makalah sgd 3

Upload: ichsansb

Post on 13-Jul-2015

164 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I SKENARIO

Seorang wanita 39 tahun dating ke klinik umum dengan keluhan sering merasa gugup dan cemas sepanjang hari disertai dengan dada berdebar-debar. Pasien juga mengeluhkan adanya diare dan berat badan yang menurun. Apa yang terjadi dengan wanita tersebut?

1

BAB II KATA KUNCI

1. Gugup 2. Cemas 3. Dada berdebar-debar 4. Diare 5. Berat badan menurun

Penjelasan: 1. Cemas

Cemas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian dari stimulus. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif, yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas berbeda dengan takut. Takut adalah penilaian intelektual dari stimulus yang mengancam dan obyeknya jelas. Individu tersebut dapat menggambarkan sumber dari rasa takut. Ansietas dapat merupakan suatu sumber kekuatan dan energinya dapat menghasilkan suatu tindakan yang destruktif atau konstruktif.

2. Dada berdebar-debar

Keadaan dimana Dada bergerak-gerak atau berdenyut lebih kencang daripada biasanya. Biasanya mengarah ke jantung.

3. Diare

Diare adalah defekasi encer dengan/tanpa darah dan lendir dalam tinja dengan peningkatan jumlah ( tiga kali atau lebih) atau penurunan konsistensi dari tinja (menjadi lunak atau cair) dalam waktu 24 jam.2

3

BAB III PROBLEM

1. Apa yang menyebabkan wanita tersebut gugup dan cemas? 2. Apa tindakan awal yang kita lakukan untuk menangani diarenya? 3. Apa hubungan antara gugup dan cemas dengan diare? 4. Apakah orang yang gugup dan cemas selalu merasakan dada berdebar-debar?

4

BAB IV PEMBAHASAN

A. BATASAN

Pada skenario ini, seorang wanita datang ke klinik umum dengan keluhan sering merasa gugup dan cemas sepanjang hari disertai dengan dada berdebar-debar. Selain itu juga mengeluhkan adanya diare dan berat badan yang menurun. Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan berdenyut secara teratur antara 60-100 detak/menit. Kecepatan dari denyut jantung ditentukan oleh kecepatan dari signal listrik yang berasal dari pemacu jantung, SA node. Signal listrik dari SA node mengalir melalui kedua serambi, menyebabkan kedua serambi berkontraksi mengalirkan darah ke kedua bilik. Kemudian signal listrik ini mengalir melalui AV node mencapai kedua bilik. Ini menyebabkan kedua bilik berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh dan menghasilkan denyutan (pulse). Pada skenario ini, pasien mengalami kecepatan signal listrik dari SA node menjadi cepat sehingga denyut jantung juga jadi cepat. Tachycardia yang terjadi karena pengeluaran signal listrik yang cepat oleh SA node disebut sinus tachycardia. Sinus tachycardia umumnya adalah kontraksi cepat dari jantung yang normal sebagai reaksi atas kondisi atau keadaan sakit. Sinus tachycardia dapat menyebabkan debar jantung. Penyebab sinus tachycardia termasuk sakit, demam, hormon tiroid yang berlebihan, tingkat oksigen darah yang rendah, kopi dan obat-obatan seperti cocaine dan amphetamine. Saat sedang gugup atau cemas, sistem di otak akan memerintahkan bagian otak yaitu hipotalamus untuk mengeluarkan hormon Corticotrophin Releasing Factor (CRF), selanjutnya hormon ini bisa memicu keluarnya hormon lain yaitu Adrenocortocotrophin (ACTH). Hormon ini bisa masuk ke aliran darah menuju kelenjar ginjal untuk merangsang hormon cortisol agar melepaskan adrenalin. Saat itu biasanya orang akan merasakan dada berdebar-debar, keringat dingin, gemetar bahkan sampai ingin buang air kecil. Jika cortisol menyerang bagian otak yang menjadi pusat ingatan (hippocampus) maka bisa jadi saat gugup seseorang menjadi lupa dengan segala hal yang ada di otaknya. Sehingga rasa berdebar-debar dan gugup serta cemas biasanya terjadi bersamaan.5

Selain itu dalam skenario ini pasien mengalami diare serta penurunan berat badan. Diare adalah peningkatan dalam frekwensi gerakan-gerakan usus atau pengurangan dalam bentuk tinja (kelonggaran yang lebih besar dari tinja). Meskipun perubahan-perubahan dalam frekwensi gerakan-gerakan usus dan kelonggarakelonggaran tinja dapat bervariasi dengan bebas dari satu sama lainnya, perubahanperubahan seringkali terjadi pada kedua-duanya. Diare dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya pada penyakit-penyakit endokrin. Beberapa penyakit-penyakit endokrin (ketidakseimbangan dari hormon-hormon) mungkin menyebabkan diare. Contohnya, kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroid). Diare yang disebabkan oleh penyakit-penyakit endokrin biasanya adalah diare kronis. Pada orang yang mengalami diare kronis biadanya juga akan mengalami penurunan berat badan. Apabila ada pasien yang mengalami diare, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan yaitu: mencegah terjadinya dehidrasi, mengobati dehidrasi, memberi makanan, mengobati masalah lain apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain.

B. ANATOMI/HISTOLOGI/FISIOLOGI/PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME

Dari gejala-gejala yang dialami oleh Ny. Adinda pada skenario ini, banyak keterkaitannya dengan penyakit endokrin yaitu, kelenjar thyroid bekerja terlalu aktif. Secara anatomi kata thyroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh capsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Capsula ini melekatkan thyroid ke larynx dan trachea. Kelenjar thyroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apex di atas sejauh linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah pada cincin trachea 5 atau Berat kelenjar thyroid bervariasi antara 20-30 gr, rata-rata 25 gr. Dengan adanya ligamentum suspensorium Berry kelenjar thyroidea ditambatkan ke cartilage cricoidea dari facies posteromedial kelenjar. Jumlah ligamentum ini 1 di kiri dan kanan. Fungsinya sebagai

6

ayunan/ gendongan kelenjar ke larynx dan mencegah jatuh/ turunnya kelenjar dari larynx, terutama bila terjadi pembesaran kelenjar. Secara histologi, kelenjar thyroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang dipisahkan oleh suatu jaringan ikat. Folikel-folikel thyroid dibatasi sel kuboid yang berisi koloid. Sel-sel folikel merupakan tempat sintesis hormon thyroid dan mengaktifkan pelepasannya ke dalam sirkulasi. Zat koloid tiroglobulin, merupakan tempat hormon thyroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon utama yang diproduksi oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3). Selain menghasilkan dua hormon tersebut, kelenjar thyroid juga menghasilkan hormon kalsitonin yang berasal dari sel parafolikuler (sel C). T4 dan T3 berperan dalam regulasi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hormon ini dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan yang normal serta juga digunakan untuk maturasi sistem saraf. Hormon ini menyebabkan terjadinya peningkatan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein. Kalsitonin merupakan suatu hormon yang dapat menurunkan kadar kalsium dan fosfat serum dengan menghambat pelepasan kalsium dan fosfat dari tulang dan dengan meningkatkan eksresi melalui ginjal. Sekresi hormon thyroid diatur oleh TSH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisi anterior.

7

Berikut adalah mekanisme sintesis hormon thyroid:

Hypotalamus Thyrotropin Releasing Hormone (TRH )

+

-

Hipofisis Anterior Thyroid Stimulating Hormone (TSH)

T3 T3 Liver & other cells T4 Thyroid

+

Hipertiroidisme adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon-hormon tiroid ini berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui mekanisme transport asam amino dan elektrolit dari cairan ekstraseluler kedalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-proses intraseluler.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin8

termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Dengan meningkatnya kadar hormon ini juga menyebabkan metabolisme jaringan, sintesa protein dan lain-lain akan terpengaruh, keadaan ini secara klinis akan terlihat dengan adanya palpitasi, takikardi, fibrilasi atrium, kelemahan, banyak keringat, nafsu makan yang meningkat, berat badan yang menurun. Kadang-kadang gejala klinis yang ada hanya berupa penurunan berat badan, payah jantung, kelemahan otot serta sering buang air besar yang tidak diketahui sebabnya. Exophthalmos yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

C. JENIS-JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN

1. Penyakit Graves Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang berlebihan dari kelenjar tiroid yang disama ratakan, adalah penyebab yang paling umum dari hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti ia telah kehilangan kemampuannya untuk merespon pada kontrol yang normal oleh kelenjar pituitari via TSH. P Penyakit Graves adalah diturunkan/diwariskan dan adalah sampai lima kali lebih umum diantara wanita-wanita daripada pria-pria. Penyakit Graves

diperkirakan adalah suatu penyakit autoimun, dan antibodi-antibodi yang adalah karakteristik-karakteristik dari penyakit ini mungkin ditemukan dalam darah. Antibodi-antibodi ini termasuk thyroid stimulating immunoglobulin (TSI antibodies), thyroid peroxidase antibodies (TPO), dan antibodi-antibodi reseptor TSH.

9

2. Thyroiditis Peradangan dari kelenjar tiroid mungkin terjadi setelah suatu penyakit virus (subacute thyroiditis). Kondisi ini berhubungan dengan suatu demam dan suatu sakit leher yang seringkali sakit pada waktu menelan. Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Mungkin ada sakit-sakit leher dan nyeri-nyeri yang disama ratakan. Peradangan kelenjar dengan suatu akumulasi sel-sel darah putih dikenal sebagai lymphocytes (lymphocytic thyroiditis) mungkin juga terjadi. Pada kedua kondisi-kondisi ini, peradangan meninggalkan kelenjar tiroid "bocor", sehingga jumlah hormon tiroid yang masuk ke darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis adalah paling umum setelah suatu kehamilan dan dapat sebenarnya terjadi pada sampai dengan 8 % dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada kasus-kasus ini,fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan seringkali diikuti oleh suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang dapat berlangsung sampai 6 bulan. Mayoritas dari wanita-wanita yang terpengaruh kembali ke suatu keadaan fungsi tiroid yang normal. Tiroiditis dapat didiagnosis dengan suatu thyroid scan. 3. Tumor Thyroid

Tumor tiroid adalah kanker yang disebabkan karena adanya multiplikasi sel-sel secara tidak normal pada organ tersebut. Sel-sel ini membentuk gumpalan yang dikenal sebagai tumor, bisa bersifat jinak atau ganas. Ketika kita berbicara tentang tumor jinak, kita membicarakan tumor yang tidak bersifat kanker. Tumor seperti ini tidak memiliki kemampuan untuk menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga tidaklah menjadi ancaman bagi kesehatan seseorang . Tumor ganas di sisi lain adalah tumor yang bersifat kanker dan bisa mengancam jiwa. Mereka memiliki kemampuan untuk menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui proses yang dinamakan metastatis sehingga menyebabkan kerusakan. Ada beberapa jenis tumor tiroid dan salah satunya adalah kanker tiroid folikel dan papilari. Tumor ini menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan dapat disembuhkan jika terdeteksi sejak dini.

10

. GEJALA KLINIS Dari diskusi mengenai skenario ini, telah kami peroleh data mengenai pasien serta gejala-gejala yang dialami oleh pasien. Berikut adalah hasil dari diskusi tersebut: 1. ANAMNESA y Data: : Ny. Adinda : 39 tahun : Taman Pondok Indah Wiyung : Karyawan bank swasta : Menikah :-

Nama Usia Alamat Pekerjaan Status Agama Gejala Klinis

y

Gugup dan cemas, sudah 1 minggu Susah tidur Dada berdebar-debar Telapak tangan basah Mudah lapar (nafsu makan ) Berat badan menurun 2 kg Mengalami diare, sudah 3 hari (5-6x/hari), ada ampas, tidak berdarah dan tidak berlendir Tangan gemetar Siklus menstruasi tidak lancar sejak 2 bulan lalu

. PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT

Berikut ini adalah data mengenai pemeriksaan fisik penyakit dari Ny. Adinda:

y -

Vital Sign Tekanan darah Denyut nadi : 160/100 mmHg : 100 x/menit

11

-

Respiratory rate Suhu tubuh Akral Berat badan

: 30 x/menit : 37 C : Basah, hangat : menurun 2 kg

y

Pemeriksaan Fisik Penyakit

Regio Facei dan Colli Anemia Icterus Cyanosis Dyspnea Pembesaran KGB : -/: -/: Negatif : Negatif : Positif

Keterangan : kelenjar Thyroid membesar, simetris, batas tidak jelas Exophthalmus : +/+

Keterangan : pengelihatan tidak terganggu Regio Thorax y Pulmo Vesicular/Vesicular Simetris Ronkhi Wheezing : Positif : Negatif : Negatif

y -

Cor S1 S2 tunggal Murmur : Negatif

Regio Abdomen Lien dan Hepar Meterorismus Bising usus : Tidak teraba : Negatif : sedikit meningkat

12

Extrimitas Tremor halus Akral Reflex fisiologis : basah, hangat : sedikit meningkat

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT

Setelah melakukan anamnesa dan pemeriksaan penyakit pada pasien Ny. Adinda, telah kita ketahui bahwa dari hasil pemeriksaan fisik penyakit terdapat pembesaran kelenjar getah bening yaitu kelenjar thyroid, sehingga perlu di curigai bahwa penyebab dari munculnya gejala-gejala yang muncul dikarenakan adanya pembesaran ini. untuk memastikan diagnosa yang tepat perlu dilakukan pemeriksaan penunjang penyakit yaitu pemeriksaan laboratorium kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dalam darah.

13

BAB V HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik pada pasien Ny. Adinda, telah ditetapkan diagnosa sementara adalah hipertiroid (penyakit graves). Dengan differential diagnosis tumor thyroid.

14

BAB VI ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Pada hipotesis awal kami telah menyatakan bahwa diagnosa semesntara adalah penyakit graves dengan differential diagnosis tumor thyroid. Berikut adalah hasil analisanya: 1. Tumor Thyroid Gejala Klinis Leher yang sakit Suara serak Pembesaran kelenjar getah bening sulit untuk menelan sulit untuk bernafas

Pemeriksaan Penunjang Penyakit Biopsi lewat bedah Test Serum TSH 2. Penyakit Graves Gejala Klinis Lemah, letih, lesu Turunnya berat badang Jantung berdebar-debar Tremor halus Kulit hangat dan lembab Susah bernafas Bengkak Sakit pinggang Banyak berkeringat15

: NORMAL

Gelisah, cemas, lekas marah, sulit tidur Menstruasi yang tidak teratur Mata yang melotot (Exophthalmus) Otot mengecil Kelenjar thyroid membesar Diare Pemeriksaan Penunjang Penyakit Test Serum TSH : 0,1 U/ml

Dari informasi yang telah diperoleh, banyak ketidaksesuaian antara gejala dari penyakit tumor thyroid dengan gejala yang dialami oleh Ny. Adinda. Gejala yang sesuai hanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening yaitu kelenjar thyroid. Mengenai pemeriksaan penunjang penyakit yaitu biopsi melalui bedah tidak diperoleh informasi yang jelas dan untuk tes kadar TSH hasilnya normal. Sedangkan pada pneyakit graves terdapat banyak kesesuaian antara gejala klinis dari penyakit graves dengan gejala-gejala yang dialami oleh Ny. Adinda. Pada penyakit Graves kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) akan meningkat. Dari hasil pemeriksaan penunjang penyakit, diperoleh hasil tes kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebesar 0,1 U/ml atau sama dengan 100 mU/L (Harga Normal : 20 mU/L). Hal ini telah membuktikan bahwa penyakit yang diderita oleh Ny. Adinda adalah penyakit graves, karena dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan mendukung bahwa penyakit graves sebagai diagnosa akhir pada skenario ini.

16

BAB VII HIPOTESIS AKHIR

Diagnosis akhir dari skenario ini adalah hipertiroid hipertiroid (penyakit graves).

17

BAB VIII MEKANISME DIAGNOSIS

Pasien (Ny. Adinda)

Gejala : Gugup dan cemas, sudah 1 minggu, susah tidur, dada berdebar-debar,

telapak tangan basah, mudah lapar (nafsu makan ), erat badan menurun 2 kg, mengalami diare, sudah 3 hari (5-6x/hari), ada ampas, tidak berdarah dan tidak berlendir, tangan gemetar, siklus menstruasi tidak lancar sejak 2 bulan lalu

Pemeriksaan Fisik: pembesaran kelenjar thyroid (batas tidak jelas), Exophthalmus, tremor halus

KEMUNGKINAN

Hipertiroid (Penyakit Graves)

Tumor Thyroid

:

Pemeriksaan penunjang: Test Kadar TSH : 0,1 U/ml (100 mU/L)

Gejala yang sesuai hanya pembesaran kelenjar thyroid, kadar TSH normal, keterangan hasil biopsy tidak ada

Gejala klinis sesuai dengan penyakit graves, kadar TSH diatas normal

DIAGNOSA AKHIR

18

BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

IX.1 PENATALAKSANAAN 1. Farmakoterapi

a. Obat anti tiroid (PTU/Propiltiourasil, MMI/Metimazole, Karbimazol/CMZ MMI) . Efeknya adalah menghambat sintesis hormon tiroid dan

imunosupresif, PTU juga menghambat konversi T4 T3. Indikasi pengobatan dengan antitiroid ialah sebagai pengobatan lini pertama pada Graves dan obat jangka pendek pra bedah/RAI.

b. Antagonis Adrenergik Beta (Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Nadolol). Efeknya ialah mengurangi dampak hormon tiroid pada jaringan. Indikasi ialah sebagai obat tambahan , kadang sebagai obat tunggal tiroiditis.

c. Bahan yang mengandung iodine (Kalium Iodida). Efeknya ialah menghambat keluarnya T4 dan T3 serta produksi ekstratiroidal. Indikasi persiapan tiroidektomi pada krisis tiroid.

2. Tiroidektomi

Prinsip umum, operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien sudah eutiroid, baik secara klinis maupun biokimiawi.

3. Radioterapi (RAI/Radio Active Iodium)

19

4. Oftalmopati graves.

Dalam mengobati morbus graves, sering kita melupakan ophtalmopati graves (OG). OG mengganggu kualitas hidup pasien. Meskipun patogenesisnya sudah sedikit terungkap, pengobatan belum memadai. OG ringan cukup diberi pengobatan lokal (air mata artifisial dan salep, tetes mata obat penghambat Beta, kacamata hitam, prisma, mata waktu malam ditutup , dan hindari rokok). Pada OG yang lebih berat, dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif. Kalau OG aktif, modus pengobatan ialah glukokortikoid dosis besar, radioterapi

IX.2 PRINSIP TINDAKAN MEDIS Pilihan-pilihan untuk merawat hipertiroid termasuk:y y y y

Merawat gejala-gejala Obat-obat anti-tiroid Yodium ber-radioaktif Merawat gejala-gejala secara operasi

Merawat gejala-gejala Ada tersedia obat-obat untuk merawat segera gejala-gejala yang disebabkan oleh kelebihan hormon-hormon tiroid, seperti suatu denyut jantung yang cepat. Satu dari golongan-golongan utama obat-obat yang digunakan untuk merawat gejala-gejala ini adalah beta-blockers [contohnya, propranolol (Inderal), atenolol (Tenormin), metoprolol (Lopressor)]. Obat-obat ini menetralkan/meniadakan efek-efek dari hormon tiroid untuk meningkatkan metabolisme, namun mereka tidak merubah tingkat-tingkat hormon-hormon tiroid dalam darah. Seorang dokter menentukan pasien-pasien mana yang dirawat berdasarkan pada sejumlah faktorfaktor tak tetap (variables) termasuk penyebab yang mendasari hipertiroid, umur pasien, ukuran kelenjar tiroid, dan kehadiran dari penyakit-penyakit medis yang ada bersamaan.

20

Obat-obat Anti-Tiroid Ada dua obat-obat antitiroid utama tersedia untuk penggunaan di Amerika, methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil ( PTU). Obat-obat ini berakumulasi di jaringan tiroid dan menghalangi produksi hormon-hormon tiroid. PTU juga menghalangi konversi dari hormon T4 ke hormon T3 yang secara metabolisme lebih aktif. Risiko utama dari obat-obat ini adalah penekanan sekali-kali dari produksi sel-sel darah putih oleh sumsum tulang (agranulocytosis). Sel-sel putih diperlukan untuk melawan infeksi. Adalah tidak mungkin untuk memberitahukan jika dan kapan efek sampingan ini akan terjadi, jadi penentuan sel-sel darah putih dalam darah secara teratur adalah tidak bermanfaat. Sangat penting untuk pasien-pasien mengetahui bahwa jika mereka mengembangkan suatu demam, suatu sakit tenggorokan, atau tanda-tanda apa saja dari infeksi ketika meminum methimazole atau propylthiouracil, mereka harus segera mengunjungi seorang dokter. Ketika ada suatu kekhwatiran, risiko sebenarnya dari mengembangkan agranulocytosis adalah lebih kecil dari 1%. Pada umumnya, pasien-pasien harus ditemui oleh dokter pada interval-interval bulanan selama meminum obat-obat antitiroid. Dosis disesuaikan untuk mempertahankan pasien sedekat mungkin pada suatu keadaan tiroid yang normal (euthyroid). Sekali dosis stabil, pasien-pasien dapat ditemui pada interval-interval tiga bulan jika terapi jangka panjang direncanakan. Biasanya, terapi antitiroid jangka panjang hanya digunakan untuk pasienpasien dengan penyakit Graves, karena penyakit ini mungkin sebenarnya sembuh dibawah perawatan tanpa memerlukan radiasi tiroid atau operasi. Jika dirawat dari satu sampai dua tahun, data menunjukkan angka-angka kesembuhan dari 40%-70%. Ketika penyakitnya sembuh, kelenjarnya tidak lagi aktif berlebihan, dan obat antitiroid tidak diperlukan. Studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa menambah suatu pil hormon tiroid pada obat antitiroid sebenarnya berakibat pada angka-angka kesembuhan yang lebih tinggi. Dasar pemikiran untuk ini mungkin adalah bahwa dengan menyediakan suatu sumber luar untuk hormon tiroid, dosis-dosis obat-obat antitiroid yang lebih tinggi dapat diberikan, yang mungkin menekan sistim imun21

yang aktif berlebihan pada orang-orang dengan penyakit Graves. Tipe terapi ini tetap kontroversiil (tetap diperdebatkan), bagaimanapun. Ketika terapi jangka panjang ditarik, pasien-pasien harus terus menerus ditemui oleh dokter setiap tiga bulan untuk tahun pertama, karena suatu kekambuhan dari penyakit Graves adalah mungkin dalam waktu periode ini. Jika seorang pasien kambuh, terapi obat antitiroid dapat dimulai kembali, atau yodium ber-radioaktif atau operasi mungkin dipertimbangkan. Yodium ber-radioaktif Yodium ber-radioaktif diberikan secara oral (melalui mulut, dengan pil atau cairan) pada suatu dasar satu kali untuk mengablasi (ablate) suatu kelenjar yang hiperaktif. Yodium yang diberikan untuk perawatan ablasi (ablative treatment) adalah berbeda dengan yodium yang digunakan pada suatu scan. Untuk perawatan, isotope yodium 131 digunakan, dimana untuk suatu scan rutin, yodium 123 digunakan. Yodium ber-radioaktif diberikan setelah suatu scan yodium rutin, dan pengambilan yodium ditentukan untuk mengkonfirmasi hipertiroid. Yodium ber-radioaktif diambil oleh sel-sel aktif dalam tiroid dan menghancurkan mereka. Karena yodium diambil hanya oleh sel-sel tiroid, penghancuran hanya lokal, dan tidak ada efek-efek sampingan yang menyebar luas dengan terapi ini. Ablasi (ablation) yodium ber-radioaktif telah digunakan dengan aman untuk lebih dari 50 tahun, dan penyebab-penyebab utama untuk tidak menggunakannya hanya adalah kehamilan dan menyusui. Bentuk dari terapi ini adalah pilihan perawatan untuk kekambuhan penyakit Graves, pasien-pasien dengan kelibatan penyakit jantung yang parah, mereka yang dengan multinodular goiter atau toxic adenomas, dan pasien-pasien yang tidak dapat mentoleransi obat-obat antitiroid. Yodium ber-radioaktif harus digunakan dengan hati-hati pada pasien-pasien dengan penyakit Graves yang berkaitan dengan mata karena studi-studi akhirakhir ini telah menunjukkan bahwa penyakit mata mungkin memburuk setelah terapi. Jika seorang wanita memilih untuk hamil setelah ablation, adalah direkomendasikan ia menunggu 8-12 bulan setelah perawatan sebelum hamil.

22

Pada umumnya, lebih dari 80% dari pasien-pasien disembuhkan dengan suatu dosis tunggal yodium ber-radioaktif. Itu memakan waktu antara 8 sampai 12 minggu untuk tiroid menjadi normal setelah terapi. Hipotiroid adalah komplikasi utama dari bentuk perawatan ini. Ketika suatu keadaan hipotiroid yang sementara mungkin terlihat sampai dengan enam bulan setelah perawatan dengan yodium ber-radioaktif, jika ia menetap dengan gigi lebih lama dari enam bulan, terapi penggantian tiroid (dengan T4 atau T3) biasanya dimulai. Operasi Operasi untuk mengangkat sebagian dari kelenjar tiroid (partial

thyroidectomy) pernah sekali waktu dahulu adalah suatu bentuk yang umum perawatan hipertiroid. Tujuannya adalah untuk mengangkat jaringan tiroid yang memproduksi hormon tiroid yang berlebihan. Bagaimanapun, jika terlalu banyak jaringan yang diangkat, suatu produksi hormon tiroid yang tidak memadai (hipotiroid) mungkin berakibat. Pada kasus ini, terapi penggantian tiroid dimulai. Komplikasi utama dari operasi adalah gangguan/kekacauan dari jaringan sekitarnya, termasuk syaraf-syaraf yang menyediakan pita-pita suara (vocal cords) dan empat kelenjar-kelenjar kecil pada leher yang mengatur tingkat-tingkat kalsium dalm tubuh (kelenjar-kelenjar paratiroid). Pengangkatan kelenjar-kelenjar ini yang secara kebetulan mungkin berakibat pada tingkat-tingkat kalsium yang rendah dan memerlukan terapi penggantian kalsium. Dengan perkenalan dari terapi yodium radioaktif dan obat-obat antitiroid, operasi untuk hipertiroid tidak seumum seperti sebelumnya. Operasi memadai untuk pasien-pasien hamil dan anak-anak yang mempunyai reaksi-reaksi utama yang kurang baik terhadap obat-obat antitiroid, pasien-pasien dengan kelenjarkelenjar tiroid yang sangat besar dan pada mereka yang mempunyai gejala-gejala yang bersumber dari penekanan dari jaringan-jaringan yang berdekatan pada tiroid, seperti kesulitan menelan, keparauan suara, dan sesak napas, dan dekompresi orbital.

23

BAB X PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Prognosa

: Baik Pada kasus hipertiroidisme yang berat manifestasi klinisnya dapat membahayakan kehidupan. pada kasus skenario ini prognosis baik bila dilakukan penanganan dan pengobatan yang tepat.

Komplikasi

: Tidak ada pada jaringan lain. Pada kasus skenario ini tidak ada komplikasi , tapi perlu kita ketahui pada kasus sepeti ini yang berat sering terjadi komlikasi pada PJT ( penyakit jantung tiroid ) , krisis tiroid ( Thyroid Storm ) , dan PPT ( Periodic paralysis thyrotocsicosis )

X.1 CARA PENYAMPAIAN PROGNOSIS KEPADA PASIEN/KELUARGA PASIEN y y Menyampaikan bahwa pasien menderita suatu penyakit autoimun Menyampaikan bahwa penyakit pasien ini dapat diusahakan untuk di sembuhkan,

beberapa usaha yang dapat dilakukan a dalah denga n memb er i kan obat a ntitiroid karena pasien menderita penyakit yang membuat hormone tiroidnya meningkat di dalam darah y Untuk mengatasi penyakit ini adakalanya pasien membutuhkan tindakan operasi apabila dengan obat terapi tidak berhasil, bila demikian, operasi harus dipersiapkan dengan matang, baik dari kesiapan pasien dan juga dokter, dan juga harus sesuai dengan prosedur oprasi untuk mengihindari kemungkinan terjadinya Tyroid Storm saat melakukan t inda ka n operasi.

X.2 TANDA UNTUK MERUJUK PASIEN

Pasien greves disease memiliki kecenderungan mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler. Gagal jantung, tackikardi, dan atrial fibralasi memerlukan penanganan yang intensif. Selain itu keadaan thyroid storm juga memerlukan penanganan segera.24

X.3 PERAN PASIEN/KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN y Peran Pasien 1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter. 2. Istirahat yang cukup. 3. Jangan terlalu banyak pikiran. 4. Selalu kontrol secara rutin ke dokter.

y

Peran Keluarga Pasien 1. Memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh. 2. Ingatkan pasien untuk selalu melaksanakan perintah dokter. 3. Selalu beri perhatian pada pasien. 4. Temani pasien selama melakukan pengobatan. 5. Lakukan pendekatan dan komunikasi. 6. Melancarkan proses pengobatan pasien.

X.4 PENCEGAHAN PENYAKIT y Primer Tujuannya untuk menghindari diri dari faktor resiko. 1. Berikan edukasi 2. Konsumsi makanan sumber iodium (ikan laut, garam beryodium) 3. Iodisasi air minum untuk wilayah dengan resiko tinggi 4. Berikan kapsul minyak beriodium pada penduduk di daerah endemik berat dan sedang

y

Sekunder 1. Deteksi dini penyakit 2. Upayakan orang yang sakit agar sembuh 3. Hambat progresivitas penyakit

25

y

Tersier Tujuannya untuk mengembalikan fungsi mental, fisik, dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. 1. Kontrol berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya kekambuhan /penyebaran. 2. Lakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik sehat bugar dan keluarga serta masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui fisioterapi. 3. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan.

26

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Kedokteran Terintegrasi-PBL. Modul Kardiorespirasi & Metabolisme Semester 3A. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya:2011 Harrison. 1999. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Jakarta: EGC Sudoyo Aru W, Bambang Setiyohadi, Idrus Alvi. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI http://www.totalkesehatananda.com/aritmia2.html http://fahricaptures.blogspot.com/2011/04/kebiasaan-kebiasaan-buruk-kita-saat.html http://www.totalkesehatananda.com/diare1.html http://dokteryudabedah.com/tentang-penyakit-hipertiroidisme/ http://www.unekunek.com/2174/gondok-nodular-toksik.html http://wahyurawely.blogspot.com/2011/03/thyroid.html http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/patofisiologi-hipertiroid/ http://www.totalkesehatananda.com/hipertiroid2.html http://doktermu.com/Penyakit-penyakit-umum/tumor-tiroid.html http://www.tanyadokteranda.com/penyakit/2010/08/penyakit-graves-2/2 http://d4rkwizard.blogspot.com/2009/12/cause-of-hyperthroid-grave-disease-w.html http://www.totalkesehatananda.com/hipertiroid1.html

27