sick building syndrome 03

22
PBL Blok 27 Sick Building Syndrome Septriani bukang 102009086 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Pendahuluan Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana yang memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang dilengkapi dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan mempunyai sirkulasi udara sendiri. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu menjadi tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula meningkatkan produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal kemungkinan adanya gangguan kesehatan pada gedung-gedung seperti itu yang pada akhirnya justru akan menurunkan produktifitas kerja karyawannya yang bekerja di dalam gedung-gedung itu. Para ahli di beberapa negara mulai banyak menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit yang "sakit", dan menimbulkan sindrom gedung sakit. Istilah sindrom gedung sakit (sick building syndrome) pertama- tama diperkenalkan oleh para ahli dari negara Skandinavia di awal tahun 1980an yang lalu. Istilah ini kemudian digunakan secara

Upload: annie-bukang

Post on 04-Aug-2015

102 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sick Building Syndrome 03

PBL Blok 27 Sick Building Syndrome

Septriani bukang

102009086

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Pendahuluan

Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana

yang memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang

dilengkapi dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan

mempunyai sirkulasi udara sendiri. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu

menjadi tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula meningkatkan

produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal kemungkinan adanya

gangguan kesehatan pada gedung-gedung seperti itu yang pada akhirnya justru akan

menurunkan produktifitas kerja karyawannya yang bekerja di dalam gedung-gedung itu. Para

ahli di beberapa negara mulai banyak menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit

yang "sakit", dan menimbulkan sindrom gedung sakit.

Istilah sindrom gedung sakit (sick building syndrome) pertama-tama

diperkenalkan oleh para ahli dari negara Skandinavia di awal tahun 1980an yang lalu. Istilah

ini kemudian digunakan secara luas dan kini telah tercatat berbagai laporan tentang sindrom

ini dari berbagai Negara Eropa, Amerika dan bahkan dari negara tetangga kita Singapura.

Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit",

artinya terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan itulah

yang menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini yang

memang terjadi karena para penderitanya menggunakan suatu gedung yang sedang "sakit".

Gejala-gejala yang timbul memang berhubungan dengan tidak sehatnya udara di

dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada sindrom ini antara lain dapat berupa batuk-batuk

kering, sakit kepala, iritasi di mata, hidung dan tenggorok, kulit yang kering dan gatal, badan

lemah dan lain-lain. Keluhan-keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu.

Keluhan-keluhan yang ada biasanya tidak terlalu hebat, tetapi cukup terasa mengganggu dan

Page 2: Sick Building Syndrome 03

yang penting amat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Sindrom gedung sakit

baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau bahkan sampai 50%, pengguna suatu

gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di atas. Kalauhanya dua atau tiga orang maka

mereka mungkin sedang kena flu biasa.

7 langkah diagnosis

a. Diagnosis

1. Anamaneis

Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan dimaksudkan

untuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja, pada pekerjaan dan

atau lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit akibat kerja.

Riwayat penyakit meliputi antara lain awal-mula timbul gejala atau tanda

sakit, gejala atau tanda sakit pada tingkat dini penyakit, perkembangan penyakit, dan

terutama penting hubungan antara gejala serta tanda sakit dengan pekerjaan dan atau

lingkungan kerja.

Riwayat pekerjaan harus ditanyakan kepada penderita dengan seteliti telitinya

dari permulaan sekali sampai dengan waktu terakhir bekerja. Jangan sekali-kali hanya

mencurahkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan waktu sekarang, namun harus

dikumpulkan informasi tentang pekerjaan sebelumnya, sebab selalu mungkin bahwa

penyakit akibat kerja yang diderita waktu ini penyebabnya adalah pekerjaan atau

lingkungan kerja dari pekerjaan terdahulu. Hal ini lebih penting lagi jika tenaga kerja

gemar pindah kerja dari satu ke pekerjaan lainnya. Buatlah tabel yang secara

kronologis memuat waktu, perusahaan tempat bekerja, jenis pekerjaan, aktivitas

pekerjaan, faktor dalam pekerjaan atau lingkungan kerja yang mungkin menyebabkan

penyakit akibat kerja. Penggunaan kuestioner yang direncanakan dengan tepat sangat

membantu.

2. Pemeriksaan fisik

Page 3: Sick Building Syndrome 03

3. Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan laboratoris dimaksudkan untuk mencocokkan benar tidaknya

penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan atau produk mertabolisme dari

padanya ada dalam tubuh tenaga kerja yang menderita penyakit tersebut. Guna

menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, biasanya tidak cukup sekadar

pembuk-tian secara kualitatif yaitu tentang adanya faktor penyebab penyakit,

melainkan harus ditunjukkan juga banyaknya atau pembuktian secara kuantitatif.

Sebagai ilustrasi, adanya timah hitam dalam darah tenaga kerja tidak cukup

menunjukkan yang bersangkutan keracunan timah hitam; namun kadar timah

hitam darah yang tinggi misalnya di atas 0,8 mg per 100 cc darah lengkap

merupakan indikasi sangat kuat bahwa tenaga kerja dimaksud menderita

keracunan timah hitam. Selain kadarnya dalam darah, kadar faktor kimiawi dalam

urin atau bahan lainnya dapat membantu dalam upaya menegakkan suatu diagnosa

penyakit akibat kerja.

- Pemeriksaan rontgen sering sangat membantu dalam menegak-kan diagnosa

penyakit akibat kerja, terutama untuk penyakit yang disebabkan penim-bunan

debu dalam paru dan reaksi jaringan paru terhadapnya yaitu yang dikenal dengan

nama pnemokoniosis. Hasil pemeriksaan sinar tembus baru ada maknanya jika

dinilai dengan riwayat penyakit dan pekerjaan serta hasil pemeriksaan lainnya dan

juga data lingkungan kerja. Pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan

kemajuan teknik-teknologi kedokteran/kesehatan lain dapat sangat berguna bagi

upaya menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingan.

4. Pemeriksaan tempat kerja

yang dimaksudkan untuk memastikan adanya dan mengukur kadar

faktor penyebab penyakit di tempat atau ruang kerja. Hasil pengukuran

kuantitatif di tempat atau ruang kerja sangat perlu untuk melakukan penilaian

dan mengambil kesimpulan, apakah kadar zat sebagai penyebab penyakit

akibat kerja cukup dosisnya atau tidak untuk menyebabkan sakit. Sebagai

misal, kandungan udara 0,05 mg timah hitam per meter kubik udara ruang

Page 4: Sick Building Syndrome 03

kerja tidaklah menyebabkan keracunan Pb, kecuali jika terdapat absorpsi

timah hitam dari sumber lain atau jam kerja per hari dan minggunya sangat

jauh melebihi batas waktu 8 (delapan) jam sehari dan 40 jam seminggunya.

Kelima unsur dari metoda diagnosa tersebut merupakan satu kesatuan utuh

yang tidak terpisahkan dengan muaranya kepada kesimpulan profesional

medis yaitu diagnosa penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Pada

akhirnya keputusan tentang diagnosa penyakit akibat kerja berada di tangan

dokter apakah Dokter Pemeriksa ataukah Dokter Penasehat yang dengan

segala latar ilmu pengetahuan dan kompetensi medisnya serta juga etika

profesi yang dimilikinya; Dokter Pemeriksa dan Dokter Penasehat memiliki

kewenangan legal, profesional dan sosio-kultural untuk menetapkan diagnosa

penyakit akibat kerja serta memikul tanggung jawab penuh atas keputusan

penetapannya. Dengan melaksanakan kelima unsur metoda diagnosa atau

menelaah laporan pelaksanaan kelima unsur tersebut dan hasilnya, maka

diagnosa penyakit akibat kerja pasti dapat ditegakkan dengan baik. Metoda

diagnosa penyakit akibat kerja bukan masalah yang rumit lebih-lebih lagi

bukan metoda yang tidak dapat dilaksanakan. Metoda dimaksud tidak

menuntut prosedur teknis-teknologis yang mahal biayanya sehingga tidak

mungkin diterapkan. Acapkali suatu penyakit akibat kerja sangat mudah

diperkirakan sekalipun segenap unsur belum selesai dilakukan. Dari riwayat

penyakit dan riwayat pekerjaan saja sungguh sangat banyak informasi yang

membawa dokter ke arah suatu diagnosa penyakit akibat kerja. Dengan

menemukan simptom/sindrom dan tanda penyakit, diagnosa sudah mulai

terarah kepada suatu atau beberapa penyakit spesifik yang penyebabnya

adalah pekerjaan atau lingkungan kerja. Data lingkungan akan sangat

memperkuat keputusan dokter dalam menetapkan diagnosa penyakit akibat

kerja.

Suatu hal yang sangat mengganggu adalah pendapat bahwa diagnosa

penyakit akibat kerja tidak dapat ditegakkan jika tidak ada data awal

pemeriksaan kesehatan yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hal ini

tidak benar dan pandangan seperti itu harus segera dihilangkan. Penyakit

akibat kerja pasti dapat dibuat diagnosanya tanpa adanya data awal kesehatan

tenaga kerja yang bersangkutan, asalkan kelima unsur metoda diagnosa

penyakit akibat kerja dilaksanakan dengan memadai. Jika riwayat penyakit

Page 5: Sick Building Syndrome 03

dan pekerjaan, temuan pemeriksaan kesehatan, hasil pemeriksaan penunjang,

data dan informasi pekerjaan dan tempat kerja dengan jelas mengarah ke suatu

penyakit akibat kerja, maka dokter pada tempatnya menetapkan diagnosa

penyakit akibat kerja. Sekali lagi tidaklah benar apabila diagnosa penyakit

akibat kerja hanya dapat dibuat apabila data awal kesehatan tersedia.

b. Pajanan yang di alami

- Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerjaadalah

esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini

perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti,

yang mencakup:

a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh

penderita secarakhronologis

b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan,

c. Bahan yang diproduksi

d. Materi (bahan baku) yang digunakan

e. Jumlah pajanannya

f. Pemakaian alat perlindungan diri (misal: masker)

g. Pola waktu terjadinya gejala

h. Informasi mengenai tenaga kerja lain(apakah ada yang mengalami gejala

serupa)

i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan

(MSDS, label, dansebagainya)

c. Hubangan pajanan dengan penyakit

Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit

tersebut. Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalamkepustakaan yang mendukung

pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika

dalam kepustakaan tidakditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut

di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika

dalamkepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus

Page 6: Sick Building Syndrome 03

mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yangdiderita (konsentrasi,

jumlah, lama, dan sebagainya)

d. pajanan yang dialami cukup besar untuk.

Jika penyakit yangdiderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,

maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih

lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan

diagnosis penyakit akibat kerja

e. peran factor individu

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupunriwayat pekerjaannya,

yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat

adanya pajanan serupa sebelumnyasehingga risikonya meningkat. Apakah pasien

mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih

rentan/lebihsensitif terhadap pajanan yang dialami

Sick Building Syndrome

- Pengertian Sick Building Syndrome

Dalam NSC (Nasional Safety Council) Sick Building Syndrome (SBS)

adalah situasi dimana para penghuni sebuah bangunan mengalami gangguan

kesehatan akut yang dikaitkan dengan banyaknya waktu yang dihabiskan di

dalam bangunan tersebut, tetapi bukan merupakan penyakit yang spesifik dan

dapat diidentifikasi. Keluhan terjadi di ruangan atau di wilayah tertentu yang

biasa kita kunjungi di gedung tersebut seperti ruang tamu, fotokopi, printer.

Istilah Sick Building Syndrome telah dipakai secara luas, yang

mengacu pada definisi “gedung sakit”, meskipun tidak jelas bagaimana

mendiagnosa gedung tersebut sehingga dikatakan sakit. Penggunaan istilah

Sick Building Syndrome apabila terdapat petunjuk-petunjuk utama bahwa

gedung sebagai penyebabnya, antara lain (a) adanya gejala-gejala ketika

bekerja atau tinggal di dalam gedung, (b) kejelasan berkurangnya gejalagejala

ketika meninggalkan gedung atau bekerja di tempat lain untuk sementara, (c)

Page 7: Sick Building Syndrome 03

munculnya gejala-gejala ketika kembali ke gedung, serta (d) adanya gejala-

gejala yang dialami oleh banyak orang.

Secara frekuensi, masalah muncul ketika perawatan dan penggunaan

sebuah gedung tidak konsisten serta tidak sesuai dengan desain asli dan

penggambaran prosedur operasinya. Terkadang muncul masalah udara yang

berada di dalamnya yang diakibatkan oleh kurang sesuainya desain bangunan

serta aktivitas para penghuninya.

- Polusi Udara Dalam Ruang

Penyebab terjadinya Sick Building Syndrome berkaitan erat dengan ventilasi

udara ruangan yang kurang memadai karena kurangnya udara segar masuk ke dalam

ruangan gedung, distribusi udara yang kurang merata, serta kurang baiknya

perawatan sarana ventilasi. Dilain pihak, pencemaran udara dari dalam gedung itu

sendiri yang berasal dari misalnya asap rokok, pestisida, bahan pembersih ruangan

dan sebagainya. Bahan pencemar udara yang mungkin ada dalam ruangan dapat

berupa gas CO, CO2, beberapa jenis bakteri, jamur, kotoran binatang, formaldehid

dan berbagai bahan organik lainnya yang dapat menimbulkan efek iritasi pada selaput

lendir dan kulit.

Kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) sebenarnya ditentukan

secara sengaja ataupun tidak sengaja oleh penghuni ruangan itu sendiri. Ada gedung

yang secara khusus diatur, baik suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya dengan

memakai peralatan ventilasi khusus, ada pula yang dilakukan dengan

mendayagunakan keadaan cuaca alamiah dengan mengatur bagian gedung yang dapat

dibuka. Kualitas udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh temperatur dan

kelembaban yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan

penghuninya.Dengan demikian kualitas udara tidak bebas dalam ruangan sangat

bervariasi. Apabila terdapat udara yang tidak bebas dalam ruangan, maka bahan

pencemar udara dalam konsentrasi yang cukup memiliki kesempatan untuk

memasuki tubuh penghuninya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan NIOSH (The National lnstitutefor

Occupational Safety and Health), suatu badan untuk kesehatan dan

keselamatan di Amerika Serikat menunjukkan enam sumber utama

pencamaran udara di dalam suatu gedung yaitu:

Page 8: Sick Building Syndrome 03

Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung (17%) Pencemaran akibat mesin foto

kopi, asap rokok, pestisida, bahanbahan pembersih ruangan dan lain-lain.

Pencemaran dari luar gedung (11 %)

Masuknya gas buang kendaraan bermotor yang lalu lalang, gas dari cerobong

asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, yang kesemuanya dapat terjadi

akibat penempatan lokasi lubang pemasukan udara yang tidak tepat.

Pencemaran akibat bahan bangunan (3%) Formaldehid, lem, asbes, fiber glass dan

bahan-bahan lain yang merupakan komponen bangunan pembentuk gedung tersebut.

Pencemaran mikroba (5%) Bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya

yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin (AC) beserta seluruh

sistemnya.

Gangguan ventilasi (52%)

Kurangnya udara segar yang masuk, buruknya distribusi udara dan kurangnya

perawatan sistem ventilasi udara temyata punya peranan besar dalam menentukan

sehat tidaknya lingkungan udara di dalam suatu gedung.

Tak diketahui (12%)

Kualitas udara dalam ruangan yang baik didefinisikan sebagai udara yang

bebas bahan pencemar penyebab iritasi, ketidaknyamanan atau terganggunya

kesehatan penghuni. Temperatur dan kelembaban ruangan juga mempengaruhi

kenyamanan dan kesehatan penghuni. Baku mutu bahan pencemar tertinggi yang

diperkenankan dari beberapa bahan pencemar udara ruangan telah dideskripsikan

dalam American Society of Health, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers

(ASHRAE) tahun 1989. Sedangkan baku mutu tertinggi yang diperkenankan untuk

kelompok bahan pencemar spesifik dan pedoman kenyamanan dalam ruangan untuk

parameter fisik yang spesifik diuraikan dalam Guideline for Good Indoor Air Quality.

Polusi udara dalam ruang adalah tingginya konsentrasi partikel polusi yang

mengudara (airborne contaminants), bau, dan penyebab alergi yang ditimbulkan oleh

penghuni/ pengguna gedung itu sendiri atau merupakan kontaminasi polusi udara luar

yang masuk ke dalam gedung. Polusi dalam ruang digolongkan menjadi:

1. Polusi fisik

Yang termasuk ke dalam polusi fisik adalah:

Page 9: Sick Building Syndrome 03

a. Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruang) Secara

umum, pengkondisian udara (air-conditioning) dilakukan dengan

mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode

seperti di negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode

seperti halnya di Indonesia) sehingga udara yang disemburkan ke dalam

ruangan mencapai kondisi set-point (temperatur dan kelembaban) yang

diinginkan.

Pendingin udara diklasifikasikan menjadi pendingin udara lokal

dan sentral. Pendingin udara lokal yaitu pendingin udara yang umum

dipakai di rumah-rumah, atau beberapa ruangan kantor (biasanya ruang

pejabat struktural, namun sekarang hampir seluruh ruang baik ruang staf

maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan pendingin

udara sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan dari satu tempat

tersendiri oleh operator khusus, biasanya hotel-hotel, pusat perbelanjaan,

dan gedung perkantoran berskala besar. Kedua pendingin udara ini

berpotensi dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Idealnya, filter

mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya 3-4 kali

setahun. Jika tidak, AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan

rombongan bakteri. Kawanan Chlamydia sp, Escherichia sp, dan

Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair

dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat

itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui

mulut, hidung, atau masuk lewat lubang kuping. Bagi orang sehat dengan

stamina prima, masuknya kuman tak mendatangkan masalah. Lain soal

jika korban yang dijambangi kuman adalah mereka yang daya tahan

tubuhnya sedang buruk.

b. Debu di ruangan kerja

Debu merupakan partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh

kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran,

pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan,

baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih, logam, arang

batu, butir-butir zat dan sebagainya, yang memiliki ukuran antara 0,1 – 2,5

mikron.

Page 10: Sick Building Syndrome 03

Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuki

atmosfir karena terbawa oleh angin. Oleh karena itu, debu bisa terdapat di

mana saja, misalnya untuk indoor, penumpukan barang-barang bekas yang

menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup dan

tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu akivitas pernafasan

manusia.

c. Karpet yang tidak dirawat

Karpet merupakan salah satu bahan bangunan yang paling

membahayakan bagi kesehatan, dan apabila memungkinkan, maka disarankan

pencegahan penggunannya. Hal tersebut karena partikel debu yang dibawa

oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan, akan

menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal di

antara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang

diproduksi oleh manusia setiap harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building

Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada karpet, seperti tungau

atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan

karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah

menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat

dari karpet yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan

dan dijemur, maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet

akan ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat

mengganggu kesehatan.

2. Polusi biologi

Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari

tanaman, dan organisme lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya

menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Pekerja

dapat berisiko mengidap penyakit, diantaranya:

- Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang

menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya

terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin.

Page 11: Sick Building Syndrome 03

- Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan sistem pendingin dalam

ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella

pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia

lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak sertai gejala mencolok bahkan seperti

flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan

lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.

3. Polusi kimia

Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam

ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang

serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan

bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari

petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen

pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan

sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain. Bahan-

bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi,

masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahanbahan tersebut

dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius, misalnya cacat lahir, gangguan saraf

pusat, dan kanker. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang

mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang

tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari

ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan

karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di

dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya.

4. Polusi gas

Polusi gas, selain datang dari asap pembuangan kendaraan bermotor, juga

terjadi di bangunan tempat tinggal kita seperti tungku api dan pemanas yan g tidak

disertai dengan sistem ventilasi yang baik, dan juga dari kompor gas yang

mengeluarkan karbonmonoksida, karbondioksida, dan nitrogen dioksida. Selain itu

juga banyak materi bangunan modern, seperti cat rumah yang masih baru

diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai

macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.

Page 12: Sick Building Syndrome 03

5. Polusi radiasi

a. Radiasi alam

Di antara sekian banyak sumber radiasi alam, radon merupakan sumber radiasi

alam yang paling banyak mendapatkan perhatian sehubungan dengan efek merugikan

yang ditimbulkannya. Efek merugikan tersebut berkaitan dengan kesehatan manusia.

Radon merupakan gas radioaktif yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa, dan secara kimia tidak reaktif. Zat ini terbentuk dari turunan radium-226 yang

termasuk dalam rantai luruhan uranium-238 yang ada di dalam batu, tanah dan air.

Zat ini dapat bermigrasi dari batuan dan tanah masuk ke atmosfir. Berbagai bahan

bangunan seperti granit, italian tuff serta alum shale konkrete ringan, mengandung

konsentrasi radium-226 yang dapat menjadi sumber migrasi radon di dalam ruangan.

Ternyata udara luar berperan penting bagi masuknya radon ke udara ruangan melalui

ventilasi udara maupun pintu dan jendela.

Komponen terbesar dari paparan radon pada manusia melalui inhalasi radon

dan turunannya yang berumur pendek. Radon dan sekitar sepertiga hasil luruhannnya

akan terinhalasi dan masuk ke dalam organ paru sebagai organ target. Gas radon yang

terinhalasi ini dapat masuk ke dalam darah serta berbagai organ maupun jaringan

tubuh manusia. Penggunaan bahan-bahan tambang seperti asbes dan sisa-sisa hasil

pengolahan bahan tambang sebagai bahan bangunan untuk perumahan atau gedung,

dapat memperbesar kadar radon.

- Gejala –gejala Sick Building Syndrome

Keluhan dari para penghuni gedung dengan adanya gejala-gejala yang

muncul yang diasosiasikan dengan ketidaknyamanan yang ada. Gejala-gejala

tersebut mencakup sakit kepala, iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokkan,

batuk kering, kulit kering dan iritasi, pusing dan mual, kesulitan dalam

berkonsentrasi, lemah dan letih, dan sensitif terhadap bau-bauan. Tidak ada

definisi spesifik mengenai SBS, apakah masuk ke dalam kategori penyakit

atau tidak. Secara kimia dan biologi kontaminasi udara dapat disimpulkan

sebagai penyebab gejala-gejala tersebut muncul. Banyak dari keluhan tersebut

akan terobati sesaat setelah meninggalkan gedung tersebut.

SBS mengurangi produktivitas pekerja dan juga dapat meningkatkan jumlah

ketidakhadiran para pekerja.

Page 13: Sick Building Syndrome 03

- Indikator Sick Building Syndrome

Indikator Sick Building Syndrome yaitu:

1. Penghuni gedung mengeluh sakit kepala, iritasi mata, hidung atau tenggorokan,

batuk kering, kulit kering atau gatal, pusing dan mual, kesulitan dalam

berkonsentrasi, kelelahan dan peka terhadap bau.

2. Penyebab dari gejala tidak diketahui.

3. Sebagian besar pengadu melaporkan lega segera setelah meninggalkan gedung.

Sedangkan indikator sakit yang disebabkan oleh kondisi bangunan yaitu:

1. Penghuni gedung mengeluhkan gejala seperti batuk, dada sesak, demam,

menggigil dan nyeri otot.

2. Gejala-gejala dapat didefinisikan secara klinis dan telah diidentifikasi

penyebabnya secara jelas.

3. Penghuni gedung mungkin memerlukan waktu pemulihan yang lama setelah

meninggalkan gedung.

- Pencegahan Sick Building Syndrome

Keluhan yang timbul pada penderita biasanya dapat ditangani secara

simtomatis asal diikuti dengan upaya agar suasana lingkungan udara di gedung tempat

kerja menjadi Iebih sehat. Yang perlu mendapat perhatian utama tentu bagaimana

pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari suatu gedung menjadi penyebab

sindrom gedung sakit ini. Ternyata upaya pencegahannya cukup luas, menyangkut

bagaimana gedung itu dibangun, bagaimana desain ruangan, bahan-bahan yang

digunakan di dalam gedung, perawatan alat-alat dan lain-lain.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

1. Umumnya penderita Sindrom Gedung Sakit akan sembuh apabila keluar dari dalam

gedung tersebut, gejala-gejala penyakitnya dapat disembuhkan dengan obat-obat

simtomatis (obat-obat penghilang gejala penyakit).

2. Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan

terdistribusi secara merata ke semua bagian di dalam suatu gedung. Dalam hal ini

perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan

sumbersumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke

dalam gedung. Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung diatur sedemikian rupa

agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply udara

Page 14: Sick Building Syndrome 03

segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam ruangan, demikian pula harus

diperhatikan jumlah supply udara segar yang cukup apabila ada penambahan-

penambahan karyawan baru dalam jumlah yang signifikan.

3. Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan pembersih

ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam gedung dan lebih

ramah lingkungan (green washing, non toxic, natural, ecological friendly).

4. Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam

satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian

ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang memadai.

5. Jangan asal membuat sekat ruangan saja, dan jangan terus menerus menambah jumlah

orang untuk bekerja dalam satu ruangan sehingga menjadi penuh sesak.

6. Alat-alat kantor yang mengakibatkan pencemaran udara, seperti mesin fotocopy,

diletakkan dalam ruangan terpisah.

7. Renovasi kantor dengan menggunakan bahan-bahan bangunan baru, cat baru, lem

baru, agar dipasang exhaust fan yang memadai agar pencemaran dari volatile organic

compounds (VOCs), terutama uap benzene dan formaldehyde yang berasal dari

bahan-bahan bangunan baru dapat segera dibuang.

Penatalaksanaan

- Madika mentosa

- Non medika mentosa