skenario a blok 26 - 2014

Upload: ulquiorra-schiffer

Post on 11-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skenario a Blok 26 - 2014

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    1/15

    SKENARIO A BLOK 26

    I. SKENARIO

    Budi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, dibawa ibunya berobat karena kaki

    dan tangannya terasa dingin dan seperti es.Empat hari yang lalu Budi demam tinggiterus menerus, tidak menggigil disertai sakit kepala, pegal-pegal, dan sakit perut.

    Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Budi sudah

    diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar, dan kemudian turun lagi.Satu

    hari yang lalu panas mulai turun disertai mimisan. Sejak 6 jam yang lalu pasien tidak

    buang ar kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es. Riwayat mimisan

    sebelumnya disangkal.

    Pemeriksaan fisik:

    Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg. Nadi: filiformis, RR 36x/menit,

    T:36, 2oC, BB 15 kg, TB: 98cm. rumple leede test (+)

    Keadaan spesifik:

    Kepala: konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-)

    Thorax: simetris, dyspnea (-), Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-),

    irama derap (-), Paru: suara nafas vesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)

    Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2 cm dibaah arcus costae, lien tidak teraba, BU (=)

    normal.

    Extremitas: akral dingin, capillary refill time 4

    Pemeriksaan penunjang:

    Hb: 12 mg/dl, ht: 45 vol %, leukosit : 2800/mm3, trombosit: 45.000/mm

    3

    II. KLARIFIKASI ISTILAH

    1. Menggigil: usaha tubuh untuk meningkat suhu tubuh melalui pergerakan

    involunter.

    2. Demam: meningkatnya suhu tubuh di atas 37,2oC

    3.

    Mimisan (epistaksis): suatu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar darilubang hidung. Tipe anterior dan tipe posterior.

    4. Filiformis: nadi cepat, kecil, dan sulit diraba

    5. Rumple leede test: pemeriksaan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang

    ditandai dengan munculnya ptekiae.

    6. Capillary refill time: test yang dilakukan pada daerah dasar kuku untuk memonitor

    dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan.

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    2/15

    7. Gelisah (delirium): gangguan mental yang berlangsung singkat biasanya diatandai

    oleh delusi, halusinasi, kegelisahan, gangguan memori, dan inkoheren

    8. akral dingin: keadaan dingin pada ujung-ujung ekstremitas.

    9. Wheezing: suara pernafasan ferkuensi tinggi nyaring yang terdengar di akhir

    ekspirasi.

    III.

    IDENTIFIKASI MASALAH

    1. Budi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, dibawa ibunya berobat karena kaki dan

    tangannya terasa dingin dan seperti es. Sejak 6 jam yang lalu pasien tidak buang ar

    kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.

    2. Empat hari yang lalu Budi demam tinggi terus menerus, tidak menggigil disertai sakit

    kepala, pegal-pegal, dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang

    air kecil seperti biasa.

    3. Budi sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar, dan kemudian

    naik lagi.

    4.

    Satu hari yang lalu panas mulai turun disertai mimisan. Riawayt mimisan sebelumnyadisangkal

    5. Pemeriksaan fisik

    Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg. Nadi: filiformis, RR 36x/menit,

    BB 15 kg, TB: 98cm. rumple leede test (+)

    Hati teraba 2 jari dibawah arcus costae

    Extremitas: akral dingin, capillary refill time 4

    6. Pemeriksaan penunjang

    Ht:45 vol % leukosit : 2800/mm3, trombosit: 45.000/mm

    3

    IV. ANALISIS MASALAH

    Budi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, dibawa ibunya berobat karena kaki dan

    tangannya terasa dingin dan seperti es dan sejak 6 jam yang lalu pasien tidak buang ar

    kecil

    1. Apa etiologi dan mekanisme terjadinya akral dingin pada kasus ini?

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    3/15

    Etiologi disebabkan oleh virus dengue. Periode masa inkubasi interna selama

    seminggu.

    2. Apa etiologi dan mekanisme pasien tidak BAK?

    Penyebabnya adalah terjadinya kebocoran plasma pada pasien tersebut.

    Mekanismenya adalah

    Sindrom syok dengue merupakan syok hipovolemik dan terjadi akibat

    peningkatan permeabilitas kapiler serta perembesan plasma yang terus

    berlangsung. Syok dengue pada umumnya terjadi disekitar penurunan suhu tubuh,

    yaitu pada hari ke 4-5 (rentang hari ke 3-7), dan sering didahului oleh tanda

    peringatan. Dari titik ini dan selanjutnya pasien yang tidak mendapat terapi cairan

    intravena segera akan jatuh ke keadaan syok.

    Syok dengue merupakan suatu rangkaian keadaan fisiologis,

    perkembangan dari perembesan kapiler asimtomatik ke syok terkompensasi

    berlanjut menjadi syok hipotensif dan pada akhirnya henti jantung. Takikardi

    (tanpa demam saat suhu rendah) merupkan respon jantung pada awal tahap

    hipovolemia. Pada beberapa pasien, khususnya dewasa dan remaja takikardi tidak

    terjadi bahkan saat syok.

    Pada tahap awal syok, mekanisme kompensasi untuk mempertahankan

    darah sistolik normal menyebabkan takikardi, quite tachypnea (takipnea tanpa

    peningkatan kerja otot pernapasan tambahan), dan vasokonstriksi perifer dengan

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    4/15

    penurunan perfusi kulit (ekstremitas dingin ) dan keterlambatan waktu pengisian

    kapiler (CRT > 2 detik) serta nadi cepat dan lemah. Ketika resistensi pembuluh

    darah perifer meningkat, tekanan diastolik naik ke arah tekanan sistolik dan

    tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic menyempit). Pada

    pasien anak mengalami syok terkompensasi jika tekanan sistolik dipertahankan

    normal atau sedikit diatas normal tetapi tekanan nadi 20 mmHg (missal 100/80

    mmHg) atau jika terdapat tanda perfusi kapiler buruk (ekstremitas dingin, waktu

    pengisian kapiler memanjang, atau takikardi).

    3. Bagaimana hubungan tidak BAK dan akral dingin?

    Tanda-tanda syok:

    Nadi cepat dan lemah (filiformis)

    Tekanan nadi sempit

    CRT > 2 detik

    Ekstremitas dingin

    Gelisah

    Oliguria hingga anuria

    DBD grade IV nadi tidak teraba dan TD tidak terukur

    Tidak BAK dan akral dingin merupakan tanda syok.

    Empat hari yang lalu Budi demam tinggi terus menerus, tidak menggigil disertai sakit

    kepala, pegal-pegal, dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang

    air kecil seperti biasa.

    4. Bagaimana hubungan demam terus menerus dengan gejala klinis sekarang?

    Etiologi disebabkan oleh virus dengue. Periode masa inkubasi interna

    selama seminggu. Pirogen eksogen memicu reaksi demam. Infeksi dan produk-

    produk infeksi merangsang sel-sel makrofag, monosit, limfosit, dan endotel

    menghasilkan IL-1, IL-6 dan TNF alfa. IL-1, IL-6 dan TNF alfa berikatan dengan

    reseptornya di hipotalamus mengaktivasi fosfolipase A2 melepaskan asam

    arakidonat, kemudian oleh enzim COX2 diubah menjadi PGE2, menyebabkan

    peningkatan suhu. Setiap kenaikan 1 derajat terjadi peningkatan 13% konsumsi

    O2, peningkatan kebutuhan kalori, dan katabolisme otot menjadi cepat. Pada

    kasus ini, karena terjadi peningkatan permeabilitas dan perembesan plasma yang

    terus berlangsung, perfusi ke jaringan menurun, menyebabkan hipoksia jaringan

    sehingga timbul manifestasi klinis berupa tidak menggigil, sakit kepala, pegal-

    pegal, dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek menandakan bukan karena ISPA.

    BAB dan BAK seperti biasa karena belum terjadi syok.

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    5/15

    5. Apa makna klinis sakit kepala, pegal-pegal, dan sakit perut?

    Setiap kenaikan 1 derajat terjadi peningkatan 13% konsumsi O2,

    peningkatan kebutuhan kalori, dan katabolisme otot menjadi cepat. Pada kasus

    ini, karena terjadi peningkatan permeabilitas dan perembesan plasma yang terus

    berlangsung, perfusi ke jaringan menurun, menyebabkan hipoksia jaringan

    sehingga timbul manifestasi klinis berupa tidak menggigil, sakit kepala, pegal-

    pegal dan sakit perut.

    6. Apa makna klinis tidak ada batuk pilek, BAB dan BAK normal ?

    Tidak ada batuk pilek menandakan bukan karena ISPA. BAB dan BAK

    seperti biasa karena belum terjadi syok.

    Budi sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar, dan kemudian

    naik lagi.

    7. Mengapa panas naik lagi walaupun telah diberi obat penurun panas?

    Antipiretik merupakan OAINS sebagai penghambat COX dan hanya

    mengatasi gejala demam. Pada kasus sumber penyebab demam adalah virus

    dengue yang terus bereplikasi. Pada penatalaksanaan tidak ada antivirusnya.

    Sehingga, kita hanya bisa untuk mengatasi gejala-gejala (demam, syok

    hipovolemik) yang ditimbulkannya dengan cermat.

    Satu hari yang lalu panas mulai turun disertai mimisan.Riawayat mimisan sebelumnya

    disangkal.

    8. Apa hubungan panas menurun dengan mimisan?

    Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fasekemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu

    tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan

    aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akanmerasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase

    keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu

    yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase

    penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan

    berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akanberwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006). Pada fase kemerahan ini terjadi

    vasodilatasi sehingga menjadi faktor predisposisi mimisan.

    9. Apa makna klinis riwayat mimisan disangkal?

    Belum terjadi syok.

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    6/15

    10.Bagaiamana mekanisme mimisan pada kasus?

    Peningkatan permeabilitas dan perembesan plasma yang terus berlangsung

    sehingga pada pembuluh-pembuluh darah kecil seperti dihidung dapat menjadi

    sumber perdarahan.

    Pemeriksaan fisik

    Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg. Nadi: filiformis, RR 36x/menit,

    BB 15 kg, TB: 98cm. rumple leede test (+), akral dingin, capillary refill time 4

    Hati teraba 2 jari dibawah arcus costae

    11.Bagaimana interpetasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik pada kasus?

    Keadaan umum:

    Gelisah/delirium abnormal

    TD 70/50 mmHg abnormal

    Nadi: filiformis abnormalRR 36x/menit abnormal

    rumple leede test (+) abnormal

    akral dingin abnormal

    capillary refill time 4abnormal

    Mekanisme:

    Sindrom syok dengue merupakan syok hipovolemik dan terjadi akibat

    peningkatan permeabilitas kapiler serta perembesan plasma yang terus

    berlangsung. Syok dengue pada umumnya terjadi disekitar penurunan suhu tubuh,

    yaitu pada hari ke 4-5 (rentang hari ke 3-7), dan sering didahului oleh tanda

    peringatan. Dari titik ini dan selanjutnya pasien yang tidak mendapat terapi cairan

    intravena segera akan jatuh ke keadaan syok.

    Syok dengue merupakan suatu rangkaian keadaan fisiologis,

    perkembangan dari perembesan kapiler asimtomatik ke syok terkompensasi

    berlanjut menjadi syok hipotensif dan pada akhirnya henti jantung. Takikardi

    (tanpa demam saat suhu rendah) merupkan respon jantung pada awal tahap

    hipovolemia. Pada beberapa pasien, khususnya dewasa dan remaja takikardi tidak

    terjadi bahkan saat syok.

    Pada tahap awal syok, mekanisme kompensasi untuk mempertahankan

    darah sistolik normal menyebabkan takikardi, quite tachypnea (takipnea tanpa

    peningkatan kerja otot pernapasan tambahan), dan vasokonstriksi perifer dengan

    penurunan perfusi kulit (ekstremitas dingin ) dan keterlambatan waktu pengisian

    kapiler (CRT > 2 detik) serta nadi cepat dan lemah. Ketika resistensi pembuluh

    darah perifer meningkat, tekanan diastolik naik ke arah tekanan sistolik dan

    tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic menyempit). Pada

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    7/15

    pasien anak mengalami syok terkompensasi jika tekanan sistolik dipertahankan

    normal atau sedikit diatas normal tetapi tekanan nadi 20 mmHg (missal 100/80

    mmHg) atau jika terdapat tanda perfusi kapiler buruk (ekstremitas dingin, waktu

    pengisian kapiler memanjang, atau takikardi).

    Hati teraba 2 jari dibawah arcus costae abnormal

    Mekanisme: Hepatomegali pada pasien DBD terjadi akibat kerja berlebihan

    hepar untuk mendestruksi trombosit dan untuk menghasilkan albumin. Selain itu,

    sel-sel hepar terutama sel Kupffer mengalami banyak kerusakan akibat infeksi

    virus dengue. Bila kebocoran plasma dan perdarahan yang terjadi tidak segera

    diatasi, maka pasien dapat jatuh ke dalam kondisi kritis yang disebut DSS

    (Dengue Shock Sydrome) dan sering menyebabkan kematian (Soedarmo, 2002;

    Nainggolan et al., 2006).

    http://vardhani.wordpress.com/2010/06/16/respon-imun-terhadap-infeksi-virus-

    dengue-patogenesis-dan-patofisiologi-dbd/

    12.Bagaimana cara melakukan pemeriksaan rumple leede test?

    Prosedur Pemeriksaan Rumple Leed Test

    Prosedur Kerja Pemeriksaan Rumple Leed

    1. PengertianPemeriksaan Rumple Leed adalah pemeriksaan peningkatan permeabilitasdinding pembuluh darah yang ditandai dengan munculnya petechiae

    2. Tujuan

    Mengetahui gejala penyakit utamanya DHF atau DBD atau penyakit lainnya.

    3. Alat dan Bahana. Tensimeterb. Stetoskop

    c. Alat pengukur waktu

    d. Alat tulis

    4. Cara Kerjaa. Cuci tangan

    b. Privasic. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan

    d. Pasang manset tensimeter pada lengan atas penderita dengan benar

    e. Tentukan tekanan systole dan diastole

    http://vardhani.wordpress.com/2010/06/16/respon-imun-terhadap-infeksi-virus-dengue-patogenesis-dan-patofisiologi-dbd/http://vardhani.wordpress.com/2010/06/16/respon-imun-terhadap-infeksi-virus-dengue-patogenesis-dan-patofisiologi-dbd/http://vardhani.wordpress.com/2010/06/16/respon-imun-terhadap-infeksi-virus-dengue-patogenesis-dan-patofisiologi-dbd/http://vardhani.wordpress.com/2010/06/16/respon-imun-terhadap-infeksi-virus-dengue-patogenesis-dan-patofisiologi-dbd/http://vardhani.wordpress.com/2010/06/16/respon-imun-terhadap-infeksi-virus-dengue-patogenesis-dan-patofisiologi-dbd/
  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    8/15

    f. Jumlah tekanan systole dan diastole dibagi dua

    g. Tahan tekanan manset selama 5 menit dari hasil tersebut

    h. Lepaskan manseti. Periksa kulit daerah volar lengan bawah dan menghitung jumlah petechiae hasil

    ( - ) negatif bila petechiae < 5 per 2,5 x2,5 cm

    j. Informasikan hasil pemeriksaan pada pasienk. Catat

    http://rahayuwijayanti87.blogspot.com/2014/02/prosedur-pemeriksaan-rumple-

    leed-test.html

    13.Bagaimana cara pemeriksaan capillary refill time?

    Waktu pengisian kapiler(CRT=Capillary Refill Time), merupakan dasar

    memperkirakan kecepatan aliran darah perifer. Untuk menguji pengisian kapiler,

    tekanlah dengan kuat ujung jari dan kemudian lepaskan dengan cepat. Secara

    normal, reperfusi terjadi hampir seketika dengan kembalinya warna pada jari.

    Reperfusi yang lambat menunjukkan kecepatan aliran darah perifer yang

    melambat.

    http://dinipu.blogspot.com/2012/10/pemeriksaan-fisik-sistem-kardiovaskuler.html

    Pemeriksaan penunjang

    Ht:45 vol % leukosit : 2800/mm3, trombosit: 45.000/mm

    3

    14.Bagaiamana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan penunjang?

    Ht:45 vol % abnormal

    leukosit : 2800/mm3abnormaltrombosit: 45.000/mm

    3abnormal

    Mekanisme trombositopeni:

    trombositopenia terjadi karena penurunan produksi, meningkatnyadestruksi dan pemakaian trombosit yang berlebihan. Pada fase awal

    penyakit (hari 1-4 demam) sumsum tulang tampak hiposeluler ringan dan

    megakariosit meningkat dalam berbagai bentuk fase maturasi. Virus

    secara langsung menyerang mieloid dan megakariosit. Trombositopenia

    dapat juga terjadi karena penghancuran trombosit dalam sirkulasi.Komplek imun yang melekat pada permukaan trombosit (ikatan trombosit

    dengan komplemen C3g) mempermudah penghancuran trombosit olehsistem retikuloendotelial di hepar dan di lien, tetapi penghancuran

    trombosit ini dapat pula disebabkan oleh kerusakan endotel pembuluh

    darah, reaksi komplek imun, antibodi trombosit spesifik atau perdarahanintravaskuler menyeluruh (PIM) yang disebabkan oleh syok yang lama.

    http://rahayuwijayanti87.blogspot.com/2014/02/prosedur-pemeriksaan-rumple-leed-test.htmlhttp://rahayuwijayanti87.blogspot.com/2014/02/prosedur-pemeriksaan-rumple-leed-test.htmlhttp://rahayuwijayanti87.blogspot.com/2014/02/prosedur-pemeriksaan-rumple-leed-test.htmlhttp://rahayuwijayanti87.blogspot.com/2014/02/prosedur-pemeriksaan-rumple-leed-test.htmlhttp://rahayuwijayanti87.blogspot.com/2014/02/prosedur-pemeriksaan-rumple-leed-test.html
  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    9/15

    Fungsi trombosit terganggu karena terjadi penurunan agregasi,

    kenaikan platelet faktor 4 (PF4) dan penurunan betatromboglobulin (BTG)

    disertai memendeknya umur trombosit. Mekanisme terjadinyahipoagregasi trombosit ini sampai saat ini belum jelas, kemungkinan oleh

    karena adanya komplek imun yang terdiri antara virus Dengue dengan

    antibodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh fibroinogendegradation product (FDP). Penelitian Malasit dkk tahun 1990menemukan hubungan antara trombosit dengan komplemen C3, fragmen

    C3 terdapat pada permukaan membran trombosit. Semakin banyak

    fragmen C3 yang melekat maka semakin berat penyakitnya, didugakejadian tersebut mengakibatkan penurunan jumlah dan fungsi trombosit.

    Saat ini telah ada revisi teori kaskade hemostasis, aktivasi sistempembekuan darah bukan dimulai dari faktor XII jalur intrinsik (karena

    faktor XII tidak ada/ sedikit saja perannya pada proses koagulasi,

    perannya justru pada fibrinolisis) tetapi diawali dari jalur ekstrinsik yaitu

    faktor jaringan (tissue factor) dan faktor VII, tetapi hanya singkat, olehkarena segera di ikat oleh tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Jalur-

    jalur koagulasi tidak hanya satu arah tapi ada jalur-jalur umpan balik,misalnya: trombin dapat memacu faktor XI menjadi XI aktif, faktor Vmenjadi V aktif, faktor VIII menjadi VIII aktif yang menyebabkan

    produksi trombin meningkat secara eksplosif. Jika sistem koagulasi dan

    fibrinolisis ini teraktivasi maka makin banyak terbentuknya fibrin danberakibat turunnya kadar berbagai faktor koagulasi seperti fibrinogen,

    faktor V, VII, VIII, IX dan X serta plasminogen. Keadaan ini akan

    memperberat perdarahan pada DBD.

    http://drardisantoso.com/168/trombositopenia-koagulopati-pada-dbd

    Mekanisme Ht meningkat:

    Hematokrit (HCT) atau Packed Cell Volume (PCV) menunjukkan

    kekentalan darah. Bila terjadi kebocoran pembuluh darah maka plasma

    (cairan dalam pembuluh darah+protein) akan keluar, akibatnya isi

    pembuluh dafah menjadi kental. Pada pemeriksaan laboratofium gerlihag

    HCT/PCV meningkat.

    http://nanikkusyani.wordpress.com/2013/02/05/demam-berdarahlebih-

    dari-sekedar-urusan-trombosit/

    Mekanisme leukopeni:

    Jumlah leukosit pada penderita DBD bervariasi dari leukopenia ringan

    hingga leukositosis sedang. Leukopenia akan muncul antara hari demam

    http://drardisantoso.com/168/trombositopenia-koagulopati-pada-dbdhttp://drardisantoso.com/168/trombositopenia-koagulopati-pada-dbdhttp://nanikkusyani.wordpress.com/2013/02/05/demam-berdarahlebih-dari-sekedar-urusan-trombosit/http://nanikkusyani.wordpress.com/2013/02/05/demam-berdarahlebih-dari-sekedar-urusan-trombosit/http://nanikkusyani.wordpress.com/2013/02/05/demam-berdarahlebih-dari-sekedar-urusan-trombosit/http://nanikkusyani.wordpress.com/2013/02/05/demam-berdarahlebih-dari-sekedar-urusan-trombosit/http://nanikkusyani.wordpress.com/2013/02/05/demam-berdarahlebih-dari-sekedar-urusan-trombosit/http://drardisantoso.com/168/trombositopenia-koagulopati-pada-dbd
  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    10/15

    ke-1 dan ke-3 pada 50 % kasus DBD ringan. Hal ini sebagian besar

    disebabkan oleh adanya degenerasi sel PMN yang matur dan pembentukan

    sel PMN muda.

    http://eprints.undip.ac.id/22679/1/Fiyya.pdf

    Mekanisme imunopatogenesis virus dengue melibatkan responhhumoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam proses

    netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas

    yang dimediasi antibodi. Juga melibatkan limfosit T baik T-helper (CD4)dan T-sitotoksik (CD8), monosit dan makrofag, sitokin serta aktivasi

    komplemen. Terjainya infeksi makrofag, monosit, atau sel dendritik oleh

    virus dengue melalui proses endositosis yang dimediasi reseptor dan atau

    melalui ikatan kompleks virus antibodi dengan reseptor Fc. Infeksi inisecara langsung mengaktivasi CD4 dan CD8 yang menghasilkan limfokin

    dan interferon gamma.

    http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3932/2924

    15.Apa saja diagnosis banding pada kasus ini?

    Demam dengue, DBD, DSS, demam tiroid, campak, influenza, chikungunya dan

    leptospirosis.

    16.Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ini? (pemeriksaan tambahan)

    Kriteria Klinik WHO 1997

    1.Demam tinggi mendadak, terus menerus 2-7 hari

    2.Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

    Uji tourniquet positif

    Perdarahan spontan; peteki, ekimosis,

    epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan

    atau melena

    3.Hepatomegali

    4.Syok ditandai nadi cepat dan lemah disertai penurunan tekanan darah, hipotensi,

    kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah

    Kriteria Laboratorium :

    1.Trombositopenia (< 100.000 sel/ml)

    2.Hemokonsentrasi (kenaikan Ht 20% dibandingkan fase konvalesen)

    17.Apa diagnosis kerja pada kaus ini?

    http://eprints.undip.ac.id/22679/1/Fiyya.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/22679/1/Fiyya.pdfhttp://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3932/2924http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3932/2924http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3932/2924http://eprints.undip.ac.id/22679/1/Fiyya.pdf
  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    11/15

    DBD derajat III mengakibatkan demam, epistaksi, dan syok hipovolemik.

    18.Bagaimana epidemiologi pada kasus?

    Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-

    tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertamadalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak

    tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat

    negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

    kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah

    penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dankepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di

    kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24

    orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak

    saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia

    Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah

    provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota,

    menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009. ProvinsiMaluku, dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD. Selain

    itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus

    menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009.

    19.Bagaimana patofisiologi pada kasus ini?

    Sindrom syok dengue merupakan syok hipovolemik dan terjadi akibat

    peningkatan permeabilitas kapiler serta perembesan plasma yang terus

    berlangsung. Syok dengue pada umumnya terjadi disekitar penurunan suhu tubuh,

    yaitu pada hari ke 4-5 (rentang hari ke 3-7), dan sering didahului oleh tanda

    peringatan. Dari titik ini dan selanjutnya pasien yang tidak mendapat terapi cairan

    intravena segera akan jatuh ke keadaan syok.

    Syok dengue merupakan suatu rangkaian keadaan fisiologis,

    perkembangan dari perembesan kapiler asimtomatik ke syok terkompensasi

    berlanjut menjadi syok hipotensif dan pada akhirnya henti jantung. Takikardi

    (tanpa demam saat suhu rendah) merupkan respon jantung pada awal tahaphipovolemia. Pada beberapa pasien, khususnya dewasa dan remaja takikardi tidak

    terjadi bahkan saat syok.

    Pada tahap awal syok, mekanisme kompensasi untuk mempertahankan

    darah sistolik normal menyebabkan takikardi, quite tachypnea (takipnea tanpa

    peningkatan kerja otot pernapasan tambahan), dan vasokonstriksi perifer dengan

    penurunan perfusi kulit (ekstremitas dingin ) dan keterlambatan waktu pengisian

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    12/15

    kapiler (CRT > 2 detik) serta nadi cepat dan lemah. Ketika resistensi pembuluh

    darah perifer meningkat, tekanan diastolik naik ke arah tekanan sistolik dan

    tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic menyempit). Pada

    pasien anak mengalami syok terkompensasi jika tekanan sistolik dipertahankan

    normal atau sedikit diatas normal tetapi tekanan nadi 20 mmHg (missal 100/80

    mmHg) atau jika terdapat tanda perfusi kapiler buruk (ekstremitas dingin, waktu

    pengisian kapiler memanjang, atau takikardi).

    20.Bagaimana tatalaksana pada kasus ini (farmakologi dan nonfarmakologi)?

    Tatalaksana DBD derajat III

    Oksigenasi 2-4 l/menit

    Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis) berupa

    RL/Ringer asetat/NaCl 0,9% 20 ml/KgBB (bolus dalam 30 menit)

    Pengamatan rutin

    Selama perawatan pantau keadaan umum pasien, nafsu makan,

    muntah, dan perdarahan.

    Perfusi perifer harus sering diulang untuk mendeteksi awal gejala

    syok.

    Tanda-tanda vital seperti suhu, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan

    tekanan darah harus dilakukan setiap:

    2-4 jam sekali pada pasien tidak syok

    Tiap 15 menit sampai syok teratasi dilanjutkan tiap 1-2 jam

    sekali pada pasien syok

    Pemeriksaan hematokrit awal dilakukan sebelum resusitasi atau

    pemberian cairan intravena (sebagai data dasar), diupayakan

    dilakukan setiap 6-12 jam sekali

    Volume urin tiap 4-6 jam. Diupayakan jumlah urin 0,5

    ml/KgBB/jam (BB ideal)

    Gula darah, fungsi organ (ginjal, hati, koagulasi) atas indikasi.

    Setelah syok teratasi, cairan dan tetesan disesuaikan (10 ml/KgBB/jam

    diturunkan perlahan sampai 3 ml/KgBB/jam), lalu infuse stop tidak

    melebihi 48 jam setelah syok teratasi

    21.Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada kasus?

    Asidosis metabolik

    Gagal multiorgan

    Perdarahan masif

    Gagal hati dan renal

    Ensefalopati

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    13/15

    Perdarahan intracranial

    22.Bagasimana langkah preventif pada kasus ini?

    23.Bagaimana prognosis kasus ini?

    Fungsionam: dubia ad bonam

    Vitam: dubia ad bonam

    24.Apa SKDI kasus ini?

    Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal,

    dan merujuk

    3B. Gawat darurat

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    14/15

    Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi

    pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau

    mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampumenentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

    Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

    V. HIPOTESIS

    Budi, seorang anak laki-laki busia 3 tahun, diduga menderita demam berdarah

    dengue dan shock syndrome

  • 5/20/2018 Skenario a Blok 26 - 2014

    15/15

    M FAZA NAUFAL 1, 13, 24, 12, 10

    RAHMATUL IKBAL 2, 14, 1 13, 24

    SHELVIA CHALISTA 3, 15, 2, 14, 1

    ALI ZAINAL ABIDIN 4, 16, 3, 15, 2

    ALIVIA NABDAKH 5, 17, 4, 16, 3

    NYIMAS IRINA SILVANI 6, 18, 5 ,17, 3

    AL HAFIZH UTAMA 7, 19, 6, 18, 4

    MAHARDIKA YANTARA 8, 20, 7, 19, 5

    SHARANJIT KAUR AUTAR SINGH 9, 21, 8, 20, 6

    KEYSHIA NUR YAZID 10, 22, 9, 21, 7

    DAVID 11 23, 10, 22, 8

    IRA 12, 24, 11, 23, 9