sia

19
PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PENGENDALIAN INTERNAL MAKALAH DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Disusun Oleh : KELOMPOK 4 1. Ahmad Rahbani SS (1302155976) 2. Nurriya Miftachul Jannah (1302111285) 3. Teti Sunarti (1202120429) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2014

Upload: ahmad-rahbani

Post on 16-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ak

TRANSCRIPT

Page 1: Sia

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PENGENDALIAN INTERNAL

MAKALAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1. Ahmad Rahbani SS (1302155976)

2. Nurriya Miftachul Jannah (1302111285)

3. Teti Sunarti (1202120429)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

Page 2: Sia

EKSPOSUR

Pendapatan yang Cacat

Kerugian Akibat Kehilangan Aktiva

Sanksi Hukum

Pencurian dan Kecurangan

Ketidakmampuan untuk bersaing

Interupsi Bisnis

Akuntansi Tidak Akurat

Biaya Terlalu Tinggi

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PENGENDALIAN INTERNAL

A. Pengendalian dan Eksposur

Pengendalian dibutuhkan untuk mengurangi eksposur terhadap resiko. Eksposur mencakup

potensi dampak finansial akibat suatu kejadian dikalikan dengan probabilitas terjadinya kejadian

tersebut. Istilah risiko merupakan sinonim untuk istilah probabilitas terjadinya suatu kejadian. Oleh

karena itu, eksposur adalah risiko dikalikan konsekuensi finansial atas risiko tersebut.

Kejadian yang tidak diharapkan, seperti banjir atau pencurian, tidak semata-mata merupakan

eksposur. Eksposur organisasi terhadap kejadian macam ini merupakan potensi kerugian finansial

dikalikan probabilitas terjadinya kejadian tersebut. Eksposur tidak semata-mata terjadi akibat

kurangnya pengendalian. Pengendalian berguna mengurangi eksposur, tetapi pengendalian tidak dapat

mempengaruhi penyebab terjadinya eksposur.

Gambar: Eksposur bisnis yang biasa terjadi

Page 3: Sia

B. Eksposur Umum

Eksposur Umum terdiri dari :

1. Biaya yang terlalu tinggi

Biaya yang terlalu tinggi mengurangi laba. Setiap pengeluaran yang dibuat oleh suatu

organisasi potensial untuk menjadi biaya yang terlalu tinggi. Harga yang dibayarkan untuk

pembelian barang yang digunakan dalam organisasi bisa saja terlalu mahal. Cek bisa saja

dibayarkan kepada karyawan yang tidak bekerja dengan efektif dan efisien. Produksi bisa saja

tidak efisien sehingga menyerap pembelian dan pemakaian bahan baku dan tenaga kerja yang

terlalu banyak. Pembelian aktiva yang berlebihan bisa saja terjadi.

2. Pendapatan yang Cacat

Biaya terutang tidak tertagih dari penjualan kredit terlalu banyak. Barang dagangan

telah dikirim ke pelanggan tetapi tidak tercatat sehingga tidak ditagih. Perusahaan mengirim

tagihan ke pelanggan dengan nilai yang lebih kecil dari yang seharusnya. Tagihan hilang atau

salah catat sebagai piutang dagang. Penjualan yang telah terjadi dibatalkan akibat

terlambatnya pengiriman barang yang dipesan, atau pengiriman barang yang rendah

kualitasnya, atau pengiriman barang yang berbeda dengan barang yang dipesan.\

3. Kerugian Akibat Kehilangan Aktiva

Aktiva dapat hilang sebagai akibat pencurian, tindakan kekerasan, atau bencana alam.

Kas, baha baku, atau peralatan dapat rusak atau salah penempatan. Hal ini bisa terjadi sebagai

akibat dari kecerobohan karyawan ataupun tindakan tidak disengaja. Karyawan, termasuk

manajemen, bisa tanpa sengaja mengelola atau merusak kas, bahan baku, atau peralatan.

4. Akuntansi yang Tidak Akurat

Kebijakan dan prosedur akuntansi dapat salah, tidak tepat, atau secara signifikan

berbeda dari yang diterima umum. Kesalahan ini dapat mencakup kesalahan penilaian

transaksi, kesalahan waktu pencatatan, atau kesalahan klasifikasi transaksi. Dampak

kesalahan dapat berakibat pada informasi yang tidak akurat guna pengambilan keputusan atau

laporan keuangan yang menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan.

5. Interupsi Bisnis

Interupsi bisnis mencakup penghentian sementara suatu operasi bisnis, penghentian

permanen atas operasi suatu bisnis, atau penutupan suatu usaha. Interupsi bisnis terjadi akibat

ketidakmampuan menghadapi kegiatan operasi yang buruk, tindakan kekerasan fisik, atau

bencana alam.

Page 4: Sia

6. Sanksi Hukum

Sanksi hukum mencakup denda yang dikenakan oleh pengadilan atau badan legal

yang memiliki wewenang atas organisasi dan operasi perusahaan. Penghentian kegiatan bisnis

bisa saja terjadi sebagai hukuman dari lembaga pemerintah jika perusahaan melakukan

perbuatan yang melanggar hukum.

7. Ketidakmampuan untuk Bersaing

Ketidakmampuan untuk bersaing merupakan ketidakmampuan suatu organisasi untuk

bertahan di pasar atau industri. Ketidakmampuan ini dapat terjadi sebagai akibat kombinasi

berbagai eksposur yang telah dibahas sebelumnya dan bisa juga sebagai akibat

ketidakefektifan keputusan manajemen.

8. Kecurangan dan Pencurian

Kecurangan dan pencurian dapat dilakukan oleh pihak eksternal di luar perusahaan

ataupun pihak internal di dalam perusahaan. Biaya yang terlalu tinggi, pendapatan yang cacat,

kehilangan aktiva, ketidakakuratan catatan akuntansi, interupsi bisnis,sanksi hukum, dan

ketidakmampuan untuk bersaing, semuanya bisa saja merupakan dampak dari kecurangan dan

pencurian. 

C. Kecurangan dan Kejahatan Kerah Putih

Kejahatan kerah putih menggambarkan serangkaian aktivitas illegal yang terjadi sebagai bagian dari

pekerjaan pelaku kejahatan. Kejahatan kerah putih terjadi pada saat kekayaan perusahaan digunakan

menyimpang dari manfaat aktiva yang sesungguhnya. Rangkaian aktivitas pemanfaatan kekayaan

perusahaan tersebut tidak melibatkan kekerasan. Kejahatan kerah putih biasanya melibatkan

penggunaan transaksi fiktif dalam sistem akuntansi.

Ada 3 bentuk kejahatan kerah putih:

1. Kecurangan manajemen

Meliputi penyalahgunaan atau kesalahan interpretasi terhadap aset baik oleh

karyawan atau pihak ketiga di luar perusahaan, atau keduanya. Pencurian harta kekayaan bisa

juga dilakukan oleh manajemen. Manajemen merupakan pihak yang bertanggungjawab untuk

membangun pengendalian dalam organisasi. Oleh karena itu, manajemen tidak menjadi

subjek dari pengendalian tersebut, sehingga kecurangan manajemen ini jarang terdeteksi

dibandingkan dengan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.

2. Pelaporan keuangan yang menyesatkan

Tindakan sengaja atau tidak sengaja, sebagai akibat niat hati atau kekhilafan, yang

menyebabkan informasi dalam laporan keuangan secara material mengganggu pengambil

keputusan. Karyawan di segala level organisasi bisa saja terlibat. Laporan keuangan

Page 5: Sia

menyesatkan dapat mencakup pemrosesan transaksi fiktif dalam suatu sistem akuntansi atau

salah penerapan prinsip akuntansi.

3. Kejahatan korporat

Merupakan kejahatan kerah putih yang menguntungkan suatu perusahaan atau

organisasi, dan bukan hanya menguntungkan individu tertentu yang melakukan kecurangan.

Contoh kejahatan perusahaan adalah pembebanan tagihan yang berlebih kepada pemerintah

federal oleh pengembang dan perilaku buruk pada saat penjualan publik surat berharga

pemerintah oleh perusahaan broker.

D. Pemrosesan Komputer dan Eksposur

Banyak aspek dari pemrosesan komputer yang cenderung meningkatkan eksposur organisasi

terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan. Pemrosesan data secara mekanis, penyimpanan

data secara mekanis, dan kompleksitas pemrosesan merupakan aspek pemrosesan komputer yang

dapat meningkatkan risiko atau potensi kerugian akibat eksposur yang dihadapi organisasi, tidak

peduli apakah pemrosesan komputer digunakan di perusahaan ataupun tidak. Pemrosesan terpusat,

penyimpanan data terpusat, dan aktiva pemrosesan data merupakan aspek dari pemrosesan komputer

yang memicu lahirnya eksposur yang baru.

Aktiva pemrosesan data harus dilindungi seperti melindungi kekayaan organisasi yang lain.

Peralatan mainframe komputer merupakan aktiva yang cukup mahal dan membutuhkan lingkungan

khusus untuk memastikan mainframe tersebut dapat beroperasi secara efisien. Akses yang terbatas

harus menjadi pertimbangan utama. Pintu akses masuk ke lokasi sistem komputer seharusnya sedikit

saja. Hanya individu dengan validasi yang sah diizinkan masuk ke lokasi tersebut.

KOMPONEN PROSES PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi

perusahaan, manajemen, dan personel lain yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk

akal terkait dengan tercapainya tujuan berikut: (1) reliabilitas pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan

efisiensi operasi, dan (3) kesesuaian dengan peraturan dan regulasi yang berlaku.

Proses pengendalian suatu organisasi terdiri dari lima komponen: lingkungan pengendalian,

penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pengawasan, konsep

pengendalian internal didasarkan pada dua premis utama, yaitu tanggung jawab, dan jaminan yang

masuk akal.

Premis pertama, tanggung jawab, terkait dengan tanggung jawab manajemen dan dewan

direksi untuk membangun dan memelihara proses pengendalian internal. Beberapa tanggung jawab

tertentu dapat didelegasikan kepada bawahan. Namun, tanggung jawab terakhir tetap berada di tangan

manajemen dan dewan direksi. Premis kedua, jaminan yang masuk akal, terkait dengan relativitas

Page 6: Sia

biaya dan manfaat suatu pengendalian. Manajemen yang berhati-hati tidak seharusnya mengeluarkan

lebih banyak biaya untuk pengendalian yang tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan.

Gambar: Struktur Pengendalian Internal

A. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian organisasi, komponen pertama dari komponen pengendalian

internal, merupakan pondasi dari komponen-komponen pengendalian sistem yang lain. Lingkungan

pengendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor-faktor untuk membangun, mendukung, dan

meningkatkan efektivitas kebijakan dari prosedur tertentu. Dengan kata lain, lingkungan pengendalian

menentukan iklim organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawan terhadap pengendalian.

Faktor-faktor yang tercakup dalam lingkungan pengendalian adalah:

1. Nilai-nilai integritas dan etika

Pelanggaran etika dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan.

Eksposur semacam ini mencakup kemungkinan denda yang cukup besar atau tuduhan

kriminal terhadap perusahaan maupun eksekutif dalam perusahaan tersebut.

2. Komitmen terhadap kompentensi

Kompetensi karyawan merupakan hal yang penting untuk memungkinkan proses

pengendalian internal dapat berfungsi dengan baik. Kualitas dan kompetensi karyawanlah

yang dapat memastikan terlaksananya proses pengendalian yang baik. Tidak ada proses

pengendalian yang dapat berfungsi dengan baik tanpa karyawan yang kompeten.

3. Filosofi manajemen dan gaya operasi

Pengendalian yang efektif dalam suatu organisasi dimulai dan diakhiri dengan filosofi

manajemen. Jika manajemen percaya bahwa pengendalian penting, manajemen akan

memastikan bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian diterapkan secara efektif.

Page 7: Sia

4. Struktur organisasi

Struktur organisasi didefinisikan sebagai pola otoritas dan tanggung jawab yang ada

dalam organisasi. Struktur organisasi formal seringkali digambarkan dalam bentuk diagram

organisasi. Struktur organisasi mengindikasikan pola komunikasi formal dalam organisasi.

5. Perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh dewan direksi dan komitenya

Dewan direksi merupakan perantara yang menghubungkan pemegang saham selaku

pemilik organisasi dengan manajemen yang bertanggungjawab menjalankan organisasi. Jika

keanggotaan dewan direksi sepenuhnya terdiri dari manajemen, atau dewan direksi jarang

mengadakan rapat, maka pemegang saham tidak memiliki kendali atas operasi manajemen.

Biasanya dewan direksi mendelegasikan fungsi tertentu ke berbagai komite operasi, salah

satunya komite audit. Komite audit seharusnya independen dari manajemen organisasi. Komite

audit biasanya bertanggungjawab penuh atas laporan keuangan perusahaan, termasuk kesesuaian

dengan hukum dan regulasi yang berlaku.

6. Cara pembagian otoritas dan tanggung jawab

Metode pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam suatu organisasi

mengindikasikan filosofi manajemen dan gaya operasi manajemen. Jika hanya ada metode

informal atau lisan, maka pengendalian lemah atau tidak ada pengendalian.

7. Kebijakan sumber daya dan prosedur

Personel seharusnya kompeten dan memiliki kemampuan atau mendapatkan pelatihan

cukup terkait dengan pekerjaan yang harus mereka lakukan. Personel merupakan komponen kunci

dalam sistem pengendalian. Kualifikasi yang disyaratkan untuk setiap posisi pekerjaan dalam

suatu perusahaan harus menggambarkan tingkat tanggung jawab terkait dengan posisi tersebut.

B. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko, komponen kedua dari pengendalian internal, merupakan proses

mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan.

Tahapan yang paling kritis dalam menaksir risiko adalah mengidentifikasi perubahan kondisi

eksternal dan internal dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan. Contoh risiko yang relevan

dengan proses pelaporan keuangan termasuk perubahan dalam lingkungan operasi organisasi,

perubahan personel, perubahan sistem informasi, terknologi baru, perubahan dalam industri, lini

produk yang baru, dna regulasi, hukum atau peraturan akuntansi yang baru.

C. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian merupakan komponen pengendalian yang ketiga. Aktivitas

pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dibangun untuk membantu memastikan bahwa

arahan manajemen dilaksanakan dengan baik. Aktivitas pengendalian dapat berupa pengendalian

Page 8: Sia

akuntansi yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal atau memadai bahwa tujuan

pengendalian tertentu tercapai untuk setiap sistem aplikasi yang material dalam organisasi.

1. Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai

Prosedur otorisasi merupakan pengendalian yang memastikan bahwa karyawan

perusahaan hanya memproses transaksi yang sah dalam ruang lingkup otoritas yang telah

ditentukan. Misalnya, dalam sistem pembelian manual, pembelian persediaan dari pemasok yang

ditunjuk ketika tingkat persediaan mencapai titik pemesanan memerlukan otorisasi.

2. Pemisahan tugas

Dalam sebuah sistem manual, salah satu pengendalian yang penting adalah pemisahan

tugas-tugas yang bertentangan selama pemrosesan transaksi. Para individu diberikan tanggung

jawab untuk hanya melakukan aspek-aspek terbatas ransaksi untuk tiga ujuan berikut:

1) Otorisasi trnsaksi harus terpisah dari pemrosesan transaksi.

2) Penyimpanan aktiva harus terpisah dari tanggung jawab pencatatan aktiva.

3) Otorisasi harus disusun sedemikian rupa, sehingga tidak adanya penipuan.

Pengendalian internal yang baik mensyaratkan bahwa tidak ada pegawai yang diberi

tanggung jawab terlalu banyak. Seorang pegawai seharusnya tidak berada dalam posisi untuk

melakukan penipuan dan menyembunyikan penipuan atau kesalaha yang tidak disengaja.

3. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai 

1) Desain dan penggunaan catatan yang memadai membantu untuk memastikan pencatatan

yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan.

2) Dokumen-dokumen yang mengawali sebuah transaksi harus memiliki ruang untuk

otorisasi.

3) Prosedur-prosedur berikut ini menjaga aset pencurian, penggunaan tanpa otorisasi, dan

vandalisme:

Mensupervisi dan memisahkan tugas secara efektif

Memelihara catatan aset, termasuk informasi, secara akurat

Membatasi akses secara fisik ke aset

Melindungi catatan dan dokumen

4. Penjagaan aset dan catatan yang memadai

Beberapa aset yang perlu diamankan dalam SIA adalah sebagai berikut:

• Mesin kas

• Lemari besi,  kotak uang

• Kotak pengaman simpanan

• Area penyimpanan tahan api

• Mengendalikan lingkungan

• Pembatasan akses ke ruang komputer, file komputer, dan informasi

Page 9: Sia

5. Pemeriksaan independen atas kinerja

Berbagai jenis pemeriksaan independen adalah:

1) Rekonsiliasi dua rangkaian catatan yang dipelihara secara terpisah

2) Perbandingan jumlah aktual dengan yang dicatat

3) Pembukuan berpasangan

4) Jumlah total batch, yaitu:

• Jumlah total keuangan.

• Jumlah total lain-lain adalah jumlah field yang biasanya tidak ditambahkan

• Jumlah catatan adalah jumlah dokumen yang diproses.

• Jumlah baris adalah jumlah baris data yang dimasukkan.

• Uji kesesuaian baris dan kolom.

Banyak lembar kerja yang memiliki jumlah total baris dan kolom. Uji ini akan

membandingkan jumlah total  dari setiap jumlah dalam baris, dengan jumlah total dari setiap

jumlah dalam kolom, untuk memeriksa apakah jumlah mereka sama.

Informasi dan Komunikasi

Merupakan komponen pengendalian internal yang keempat. Informasi mengacu pada sistem

akuntansi organisasi, yang terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi,

merangkai, menganalisis, mengelompokkan, mencatat, dan melaporkan transaksi organisasi dan untuk

memelihara akuntabilitas aktiva dan utang yang terkait.

Komunikasi terkait dengan memberikan pemahaman yang jelas mengenai semua kebijakan

dan prosedur yang terkait dengan pengendalian. Komunikasi yang baik membutuhkan komunikasi

oral yang efektif, manual prosedur yang memadai, manual kebijakan, serta berbagai jenis

dokumentasi yang lain.

Komunikasi yang efektif juga membutuhkan aliran arus informasi dalam organisasi yang

memadai. Informasi semacam ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja, membuat laporan

perkecualian, dan lain sebagainya.

Pengawasan

Pengawasan, komponen pengendalian yang kelima, melibatkan proses yang berkelanjutan

untuk menaksir kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta untuk mengambil tindakan

koreksi yang diperlukan. Kualitas pengendalian dapat terganggu dengan berbagai cara, termasuk

kurangnya ketaatan, kondisi yang berubah, atau bahkan salah pengertian.

Pengawasan dicapai melalui aktivitas yang terus-menerus, atau evaluasi terpisah, atau

kombinasi keduanya. Tujuan fungsi audit internal adalah untuk melayani manajemen dengan

menyediakan bagi manajemen hasil analisis dan hasil penilaian aktivitas dan sistem seperti:

1. Sistem informasi organisasi

Page 10: Sia

2. Struktur pengendalian internal organisasi

3. Sejauh mana ketaatan terhadap kebijakan operasi, prosedur, dan rencana

4. Kualitas kinerja personel organisasi

PENGANDALIAN PEMROSESAN TRANSAKSI

Pengendalian pemrosesan transaksi merupakan satu prosedur yang dirancang untuk

memastikan bahwa elemen proses pengendalian internal diimplementasikan dalam suatu sistem

aplikasi tertentu di setiap siklus transaksi organisasi. Pengendalian pemrosesan transaksi mencakup

pengendalian umum dan pengendalian aplikasi yang tujuannya adalah untuk meminimalisasi adanya

gangguan terhadap sistem informasi.

A. Pengendalian Umum

Merupakan pengendalian sistem informasi yang paling luar dan yang pertama harus dihadapi

oleh pemakai sistem informasi. Jika pengendalian umum dapat dilewati, maka pengendalian-

pengendalian aplikasi dapat diaktifkan. Pengendalian umum terdiri dari:

1. Pengendalian organisasi

Pengendalian organisasi yang baik dapat dicapai dengan cara adanya pemisahan tugas dan

tanggungjawab yang tegas sehingga kesempatan untuk melakukan gangguan sulit diperoleh.

Terdapat beberapa fungsi utama yang harus dipisahkan tugas dan tanggung jawabnya yaitu bagian

pengontrol data, bagian yang mempersiapkan data, bagian operasi komputer, bagian pustaka data,

bagian pemrogram dan pengembangan sistem, dan bagian pusat informasi.

2. Pengendalian dokumentasi

Dokumentasi dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan

informasi tentang suatu objek. Dokumentasi dapat berisi tentang deskripsi, penjelasan, bagan alir,

daftar-daftar, cetakan hasil komputer, contoh-contoh objek dari sistem informasi. Pengendalian

dokumentasi penting untuk keperluan seperti mempelajari cara pengoperasian sistem, sebagai

bahan penelitian, dasar pengembangan sistem lebih lanjut, dasar dalam melakukan modofikasi

dan perbaikan sistem dimasa yang akan datang, dan materi acuan bagi auditor dalam melakukan

pemeriksaan.

3. Pengendalian perangkat keras

Pengendalian perangkat keras komputer merupakan pengendalian merupakan pengendalian

yang sudah dipasang di dalam komputer (built in) oleh pabrik pembuatnya. Pengendalian ini

dimaksudkan untuk mendeteksi kesalahan atau tidak berfungsinya perangkat keras. Pengendalian

perangkat keras dapat berupa pemeriksaan pariti, pemeriksaan gaung, pemeriksaan baca setelah

rekam, pemeriksaaan baca ulang, dan pemeriksaaan validitas.

Gangguan terhadap perangkat keras dalam pengoperasian sistem informasi dapat dicegah dengan

cara, (1) menyediakan perangkat keras cadangan yang akan digunakan jika perangkat keras utama

Page 11: Sia

mengalami kerusakan atau macet, penggunaan cadangan ini dikenal dengan dual processor computer,

(2) membeli asuransi jika perangkat keras rusak maka akan diganti oleh pihak asuransi.

4. Pengendalian keamanan fisik

Dilakukan untuk menjaga keamanan terhadap perangkat keras, perangkat lunak dan user

(manusia) di dalam perusahaan. Hal-hal yang menyebabkan tidak amannya fisik sistem

diantaranya adalah pencurian, sabotase, kegagalan arus listrik yang dapat merusak basis data, api,

temperatur yang terlalu panas (overheating), debu, dan bencana alam.

Pengendalian keamanan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

• Pengawasan terhadap pengaksesan fisik atau pembatasan akses terhadap sistem informasi

• Pengaturan lokasi fisik

• Penerapan alat-alat pengamanan

• Stabilizer

• AC untuk mengatur temperatur dalam ruangan

• Pendeteksi kebakaran

5. Pengendalian keamanan data

Menjaga integritas dan keamanan data merupakan pencegahan terhadap keamanan data yang

tersimpan di simpanan luar supaya tidak hilang, rusak, dan diakses oleh orang yang tidak berhak.

Beberapa cara pengendalian untuk keamanan data yang dapat diaplikasikan adalah dipergunakan

data log, proteksi file, pembatasan pengaksesan, data back-up atau recovery.

6. Pengendalian komunikasi

Jika sistem menggunakan suatu network komunikasi untuk mentransmisikan data dari suatu

tempat ke tempat lain, analis sistem harus memikirkan pengendalian untuk ini. Pengendalian

komunikasi dimaksudkan untuk menangani kesalahan selama proses transmisi data dan untuk

menjaga keamanan dari data selama pengiriman data tersebut.

B. Pengendalian Aplikasi

Merupakan pengendalian-pengendalian yang dipasang pada pengolahan aplikasinya yaitu

pengendalian pada tahap masukan, pengendalian pada tahap pengolahan atau proses dan

pengendalian pada tahap keluaran.

1. Pengendalian masukan

Pengendalian pada tahap masukan mempunyai tujuan untuk meyakinkan bahwa data transaksi

yang valid telah lengkap, terkumpul secara keseluruhan dan terbebas dari kesalahan sebelum

masuk ke proses pengolahan. Pengendalian masukan ini sangat penting karena input yang salah

tentunya akan menghasilkan output yang salah, sehingga pada tahap masukan data harus benar-

benar terbebas dari kesalahan. 

Page 12: Sia

Pengendalian masukan mencakup dua tahap yaitu tahap penangkapan data (data capture)

terdapat beberapa proses pengendalian yaitu mengecek penomoran dokumen dasar apakah

menggunakan nomor urut tercetak atau tidak, memaksimumkan masing-masing field pada

dokumen dasar, pengkajian ulang data, dan melakukan verifikasi data, tahap kedua pemasukan

data (data entry) berupa beberapa pengendalian yaitu echo check, existence check, matching

check, field check, sign check, relationship check, limit check, range check, self-checking digit

check, sequence check, label check, bath control total check, and zero balance check.

2. Pengendalian pengolahan

Pada pengendalian pengolahan terdapat tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mencegah

kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses pengolahan data yang dilakukan setelah data

dimasukkan ke komputer. Kesalahan-kesalahan pada pengolahan pada umumnya disebabkan

oleh: overflow (terjadi jika pengolahan menghasilkan perhitungan yang nilainya terlalu besar atau

kecil sehingga tidak mampu tersimpan di memori komputer), kesalahan logika program, logika

program yang tidak lengkap, penangan pembulatan yang salah, kesalahan akibat kehilangan atau

kerusakan record, kesalahan dalam urutan data, kesalahan data di file acuan, dan kesalahan proses

serentak. Untuk mengecek kesalahan tersebut dilakukan pengendalian berupa pengecekan-

pengecekan kesalahan seperti : control total check, matching check, reference file check, limit and

reasonable check, crossfooting check, and record locking.

3. Pengendalian keluaran

Pengendalian keluaran dimaksudkan untuk kedua macam bentuk keluaran yaitu keluaran

dalam bentuk hard copy dan pengeluaran dalam bentuk soft copy. Baik keluaran berupa hard copy

maupun soft copy tersebut memiliki tahapan masing-masing dan untuk setiap tahapan tersebut

memiliki pengendalian tersendiri yang tujuannya adalah untuk menghasilkan keluaran yang

benar-benar terbebas dari kesalahan-kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Sia

George H. Bodnar, William S. Hopwood. 2006. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 9.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Jogiyanto, H.M. 2009. Sistem Informasi Berbasis Komputer, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta.