makalah sgd ikd 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Perkembangan berbagai konsep dan teori dalam keperawatan berlandaskan
kerangka konsep yang merupakan pandangan dan keyakinan keperawatan, yaitu
pandangan tentang keperawatan sebagai suatu kegiatan, manusia sebagai klien,
kesehatan serta lingkungan dari klien dan perawat yang kemudian dikenal sebagai
paradigm keperawatan.
Paradigma keperawatan dengan empat komponen esensialnya,
memberikan informasi tentang lingkup cakupan dan batasan, esensi serta tujuan
dan kemanfaatan dari perkembangan profesi keperawatan. Dengan perkataan lain
paradigm keperawatan memberikan arah dalam perkembangan keperawatan
sebagai profesi. Adanya perbedaan diantara berbagai teori keperawatan yang ada,
terjadi hanya karena perbedaan dalam penekanan pada salah satu komponen
paradigm, yaitu dalam cara pandang hubungan antar komponen, yaitu komponen
manusia/klien, sehat dan kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta
keperawatan sebagai bentuk pelayanan atau asuhan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI MODEL KEPERAWATAN
1. Perkembangan Teori Keperawatan
“Era modern” keperawatan ialah era perkembangan sistematik dari
keperawatan menuju kepada keperawatan sebagai profesi, bermula dari
pandangan dan pernyataan dari Florence Nightingale yang mempunyai visi yang
sangat maju tentang keperawatan. Dalam perkembangan teori keperawatan
selanjutnya, muncul nama-nama besar ilmuwan keperawatan yang memberikan
sumbangan yang sangat bermakna dalam perkembangan keperawatan.
a. Hildegard E. Peplau (1952)
Teori yang dikembangkannya, yaitu keperawatan psikodinamik yang
dipengaruhi oleh model hubungan interpersonal, khususnya model psikoanalitik.
Ia melihat bahwa keperawatan adalah suatu profesi interpersonal yang bersifat
terapeutik (significant therapeutic interpersonal process). Peplau mendefinisikan
model keperawatan psikodinamiknya sebagai berikut: “Psychodynamic nursing is
being able to understand one’s own behavior to help others identify felt
difficulties, and to apply principles of human relations to the problems that arise
at all levels of experience”.
Menurut Peplau, keperawatan adalah therapeutic yang mempunyai seni
penyembuhan dalam membantu orang yang sakit atau orang yang membutuhkan
perawatan kesehatan. Keperawatan dapat dianggap sebagai proses interpersonal
sebab melibatkan interaksi antara 2 atau lebih individu dengan tujuan tertentu.
2
Peplau mengenali 4 fase dalam hubungan interpersonal perawat-klien
meliputi:
1. Fase Orientasi
Fokusnya adalah fase menentukan atau menemukan masalah. Pertama kali
perawat dan pasien bertemu masih sebagai orang yang asing satu sama lain,
pasien dan keluarganya memiliki perasaan butuh bantuan professional walaupun
kebutuhan ini kadang-kadang tidak dapat dikenali atau dimengerti oleh mereka.
Pada fase ini paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi
dengan pasien dan keluarganya dalam menganalisis situasi yang kemudian
bersama-sama mengenali, memperjelas dan menentukan masalah yang ada.
Setelah masalahnya diketahui, diambil keputusan bersama untuk menentukan tipe
atau jenis bantuan apa yang diperlukan. Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk
klien ke ahli yang lain sesuai dengan kebutuhan.
2. Fase Identifikasi
Fase ini fokusnya memilih bantuan professional yang sesuai. Pada fase ini pasien
merespon secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya,
setiap pasien mempunyai respons yang berbeda-beda pada fase ini. Respons
pasien terhadap keperawatan adalah: berpatisipasi dan interdependen dengan
perawat, otonomi dan independen dari perawat, pasif dan dependen pada perawat.
3. Fase Eksploitasi
Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan professional untuk alternative
pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan
dari pasien, pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan
3
pelayanan. Pada fase ini pasien mulai menerima informasi-informasi yang
diberikan padanya tentang penyembuhannya, mungkin berdiskusi atau
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada perawat, mendengarkan penjelasan-
penjelasan dari perawat dan sebagainya.
4. Fase Resolusi
Fokusnya adalah mengakhiri hubungan professional. Pasien dan perawat dalam
fase ini perlu untuk mengakhiri hubungan terapeutik mereka.
Empat konsep mayor dari teori Peplau:
1) Manusia. Manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan
yang tidak stabil.
2) Lingkungan. Lingkungan sebagai bentuk di luar organisme dalam konteks
kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan.
3) Keperawatan. Keperawatan adalah alat pendidikan yang kekuatannya
bertujuan untuk mendukung kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung,
produktivitas dan sikap individual dari kehidupan masyarakat.
4) Kesehatan. Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif
individu dan proses makhluk lain secara terus-menerus dalam kelangsungan
kreativitas, produktivitas dan sikap individual dari kehidupan masyarakat.
b. Florence Nightingale (1959)
Nightingale sebagai pioneer era modern dalam pengembangan
keperawatan, mengembangkan teori keperawatan yang sangat dipengaruhi oleh
pandangan filosofinya tentang interaksi manusia atau klien dengan
lingkungannya. Ia melihat penyakit sebagai proses penggantian atau perbaikan.
Upaya membantu proses perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan
4
manipulasi lingkungan eksternal. Manusia mempunyai kemampuan alamiah
terhadap proses penyembuhan.
c. Faye G. Abdellah (1960)
Abdella mendefinisikan keperawatan sebagai pelayanan kepada individu
dan keluarga serta masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
yang membentuk atau menciptakan sikap dan kemampuan intelektual serta
keterampilan teknik dari individu sehingga mempunyai keinginan yang dalam dan
kemampuan untuk menolong manusia, baik sakit maupun sehat agar mampu
menangani kebutuhan kesehatan.
d. Ida Jean Orlando (1961)
Ia menggunakan hubungan interpersonal sebagai landasan teorinya.
Perhatian utamanya adalah sifat unik dari setiap individu/klien, yaitu ekspresi
klien, baik verbal maupun non verbal, menunjukkan/mengisyaratkan kebutuhan.
Kegiatan atau tindakan keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.
Teori keperawatan Orlando yang dikenal sebagai “disciplined professional
respons theory”, menekankan pada hubungan timbal balik (reciprocal
relationship) antara perawat dan pasien.
e. Ernestine Wiedenbach (1964)
Perhatian utamanya adalah kepada aspek kiat atau aspek praktik dari
keperawatan. Menurut Wiedenbach keperawatan klinik mempunyai empat
komponen, yaitu filsafat (phisolophy), kemanfaatan/kegunaan (purpose), praktik,
dan kiat (art). Pandangan ini yang melandasi pendapatnya bahwa pada praktik
keperawatan terdapat tiga komponen yaitu:
1. Mengidentifikasikan kebutuhan klien.
5
2. Melaksanakan bantuan yang diperlukan, dan
3. Mengevaluasi dan melaksanakan (mensahkan) bahwa bantuan yang
diberikan memang bermanfaat.
Teori keperawatan dari Wiedenbach ini kemudian dikenal sebagai “the helping art
of clinical nursing”.
f. Virginia Henderson (1966)
Teori Henderson berfokus pada individu yang berdasarkan pandangannya,
yaitu bahwa jasmani dan rohani tidak dapat dipisahkan. Menurut pendapat
Henderson, manusia adalah unik dan tidak ada dua manusia yang sama.
Kebutuhan dasar individu tercermin dalam 14 komponen dari asuhan keperawatan
dasar.
Virginia Henderson (1966) mengidentifikasikan 14 komponen dalam asuhan
keperawatan dasar pada tingkat asuhan individual, mengacu kepada aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari dari seseorang; perawat membantunya dengan
fungsi-fungsi ini, atau membuat kondisi sehingga memungkinkan ia melakukan
hal-hal berikut ini.
1. Bernafas normal
2. Minum dan makan secukupnya
3. Eliminasi melalui berbagai cara eliminasi
4. Bergerak dan menjaga sikap atau memelihara postur tubuh yang
menyenangkan.
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang sesuai, berpakaian dan tidak berpakaian.
6
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui penyesuaian
pakaian dan memodifikasi lingkungan.
8. Menjaga tubuh bersih, terawat baik, dan melindungi kulit.
9. Menghindari bahaya dilingkungan dan menghindari membahayakan orang
lain.
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan, kecemasan, dan lain sebagainya.
11. Mengerjakan sesuatu yang memberikan perasaan menyelesaikan sesuatu.
12. Melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan.
13. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.
14. Belajar menemukan atau memenuhi rasa ingin tahu yang menuju kepada
pertumbuhan normal dan sehat.
Klien/pasien dilihat sebagai individu yang memerlukan bantuan menuju
kemandiriannya, dan asuhan keperawatan bertujuan memandirikan klien atau
pasien.
Keperawatan terutama membantu individu sakit atau sehat, di dalam
melaksanakan aktivitas yang menunjang kesehatan atau penyembuhannya yang
akan dilakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan atau
pengetahuan yang diperlukan, kontribusi keperawatan yang unik membantu
individu agar tidak bergantung pada bantuan.
g. Mira Estrin Levine (1967)
Levine melihat individu sebagai mahluk utuh yang memiliki kemampuan
merespons secara organismic sebagai upaya mengadaptasi diri terhadap
lingkungan. Menurut pandangannya, intervensi keperawatan adalah bantuan
7
terhadap klien secara holistic dan merupakan pusat kegiatan keperawatan,
mempercepat proses adaptasi yang turut berperan dalam proses penyembuhan dan
pemulihan kesehatan.
Pada tahun 1973, ia mengemukakan 4 prinsip konservasi, yaitu:
1. Conservation of energy
2. Conservation of structural integrity
3. Conservation of personal integrity, dan
4. Conservation of social integrity
h. Martha E. Roger
Pandangan Roger dalam pengembangan teori keperawatan banyak
dipengaruhi oleh teori system dan teori medan energy. Manusia sebagai system
terbuka secara kontinu mengadakan interaksi dengan lingkungan. Manusia dilihat
sebagai medan energy dengan lima karakteristiknya yang merupakan landasan
dibangunnya prinsip kesatuan dalam keperawatan, yaitu kesatuan utuh,
keterbukaan, kesatuan arah, pola dan organisasi, dan kemampuan
mempersepsikan. Teorinya dikenal sebagai “unitary human beigs theory”.
Lima asumsi yang mendasar teori Roger, adalah sebagai berikut:
1. Manusia adalah kesatuan yang utuh; masing-masing mempunyai sifat dan
karakter yang berbeda serta mempunyai proses hidup yang dinamis.
2. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan; manusia adalah system
terbuka, ia akan memengaruhi dan dipengaruhi lingkungan sekitarnya.
3. Proses kehidupan manusia berjalan lambat, tidak dapat diubah dan tidak
terarah, jalan hidup tiap individu berbeda.
8
4. Identitas individu merupakan gambaran dari seluruh proses kehidupannya
sehingga perkembangan manusia dapat dilihat dari tingkah lakunya.
5. Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikannya sendiri.
Empat Konsep mayor dari Teori Roger:
1) Manusia. Manusia adalah suatu unit manusia secara terus-menerus saling
tukar-menukar energy dengan lingkungannya. Proses kehidupan manusia
berkembang dan tidak kembali, berlangsung lama dan terus-menerus, manusia
mempunyai kemampuan mengabstrasikan imajinatif, berbahasa, berpikir, sensasi
dan emosi.
2) Lingkungan. Lingkungan adalah semua pola yang ada di luar individu,
individu dan lingkungan membentuk system terbuka.
3) Keperawatan. Keperawatan adalah ilmu dan seni yang humanistic dan
humanitarian.
4) Kesehatan. Roger mengatakan bahwa ia memandang kesehatan sebagai
suatu nilai yang sangat penting.
i. Dorothea E. orem (1971)
Orem melihat individu sebagai suatu kesatuan utuh yang terdiri atas suatu
yang bersifat fisik, psikologik dan social, dengan derajat kemampuan mengasuh
diri sendiri (self care ability) yang berbeda-beda. Berdasarkan pandangan ini, ia
berpendapat bahwa kegiatan atau tindakan keperawatan ditujukan kepada upaya
memacu kemampuan mengasuh diri sendiri. Ia menyatakan bahwa teorinya yaitu
“self care deficit theory of nursing” merupakan teori umum.
Pada teori ini, ia menggambarkan kapan keperawatan diperlukan, keperawatan
diperlukan jika: kemampuan kurang dibandingkan dengan kebutuhan,
9
kemampuan sebanding dengan kebutuhan, tetapi diprediksi untuk masa yang akan
dating kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
Lima metode bantuan menurut Orem:
1. Bertindak untuk orang lain
2. Membimbing
3. Memberikan dukungan fisik maupun psikis
4. Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan perkembangan
personal dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan yang akan dating.
5. Mengajarkan
Lima area aktivitas untuk praktik keperawatan, meliputi:
1) Membina dan memelihara hubungan dengan individu, keluarga dan
kelompok sampai pasien mampu untuk merawat dirinya.
2) Menentukan kapan dapat dibantu.
3) Memberikan respons terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan
pasien untuk bantuan perawat.
4) Memberikan dan mengatur bantuan langsung.
5) Koordinasi dan integrasi keperawatan dengan pasien, social kultura, dan
edukasinya.
Menurut Orem, manusia berbeda dari makhluk lain dalam kapasitas untuk
mereflesikan diri dan lingkungannya, menyimpulkan apa yang mereka alami,
menggunakan kreasi symbol (ide, kata-kata) dalam berpikir dan berkomunikasi
membimbing untuk melakukan sesuatu dan membuatnya berguna untuk dirinya
10
dan orang lain. Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar dan berkembang,
fungsi manusia terintegrasi antara fisik, psikis, interpersonal dan aspek social.
Orem mempertimbangkan manusia dari dua perspektif yang berbeda yaitu;
bergerak menuju kematangan dan pencapaian potensi manusianya dan perbedaan
struktur dan fungsi dalam kebutuhan manusianya. Untuk efektivitas keperawatan,
kedua perspektif di atas harus dilihat secara integrasi.
j. Imogene F. King (1971)
King memandang bahwa klien/pasien sebagai suatu system perorangan di
dalam lingkungan, sebagai makhluk yang mempunyai daya yang bereaksi
(reacting beings) , makhluk yang berorientasi pada waktu (time-oriented beings),
dan makhluk social yang mempunyai kemampuan untuk mempersepsikan
berpikir, memilih, menetapkan tujuan, dan memiliki kegiatan untuk mencapai
tujuan, serta mengambil keputusan.
Keperawatan dilihat sebagai aksi, reaksi, interaksi dan transaksi dari proses
interpersonal. King mendefinisikan keperawatan sebagai proses interaksi manusia
antara perawat dengan klien yang berkomunikasi untuk menentukan tujuan,
mengeksplorasi sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan, serta
menyepakati sumber-sumber yang digunakan dalam mencapai tujuan. Teori King
dikenal sebagai “theory of goal attainment”.
k. Betty Newman (1972)
Newman mengemukakan model system dalam pendidikan dan praktik
keperawatan. Newman menggunakan pendekatan manusia utuh (total person
approach), dengan memasukkan konsep holistic, pendekatan system terbuka dan
konsep “stressor”.
11
Model ini menganalisis interaksi 4 variabel penunjang komunitas yang meliputi
fisik, psikologis, social kultural dan spiritual. Adapun tujuan keperawatan adalah
stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis.
Empat konsep mayor dari Teori Newman:
1. Manusia merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari
keseimbangan yang harmoni, dan merupakan satu kesatuan dari variable-variabel
fisiologis,psikologis, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual.
2. Lingkungan adalah semua kekuatan, baik internal dan eksternal yang dapat
memengaruhi hidup dan perkembangan klien atau system klien.
3. Keperawatan. Secara umum, keperawatan merupakan profesi yang unik,
mencakup tentang respons manusia terhadap stressor yang merupakan konsep
yang utama untuk mencapai stabilitas pasien. Newman mendefinisikan parameter
dari keperawatan adalah individu, keluarga dan kelompok dalam mempertahankan
tingkat yang maksimal dari sehat dengan intervensi untuk menghilangkan stress
dan menciptakan kondisi yang optimal bagi pasien. Intervensi keperawatan
bertujuan untuk menurunkan stressor melalui pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
4. Kesehatan adalah keadaan yang adekuat dalam suatu system stabilitas
yang merupakan keadaan yang baik. Sehat adalah kondisi terbebasnya dari
gangguan pemenuhan kebutuhan dan sehat merupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.
l. Sister Callista Roy (1976)
Roy memandang individu sebagai makhluk bio-psiko-sosial yang harus
dilihat sebagai suatu kesatuan utuh yang secara terus-menerus berinteraksi dengan
12
lingkungan, dan beradaptasi dengan lingkungan. Keperawatan dilihat sebagai
kegiatan atau tindakan yang ditujukan pada upaya menghilangkan stimuli dan
memacu kemampuan adaptasi dari individu. Model keperawatan yang
dikembangkannya selanjutnya dikenal sebagai “adaptation model”.
m. Madeleine Leiniger (1981)
Leiniger menekankan bahwa mengasuh (caring) adalah tema sentral dari
asuhan keperawatan, serta pengetahuan dan praktik keperawatan. Teorinya
tentang keperawatan berdasarkan antropologi, adalah teori keperawatan lintas-
budaya yang menekankan bahwa perilaku, nilai dan keyakinan individual dan
kelompok berdasarkan kebutuhan kulturalnya harus diperhatikan, agar asuhan
keperawatan yang diberikan kepadanya efektif dan memuaskan.
Dari uraian sepintas di atas digambarkan teori dalam keperawatan yang terjadi
dengan pesat. Dan hal ini akan terus berlangsung, bahkan mungkin dengan
kecepatan yang lebih tinggi, mengingat bahwa perkembangan ilmu-ilmu yang
menopang ilmu keperawatan juga berkembang dengan pesat.
13
Hasil Diskusi SGD Teori Keperawatan
Tabel perbandingan teori-teori model keperawatan :
Teori Model Keperawatan Ciri
Nightingale Pasien sakit karena lingkungan,
Manipulasi/modifikasi lingkungan,
Klinik dan komunitas.
Peplau Hubungan terapeutik antara perawat dan
pasien .
Henderson Ditekankan ke 14 kebutuhan dasar,
Memandirikan pasien,
Kepekaan perawat kepada pasien.
Abdellah Perawat yang professional,
Pasien sehat-sakit (peningkatan
kesehatan, promosi pencegahan
penyakit).
Orlando Kesigapan perawat terhadap perilaku
pasien,
Kepekaan perawat tentang respon /status
pasien,
Psikomotor perawat/reaksi cepat
perawat.
Levine Adanya 4 konservasi yang berasal dari
prinsip paradigm,
14
Lebih menggali potensi individu dari si
pasien.
Roger Hemodinamis antara manusia dengan
lingkungan (adanya system terbuka
manusia dengan lingkungan),
Manusia dengan lingkungan harus
bersifat dinamik tidak kaku.
Orem Terkenal dengan self care ability dan
self care deficit,
Upaya memandirikan pasien.
King Komunikasi dan adaptasi dengan
lingkungan,
Newman Adanya hubungan Intrapersonal,
Interpersonal, Sosial,
Sistem terbuka (manusia dengan
manusia)
Roy Terkenal dengan teori adaptasi
(kordinator,regulator),
Kearah stimulus (focal
stimulus,konteksual stimulus, residual
stimulus).
Watson Human care dan human caring,
Kepekaan terhadap pasien sakit/sembuh.
15
B. TUMBUH KEMBANG
a. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian.
b. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Perubahan dalam aspek fisik dan psikis
Perubahan dalam proporsi
Lenyapnya tanda-tanda yang lama
Diperoleh tanda-tanda baru
c. Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang
• Proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu - - - maturasi, lingkungan dan
faktor genetik
• Pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi
• Variasi waktu muncul (onset), lama, dan efek dari tiap tahapan tukemb
• Mempunyai ciri khas
• Perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat
• Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan
aspek lainnya
• Perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan
• Perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat
• Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan
aspek lainnya
• Perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan
16
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Faktor Genetika
• Faktor keturunan - masa konsepsi.
• Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan.
• Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna,
mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti
temperamen.
• Potensi genetika yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan
secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
Faktor Eksternal/Lingkungan
• Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan
sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
• Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi
bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
e. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Manusia
1. Tahap Konsepsi
Bulan pertama : Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung
yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta
kulit. Embrio berukuran 0,6 cm.
Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam,
tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ
kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif.
Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon
17
terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan
akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan
badan (posisi)
Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan
panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 –
3000 gram.
Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap
untuk dilahirkan.
2. Neonatus (lahir - 28 hari)
• Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk
dikembangkan sesuai keinginan
• Implikasi keperawatan: membantu orang tua untuk mengindefikasi dan
menemukan kebutuhan yang tidak ditemukan
3. Bayi (1 bulan – 1 tahun)
Bayi usia 1-3 bulan:
• Mengangkat kepala
• Mengikuti obyek dengan mata
• Melihat dengan tersenyum
• Bereaksi terhadap suara atau bunyi
• Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
• Menahan barang yang dipegangnya
• Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
Bayi usia 3-6 bulan:
18
• Mengangkat kepala sampai 900
• Mengangkat dada dengan bertopang tangan
• Belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar
jangkauannya
• Menaruh benda-benda dimulutnya
• Berusaha memperluas lapang pandang
• Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
• Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
Bayi 6-9 bulan:
• Duduk tanpa dibantu
• Tengkurap dan berbalik sendiri
• Merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
• Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
• Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
• Bergembira dengan melempar benda-benda
• Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
• Mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
• Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
Bayi 9-12 bulan:
• Berdiri sendiri tanpa dibantu
• Berjalan dengan dituntun
• Meniru suara
• Mengulang bunyi yang didengarnya
• Belajar menyatakan satu atau dua kata
• Mengerti perintah sederhana atau larangan
• Minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
• Ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
• Berpartisipasi dalam permainan
Implikasi Keperawatan: mengontrol lingkungan sekitar bayi sehingga kebutuhan
19
perkembangan fisik dan psikologis bayi dapat terpenuhi.
4. Todler (1-3 tahun)
Peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik
Anak usia 12-18 bulan
• Mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
• Menyusun 2 atau 3 kotak
• Dapat mengatakan 5-10 kata
• Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
Anak usia 18-24 bulan
• Mampu naik turun tangga
• Menyusun 6 kotak
• Menunjuk mata dan hidungnya
• Menyusun dua kata
• Belajar makan sendiri
• Menggambarkan garis di kertas atau pasir
• Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
• Menaruh minat kepasa apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
• Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
Anak usia 2-3 tahun
• Anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
• Membuat jembatan dengan 3 kotak
• Mampu menyusun kalimat
• Mempergunakan kata-kata saya
• Bertanya
• Mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
• Menggambar lingkaran
• Bermain dengan anak lain
• Menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
20
Implikasi Keperawatan: Keamanan sangat penting. Strategi untuk mencegah
risiko keselamatan harus dilakukan secara seimbang agar perkembangan anak
tetap optimal.
5. Pra Sekolah (3-6 tahun)
Dunia pra sekolah berkembang. Selama bermain, anak mencoba pengalaman baru
dan peran sosial. Pertumbuhan fisik lebih lambat.
Anak usia 3-4 tahun
• Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
• Berjalan pada jari kaki
• Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
• Menggambar garis silang
• Menggambar orang (hanya kepala dan badan)
• Mengenal 2 atau 3 warna
• Bicara dengan baik
• Bertanya bagaimana anak dilahirkan
• Mendengarkan cerita-cerita
• Bermain dengan anak lain
• Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
• Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
Anak usia 4-5 tahun
• Mampu melompat dan menari
• Menggambarkan orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
• Dapat menghitung jari-jarinya
• Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
• Minat kepada kata baru dan artinya
• Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
• Membedakan besar dan kecil
• Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
21
Anak usia 6 tahun
• Ketangkasan meningkat
• Melompat tali
• Bermain sepeda
• Menguraikan objek-objek dengan gambar
• Mengetahui kanan dan kiri
• Memperlihatkan tempertantrum
• Mungkin menentang dan tidak sopan
Implikasi Keperawatan: Beri kesempatan untuk bermain dan berinteraksi sosial.
6. Usia Sekolah (6-12 tahun)
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik,
kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
Anak usia 6-7 tahun
• Membaca seperti mesin
• Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
• Membaca waktu untuk seperempat jam
• Anak wanita bermain dengan wanita
• Anak laki-laki bermain dengan laki-laki
• Cemas terhadap kegagalan
• Kadang malu atau sedih
• Peningkatan minat pada bidang spiritual
7. Remaja (12-18/20 tahun)
• Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologi
• Mencoba nilai-nilai yang berlaku
• Pertambahan maksimum pada tinggi, berat badan
• Stres meningkat terutama saat terjadi konflik
• Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk
• Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil), kesukaan
22
seksual mulai terlihat
• Menyesuaikan diri dengan standar kelompok
• Anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak wanita suka bicara tentang
pakaian, make-up
• Hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah, mulai melepaskan diri dari
orang tua
• Takut ditolak oleh teman sebaya
• Pada akhir masa remaja: mencapai maturitas fisik, mengejar karir, identitas
seksual terbuka, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang
begitu penting, emosi lebih terkontrol, membentuk hubungan yang menetap
Implikasi Keperawatan: Bantu remaja untuk mengembangkan kemampuan koping
atau strategi mengatasi konflik
8. Dewasa Muda (20-40)
• Gaya hidup personal berkembang
• Membina hubungan dengan orang lain
• Ada komitmen dan kompetensi
• Membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai orang tua
• Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan berpikir rasional
meningkat
• Pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam pekerjaan
meningkat
Implikasi Keperawatan: Menerima gaya hidup yang mereka pilih, membantu
dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka, dukung
perubahan yang penting untuk kesehatan
9. Dewasa Menengah (40-65 tahun)
• Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak
meninggalkan rumah
• Anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meningkatkan rumah
23
• Dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis lipatan pada
muka, dan lain-lain
• Waktu untuk bersama lebih banyak
• Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara menikah lagi
(dangerous age)
Implikasi Keperawatan: Bantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi
terhadap perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan kesehatan dan fokuskan perhatian individu pada kekuatan, bukan pada
kelemahan.
10. Dewasa Tua
a. Young-old (tua-muda), 65-74 tahun: Beradaptasi dengan masa pensiun
(penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat berkembang
penyakit kronik.
Dewasa Implikasi Keperawatan : Bantu individu dalam perawatan diri dan
mempertahankan kemampuan mandirinya jika memungkinkan
b. Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun: Diperlukan adaptasi terhadap
penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan sensorik dan peningkatan
ketergantungan terhadap orang lain.
Implikasi Keperawatan: Bantu individu untuk menghadapi kehilangan
(pendengaran, penglihatan, kematian orang tercinta).
c. Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas: Terjadi peningkatan gangguan kesehatan
fisik.
Implikasi Keperawatan: Bantu individu dalam perawatan diri dan
mempertahankan kemampuan mandirinya jika memungkinkan.
24
C. CONTOH DIALOG KOMUNIKASI TERAPEUTIK
CONTOH 1
A.FASE ORIENTASI
a).Salam Terapeutik
P: “Selamat pagi bu !”
K: “Selamat pagi”
P: “Perkenalkan nama saya Hasna. Pagi ini saya akan merawat ibu dari pukul
07.00 – 14.00. Kalau saya boleh tahu, nama ibu siapa ?”
K: “Nama saya Rina”
b). Evaluasi / Validasi
P: “Bagaimana tidurnya semalam bu ?”
K: “Oh, tidur saya semalam cukup nyenyak”
P: “Oh ya, ibu sudah mandi pagi ini ?”
K: ”Belum”
c). kontrak
P: “Baiklah bu, karena pagi ini ibu belum mandi, saya akan memandikan ibu
pagi ini agar ibu merasa segar dan ibu cepat sembuh. Kita melakukannya
disini saja bu,tidak lama ko’, kira-kira 20 menit.Bagaimana bu, apakah ibu
bersedia ?”
K: “Ya, saya bersedia.”
P:”Baiklah saya akan siapkan alat-alatnya dulu.”
B. FASE KERJA
25
1. Menyiapkan alat-alat di sebelah kanan pasien.
2. Memberitahu dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
3. Memasang sampiran (menutup jendela, pintu, gorden), selimut dan bantal-
bantal dipindahkan dari tempat tidur (bila bantal masih dibutuhkan dipakai
seperlunya).
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Mencuci tangan.
6. Memasang selimut mandi, lipatan bagian atas dipegang olehpasien, lipatan
bagian bawah ditarik bersama-sama dengan seprei atas dan selimut kearah
kaki.
7. Memberitahu pada pasien bahwa pakaian atas harus dibuka kemudian
menutup dengan selimut mandi /kain penutup (berdiri di sisikanan atau kiri
pasien).
8. membasuh muka:
- perlak dan handuk kecil dibentangkan di bawah kepala
- membersihkan muka, telinga, dan leher dengan waslap yang telah dibasahi
air. Tanyakan apakah pasienmau memakai sabun atau tidak.
- mengeringkan muka dengan handuk
- menggulung perlak dan handuk.
9. membasuh lengan:
- menurunkan selimut mandi, mengangkat atau mempersilahkan pasien
mengangkat kedua tangan ke atas.
- meletakkan handuk di atas dada dan melebarkan ke samping kanan dan
kiri sehingga kedua tangan dapat diletakkan di atas handuk
26
- membasahi tangan dengan waslap dan member sabun dimulai (dengan
tangan yang jauh dari perawat) dan membilas sampai bersih,kemudian
mengeringkandengan handuk (air kotor segera diganti).
Melakukan hal yang sama pada tangan yang dekat dengan perawat.
10. membasuh dada dan perut:
- menurunkan kain penutup sampai perut bagian bawah. Kedua tangan
dikeataskan, mengangkat handuk dan membentangkan pada sisi pasien
- membasahi dan member sabun pada ketiak, dada dan perut kemudian
membilas sampai bersih dan mengeringkan dengan handuk
- lakukan pada sisi klien yang terjauh kemudian pada sisi yang dekat.
11. Membasuh punggung:
- mengatur posisi pasien miring ke kiri
- membentangkan handuk di bawah punggung sampai bokong
-membasahi punggung sampai bokong , menyabun, membilas dan
mengeringkan dengan handuk
- mengatur posisi pasien terlentang dan memakai pakaian atas dengan rapi
(sebelumnya pasien menghendaki talk atau tidak).
12. Membasuh kaki:
- mengeluarkan kaki yang terjauh dari selimut mandi dan membentangkan
handuk di bawahnya dan menekuk lutut
- membasahi kaki,member sabun dan membilas kemudian mengeringkan
dengan handuk
- melakukan hal yang sama pada kaki yang satunya.
13. Membasuh daerah lipatan paha:
27
- membentangkan handuk di bawah bokong dan bagian bawah perut.
Selimut bawah dibuka
- membasahi lipatan paha dan genetalia kemudian menyabun, membilas
dengan air bersih dan mengeringkan dengan handuk. Untuk daerah genetalia
sebaiknya menggunakan sabun khusus.
14. Menggunakan kembali pakaian pasien bawah dan mengangkat selimut
mandi.
15. Memasang selimut pasien kembali dan bantal-bantal diatur, tempat tidur
danpasien dirapikan kembali.
16. Membereskan alat.
17. Mencuci tangan.
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
Subjektif: Bagaimana bu perasaan ibu setelah dimandikan pagi ini ? Apa
yang ibu rasakan ?
Objektif: Klien tampak segar,rambut dan pakaian tampak rapi.
Observasi respon klien selanjutnya.
2. Rencana tindak lanjut
P: “Baiklah bu, karena saya sudah selesai memandikan ibu, saya kembali ke
ruangan dulu, untuk nanti sore atau besok pagi apabila ibu ingin mandi, ibu
bisamelakukannya seperti yang saya lakukan tadi, minta bantuan keluarga
ibu, apakah ibu mengerti ?
K: “ Ya, terima kasih saya sudah mengerti”.
3. Kontrak yang akan datang
28
P: “ Silahkan ibu beristirahat kembali, nanti saya akan dating lagi sekitar
pukul 10.00 untuk memberikan suntikan melalui selang infus ibu, sebagai
obat rutin yang harus dimasukkan, tidak lama bu kira-kira 5 menit dan kita
melakukannya di sini saja. Apakah ibu bersedia ?”
K: “ Ya,saya bersedia”.
P:” Baiklah bu, apabila ibu memerlukan bantuan saya panggil saya di ruang
perawat ! Selamat pagi bu”.
K:” Selamat pagi”.
CONTOH 2
“ Nyeri Perut Saat Menstruasi ( dismenorchae ) “
Situasi : sdri. Jeni, berusia 18 tahun. Sering mengalami dismenorchae ketika
menstruasi. Pergi ke klinik perawat Susi untuk berkonsultasi.
1. Fase Orientasi
Jeni : sore bu..
Perawat Susi : sore.. masuk..
Jeni : iya bu, terima kasih. Begini bu, sesuai dengan perjanjian kemarin, hari ini
saya ingin melakukan konsultasi tentang nyeri ketika menstruasi..
Perawat Susi : iya.. silahkan diceritakan keluhannya..
2. Fase Kerja
Jeni : bnyeri saat begini bu, saya sering mengalami nyeri perut saat haid. Itu
kenapa ya bu?
29
Perawat Susi : nyeri perut itu disebut dismenore, disebabkan banyak hal
contohnya seperti peradangan panggul, tumor, kelainan letak uterus, selaput yang
tidak berlubang, stress juga bisa dan tidak seimbangnya hormone tubuh.
Jeni : lalu bagaimana bu cara mengatasinya?
Perawat Susi : banyak cara yang bisa dilakukan, seperti mengkonsumsi obat anti
peradangan, relaksasi, kompres dengan air hangat, tidur yang cukup, konsumsi
vitamin B kompleks dan banyak minum air putih. Bahkan sekarang juga ada
teknik yoga. Namun dismenore termasuk kewajaran kok.
3. Fase Terminasi
Perawat Susi : jadi bagaimana, apa sudah mengerti?
Jeni : iya bu, terima kasih. Minggu depan saya kembali lagi ya bu. Waktunya
sama seperti hari ini, bagaimana bu?
Perawat Susi : iya.. jangan lupa dirumah dipraktekkan ya..
Jeni : iya bu,terima kasih. Selamat sore..
Perawat Susi : iya sama-sma.. sore..
D. CONTOH-CONTOH SAP
30
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Mata Ajaran : Keperawatan Jiwa
Topik : Tumbuh Kembang Anak
Sub Topik : Mengasuh dan Membimbing Anak Toddler
Sasaran : Keluarga dengan anak toddler ( Usia 1 – 3 Tahun)
Tempat : RT 05 / RW 07 Kelurahan Kayu Putih Jakarta Pusat
Hari/Tanggal : Jumat, 20 Januari 2013
Waktu : Pk. 16.00 – 17.00 WIB ( 1 jam )
A. LATAR BELAKANG
Sebelum dilaksanakan penyuluhan pada masyarakat RT 05 / RW 07 Kelurahan Kayu
Putih Jakarta Pusat, kelompok mengadakan pendekatan kepada pejabat RT terkait (Ketua
dan Sekretaris RT). Dari pendekatan tersebut, sekretaris RT mengungkapkan bahwa
masalah yang dominan pada RT 05 tersebut adalah masalah yang berkaitan dengan
tumbuh kembang anak balita. Survey yang dilakukan keesokan harinya pada 16 keluarga
menemukan bahwa prosentase terbanyak anak balita adalah anak usia 1 – 3 tahun. Jika
dikelompokkan dalam tahap perkembangan usia tersebut adalah usia toddler. Dari survey
itu pula ditemukan banyak permasalahan dalam pembinaan tumbuh kembang oleh
keluarga dengan anak toddler. Dengan data tersebut maka kelompok memutuskan untuk
memberikan penyuluhan tentang mengasuh dan membimbing anak usia toddler.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir proses penyuluhan keluarga dapat mengenal dan memahami cara mengasuh
dan membimbing anak usia toddler.31
C. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat :
1. Menjelaskan mengapa anak perlu diasuh dan dibimbing
2. Menyebutkan tentang hal yang perlu diperhatikan dalam mengasuh dan
membimbing anak
3. Menyebutkan hakikat mengasuh dan membimbing anak
4. Menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia toddler (1 – 3
tahun)
D. SASARAN
Keluarga dengan anak usia toddler dengan latar pendidikan yang berbeda (15 –
20 orang)
E. MATERI ( TERLAMPIR)
1. Mengapa anak perlu diasuh dan dibimbing
2. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengasuh dan membimbing anak
3. Hakekat mengasuh dan membimbing anak
4. Mengasuh dan membimbing anak usia toddler 1 – 3 tahun
F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
G. MEDIA
1. Flip Chart
2. Leaflet
3. Poster
H. METODE EVALUASI
1. Keluarga dapat menjelaskan mengapa anak perlu diasuh dan dibimbing
32
2. Keluarga dapat menyebutkan tentang hal yang perlu diperhatikan dalam
mengasuh dan membimbing anak
3. Keluarga dapat menjelaskan tentang hakekat mengasuh dan membimbing
anak
4. Keluarga dapat menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia
toddler (1 – 3 tahun)
I. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
1. 10 Menit Pembukaan
1. Sambutan dari Ketua RT sekaligus
membuka acara penyuluhan
2. Penyuluh memulai penyuluhan
dengan mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan
5. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
6. Membagikan leaflet
1. Memperhatikan
2. Menjawab salam
3. Memperhatikan
4. Memperhatikan
5. Memperhatikan
6. Menerima dan
membaca
2. 35 Menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan mengapa anak perlu
diasuh dan dibimbing
2. Menyebutkan tentang hal yang perlu
diperhatikan dalam mengasuh dan
membimbing anak
3. Menyebutkan hakikat mengasuh dan
membimbing anak
1. Memperhatikan
2. Memperhatikan
33
4. Memberikan kesempatan pada
audience untuk bertanya dan
memberikan jawaban atas
pertanyaan
5. Menjelaskan tentang mengasuh dan
membimbing anak usia toddler (1 - 3
tahun)
6. Memberikan kesempatan pada
audience untuk bertanya dan
memberikan jawaban atas
pertanyaan
3. Memperhatikan
4. Bertanya dan
mendengarkan
jawaban
5. Memperhatikan
6. Bertanya dan
mendengarkan
jawaban
3. 10 Menit Evaluasi :
1. Meminta audience menjelaskan
mengapa anak perlu diasuh dan
dibimbing
2. Meminta audience menyebutkan
tentang hal yang perlu diperhatikan
dalam mengasuh dan membimbing
anak
3. Meminta audience menyebutkan
tentang hakikat mengasuh dan
membimbing anak
4. Meminta audience menjelaskan
tentang mengasuh dan membimbing
anak usia toddler (1 - 3 tahun)
1. Menjelaskan
mengapa anak
perlu diasuh dan
dibimbing
2. Menyebutkan
tentang hal yang
perlu diperhatikan
dalam mengasuh
dan membimbing
anak
3. Menyebutkan
tentang hakikat
mengasuh dan
34
membimbing anak
4. Menjelaskan
tentang mengasuh
dan membimbing
anak usia toddler
(1 – 3 tahun)
4. 5 Menit Terminasi
1. Mengucapkan terimakasih atas
perhatian yang diberikan
2. Mengucapkan salam penutup
1. Memperhatikan
2. Membalas salam
J. PENGORGANISASIAN KELOMPOKPembawa Acara : Wiwin Aswati
: Paulina G.D
Penyuluh : Saleh Al-Ayubi
: Yopi Juliantara
Observer : Heri Irawan
: Ining Tias Biltin
Konsumsi : Wahyu
: Syahidaturrahma
Pembantu Umum : Rista
: Tri Ayu
K. DAFTAR PUSTAKA
35
Markum A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 1995
Whaley & Wong, Nursing Care of Infant’s and Children, Fifth Edition, Mosby
Company, Missouri, 1995
Martono, Lydia Herlina, Mengasuh dan Membimbing Anak Dalam Keluarga,
Edisi I, PT Pustaka Antara, Jakarta, 1996
36
MATERI PENYULUHAN :
MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK USIA TODDLER (USIA 1 – 3
TAHUN)
MENGAPA ANAK PERLU DIASUH DAN DIBIMBING
Anak perlu diasuh dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah bertumbuhnya anak dari segi jasmani.
Perkembangan ialah berkembangnya kepribadian anak, dari seorang mahluk yang
tadinya secara mutlak bergantung pada lingkungannya, menjadi seorang yang secara
relatif mandiri dan berguna bagi lingkungannya.
Perkembangan anak merupakan proses. Artinya, perkembangan itu meliputi berbagai
aspek kehidupan manusia, dan terjadi sebagai hasil interaksi antara faktor bawaan dan
faktor lingkungan. Agar perkembangan itu berjalan sebaik-baiknya, anak perlu diasuh
dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan
berkeluarga.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENGASUH DAN
MEMBIMBING ANAK
Sebagaimana dijelaskan diatas, perkembangan anak dipengaruhi oelh faktor bawaan
dan faktor lingkungan. Kedua faktor itu perlu diperhatikan dalam mengasuh anak.
1. Faktor bawaan
Faktor bawaan adalah sifat yang dibawa anak sejak lahir :
- Ada anak yang penyabar, pemarah, pendiam, banyak bicara, cerdas, bodoh,
dll
- Keadaan fisik yang berbeda-beda, ada yang tinggi/pendek, ada yang berkulit
hitam/putih, hidung mancung/pesek, dll
37
Faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat, atau melemahkan pengaruh
faktor lingkungan. Setiap anak itu unik, artinya bahwa tidak ada satu anak pun
yang persis sama. Dalam mengasuh dan membimbing anak, kita tidak boleh
membandingkan perkembangan anak yang satu dengan yang lainnya, tanpa
memperhatikan sifat mereka masing-masing.
2. Faktor lingkungan
Adalah pengaruh luar atau lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Faktor lingkungan meliputi suasana lingkungan dalam keluarga dan hal lain yang
berpengaruh dalam perkembangan anak, seperti sarana dan prasarana yang
tersedia, misalnya alat bermain, lapangan bermain atau televisi.
Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari anak,
sehingga mempercepat perkembangan anak. Namun, faktor lingkungan juga
dapat mmeperlambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan anak. Peran
orangtua adalah menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak
ke arah yang positif.
3. Faktor status nutrisi
Makanan memegang peranan yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena
anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa.
Kekurangan makanann yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan
anak. Makan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat menyebabkan
kegemukan. Kedua keadaan ini dapat meningkatkan resiko anak terserang
penyakit.
ASI juga memegang peranan dalam mencegah anak terserang penyakit. Itu
disebabkan karena ASI disamping mempunyai nilai gizi yang tinggi juga
mengandung berbagai macam zat anti yang melindungi anak dari berbagai
infeksi. Pemberian makanan empat sehat lima sempurna pada anak toddler sangat
dianjurkan karena anak pada usia ini sangat membutuhkan energi untuk
aktivitasnya.
38
HAKIKAT MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK
- Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mendidik anak.
Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan dasar-dasar pertama
perkembangan anak
- Mengasuh dan membimbing anak ialah mendidik anak agar kepribadian anak
dapat berkembang dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadi manusia dewasa
yang bertanggung jawab.
- Mengasuh dan mebimbing anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak, baik
aspek jasmani, intelektual, emosional dan keterampilan, serta aspek norma dan
nilai.
- Hakikat mengasuh dan membimbing anak meliputi pemberian kasih sayang dan
rasa aman, sekaligus disiplin dan contoh yang baik. Oleh karena itu, diperlukan
suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia
- Mengasuh dan membimbing anak selain merupakan tantangan dalam keluarga,
juga merupakan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan.
- Mengasuh dan membimbing anak membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dan kesabaran orangtua
MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK USIA TODDLER (1 – 3
TAHUN)
Dengan bertambah matangnya perkembangan fisik, anak usia toddler sudah bisa berjalan.
Ia mulai menyadari bahwa gerakan badannya dapat diaturnya sendiri, dikuasai, dan
digunakannya untuk suatu maksud. Tahap ini merupakan tahap pembentukan rasa
otonomi diri.
Apabila terdapat gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri, maka anak akan
dikuasai rasa malu, ragu-ragu, dan pengekangan diri yang berlebihan.
1. Ciri dan tuntutan perkembangan
Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan kemauannya sendiri,
sehingga ia seolah-olah ingin mencoba apa yang dapat dilakukannya. Tak henti-
39
hentinya ia berjalan kian kemari dengan perasaan senang dan puas, tangannya
pun akan meraih segala sesuatu yang terjangkau olehnya.
Anak pun dapat menuntut atau menolak apa yang ia kehendaki atau tidak ia
kehendaki. Akan tertanam perasaan otonomi diri, yaitu rasa kemampuan
mengatur badannya dan lingkungannya sendiri. Hal ini menjadi dasar
terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri di kemudian hari
2. Sikap orangtua
- Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-hal
yang diperkirakan mampu ia kerjakan, sehingga akan menumbuhkan rasa
kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas untuk melindungi dari bahaya,
karena dorongan anak berbuat belum diimbangi oleh kemampuan untuk
melaksanakannya secara wajar dan rasional
- Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan demikian ia
akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan. Namun jangan lupa
bahwa dalam bermain atau berhubungan dengan orang lain, anak masih
bersifat egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan memperlakukan orang
lain sebagai obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri
- Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang mudah
dimengerti
- Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan doronglah
agar ia mau menceritakan kepada anda apa yang ia lihat atau dengar
- Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat lainnya
- Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain, membantu
kegiatan rumah tangga yang ringan dan menanggalkan pakaiannya tanpa
dibantu. Hal ini akan melatih anak untuk bertanggung jawab.
- Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan buang air
besar pada tempatnya, namun jangan terlalu ketat
- Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan ajaklah ia
makan bersama keluarga
- Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak mau
bermain balok-balok atau menggambar
40
- Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun jangan
terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuk dan tenangkanlah anak
ketika ia kecewa dengan cara memeluknya dan mengajaknya berbicara.
Gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri akan berakibat bahwa anak dikuasai
oleh rasa malu dan keragu-raguan serta pengekangan diri yang berlebihan.
Sebaliknya, dapat juga terjadi sikap melawan dan memberontak.
3. Gangguan / penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini
- Kesulitan makan, terutama bila ibu memaksa makan
- Suka mengadat (ngambek/tempertantrum)
- Tingkah laku kejam
- Tingkah laku menentang dan keras kepala
- Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang diwarnai oleh sikap
menyerang
41
PRE PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN
HIPERTENSI
A. LATAR BELAKANG
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat pada saat Praktek
Belajar Lapangan di Lingkungan XI terhadap Ny. Z yang menderita hipertensi
Pada pemeriksaan fisik perawat memperoleh data TD 165/90 mmHg, nadi 80
x/menit dan klien bertanya tentang keadaan dirinya yang menderita hipertensi.
Mengingat hal tersebut diatas perawat memberikan pendidikan kesehatan
mengenai hipertensi agar pasien dapat mengenal lebih jauh mengenai hipertensi
dan dapat menjaga kesehatannya .
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit diharapkan keluarga
mengerti dan memahami tentang hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi, keluarga
dapat
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
c. Menjelaskan rekomendasi tindak lanjut bagi pasien hipertensi.
d. Menjelaskan penatalaksanaan hipertensi
e.
B. SASARAN
Keluarga ( Ny. Z) Jl. Eka Surya Gg. Eka Kencana
42
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN
1. Hari/ Tanggal : Senin/ 15 Agustus 2009
2. Waktu : 11.00 Wib – selesai
3. Tempat : Jl. Eka Surya Gg. Eka Kencana
E. MEDIA
Leaflet
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1 Pembukaan Memberi salam
Menjelaskan
tujuan
Menjawab
salam
Mendengarkan
dan
memperhatikan
5 menit
2 Kegiatan Inti Menjelaskan
pengertian
hipertensi
Menjelaskan
tanda dan gejala
hipertensi
Menjelaskan
tentang
rekomendasi
tindak lanjut bagi
penderita
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Mendengrkan
dan
memperhatikan
Mendengarkan
dan
memperhatikan
10 menit
43
hipertensi
Menjelaskan
penatalaksanaan
hipetensi Mendengarkan
dan
memperhatikan
3 Penutup Melakukan
Tanya jawab
dengan peserta
penyuluhan
Menutup
penyuluhan dan
menyimpulkan
Mengucapkan
salam
Bertanya atau
menjawab
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Menjawab
salam
10 menit
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
- Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
- Media dan alat memadai
- Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan
2. Evaluasi Proses
- Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan jadwal yang direncanakan
- Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses
penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
80 % pertanyaan dapat dijawab oleh klien
44
L. MATERI PENYULUHAN HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam arteri jika sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg.
2. Penyebab
Ada beberapa faktor peneyebab terjadinya hipertensi antara lain :
a. Faktor keturunan
b. Ciri perseorangan, misal usia, jenis kelamin, ras
c. Kebiasaan hidup
Konsumsi Na/ garam yang tinggi
Kegemukan (obesitas)
Stres
Merokok, minum alkohol
3. Tanda dan gejala
a. Peningkatan tekanan darah
b. Sakit kepala
c. Pusing
d. Rasa berat di tengkuk
e. Epistaksis
f. Cepat marah
4. Penatalaksanaan
a. Mengurangi asupan garam / Na
Pembatasan konsumsi garam harus memperhatikan kebiasaan makan
pasien, dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak
45
mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol/hari,
tidak berarti menambahkan garam pada waktu makan. Memasak tanpa
garam, menghindari makanan yang diasinkan, dan menggunakan mentega
yang bebas garam.
b. Menghindari kegemukan
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan normal atau
tidak berlebihan
c. Membatasi konsumsi lemak
Konsumsi kolesterol dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 30 mg setiap
hari
d. Olahraga teratur
Olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer, juga menimbulkan
perasaan santai dan mengurangi berat badan
e. Menghindari faktor resiko seperti : merokok, minum alkohol dan stres
f. Makan buah dan sayuran segar
5. Komplikasi
a. Perdarahan otak
b. Pembesaran jantung
c. Stroke
6. Obat tradisional untuk mengatasi hipertensi
a. Buah belimbing
Buah ini bisa mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya.
Cara pembuatan dan penggunaan :
Ambil buah yang cukup besar dan sudah agak matang, diparut halus,
kemudian air parutan di peras sebanyak 1 gelas, air perasan ini diminum
46
setiap pagi. Lakukan selama 3 minggu sampai 1 bulan, setelah 1 bulan,
bisa dikurangi minumnya 2 hari sekali saja. Tidak perlu menambahkan
gula pasir atau sirup pada air perasannya.
b. Daun seledri
Cara pembuatan dan penggunaan :
Ambil segenggam daun seledri di tumbuk sampai halus, saring, dan peras
dengan memakai kain halus, air saringan usahakan 1 gelas, diamkan
selama lebih kurang 1 jam, kemudian diminum pagi hari dan sore dengan
sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas.
c. Bawang putih
Cara pembuatan dan penggunaan :
Ambil 3 siung bawang putih mentah, makan secara langsung setiap pagi
dan sore hari. Pilihlah bawang putih yang kulitnya berwarna coklat
kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak dapat makan secara
langsung, bisa direbus atau dikukus dulu, namun karena banyak zat-zat
berkhasiatnya yang ikut larut dalam air rebusan, sebaiknya ditambah
menjadi 8-9 siung sekali makan.
d. Mentimun
Cara pembuatan dan penggunaan :
Mentimun bisa dimakan atau diambil airnya (dijus) 2-3 kali, 2 buah sehari.
e. Buah mengkudu/ pace
Cara pembuatan dan penggunaan :
47
Ambil 1 buah pace ukuran sedang yang sudah cukup tua (masak), cuci
bersih dan diiris atau di parut, kemudian peras airnya. Air perasan
diminum sekaligus. Diminum 2-3 kali sehari
f. Daun alpukat
Cara pembuatan dan penggunaan :
Ambil daun alpukat segar 5-7 lembar, cuci bersih, tambahkan air 2 gelas
kemudian rebus samapai diperoleh 1 gelas larutan. Minum sekaligus atau
dibagi 2 menjadi 2 kali minum pagi dan sore.
48
M. DAFTAR PUSTAKA
HTTP : //www.tempo.co.id/medika/arsip/112002/hor-2.htm
HTTP : //www.pikiran-rakyat.com/cetak/0403/13/1001.htm
Miller, Carol A. 1995. Nursing care of Older Adult. Second edition. Philadelphia:
JB Lippincot
Skach, Daley, Forsmark, 1996, Penuntun Terapi Medis, Jakarta, EGC
Sarwono, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi ketiga, Jakarta,
Balai Penerbit FKUI
Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2, Jakarta: EGC
49
BAB III
PENUTUP
Keperawatan secara keseluruhan berada dalam gerakan mengadakan
perubahan, menuju kepada suatu tingkat perkembangan sesuai dengan hakikatnya
sebagai suatu profesi. Berbagai teori baru dalam bidang keperawatan
dikembangkan, selanjutnya memengaruhi aspek-aspek lain dalam keperawatan,
khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan, dan pendidikan keperawatan.
Perubahan yang terjadi di samping adanya tekanan yang bersifat internal, juga
karena tekanan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan, terutama
dalam menuntut pelayanan yang benar, bermutu, tuntas dan manusiawi.
Berbagai teori yang berkembang dalam bidang keperawatan bertolak dari berbagai
cara konseptualisasi dari keperawatan, akan memperkaya khasanah keilmuan
dalam bidang keperawatan, dan memacu upaya mencari kebenaran dalam 4
komponen paradigm keperawatan, yaitu manusia, sehat, lingkungan dan
keperawatan. Adalah tanggung jawab para perawat selanjutnya untuk
menggunakan dan menguji berbagai model yang telah dikembangkan oleh
ilmuwan keperawatan. Hal yang demikian ini akan memacu perkembangan
keperawatan selanjutnya, khususnya perkembangan pendidikan dan
pelayanan/asuhan keperawatan. Perawat bertanggung jawab sendiri untuk
mengembangkan keperawatan menuju ke arah yang benar, sesuai hakikat
keperawatan. Perubahan-perubahan yang diintroduksikan pada akhirnya harus
tercerminkan dalam pemanfaatan pada upaya meningkatkan harkat dan martabat
manusia. Sungguh suatu pekerjaan yang berat, namun sangat mulia.
50
DAFTAR PUSTAKA
George, J.B. 1989. Nursing Theories The Base For Proffesional Nursing
Practice, Third Edition. New Jersey.
Husin, M. 1992.” Perkembangan Keperawatan”. Makalah Pelatihan Kemampuan
Guru DIII dan SPK Dalam Pendayagunaan Laboratorium Keperawatan Institusi
Pendidikan. AKPER Depkes Bandung.
Kozier, B. 1986. Consepts and Issues In Nursing Practice. Menlo Park California:
Addision Wesley Publishing Company.
Perason, A and Vaughan, B. 1986. Nursing Models for Practice, First Edition.
Great Britain Anchor Brendon Ltd.
51