skenario 4

16
Skenario 4, Blok 2 Seorang dokter umum sementara menggantikan seorang dokter bedah di rumah sakit. Seorang pasien laki-laki mendatanginya dan berkata bahwa kakinya terkilir setelah jatuh di lapangan. Selain menulis resep, dokter menyarankan nya untuk menjalani perawatan fisioterapi (pijat). Beberapa hari kemudian, pasien tersebut datang kembali tanpa ada suatu kesembuhan. Dokter menyarankan nya untuk menjalani pemeriksaan x- ray. Kemudian pemeriksaan x-ray menunjukkan bahwa kakinya retak. Pasien tersebut kecewa dan terbebankan oleh rumah sakit. Pasien menduga bahwa dokter telah melakukan kesalahan medis yaitu malpraktik, kelalaian medis, etika dan perilaku disiplin.Pasien berpendapat bahwa dokter tidak melakukan perawatan medis yang seharus nya atau berdasarkan prosedur medis. Sehingga, kondisi pasien semakin memburuk. 1. Unfamiliar Terms Sprained leg : Kaki terkilir Malpractice : Mal Praktek X-ray : Sinar X / bentuk radiasi elektromagnetik untuk rontgen dan bisa menembus benda lunak General Practitioner : Dokter Umum Physiotherapy Treament : Pijat untuk membenarkan dislokashi sendi Prescription : Resep dokter Fractured : Putusnya hubungan normal suatu tulang /tulang rawan Medical Misconduct : Salah satu penyimpangan kesehatan Discipline Misconduct : Pelanggaran disiplin Medical Negligence : Kelalaian medis yang disebut CULPA ! 2. Problem Definition 1. Mengapa dokter menyarankan physoterapy treatment ? 2. Mengapa seorang dokter umum bisa menggantikan seorang dokter bedah ? 3. Apa pengertian malpraktek ? 4. Meengapa pasien bisa menduga kalau dokter telah melakukan malpractice ?

Upload: fiqih-adhyaksafitri

Post on 04-Aug-2015

214 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 4

Skenario 4, Blok 2

 Seorang dokter umum sementara menggantikan seorang dokter bedah di rumah sakit. Seorang pasien laki-laki mendatanginya dan berkata bahwa kakinya terkilir setelah jatuh di lapangan. Selain menulis resep, dokter  menyarankan nya untuk menjalani perawatan fisioterapi (pijat). Beberapa hari kemudian, pasien tersebut datang kembali tanpa ada suatu kesembuhan.  Dokter menyarankan nya untuk menjalani pemeriksaan x-ray.  Kemudian pemeriksaan x-ray menunjukkan bahwa kakinya retak.              Pasien tersebut kecewa dan terbebankan oleh rumah sakit.  Pasien menduga bahwa dokter telah melakukan kesalahan medis yaitu malpraktik,  kelalaian medis, etika dan perilaku disiplin.Pasien berpendapat bahwa dokter tidak melakukan perawatan medis yang seharus nya atau berdasarkan prosedur medis.  Sehingga, kondisi pasien semakin memburuk.

1.       Unfamiliar Terms         Sprained leg                                       : Kaki terkilir         Malpractice                                        : Mal Praktek

         X-ray                                                      : Sinar X / bentuk radiasi elektromagnetik untuk rontgen dan bisa menembus benda lunak

         General Practitioner                      : Dokter Umum         Physiotherapy Treament              : Pijat untuk membenarkan dislokashi sendi         Prescription                                      : Resep dokter         Fractured                                          : Putusnya hubungan normal suatu tulang /tulang rawan         Medical Misconduct                     : Salah satu penyimpangan kesehatan         Discipline Misconduct                  : Pelanggaran disiplin         Medical Negligence                      : Kelalaian medis yang disebut CULPA !

2.       Problem Definition1.       Mengapa dokter menyarankan physoterapy treatment ?2.       Mengapa seorang dokter umum bisa menggantikan seorang dokter bedah ?3.       Apa pengertian malpraktek ?4.       Meengapa pasien bisa menduga kalau dokter telah melakukan malpractice ?5.       Apa landasan pasien bisa menuntut rumh sakit ?6.       Apa itu kelalaian medis ?7.       Siapakah yang bertanggung jawab jika terjadi kelalaian ?8.       Mengapa dokter mendiagnosis tanpa melakukan pemeriksaan sesuai standar medis ?9.       Apa perbedaan dari medical negligence dan malpraktek ?10.   Bagaimana prosedur pasien menuntut tindakan malpraktek ?11.   Dapatkah dokter meloloskan diri dari jeratan hukum ?

3         &   4. Brainstorming & Analyzing the problem1.       Karena pasiennya hanya terkilir biasa.2.       - Sudah tidak ada dokter lain

- Masih dalam kompetensi - Memakai metode tugas jaga / shift

3.       Malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga kesehatan yang mempergunakan tingkat keterampilannya untuk merawat pasien, bertentangan dengan SOP, KODEKI dan Undang Undang serta bisa merugikan orang lain.

         Menurut bahasa yunani -> mal : buruk, practice : kegiatanmenurut kamus dorlan -> mal : salah

4.       Karena pasien merasa keadaannya semakin memburuk. Jadi pasien tersebut mengira kalau dokter itu melakukan malpraktek.

5.       -  Karena rumah sakit memperkerjakan dokter yang tidak berkompeten- Karena pasien ingin meminta ganti rugi dan tanggung jawab

Page 2: Skenario 4

6.       - Dokter -Instansi- Asuransi

7.       - Seseorang yang tidak sengaja melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan dan sebaliknya- Tidak melanggar hukum jika tidak merugikan pasien

8.       Dokter hanya berdasar pada penjelasan pasien9.       Medical negligence : semata mata kelalaian

malpractice                 : Lalai, ketidakmampuan dokter, kurangnya kesetiaan dokter kepada pasien* medical negligence adalah bagian dari malpractice

10.   Melakukan pengaduan ke MKDKI -> Undang Undang RI No 29 thn 200411.   Dapat

5. Formulating Learning IssuesBagaimana prosedur yang tepat dalam tindakan ini?

      Dilakukan pemeriksaan secara fisik      Dilakukan pemeriksaan lebih dalam dengan menggunakan x-ray

Apakah tindakan dokter ini merupakan malpractice atau bukan?1.       Menurut pasien, tindakan ini adalah malpractice. Padahal pada kenyataan nya ini adalah

kegagalan tindakan medis yang terjadi bukan karena kesalahan dokter.      Syarat-syarat dikatakan malpractice        :   a. Duty

                                                                                           b. Direction of duty                                                                                           c. Direct cause.                                                                                           d. Demage

      Jenis-jenis malpractice                                :  a. Yuridical malpractice           hukum                                                                                          b. Etical malpractice                etika.* Yuridical malpractice ada 3 : criminal malpractice, civil malpractice  dan administratif malpractice.

         Criminal malpractice                                   :  a. Lebih bersifat individual                                                                           b.  Sengaja / dolus. Contoh : Eutanalasia                                                                           c.  Ceroboh . contoh : tidak melakukan inform concent                                                                           d. Lalai. Contoh : meninggalkan gunting saat operasi

         Civil malpractice                                          : ingkar janji / wan prestasi         Administratif malpractice                          : lebih pada SIP dan STR.2.       Ini adalah bukan malpractice, tapi lebih pada kelalaian.

         - Jenis-jenis kelalaian  : a. Malfeasance : tidak melakukan tindakan medis dengan tepat                                                   b. Misfeasance : Pilihan tenaga medis, tapi dalam penerapan nya tidak tepat                                                   c. Nonfeasance : Tidak melakukan tindakan medis.       - Kelalaian / keterlambatan diagnosis disebut malpractice       - Malpractice adalah kelalaian yang berakibat buruk dan tidak sesuai dengan yang di harapkan       - Kelalaian dapat di sebabkan karena contributoring negligence       - Di Indonesia belum ada undang-undang tentang malpractice.

Bagaimana cara menghindari tuntutan pasien?1.       Alasan pembenar        : a. Melaksanakan Undang-undang

                                         b. Melaksanakan perintah jabatan                                         c. Resiko pengobatan                                         d. Contributoring negligence                                         e. Pasien ingin pulang ( atas permintaan sendiri)

2.       Alasan pemaaf             : a. Daya paksa undang-undang                                          b. Kekeliruan pemeriksaan klinis                                          c. Kecelakaan         Contoh alasan pembenar adalah dokter pendamping eksekusi  (bagian A).Bagaimana penanganan dari rumah sakit / Ikatan Dokter Indonesia mengenai hal tersebut?

Page 3: Skenario 4

Di teliti kembali penyebab adanya tuntutan itu apa. Jika penyebab nya ada di table atas, berarti bukan malpractice.Pencegahan agar tidak terjadi malpractice :

1.       Tidak menjanjikan keberhasilan suatu upaya/ insponing Verbitanis.2.       Harus melakukan inform consent sebelum melakukan tindakan.3.       Mencatat therapy pada rekam medis.4.       Jika meragu, konsultasi ke dokter yang lebih ahli.5.       Memberlakukan pasien secara manusiawi.6.       Komunikasi yang baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.7.       Dokter harus menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan medis.

Skenario 4, part 2 (blok 2)

- Malpraktik intinya sebenarnya sama dengan medical negligence,yaitu tindakan medis yang tidak sesuai standar berdampak merugikan bagi pasien yang dapat dijadikan tuntutan . Malpraktik itu ada unsur kesengajaan sedangkan medical negligence itu merupakan kelalaian atau tanpa kesengajaan .- Fisioterapi adalah ilmu yang menitikberatkan untuk memperbaiki gangguan fungsi alat tubuh dan pengobatannya secara fisik .- X-ray adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai lambda 10-8 -10-12  dengan frekuensi 1016 -1021 Hz yang dapat menembus benda benda lunak seperti daging . Lebih dikenal dengan nama rontgen .- Medical miscondunt adalah salah satu bentuk penyimpangan dalam kesehatan .Medical prosedur adalah standar pelayanan medis yang berupa dokumen sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan pelayanan medis .Fraktur adalah pecahan atau kerusakan pada tulang (Patah tulang) .

Perbedaan antara malpraktik atau medical negligence1. MalpraktekTindakan yang dilakukan dengan sengaja dan melanggar undang undang .Tindakan secara sadar dan terarah walaupun melanggar hukum dan standar kesehatan .Melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan .2. Medical negligenceTindakan tanpa sengajaTidak ada motifTidak melanggar hukum jika tidak terjadi kerugian dan pasien tidak menggugat .

Kelalaian ada 2 macam :Culpata (Berat) : menyebabkan kerugian materi hingga mengakibatkan kematianRingan : tidak menimbulkan kerugian yang besar .

Kelalaian ada juga yang membagi menjadi 3 , yaitu :Malfeasance : tidak melakukan tindakan medis yang tepat .Misfeasance : pilihan tindakan medis tepat tetapi dalam penerapannya tidakNonfeasance : tidak melakukan tindakan medis .

3. Jenis jenis malpraktikMalpraktik etik : dokter belum punya surat izin tetapi sudah praktik .Malpraktik hukum dibagi 3:a. Malpraktek pidana : dokter melakukan aborsi,berkaitan dengan tindakan dokter yang    mengarah ke kriminal ini biasanya dalam unsure kesengajaan dan  merupakan perbuatan tercelab. Malpraktek perdata : hubungan terapetik dalam pasien (transaksi antara dokter dan pasien) dokter yang ingkar janji atau tidak melaksanakan kewajiban dokter .c. Malpraktek administratif : tenaga pelayanan kesehatan melanggar hukum administrasi .   Malpraktik pidana dan malpraktek perdata termasuk ke dalam malpraktik operasional

Page 4: Skenario 4

Dasar hukum malpraktek Pidana : a. Pasal 359 KUH Pidana ( kelalaian yang menyebabkan kematian)               b. Pasal 360 KUH Pidana ( kelalaian yang menyebabkan cacat)               c. Pasal 361 KUH PidanaPerdata : Pasal 1365 →  penggantian kerugian               Pasal 1366 →  tanggung jawab dari kelalaian karena lalai

KODEKI

4. Sanksi jika dokter melakukan malpraktekPidana : kurungan, penjara atau denda ( KUHP 350,360, 304,306 )Perdata : ganti rugi ( pasal 1365, 1366 )administratif : peringatan tertulis, pencabutan SIP

5.Penyebab malpraktek Faktor internal : kelalaian, keerobohan, ketidakhati-hatian, ketidaktelitian, kurang nya pemahaman terhadap sumpah dokter,standar profesi nya, kurang nya ilmu pengetahuan Faktor eksternal : a.situasi yang menginginkan dokter cepat selesai, sehingga bekerja kurang cermat, tekanan dari pihak lain, komunikasi yang kurang baik ( tidak ada nya inform consent )Kriteria terjadi nya malpraktek : a. Dokter bekerja di bawah standar pelayanan.                                                 b. Mengakibatkan kerugian bagi pasien                                                 c. Sebagai kelalaian berat                                                 d. adanya : a. Duty of care                                                                   b. Derelection of duty                                                                   c. Breach of duty                                                                   d. Hubungan sebab akibat

6. Instansi yang menangani masalah malpraktekMKEK = Majelis kehormatan etik kedokteranP3EK   = Panitia pertimbangan dan pembinaan etik kedokteran     Tugas P3EK  :   - Menangani kasus- kasus malpraktek etik yang tidak dapat di tanggulangi oleh                                      MKEK                               -  Memberi pertimbangan serta usul-usul kepada pejabat berwenang.Tahap pengaduan pasien jika terjadi malpraktek oleh dokter

MKEK cabang / wilayah → P3EK provinsi → P3EK pusat

Jika sesuatu pelanggaran merupakan malpraktek hukum pidana atau perdata, maka kasus nya di teruskan kepada pengadilanjika sudah terbukti, biasa di alihkan ke kasus perdata, demi mendapat ganti rugiDampak terjadi nya malpraktek Bagi pasien : - Fisik ( luka, cacat, atau kematian )                       - Mental (Psikis)                       - MaterialBagi dokter :  - Yang di tuntut tapi tidak terbukti : nama tercemar, rasa percaya diri berkurang, di tinggalkan                          pasien                     - Yang terbukti bersalah : ganti rugi, adminisrative di cabut, hukuman pidanaSikap dokter jika di tuduh malpraktek :Informal defence ( pengajuan bukti tidak berdasarkan doktrin )Formal defence / legal defence ( pembelaan dengan berdasar pada doktrin – doktrin hukum )

7. Cara mencegah perbuatan malpraktekMenambah pemahaman tentang sumpah dokterdan standar profesi nyaBekerja sesuai KODEKI

Page 5: Skenario 4

Meningkatkan kompetensi diri dengan Long Life LearningMenjalin hubungan komunikasi yang baik dengan pasien, dan keluarga pasienMembekali diri dengan pengetahuan tentang hukumMencatat semua tindakan medis dalam rekam medis, serta menyimpan rekam medis yang asliBerkonsultasi dengan seniorTurut seta dalam asuransi

Malpraktik medis dan kelalaian medis (medical negligence), 2 istilah yang serupa tapi tak sama......

Ini ada rangkuman dari salah satu tulisan Prof. Dr. dr. Budi Sampurna, SpF(K), "pakar" malpraktek di Indonesia..... (bukan pelaku malpraktik lho...)

Black’s Law Dictionary mendefinisikan malpraktik sebagai “professional misconduct or unreasonable lack of skill” atau “failure of one rendering professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those services or to those entitled to rely upon them”(bahasa mudahnya: lalai).

Dari segi hukum, di dalam definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa malpraktik dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti padamisconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-mahiran / ketidak-kompetenan yang tidak beralasan. Malpraktik dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya oleh dokter. Profesional di bidang hukum, perbankan dan akuntansi adalah beberapa profesional lain di luar kedokteran yang dapat ditunjuk sebagai pelaku malpraktik dalam pekerjaannya masing-masing.

Professional misconduct yang merupakan kesengajaan dapat dilakukan dalam bentuk pelanggaran ketentuan etik, ketentuan disiplin profesi, hukum administratif, serta hukum pidana dan perdata, seperti melakukan kesengajaan yang merugikan pasien, fraud, “penahanan” pasien, pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran, aborsi ilegal, euthanasia, penyerangan seksual, misrepresentasi atau fraud, keterangan palsu, menggunakan iptekdok yang belum teruji / diterima, berpraktek tanpa SIP, berpraktek di luar kompetensinya, dll.

Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu malfeasance, misfeasance dan nonfeasance. Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai (pilihan tindakan medis tersebut sudah improper).Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat (improper performance), yaitu misalnya melakukan tindakan medis dengan menyalahi prosedur. Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya.

Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis, sekaligus merupakan bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi.

Pengertian istilah kelalaian medik tersirat dari pengertian malpraktik medis menurut World Medical Association (1992), yaitu: “medical malpractice involves the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient.” 

MALPRAKTIK

Page 6: Skenario 4

PENGERTIAN MALPRAKTEK

Henry campell black memberikan definisi malpraktek sebagai berikut: Malpractice is professional misconduct on the part of a professional person such as physician, dentist, vetenarian, malpractice may be the result of skill or fidelity in the performance of professional duties, intentionally wrong doing or illegal or unethical practice. (Malpraktek adalah kesalahan dalam menjalankan profesi sebagai dokter, dokter gigi, dokter hewan. Malpraktek adalah akibat dari sikap tidak peduli, kelalaian, atau kurang keterampilan, kurang hati-hati dalam melaksanakan tugas profesi, berupa pelanggaran yang disengaja, pelanggaran hukum atau pelanggaran etika).

Sedangkan veronica komalawati menyebutkan malpraktek pada hakekatnya adalah kesalahan dalam menjalankan profesi yang timbul akibat adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dokter. Selanjutnya herman hediati koeswadji menjelaskan bahwa malpraktek secara hafiah diartikan sebagai bad practice atau praktik buruk yang berkaitan dengan penerapan ilmu dan teknologi medik dalam menjalankan profesi medik yang mengandunf ciri-ciri khusus.

Pasal 11 UU 6 /1963 tentang kesehatan menyatakan: dengan tidak mengurangi ketentuan dalam KUHP dan UU lain terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan administrative dalam hal sebagai berikut:a. Melalaikan kewajibanb. Melakukan suatu hal yang tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kerja kesehatan mengingat

sumpah jabatan maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatanc. Melanggar ketentuan menurut undang-undang ini.

JENIS-JENIS MALPRAKTEK

Berpijak pada hakekat malpraktek adalan praktik yang buruk atau tidak sesuai dengan standar profesi yang telah ditetepkan, maka ada bermacam-macam malpraktek yang dapat dipiah dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang dilanggar, walaupun kadang kala sebutan malpraktek secara langsung bisa mencakup dua atau lebih jenis malpraktek. Secara garis besar malprakltek dibagi dalam dua golongan besar yaitu mal praktik medik (medical malpractice) yang biasanya juga meliputi malpraktik etik (etichal malpractice) dan malpraktek yuridik (yuridicalmalpractice). Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi tiga yaitu malpraktik perdata (civilmalpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice) dan malpraktek administrasi Negara (administrative malpractice).

1. Malpraktik Medik (medical malpractice)

John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a form of professional negligence in whice miserable injury occurs to a plaintiff patient as the direct result of an act or omission by defendant practitioner. (malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian professional yang menyebabkan terjadinya luka berat pada pasien / penggugat sebagai akibat langsung dari perbuatan ataupun pembiaran oleh dokter/terguguat).

Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran adalah Professional misconduct or lack of ordinary skill in the performance of professional act, a practitioner is liable for demage or injuries caused by malpractice. (Malpraktek adalah perbuatan yang tidak benar dari suatu profesi atau kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan pekerjaan. Seorang dokter bertanggung jawab atas terjadinya kerugian atau luka yang disebabkan karena malpraktik), sedangkan junus hanafiah merumuskan malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut lingkungan yang sama.

2. Malpraktik Etik (ethical malpractice)

Page 7: Skenario 4

Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran, sebagaimana yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia yang merupakan seperangkat standar etika, prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter.

3. Malpraktik Yuridis (juridical malpractice)

Malpraktik yuridik adalah pelanggaran ataupun kelalaian dalam pelaksanaan profesi kedokteran yang melanggar ketentuan hukum positif yang berlaku.

Malpraktik Yuridik meliputi:

a. malpraktik perdata (civil malpractice0

Malpraktik perdata terjadi jika dokter tidak melakukan kewajiban (ingkar janji) yaitu tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati. Tindakan dokter yang dapat dikatagorikan sebagai melpraktik perdata antara lain :a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukanb. Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak sempurnac. Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambatd. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan

b. Malpraktik Pidana (criminal malpractice)

Malpraktik pidana terjadi, jika perbuatan yang dilakukan maupun tidak dilakukan memenuhi rumusan undang-undang hukum pidana. Perbuatan tersebut dapat berupa perbuatan positif (melakukan sesuatu) maupun negative (tidak melakukan sesuatu) yang merupakan perbuatan tercela (actus reus), dilakukan dengan sikap batin yang slah (mens rea) berupa kesengajaan atau kelalauian. Contoh malpraktik pidana dengan sengaja adalah :

a. Melakukan aborsi tanpa tindakan medikb. Mengungkapkan rahasia kedi\okteran dengan sengajac. Tidak memberikan pertolongan kepada seseorang yang dalam keadaan daruratd. Membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benare. Membuat visum et repertum tidak benar

f. Memberikan keterangan yang tidak benar di pengadilan dalan kapasitasnya sebagai ahli

Contoh malpraktik pidana karena kelalaian:a. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan gunting tertinggal diperutb. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan pasien luka berat atau meninggal

c. Malpraktik Administrasi Negara (administrative malpractice)

Malpraktik administrasi terjadi jika dokter menjalankan profesinya tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan hukum administrasi Negara. Misalnya:

a. Menjalankan praktik kedokteran tanpa ijinb. Menjalankan praktik kedokteran tidak sesuai dengan kewenangannyac. Melakukan praktik kedokteran dengan ijin yang sudah kadalwarsa.d. Tidak membuat rekam medik.

ATURAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG BERKAITAN DENGAN MALPRAKTIK1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan2. Pasal 359 – 360 KUHP Pidana

Pasal 359 KUHP

Page 8: Skenario 4

Barang siapa karena kesalahan (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun

Pasal 360 KUHP(1) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka bert,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun

(2) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjadikan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertemtu, diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

PEMBUKTIAN MALPRAKTEK DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indicator positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah adanya kecenderungan meningkatnya kasus tenaga kesehatan ataupun rumah sakit di somasi, diadukan atau bahkan dituntut pasien yang akibatnya seringkali membekas bahkan mencekam para tenaga kesehatan yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tenaga kesehatan dibelakang hari. Secara psikologis hal ini patut dipahami mengingat berabad-abad tenaga kesehatan telah menikmati kebebasan otonomi paternalistik yang asimitris kedudukannya dan secara tiba-tiba didudukkan dalam kesejajaran. Masalahnya tidak setiap upaya pelayanan kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah menimpakan beban kepada pasien bahwa telah terjadi malpraktek.

Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam transaksi teraputik antara tenagakesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil(resultaa verbintenis).

Apabila tenaga tenaga kesehatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan dalam membuktikan ada dan tidaknya kesalahan.

Dalam hal tenaga kesehatan didakwa telah melakukan criminal malpractice, harus dibuktikan apakah perbuatan tenaga kesehatan tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya yakni :a. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercelab. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja, ceroboh atau adanya kealpaan). Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh telah melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita luka, maka yang harus dibuktikan adalah adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun kurang praduga.Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni :

1. Cara langsung

Page 9: Skenario 4

Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :

a. Duty (kewajiban)

Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga

perawatan haruslah bertindak berdasarkan

1) Adanya indikasi medis

2) Bertindak secara hati-hati dan teliti

3) Bekerja sesuai standar profesi

4) Sudah ada informed consent.

b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)

Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.

c. Direct Causation (penyebab langsung)

d. Damage (kerugian)Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.

Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).

2. Cara tidak langsung

Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi

pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya

sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur).Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:

a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai

b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan

c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak adacontributory negligence.

gugatan pasien .

C. Upaya pencegahan dalam menghadapi tuntutan malpraktek1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:

Page 10: Skenario 4

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya. 18f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.2. Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.

Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka tenaga kesehatan dapat melakukan :a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa.

Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya.

Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan 19 dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage),sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga perawatan.

Malpraktik, Tanggung Jawab Dokter atau Rumah Sakit?Dugaan kasus malpraktik terus saja bermunculan. Pasien yang merasa dirugikan biasanya akan melakukan gugatan hukum untuk meminta pertanggungjawaban. Siapa yang harus bertanggungjawab, dokter atau rumah sakit?

Ketika mengalami kerugian selama menjalani perawatan di rumah sakit, paling tidak pasien akan berhadapan dengan 2 pihak yakni dokter dan rumah sakit. Kedua pihak tersebut memiliki tanggung jawabnya sendiri-sendiri.

Dokter akan mampertanggungjawabkan tindakan medis yang dilakukan, sementara rumah sakit bertanggung jawab atas layanan kesehatan yang diselenggarakannya. Hal ini kadang tidak dipahami pasien, sehingga bingung dalam menentukan pihak mana yang harus dituntut.

Secara pidana, dokter juga bisa digugat atas kelalaian yang dilakukan selama menjalankan profesi sehingga menyebabkan kerugian bagi pasien. Hal ini diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 361.

Page 11: Skenario 4

Ini berarti dokter akan mempertanggungjawabkan sendiri tindakan medis yang menyebabkan malpraktik. Hal ini dibenarkan oleh mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. Kartono Mohammad.

"Jika penyebabnya adalah tindakan dokter, maka dokter yang harus bertanggung jawab. Sedangkan jika disebabkan oleh kesalahan dalam perawatan, maka itu menjadi tanggung jawab rumah sakit. Dan yang menentukan adalah pengadilan," tuturnya saat dihubungi detikHealth, Senin (24/5/2010).

Jika secara pidana dokter akan menanggung sendiri akibat dari tindakannya, maka secara perdata tidak selalu demikian. Sebab Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) mengenal perbuatan hukum tidak langsung, seperti tercantum dalam pasal 1367.

Pasal tersebut mengatakan, seseorang bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan orang yang menjadi tanggungannya atau pengawasannya. Jika dokter bekerja untuk rumah sakit, maka seharusnya dokter tersebut berada di bawah pengawasan rumah sakit.

Ini berarti rumah sakit juga punya tanggung jawab atas tindakan dokter yang menyebabkan kerugian bagi pasien. Karena itu, tidak salah jika tuntutan ganti rugi juga ditujukan kepada rumah sakit.

Bahkan dalam beberapa kasus, pasien lebih punya kepentingan dengan gugatan perkara perdata dibandingkan pidana. Sebab sanksi pidana lebih ditujukan untuk memberi efek jera, sementara di ranah perdata pasien akan mendapat ganti rugi materi jika berhasil memenangkan perkara.

Sementara itu jika mengadu ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), pasien diharuskan untuk mencantumkan tempat praktik dokter serta waktu tindakan itu dilakukan. Jika tindakan dilakukan di rumah sakit, maka nama rumah sakit harus dicantumkan.

Hanya saja ini bukan berarti bahwa MKDKI punya wewenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap rumah sakit, sebab investigasi MKDKI hanya berlaku internal di kalangan profesi kedokteran. Bahkan keputusannya tidak selalu dipakai di pengadilan, hanya jika memang diperlukan saja.

Bagaimanapun rumah sakit juga memiliki tanggung jawab atas layanan kesehatan yang diselenggarakannya. Demikian pula dokter yang juga bukan profesi yang kebal hukum, sehingga pasien dapat mengadu apabila timbul kerugian akibat malpraktik.

Namun untuk membuktikan malpraktik amatlah sulit, apalagi jika dokter sudah melakukan tindakan sesuai standar. Jalan damai yang akhirnya dipilih oleh kedua belah pihak yang bersengketa.