sgd
DESCRIPTION
textTRANSCRIPT
BAB I
SKENARIO
Pak Umar umur 45 th. Dibawa ke ruang gawat darurat dengan rasa nyeri yang luar biasa
pada betis kiri dan pergelangan kakinya. Sebelumnya 1 hari yang lalu pak Umar telah
mengikuti turnamen tenis bersama putra nya yang berusia 15 th. Dan Pak Umar mengatakan
bahwa, pada saat itu Pak Umar menerjang setelah suatu lontaran bola dengan pukulan yang
keras, Pak Umar mendengar suatu “sentakan” kemudian terjatuh di lapangan dengan rasa
nyeri yang luar biasa pada betis kirinya, dan tidak dapat berjalan.
Pada pemeriksaan, betis kiri nyeri, edema, panas badan dan mengeras, disertai adanya massa
yang tak beraturan ditemukan pada bagian belakang daerah pertengahan betis kiri.
Apa yang terjadi pada betis kiri Pak Umar sebenarnya?
Bagaimana keadaan Pak Umar saat ini?
Bagaimana nasib Pak Umar yang sudah berumur 45 th.?
BAB II
KATA KUNCI
II.1 KATA KUNCI
1. Edema
2. Panas Badan dan mengeras (spasme otot)
3. Nyeri betis kiri dan pergelangan kaki
4. Massa yang tak beraturan
II.2 Penjelasan Kata Kunci
1. Edema
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam
berbagai rongga tubuh. Dengan kata lain terjadi pembengkakan jaringan akibat kelebihan
cairan interstisium.
Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum :
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic
plasma. Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih
tinggi, sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal ; dengan
demikian terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang –ruang interstisium.
Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi
melalui beberapa cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit
ginjal ; penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis
hampir semua protein plasma ); makanan yang kurang mengandung protein ; atau
pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas .
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar
dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui
pelebaran pori –pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau
reaksi alergi . Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan
kearah dalam sementara peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang
disebabkan oleh kelebihan protein dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah
luar. ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan
dengan cedera ( misalnya , lepuh ) dan respon alergi (misalnya , biduran) .
3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai
peningkatan tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena.
peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang
terjadi pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena
restriksi lokal aliran balik vena. Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di
tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar
menekan vena –vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat
vena-vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini
menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah.
4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema,karena kelebihan cairan yang
difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah
melalui sistem limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah
melalui efek osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan
wanita yang saluran-saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat
pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan untuk kanker payudara.
Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic
yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada
penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh limfe
sehingga terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum
dan ekstremitas, mengalami edema hebat.Kelainan ini sering disebut sebagai
elephantiasis,karena ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.
2. Panas Badan
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas 37,2˚C
(99,5˚F) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di area preoptik hipotalamus
anterior . Terjadi perubahan pengaturan homeostatik suhu normal pada hipotalamus
yang dapat disebabkan antara lain oleh infeksi, vaksin, agen biologis, jejas jaringan,
keganasan, obat-obatan, gangguan imunologik-reumatologik, penyakit peradangan,
penyakit granulomatosis, ganggguan endokrin, dan ganggguan metabolik,
- Mengeras
Spasme merupakan ketegangan otot. Spasme timbul sebagai reaksi terhadap
kerusakan jaringan. Mekanisme terjadinya spasme adalah dimulai dari adanya oedem
(pembengkakan) karena terus menerus maka sirkulasi darah tidak lancar sehingga
ATP tidak dapat terbentuk akibatnya tidak bisa terjadi proses relaksasi karena tanpa
bantuan ATP pompa Na+ K+ tidak bisa berfungsi melawan gradien konsentrasi untuk
mengeluarkan ion K+.
3. Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan akibat dari
rusaknya jaringan pada tubuh.(Sudart & Brunner, 2001, Hal.212). Sifatnya sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan.
4. Massa yang tidak beraturan
BAB III
PROBLEM
III.1 PROBLEM
1. Apa yang terjadi pada betis kiri Pak Umar sebenarnya?
2. Apa yang menyebabkan nyeri, panas badan dan edema?
3. Apakah umur mempengaruhi keluhan Pak Umar?
4. Bagaimana nasib Pak Umar yang sudah berumur 45 tahun?
5. Bagaimana keadaan Pak Umar saat ini?
6. Apa penyakit yang paling mungkin dialami Pak Umar dengan keluhan tsb?
III.2 PENJELASAN PROBLEM
1. Apa yang terjadi pada betis kiri Pak Umar sebenarnya?
Dalam kasus ini, terjadi strain pada betis kiri Pak Umar yakni kerusakan pada jaringan
otot karena trauma. Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi
otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap. Cedera ini bisa juga akibat
memaksakan otot diregang melampaui kemampuannya, melakukan gerakan yang kurang
benar maupun latihan peregangan yang tidak cukup atau tidak benar. Cedera yang terjadi
pada otot dan tendon (otot robek) sehingga mengakibatkan pendarahan dan kehilangan
kekuatannya.
Strain dapat dibagi menjadi tiga (3)tingkatan, yaitu :
1. First degree strain
(strain derajat 1)
Yaitu cedera yang paling ringan, dimana cedera yang terjadi hanya mengenai beberapa
serabut /tendo, atau ligament yang robek dan tidak memerlukan pengobatan, disertai sedikit
pembengkakan dan sedikit rasa nyeri, dengan istirahat saja dapatsembuh dengan sendirinya.
2. Second degree strain
(strain derajat 2)
Cedera yang terjadi adalah robeknya sebagian besar serabut otot/tendo serta ligament, dapat
sampai setengah jumlah serabut otot yang robek.
3.Third degree strain
(strain derajat 3)
Cedera tahap ini kadang disebut Complete Rupture (robek total),
yaitu cedera yang terjadi dimana serabut otot/tendo ataupun ligament sudah putus (robek
total), atau hampir putus, lebih dari setengah jumlah serabut otot yang robek.
Pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera,
terlebih jika otot berkontraksi. Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena
nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak
bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan.Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar
dan membengkak. Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-
tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.
2. Apa yang menyebabkan nyeri, panas badan dan edema?
- Nyeri
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan
jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui
serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis,
talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan
sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan
disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan
mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena
trauma/inflamasi.
- Panas Badan
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas 37,2˚C (99,5˚F)
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di area preoptik hipotalamus anterior yang
dipengaruhi oleh interleukin-1 (IL-1). Terjadi perubahan pengaturan homeostatik suhu
normal pada hipotalamus yang dapat disebabkan antara lain oleh infeksi, vaksin, agen
biologis, jejas jaringan, keganasan, obat-obatan, gangguan imunologik-reumatologik,
penyakit peradangan, penyakit granulomatosis, ganggguan endokrin, dan ganggguan
metabolik.
Jalur akhir penyebab demam yang paling sering adalah adanya pirogen, yang
kemudian secara langsung mengubah “set-point” di hipotalamus, menghasilkan
pembentukan panas dan konversi panas. Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam,
terdapat 2 jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen.
Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh yaitu pirogen mikrobial dan pirogen non-
mikrobial. Pirogen mikrobial diantaranya seperti bakteri gram positif, bakteri gram negatif,
virus maupun jamur; sedangkan pirogen non-mikrobial antara lain proses fagositosis,
kompleks antigen-antibodi, steroid dan sistem monosit-makrofag.
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan
infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur
pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh
melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih
banyak sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat
lain untuk melawan infeksi.
- Edema
Terjadi kelebihan cairan interstisium akibat peningkatan permeabilitas dinding
kapiler yang menyebabkan protein plasma yang keluar dari kapiler ke cairan interstisium
disekitarnya lebih banyak. Yakni melalui pelebaran pori –pori kapiler yang dicetuskan oleh
histamin pada cedera jaringan.
Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan kearah dalam
sementara peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang disebabkan oleh
kelebihan protein dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah luar.
ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan
cedera.
3. Apakah umur mempengaruhi keluhan Pak Umar?
Salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan, daya tahan, dan kekenyalan otot
adalah usia. Pada umumnya puncak kemampuan fisik yang dimiliki seseorang adalah antara
usia 20 – 40 tahun. Elastisitas jaringan lunak pada usia pubertas secara umum sangat tinggi
tapi kekuatan nya sangat rendah. Kekuatan otot secara relatif mulai turun setelah usia mulai
mendekati 30 sampai 40 tahun. Sedangkan elastisitas satuan otot, tendon, dan ligamen mulai
turun pada usia 30 tahun selanjutnya untuk kekuatan tulang mulai turun setelah usia 40
tahun.
Massa otot mulai berkurang kesiapannya setelah usia 30 tahun. Kekuatan statis dan
dinamis otot berkurang setelah usia 45 tahun. Kolagen berfungsi sebagai protein pendukung
utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan jaringan pengikat. Akibat penuaan, kolagen
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur . Selain itu terjadi juga proses
degenerasi yang mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1%
pertahun (Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelenturan jaringan akan mulai
berkurang akibat proses degenerasi, akibatnya jaringan menjadi rentan terhadap trauma.
4. Bagaimana nasib Pak Umar yang sudah berumur 45 tahun?
5. Bagaimana keadaan Pak Umar saat ini?
6. Apa penyakit yang paling mungkin dialami Pak Umar dengan keluhan tsb?
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 BATASAN
Cedera Tendon Achilles
IV.2 ANATOMI / HISTOLOGI / FISIOLOGI
ANATOMI REGIO CRURIS
Otot regio cruris bagian profunda:
- Otot Popliteus
Origo: Permukaan lateral femoris lateralis condylus
Insersio: Permukaan posterior corpus tibiae diatas lines solei
Persarafan: N.tibialis
Fungsi: Fleksio tungkai bawah pada sendi lutut, membuka sendi lutut dengan rotasio lateral
femur pada tibia dan mengendurkan ligamen sendi
- Otot Flexor hallucis longus
Origo: Permukaan posterior corpus fibulae
Insersio: Basis phalanges distal ibu jari kaki
Persarafan: N.tibialis
Fungsi: Fleksio phalanx distal ibu jari kaki, plantar fleksio kaki pada sendi pergelangan kaki,
menunjang arcus longitudinalis pedis medialis
- Otot Flexor digitorum longus
Origo: Permukaan posterior corpus tibiae
Insersio: Basis phalanges distal keempat jari-jari kaki lateral
Persarafan: N.tibialis
Fungsi: Fleksio phalanges distal ke empat jari kaki lateral, plantar fleksio kaki pada sendi
pergelangan kaki, menunjang arcus longitudinalis pedis medialis dan lateralis
- Otot Tibialis posterior
Origo: Permukaan posterior corpus tibiae dan fibulae dan membrane interosea
Insersio: Tuberositas os naviculare dan tulang-tulang berdekatan lainnya
Persarafan: N.tibialis
Fungsi: Plantar fleksio kaki pada sendi pergelangan kaki, inversio kaki pada articulatio
subtalis tarso trasversali menunjang arcus longitudinalis medialis
- Otot regio cruris bagian superfisial
- Otot Gastrocnemius
Origo: Caput laterale dari condylus lateralis femoris dan caput condylus medialis
Insersio: Permukaan posterior calcaneus medialis diatas kedalam permukaan melalui tendon
calcaneus
Persarafan: N.tibialis
Fungsi: Plantar fleksio kaki pada sendi pergelangan kaki, fleksio sendi lutut
- Otot Plantaris
Origo: Crista supracondylus lateralis femur
Insersio: Permukaan posterior calcaneus
Persarafan: N.tibialis
Fungsi: Plantar Fleksio kaki pada sendi pergelangan kaki, fleksio sendi lutut\
- Otot Soleus
Origo: Fibulae corpus tibiae
Insersio: Melalui tendo calcaneus ke dalam permukaan posterior calcaneus
Persarafan: N.tibialis
Fungsi: Bersama m.gastrocnemius dan m.plantaris adalah fleksor plantar kuat dari sendi
pergelangan kaki, memberikan kekuatan bergerak maju dalam berjalan dan berlari
HISTOLOGI OTOT RANGKA
Jaringan Otot Rangka berkumpul membentuk kumpulan sel, yang selanjutnya
bersatu membentuk otot Disebut juga otot serabut otot yang disebut fibril. Fibril
tersusun atas miofibril. Sel otot seran lintang. Jaringan otot lurik terdiri atas
susunan atau daging. Miofibril diselubungi oleh retikulum sarkoplasma. Serabut
otot tersusun atas aktin dan miosin. Jenis otot ini bekerja di bawah pengaruh
kesadaran, sehingga disebut otot volunteer.
Jaringan otot rangka terdiri atas sel-sel otot rangka yang panjang (panjangnya
sampai 4 cm), diameter 10 – 100mm, berinti banyak dan disebut serabut otot.
Sel otot merupakan sinsitium (gabungan sel dengan batas antar sel tidak jelas)
dari beberapa sel. Bagian-bagian penyusunnya adalah
1. sarkolemma : membran plasma
2. sarkoplasma : sitoplasma
3. nukleus : terdapat beberapa nukleus pada setiap sel dan letaknya berdekatan
dengan sarkolemma.
4. Mitokondria
5. Retikulum endoplamik
6. Miofibril yang terdiri dari filamen tipis (aktin) dan filamen tebal (miosin)
FISIOLOGI OTOT RAGKA
Otot Rangka
Otot rangka adalah otot lurik, volunter dan melekat pada rangka tubuh dan
digunakan untuk pergerakan. Otot ini mempunyai pigmen mioglobin dan mendominasi
tubuh vertebrata. Otot ini disebut otot lurik karena pada otot ini tampak daerah gelap
(miosin) dan terang (aktin) yang berselang-seling. Disebut juga otot rangka, karena
melekat di rangka dan juga otot sadar, karena bekerja di bawah kesadaran kita.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan. Setiap sel otot lurik
berbentuk silindris panjang berinti banyak , terletak di tepi sel. Bila di lihat dibawah
mikroskop akan terlihat garis-garis melintang gelap dan terang berselang seling
sehingga member gambaran lurik-lurik pada sel otot. Membrane sel otot disebut
sarkolema yang dibungkus endomesium yaitu jaringan otot yang banyak mengandung
kolagen, reticulum dan elastin.
Panjang serabut otot rangka mencapai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti
yang tersusun di bagian perifer. Kontraksinya cepat dan kuat. Otot rangka terdiri dari
serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut fasikel. Semakin besar otot
semakin banyak jumlah serabutnya. Lapisan jaringan ikat fibrosa membungkus setiap
otot dan masuk ke bagian dalam untuk melapisi fasikel dan serabut individual.
Jaringan ini menyalurkan impuls saraf dan pembuluh darah ke dalam otot dan secara
mekanis mentransmisikan daya kontraksi dari satu ujung otot ke ujung lainnya.
(Sloane, 2003)
Potensial Aksi Saraf
Sinyal saraf dihantarkan melalui potensial aksi yang merupakan perubahan cepat
pada potensial membran. Tiap potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari
potensial negatif istirahat normal menjadi potensial membran positif (depolarisasi) dan
kemudian dengan kecepatan yang hampir sama kembali ke potensial negatif
(repolarisasi). Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang
serat saraf sampai tiba di ujung saraf.
Potensial aksi merupakan manifestasi elektris antara dalam dan luar membran sel.
Perubahan potensial elektris tersebut disebabkan perubahan konsentrasi elektrolit di
dalam maupun di luar sel. Transmembran potensial pada akson antara di dalam dan luar
sel pada keadaan istirahat adalah -70 mV sampai -90 mV, yang menunjukkan potensial
elektris di dalam sel lebih negatif dibandingkan di luar sel. Elektrolit utama yang
berperan terhadap perbedaan potensial antara dalam dan luar sel membran eksitabel
adalah natrium, kalium, dan chlor.
Pada keadaan istirahat, ion natrium (sodium) jauh lebih banyak di luar daripada di
dalam sel. Sebaliknya ion kalium (potassium) jauh lebih banyak di dalam daripada di
luar sel. Rangsangan adekuat pada sel eksitabel akan memberi jawaban berupa suatu
potensial aksi. Potensial aksi yang terjadi akan mengikuti hukum “all or none” dan akan
dirambatkan ke semua arah (propagation), yang dapat direkam dengan osiloskop.
Rangsangan yang tidak mencapai nilai ambang/treshold hanya menimbulkan suatu
potensial lokal yang tidak akan disebarkan dan mengikuti hukum sumasi.
Rangsangan adekuat atau rangsangan yang mencapai nilai ambang, baik yang
besar maupun yang kecil, akan menimbulkan potensial aksi sama besar. Artinya,
potensial aksi tidak dapat bertambah besar walaupun rangsangan diperbesar.
Potensial aksi atau disebut impuls dirambatkan sepanjang membran sel. Oleh
karena rangsangan yang adekuat maka permeabilitas membran terhadap ion natrium
meningkat sehingga masuk ke dalam (influx), oleh karena natrium membawa muatan
positif maka di dalam sel menjadi lebih positif dibanding di luar sel. Fase ini disebut
depolarisasi. Selanjutnya ion kalium keluar sehingga di luar sel kembali lebih positif
dan keadaan ini disebut fase repolarisasi. Membran sel yang sedang mengalami
potensial aksi berarti dalam keadaan refrakter, apabila dirangsang tidak akan
menghasilkan aksi.
Urutan tahap potensial aksi terdiri dari :
- Tahap istirahat . Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat sebelum
terjadinya potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini
karena adanya potensial membran negatif yang besar.
- Tahap depolarisasi . Pada tahap ini membran tiba-tiba menjadi permeabel terhadap
ion natrium, sehingga banyak ion natrium bermuatan positif mengalir ke dalam akson.
Keadaan polarisasi normal sebesar -90 mV akan hilang dan potensial meningkat
dengan cepat dalam arah positif (keadaan di dalam sel menjadi lebih positif). Pada
serat saraf besar, potensial membran mempengaruhi nilai nol dan menjadi sedikit
lebih positif, namun pada serat yang lebih kecil juga banyak neuron sistem saraf
pusat, potensial hanya mendekati nilai nol dan tidak melampaui sampai keadaan
positif.
- Tahap repolarisasi. Dalam waktu yang sangat singkat sekali (sekitar satu per
beberapa puluh ribu detik) sesudah membran menjadi sangat permeabel terhadap ion
natrium, saluran natrium mulai menutup dan saluran kalium mulai terbuka lebih
daripada normal. Selanjutnya difusi ion kalium yang berlangsung cepat ke bagian luar
akan membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang normal.
Mekanisme Umum Kontraksi Otot (Guyton, 1997)
Tahap-tahap kontraksi otot adalah sebagai berikut :
a. Pada serat otot, suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah
saraf motorik sampai pada ujungnya.
b. Pada setiap ujung, saraf mensekresi substansi neutransmiter yaitu
asetilkolin dalam jumlah sedikit.
c. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serat otot
untuk membuka saluran bergerbang asetilkolin melalui molekul-
molekul protein dalam membran serat otot.
d. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion
natrium untuk mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada
titik terminal saraf. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial
aksi dalam serat otot.
e. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serat otot dalam
cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran
saraf.
f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot
pada tempat dimana potensial aksi menyebabkan retikulum
sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium yang telah
disimpan di dalam retikulum ke dalam miofibril.
g. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan tarik-menarik antara filamen
aktin dan miosin yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergerak
bersama-sama dan menghasilkan proses kontraksi.
h. Setelah kurang dari satu detik ion kalsium dipompa kembali ke dalam
retikulum sarkoplasma (tempat ion-ion ini disimpan sampai potensial
aksi otot yang barn datang lagi). Pengeluaran ion kalsium dari
miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.
Mekanisme Molekular Pada Kontraksi Otot
Kontraksi otot merupakan mekanisme pergeseran filamen antara filamen aktin
dan filamen miosin. Pergeseran filamen aktin kedalam filamen miosin disebabkan
oleh kekuatan yang dibentuk oleh interaksi jembatan silang dari filamen miosin ke
filamen aktin.
Filamen aktin terdiri dari tiga komponen protein yaitu aktin, tropomiosin, dan
troponin. Troponin terbagi lagi menjadi 3 sub unit yaitu troponin I, troponin T,
troponin C. Kepala jembatan silang berikatan dengan ATP kemudian ATP dipecah
oleh ATPase menjadi ADP dan fosfat dan terikat pada kepala.
Bila kompleks troponin-tropomiosin berikatan dengan ion-ion kalsium, bagian
aktif pada filamen aktin menjadi tersingkap, kepala miosin kemudian berikatan
dengan filamen aktin. Kepala kemudian menekuk ke arah lengan jembatan silang
dengan menarik filamen aktin. Energi yang digunakan untuk menarik filamen aktin
adalah molekul ATP yang telah dipecah sebelumnya. Ketika jembatan silang
menekuk menyebabkan pelepasan ADP dan ion fosfat yang sebelumnya melekat di
kepala. Ditempat pelepasan ADP terikat molekul ATP yang baru. Pelepasan ikatan
baru ini menyebabkan terlepasnya kepala dari aktin. Proses akan berlangsung terus
sampai filamen aktin menarik membran Z menyentuh ujung akhir filamen miosin atau
sampai beban pada otot menjadi terlalu besar untuk tarikan lebih lanjut.
BAB V
HIPOTESIS AWAL
(DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
Berdasarkan keterangan pada skenario 2, pasien mengalami:
- Rasa nyeri yang luar biasa pada betis kiri dan pergelangan kaki
- Tidak dapat berjalan
- Edema, panas badan dan mengeras, dan
- Terdapat massa yang tidak beraturan pada bagian belakang daerah pertengahan betis
kiri
Sehingga diperkirakan pasien mengalami :
Diagnosis Banding
1. Ruptur tendon Achilles
Yaitu putusnya tendon achilles secara paksa, karena terlalu sering di beri tekanan, periode
tendon achilles di dahului tahap tendonisitis yang membuat tendo semakin lemah.
2. Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/ berlari,achiles
tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang dapat membuat trauma tendonachilles dan
betis.
- Ruptur tendon Achilles
Tendo Achilles adalah tendo pada bagian tungkai bawah. Ia berfungsi untuk melekatkan
otot Gastrocnemius dengan otot soleus ke salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, yaitu
Calcaneus. Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95% dari kolagen
tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil. Serat elastin dapat
menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin ada pada tendon
dalam proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang
ditransmisikan ketulang. Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik serta saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh
epitenon dan membentuk struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon,
terpisah dari epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon
dengan mengurangi pergesekan.
TENDON
1.Tendon mengandung kolagen tipe I
2.Tendon mengandung matriks proteoglycan
3.Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara paralel
Fungsi dasar:
1.Tendon membawa kekuatan tarik dari otot ke tulang
2. Tendon membawa kekuatan tekan ketika membungkus tulang seperti katrol
Struktur:
1.Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2.Glycine (±33%)
3.Proline (±15%)
4.Hydroxyproline (±15%)
Blood Supply
1.Pembuluh darah di perimysium (meliputi tendon)
2.Pada periosteol insertion
3.Jaringan sekitarnya
Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau ligamen. Ligamentum atau tendon
kemudian dipecah menjadi entitas yang lebih kecil disebut fasciles (lembaran). Lembaran
berisi fibril dasar ligamentum atau tendon, dan fibroblas, yang merupakan sel-sel biologis
yang menghasilkan ligamen atau tendon. Ada karakterisitik struktural pada tingkat ini yang
memainkan peran penting dalam mekanisme ligamen atau tendon, yaitu crimp dari fibril.
Crimp merupakan struktur bergelombang dari fibril, dan ia akan memberikan kontribusi
signifikan terhadap hubungan stress regangan nonlinear untuk ligamen dan tendon.
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan
otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles
adalahtendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter,
dimulaidari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat
pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.
Ruptur adalah putusnya suatu organ atau jaringan. Ruptur tendo Achilles adalah putusnya
tendo Achilles atau cedera yang mempengaruhi bagian bawah belakang kaki.
Ruptur Tendo Achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba
saatkontraksi maksimal pada otot betis. Ruptur tendo dapat terjadi saat berlari,
melompat, bermain bulu tangkis, basket, tersandung dan jatuh dari ketinggian. Dalam
beberapa kasus putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran
darah. Tendo juga dapat melemah bergantung pada bertambahnya usia.
Putusnya tendo Achilles juga bisadisebabkan oleh peningkatan mendadak jumlah
tekanan pada tendo Achilles. Biasanya ruptur tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-
laki dibandingkan pada wanita.
Penyebab lainnya juga bisa karena:
1.Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,
2.Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkanrisiko pecah,
3.Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,
tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya,
4.Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis,
5.Obesitas
Penderita ruptur tendon achilles memiliki gejala atau manifestasi klinik
sebagai berikut:
1) Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan kaki
atau betis
2) Bengkak, kaku dan memar
3) Terlihat depresi di tendon 3-5 cm diatas tulang tumit
4) Tumit tidak bisa digerakan turun naik