syndrome bechets

31
A. Tahap perkembangan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Menurut Stanley, tahap perkembangan SAR dibagi menjadi 4 tahap yaitu: 1. Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai berkembang. 2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus. Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini. 3. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang. 4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke - 4 hingga 35. Ulser tersebut akan ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR pernah muncul. Semua lesi SAR menyembuh dan lesi baru berkembang

Upload: vana-permata

Post on 17-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Syndrome Bechets

TRANSCRIPT

Page 1: Syndrome Bechets

A. Tahap perkembangan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

Menurut Stanley, tahap perkembangan SAR dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

1. Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada

waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat

dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan

menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai berkembang.

2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR.

Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus.

Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini.

3. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada

tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh

lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang

berkurang.

4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke - 4 hingga 35. Ulser tersebut akan

ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak

meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR pernah muncul. Semua lesi SAR

menyembuh dan lesi baru berkembang

Page 2: Syndrome Bechets

B. Diagnosa Banding

1. Bechet’s syndrom

Yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari uveitis yang berulang , ulkus

aphtous, dan ulkus pada daerah genital yang disebabkan oleh vaskulitis

sebagai akibat dari proses autoimun multisistim.

Vaskulitis adalah inflamasi pada pembuluh darah. Pada keadaan ini

biasanya lumen pembuluh darah kita mengalami penyempitan, sehingga dapat

menyebabkan iskemia jaringan.

Syndrom bechet ini memiliki 3 gejala (triad ulserasi) yaitu di ruang

anterior mata, rongga mulut (oral apthae), genital.

Tanda klinik :

- Ulkus

- Oval

- Diameter bervariasi

- Eksudat serebrinosa menutupi permukaan

- Rata

- Tepi merah

- Sakit

- Dangkal

- Batas jelas

- Kambuhan

DD : SAR

Persamaan dengan SAR

- Sama- sama ulser

- Sama – sama sakit

- Sama – sama oval

- Sama – sama etiologi idiopatik

- Sama – sama tepi kemerahan

Page 3: Syndrome Bechets

- Sama – sama tidak ada peninggian

- Sama- sama rekuren

- Sama – sama bisa diterapi kortikosteroid

Perbedaan SAR dengan syndrome bechet’s

PERBEDAAN BECHET’S

SYNDROME

SAR

Jumlah single Sigle / multiple

Lokasi Ada 3 tempat Lokasi di mukosa

mulut

PENGOBATAN

- Kortikosteroid sistemik

- Steroid sistemik

- Imunosupresif drug

- Dapsone

Pemeriksaan penunjang

a. Biopsi adalah mengambil sepotong jaringan hidup dan memeriksa

secara mikroskopis. Tujuan biopsi terutama adalah menegakkan

diagnosis, selain itu dapat pula digunakan untuk mengevaluasi

perjalanan penyakit dan pengobatan. Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan pada tindakan biopsi, yaitu persiapan prebiopsi termasuk

di dalamnya persiapan alat dan pasien; berbagai teknik biopsi ;

perlakuan terhadap jaringan hasil biopsi dan komplikasi post biopsi.

b. Serologi merupakan cabang imunologi yang mempelajari reaksi

antigen-antibodi secara invitro.Reaksi serologis dilakukan berdasarkan

asumsi bahwa agen infeksius memicu host untuk

menghasilkanantibodi spesifik, yang akan bereaksi dengan agen

infeksius tersebut. Reaksi serologis dapat digunakanuntuk mengetahui

respon tubuh terhadap agen infeksius secara kualitatif maupun

kuantitatif.Keuntungan melakukan pemeriksaan serologis untuk

menegakkan diagnosa suatu penyakit antaralain karena reaksi serologis

Page 4: Syndrome Bechets

spesifik untuk suatu agen infeksius, waktu yang diperlukanlebih

singkat daripadape,eriksaan kultur/identifikasi bakteri, dan

pengambilan sampel relatif mudah yaitu darah.

2. SAR DAN VARISELLA ZOSTER

Tanda klinis

SAR Varisella zoster

Sar diawali gejala prodormal yang

digambarkan dengan rasa sakit dan

terbakar selama 24-48 jam sebelum

terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan,

berbatas jelas, dangkal, bulat atau oval,

tertutup selaput pseudomembran

kuning keabu-abuan, dan dikelilingi

pinggiran yang eritematus dan dapat

bertahan untuk beberapa hari atau

minggu.

Pada permulaannya, penderita akan

merasa sedikit demam, pilek, cepat

merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-

gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada

kasus yang lebih berat, bisa didapatkan

nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.

Beberapa hari kemudian timbullah

kemerahan pada kulit yang berukuran

kecil yang pertama kali ditemukan di

sekitar dada dan perut atau punggung

lalu diikuti timbul di anggota gerak dan

wajah.

Kemerahan pada kulit ini lalu berubah

menjadi lenting berisi cairan dengan

dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin

terasa agak nyeri atau gatal sehingga

dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting

ini dibiarkan maka akan segera

mengering membentuk keropeng

(krusta) yang nantinya akan terlepas

dan meninggalkan bercak di kulit yang

lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak

ini lama-kelamaan akan pudar sehingga

beberapa waktu kemudian tidak akan

meninggalkan bekas lagi.

Page 5: Syndrome Bechets

 

ETIOLOGI

SAR Varisella zoster

Sampai saat ini, etiologi SAR masih

belum diketahui dengan pasti. Ulser

pada SAR bukan karena satu faktor saja

tetapi multifaktorial yang

memungkinkannya berkembang menjadi

ulser.

Faktor-faktor ini terdiri dari pasta gigi

dan obat kumur sodium lauryl sulphate

(SLS), trauma, genetik, gangguan

immunologi, alergi dan sensitifitas,

stres, defisiensi nutrisi, hormonal,

merokok, infeksi bakteri, penyakit

sistemik, dan obat-obatan. Dokter gigi

sebaiknya mempertimbangkan bahwa

faktor-faktor tersebut dapat memicu

perkembangan ulser SAR

Penyebab cacar air adalah virus

varicella-zoster.

Page 6: Syndrome Bechets

PERAWATAN

SAR Varisella Zoster

1. Edukasi

bertujuan untuk memberikan informasi

mengenai penyakit yang dialami yaitu

SAR agar mereka

mengetahui dan menyadarinya.

2. Instruksi bertujuan agar dapat

dilakukan tindakan pencegahan dengan

menghindari faktor-faktor yang dapat

memicu terjadinya SAR.

3. Pengobatan bertujuan untuk

mengurangi gejala yang dihadapi agar

pasien dapat mendapatkan kualitas

hidup yang menyenangkan

Pasien yang menderita SAR dengan

kesakitan yang sedang atau parah, dapat

diberikan obat kumur yang

mengandung benzokain dan lidokain

yang kental untuk

menghilangkan rasa sakit jangka

pendek yang berlangsung sekitar 10 -15

menit.

Untuk menghilangkan rasa sakit yang

berlangsung sehingga enam jam, dapat

diberikan zilactin secara topikal.

Zilactin dapat lengket pada ulser dan

membentuk membran impermeabel

yang melindungi ulser dari trauma dan

iritasi lanjut. Dapat juga diberikan

Terapi yang biasanya dilakukan

adalah terapi suportif untuk

peningkatan kondisi sistem kekebalan

tubuh dan terapi untuk mencegah

infeksi sekunder (infeksi penyakit lain

yang menyusul infeksi oleh suatu

penyakit) akibat lesi/luka dari vesikel-

vesikel yang timbul.

Dapat diberikan obat untuk

mengurangi gatal (antihistamin). Jika

terjadi infeksi bakteri, diberikan

antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa

diberikan obat anti-virus asiklovir.

Untuk menurunkan demam, sebaiknya

gunakan paracetamol. Obat anti-virus

boleh diberikan kepada anak yang

berusia lebih dari 2 tahun.

Untuk mengurangi rasa gatal dan

mencegah penggarukan, sebaiknya kulit

dikompres dingin. Bisa juga dioleskan

losyen kalamin, antihistamin atau

losyen lainnya yang mengandung

mentol atau fenol.

Untuk mengurangi resiko terjadinya

infeksi bakteri, sebaiknya:

- kulit dicuci sesering mungkin dengan

Page 7: Syndrome Bechets

ziladent yang juga mengandung

benzokain untuk topikal analgesia.

Selain itu, dapat juga menggunakan

larutan betadyne secara topikal dengan

efek yang sama.

Dyclone digunakan sebagai obat kumur

tetapi hanya sebelum makan dan

sebelum

tidur. Aphthasol merupakan pasta oral

amlexanox yang mirip dengan zilactin

yang

digunakan untuk mengurangi rasa sakit

dengan membentuk lapisan pelindung

pada

ulser

air dan sabun

- menjaga kebersihan tangan

- kuku dipotong pendek

- pakaian tetap kering dan bersih.

Persamaan Dan perbedaan

Persamaan Perbedaan

diawali gejala prodormal 1. SAR terjadi rasa sakit dan

terbakar selama 24-48 jam

sebelum terjadi ulser. Ulser ini

menyakitkan, berbatas jelas,

dangkal, bulat atau oval, tertutup

selaput pseudomembran kuning

keabu-abuan, dan dikelilingi

pinggiran yang eritematus dan

dapat bertahan untuk beberapa

hari atau minggu.

2. Varisella Zoster terjadi

kemerahan pada kulit yang

Page 8: Syndrome Bechets

berukuran kecil yang pertama

kali ditemukan di sekitar dada

dan perut atau punggung lalu

diikuti timbul di anggota gerak

dan wajah. Kemerahan pada kulit

ini lalu berubah menjadi lenting

berisi cairan dengan dinding

tipis. Ruam kulit ini mungkin

terasa agak nyeri atau gatal

sehingga dapat tergaruk tak

sengaja.

1. Etiologi SAR masih belum

diketahui dengan pasti. Ulser

pada SAR bukan karena satu

faktor saja tetapi multifaktorial

yang memungkinkannya

berkembang menjadi ulser.

2. Etiologi Varisella Zoster adalah

virus varicella-zoster.

3. Herpes Simplek

Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan

infeksi akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di

atas kulit yang sembab. Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi

yaituHSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I) dan HSV-Tipe II (Herpes

Simplex Virus Type II) (Anonim, 2007).

Etiologi

Penyebab infeksi adalah Virus herpes simpleks termasuk dalam famili

herpesviridae, subfamili alphaherpesvirinae. genus Simpleksvirus, spesies HSV

tipe 1 dan tipe 2, keduanya dapat dibedakan secara imunologis (terutama kalau

Page 9: Syndrome Bechets

digunakan antibody spesifik atau antibody monoklonal). HSV tipe 1 dan tipe 2

juga berbeda kalau dilihat dari pola pertumbuhan dari virus tersebut pada kultur

sel, embryo telur dan pada binatang percobaan.

Patogenesis

HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang

dikeluarkan oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus

permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat

resisten). HSV I ditransmisikan melalui sekresi oral, virus menyebar melalui

droplet pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi.

Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau meminum dari

perkakas yang terkontaminasi. HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui

transmisi selama seks oral-genital (Anonim, 2002).

herpetic whitlow

Kontak dengan virus HSV 1 pada saliva dari carrier mungkin cara yang

paling penting dalam penyebaran penyakit ini. Infeksi dapat terjadi melalui

perantaraan petugas pelayanan kesehatan (seperti dokter gigi) yaitu dari pasien

HSV mengakibatkan lesi herpes bernanah (herpetic whitlow). Penularan HSV2

biasanya melalui hubungan seksual. Kedua tipe baik tipe 1 dan tipe 2 mungkin

ditularkan keberbagai lokasi dalam tubuh melalui kontak oral-genital, oral-anal,

atau anal-genital. Penularan kepada neonatus biasanya terjadi melalui jalan lahir

yang terinfeksi, jarang terjadi didalam uterus atau postpartum (Anonim, 2002).

Herpes simplex virus dapat diisolasi dalam 2 minggu dan kadang-kadang

lebih dari 7 minggu setelah muncul stomatitis primer atau muncul lesi genital

primer. Setelah itu, HSV dapat ditemukan secara intermittent pada mukosal

selama bertahun-tahun dan bahkan mungkin seumur hidup, dengan atau tanpa

gejala klinis. Pada lesi yang berulang, infektivitas lebih pendek dibandingkan

infeksi primer dan biasanya virus tidak bisa ditemukan lagi setelah 5 hari

(Anonim, 2002).

Gejala Klinis

Page 10: Syndrome Bechets

Episode pertama (infeksi pertama) dari infeksi HSV adalah yang paling

berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gelala yang timbul, meliputi

nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan

pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan. Cairan bening tersebut

selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan

keropeng atau kerak (scab).

Kira-kira 10% dari infeksi primer, muncul sebagai suatu penyakit dengan

spektrum gejala klinis yang beragam, ditandai dengan panas dan malaise sampai 1

minggu atau lebih, mungkin disertai dengan gingivostomatitis yang berat diikuti

dengan lesi vesikuler pada orofaring, keratoconjunctivitis berat, dan disertai

munculnya gejala dan komplikasi kulit menyerupai eczema kronis,

meningoencephalitis. HSV 1 sebagai penyebab sekitar 2% faringotonsilitis akut,

biasanya sebagai infeksi primer (Anonim, 2002).

HSV I primer biasanya asimptomatik. Gejala prodormal yang diberikan

diantaranya demam, menggigil, terdapat lmphadenopathy servikal, ditemukan

ulkus di dalam mulut pada permukaan ginggiva. Pada HSV I Sekunder (Lesi

labial rekuren) gejala prodormal yang muncul diantaranya gatal, rasa terbakar,

kesemutan selama 12-36 jam. Kemudian ada pembentukan vesikel. Vesikel pecah,

menjadi ulkus dan krusta dalam 48 jam. Lesi dapat sembuh dalam 7-14 hari.

Faktor predisposisi HSV I sekunder ini diantaranya stress, sakit demam, terpapar

sinar UV, kelelahan dan menstruasi (Cawson dan Odell, 2002).

Reaktivasi infeksi laten biasanya menyebabkan herpes labialis (demam

blister atau cold sores) ditandai dengan munculnya vesikula superfisial yang jelas

dengan dasar erythematous, biasanya pada muka atau bibir, mengelupas dan akan

sembuh dalam beberapa hari. Reaktivasi dipercepat oleh berbagai macam trauma,

demam, perubahan psikologis atau penyakit kambuhan dan mungkin juga

menyerang jaringan tubuh yang lain; hal ini terjadi karena adanya circulating

antibodies, dan antibodi ini jarang sekali meningkat oleh karena reaktivasi.

Penyebaran infeksi yang luas dan mungkin terjadi pada orang-orang dengan

immunosuppressed (Cawson dan Odell, 2002).

Page 11: Syndrome Bechets

Dapat menyerang SSP bisa disebabkan oleh infeksi primer ataupun karena

terjadi recrudescence. HSV 1 adalah penyebab utama dari meningoencephalitis.

Dapat timbul gejala panas, sakit kepala, leukositosis, iritasi selaput otak,

drowsiness, bingung, stupor, koma dan tanda-tanda neurologis fokal, dan sering

dikaitkan dengan satu atau wilayah temporal lain. Gejala-gejala ini mungkin

dikacaukan dengan berbagai lesi intrakranial lain seperti abses pada otak dan

meningitis TB. Karena terapi antiviral dapat menurunkan angka kematian yang

tinggi, maka pemeriksaan PCR untuk DNA virus herpes pada LCS atau biopsi

dari jaringan otak seharusnya segera dilakukan pada tersangka untuk menegakkan

diagnosa pasti (Cawson dan Odell, 2002).

Manifestasi pada Rongga Mulut

Primer Herpes Simplex (HSV-I) tipe 1 merupakan virus yang paling

umum menghasilkan infeksi dalam rongga mulut. Paling sering terjadi pada

anak-anak di bawah usia 6 tahun tetapi dapat terjadi pada pasien yang lebih tua.

Infeksi primer pada sebagian besar anak-anak adalah sub-klinis (tanpa tanda-

tanda atau gejala klinis). Herpes simplex virus hampir di mana-mana di populasi

umum; lebih dari 90% orang dewasa memiliki antibodi terhadap herpes

simplex virus oleh dekade keempat kehidupan. Sekali seseorang terinfeksi,

virus menyebar ke daerah massa jaringan saraf, ganglia (misalnya, trigeminal

ganglion), di mana ia tetap laten namun dapat diaktifkan kapan saja sesuai

kondisi. Kedua herpes simpleks tipe 1 dan 2 dapat menyebabkan infeksi orofacial

dan infeksi kelamin, tetapi HSV-I lebih sering bertanggung jawab atas lesi di

dalam dan sekitar mulut

Herpes gingivostomatitis

Bibir dan gingiva dan mukosa buccal terlibat tetapi kadang-kadang juga

lidah dan retropharynx. Lesi individual dapat dimulai sebagai vesikula tetapi

mungkin meluas ke mukosa dan lapisan kulit dalam, menyukai penyebaran

sistemik. Ada reaksi inflamasi lebih besar dan akibatnya edema dan eritema.

Isolasi dan kultur HSV menggunakan viral swab, metode standard

diagnosa. Infeksi HSV dapat juga diperkuat dengan adanya kenaikan empat kali

Page 12: Syndrome Bechets

lipat antibodi. Metode ini membutuhkan 10 hari untuk menghasilkan hasil. Chair-

side kits dapat dengan cepat mendeteksi HSV dalam waktu beberapa menit pada

lesi smear/ coreng menggunakan immunofluoressence yang tersedia, tapi terbatas

pada biaya. Biopsi jarang digunakan tapi jika dilakukan akan memperlihatkan

vesikula yang tidak spesifik atau ulserasi dengan multinucleated giant cells yang

menggambarkan viral- infected keratinocytes.

Pasien, dan anak- anak seharusnya ditenangkan tentang kondisi dasar dan

diberi tahu tentang infeksi lesi. Instruksi seharusnya diberikan untuk membatasi

bibir dan mulut untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi di daerah lainnya.

Terapi suportif simptomatik termasuk obat kumur clorhexidine, terapi analgesik,

soft diet, dan cukup minum. Menggunakan acyclovir, agen antivirus dengan

melakukan perlawanan terhadap HSV. Dosis standard 200mg acyclovir, 5 kali

sehari selama 5 hari. Dosis harus dikurangi setengahnya untuk anak dibawah 2

tahun.

Mendukung langkah-langkah yang biasa untuk infeksi virus akut harus

dilakukan. Ini termasuk pemeliharaan kebersihan mulut yang tepat, cukup asupan

cairan untuk mencegah dehidrasi, dan penggunaan analgesik sistemik untuk

mengontrol rasa sakit. Agen antipiretik juga ditentukan ketika demam adalah

gejala. Pada kasus yang parah mungkin perlu untuk menggunakan anestesi

topikal seperti lidokain atau diphenhyclramine. Pasien sering dapat mentolerir

cairan dingin, dan mereka dapat membantu dalam mencegah dehidrasi (Brightman

V, 1997).

Chronic Herpetic Simplex

Infeksi ini disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II yang

ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang erimatosa.

Penyakit ini dapat menyerang baik pria maupun wanita. Infeksi primer herpes

simpleks tipe I biasanya menyerang pada usia anak-anak, sedangkan VHS tipe II

biasanya terjadi pada dekade 2 atau 3, dan berhubungan dengan peningkatan

aktivitas seksual.

Page 13: Syndrome Bechets

Tempat prediliksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di

daerah mulut dan hidung. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat

predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital. Daerah

predileksi ini sering kacau karena adanya aktivitas seksual seperti oro-genital.

Infeksi ini berlangsung kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala

sistemik, seperti demam dan malese, serta dapat ditemukan pembengkakkan

kelenjar getah bening regional. Kelainan klinisnya dijumpai berupa vesikel yang

berkelompok di atas kulit yang erimatosa, berisi cairan jernih dan kemudian

menjadi seropurulen (bersifat serosa dan bernanah), dapat menjadi kusta dan

kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal.

Infeksi Herpes Simplex Kronis

Pengobatan bersifat simtomatik. Aspirin atau asetaminofen dapat diminum

untuk mengatasi demam dan mengatur keseimbangan cairan tubuh. Untuk pasien

yang mengalami kesulitan makan dan minum, dapat diberikan topikal anastesi,

seperti dyclonine hyrocloride 0,5%. Untuk pengobatan sistemik dapat diberikan

asiklovir 5 x 400 mg/hari selama 5-10 hari (Brightman V, 1997).

Rekuren HSV

Page 14: Syndrome Bechets

Infeksi herpes berulang berkembang di sekitar sepertiga dari pasien yang

memiliki infeksi primer. Herpes labialis adalah jenis infeksi yang paling sering

kambuhan. Biasanya dilihat sebagai sekumpulan vesikel muncul di sekitar bibir

setelah penyakit sistemik atau stres. Sinar ultraviolet dan rangsangan mekanis

mungkin juga bisa menyebabkan kekambuhan.

Herpes simplex labialis

Infeksi herpes labialis yang berulang ( recurrent herpes labialis (RHL)

merupakan infeksi recurrent intraoral herpes simplex (RIH) terjadi pada pasien

yang mengalami infeksi herpes simplex sebelumnya dan yang memiliki serum

antibody dalam proteksi infeksi primer. Sebaliknya, infeksi yang berulang ini

terbatas pada daerah di kulit dan membran mukosa. Herpes yang berulang tidak

merupakan infeksi tetapi virus yang aktif kembali dari masa laten di jaringan

saraf. Herpes simplex dikultur dari trigeminal ganglion dari cadavers manusia,

dan lesi herpes yang berulang biasanya tampak setelah pembedahan ganglion.

Herpes recurrent mungkin dapat diaktifkan oleh trauma bibir, demam, sunburn,

imunosuresi dan menstruasi. Perjalanan virus menginfeksi sel epitel,

penyebarannya dari sel ke sel untuk menyebabkan sebuah lesi.

UVR matahari memiliki efek immunoregulatori dimana respons sitokin

Th1 ditekan. Sehingga, sensitisasi dan penimbulan imunitas termediasi sel pada

manusia, biasanya dinilai dengan respons hipersensitifitas kontak (CHS)

Page 15: Syndrome Bechets

terhambat. Penipisan jumlah sel Langerhans epidermal yang dipicu oleh UVR,

perekrutan makrofag dermal dan epidermal yang juga bertindak sebagai sel-sel

penampak antigen, dan pelepasan mediator inflammatori seperti faktor

pengaktivasi platelet, TNF-α, IL-4, IL-10, TNF-β, α-MSH, dan CGRP adalah

proses-proses yang penting dalam immunomodulasi. Ini merubah proses

penampakan antigen normal, menyebabkan terbentuknya sel T regulatori yang

sangat spesifik yang secara khusus menghambat imunitas yang dimediasi sel

untuk antigen-antigen yang baru ditemukan (Masdin, 2010).

Immunosupresi (penekanan sistem kekebalan) yang dipicu oleh UVR

memiliki peranan utama dalam fotokarsinogenesis, memfasilitasi pertumbuhan

dan munculnya tumor (berdasarkan penelitian pada mencit). Fotoimmunosupresi

(penekanan sistem kekebalan oleh sinar matahari) dianggap memegang peranan

dalam terjadinya kanker pada manusia, dan fakta bahwa pasien transplant organ

yang menjalani terapi immunosupresif memiliki risiko yang sangat meningkat

untuk semua jenis kanker kulit lebih memberikan dukungan terhadap pendapat

ini. Keterpaparan terhadap UVR juga meningkatkan kejadian dan keparahan

penyakit infeksi pada hewan percobaan dan menekan penimbulan imunitas

terhadap beberapa penyakit infeksi pada manusia. Sampai sekarang, bukti terbaik

untuk hal ini adalah kerentanan yang meningkat terhadap lesi virus herpes simplex

rekuren pada kulit yang terpapar akut terhadap sinar matahari (Masdin, 2010).

Seluruh pasien yang mengalami infeksi herpes primer tidak mengalami

herpes recurrent. Jumlah pasien dengan riwayat infeksi genital primer dengan

HSV1 yang kemudian mengalami infeksi HSV rekuren kira-kira 15%. Rata- rata

angka kambuhan untuk infeksi HSV1 oral antara 20-40%.

Fever blister

Cold sore" atau "fever blister" merupakan suatu lesi vesikuler mukosa

biasanya terletak di sekitar lubang seperti bibir dan hidung. Sering beberapa lesi

muncul secara serentak atau berturut-turut. Sering ada riwayat infeksi saluran

pernafasan sebelumnya atau demam, paparan sinar matahari atau dingin, atau

Page 16: Syndrome Bechets

trauma ke daerah, tetapi apakah pada kenyataannya pengaruh ini mengaktifkan

virus tetap tidak jelas.

Cold sore atau fever blisters, diperparah oleh faktor presipitasi demam,

menstruasi, sinar UV, dan mungkin stres emosional. Lesi didahului oleh periode

prodormal yaitu tingling atau burning. Diiringi dengan edema di tempat lesi,

diikuti dengan formasi cluster vesikel kecil. Masing- masing vesikel berdiameter

1-3 mm, dengan ukuran cluster 1-2 cm. Ukuran lesi secara umum tergantung imun

individu

Lesi pada penderita Herpes

Jika pada tes laboratorium dapat dipastikan, RIH dapat dibedakan dari

RAS dengan cytology smears dari lesi baru. Cairan dari lesi herpes menunjukkan

sel dengan ballooning degeneration dan multinucleated giant cells; sedangkan

pada lesi RAS tidak. Untuk hasil yang lebih akurat, dapat di test dengan cytology

smears untuk HSV dengan menggunakan fluorescein- antigen HSV. Kultur virus

juga digunakan untuk membedakan herpes simplex dari lesi virus lainnya,

terutama infeksi varicella zoster.

Infeksi herpes kambuhan pada bibir dan mulut jarang dibandingkan

gangguan sementara pada individu normal. Pasien yang sering mengalami , besar,

nyeri atau lesi yang kotor harus berkonsultasi. Pertama dokter harus mencoba

untuk memperkecil pemicunya. Beberapa kambuhan dapat dikurangi dengan

menggunkan unblock selama terpapar sinar matahari.

Obat- obatan dapat menekan formasi dan mempercepat waktu

penyembuhan dari lesi recurrent yang baru. Acyclovir, obat antiherpes, aman dan

efektif. Obat antivirus yang baru seperti valacyclovir, prodrug dari acyclovir, dan

famciclovir, prodrug dari penciclovir, memiliki bioavailabilitas yang lebih besar

dari pada acyclovir, tapi tidak mengurangi masa laten HSV. Tetapi , pada

percobaan tikus, famciclovir dapat menekan HSV laten. Keefektivan obat

antiherpes untuk mencegah kambuhan genital HSV. Acyclovir 400mg dua kali

sehari, valaciclovir 250 mg dua kali sehari dan famciclovir 250mg yang lebih

efektif pada kambuhan genital. Penggunaan antiherpes nucleoside analog untuk

Page 17: Syndrome Bechets

mencegah dan mengobati RHL namun sangat kontroversial. Terapi sistemik

seharusnya tidak digunakan untuk pengobatan berkala atau RHL yang biasa, tapi

kadang- kadang digunakan untuk mencegah lesi pada pasien mudah terjangkit

sebelum resiko yang tinggi seperti berski dengan ketinggian yang tinggi atau

sebelum menjalani prosedur seperti dermabrasi atau pembedahan nervus

trigeminal. Beberapa dokter menganjurkan menggunakan terapi antiherpes

suppressive untuk persentase kecil pada pasien RHL yang sering mengalami

peristiwa deforming pada RHL. Acyclovir 400 mg dua kali sehari terbukti

mengurangi frekuensi dan keganasan RHL. Acyclovir maupun penciclovir

tersedia pada sediaan topical, digunakan pada untuk mempercepat waktu

penyembuhan pada RHL kurang dari 2 hari (Cawson dan Odell, 2002).

2.6 Penatalaksanaan

Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV.

Semua obat tersebut menghambat sintesis DNA virus. Obat-obat ini dapat

menghambat perkembangbiakan herpesvirus. Walaupun demikian, HSV tetap

bersifat laten di ganglia sensorik, dan angka kekambuhannya tidak jauh berbeda

pada orang yang diobati dengan yang tidak diobati (Anonim, 2007).

Salah satu obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus adalah

Asiklofir dalam bentuk topikal, intravena, dan oral yang kesemuanya berguna

untuk mengatasi infeksi primer. Asiklovir (zovirax®) digunakan secara oral,

intravena atau topical untuk mengurangi menyebarnya virus, mengurangi rasa

sakit dan mempercepat waktu penyembuhan pada infeksi genital primer dan

infeksi herpes berulang, rectal herpes dan herpeticwhitrow (lesi pada sudut mulut

bernanah). Preparat oral paling nyaman digunakan dan mungkin sangat

bermanfaat bagi pasien dengan infeksi ekstensif berulang. Namun, telah

dilaporkan adanya mutasi strain virus herpes yang resosten terhadap acyclovir.

Valacyclovir dan famciclovir baru-baru ini diberi lisensi untuk beredar sebagai

pasangan acyclovir dengan efikasi yang sama. Pemberian profilaksis harian obat

tersebut dapat menurunkan frekuensi infeksi HSV berulang pada orang dewasa.

Page 18: Syndrome Bechets

Pengobatan spesifik pada infeksi herpes, misalnya gejala akut dari herpetic

keratitis dan stadium awal dendritic ulcers diobati dengan trifluridin atau adenine

arabisonide (vidarabine, via-A® atau Ara-A®) dalam bentuk ophthalmic ointment

atau solution. Corticosteroid jangan digunakan untuk herpes mata kecuali

dilakukan oleh seorang ahli mata yang sangat berpengalaman. Acyclovir IV

sangat bermanfaat untuk mengobati herpes simpleks encephalitis tetapi mungkin

tidak dapat mencegah terjadinya gejala sisa neurologis (Anonim, 2002).

4. Gingivostomatitis Herpetika Primer

Perbedaan Stomatitis Aftosa Rekuren Gingivostomatitis Herpetika Primer

pengertian Kelainan pada mukosa mulut dengan gejala khas : ulser, kambuhan, dan terasa nyeri.

Bentuk tersering dari infeksi HSV tipe 1 pada rongga mulut yang ditandai dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir, mukosa gingiva, palatum durum dan molle.

Etiologi Belum diketahui/ masih belum jelas, namun banyaknya laporan mengenai rekurensi penyakit ini pada masa sebelum, saat, dan pasca menstruasi memunculkan dugaan adanya pengaruh hormon terhadap terjadinya SAR.

Umumnya terjadi pada anak kecil dan jarang pada orang dewasa.

Gambaran klinis Dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu minor aphtae, mayor aphtae, dan herpetiform ulcers. Lesi SAR menimbulkan rasa nyeri, bentuknya bulat atau oval dengan pusat nekrotik yang dangkal disertai dengan pseudomembran warna putih kekuningan yang dikelilingi oleh daerah eritematous yang mengalami peninggian.

Adanya lesi ulserasi pada lidah, bibir, mukosa gingiva, palatum durum dan molle.

Faktor Predisposisi Gangguan imunologi, hormonal, endokrin, stres emosional, herediter, defisiensi nutrisi, vitamin, trauma, penyakit sitemik, alergi makanan/obat-obatan.

Sistem imun yang buruk, seringkali menyertai kondisi infeksi akut seperti pneumonia, meningitis, influenza, tifus, infeksi

Page 19: Syndrome Bechets

mononukleusis dan kondisi stress. Cara penularan melalui dropplet infectiondan kontak langsung.

Periode Inkubasi Riwayat lesi pada umumnya berupa rasa nyeri yang muncul dalam interval 3 – 4 minggu. Kadang ada yang berlangsung terus-menerus, tetapi ada juga yang muncul kembali setelah beberapa bulan. Stomatitis aftosa minor yang soliter dapat bertahan hingga 7 – 10 hari, kemudian sembuh tanpa membentuk jaringan parut.

Periode inkubasi hingga 2 minggu. Fase prodromal ditandai malaise dan kelelahan, sakit otot dan kadang sakit tenggorokan. Pada tahap awal nodus limfe submandibular sering membesar dan sakit. Fase prodromal ini berlangsung 1-2 hari dan diikuti dengan timbulnya lesi oral dan kadang sirkumoral. Vesikula kecil berdinding tipis dikelilingi dasar eritematous yang cenderung berkelompok timbul pada mukosa oral. Vesikula kemudian pecah dengan cepat dan menimbulkan ulser bulat dangkal. Ulser dapat terjadi pada semua bagian mukosa mulut.Dengan berkembangnya penyakit, beberapa lesi bersatu membentuk lesi ireguler yang lebih besar. Lesi ini disertai simptom demam, anoreksia, limfadenopati dan sakit kepala. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan leukositosis atau neutropenia yang berhubungan dengan infeksi virus.

Penatalaksanaan dibagi ke dalam dua tahap:

1. Pengendalian faktor

predisposisi,

2. Pengobatan simtomatis dan

perawatan suportif.

Pengobatan spesifik yang efektif belum diketahui. Terapi anti virus sistemik diberikan pada pasien imunokompeten. Pengobatan profilaksis acyclovir diberikan untuk pencegahan dan kekambuhan infeksi pada pasien

Page 20: Syndrome Bechets

imunokompeten. Pengobatan suportif berupa istirahat, rehidrasi, antipiretik dan analgesik.Untuk infeksi oral, penggunaan antiseptik misalnya chlorhexidine gluconate atau obat kumur tetrasiklin dapat menurunkan infeksi sekunder. Obat kumur analgesik akan mengurangi rasa sakit terutama saat pasien makan.Mencegah kekambuhan dengan cara menghindari faktor pencetus, mencegah infeksi melalui penyuluhan. Infeksi HSV dapat sembuh sendiri dalam 10-14 hari.