8 - askep efusi pleura sgd 3

57
A. TINJAUAN TEORI 1. DEFINISI Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi. Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura : Cairan serusa (hidrothorax),Darah (hemothotaks),Chyle (chylothoraks), dan Nanah (pyothoraks atau empyema). Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000). Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan 1

Upload: bayu-dellonge

Post on 24-Jun-2015

730 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

A. TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI

Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan

tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang

berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama

inhalasi. Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura : Cairan

serusa (hidrothorax),Darah (hemothotaks),Chyle (chylothoraks), dan Nanah

(pyothoraks atau empyema).

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit

primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat

berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa

darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara

permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural

mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang

memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,

2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga

pleura. (Price C Sylvia, 1995)

2. EPIDEMIOLOGI

Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya di

Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Bila di negara-

negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif,

1

Page 2: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta

org/th. Di Indonesia TB Paru adalah peyebab utama efusi pleura, disusul oleh

keganasan. 2/3 efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan

karena TB lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura

ditentukan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam

cairan pleura.

3. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI

Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi

permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan

membungkus paru-paru).

Bisa terjadi 3 jenis efusi yang berbeda:

1) Efusi Transudat dapat disebabkan oleh biasanya disebabkan oleh suatu kelainan

pada tekanan normal di dalam paru-paru. Seperti kegagalan jantung kongestif

(gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis),

syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.

2) Efusi Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia, tumor, infark paru, radiasi,

penyakit kolagen. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat,

asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa

menyebabkan efusi pleura eksudativa.

3) Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,

tuberkulosis.

Penyebab lain dari efusi pleura adalah:

Gagal jantung

Kadar protein darah yang rendah

Sirosis

Pneumonia

2

Page 3: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Blastomikosis

Koksidioidomikosis

Tuberkulosis

Histoplasmosis

Kriptokokosis

Abses dibawah diafragma

Artritis rematoid

Pankreatitis

Emboli paru

Tumor

Lupus eritematosus sistemik

Pembedahan jantung

Cedera di dadA

Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,

nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)

Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

Ada berbagai keganasan yang dapat menimbulkan efusi pleura, namun pada umumnya

disebabkan oleh metastasis tumor ganas dari bagian tubuh yang lain; karena keganasan

primer pleura sendiri, yaitu mesotelioma pleura sangat jarang ditemukan. Keganasan

yang paling sering mengakibatkan efusi pleura adalah karsinoma paru, baik berupa

karsinoma epidermoid, karsinoma sel kecil, adenokarsinoma, maupun karsinoma sel

besar. Jenis kanker paru yang paling banyak menimbulkan efusi pleura adalah

adenokarsinoma, karena keganasan ini biasanya terletak di daerah perifer paru.

Limfoma dan keganasan lain pada kelenjar limfe di daerah hilus pare dan mediastinum

juga dapat menyebabkan efusi pleura.

Berdasarkan sumber lain, penyebab efusi pleural yaitu:

3

Page 4: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti

pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig

(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.

2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,

virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,

karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia

80% karena tuberculosis.

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,

tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari

empat mekanisme dasar :

Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

Penurunan tekanan osmotic koloid darah

Peningkatan tekanan negative intrapleural

Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

4. PATOFISIOLOGI

Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi

oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat

dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis

sebesar 9 cm H₂O dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis 10 cm H₂O. Cairan

pleura terakumulasi ketika pembentukan cairan pleura lebih besar dari absorbsi cairan

pleura

Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh

permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler

pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik

elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,

sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase

cairan disini mencapai 1 liter seharinya.

4

Page 5: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, hal ini terjadi bila

keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia

akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan

vena (gagal jantung).

Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila:

1. Tekanan osmotik koloid menurun dalam darah pada penderita hipoalbuminemia

dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau

neoplasma

2. Terjadi peningkatan:

• Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma)

• Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung/ vena pulmonalis

(kegagalan jantung kiri)

• Tekanan negatif intra pleura (atelektasis)

(Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).

Efusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum

pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik

dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan

tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang

berlebihan ke dalam rongga pleura (3) menurunnya tekanan osmotik koloid plasma

yang menyebabkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab

peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan

membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam

rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).

Efusi pleura dapat berupa eksudat dan transudat. Transudat terjadi pada peningkatan

penekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kongestif. Pada kasus ini,

keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh. Penimbunan

transudat dalam rongga pleura dikenal dengan nama hidrotoraks. Cairan pleura

cenderung tertimbun pada dasar paru akibat daya gravitasi. Penimbunan eksudat

timbul sebagai akibat sekunder dari peradangan atau keganasan pleura, dan akibat

5

Page 6: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

peningkatan permeabelitas kapiler/ gangguan absorbsi getah bening. Eksudat

dibedakan dengan transudat. Dari kadar protein yang dikandung dan dari berat

jenisnya. Transudat memiliki berat jenis kurang dari 1.015 dan kadar proteinnya

kurang dari 3% , sedangkan eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih

tinggi karena banyak mengandung sel.

6

Page 7: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

5. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan

bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit

penyebabnya. Akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit

berikut: Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus

eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.

Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi:

a. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi

karena cedera di dada.

Penyebab lainnya adalah:

pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke

dalam rongga pleura

kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang

kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura

gangguan pembekuan darah.

Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga

biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.

b. Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses

paru menyebar ke dalam rongga pleura.

Empiema bisa merupakan komplikasi dari:

Pneumonia

Infeksi pada cedera di dada

Pembedahan dada

Pecahnya kerongkongan

Abses di perut.

7

Page 8: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

c. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada)

disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus

torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor.

6. GEJALA KLINIS

Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul

ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan

semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa

penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: batuk,cegukan,pernafasan yang cepat,dan

nyeri perut. Sekitar 25% penderita efusi pleura keganasan tidak mengalami keluhan

apapun pada saat diagnosis ditegakkan.

Gejala lainnya:

Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah

cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak

napas.

Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri

dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak

keringat, batuk, banyak riak.

Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan

cairan pleural yang signifikan.

Gejala klinis dari efusi pleura biasanya disebabkan oleh penyakit dasar pneumonia

akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis. Sementara efusi

malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Efusi pleura yang dibahas akan

menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi

nafas minimal atau tidak sama sekali mengahsilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi.

Bila terdapat efusi pleura kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak terjadi.

8

Page 9: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

7. PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi : pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung,

iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun.

Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari

posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Pernapasannya

biasanya dyspneu.

Palpasi : Fremitus tokal menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah

cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan

dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

Perkusi : Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila

cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas

cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam

posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di

bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi : Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan

makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian

paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis

kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya

bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e

sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty

Abdol, 1994,79)

Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan

cairan pleural yang signifikan.

Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena

cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam

pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah

pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung

(garis Ellis Damoiseu).

Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian

atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena

9

Page 10: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati

vesikuler melemah dengan ronki.

Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium :

Rontgen dada : Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang

dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya

cairan.

CT scan dada: CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan

bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

 USG dada: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan

yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

Torakosentesis : Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui

dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui

torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan

diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

Biopsi:Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka

dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk

dianalisa.

Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,

penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.Biopsi pleura perlu

dipikirkan setelah hasil pemeriksaan sitologik ternyata negatif. Diagnosis

keganasan dapat ditegakkan dengan biopsi pleura tertutup pada 3060% penderita.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa biopsi yang dilakukan berulang (dua

10

Page 11: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

sampai empat kali) dapat meningkatkan diagnosis sebesar 24%. Biopsi pleura

dapat dilakukan dengan jarum.

Analisa cairan pleura : Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks

posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura

sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak

cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA

ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.

 Bronkoskopi : Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan

sumber cairan yang terkumpul.

Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan

pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah

didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:

1.  Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin,

amylase, pH, dan glucose

2.  Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui

kemungkinan terjadi infeksi bakteri

3.  Pemeriksaan hitung sel

4.  Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan

Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologik mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan

diagnosis efusi pleura, meskipun tidak berguna dalam menentukan faktor

penyebabnya. Pada foto toraks terlihat perselubungan homogen dengan batas atas

yang cekung atau datar, dan sudut kostofrenikus yang tumpul; cairan dengan

jumlah yang sedikit hanya akan memberikan gambaran berupa penumpulan sudut

kostofrenikus. Cairan berjumlah kurang dari 100 ml tidak akan terlihat pada foto

11

Page 12: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

toraks yang dibuat dengan teknik biasa. Bayangan homogen baru dapat terlihat

jelas apabila cairan efusi lebih dari 300 ml. Apabila cairan tidak tampak pada foto

postero-anterior (PA), maka dapat dibuat foto pada posisi dekubitus lateral.

9. DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS

Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di

konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat

diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml,

sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanya

300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus

yang tidak tajam. Apabila cairan yang terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan

menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang terkena efusi pada

saat inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi

didapatkan suara pernapasan menurun, dan vocal fremitus yang menurun.

10. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN

Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap

penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan penekanan

maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan

yang terkumpul).

Efusi karena gagal jantung penatalaksanaannya:

1. Diuretik

2. Torakosentesis diagnostik bila:

a. Efusi unilateral

b. Efusi menetap dengan terapi diuretic

c. Efusi bilateral, ketinggian cairan

berbeda bermakna

d. Efusi+febris

12

Page 13: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

e. Efusi+nyeri dada pleuritik

Efusi pleura karena pleuritis tuberculosis pengobatannya:

Obat anti tuberkulosis(minimal 9 bulan)+ kortikosteroid dosis 0,75-1mg/kg BB/ Hari

selama 2-3 minggu, setelah ada respons diturunkan bertahap+ torakosentesis

terapeutik, bila sesak atau efusi>tinggi dari sela iga,

Efusi pleura keganasan

Penanganan efusi pleura keganasan hampir selalu bersifat paliatif dengan tujuan untuk

mengurangi gejala-gejala dan mencegah pembentukan cairan pleura. Pengobatan

terhadap kanker primer dapat diberikan apabila diketahui lokasinya serta terdapat

pengobatan untuk tumor tersebut. Penanganan paliatif pada efusi pleura keganasan

dapat berupa aspirasi cairan, pleurodesis, dan pembedahan.

Aspirasi Cairan Pleura

Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan jalan aspirasi secara berulang atau dengan

pemasangan selang toraks yang dihubungkan dengan Water Seal Drainage (WSD).

Cairan yang dikeluarkan pada setiap kali pengambilan sebaiknya tidak lebih dari 1000

ml untuk mencegah terjadinya edema paru akibat pengembangan paru secara

mendadak.

Water Seal Drainase (WSD)

1. Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan

cairan melalui selang dada.

2. Indikasi

a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus

b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah

toraks

c. Torakotomi

d. Efusi pleura

13

Page 14: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3. Tujuan Pemasangan

Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian

Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

4. Tempat pemasangan

a. Apikal

Letak selang pada interkosta III mid

klavikula

Dimasukkan secara antero lateral

Fungsi untuk mengeluarkan udara dari

rongga pleura

b. Basal

Letak selang pada interkostal V-VI atau

interkostal VIII-IX mid aksiller

Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari

rongga pleura

5. Jenis WSD

Sistem satu botol

Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan

simple pneumotoraks

Sistem dua botol

Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol

kedua adalah botol water seal.

System tiga botol

Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol.

System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.

Pleurodesis :

14

Page 15: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Tujuan utama tindakan ini adalah melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis,

dengan jalan memasukkan suatu bahan kimia atau kuman ke dalam rongga pleura

sehingga terjadi keadaan pleuritis obliteratif.

Pembedahan :

Pleurektomi jarang dikerjakan pada efusi pleura keganasan, oleh karena efusi pleura

keganasan pada umumnya merupakan stadium lanjut dari suatu keganasan dan

pembedahan menimbulkan risiko yang besar. Bentuk operasi yang lain adalah ligasi

duktus toraksikus dan pintas pleuroperitoneum. Kedua pembedahan ini terutama

dilakukan pada efusi pleura keganasan akibat limfoma atau keganasan lain pada

kelenjar limfe hilus dan mediastinum, di mana cairan pleura tetap terbentuk setelah

dilakukan pleurodesis.

Terapi kanker paru

a) Kemoterapi sistemik pada limfoma, kanker mammae dan karsinoma paru small

cell

b) Radioterpi pada limfoma

Pasien dengan lama harapn hidup pendek atau keadaan buruk: torakosentesis

terapeutik periodic

Efusi pleural dengan empiema

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.

Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka

pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat

sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan

untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).

Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis:

15

Page 16: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Diberikan terapi antibiotik jangka panjang. Jika darah memasuki rongga pleura

biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui selang tersebut bisa juga

dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase

dan streptodornase). Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat

dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan. Pengobatan

untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa

dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat

aliran getah bening.

Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau

beberapa minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan

elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan

pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase

water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.

Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang

pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih

lanjut.

Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah

plerektomi, dan terapi diuretic.

16

Page 17: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,

alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,

status pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari

pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi

pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri

pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisasi terutama pada

saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda

seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan

menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu

muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau

menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,

pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan

untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

17

Page 18: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-

penyakit yang disinyalir sebagai penyebab efusi pleura seperti kanker paru,

asma, TB paru dan lain sebagainya.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya

serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap

dirinya.

g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi

perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan

persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan

pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi

pasien. Pasien dengan efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu

makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien

dengan efusi pleura keadaan umumnya lemah.

3) Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan

ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum

pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan

menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen

menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

4) Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan

pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping

itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada dan

18

Page 19: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu

oleh perawat dan keluarganya.

5) Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu

akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang

ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,

berisik dan lain sebagainya.

6) Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan

peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat

menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh

anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di masyarakat

pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan

interpersonal pasien.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat,

tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam,

pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit

berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan

gambaran positif terhadap dirinya.

8) Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga

dengan proses berpikirnya.

9) Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan

terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan

kondisi fisiknya masih lemah.

10) Pola penanggulangan stress

Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami

stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter

19

Page 20: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai

penyakitnya.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada

Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari

Tuhan.

h. Pemeriksaan fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara

umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku

pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat

kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi

badan berat badan pasien.

2) Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung,

iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun.

Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui

dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien

biasanya dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya >

250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada

yang tertinggal pada dada yang sakit.

Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya

tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan

berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam

posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas

di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

20

Page 21: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk

cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari

parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari

atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda

i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan

terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus,

Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)

i. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium

1. Pemeriksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc

tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa

penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura sub pulmonal, meski cairan

pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma

kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral

dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang

memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).

2. Biopsi Pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan

melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui

adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy

tuberculosa dan tumor pleura) (Soeparman, 1990, 788).

j. Pemeriksaan Laboratorium

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :

a. Pemeriksaan Biokimia

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang

perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Transudat Eksudat

Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3

21

Page 22: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5

Kadar protein dalam serum

Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200

Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6

Kadar LDH dalam serum

Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016

Rivalta Negatif Positif

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan

juga cairan pleura :

- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit

infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma

- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis

adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).

b. Analisa cairan pleura

- Transudat : jernih, kekuningan

- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

- Hilothorax : putih seperti susu

- Empiema : kental dan keruh

- Empiema anaerob : berbau busuk

- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

c. Perhitungan sel dan sitologi

Leukosit 25.000 (mm3):empiema

Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru

Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.

Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan

jamur

Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan

tampak kemorogis, sering dijumpai pada

22

Page 23: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit >

100000 (mm3 menunjukkan infark paru, trauma

dada dan keganasan.

Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa

disingkirkan.

Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat

ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih

terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat

mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis

(Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)

d. Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo

cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB

kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang

positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).

Analisa Data

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa

sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada penderita effusi

pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan efusi

pleura antara lain :

Diagnosa keperawatan pre-op

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penimbunan eksudat

pada pleura dan paru ditandai dengan batuk berdahak

23

Page 24: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

2. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi

paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membran alveolar-kapiler.

4. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.

5. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh secara mendadak

ditandai dengan demam.

6. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia. akibat sesak nafas sekunder terhadap

penekanan struktur abdomen.

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen ditandai dengan kelelahan/kelemahan.

8. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan

sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan

9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, patofisiologis efusi pleural, aturan

pengobatan sehubungan dengan kurang terpajang informasi.

Diagnosa keperawatan post-op

1. Nyeri berhubungan dengan faktor-fakor fisik (pemasangan water seat

drainase (WSD))

2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi

torakosintesis.

3. Ansietas berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.

3. PERENCANAAN

Menyusun prioritas :

Diagnosa keperawatan pre-op

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penimbunan

eksudat pada pleura dan paru ditandai dengan batuk berdahak

24

Page 25: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

2. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga

pleura

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membran alveolar-

kapiler.

4. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.

5. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh secara

mendadak ditandai dengan demam.

6. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia. akibat sesak nafas sekunder terhadap

penekanan struktur abdomen.

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelelahan/kelemahan.

Diagnosa keperawatan post-op

1. Nyeri berhubungan dengan faktor-fakor fisik (pemasangan water seat

drainase (WSD))

2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi

torakosintesis.

3. Ansietas berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi,

menghilangkan dan mencegah masalah klien.(Budianna Keliat, 1994, 16)

Pre-op

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penimbunan

eksudat pada pleura dan paru ditandai dengan batuk berdahak

Tujuan :

Setelah diberikan askep selama...x24 jam diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif.

Kriteria hasil :

Secara verbal tidak ada keluhan sesak

25

Page 26: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Suara napas normal (vesikular) Sianosis (-) Batuk (-) Jumlah pernapasan dalam batas normal sesuai usia (16-24x/mnt)

Intervensi :

a. Mengkaji jumlah/kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.

Rasional : Melakukan evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari hasil

intervensi yang telah dilakukan.

b. Auskultasi daerah paru-paru, mencatat area menurun/tidak adanya aliran

udara serta mencatat adanya suara napas tambahan seperti crackles dan

wheezing.

Rasional : Penurunan aliran udara timbul pada area yang konsolidasi

dengan cairan. Suara napas bronkial normal diatas bronkus dapat juga

crackles, ronkhi, dan wheezes terdengar pada saat inspirasi dan atau

ekspirasi sebagai respon dari akumulasi cairan, sekresi kental, dan

spasme/obstruksi saluran napas.

c. Elevasi kepala, sering ubah posisi.

Rasional : Diafragma yang lebih rendah akan membantu dalam

meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara, mobilisasi dan pengeluaran

sekret.

d. Membantu pasien dalam melakukan latihan napas dalam.

Mendemonstrasikan/membantu pasien belajar untuk batuk, misalnya

menahan dada dan batuk efektif pada saat posisi tegak lurus.

Rasional : Napas dalam akan memfasilitasi pengembangan maksimum

paru-paru/saluran udara kecil. Batuk merupakan mekanisme pembersihan

diri normal, dibantu silia untuk memelihara kepatenan saluran udara.

Menahan dada akan membantu untuk mengurangi ketidaknyamanan dan

posisi tegak lurus akan memberikan tekanan lebih besar untuk batuk.

e. Melakukan suction atas indikasi

26

Page 27: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Rasional : Menstimulasi batuk atau pembersihan saluran napas secara

mekanis pada pasien yang tidak mampu melakukannya dikarenakan

ketidakefektifan batuk atau penurunan kesadaran.

f. Memberikan cairan + 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) dan air

hangat

Rasional : Cairan (terutama cairan hangat) akan membantu memobilisasi

dan mengeluarkan sekret

2. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x24 jam diharapkan pasien mampu

mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil :

Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal.

Pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan.

Bunyi nafas terdengar jelas.

Intervensi :

a. Identifikasi faktor penyebab.

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat

menentukan jenis effusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang

tepat.

b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap

perubahan yang terjadi.

Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman

pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi

pasien.

c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk,

dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.

27

Page 28: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga

ekspansi paru bisa maksimal.

d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon

pasien).

Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya

penurunan fungsi paru.

e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada

bagian paru-paru.

f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.

Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam.

Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan

serta foto thorax.

Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan

mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat

dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya

kembang paru.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membran alveolar- kapiler.

Tujuan :

Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan pertukaran gas

dalam alveoli adekuat.

Kriteria hasil:

- Akral hangat

- Tidak ada tanda sianosis

- Tidak ada hipoksia jaringan

- Saturasi oksigen perifer 90%

- Tidak ada gejala disstres pernafasan

28

Page 29: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.

Rasional :

Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan

paru dan status kesehatan umum.

b. Awasi frekuensi jantung/irama

Rasional :

Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam tetapi dapat sebagai respons

terhadap hipoksemia.

c. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, cacat adanya sianosis

ferifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).

Rasional :

Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau rsepon tubuh terhadap

demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan

kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.

d. Kaji status mental

Rasional :

Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen dapat menunjukkan

hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.

e. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk

menurunkan demam dan menggigil.

Rasional :

Demam tinggi (umumnya pada pneumonia bacterial dan influenza) sangat

meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen dan menggagu

oksigenasi metabolic.

29

Page 30: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

f. Observasi penyimpangan kondisi, cacat hipotensi, banyaknya jumlah sputum

merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadran, dipsnea

berat, gelisah.

Rasional :

Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan

membutuhkan intervensi medic segera.

Kolaborasi

a. Berikan terapi oksigen dengan benar.

Rasional :

Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg.

Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam

toleransi pasien.

b. Awasi Analisa Gas Darah, nadi oksimetri.

Rasional :

Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

3. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.

Tujuan :

Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan nyeri

dada klien hilang.

Kriteria hasil :

Pasien mengatakan nyeri berkurang , hilang, atau dapat dikontrol serta tampak

rileks.

Intervensi :

a. Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada

30

Page 31: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

tersebut

Rasional :

Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.

b. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi

Rasional :

Membantu mengurangi rasa nyeri.

c. Berikan analgetik sesuai indikasi

Rasional :

Untuk mengurangi/menghilangkan rasa nyeri.

4. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh secara mendadak

ditandai dengan demam.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan tidak terjadi

peningkatan suhu tubuh.

Kriteria hasil :

Hipertermi/peningkatan suhu tubuh dapat teratasi dengan proses infeksi hilang.

Intervensi :

Mandiri

a. Observasi tanda-tanda vital.

Rasional :

Dengan mengobservasi tanda-tanda vital klien perawat dapat mengetahui

keadaan umum klien, serta dapat memantau suhu tubuh klien.

b. Pemberian kompres hangat pada pasien

Rasional :

Dengan pemberian kompres hangat dapat menurunkan demam pasieen.

31

Page 32: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

c. Berikan minum per oral

Rasional :

Klien dengan hipertermi akan memproduksi keringat yang berlebih yang

dapat mengakibatkan tubuh kehilangan cairan yang banyak, sehingga dengan

memberikan minum peroral dapat menggantikan cairan yang hilang serta

menurunkan suhu tubuh.

d. Ganti pakaian yang basah oleh keringat

Rasional :

Klien dengan hipertermi akan mengalami produksi keringat yang berlebihan

sehingga menyebabkan pakaian basah. Pakaian basah diganti untuk

mencegah pasien kedinginan dan untuk menjaga kebersihan serta mencegah

perkembangan jamur dan bakteri.

Kolaborasi :

a. Berikan obat penurun panas, misalnya antipiretik.

Rasional :

Obat tersebut digunakan untuk menurunkan demam dengan aksi sentralnya

pada hipotalamus.

b. Berikan selimut pendingin

Rasional :

Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5-400C

pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan

struktur abdomen.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi

terpenuhi

32

Page 33: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Kriteria Hasil :

Menunjukkan peningkatan berat badan.

Intervensi :

a. Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional:

Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan,

dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

b. Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat

Rasional :

Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan

gerakan disfragma, dan dapat meningkatkan dispnea.

c. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Rasional :

Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan

kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

d. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya,

kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya

nutrisi bagi tubuh.

e. Auskultasi suara bising usus.

Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya

gangguan pada fungsi pencernaan.

f. Sajikan makanan semenarik mungkin.

Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu

makan.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelelahan/kelemahan.

33

Page 34: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan klien dapat

melakukan aktivitas dengan baik

Kriteria hasil :

Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan

tak adanya dipsnea dan kelemahan berlebihan

Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi :

a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Catat laporan dipsnea, peningkatan

kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan sesudah

aktivitas.

Rasional :

Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan

intervensi.

b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai

indikasi. Dorong pengguanaa manajemen stress dan pengalih yang tepat.

Rasional :

Menentukan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional :

Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan

metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas

ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan

kegagalan pernafasan.

d. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istiraha dan/ tidur.

34

Page 35: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Rasional :

Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk

ke depan meja dan bantal.

e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan

peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional :

Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan

kebutuhan oksigen.

Post-op

1. Nyeri berhubungan dengan faktor-fakor fisik (pemasangan water seat drainase

(WSD)

Tujuan :

Setelah diberi askep …x 24 jam diharapkan nyeri hilang .

Kriteria hasil :

Pasien mengatakan nyeri berkurang , hilang, atau dapat dikontrol serta tampak

rileks dan tidur/istirahat dengan baik.

Intervensi :

a. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya terus-

menerus,sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang ibtensitas pada skala 0-10.

Rasional :

Membantu dalam evaluasi gejala nyeri. Penggunan skala nyeri dapat membantu

pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi

keefektifan analdesik, meningkatkan control nyeri.

b. Kaji pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien.

Rasional:

Kesesuaian antara petunjuk verbal/nonverbal dapat memberikan petunjuk

35

Page 36: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

derajat nyeri.

c. Evaluasi keefektifan pemberian obat. Dorong pemakaian obat dengan benar

untuk mengontrol nyeri;ganti obat atau waktu sesuai ketepatan.

Rasional :

Persepsi nyeri dan hilangnya nyeri adalah subjektif dan pengontrolan nyeri

yang terbaik merupakan keleluasaan pasien. Boila pasien tidak mampu

memberi masukan, perawat harus mengobservasi tanda fisiologis dan

psikologis nyeri dan memberilan obat berdasarkan aturan.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.

Tujuan :

Setelah diberi askep …x 24 jam diharapkan tidak terjadi/ adanya gejala –gejala

infeksi.

Kriteria hasil :

Tidak terjadi infeksi.

Intervensi :

a. Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi

Rasional :

Manghindari infeksi

b.Dorong teknik mencuci tangan dengan baik

Rasional :

Mencegah infeksi nosokomial saat pemasangan WSD

3. Ansietas berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.

Tujuan:

Setelah diberi askep …x 24 jam diharapkan pasien mampu memahami dan

menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.

36

Page 37: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

Kriteria hasil :

Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi dengan

keadaannya.

Intervensi :

a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasienJelaskan mengenai

penyakit dan diagnosanya.

Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat

diajak kerjasama dalam perawatan.

b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.

Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktifsangat

bermanfaat dalam mengatasi stress.

c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.

Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik

d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.

Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang

dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi

kecemasan.

e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.

Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah

teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui.

4. EVALUASI

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang

(US. Midar H, dkk, 1989).

Pre-op

37

Page 38: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

1. Secara verbal tidak ada keluhan sesak suara napas normal (vesikular) sianosis (-) batuk (-) jumlah pernapasan dalam batas normal sesuai usia (16-24x/mnt)

2. Tercapainya ketidakefektifan pola pernafasan (pola nafas normal), tidak

adanya penumpukkan cairan dalam rongga pleura, sianosis tidak ada dan

tidak ada gejala hipoksia dan tidak adanya sesak.

3. Tercapai ventilasi yang adekuat dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam

rentang normal dan tidak adanya gejala disstres pernapasan.

4. Tidak adanya nyeri.

5. Hipertermi dapat teratasi, demam tidak ada.

6. Kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.

7. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas,

mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi, dapat melakukan

aktivitas dengan baik, tak adanya dipsnea dan kelemahan berlebihan.

Post-op

1. Tidak adanya nyeri.

2. Infeksi tidak terjadi

3. Ansietas dapat teratasi, tidak gelisah.

38

Page 39: 8 - Askep Efusi Pleura SGD 3

39