skenario 6 blok 12 tetanus

Upload: aniakbar

Post on 02-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    1/16

    Skenario 6 : Tetanus

    PEMBAHASAN

    2.1 Anamnesis

    Anamnesis merupakan tanya jawab antara dokter dan pasien atau bisa juga

    terhadap keluarga atau relasi terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke

    rumah sakit atau tempat praktek. Anamnesis diperlukan untuk mengetahui

    penyebab penyakit tetanus seperti tempat masuknya kuman. Anamnesis

    terdapatnya riwayat luka-luka patogenesis, disertai keadaan klinis berupa

    kekakuan otot terutama di daerah rahang, sangat membantu diagnosis.

    Pembuktian kuman seringkali tidak perlu, karena amat sukar mengisolasi

    kuman dari luka pasien. Dari anamnesis juga bisa ditanyakan apakah pasien

    pernah mendapatkan imunisasi sebelumnya.

    Dari anamnesis, diketahui pasien tertusuk paku di telapak kaki kanan 12 hari

    yang lalu namun tidak diobati. Tekanan darah 13!" dengan #rekuensi na#as

    2"$!menit.

    2.2 Pemeriksaan

    2.2.1. Pemeriksaan %isik

    Pemeriksaan #isik dapat kita lihat dengan adanya luka dan gejala-

    gejala yang khas pada penyakit tetanus seperti trismus, kejang

    opistotonus, spasme otot, senyum sengit akibat kejang yang tidak

    henti-hentinya di daerah muka, terutama rahang. &uga tampak luka

    yang dalam dan bernanah serta suhu tubuh 3",3o'

    2.2.2. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium) tidak begitu

    perlu dilakukan. *al ini disebabkan karena penyakit tetanus dapat

    ditegakkan dengan gejala klinis dan anamnesis.

    2.3 Diagnosis

    2.3.1. Diagnosis +erja

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    2/16

    Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin

    yang dihasilkan oleh 'lostridium tetani ditandai dengan spasme otot

    yang periodik dan berat.

    Tetanus disebut juga dengan een day Disease . Dan pada tahun

    1"/, diketemukan toksin seperti stri0hnine, kemudian dikenal

    dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang

    mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengaktiasi deriat tersebut

    menghasilkan pen0egahan dari tetanus. 1,2

    Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan #isik pasien

    sewaktu istirahat, berupa gejala klinik kejang tetanik, trismus,

    dysphagia, hisus sardoni0us ( otot wajah kaku ). iasanya tampak

    luka yang mendahuluinya. Pembuktian kuman seringkali tidak perlu

    karena amat sukar mengisolasi kuman dari luka penderita.

    2.3.2. Di##erensial Diagnosis

    4ntuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, tidak akan sukar

    sekali dijumpai dari pemeriksaan #isik, laboratorium test (dimana

    0airan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau

    sedikit meninggi, sedangkan 56T, 'P+ dan 748 aldolase

    sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat

    imunisasi, kekakuan otot-otot tubuh), risus sardini0us dan kesadaran

    yang tetap normal.

    pasme yang disebabkan oleh strikinin jarang menyebabkan spasme

    otot rahang. Tetanus didiagnosis dengan pemeriksaan darah (kalsium

    dan #os#at). +ejang pada meningitis dapat dibedakan dengan kelainan

    0airan 0erebrospinalis. 1,2

    Trismus dapat pula terjadi pada abses retro#aring, abses gigi yang

    berat, pembesaran kelenjar lim#e leher. +aku kuduk juga dijumpai

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    3/16

    pada meningitis, tetapi pada hal yang terakhir ini biasanya tampak

    jelas demam, kesadaran yang menurun dan kelainan 0airan

    serebrospinalis.elain itu, pada tetanus kesadaran tidak menurun.1,2,3

    abies dapat menimbulkan spasme laring dan #aring, tetapi tidak

    disertai trismus. Tetani dibedakan dengan tetanus dengan pemeriksaan

    kadar 'a dan P

    dalam darah. elain itu, pada rabies, terdapat anamnesis gigitan anjing

    atau ku0ing dengan salia yang mengandung irus, disertai gejala

    spasme laring dan #aring yang terus menerus dengan pleiositosis

    tetapi tanpa trismus. 1,2,3

    Tabel 3 yang memperlihatkan di##erential diagnosis Tetanus 9

    2.9 7tiologi

    Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positi#: 'loastridium tetani. akteri ini

    hidupnya anaerob dan berbentuk batang berspora, dijumpai pada tinja

    binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang

    terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. pora ini bisa tahan beberapa

    bulan bahkan beberapa tahun, jika ia mengin#eksi luka seseorang atau

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    4/16

    bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh

    penderita tersebut. pora 'lostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh

    melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar ,

    ke0elakaan, serta pada in#eksi tali pusat (Tetanus ;eonatorum ). akteri ini

    lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.

    5br Clostridium tetani

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    5/16

    2.= 7pidemiologi

    Tetanus terjadi se0ara sporadis dan hampir selalu menimpa indiidu non imun,

    indiidu dengan imunitas parsial, dan indiidu dengan imunitas penuh yang

    kemudian gagal mempertahankan imunitas se0ara adekuat dengan aksin

    ulangan. >alaupun tetanus dapat di0egah dengan imunisasi, tetanus masih

    merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama di ;egara

    beriklim tropis dan ;egara ? ;egara sedang berkembang, sering terjadi di

    brasil, %ilipina, @ietnam, ndonesia, dan ;egara lain di benua Asia. 1,2,=

    Tetanus disebabkan oleh 'lostridium tetani suatu basil anaerob 5ram positi#

    pembentuk spora, yang terdapat dalam usus berbagai hewan herbiora dan

    terdistribusi luas dalam tanah. ila tidak memiliki imunisasi akti#, seorang

    pasien dengan usia berapapun dapat mengalami tetanus melalui luka yang

    terkontaminasi oleh tanah. 6rang dewasa yang berusia B = tahun merupakan

    kelompok berisiko tertinggi, terutama wanita yang mungkin lahir sebelum

    dikenalkan imunisasi pada anak-anak . 1,2,=

    Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus,

    bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus

    ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum. Tetanus neonatal merupakan

    masalah khusus di beberapa negara berkembang akibat kontaminasi sekitar

    umbilikus oleh tanah atau kotoran hewan untuk tujuan terapi. 1,2,=

    Tetanus dapat pula berkaitan dengan luka bakar, in#eksi telinga tengah,

    pembedahan, absorsi dan adanya porte dCentre.

    Port o# entry tidak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga

    melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar. isa juga melalui luka

    operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik, 0aries gigi, serta

    pemotongan tali pusat yang tidak steril.

    2.E Pato#isiologi

    Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk

    paku, pe0ahan ka0a, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    6/16

    dapat melalui tali pusat. entuk spora dari bakteri akan berubah menjadi

    egetati# bila lingkungannya memungkinkan untuk perubahan bentuk tersebut

    dan kemudian mengeluarkan eksotoksin. +uman tetanusnya sendiri akan tetap

    tinggal di daerah luka, sehingga tidak ada penyebaran kuman.

    6rganisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan

    toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan

    spasme otot, dan mempengaruhi sistem sara# pusat. Tetanolisin mampu se0ara

    lokal merusak jaringan yang masih hidup yang mengelilingi sumber in#eksi

    dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan multiplikasi bakteri.

    7ksotoksin yang dihasilkan akan men0apai pada sistem sara# pusat dengan

    melewati akson neuron atau sistem askuler. +uman ini menjadi terikat pada

    satu sara# atau jaringan sara# dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin

    spesi#ik. ;amun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah

    dinetralkan oleh antitoksin. *ipotesa 0ara absorbsi dan bekerjanya toksinadalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung sara# motorik dan melalui aksis

    silindrik dibawah ke kornu anterior susunan sara# pusat. +edua, toksin

    diabsorbsi oleh susunan lim#atik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri

    kemudian masuk ke dalam susunan sara# pusat. Toksin bereaksi pada

    myoneural jun0tion yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah

    sekali terangsang. 8asa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 1 hari.

    1,2,=,E

    Toksin mempunyai e#ek dominan pada neuron inhibitori, di mana setelah

    toksin menyeberangi sinapsis untuk men0apai presinaptik, ia akan memblokir

    pelepasan neurotransmitter yaitu glisin dan asam aminobutirik (5AA).

    Tetanospasmin berpengaruh pula pada sistem sara# otonom, sehingga mun0ul

    gangguan pada perna#asan, metabolisme, hemodinamika, hormonal,saluran

    0erna, saluran kemih, dan neuromuskular. ;euron motorik juga dipengaruhi

    dengan pelepasan asetikolin ke dalam 0elah neuromuskuler dikurangi. Pusat

    medulla dan hipotalamus mungkin juga dipengaruhi. 1,2,=,E

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    7/16

    Penyakit tetanus merupakan salah satu in#eksi yang berbahaya karena

    mempengaruhi sistem urat sara# dan otot. Aliran e#eren yang tak terkendali

    dari sara# motorik pada korda dan batang otak akan menyebabkan kekakuan

    dan spasme muskuler. pasme otot sangat nyeri dan dapat berakibat #raktur

    tendon. 6tot rahang, wajah, dan kepala sering terlibat pertama kali karena

    jalur aksonalnya lebih pendek. Tubuh dan anggota tubuh mengikuti,

    sedangkan otot-otot peri#er tangan dan kaki relati# jarang terlibat. 1,2,=,E

    Terikatnya toksin pada neuron bersi#at ireersible. Pemulihan membutuhkan

    tumbuhnya ujung sara# yang baru yang menjelaskan mengapa tetanus

    berdurasi lama.

    4ntuk menentukan derajat penyakit ini, digunakan s0ore menurut Phillips

    yang berdasarkan 9 tolok ukur yaitu

    masa inkubasi

    lokal in#eksi ( Port dFentree)

    imunisasi

    #aktor yang memberatkan

    Derajat keparahan penyakit dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel empat tolak ukur dan besarnya nilai (Philips) E

    Tolah ukur ;ilai

    8asa inkubasi

    +urang 9" jam 5

    2-< hari 9

    =-1 hari 3

    11-19 hari 2

    lebih 19 hari 1Gokasi in#eksi

    nternal!umbilikal 5

    Geher, kepala, dinding tubuh 9

    7kstremitas proksimal 3

    7kstremitas distal 2

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    8/16

    Tidak diketahui 1

    munisasi Tidak ada 1

    8ingkin ada!ibu mendapat "

    Gebih dari 1 tahun yang lalu 9

    +urang dari 1 tahun 2

    Proteksi lengkap

    %aktor yang memberatkan

    Penyakit atau trauma yang membahayakan jiwa 1

    +eadaan yang tidak langsung membahayakan

    jiwa "

    +eadaan yang tidak membahayakan jiwa 9

    Trauma atau penyakit ringan 2

    A..A.HH derajat 1

    HH istim penilaian untuk menentukan risiko penyulit

    erdasarkan jumlah angka yang diperoleh, derajat keparahan penyakit dapat

    dibagi menjadi tetanus ringan (angka kurang dari /), penyakit sedang (angka

    /-1=), dan tetanus berat (angka lebih dari 1=). Tetanus ringan dapat sembuh

    dengan pengobatan baku sedangkan tetanus berat memerlukan perawatan

    khusus yang intensi#.

    Ada beberapa bentuk tetanus yang dikenal se0ara klinis, yakni 1,2,=,E

    1. Go0alited tetanus ( Tetanus Gokal )

    Tetanus ini merupakan bentuk yang jarang dimana mani#estasinya hanya

    pada otot-otot di sekitar luka. +elemahan otot bisa terjadi akibat peran

    toksin pada tempat hubungan neuromuskuler. 5ejalanya bersi#at ringan

    dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan. Progresi menjadi tetanus

    generalisata bisa terjadi. ;amun se0ara umum, prognosisnya baik.

    2. 'ephali0 Tetanus ( Tetanus e#alik )Tetanus ini merupakan bentuk yang jarang dari bentuk tetanus lokal, yang

    terjadi setelah trauma kepala atau in#eksi telinga. 8asa inkubasinya 1-2

    hari. iasanya terjadi dis#ungsi satu atau lebih sara# kranial yang tersering

    sara# ke tujuh (nerus #as0ialis). 8ortalitasnya tinggi.

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    9/16

    3. 5eneraliIed tetanus (T0tanus 5eneralisata atau umum)

    Tetanus ini merupakan bentuk yang paling umum ditandai dengan

    meningkatnya tonus otot dan spasme. 8asa inkubasinya berariasi

    tergantung lokasi luka dan lebih singkat pada tetanus berat.

    Terdapat trias klinis berupa rigiditas (kekakuan), spasme (ketegangan)

    otot, dan apabila berat dis#ungsi otonomik. +aku kuduk, nyeri

    tenggorokan, dan kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan

    gejala awal tetanus. pasme otot maseter menyebabkan trismus atau

    rahang terkun0i. pasme se0ara progresi# akan meluas ke otot-otot wajah

    yang menyebabkan ekspresi wajah yang khas Jrisus sardoni0usK dan

    meluas ke otot-otot menelan yang menyebabkan dis#agia (kesulitan

    menelan). igiditas tubuh menyebabkan opistotonus dan gangguan

    respirasi dengan menurunnya kelenturan dinding dada. Pasien dapat

    demam, walaupun banyak yang tidak. ementara kesadaran tidak

    berpengaruh.

    +ontraksi otot dapat bersi#at spontan atau dipi0u oleh stimulus berupa

    sentuhan, stimulus isual, auditori, atau emosional. pasme #aringeal

    sering diikuti dengan spasme laringeal dan berkaitan dengan terjadinya

    aspirasi dan obstruksi jalan na#as akut yang mengan0am nyawa.

    9. elain itu ada lagi pembagian berupa neonatal tetanus

    Tetanus ini biasanya #atal apabila tidak terapi. entuk ini menyebabkan

    lebih dari

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    10/16

    hidup. ;amun tetanus neonatus ini dapat di0egah dengan aksinasi

    maternal, bahkan selama kehamilan.

    pasme otot-otot laring dan pernapasan dapat menyebabkan obstruksi

    saluran pernapasan. Penderita tetap sadar dengan nyeri yang sangat hebat

    serta ketakutan akibat kejang tetanus berikutnya karena toksin tetanus tidak

    mengenai sara# sensorik atau #ungsi korteks. +ejang-kejang ini ditandai

    dengan kontraksi otot tonik berat, mendadak, dengan tangan mengepal

    seperti tangan yang sedang meninju, lengan #leksi dan adduksi serta

    hiperekstensi kaki. 5angguan paling ke0il pada pandangan, suara atau

    sentuhan dapat memi0u kejang tetani. Demam dengan suhu 9' adalah

    laIim karena banyak energi metabolik yang dihabiskan oleh otot-otot

    spastik. Pengaruh otonom yang utama adalah takikardi, aritmia, hipertensi

    labil, dia#oresis, dan asokonstriksi kulit. 1,2,=,E,/

    Tanpa pengobatan, kisaran kejang dari beberapa detik sampai beberapa

    menit sampai spasme otot dapat bertahan. e0ara bertahap, otot oluntar

    lain terkena yang menyebabkan spasme tonik.

    etiap rangsangan eksterna dapat men0etuskan spasme otot tetanik

    generalisata.E

    +ematian biasanya disebabkan oleh gangguan respirasi.

    Angka mortalitas generalisata sangat tinggi.E Penyebab kematian

    merupakan kombinasi berbagai keadaan seperti kelelahan otot na#as dan

    in#eksi sekunder di paru-paru yang menyebabkan kegagalan pernapasan

    serta gangguan keseimbangan 0airan dan elektrolit.

    2." +omplikasi 1,2,=,/

    +omplikasi pada tetanus yang sering dijumpai laringospasme, kekakuan otot-

    otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia serta

    kompressi #raktur ertebra dan laserasi lidah akibat kejang. elain itu bisa

    terjadi rhabdomyolysis dan renal #ailure. habdomyolysis adalah keadaan

    dimana otot rangka dengan 0epat han0ur, sehingga mengakibatkan mioglobin

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    11/16

    (protein otot) bo0or ke dalam urin. *al ini dapat menyebabkan gagal ginjal

    akut.

    2./ Pen0egahan

    eorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan ulangan

    artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat tetanus bila

    terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di imunisasi. Tidak

    terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ianya sembuh dikarenakan

    toksin yang masuk ke dalam tubuh tidak sanggup untuk merangsang

    pembentukkan antitoksin ( karena tetanospamin sangat poten dan

    toksisitasnya bisa sangat 0epat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal,

    yang mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang

    pembentukan kekebalan). 1,2,=,E,/

    Pen0egahan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan merawat luka dan

    pemberian anti tetanus serum (AT) dalam beberapa jam setelah luka akan

    memberikan kekebalan pasi# sehingga men0egah terjadinya tetanus atau

    memperpanjang masa inkubasi.

    ampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan

    satu-satunya 0ara dalam pen0egahan terjadinya tetanus. Pen0egahan dengan

    pemberian imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan

    0ara pemberian imunisasi akti#( DPT atau DT ) yang diberikan tiga kali

    dengan interal 9-= minggu, dan diulang pada umur 1" bulan dan < tahun .

    1,2,=,E,"

    4ntuk men0egah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan

    padawaktu persalinan terutama alas tempat tidur, alat pemotong tali pusat, dan

    0ara perawatan tali pusat.

    2.1 Penatalaksanaan

    2.1.1. Perawatan 1,2,=,E,/

    munisasi pasi# dengan globulin imun tetanus manusia (T5)

    memperpendek program tetanus dan dapat mengurangi keparahannya.

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    12/16

    Dosis

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    13/16

    DiaIepam bekerja di semua sinaps 5AA tapi kerjanya dalam

    mengurangi spastisitas sebagian yang dimediasi di medula spinalis.

    DiaIepam dapat digunakan untuk melemaskan otot yang berasal dari

    mana saja termasuk trauma otot lokal. Dosis diaIepam dimulai dengan

    9 mg!hari yang dapat ditingkatkan se0ara bertahap hingga maksimum

    = mg!hari.EPada tetanus berat kadang diperlukan paralisis total otot

    (kurarisasi) dengan mengambil alih pernapasan memakai respirator.

    Pasien dengan kaku laring biasanya memerlukan trakeostomi untuk

    mengatasi gangguan pernapasan.

    Pada perawatan harus dilakukan obserasi ketat, terutama jalan napas,

    perubahan posisi, dan perawatan kulit untuk men0egah dekubitus, dan

    pengosongan buli-buli. %isioterapi paru dan anggota gerak serta

    perawatan mata juga merupakan bagian dari perawatan baku.

    Pemberian nutrisi yang adekuat dapat dilakukan dengan nutrisi

    perenteral dan enteral. elama pasese usus yang baik, nutrisi enteral

    merupakan pilihan tetapi bila perlu dilakukan pemberian makan lewat

    pipa lambung atau gastronomi. 1,2,=,E,/

    Dalam merawat pasien tetanus sebaiknya diusahakan ruangan yang

    tenang yang dilindungi dari rangsangan penglihatan, pendengaran, dan

    perabaan. elain itu, diperlukan sta# perawatan yang berpengalaman dan

    mempunyai desikasi tinggi serta bertanggung jawab. uangan yang

    gelap tidak diperlukan karena perubahan dari gelap dan terang se0ara

    tiba-tiba dapat memi0u timbulnya kejang.

    ;etralisasi toksin yang masih beredar dilakukan dengan memberikan

    serum antitetanus (AT) atau munoglobin tetanus human. AT

    diberikan 2. 4 setiap hari selama lima hari. Pada pemberian AT

    harus diingat kemungkinan timbulnya reaksi alergi. Pemberian

    imunoglobulin tetanus human 0ukup dengan dosis tunggal 3-=

    unit. Pemberian tidak perlu diulang karena waktu paruh antibodi ini

    31!2-91!2minggu.1,2,=,E,/

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    14/16

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    15/16

    Prognosa tetanus neonatal jelek bila

    1. 4mur bayi kurang dari E hari

    2. 8asa inkubasi E hari atau kurang

    3. Periode timbulnya gejala kurang dari 1" ,jam

    9. Dijumpai mus0ular spasm.

    'ase %atality ate ( '%) tetanus berkisar 99-

  • 8/11/2019 Skenario 6 Blok 12 Tetanus

    16/16

    penderita berpostur lengkung, dan sampai menimbulkan kematian. Tetanus

    tidak menyerang sara# sensorik atau #ungsi korteks. *al ini menyebabkan

    penderita sadar dan harus menahan rasa yang sangat nyeri.

    Pemeriksaan tetanus dapat dilakukan dengan 0ara anamnesis, pemeriksaan

    #isik, pemeriksaan darah, dan diagnosis. etelah melakukan pemeriksaan

    barulah dilakukan tindakan pengobatan seperti pemberian globulin anti

    tetanus, debridemen luka, dan antitoksin tetanus. &ika pasien telah mengalami

    kejang, maka pasien diberikan obat yang bersi#at melemaskan otot dan untuk

    sedasi digunakan #enobarbital, klorpromaIin, atau diaIepam. Pada tetanus

    berat kadang diperlukan paralisis total otot (kurarisasi) dengan mengambil alih

    pernapasan memakai respirator.

    Pen0egahan dapat dilakukan dengan 9 0ara yaitu perawatan luka yang adekuat

    dan imunisasi akti#, penggunaan pro#ilaksis antitoksin dan pemberian

    penisilin.

    8asa inkubasi dan periode onset (periode awal yaitu masa dari timbulnya

    gejala klinis pertama sampai timbul kejang) merupakan #aktor yang

    menentukan prognosis. +ematian tertinggi yang diakibatkan oleh tetanus yaitu

    anak-anak ( balita dan bayi) dan lansia.