skenario 4

28
BAB I SKENARIO MATI RASA PADA PIPI KANAN BU LISA Bu Lisa umur 30 tahun, saat ini sedang hamil 20 minggu, mengeluh mendadak terasa mati rasa pada pipi kanan dan turunnya wajah sisi kanan yang terjadi sejak 1 jam yang lalu. Sebelumnya Bu Lisa tidak pernah mengalami trauma kepala. Setelah di bawa oleh suaminya ke dokter. Dan dokter melakukan pemeriksaan, ternyata Bu Lisa mengalami kesukaran menutup kelopak mata kanannya, lipat nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri. Pada sudut bibir Bu Lisa juga mengeluarkan air liur dari sisi kanan mulutnya. Pemeriksaan neurologis selebihnya normal. Dan tekanan darah Bu Tina normal 120/80 mmHg. 1

Upload: anggita-maharani-putri

Post on 05-Dec-2014

81 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: skenario 4

BAB I

SKENARIO

MATI RASA PADA PIPI KANAN BU LISA

Bu Lisa umur 30 tahun, saat ini sedang hamil 20 minggu, mengeluh mendadak terasa mati

rasa pada pipi kanan dan turunnya wajah sisi kanan yang terjadi sejak 1 jam yang lalu.

Sebelumnya Bu Lisa tidak pernah mengalami trauma kepala. Setelah di bawa oleh suaminya

ke dokter. Dan dokter melakukan pemeriksaan, ternyata Bu Lisa mengalami kesukaran

menutup kelopak mata kanannya, lipat nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri.

Pada sudut bibir Bu Lisa juga mengeluarkan air liur dari sisi kanan mulutnya. Pemeriksaan

neurologis selebihnya normal. Dan tekanan darah Bu Tina normal 120/80 mmHg.

1

Page 2: skenario 4

BAB II

KATA KUNCI

1. lipat nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri

2

Page 3: skenario 4

BAB III

PROBLEM

1. Apa yang terjadi dengan Bu Lisa ?

2. Bagaimana keadaan Bu Lisa selanjutnya ?

3. Bagaimana penanganan yang perlu dilakukan kepada Bu Lisa ?

3

Page 4: skenario 4

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 BATASAN

Mati rasa adalah sensasi abnormal yang dapat terjadi di mana saja di tubuh,

tetapi yang paling sering dirasakan di tangan, kaki, lengan, atau kaki. Mati rasa ini

juga sering disebut dalam konteks emosional untuk menggambarkan perasaan

detasemen atau tidak adanya respons emosional, gejala umumnya terkait dengan

depresi. Dalam konteks fisik, mati rasa umumnya sebagai akibat dari kerusakan,

kekurangan darah atau penyakit saraf tertentu dalam tubuh. Mati rasa dapat memiliki

semua jenis penyebab yang berbeda, karena merupakan gejala dari penyakit yang

berbeda, penyakit dan kondisi.

4.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

4.2.1 ANATOMI N. FASIALIS

4

Page 5: skenario 4

Nervus fasialis merupakan nervus campuran, terdiri atas sensorik dan

motorik. Nervus fasialis juga menginervasi somatik dan visceral. Nervus

fasialis menginervasi daerah wajah. Nervus fasialis sejatinya terdiri atas 2

nervus di pangkalnya, yaitu nervus fasialis sendiri dan nervus intermedius.

Untuk membedakan, nervus fasialis yang sudah bergabung dengan nervus

intermedius selanjutnya akan disebut sebagai nervus fasialis-medius.

Nervus Fasialis-medius memiliki 4 nukleus. Satu merupakan pangkal

dari nervus fasialis, yaitu

1. Nukleus Fasialis.

Merupakan nukleus motoris yang merupakan pangkal dari nervus fasialis.

Nukleus ini bersifat somatik (disadari) dan penting untuk ekspresi daerah

wajah.

Tiga yang lainnya merupakan pangkal nervus intermedius. Ketiganya

adalah :

1. Nukeus Solitarius.

Bersifat somatik sensoris. Berfungsi untuk pengecapan 2/3 anterior

lidah.

2. Nukleus salivatorius.

Bersifat visceral somatik. Penting untuk :

Salivasi glandula sub lingual dan submandibula.

Pengeluaran air mata glandula lakrimalis.

Sekresi mukosa nasal oleh glandula nasalis.

3. Nukleus sensoris nervus V.

Bersifar somatik sensorik. Nukleus ini sejatinya adalah milik nervus V,

tetapi nervus intermedius menuju ke nukleus ini untuk menghantarkan

impuls rangsang dari daerah pina, canalis akustikus externus serta

membrana timpani.

5

Page 6: skenario 4

Nervus Fasialis-Medius

Begitu keluar dari bagian ventral pons, nervus fasialis dan nervus

intermedius bergabung menjadi satu yang seringkali disebut sebagai nervus

Fasialis (Fasialis-medius). Nervus ini kemudian masuk ke Meatus Acusticus

Internus bergabung dengan nervus VIII. Didalam canalis Acusticus, nervus ini

membentuk ganglion Geniculatum. Komponen somatik motorisnya akan terus

berjalan dan keluar melalui Foramen Stylomastoideum dan menginervasi

daerah wajah. Kearah anterior komponen motorik ini akan mempunyai 5

cabang yaitu:

Cabang temporal

Cabang zygomatical

Cabang bucal

Cabang mandibular

Cabang cervical

Kemudian terdapat 1 cabang kearah posterior yang akhirnya akan bercabang

kearah auricular dan occipital.

Nervus Intermedius

Nervus ini memiliki 3 komponen, yaitu:

1) Visceral efferent.

Sesaat setelah melewati ganglion geniculatum komponen ini akan bersama

komponen somatik motoris nervus fasialis, tetapi ini cuma sebentar karena

komponen visceral motorik nervus intermedius akan berjalan kearah

anterior sebagai chorda timpani ke arah ganglion submandibular , serabut

postgalionnya akan menginervasi glandula sublingual dan submandibular

untuk salivasi.

Selain itu terdapat serabut yang langsung keluar dari ganglion geniculatum

kearah ganglion pterygopalatina kemudian serabut postganglionnya akan

menuju ke glandula nasalis dan glandula lakrimalis.

2) Special gustatory afferent

6

Page 7: skenario 4

Serabut ini berasal dari 2/3 anterior lidah untuk menghantarkan impuls

rasa (pengecap). Serabut ini berjalan bersama corda tympani, kemudia

berakhir di nukleus solitarius.

3) Somatic Afferent

Serabut ini berasal dari reseptor di pina, canalis akustikus externus serta

membrana tympani bagian eksterna untuk menghantarkan rangsang

sentuhan, tekanan, suhu, serta nyeri.

Berikut adalah bagan perjalanan nervus facialis :

4.3 PATOFISIOLOGI

Proses inflamasi pada N VII( Fasialis) yang menyebabkan peningkatan diameter N.VII

( Fasialis ) sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui os temporal.

Perjalanan N VII (Fasialis) keluar dari os temporal melalui kanalis fasialis yang

mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen

meatal. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi

atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi.

Angin yang masuk kedalam foramen stilomastoideum ini membuat syaraf

disekitar wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan atau peradangan syaraf nomor

tujuh atau nervus facialis ini mengakibatkan pasokan darah kesyaraf tersebut terhenti.

Hal ini menyebabkan kematian sel sehingga fungsinya sebagai penghantar impuls

atau rangsangan terganggu. Akibatnya perintah otak untuk menggerakkan otot-otot

wajah tidak dapat diteruskan.

7

Page 8: skenario 4

Gejala terjadi secara tiba-tiba, didahului nyeri dibelakang telinga, kelemahan

padaotot wajah. Kelemahan otot wajah yang terjadi dari ringan sampai berat. Tetapi

selalu padasatu sisi wajah

 

Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi,

tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir adanya lipatan pada nasolabial

Sebagian besar penderita mengalami paresis atau merasakan ada beban di

wajahnya,meskipun sebetulnya sensasi di wajah adalah normal

Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan

dalammenutup matanya di sisi yang terkena (Lagophtalmus)

Berkurangnya ketajaman pengecapan disebabkan edema nervus fasialis di

tingkatforamen stylo mastoideus meluas sampai pada bagian nervus 

Gerakan bibir menyimpang ke sisi yang tidak sehat 

Konjungtiva bulbi tidak tertutup penuh menyebabkan iritasi

Ptosis (penurunan kelopak mata)

Ujung mulut biasanya tertarik ke bawah dan menyebabkan air liur mudah

menetes.adanyagangguan minum dan makan

4.4 PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN

8

Page 9: skenario 4

1. Otitis Media

2. Ramsy Hunt Syndrome

3. Lyme Disease

4. Polineuropati

5. Tumor Metastase

6. Multiple Sklerosis

4.5 GEJALA KLINIS

4.5.1 ANAMNESA

Identitas :

a. Nama : Ny. Lisa

b. Usia : 30 tahun

c. Pekerjaan : sekretaris

Keluhan utama :

Mati rasa pada pipi kanan

Riwayat penyakit sekarang :

a. Mati rasa pada pipi kanan

b. Turunnya wajah pipi kanan saat sejam yang lalu

c. Sukar menutup kelopak mata kanan

d. Lipat nasolabial sisi kanan lebih licin dari sisi kiri

e. Wajah mencong kekiri

Riwayat penyakit dahulu :

a. Belom pernah sakit seperti ini sebelumnya

b. Tidak punya hipertensi dan diabetes

c. Kolesterol normal

Riwayat social

a. Pola makan biasa

b. Sekretaris ruangan ber AC

c. Tidak tahan panas

9

Page 10: skenario 4

d. Bekerja naik sepeda motor

Riwayat obat : belum di beri obat sama sekali, hanya diberi vitamin biasa.

4.5.2 PEMERIKSAAN FISIK dan PENUNJANG PENYAKIT

1. Tensi : 120/80 mmHg

2. Suhu : 370C

3. Nadi : 80 x per menit

4. Nafas (RR) : 20 x per menit

Inspeksi

1. Mata kanan tetap terbuka

2. Mulut mencong kekiri

3. Sisi kanan lipat nasolabial lebih licin

4. Keluar air liur dari sisi kanan mulut

Abdomen : hamil 20 minggu setinggi puat diatas fundus uteri

Perkusi : Sonor

Auskultasi : abdomen terdengar detak jantung bayi

10

Page 11: skenario 4

BAB V

HIPOTESIS AWAL

5.1 BELL’S PALSY

Bell’s palsy adalah paralisis wajah unilateral yang timbul mendadak

akibat lesi nervus fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Dengan kata

lain

Be l l ’ s   pa l sy  merupakan   sua tu  ke l a inan  pada   s a r a f  wa j ah  

yang  menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di

satu isi wajah Istilah Bell’s palsy biasanya digunakan untuk kelumpuhan nervus

VII jenis perifer yang timbul secara akut

Gejala

Bell’s palsy terjadi secara tiba-tiba. Beberapa jam sebelum terjadinya

kelemahan pada otot wajah, penderita bisa merasakan nyeri di belakang telinga.

Kelemahan otot yang terjadi bisa ringan sampai berat, tetapi selalu pada satu sisi

wajah.

Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi,

tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir. Sebagian besar penderita

mengalami mati rasa atau merasakan ada Beban di wajahnya, meskipun sebetulnya

sensasi di wajah adalah normal.

Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan

dalam menutup matanya di sisi yang terkena. Kadang penyakit ini mempengaruhi

pembentukan ludah, air mata atau rasa di lidah

5.2 STROKE

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu

bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah

menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau

mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan

hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.

11

Page 12: skenario 4

Gejala

Nampak sinyal tanda kehilangan rasa atau kelemahan pada muka, bahu, atau

kaki, terlebih bila cuma terjadi pada separuh tubuh. 

Sukar  bicara atau menangkap perbincangan lawan bicara. 

Kesusahan lihat pada sebelah mata atau keduanya. 

Tiba-tiba kesusahan berjalan, jadi pusing, dan kehilangan keseimbangan atau

koordinasi. 

Sakit kepala yang amat amat tanpa diketahui apa pemicunya.

BAB VI

ANALISIS DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

12

Page 13: skenario 4

Banyak orang menganggap serangan bell’s palsy sebagai stroke. Padahal dua

penyakit ini sangat berbeda karena bell’s palsy tidak disertai kelemahan anggota gerak seperti

stroke.

Seperti stroke, penyakit ini biasanya menyerang secara tiba-tiba. Lagi-lagi pasca

serangan, beberapa penderita mengalami gangguan seperti pascastroke. Gangguan tersebut

antara lain wajah tidak simetris, mulut mencong, hingga kelopak mata tak bisa menutup

sempurna. Bell palsy adalah penyakit yang ditemukan oleh Sir Charles Bell, seorang ahli

bedah Skotlandia yang menemukan penyakit ini pada abad ke-19.

Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam.

Walaupun demikian, wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup

sempurna, gangguan pengecapan, serta sensasi mati rasa (baal atau kebas) pada salah satu sisi

wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Itulah yang membuat penyakit ini dianggap

sebagai stroke.

Pada beberapa kasus serangan bell’s palsy disertai dengan hiperakusis (sensasi

pendengaran yang berlebihan), telinga berdengung, nyeri kepala dan perasaan melayang.

Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang

terjadi diawali nyeri pada telinga yang sering kali dianggap sebagai infeksi.

Berbeda dengan serangan stroke, bell’s palsy tidak disertai dengan kelemahan

anggota gerak. Hal ini disebabkan letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke

disebabkan rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, kanan atau

kiri termasuk wajah. Sedangkan pada bell’s palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf

wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan

merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang

disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui

suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis falopia. “Setelah mencapai

kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih

kecil yang berada di daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60 persen bagian

depan lidah dan sebagian telinga, itulah sumber serangan bell’s palsy

Serangan bell’s palsy sering terjadi ketika seseorang baru bangun dari tidur.

Biasanya wajah terasa mencong sebelah dan salah satu mata sulit ditutup dengan rapat.

Ketika mencoba untuk minum, air akan keluar dari mulut karena saraf bagian wajah tidak

13

Page 14: skenario 4

bisa digerakkan dengan normal. “Bedanya dengan stroke, bell’s palsy tidak diiringi dengan

kelumpuhan separuh badan. bell’s palsy hanya menyerang bagian wajah

BAB VII

HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

14

Page 15: skenario 4

Pada skenario ini pasien mengeluhkan mendadak terasa mati rasa pada pipi kana. Dan

turunnya wajah pada sisi kanan. Dan pada pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter

menyatakan bahwa pasien mengalami kesukaran menutup kelopak mata kanannya, lipat

nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri dan pada sudut bibir pasien juga

mengeluarkan air liur. Dari keluhan yang dirasa pasien dan hasil pemeriksaan dokter

kelompok kami mendiagnosis pasien tersebut menderita Bell’s Palsy, karena apa yang apa

yang dikeluhkan pasein dan hasil pemeriksaan dokter merupakan salah satu gejala atau tanda-

tanda dari Bell’s Palsy.

BAB VIII

MEKANISME DIAGNOSIS

15

Etiologi

Page 16: skenario 4

BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1 PENATALAKSANAAN

16

Ketidakstabilan Otonom

Respon Simpatis Meningkat

Vasospasme

Sistem Imun Menurun Suhu Dingin

Iritasi N. VIIInflamasi dan Edema

N. VII

N. VII Terjepit

Iskemia N. VII

Paralisis N. VII

Page 17: skenario 4

Pelaksanan Fisioterapi

1. Pemanasan dengan IR

Pemberian terapi panas menggunakan IR dilakukan dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Persiapan alat

Persiapan alat yang dilakukan meliputi jenis lampu (disini

penulis menggunakan jenis non luminous),kemudian terapis

memeriksa kabelnya, setelah dapat dipastikan bahwa lampu aman

untuk digunakan kemudian terapis menyiapkan alat pengatur waktu

selama 15 menit, terakhir terapis menyiapkan handuk dan tisu yang

akan digunakan untuk menutup mata pasien.

b. Persiapan pasien

Pasien diminta untuk tidur terlentang dengan senyaman

mungkin, kepala beralaskan bantal dengan wajah miring kearah sisi

wajah yang sehat (miring ke kiri). Wajah yang akan diterapi

dibersihkan terlebih dahulu. Pasien diberitahu tentang manfaat terapi

dan mengenai panas yang dirasakan, yaitu rasa hangat. Bila ternyata

ada rasa panas yang menyengat, pasien diminta segera memberitahu

padaterapis.

c. Pelaksanaan terapi

Pertama-tama pasien diberikan tisu untuk menutup mata dan

menghindari mata dari sorot lampu, kemudian lampu diposisikan tagak

lurus dengan wajah sisi kiri, jarak diatur antara 45-60 cm, alat pengatur

waktu dipasang selama 10 menit, kemudian lampu dihidupkan.

2. Massage

Pemberian massage dengan berbagai teknik dilakukan dengan tahap-tahap

pelaksanaan sebagai berikut:

a. Persiapan alat

17

Page 18: skenario 4

Dalam pelaksanaan massage alat yang dibutuhkan hanya tisu

dan pelicin berupa bedak.

b. Persiapan pasien

Posisi pasien terlentang dengan kepala disangga bantal.

Sebelum diterapi wajah dibersihkan dengan handuk. Pasien diberi

keterangan tentang teknik-teknik terapi yang akan diaplikasikan serta

manfaat dari pemberian massage.

c. Pelaksanaan terapi

Massage pertama-tama dilakukan dengan memberikan pelicin

pada wajah dengan menggunakan teknik stroking, kemudian pelicin

diratakan dengan teknik effleurage, dimana arahnya sesuai dengan arah

serabut otot yaitu sisi wajah yang sehat (kiri) ditarik kearah telinga dari

sisi wajah yang lesi (kanan), dengan tekanan ringan. Setelah itu terapis

memberikan finger kneading pada wajah sisi yang sehat. Massage

diakhiri dengan memberikan slapping terutama pada wajah sisi lesi.

Massage diberikan selama 10 menit.

3. Stimulasi Elektris

a. Posisi pasien

Tidur terlentang di atas tempat tidur dengan rilek

b. Posisi terapis

Disebelah kanan atau pada sisi yang lesi

c. Pelaksanaan

Pemeriksaan alat, periksa kabel, tombol menu, dan intensitas

harus dalam keadaan nol dan periksa pet yang digunakan kemudian

pemasangan alat dengan menaruh katode dibagian cervikal dan anode

18

Page 19: skenario 4

diletakkan pada masing-masing titik motor poin otot-otot wajah ,

dalam pelaksanaan setiap mengganti titik motor poin yang dituju arus

intensitas harus direndahkan atau dalam posisi nol dan saat menaikkan

intensitas pelan-pelan sampai terlihat kontraksi yang terjadi, tanyakan

pada pasien sudah pas, terlalu rendah atau tinggi. Setelah selesai

matikan alat dan alat ditata kembali. Untuk dosis terapi menggunakan

arus faradik dengan intensitas toleransi pasien yaitu 3 mA dan waktu

15 menit.

4. Terapi latihan dengan menggunakan cermin (mirror exercise)

Terapi dengan menggunakan cermin (mirror exercise) membutuhkan

partisipasi baik dari pasien maupun terapis. Pada saat inilah merupakan waktu

yang tepat untuk membangun motivasi dan kepercayaan diri pasien. Tahap-

tahap pelaksanaannya meliputi :

a. Persiapan alat

Alat yang digunakan adalah cermin.

b. Persiapan pasien

Pasien di posisikan duduk di depan cermin, sedangkan fisioterapis berdiri di

samping pasien. Pasien diberikan keterangan mengenai manfaat dari terapi ini.

c. Pelaksanaan terapi

Pertama-tama terapis memberikan contoh gerakan-gerakan yang harus

dilakukan oleh pasien kemudian pasien diminta untuk menirukan gerakan-

gerakan tersebut, terapis memperhatikan dan mengkoreksi apabila ada gerakan

yang keliru, terapi dilakukan selama 10 menit. Apabila pasien belum bisa

menggerakkan otot-ototnya maka terapis bisa membantu dengan cara pasif.

Pada saat latihan ini penulis memodifikasi dengan memberi tahanan (resisted)

ringan pada setiap gerakan yang dilakukan oleh pasien. Sebelumnya terapis

memberikan contoh tahanan-tahanan yang harus dilakukan, kemudian pasien

melakukannya sendiri.

5. Edukasi

19

Page 20: skenario 4

Edukasi yang dapat diberikan pada pasien adalah (1) pasien diminta

untuk menghindari udara dingin secara lansung pada wajah, (2) pasien

dianjurkan untuk menggunakan tetes mata setelah seharian beraktivitas, ini

bertujuan untuk mencegah iritasi pada mata, (3) pasien dianjurkan untuk

mengompres pada wajah dan telinga bagian belakang, dengan cara

menggunakan handuk kecil dan air hangat kemudian ditempelkan pada wajah

sisi lesi dan pada daerah telinga belakang, selama 10 menit, (4) pasien

dianjurkan untuk melakukan massage pada wajah selama 10 menit, dengan

arah dari wajah sisi sehat (kanan) ditarik kearah telinga wajah sisi lesi (kiri),

dan dengan tekanan ringan, hal ini bertujuan agar tidak merusak serabut otot

pada wajah. (5) setelah di massage pasien dianjurkan untuk melakukan latihan

di depan cermin, dengan gerakan seperti mengangkat alis, mendekatkan kedua

alis, menutup mata, mengkerutkan hidung, tersenyum, bersiul.

9.2 PRINSIP TINDAKAN MEDIS

Kortikosteroid bisa meringankan edema saraf fatal dan meningkatkan

konduksi saraf dan aliran darah.

Setelah hari keempat belas terapi kosrtikosteroid, elektro terapi bisa membantu

mencegah atrofi otot facial.

BAB X

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

10.1 PROGNOSIS

20

Page 21: skenario 4

Meskipun gejala Bell’s Palsy menakutkan, ada kesempatan saraf akan dapat

bekerja dengan baik lagi. 85% orang dengan cerebral Bell pulih sepenuhnya dalam

beberapa bulan. Anak-anak hampir penuh sepenuhnya.

Jika rasa sakit kembali dalam waktu lima sampai tujuh hari setelah gejala

dimulai, lebih memungkinkan anda akan sembuh sepenuhnya dan semakin besar

kemungkinan anda akan sembuh sepenuhnya jika otot-otot wajah abnda tidak

semuanya lumpuh pada titik yang paling parah.

10.2 KOMPLIKASI

Komplikasi utama dari kondisi kronis adalah hilangnya rasa (ageusia), spasme

wajah kronis dan infeksi kornea. Untuk mencegah yang terakhir, mata dapat

dilindungi oleh penutup , atau direkatkan ditutup selama tidur dan untuk waktu

istirahat, dan tetes mata air mata atau salep mata seperti mungkin disarankan,

terutama untuk kasus kelumpuhan lengkap. Mana mata tidak menutup sepenuhnya,

reflex juga dipengaruhi perawatan besar harus diambil untuk melindungi matadari

cedera.

Komplikasi lain dapat terjadi dalam kasus regenerasi tidak lengkap atau keliru

dari saraf wajah yang rusak. Saraf dapat dianggap sebagai sebuah paket dari koneksi

saraf individu yang lebih kecil yang cabang ke tujuan yang tepat. Selama

pertumbuhan kembali, saraf umumnya mampu melacak jalur asli untuk tujuan yang

tepat, tetapi beberapa saraf bisa sidetrack menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai

sykinesis.

Selain itu, sekitar 6% dari pasien menunjukkan sindrom buaya air mata, juga

di sebut gustatolacrimal reflex atau sindrom Bogorad, pada pemulihan, dimana

mereka akan menitikkan air mata saat makan. Hal ini di duga disebabkan regenerasi

dari saraf wajah, sebuah cabang yang mengontrol kelenjar lakrimal dan ludah.

21