, menurut bapak Dadan

Partisipasi masyarakat dalam Implementasi Peraturan Perundang-

Undangan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten

Karawang terutama kaum buruh pabrik/serikat pekerja menang belum

berjalan dan berlaku begitu maksimal di setiap Perusahaan-perusahaan

yang ada di Kabupaten Karawang disebabkan lemahnya pengawasan dari

15

Wawancara Dewi Handayani Subekti, SH., MH, dengan Staf Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kabupaten Karawang, pada tanggal 02 November 2016.

Page 131: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

131

pihak Pemerintah dalam mengawal peraturan daerah tersebut, selanjutnya

harapan bapak dadan sebagai perwakilan pihak serikat pekerja kepada

pihak pemerintah dalam membuat dan menentukan sebuah kebijakan

publik yang menyangkut akan masyarakat secara luas agar senantiasa

mempertimbangkan Kehidupan Hidup Layak (KHL) di masyarakat

terutama di Kabupaten Karwang dikarenakan kebutuhan hidup pada setiap

waktunya selalu naik.16

Dalam mencapai suatu keberhasilan Implementasi perundang-

undangan sangat ditentukan oleh penegak hukum. Tanpa adanya peran

dari penegak hukum peraturan perundang-undangan dan kebijakan-

kebijakan apapun akan menjadi sia-sia dan hanya menjagi simbol semata,

sebab manusia sebagai objek hukum dan sebagai mahluk Tuhan di bumi

ini pasti memiliki sejumlah kelemahan dan kekurangan sehingga perlu

pengaturan yang jelas dan tegas terhadap suatu peraturan perundang-

undangan.

C. Analisis Penulis

Adapun analisis pembahasan yang penulis lakukan terhadap Partisipasi

Masyarakat terhadap Pembentukan Peraturan Daerah (Perda) di Kabupaten

Karawang (Studi terhadap Pembentukan dan Implementasi Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang),

diantaranya adalah sebagai berikut:

16

Wawancara dengan Dadan Hendar Staf Serikat Buruh /Pekerja Aneka Industri

FSPMI Kabupaten Karawang pada tanggal 09 November 2016.

Page 132: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

132

1. Terhadap Bagaimana bentuk patisipasi masyarakat dalam pembentukan

Peraturan Daerah, baik berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan

Peraturan Daerah Nomor Nomor 7 Tahun 2014 Pembentukan Produk

Hukum Daerah Kabupaten Karawang terdapat kesesuaian diantara

keduanya, yakni menegaskan bahwa para pengagas atau pemrakarsa perlu

menyerap aspirasi yang berkembang di masyarakat, hal ini merupakan

penjabaran atau Implementasi dari Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada pasal 96 dan

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 Pembentukan Produk Hukum

Daerah Kabupaten Karawang pada pasal 84 yang sama-sama menegaskan

bahwa Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau

tertulis dalam rangka penyiapan dan/atau pembahasan rancangan undang-

undang dan rancangan peraturan daerah. Adapun bentuk patisipasi

masyarakat antara lain: Pertama, anggota DPRD Kabupaten Karawang

mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan perwakilan

pemerintah dan masyarakat. Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke

daerah-daerah untuk mendengar masukan atau aspirasi masyarakat ketika

masa reses. Ketiga, para perwakilan elemen masyarakat memberikan

masukan secara tertulis kepada anggota DPRD Kabupaten Karawang

berupa surat permohonan agar para anggota DPRD mebuat kebijakan

sesuai dengan surat yang diajukan.

Page 133: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

133

2. Juga terdapat kesesuaian yang signifikan mengenai mekanisme yang

digunakan tentang partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan

peraturan daerah antara dari Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan Peraturan

Daerah Nomor Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk

Hukum Daerah Kabupaten Karawang, yaitu:

a. Tahapan kegiatan penyusunan peraturan daerah, mulai dari tahap

persiapan, tahap pembahasan, tahap pengesahan, tahap penetapan serta

tahap pengundangan/tahap penyebarluasan.

b. Terdapat kesesamaan mengenai sitematika penyusunan peraturan

daerah antara Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan Peraturan

Daerah Nomor Nomor 7 Tahun 2014 Pembentukan Produk Hukum

Daerah Kabupaten Karawang, meliputi: Judul, Pembukaan, Batang

Tubuh, Penutup, Penjelasan dan Lampiran.

c. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan dengan Peraturan Daerah Nomor

Nomor 7 Tahun 2014 Pembentukan Produk Hukum Daerah Kabupaten

Karawang menjadi dasar hukum/payung hukum yang mengatur secara

jelas dan tegas mengenai partisipasi masyarakat dalam pembentukan

peraturan daerah di Kabupaten Karawang, khususnya atas Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan.

Page 134: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

134

3. Adapun Partisipasi masyarakat dalam bentuk implementasi Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten

Karawang terutama kaum buruh pabrik/serikat pekerja menang belum

berjalan dan berlaku secara maksimal di setiap Perusahaan-perusahaan

yang ada di Kabupaten Karawang disebabkan lemahnya pengawasan dari

pihak Pemerintah dalam mengawal peraturan daerah tersebut. Namun

demikian masyarakat Kabupaten Karawang yang berpropesi sebagai buruh

pabrik/serikat pekerja menyambut Peraturan Daerah ini dengan baik dan

senang hati dikarenakan pada pasal 25 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2011 menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang ada di Kabupaten

Karawang wajib mengupayakan, mengutamakan serta memprioritaskan

Tenaga Kerja Lokal sekurang-kurangnya sebanyak 60 persen dari tenaga

kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, maka dari itu para putra-putri

daerah khususnya di Kabupaten Karawang bisa lebih mandiri secara

finansial dengan berdasarkan Kabupaten Karawang merupakan

Kabupaten/Kota yang memiliki Upah Minimum Regional (UMR) tertingi

di Jawa Barat dan secara langsung bisa mengentaskan kemiskinan

masyarakat.

Page 135: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

135

BAB V

PENUTUP

Bab ini merupakan hasil pembahasan atau jawaban atas identifikasi

masalah, antara lain:

A. Kesimpulan

1. Bentuk Partisipasi masyarakat di Kabupaten Karawang dalam

Pembentukan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan antara lain: Pertama, anggota DPRD Kabupaten

Karawang mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan perwakilan

pemerintah dan masyarakat. Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke

daerah-daerah untuk mendengar masukan atau aspirasi masyarakat ketika

masa reses. Ketiga, para perwakilan elemen masyarakat memberikan

masukan secara tertulis kepada anggota DPRD Kabupaten Karawang

berupa surat permohonan agar para anggota DPRD mebuat kebijakan

sesuai dengan surat yang diajukan.

2. Mekanisme yang digunakan mengenai patisipasi masyarakat dalam proses

penyusunan peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang berdasarkan Keputusan Bupati

Karawang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum

Daerah di Kabupaten Karawang, adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

b. Pembentukan Penyusunan Peraturan Daerah

c. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

Page 136: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

136

d. Pengundangan dan Penyebarluasaan Peraturan Daerah

3. Adapun Partisipasi masyarakat dalam bentuk implementasi Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten

Karawang terutama kaum buruh pabrik/serikat pekerja menang belum

berjalan dan berlaku secara maksimal di setiap Perusahaan-perusahaan

yang ada di Kabupaten Karawang disebabkan lemahnya pengawasan dari

pihak Pemerintah dalam mengawal peraturan daerah tersebut. Akan tetapi

masyarakat berpropesi sebagai buruh pabrik/serikat pekerja menyambut

Peraturan Daerah ini dengan baik dan senang hati dikarenakan perturan

tersebut menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang ada di Kabupaten

Karawang wajib mengupayakan, mengutamakan serta memprioritaskan

Tenaga Kerja Lokal sekurang-kurangnya sebanyak 60 persen dari tenaga

kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan.

B. Saran-saran

1. Terdapat permasalahan dengan belum terbitnya petunjuk pelaksana, baik

berupa Peraturan Pemerintah maupun Perturan Presiden mengenai bentuk

maupun tata cara Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan maupun Peraturan daerah, sehingga dapat

menimbulkan akibat adanya penafsiran yang berbeda di lingkungan

Pemerintah daerah, maka disarankan kepada Pemerintah untuk

secepatnya menerbitkan petunjuk pelaksana maupun petunjuk teknis

terhadap bentuk maupun tata cara partisipasi masyarakat dalam

Page 137: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

137

penyusunan maupun Pembahasan Perturan Perundang-undangan, sehingga

diharapkan tidak terjadinya kekosongan hukum dalam pemberlakuan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang dijadikan sebagai pedoman Pemerintah Daerah

dalam Pembentukan Perturan Daerah.

2. Dengan dikeluarkan dan berlakunya Undang-undang Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, terutama pada

pasal 96 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Perturan

Daerah. Alangkah bagusnya apabila dibentuknya Peraturan Pemerintah

ataupun Peraturan Presiden tentang Mekanisme dan Tata cara Partisipasi

Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Daerah, sehingga Partisipasi

Masyarakat tersebut dapat berjalan efektif serta efesien karena memiliki

landasan hukum yang jelas dan tegas.

3. Mengenai implementasi Perautan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

ketenagakerjaan di kabupaten karawang memang belum berjalan

maksimal dikarenakan lemahnya pengawasan dan ada sebagian

perusahaan yang belum menjalankan sepenuhnya perda tersebut. Maka

saran saya kepada pemerintah untuk lebih tegas dan konsisten terhadap

perda yang telah dibuat, bahkan bila perlu harus dibuat dinas khusus yang

melayani dan menjalankan terdapat perda yang telah dibuat, terhadap

perusahaan yang belum menjalankan sepenuhnya, baik diberikan sanksi

berupa : teguran, peringatan tertulis, pembekuan kegiatan usaha, serta

pecabutan ijin usaha.

Page 138: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

138

DAFTAR PUSTAKA

Akmal Boedianto, Hukum Pemerintahan Daerah, Pembentukan Perda APBD

Partisipatif, Surabaya: CV Putra Media Nusantara, 2010.

Azis Syamsudin, Praktek dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, Jakarta: Sinar

Grafika, 2011.

B.N Marbun, DPRD Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983.

Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-Undangan Indonesia, Jakarta: Ind-

Hill.Co., 1992.

___________, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: Pusat Studi

Hukum, UII, 2002.

Bambang Indra, Peranan Bawasda Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintah Daerah, Medan:Fakultas Hukum USU, 2006.

Bambang Pramono, Sosiologi sebuah Pengantar, Jakarta: Laboratium Sosiologi

Agama, 2010.

C.S.T., Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1986.

___________, Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Jakarta: Aksara Baru, 1979.

Dalam Korten, David C., People Centered Development Contribution Toward

Theory and Planning Framework, Terjemahan A. Setiawan Abadi,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1984.

Didik Sukrino, “Hukum Konstitusi dan Konsep Otonomi Daerah”, Malang:

Setarrapres, 2013.

Einfeld Marcus, Kolom Hukum, Temukan Sistem Hukum Sendiri, Kompas,

Jakarta, 2013.

Faried Ali, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Faried Ali, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1997.

H.A.W. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 2002.

Page 139: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

139

http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/data-94-Kependudukan.html di

akses pada tanggal 15 Juli 2016 pada pukul 01.30 WIB.

http://www.daftar.co/perusahaan-di-kawasan-kiic-karawang/ Diakses pada tanggal

06 Oktober pada pukul 20.12 WIB.

http://www.indosiar.com/ragam/ruwat-laut-berharap-berkah-rejeki_88343. html

diakses pada tanggal 27 Juni 2016/ 21 Ramadhan 1437 H pada pukul

03.45 WIB.

http://www.karawanginfo.com/?p=7666 diakses pada tanggal 27 Juni 2016/ 21

Ramadhan 1437 H pada pukul 04.00 WIB.

https://embunhatiku.wordpress.com/2011/07/28/potensi-kabupaten-karawang/

diakses pada tanggal 22 September 2016 pada pukul 16.00 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Karawang diakses pada tanggal 27 Juni

2016/ 21 Ramadhan 1437 H pada pukul 04.30 WIB.

https://pemi-loker.blogspot.co.id/2014/08/daftar-alamat-perusahaan-di-kawasan-

industri-srya-cipta-karawang.html Diakses pada tanggal 07 Oktober pada

pukul 11.25 WIB.

Irawan Soejito, Teknik Membuat Peraturan Daerah, Jakarta: Bina Aksara, 1989.

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Tata Negara, Konstitusi Pers, Jakarta, 2006.

_______________, Perihal Undang-Undang, Jakarta : Konstitusi Press, 2006.

Kaho, Riwu, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Jakarta:

Rajawali Press, 1997.

Kranenbrug, Ilmu Negar Umum, Diterjemahkan oleh Tk. B. Sabaroedin, Jakarta:

Pradnya Aramita, 1980.

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Mahfud M.D., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Bandung: Rieneka

Cipta, 2001.

Maria Farida Indrati Soeprato, Ilmu Perundang-Undangan, Jenis, Fungsi dan

Materi Muatan, Jogjakarta: Kanasius, 2007.

_________________, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan

Pembentukannya, Yogyakarta: Kansius, 2007.

_________________, Ilmu Perundang-undangan Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Page 140: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

140

Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan Daerah ,Kajian Tentang Hubungan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Purwokerto: STAIN

Press, 2002.

Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Bandung: Nusa Media, Tahun

2009.

Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Purnadi Purbacaraka dkk, Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Bandung:

Alumni, 1979.

R.D.H Koesoemahatmadja dalam Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan

Daerah, Kajian Tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Daerah, Purwokerto: STAIN Press, 2002.

Rosjidi Ranggawijaya, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia,

Bandung: Mandar Maju, 1998.

Sadu wasistiono, Kapita Selekta Managemen Pemerintah Daerah, Bandung:

Fokus Media, 2003.

Santoso Sastropoetro, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam

Pembangnan Nasional, Bandung: Penerbit Alumni, 1986.

_________________, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta: Sinar

Grafika 2012.

Soehino, Hukum Tata Negara Teknik Perundang-Undangan, Yogyakarta: Liberty,

2003.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 2000.

Soenobo Wirjosoegito, Proses dan Perencanaan Peraturan Perundangan,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty,

1996.

Suhardi, Kebijakan Daerah Yang Partisipatif, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2002.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Page 141: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

141

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Victor M Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan di Daerah, Jakarta:

Sinar Grafika, 1994.

Webite resmi Dinas Pendidikan di Kabupaten Karawang

http://www.disdikpora.karawangkab.go.id/artikel/sejarah-dinas-

pendidikan-kabupaten-karawang, diakses pada tanggal 26 Juni 2016/ 20

Ramadhan 1437 H pada pukul 17.30 WIB.

Webite resmi Kabupaten Karawang di Provinsi Jawa Barat http:// www.

jabarprov.go.id /index.php/pages/id/1055 diakses pada tanggal 26 Juni

2016/ 20 Ramadhan 1437 H pada pukul 17.30 WIB.

Webite resmi Kabupaten Karawang di Provinsi Jawa Barat http:// www.

jabarprov.go.id /index.php/pages/id/1055 diakses pada tanggal 26 Juni

2016/ 20 Ramadhan 1437 H pada pukul 17.30 WIB.

Webite resmi Kabupaten Karawang http://www.karawangkab.go.id /

dokumen/gambaran-umum diakses pada tanggal 26 Juni 2016/ 20

Ramadhan 1437 H pada pukul 17.10 WIB.

Webite resmi Kabupaten Karawang http://www.karawangkab.go.id /

sites/default/files/pdf/Dinas%20Perindagtamben.pdf diakses pada tanggal

27 September 2016/ pada pukul 10.40 WIB.

Webite resmi Kabupaten Karawang http://www.karawangkab.go.id

/sekilas/sejarah-karawang diakses pada tanggal 26 Juni 2016/ 20

Ramadhan 1437 H pada pukul 16.41 WIB.

Wibsite Resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang http://www.

karawangkab.go.id/sites/default/files/pdf/Dinkes2015 diakses pada tanggal

27 Juni 2016/ 21 Ramadhan 1437 H pada pukul 02.45 WIB.

Page 142: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

DOKUMENTASI WAWANCARA

1. Wawancara Dengan Bagian Hukum Sekretariat Kabupaten Karawang

2. Wawancara Dengan Kasubag Perundang-Undangan Sekretariat DPRD Kabupaten

Karawang

3. Wawancara Dengan Serikat Buruh Aneka Industri FSPMI Kabupaten Karawang

Page 143: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

DRAF WAWANCARA

KEPADA PARA NARASUMBER

NAMA : Hj. Lilis Haerani, SE

JABATAN : Kasubag Perundang-Undangan DPRD Kabupaten Karawang

HARI/ TANGGAL : Rabu, 02 November 2016

1. Menurut Bapak/Ibu, apa makna dari Partisipasi Masyarakat dalam Rancangan

Pembentukan Peraturan Daerah?

Jawaban: Kalo menurut ibu mengenai pengertian dari Partisipasi Masyarakat dalam

Rancangan Pembentukan Peraturan Daerah adalah bagaimana masyarakat

ikut serta berperan dalam pembuat rancangan Pembentukan Peraturan

Daerah baik secara lisan maupun secara tulisan, ya sesuailah dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan di pasal 96 ayat 1.

2. Bagaimana bentuk peran/partisipasi Masyarakat dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah?

Jawaban: Bentuk peran/partisipasi Masyarakat dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di pasal 96 ayat 2

menyebutkan diantaranya sosialisasi, diskusi, kunjungan kerja ataupun

seminar. Tetapi biasanya di Kabupaten Karawang ini selalu mengadakan

diskusi atau seminar apabila ingin mengadakan Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah dengan pihak-pihak dan dinas-dinas terkait. Atau juga

ketika ada masa reses, para anggota Dewan pulang ke daerah

pemilihannya masing-masing untuk menerima serta menyampaikan

Page 144: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

aspirasi-aspirasi masyarakat di daerahnya. Dan yang berikutnya para

perwakilan elemen masyarakat memberikan masukan secara tertulis

kepada anggota DPRD Kabupaten Karawang berupa surat permohonan

agar para anggota DPRD mebuat kebijakan sesuai dengan surat yang

diajukan.

3. Bagaimana mekanisme/ tata cara yang digunakan dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Adapun penjelasan mengenai tahapan/mekanisme atau tata cara

pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang menurut Keputusan

Bupati Karawang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk

Hukum Daerah di Kabupaten Karawang, adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

2. Pembentukan Penyusunan Peraturan Daerah

3. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

4. Pengundangan dan Penyebarluasaan Peraturan Daerah

4. Dari pihak mana saja yang ikut berpartisipasi dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah di Kabupaten Karawang?

Jawaban : Adapun pihak ikut berpartisipasi dalam Rancangan Pembentukan Peraturan

Daerah di Kabupaten Karawang Nomor 1 Tahun 2011 diantaranya adalah

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker), Bagian Hukum

Sekretariat Kabupaten Karawang, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),

Serikat Buruh/Pekerja Pabrik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(Disperindag), dinas lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, serta yang

lainnya yang berkaitan dengan perda yang akan dibuat.

Page 145: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

5. Atas usulan dari siapa Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan di

Kabupaten Karawang Atas usulan dari anggota DPRD yang mendapatkan

desakan serta usulan dari serikat Buruh/Pekerja Pabrik.

6. Apa yang melatarbelakangi lahirnya Peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan?

Jawaban: Adapun yang melatarbelakangi lahirnya Peraturan daerah Nomor 1 Tahun

2011 tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang adalah adanya

masalah yang terjadi dimasyarakat yang bekerja sebagai serikat

buruh/pekerja pabrik, diantarnya yaitu:

1. Menghapus kontak kerja;

2. Outsoursing kerja;

3. Carut marut dalam pengrekrutan karyawan di perusahaan;

4. Adanya oknum-oknum yang nakal;

5. Rezim upah murah disebagian perusahaan

7. Bagaimana bentuk implementasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Bila berbicara tentang bentuk implementasi Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang belum

begitu maksimal dalam pelaksanaannya disebabkan oleh kendala-kendala

yang terjadi dimasyarakat yang hampir ada pada setiap perusahaan yang

menjadi latar belakang lahirnya Perda tersebut.

8. Bagaimana dampak terhadap masyarakat setelah Perda tersebut ditetapkan terutama

kaum buruh / serikat pabrik di Kabupaten Karawang?

Page 146: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

Jawaban: Adapun dampak terhadap masyarakat setelah Perda tersebut ditetapkan

terutama kaum buruh / serikat pabrik di Kabupaten Karawang seharusnya

menguntungkan masyarakat sebab salah pasal dalam perda tersebut

menyebutkan bahwa perusahaan wajib mengupayakan, mengutamakan

serta memprioritaskan Tenaga Kerja Lokal sekurang-kurangnya sebanyak

60 persen dari tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, maka secara

langsung masyarakat di Kabupaten Karawang mendapat prioritas

dibandingkan dengan masyarakat didaerah lain.

9. Apa kaitannya antara Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat

Nomor 561/Kep.1322-Bangsos/2015 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di

Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016?

Jawaban : Adapun kaitannya antara Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang dengan Keputusan Gubernur

Jawa Barat Nomor 561/Kep.1322-Bangsos/2015 tentang Upah Minimum

Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 adalah kedua

peraturan tersebut sama-sama mengatur tentang ketenagakerjaan,

mengatur tentang ekonomi kerakyatan serta mengatur tentang

kesejahteraan rakyat.

10. Di DPRD Kabupaten Karawang Ada berapa Komisi ? serta apa saja fungsi dan

perannya?

Jawaban : Adapun Komisi yang ada di DPRD Kabupaten Karawang ada 4 Komisi,

ada komisi A,B,C dan D. Komisi A mengatur tentang pemerintahan,

Komisi B mengatur tentang ekonomi dan keuangan, Komisi C mengatur

tentang pembangunan daerah serta Komisi D mengatur tentang

Page 147: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

kesejahteraan rakyat, dan untuk lebih lengkapnya silahkan lihat Peraturan

daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Karawang pasal 51-53

Page 148: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

DRAF WAWANCARA

KEPADA PARA NARASUMBER

NAMA : Dewi Handayani Subekti SH., MH

JABATAN : Staf Bagian Hukum Setda Kabupaten Karawang

HARI/ TANGGAL : Rabu, 02 November 2016

1. Menurut Bapak/Ibu, apa makna dari Partisipasi Masyarakat dalam Rancangan

Pembentukan Peraturan Daerah?

Jawaban: Menurut ibu mengenai pengertian dari Partisipasi Masyarakat dalam

Rancangan Pembentukan Peraturan Daerah adalah bagaimana masyarakat

ikut serta berperan dalam pembuat rancangan Pembentukan Peraturan

Daerah baik secara lisan maupun secara tulisan, ya sesuailah dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan di pasal 96 dan tambah lagi Peraturan Mentri Dalam

Negeri Nomor 20 Tahun 2015 tentang Produk Hukum Daerah.

2. Bagaimana bentuk peran/partisipasi Masyarakat dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah?

Jawaban: Partisipasi Masyarakat dalam Rancangan Pembentukan Peraturan Daerah

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di pasal 96 ayat 2

menyebutkan diantaranya sosialisasi, diskusi, kunjungan kerja ataupun

seminar. Tetapi biasanya di Kabupaten Karawang ini selalu mengadakan

diskusi atau seminar apabila ingin mengadakan Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah dengan pihak-pihak dan dinas-dinas terkait.

3. Bagaimana mekanisme/ tata cara yang digunakan dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah di Kabupaten Karawang?

Page 149: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

Jawaban: Mengenai tahapan/mekanisme atau tata cara pembentukan Peraturan

Daerah Kabupaten Karawang menurut Keputusan Bupati Karawang

Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah di

Kabupaten Karawang, adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

2. Pembentukan Penyusunan Peraturan Daerah

3. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

4. Pengundangan dan Penyebarluasaan Peraturan Daerah

4. Dari pihak mana saja yang ikut berpartisipasi dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Adapun pihak ikut berpartisipasi dalam Rancangan Pembentukan Peraturan

Daerah di Kabupaten Karawang Nomor 1 Tahun 2011 diantaranya adalah

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker), Bagian Hukum

Sekretariat Kabupaten Karawang, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),

Serikat Buruh/Pekerja Pabrik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(Disperindag), dinas lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, serta yang

lainnya yang berkaitan dengan perda yang akan dibuat.

5. Atas usulan dari siapa Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Usulan dari DPRD sehingga keluarnya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2011 tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang sebab mendapatkan

desakan serta usulan dari serikat Buruh/Pekerja Pabrik.

6. Apa yang melatarbelakangi lahirnya Peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Ketenagakerjaan?

Page 150: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

Jawaban: Adapun yang melatarbelakangi lahirnya Peraturan daerah Nomor 1 Tahun

2011 tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang adalah adanya

masalah yang terjadi dimasyarakat yang bekerja sebagai serikat

buruh/pekerja pabrik, diantarnya yaitu:

1. Menghapus kontak kerja;

2. Outsoursing kerja;

3. Memberikan perlindungan ketenagakerjaan.

7. Bagaimana bentuk implementasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Adapun bentuk implementasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang belum begitu maksimal

dalam pelaksanaannya disebabkan oleh kendala-kendala yang terjadi

dimasyarakat yang hampir ada pada setiap perusahaan yang menjadi latar

belakang lahirnya Perda tersebut

8. Bagaimana dampak terhadap masyarakat setelah Perda tersebut ditetapkan terutama

kaum buruh / serikat pabrik di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Seharusnya menguntungkan masyarakat sebab salah pasal dalam perda

tersebut menyebutkan bahwa perusahaan wajib mengupayakan,

mengutamakan serta memprioritaskan Tenaga Kerja Lokal sekurang-

kurangnya sebanyak 60 persen dari tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

perusahaan.

9. Apa kaitannya antara Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat

Nomor 561/Kep.1322-Bangsos/2015 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di

Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016?

Page 151: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

Jawaban: Kedua peraturan tersebut sama-sama mengatur tentang ketenagakerjaan,

mengatur tentang ekonomi kerakyatan serta mengatur tentang

kesejahteraan rakyat.

Page 152: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

DRAF WAWANCARA

KEPADA PARA NARASUMBER

NAMA : Dadan Hendar

JABATAN : Staff FSPMI

HARI/ TANGGAL : Rabu, 09 November 2016

1. Menurut Bapak/Ibu, apa makna dari Partisipasi Masyarakat dalam Rancangan

Pembentukan Peraturan Daerah?

Jawaban: Ya menurut saya mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Rancangan

Pembentukan Peraturan Daerah adalah bagaimana masyarakat ikut serta

dalam Rancangan Pembentukan Peraturan Daerah baik secara lisan

dan/atau secara tulisan (Memberikan konsep hasil dari lapangan), Suatu

perda bisa dikatakan sebagai Perda yang Partisipatif jika keseluruhan

proses perumusan Perda sampai pada Penetapan Perda melibatkan

masyarakat. Sementara dalam penyusunan Perda Nomor 1 Tahun 2011

tentang Ketenagakerjaan belum sepenuhnya melibatkan masyarakat,

karena Perwakilan publik (serikat buruh/serikat Pekerja, Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi dan Asosiasi Pengusaha Indonesia) hanya

dilibatkan dalam Rapat Dengan Pendapat Umum/ diskusi / seminar.

2. Bagaimana bentuk peran/partisipasi Masyarakat dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah?

Jawaban: Bentuk peran/partisipasi Masyarakat dalam Rancangan Pembentukan

Peraturan Daerah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah menegaskan bahwa

masyarakat hanya dilibatkan dalam rapat yang dilaksanakan oleh Balegda.

Balegda meminta masyarakat untuk memberi masukan atas raperda yang

Page 153: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

disusun oleh Pansus dalam rangka penyempurnaan substansi materi

Raperda. Namun demikian, secara keseluruhan proses penyusunan Perda

Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan belum sepeuhnya

mencerminkan Perda yang Partisipatif. Suatu perda bisa dikatakan sebagai

Perda yang Partisipatif jika keseluruhan proses perumusan Perda sampai

pada Penetapan Perda melibatkan masyarakat. Sementara dalam

penyusunan Perda Nomor 1 Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan belum

sepenuhnya melibatkan masyarakat, karena Perwakilan publik (serikat

buruh/serikat Pekerja, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Asosiasi

Pengusaha Indonesia) hanya dilibatkan dalam Rapat Dengan Pendapat

Umum/ diskusi / seminar.

3. Menurut Bapak/Ibu, apa yang melatarbelakangi lahirnya Peraturan daerah Nomor 1

Tahun 2011 tentang Ketenagakerjaan?

Jawaban: Yang melatarbelakangi lahirnya Peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011

tentang Ketenagakerjaan adalah kami sebagai kaum buruh pabrik/serikat

pekerja merasakan banyaknya permasalahan-permasalahan serta tidak

adanya rasa keadilan dari pihak pabrik serta kendala-kendala yang sering

terjadi dilapangan, meliputi:

1. Menghapus kontak kerja;

2. Outsoursing kerja;

3. Carut marut dalam pengrekrutan karyawan di perusahaan;

4. Adanya oknum-oknum yang nakal;

5. Rezim upah murah disebagian perusahaan

Page 154: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

4. Bagaimana bentuk implementasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Bentuk implementasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang pada hakikatnya memang

menguntungkan masyarakat karawang yang pada peraturan tersebut

disebutkan bahwa 60 persen harus warga lokal dan 40 persen warga diluar

kabupaten Karwang.

5. Bagaimana dampak terhadap masyarakat setelah Perda tersebut ditetapkan terutama

kaum buruh / serikat pabrik di Kabupaten Karawang?

Jawaban: Seharusnya menguntungkan masyarakat sebab salah pasal dalam perda

tersebut menyebutkan bahwa perusahaan wajib mengupayakan,

mengutamakan serta memprioritaskan Tenaga Kerja Lokal sekurang-

kurangnya sebanyak 60 persen dari tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

perusahaan.

6. Apa kaitannya antara Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Ketenagakerjaan di Kabupaten Karawang dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat

Nomor 561/Kep.1322-Bangsos/2015 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di

Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016?

Jawaban: Kedua peraturan tersebut sama-sama mengatur tentang ketenagakerjaan,

mengatur tentang ekonomi kerakyatan serta mengatur tentang

kesejahteraan rakyat.

Page 155: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar
Page 156: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

Tabel 1

Jumlah Sekolah-sekolah Kabupaten Karawang 2014/2015:

No Jenis

Sekolah

Jumlah Sekolah Jumlah

Siswa

Jumlah

Guru Negeri Swasta Total

1 2 3 4 5 6 7

1. TK 3 144 147 4.927 445

2. RA/BA 165 165 6.479 861

3. SD 849 36 885 235.533 9.342

4. MI 2 132 134 21.782 1.227

5. SDLB 2 2 282 19

6. SMP 96 50 146 95.682 3.41

7. MTs 6 51 57 17.038 1.06

8. SMPLB 2 2 57 10

9. SMA 21 18 39 30.604 1.236

10. MA 4 14 18 3.222 405

11. SMALB 1 1 7 4

12. SMK 18 69 87 34.714 2.206

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Karawang Tahun

2014/2015

Tabel 2

Tabel Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang

dilaksanakan pada Tahun 2012-2015.1

No Indikator 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah Desa Siaga Aktif 168 128 309 307

2. Persentase Rumah Tangga yang ber PHBS (%) 40,38 41,18 52 46,91

3. Persentase Sekolah yang ber PHBS (%) 66,36 67,68 21,3 84,80

4. Perrsentase Fasilitas Umum yang ber PHBS 36,68 50,6 46 49,40

5. Jumlah Poskesdes Aktif 93 104 116 145

6. Jumlah Posyandu Purnama 569 698 721 721

1 Wibsite Resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang http://www.

karawangkab.go.id/sites/default/files/pdf/Dinkes2015 diakses pada tanggal 27 Juni 2016/

21 Ramadhan 1437 H pada pukul 02.45 WIB.

Page 157: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

7. Jumlah Posyandu Mandiri 85 114 84 77

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Tahun 2012-2015

Tabel 3

Tabel Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin pada

Tahun 2012-2015.

No Indikator 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah peserta Jamkesmas yang

mendapatkan jaminan pelayanan

kesehatan sesuai aturan berlaku

684.638 684.638 684.638 857.446

2. Jumlah peserta Jamkesda mendapat

jaminan pelayanan kesehatan sesuai

aturan berlaku

551.261 551.261 551.261 -

3. Jumlah pelayanan kesehatan dasar

masyarakat miskin 48 50 50 132

4. Jumlah PNS gol I dan II serta pensiunan

yang memanfaatka pelayanan kesehatan

(cost sharing)

0 0 0 73.561

5. Jumlah pelayanan kesehatan rujukan

pasien masyarakat miskin 18 19 22 22

6. Jumlah masyarakat memanfaatkan sistem

jaminan kesehatan - - - 1.200.565

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Tahun 2012-2015

Tabel 4

Tabel Rekapitulasi Pelayanan Pasien Miskin Sumber Dana

Jamkesda (APBD Provinsi dan Kabupaten) Tahun 2013-2014 :

No Rumah Sakit Jumlah Kunjungan Pasien

2013 2014

1. RSUD Karawang 32.286 10.441

2. RS Islam Karawang 15.516 7.290

3. RS. Karya Husada 472 205

4. RS. Fikri Medika - 40

5. RSIA Citra Sari Husada 8.531 2.635

6. RS. Delima Asih 194 42

7. RS. Bayukarta 23 13

8. RSB. Dr. Joko Pramono 457 85

9. RS. Proklamasi 4.694 1.255

Page 158: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

10. RS. Aqma 742 433

11. RS. Dewi Sri 203 39

12. RS.Cito 35 96

13. RS. Lamaran Medical Center - -

14. Puskesmas 818 -

15. RSUPN Cipto 1.429 978

16. RSUP Hasan Sadikin 5.029 2.243

17. RS. Marzoeki Mahdi 254 69

18. RS. Jiwa Cimahi Bdg 48 21

19. RS. Saraswati 96 18

20. RS. Puri Asih 47 408

21. RS. Kusta Sintanala 5 6

Jumlah 70.903 26.403

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Tahun 2013-2014

Tabel 5

a. Daftar Perusahaan yang berada di Kabupaten Karawang:2

No Nama Perusahaan Alamat Perusahaan

1. PT. Central Pangan Pertiwi Jl. Raya Purwasari

2. PT. Citatah Tbk Jl. Raya Tamelang

3. PT. Eka Karya Graha Perdana Jl. Raya Interchange Dawuan

4. PT.Fumindo Pratama Raya Jl. Raya Interchange Dawuan

5. PT. Harapan Indra Jaya Desa Babakan Bogor Dawuan

6. CV. Hasba Jl. Raya Purwasari

7. PT. Indonesia Multi Colour Jl. Raya Interchange Dawuan

8. PT. Kayafit Metal Industri Jl. Raya Mekar Jaya

9. PT. Asri Pncawarna Jl. Raya Interchange Dawuan

10. PT. Muria Agung Karya Bagja Desa Sadang Purwasari

11. PT. Sarana Central Bajatama Jl. Raya Krajan Mekar Jaya

12. CV. Subur Jaya Gang Bina Sakti

13. PT. Shinwon Ebenezer Jl. Raya Purwasari

14. PT. Knauf / Thay Gysum Surya Jl. Raya Dawuan Cikampek

15. PT. Titan Suprindo Woods Jl. Raya Tamelang Cikampek

16. PT. Plasindo Lestari Ds. Sadang Purwasri Cikampek

2 Data diperoleh dari profil Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan

dan Energi pada tanggal 07 Agustus 2016.

Page 159: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

17. Hotel Indah Jl. A. Yani Dawuan Barat-Cikampek

18. Hotel Araruna Jl. By Pass Jomin Timur-Cikampek

19. Hotel Mutiara Jl Ir. H. Juanda Jomin Barat-Cikampek

20. Hotel Viki Jl. A. Yani Dawuan Timur-Cikampek

21. Sinar Bahagia Jl. Sukaseri Cikampek-Karawang

22 PT. Asiatex Indo Pratama (1) Jl.Akses Interchange Dawauan No.2

PT. Asiatex Indo Pratama (2) Jl.Akses Interchange Dawauan No.3

23. PT. Puri Daya Usaha Utama Jl. Jend. A. Yani Cikampek-Karawang

24. PT. Pulau Intan Lestari Jl. Terusan Tol Cikampek

25. PT. Asociated British Budi Jl. Raya Cikalong Sari, Jatisari

26. PT. Ciba Geigy Syingenta Jl. Balong Gandu, Jatisari

27. PT. Banda Ghara Reksa Jl. Ir. H. Juanda, Cikampek

28. Hotel Purnama Jl. Jend. Sudirman, Cikampek

29. Hotel Sumber Air Mas Jl. Raya Pucung, Cikampek

30. Intan Jaya Motor Jl. Raya Dawuan Tengah, Cikampek

31. PD. Kencana Jaya Jl. A. Yani, Dawuan Barat, Cikampek

32. RS. Karya Husada Jl. A. Yani, Cikampek

33. Sari Segar Jl. Jomin Statsion Cikampek

34. SPBU Purwasari Jl. Raya Purwasari, Cikampek

35. CV. Tinggar Jaya Jl. Jend. Sudirman No.20 Cikampek

36. Kido Jaya II Jl. Raya Purwasari Cikampek

37. Klinik Saraswati Jl. A. Yani 27 Cikampek

38. PT. Samasatya Cilamaya Gas Desa Pasirukem, Kecamatan Cilamaya

39. CV. Anugrah Jaya Motor Jl. A. Yani Cikampek

40. Hotel Jati Baru Jl. Terminal Cikampek, Kec. Cikampek

41. PD. Berkat Jl. Jomin Timur, Kecamatan Cikampek

42. PT. Niaga Mitra Tritama Jl. A. Yani Dawuan Barat-Ckampek

43. PT. Sayap Mas Utama Jl. Raya Jomin, Kecamatan Cikampek

44. Wirasari Jl. Ir. H. Juanda, Kecamatan Cikampek

45. RM. Lebak Jomin Jl. Raya By Pass Jomin, Kec. Cikampek

46. SPBU 3441309 Jl. Raya Kali Asin, Kecamatan Jatisari

47. SPBU 3441319 Jl. Raya By Pass Jomin, Kec. Cikampek

48. PT. Global Tropical Sea Food Jl. Raya Kali Asin, Kecamatan Jatisari

49. PT. Inter Bul Back Jl. Raya Cikampek - Karawang

50. Sumber Jaya Ban Jl. Raya Jomin, Kecamatan Cikampek

51. PT. Abdi Jamblang Jl. Surotokunto, Ds. Warung Bambu, Kalri

52. BCA CABANG KARAWANG Jl. Panatyuda Ds. Nagasari Kec. Karawang

53. Hotel Bestin Jl. Tuparev Ds. Cinangoh

54. RS. Bayukarta Jl. Kertabumi Ds. Karawang kulon

Page 160: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

55. RM. Cahaya Baru Jl. Tuparev Ds. Nagasari

56. Roti Dewi Jl. Dewi Sartika Ds. Karawang Wetan

57. Hotel Dewi 1 Jl. Dewi Sartika Ds. Karawang Wetan

58. Hotel Dewi II Jl. Kertabumi Ds. Karawang Kulon

59. RS. Dewi Sri Jl. A. R. Hakim Ds. Nagasari, Kec.

Karawang

60. PT. Pertiwi Alam Samudra Jl. Tunggak Jati Ds. Wanasepi Kec.

Karawang

61. PT. Rajut Warna Sejati Jl. Proklamasi Ds. Tunggak Jato

62. PT. Restu Mahkota Raya Jl. Jend. A. Yani Ds. Karawang wetan

63. Hotel SANDY Jl. Yuprev Ds. Karawang Wetan

64. PT. Astra Internasional (Auto

2000)

Jl. Suroto Kunto

65. PT. Sungwon Indonesia Jl. By Pass Karawang

66. PD. Prakarsa Jl. Tuparev

67. PT. Gudang Garam Jl. A. Yani By Pass Karawang

68. Darujati Mobilindo (Bunderan

Motor)

Jl. A. Yani Km. 39 Karawang

69. CV. Ria Jaya (PT. Panel Mulia

Total)

Jl. Rangga Gede No. 111

70. Prabu Pura Motor Jl. Suroto Kunto

71. PT. Sari Indah Jaya Jl. Nusa Indah

72. Hotel Pajar Indah Jl. Tuparev

73. Delima Cap Kunci Jl. Tuparev

74. PT. Tirta Investama Jl. By Pass – Tanjung Pura Karawang

75. PT. Sarana Sangga Mekar Luhur Jl. By Pass – Tanjung Pura Karawang

76. Hotel Karawang Indah Jl. A. Yani Kec. Dengklok Karawang

77. Kerupuk Udang Walet Mas Jl. Kalijaya Kec. Rengasdengklok

78. Kerupuk Bapak Saman (Ratu

Udang)

Jl. Cai Mulang No. 75 Kec.

Rengasdengklok

79. PT. Mitra Jaya Sejahtera Jl. Proklamsi No. 68 Kec. Rengasdengklok

80. Kerupuk Putra Jaya Jl. Kali Jaya No. 593 Kec.

Rengasdengklok

81. PT. Kerupuk Usaha Baru Jl. Kerta Jaya No. 659 Kec.

Rengasdengklok

82. Kerupuk Lambang Jaya Jl. Kali Jaya Rengasdengklok

83. Kerupuk Tunas Karya Jl. Kali Jaya Dalam Rengasdengklok

84. Macan Sinar Jaya Pusat Jl. Tuparev Karawang

85. PT. Asiatic Union Perdana (Heinz Jl. By Pas - Sukarno Hatta

Page 161: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

ABC)

86. BRI Cab. Karawang Jl. Tuparev Kec. Karawang

87. Hotel Melati Shinta Jl. Tuparev Kec. Karawang

88. Hotel Omega Jl. A. Yani Kec. Karawang

89. Hotel Candrawasih Jl. RD. Moh Saleh

90. PT. PLN Karawang Jl. Kertabumi

91. PT. Graha Pangan Lestari Jl. Rangga Gede

92. Mall Karawang Jl. Tuparev Kec. Karawang

93. PT. Bumi Bosowa Int Jl. Katalaya 153 Kec. Rengasdengklok

94. PD. Prakarsa II Jl. Proklamasi

95. PT. Fulisemitex Jaya Jl. Surotokunto Ds. Warung Bambu –

Klari

96. PT. Kresna Bumitama Sejati Ds. Duren Kec. Kalri

97. PT. Antontek Industri Ds.Gintungkerta Kec. Klari

98. PT. Sandang Makmur Anugrah Jl. Raya Klari Km.5 Ds. Warung Bambu -

Klari

99. PT. Masari Dwi Sepakat Fiber Ds. Gintungkerta Kec. Klari

100. PT. Canvas Industri Jl. Warung Bambu - Klari

101. PT. Inni Fionir Food Industri Jl. Gintungkerta Kec. Klari

102. PT. Hansung Electronic Jl. Kopel ds. Gintung Kerta Kec. Klari

103. PT. Arta Millenia Pangan

Makmur

Ds. Walahar Kec. Klari

104. PT. Gemilang Pratama Ds. Anggadita Kec. Klari

105. PT. Gemilang Jaya Jl. Kopel Ds. Gintungkerta Kec. Klari

106. PT. Triguna Pratama Jl. Gintungkerta Kec. Klari

107. PT. Trigoden Star Wisesa Ds. Anggadita Kec. Klari

108. PT. Wonti Indonesia Jl. Gintungkerta Kec. Klari

109. PT. Tyco Eurapipe Indonesia Ds. Anggadita Kec. Klari

110. PT. Timuraya Tunggal Ds. Anggadita Kec. Klari

111. PT. Polystar Pancamitra Jl. Gintungkerta Kec. Klari

112. PT. Mitra Setia Eka Perwira Jl. Gintungkerta Kec. Klari

113. PT. Citra Sari Inti Buana Ds. Anggadita Kec. Klari

114. PT. Dia Elektro Circuit System

Indonesia

Jl. Kosambi Curug Kec. Klari

115. PT. Buana Harimau Textile Jl. Kondang Jaya Kec. Klari

116. PT. Kidojaya Jl. Pancawati Kec. Klari

117. PT. Matsujawa Pelita Furniture Jl.Cirnabay Kec. Klari

118. PT. Monokem Surya Jl. Anggadita Kec. Klari

119. PT. Lancar Sentosa Jl. Kosambi Curug No.88 Kec. Klari

Page 162: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

120. PT. Reflektive Performance Glass Jl. Raya Klari KM. 1

121. PT. Satonas Utama Ds. Gintungkerta Kec. Klari

122. PT. Sachi / PT. Semesta Citra

Motorindo

Jl. Raya Cikampek – Klari

123. PT. Prolimas Utama Jl. Raya Cikampek – Klari KM. 85

124. PT. Sentra Food Ds. Anggadita Kec. Klari

125. PT. Bukit Muria Jaya Jl. Karawang Spoor Kec. Teluk Jambe

126. PT. Indoliberty Ds. Telukjambe

127. PT. Samwoo Indonesia Jl. Parung Mulia Kec. Telukjambe

128. PT. Supra Visi Rama Optik Jl. Karawang Spoor Kec. Teluk Jambe

129. PT. Karawang Sport Center

Indonesia

Ds. Badami Kec. Telukjambe

130. PT. Adijaya PM Jl. Raya Klari KM. 45

131. PT. Alas Kaki Textile/ PT.

Megatex

Jl. Walahar II Kec. Klari

132. PT. Bintang Cikupa Jl. Interchannge Karawang Timur – Klari

133. PT. Harmonic Texindo Jl. Anggadita Kec. Klari

134. PT. Irawan Jaya Jl. Gintungkerta Kec. Klari

135. PT. Kopolco Indonesia Jl. Kiarapayung Kec. Klar

136. PT. Karawang Utama Textile Jl. Anggadita Ds. Rumambe – Klari

137. PT. Lukita Jl. Raya Klari

138. PT. Trificom Utama Furniture Jl. Gintungkerta Kec. Klari

139. PT. Royal Standar Jl. Raya Klari KM.45

140. PT. Sarana Ragam Baja Citra Jl. Raya Klari

141. PT. Sagitarius Sari/Adhyawinsa

Stemping.

Jl. Surotokunto Kec. Klari

142. PT. Pancaran Mulia Sejati Jl. Raya Klari KM.8

143. PT. Santelindo Kencana Jl. Interchange Karawang Timur – Klari

144. PT.Daya Adira Mustika Jl. Interchange Karawng Barat –

Telukjambe

145. PT. Unipack Plasindo Corp Jl. Anggadita Kec. Klari

146. PT. Putra Duta Buana Buana

Sentosa

Jl. Kosambi Curug Kec. Klari

147. PT. Bintang Kreasi Aroma Ds. Gintungkerta Kec. Klari

148. PT. Alda Henco Internusa Jl. Gintungkerta Kec. Klari

149. CV. Sinar Wira Tehnik Jl. Kosambi Curug Kec. Klari

150. PT. Metro Klinki Metal Jl. Kosambi Curug Kec. Klari

151. PT. Jade Mountain Indonesia Jl. Cimahi Kec. Klar

152. SPBU 3441316 Jl. Raya Kosambi – Klari

Page 163: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

153. PT. Rico Bana Abadi Jl. Anggadita Kec. Klari

154. SPBU 3441320 Jl. Interchange Karawang Timur – Klari

155. PT. Univesal Kharisma Garment Jl. Pokja – Klari

156. Batik Bapak Toni / CV. Makmur Ds. Anggadita Kec. Klari

157. PT. Indo Citra Widhitama Ds. Anggadita Kec. Klari

158. PT. Sumber Abadi Gemilang Ds. Gintungkerta Kec. Klari

159. PT. Danwo Stell Sejati Jl. Rya Klari

160. PT. Bentala Kartonindo Jl. Kopel Ds. Gintungkerta Kec. Klari

161. PT. M. Class Jl. Kosambi Curug – Klari

162. PT. Trumix Beton / PT. Holcim

Beton

Jl. Rya Klari

163. PT. Indowood Perkasa / PT. Indo

Spray

Jl. Pncawati Kec. Klari

164. PT. Technopia Jakarata Jl. Interchange Karawang timur

165. PT. Mitra Kimia Textile Perdana Jl. Gintungkerta Kec. Klari

166. PT. Bosowa Nusantara Motor Jl. Interchange Karawang Timur

167. RM. Alam Sari Jl. Interchange Karawang Barat

168. PT. Bukit Muria Jaya Estate Jl. Interchange Karawang Barat

169. PT. Pasific Wira Bergaya Jl. Kosambi Curug – Klari

170. PT. Siam Indo Concert Product Jl. Kosambi Curug – Klari

171. PT. Industri Sandang Nusantara Jl. Raya Telukjambe

172. PT. Lewitex Ds. Anggadita Klari

173. Hotel Cikampek Jl. Raya By Pass Jomin Kec. Cikampek

174. Rumah Bersalin Singaperbangsa Jl. Panatayuda I No. 44 Karawang

175. PT. Munculmas Mandiri Jl. Ranggagede No. 38 Karawang

176. PT. Karya Beton Sudira Jl. Raya Klari KM. 7 Kec. Klari

177. PT. Agra Mas Jl. Raya Klari ds. Warung Bambu - Klari

178. PT. Subur Plus Jl. Pangkal Perjuangan No. 8 Karawang

179. PT. Panamas Jl. Pangkal Perjuangan No. 9 Karawang

180. Depot BBM Pertamina Cikampek Jl. Raya Dawuan – Cikampek

181. PT. Adiawinsa Dinamika

Karawang

Jl. Pangkal Perjuangan No. 98 Karawang

182. CV. Pancuran Tirta Mulya Jl. Raya By Pass – jomin Cikampek

183. PT. Mall Cikampek Jl. Jend/ A. Yani – cikampek

184. RM. Mang Ajo Jl. Interchange Karawang Barat

185. PT. Bukyung Indonesia Jl. Raya Cikampek KM. 2

186. RS. Aqma Jl. Raya Ciselang Kec. Kotabaru

187. PT. Jatisari Sri Rejeki Jl. Raya Cikampek Cirebon Km. 104

Jatisari

Page 164: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

188. PT. Acon Indonesia Jl. Interchange Dawuan Kec. Cikampek

189. PT. Karunia Berkat Abadi Jl. Raya Klari Km. 45 Karawang

190. PT. Sarana Sumber Tirta Jl. Raya Klari

191. PT. Mitra Buana Jaya Lestari /

Rest Area

Ds. Gintungkerta Kec. Klari

192. PT. Warga Baru Jl. Raya Cirebon – Karawang

193. PT. Victorindo Kimiatama Ds. Warung Bambu Kec. Karawang Timur

194. RSU. Proklamasi Jl. Raya Proklamasi Kec. Rengasdengklok

195. PT. Rumah Sakit Cito Jl. Interchange Karawang barat

196. PT. Buana Sakti Jl. Wirasaba No. 100 Kec. Karawang

Barat

Tabel 6

a. Daftar perusahaan yang berada di Kawasan Industri KIIC :3

No Nama Perusahaan Alamat Perusahaan

1. PT. Yamaha Motor Parts Mfg

Indonesia

Jl. Permata Raya Lot F-2, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

2. PT. Yamaha Motor

Manufacturing West Java

Jl. Permata I Lot BB-1, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

3. PT. Wavin Duta Jaya Jl. Maligi Raya Lot M-4-8, Karawang

International Industrial City.

4. PT. Waja Sentosa Metalindo Jl. Lot C-2B, Kawasan Industri KIIC

Karawang.

5. PT. Voith Paper Rolls Indonesia Jl. Permata V Lot EE-1, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

6. PT. Uni Charm Indonesia

[Factory]

Jl. Permata Raya Lot D-2B, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

7. PT. Uni Charm Indonesia Jl. Maligi VI Lot 4-7, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

8. PT. Tradisi Manufacturing

Industry

Jl. Permata Raya Lot E-1, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

9. PT. Toyota Motor Manufacturing

Indonesia

Jl. Permata Raya Lot DD-1, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

10. PT. Toyobo Knitting Indonesia Jl. Maligi I Lot B-3, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

11. PT. Toyo Besq Precision Parts Karawang International Industrial City Lot

3 http://www.daftar.co/perusahaan-di-kawasan-kiic-karawang/ Diakses pada

tanggal 06 Oktober pada pukul 20.12 WIB

Page 165: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

Indonesia B No. 6-B, Jl. Permata Raya, Karawang,

Jawa Barat

12. PT. Totoku Toryo Indonesia Jl. Maligi VI Lot L-2A, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

13. PT. Taiyo Sinar Raya Teknik Jl. Permata Raya Lot FF-1B, Kawasan

Industri KIIC Karawang

14. PT. Taikisha Manufacturing

Indonesia

Jl. Permata V Lot EE-5, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

15. PT. Taiho Nusantara Jl. Permata Raya Lot BB-8B, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

16. PT. Suncall Indonesia Jl. Maligi I Lot B-5, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

17. PT. Sumisho Global Logistics

Indonesia

Jl. Permata Raya Lot FF-1B, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

18. PT. Sinar Lg Plastics Industry

Jl. Maligi Raya Lot M-4, Karawang

International Industrial City.

19. PT. Shinto Kogyo Jl. Maligi I Lot A-11, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

20. PT. Shin-Etsu Polymer Indonesia

Jl. Permata Raya Lot D-3, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

21. PT. Shikino Indonesia Jl. Maligi II Lot C-5A, Kawasan Industri

KIIC Karawang

22 PT. Sharp Semiconductor

Indonesia

Jl. Permata Raya Lot F-3, Kawasan

Industri KIIC Karawang

23. PT. Saitama Stamping Indonesia Jl. Permata Raya Lot C-7A, Kawasan

Industri KIIC Karawang

24. PT. Precol Surya Jl. Permata Raya Lot FF-2, Karawang

International Industrial City

25. PT. Posco Ijpc Jl. Permata Raya Lot FF-3, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

26. PT. P.T.Exedy Indonesia Jl. Permata V Lot EE-3, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

27. PT. Panasonic Semiconductor

Indonesia

Karawang International Industrial City Lot

A No. 1-4, Jl. Tol Jakarta-Cikampek Km.

47, Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat

28. PT. Osimo Indonesia Jl. Maligi Raya Lot Q-3, Kawasan Industri

KIIC Karawang

29. PT. Oriental Manufacturing

Indonesia

Jl. Maligi II Lot C-4B, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

Page 166: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

30. PT. Onamba Indonesia Jl. Maligi II Lot C-5B, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

31. PT. Ogawa Indonesia Jl. Permata Raya Lot A-8A, Kawasan

Industri KIIC Karawang

32. PT. Noah Tex Jl. Maligi Raya Lot P-3B, Karawang

International Industrial City.

33. PT. Nks Filter Indonesia Jl. Maligi II Lot C-1C, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

34. PT. Nhk Gasket Indonesia Jl. Maligi III Lot N-1, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

35. PT. Nbc Indonesia Jl. Maligi I Lot A-9-10, Kawasan Industri

KIIC Karawang

36. PT. Naigai Shirts Indonesia Jl. Maligi III Lot N-3B, Kawasan Industri

KIIC Karawang

37. PT. Mugai Indonesia Jl. Maligi Raya Lot P-4A, Kawasan

Industri KIIC Karawang

38. PT. Mizobata Laju Jl. Maligi II Lot C-7F, Karawang

International Industrial City.

39. PT. Mitsubishi Jaya Elevator &

Escalator

Jl. Maligi Raya Lot C-1A, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

40. PT. Minda Asean Automotive Jl. Permata Raya Lot C-A9, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

41. PT. Matsushita Semicondustor

Jl. Maligi I Lot A-1-4, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

42. PT. Marumo Indonesia Forging Jl. Maligi II Lot E-2A, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

43. PT. Kyoraku Blowmolding

Indonesia

Jl. Maligi III Lot F-9, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

44. PT. Koyama Indonesia Jl. Maligi VI Lot Q-1A, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

45. PT. Kawamura Indah Jl. Maligi II Lot E-4A, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

46. PT. Kawai Indonesia Jl. Maligi Raya Lot J-4A, Kawasan

Industri KIIC Karawang

47. PT. Kaneta Indonesia Jl. Maligi IV Lot L-2B, Karawang

International Industrial City

48. PT. Jibuhin Bakrie Indonesia Jl. Maligi II Lot C-7D, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

49. PT. Jalco Electronics Indonesia

Jl. Maligi II Lot C-6, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

Page 167: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

50. PT. Iwatani Industrial Gas Ind

Jl. Maligi I Lot A-12, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

51. PT. Indotech Metal Nusantara

Jl. Maligi II Lot C-7C, Kawasan Industri

KIIC Karawang

52. PT. Indonesia Nikka Chemicals

/Inkali

Jl. Maligi II Lot E-3, Kawasan Industri

KIIC Karawang

53. PT. Imai Indonesia Jl. Maligi III Lot N-2A, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

54. PT. Idemitsu Lube Techno

Indonesia

Jl. Permata Raya Lot BB-4A, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

55. PT. Ibs Indonesia Jl. Permata Lot E-6-1, Karawang

International Industrial City.

56. PT. Horiguchi Engineering

Indonesia

Jl. Maligi Raya Lot D-1A, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

57. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna

Jl. Permata Raya Lot CC-1- 5, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

58. PT. Hamatetsu Indonesia Jl. Permata Raya Lot B-6A, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

59. PT. Hagihara West Java Indonesia

Jl. Maligi I Lot B-1-2, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

60. PT. Fumakilla Indonesia Jl. Maligi Raya Lot Q-3, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

61. PT. Fujita Indonesia Jl. Maligi III Lot N-3A, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

62. PT. Fuji Technics Indonesia Jl. Maligi Raya Lot A-7, Kawasan Industri

KIIC Karawang

63. PT. Fuji Spring Indonesia Jl. Maligi VII Lot Q-4D, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

64. PT. Frey Abadi Indotama Jl. Maligi III Lot J-2A, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

65. PT. FCC Indonesia Jl. Maligi III Lot J-1, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

66. PT. Daimei Santana Indonesia

Jl. Maligi I Lot C-4B, Karawang

International Industrial City.

67. PT. DNP Indonesia [Karawang

Branch]

Karawang International Industrial City Lot

1-4, Jl. Maligi Raya, Karawang, Jawa

Barat

68. PT. Dai-Ichi Kimia Raya Jl. Maligi II Lot G-2, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

69. PT. Dai Nippon Printing Jl. Maligi Raya Lot F-1-4, Kawasan

Page 168: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

Indonesia Industri KIIC Karawang.

70. PT. Ceres Meiji Indotama Jl. Maligi III Lot J-2B, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

71. PT. Automotif System Indonesia Jl. Permata V Lot EE-2, Kawasan Industri

KIIC Karawang

72. PT. At Indonesia Jl. Maligi III Lot H-1-5, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

73. PT. Astra Nippon Gasket

Indonesia

Jl. Maligi III Lot N-1, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

74. PT. Astra Daihatsu Motor Jl. Maligi Raya Lot A-5, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

75. PT. Astra Daihatsu Motor Jl. Maligi VI Lot M-6, Karawang

International Industrial City.

76. PT. Asian Isuzu Casting Center

Jl. Maigi III Lot N-6-9, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

77. PT. Aichi Kiki Auto Parts

Indonesia

Jl. Maligi IV Lot M-5, Kawasan Industri

KIIC Karawang.

78. PT. A & K Door Indonesia Jl. Permata Raya Lot C-3B, Kawasan

Industri KIIC Karawang.

Tabel 7

b. Daftar perusahaan yang berada di Kawasan Industri Surya Cipta :4

No Nama Perusahaan Alamat Perusahaan

1. PT. Andalan Jagad Mitra Jl. Surya Nusa Raya B-34 Karawang

2. PT. Atsumitec Indonesia Kawasan Industri Suryacipta Karawang

3. PT. Bekaert Indonesia JL. Surya Utama Kav.1-14 Suryacipta

Karawang

4. PT. Bridgestone Tire Ind Kawasan Industri Suryacipta Karawang

5. PT. China Glaze Jl.Surya Lestari KISC Karawang

6. PT. Kiyokuni Technologies JL.Surya Madya Kws Suryacipta

7. PT. Chiyoda Integre Indonesia Kawasan Industri Suryacipta Karawang

Blok B29-30

8. PT. E-Pack Indonesia Jl.Suryamadya Kav.A-4 KSC Kawasan

Industri Suryacipta Karawang

4https://pemi-loker.blogspot.co.id/2014/08/daftar-alamat-perusahaan-di-

kawasan-industri-srya-cipta-karawang.html Diakses pada tanggal 07 Oktober pada pukul

11.25 WIB

Page 169: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

9. PT. GS Batery Inc Kawasan Industri Suryacipta Karawang

10. PT. Izumi Eps Indonesia Jl.Suryamadya Blok A1-2 Karawang

11. PT. JVC Electronics Indonesia Jl.Surya Lestari Kav. I-18B Karawang

12. PT. Keramika Indonesia Asosiasi Kawasan Industri Suryacipta Karawang

13. PT. KIA Seroih Mas Kawasan Industri Suryacipta Karawang

14. PT. Levi Strauss Indonesia Kawasan Industri Suryacipta Karawang

15. PT. Lima Tekno Indonesia JL. Suryamadya Kav I-15B KSC

Karawang

16. PT. Mold & Dies Indonesia Jl. Suryamadya Kav A-6 KSC Karawang

17. PT. Nakajima All Indonesia Kawasan Industri Suryacipta Karawang

18. PT. NT Piston Ring Kawasan Industri Suryacipta Karawang

19. PT. Pako Akuina Kawasan Industri Suryacipta Karawang

20. PT. Sanden Indonesia Kawasan Industri Suryacipta Karawang

21. PT. Super Steel Karawang JL.Surya Utama Kav.I-22A KSC

22 PT. Surya Cipta Swadaya Kawasan Industri Suryacipta Karawang

23. PT. Toyo Dies Indonesia Jl. Suryamadya Kav.I-15B Karawang

24. PT. Suzuki & Asama Mfg Jl.Surya Lestari Kav.1-2B KSC Karawang

25. PT. SK Fiber Indonesia Kawasan Industri Suryacipta Karawang

26. PT. Tiara Fajar Transportindo Kawasan Industri Suryacipta Karawang

27. PT. Pima Pack Indonesia Kawasan Industri Suryacipta Karawang

28. PT. Samdeux Textile Jl. Surya Lestari Utama Karawang

29. PT. Chunpao Steel Indonesia Jl. Surya Lestari KISC Karawang

30. PT. Western Coating Ind Jl.Suryamadya KISC Karawang

31. PT. KD Heat Teknologi Indonesia Jl. Surya Nusa I Kav. B19 KISC

Karawang

32. PT Royal Industries Jl. Surya Utama Kav.1-4 KISC Karawang

33. PT. J-TECH Electronics Indonesia Jl. Surya Lestari Kav.1-17A Karawang

34. PT. J-TECH MFG OF Indonesia Jl. Surya Lestari Kav.1-17A Karawang

35. PT. J-TECH Indonesia Jl. Surya Lestari Kav.1-17A Karawang

36. PT. Facipik Pres Tres Kawasan Industri Suryacipta Karawang

Tabel 8

Penduduk Kabupaten/ Kota di Jawa Barat Tahun 2013 – 2015 adalah

sebagai berikut:5

5http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/data-94-Kependudukan.html

di akses pada tanggal 15 Juli 2016 pada pukul 01.30 WIB

Page 170: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015

1. Kab. Bogor 5.111.769 5.331.149 5.459.668

2. Kab. Sukabumi 2.408.417 2.422.113 2.434.221

3. Kab. Cianjur 2.250.305 2.235.418 2.243.904

4. Kab. Bandung 3.405.475 3.470.393 3.534.114

5. Kab. Garut 2.525.483 2.526.186 2.548.723

6. Kab. Tasikmalaya 1.738.011 1.728.587 1.735.998

7. Kab. Ciamis 1.372.846 1.162.102 1.168.682

8. Kab. Kuningan 1.138.399 1.049.084 1.055.417

9. Kab. Cirebon 2.293.075 2.109.588 2.126.179

10. Kab. Majalengka 1.180.774 1.176.313 1.182.109

11. Kab. Sumedang 1.307.648 1.131.516 1.137.273

12. Kab. Indramayu 1.690.977 1.682.022 1.691.386

13. Kab. Subang 1.509.606 1.513.093 1.529.388

14. Kab. Purwakarta 898.300 910.007 921.598

15. Kab. Karawang 2.225.383 2.233.579 2.250.120

16. Kab. Bekasi 3.002.112 3.122.698 3.246.013

17. Kab. Bandung Barat 1.614.495 1.609.512 1.629.423

18. Kab. Pangandaran 422.586 388.320 390.483

19. Kota Bogor 1.013.018 1.030.720 1.047.922

20. Kota Sukabumi 311.822 315.001 318.117

21. Kota Bandung 2.483.977 2.470.802 2.481.469

Page 171: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

22. Kota Cirebon 304.313 304.584 307.494

23. Kota Bekasi 2.592.819 2.642.508 2.714.825

24. Kota Depok 1.962.182 2.033.508 2.106.102

25. Kota Cimahi 570.991 579.015 586.580

26. Kota Tasikmalaya 661.676 654.794 657.477

27. Kota Banjar 187.183 180.515 181.425

Jumlah 46.183.642 46.029.668 46.709.569

Sumber : Pusat Data dan Analisa Pembangunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2015

Tabel 9

Selanjutnya, dijelaskan lebih rinci oleh Badan Pusat Statistik

Kabupaten Karawang mengenai data kependudukan pada Tahun 2015:6

No KECAMATAN LAKI – LAKI PEREMPUAN J U M L A H

1. Pangkalan 18.884 18.39 37.274

2. Tegalwaru 18.582 17.536 36.118

3. Ciampel 20.577 21.032 41.609

4. Telukjambe Timur 70.504 63.376 133.88

5. Telukjambe Barat 26.663 24.944 51.607

6. K l a r i 83.334 80.941 164.275

7. Cikampek 57.92 55.254 113.174

8. Purwasari 33.856 33.06 66.916

9. Tirtamulya 23.858 22.963 46.821

10. Jatisari 38.929 37.215 76.144

6 Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang pada tanggal

13 Agustus 2016.

Page 172: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

11. Banyusari 27.506 26.44 53.946

12. Kotabaru 64.826 61.767 126.593

13. Cilamaya Wetan 41.174 38.472 79.646

14. Cilamaya Kulon 32.573 30.642 63.215

15. Lemahabang 32.965 31.286 64.251

16. Telagasari 32.879 30.741 63.62

17. Majalaya 23.905 22.641 46.546

18. Karawang Timur 64.908 59.87 124.778

19. Karawang Barat 84.155 80.256 164.411

20. Rawamerta 26.532 24.921 51.453

21. Tempuran 31.983 29.993 61.976

22. Kutawaluya 29.612 27.214 56.826

23. Rengasdengklok 56.642 53.86 110.502

24. Jayakerta 32.952 30.418 63.37

25. P e d e s 38.316 35.884 74.2

26. Cilebar 21.627 20.059 41.686

27. Cibuaya 26.399 25.059 51.458

28. Tirtajaya 33.537 31.943 65.48

29. Batujaya 39.947 39.728 79.675

30. Pakisjaya 19.437 19.233 38.67

Jumlah

1.154.982

1.095.138

2.250.120

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang Tahun 2015

Page 173: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41707/1/BADRU TAMAM-FSH.pdf · Kedua, mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah untuk mendengar

Tabel 10

Partisipasi masyarakat dalam proses Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan di

Kabupaten Karawang dijelaskan oleh tabel di bawah :

No Materi yang dimuat

Tahapan

Undang-

Undang

Tahapan

Peraturan

Daerah

1. Perencanaan Pembentukan

Rancangan Peraturan Daerah √ √

2. Pembentukan Penyusunan

Peraturan Daerah √ √

3. Pembahasan Rancangan dan

Penetapan Peraturan Daerah √

___

4. Pengundangan dan

Penyebarluasaan Peraturan Daerah √ √